PERAN MOTIVASI DALAM MEMEDIASI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI INTERNAL TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA PT. PLN (PERSERO) AREA METRO Tesis Oleh : HARRY PUTRA DWITAMA 1421011013 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS LAMPUNG 2018
76
Embed
PERAN MOTIVASI DALAM MEMEDIASI PENGARUH GAYA …digilib.unila.ac.id/37308/3/3. TESIS FULL TANPA BAB... · 2018. 11. 23. · peran motivasi dalam memediasi pengaruh gaya kepemimpinan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERAN MOTIVASI DALAM MEMEDIASI PENGARUH GAYAKEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI INTERNAL TERHADAP
KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA PT. PLN (PERSERO) AREAMETRO
Tesis
Oleh :
HARRY PUTRA DWITAMA
1421011013
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRAK
Peran Motivasi Dalam Memediasi Pengaruh Gaya Kepemimpinan DanKomunikasi Internal Terhadap Komitmen Organisasional Pada PT. PLN
(Persero) Area Metro
OlehHarry Putra Dwitama
Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor sentral dalam suatu organisasi.Tanpa adanya tenaga kerja atau karyawan yang berkualitas mustahil tujuanorganisasi dapat tercapai dengan baik. Dalam organisasi, bawahan bekerja selalutergantung pada pimpinan. PT. PLN (Persero) Area Metro merupakan bagian darikorporat yang tersebar di seluruh Indonesia dengan dimensi pekerjaan yang sangatluas. Fenomena generation gap, strata pendidikan dan latar belakang adat yangberdampak langsung terhadap pola dan komunikasi internal di dalam objekpenelitian, rotasi pegawai termasuk pimpinan secara periodik dan cukup sering,hingga berbagai issue yang melemahkan komitmen pegawai terhadap PT PLN(Persero) Area Metro. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh peranmotivasi didalam memediasi pengaruh gaya kepemimpinan dan komunikasiinternal terhadap komitmen organisasi pada PT PLN (Persero) Area Metro.
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis struktural. Data yangdigunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh darijawaban 198 orang pegawai PT PLN (Persero) Area Metro. Kesimpulan yangdidapatkan dari penelitian ini, menunjukkan bahwa motivasi memiliki perandidalam memediasi pengaruh gaya kepemimpinan dan komunikasi internalterhadap komitmen organisasi pada PT PLN (Persero) Area Metro secarasignifikan.
Implikasi yang didapatkan dari penelitian ini, ialah pihak Manajamen PT. PLN(Persero) Area Metro hendaknya memberikan pelatihan dan pengarahan kepadabawahan, menciptakan perasaan dan keterikatan yang kuat dalam organisasi,meningkatkan loyalitas merupakan cara dalam menjaga komitmen organisasionalpara karyawan. Selain itu, pimpinan harus memperhatikan benar prestasi kerjabawahannya dan pimpinan harus lebih berpartisipasi terhadap kinerja bawahan.
Kata Kunci: gaya kepemimpinan, komunikasi internal, motivasi, komitmenorganisasi.
ABSTRACT
The Mediating Role of Motivation in The Influence of Leadership Style AndInternal Communication On Organizational Commitment In PT PLN
(Persero) Metro Area.
ByHarry Putra Dwitama
Human resource is one of central factor in organization. The absence of thequalified employee or human resource will cause the organization is not able toachieve its purpose. In any organization, the subordinates always depends on theleaders instruction. PT PLN (Persero) Metro Area is part of the largest electricitycorporate that spread widely in Indonesia territory. The generation gapphenomenon and the employee diverse demography, and other cause in PT PLN(Persero) Metro Area is highly affecting the internal communication pattern in thecompany so will decreasing the employee commitment on PT PLN (Persero)Metro Area. The purpose of this study is to analyze the mediating role ofmotivation in the influence of leadership style and internal communication onorganizational commitment in PT PLN (Persero) Metro Area.
This study is analyzed using structural equation modeling analysis. The data thatbeing used in this study is obtain from 198 PT PLN (Persero) Metro Areaemployee response on the questionnaire. The finding in this study is the motivationhave a significant role in the influence of leadership style and internalcommunication on organizational commitment in PT PLN (Persero) Metro Area.
Implication from this study is the PT PLN (Persero) Metro Area management issuggested to give training and guidance to all subordinate, creating the positivework atmosphere so the employee will attract to the organizational condition andalso try to enhancing the employee loyalty. Other than that the PT PLN (Persero)Metro Area must properly paying attention and more participating in all of thesubordinates performance.
• Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi : Suasana
iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku staf dan efektifitas
komunikasi organisasi.
26
2.5 Motivasi
2.5.1 Pengertian Motivasi Kerja
Manajer atau pemimpin adalah orang-orang yang mencapai hasil - hasil melalui
orang lain, yaitu para bawahan. Berhubung dengan hal itu, menjadi kewajiban dari
setiap pemimpin agar para bawahannya berprestasi. Prestasi bawahan, terutama
disebabkan oleh 2 (dua) hal, yaitu: kemampuan dan daya dorong. Kemampuan
seseorang ditentukan oleh kualifikasi yang dimilikinya antara lain oleh pendidikan,
pengalaman dan sifat - sifat pribadi sedangkan daya dorong dipengaruhi oleh
sesuatu yang ada dalam diri seseorang dan hal-hal lain diluar dirinya. Daya dorong
yang ada dalam diri seseorang sering disebut motif. Daya dorong diluar diri
seseorang, harus ditimbulkan pimpinan dan agar hal-hal di luar diri seseorang itu
turut mempengaruhinya, pemimpin harus memilih berbagai sarana atau alat yang
sesuai dengan orang lain.
Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan
agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan
yang telah ditentukan. Pengertian Motivasi menurut Rivai (2008:455), adalah
serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi untuk mencapai hasil yang
spesifik sesuai dengan tujuan individu. Yang diartikan sebagai suatu keahlian,
dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil,
sehingga tercapai keinginan para pegawai sekaligus tercapai tujuan organisasi.
Menurut Berelson Steiner yang dikutip oleh Kartono (2008:107) dalam bukunya
Pemimpin dan Kepemimpinan, menyatakan bahwa: Motif adalah satu keadaan
batiniah yang memberikan energi kepada aktivitas-aktivitas atau menggerakannya,
27
karena itu menjadi motivasi mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku pada satu
tujuan.
Motivasi menurut Hariandja (2002) yaitu faktor - faktor yang mengarahkan dan
mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah. Menurut Robbins
dalam buku Sofyandi dan Garniwa (2007:99), yaitu proses mengarahkan dan
ketekunan setiap individu dengan tingkat intensitas yang tinggi untuk
meningkatkan suatu usaha dalam mencapai tujuan. Menurut Hasibuan (2001:42),
motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan
segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. Dari definisi-definisi di atas maka
dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dalam diri
seseorang di dalam usaha memenuhi kebutuhannya baik secara riil maupun
materiil, dan menyalurkan perilaku individu tersebut kearah pencapaian suatu
tujuan.
2.5.2 Tujuan Motivasi Kerja
Pada hakikatnya pemberian motivasi kepada pegawai tersebut mempunyai tujuan
yang dapat meningkatkan berbagai hal, menurut Hasibuan (2007 : 146) tujuan
pemberian motivasi kepada karyawan adalah untuk :
a. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja karyawan
merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan, dan prestasi kerja karyawan
dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan.
28
b. Meningkatkan produktivitas karyawan. Dengan produktivitas yang tinggi,
aktivitas yang dilakukan akan diselesaikan dengan baik, sehingga akan
memberikan keuntungan pada perusahaan.
c. Meningkatkan kedisiplinan karyawan. Kedisiplinan menjadi kunci terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Dengan disiplin yang baik berarti
karyawan sadar dan bersedia mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
d. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik. Rekan kerja yang ramah
dan mendukung, atasan yang ramah, memahami, menghargai dan menunjukkan
keberpihakan kepada bawahan akan menciptakan hubungan kerja yang baik.
e. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipatif karyawan. Karyawan ikut
berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk mengajukan ide-ide,
rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan cara ini, karyawan
merasa ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan perusahaan sehingga
moral dan gairah kerjanya akan meningkat.
f. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya. Dengan
mempunyai motivasi yang tinggi maka karyawan akan mempunyai rasa
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan karyawan tersebut
akan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Berdasarkan hal tersebut di
atas, jelaslah bahwa di dalam setiap perusahaan diperlukan motivasi kerja yang
tinggi dari para karyawannya. Apabila tidak terdapatnya motivasi kerja yang
tinggi dari para karyawannya dalam suatu perusahaan, maka akanlah sulit
perusahaan tersebut untuk mencapai tujuannya.
29
2.5.3 Metode Motivasi Kerja
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang metode dari motivasi kerja, maka dibawah
ini adalah metode motivasi kerja menurut Menurut Hasibuan (2007:149). Terdapat
dua metode motivasi, yaitu :
1. Motivasi Langsung (Direct Motivation)
Motivasi Langsung adalah motivasi (materiil dan non-materiil) yang diberikan
secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan
serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan, tunjangan
hari raya, bonus, bintang jasa dan lain sebagainya.
2. Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation)
Motivasi Tidak Langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan
fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran
tugas, sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.
Misalnya kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yang terang
dan nyaman, suasana pekerjaan yang serasi, penempatan yang tepat dan lain
sebagainya. Motivasi tidak langsung ini besar pengaruhnya untuk merangsang
semangat bekerja karyawan, sehingga produktifitas perusahaan meningkat.
Berdasarkan metode tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa didalam
memotivasi karyawan, kita harus mengetahui tentang apa yang dibutuhkan oleh
para karyawan tersebut secara langsung maupun tidak langsung didalam
pelaksanaan pekerjaannya dalam usaha pencapaian tujuan bersama.
2.5.4 Model Motivasi Kerja
Model-model motivasi menurut Hasibuan (2007:148) yaitu:
30
1. Model Tradisional
Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar gairah
kerjanya meningkat, perlu diterapkan sistem insentif (uang atau barang)
kepada karyawan yang berprestasi baik. Semakin banyak produksinya semakin
besar pula balas jasanya.
2. Model Hubungan Manusia
Model ini mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan supaya gairah
kerjanya meningkat ialah dengan mengakui kebutuhan sosial mereka membuat
mereka merasa berguna dan penting. Dengan memperhatikan kebutuhan
materiil dan non materiil karyawan, motivasi kerjanya akan meningkat pula.
3. Model Sumber Daya Manusia
Model ini mengatakan bahwa karyawan dimotivasi oleh banyak faktor bukan
hanya uang atau barang atau keinginan akan kepuasan tetapi juga kebutuhan
akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti. Menurut model ini, karyawan
cenderung memperoleh kepuasan dari prestasi yang baik. Karyawan bukanlah
berprestasi baik karena merasa puas melainkan karena termotivasi oleh rasa
tanggung jawab yang lebih luas untuk membuat keputusan dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
2.6 Komitmen Organisasi
2.6.1 Pengertian Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi identik dengan rasa kecintaan seorang individu terhadap
entitas dimana orang tersebut berkontribusi. Komitmen dapat terbentuk dari
31
berbagai macam hal, baik dari dalam diri individu tersebut maupun organisasi.
Individu yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi dapat
dikarenakan kesamaan nilai perusahaan dengan nilai pribadi, kepuasan individu
dengan pekerjaan yang diberikan, kepantasan kompensasi, keamanan dan
kenyamanan fasilitas tempat kerja, kejelasan jenjang karir dan lain-lain. Organisasi
dapat menciptakan komitmen organisasi pada diri tiap individu dengan memenuhi
apa yang mereka janjikan kepada individu yang berkontribusi pada organisasi
tersebut. Dengan begitu, individu yang berkontribusi pada organisasi tersebut akan
memiliki kepercayaan pada organisasi karena konsistensi yang ditunjukan oleh
organisasi terhadap mereka. Komitmen organisasi merupakan investasi yang
penting untuk keunggulan bersaing perusahaan atau organisasi dalam jangka
panjang. Komitmen organisasi dapat didefinisikan sebagai sebuah faktor krusial
dalam perusahaan yang mengedepankan rasa keterikatan emosional dan material
antara pribadi individu dengan entitas tempat bekerjanya.
Sebagai sikap, komitmen organisasi paling sering didefinisikan sebagai (1)
keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; (2) keinginan untuk
berusaha keras sesuai keinginan organisasi; (3) keyakinan tertentu dan penerimaan
nilai dan tujuan organisasi. Luthans (2006) mendefinisikan komitmen organisasi
sebagai sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses
berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap
organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan. Para karyawan
yang memiliki idealisme yang cukup tinggi dan percaya terhadap nilai-nilai
perusahaan tempat mereka bekerja memiliki potensi besar untuk bekerja pada
32
perusahaan tersebut sampai mereka pensiun. Kesamaan nilai individu dengan
perusahaan akan menimbulkan kepuasan batin pada karyawan sehingga secara
otomatis memunculkan rasa memiliki yang tinggi terhadap perusahaan. Hal ini
akan berdampak kepada kinerja karyawan tersebut karena tidak ada beban ketika
melaksanakan pekerjaannya, kecuali terjadi pergeseran nilai-nilai perusahaan.
Porter et al (1974) dalam Choong et al (2012), mendefinisikan komitmen
organisasi sebagai keyakinan yang kuat dan penerimaan pada tujuan dan nilai-nilai
organisasi, kemauan untuk mengerahkan usaha yang cukup atas nama organisasi
dan keinginan yang kuat untuk tetap dalam organisasi. Robbins (2003)
mendefinisikan komitmen organisasional sebagai suatu keadaan dimana seorang
karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya serta
berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Hal ini berdampak ketika
seorang karyawan sedang menghadapi kondisi akan suatu pilihan di lingkungan
eksternal, karyawan tersebut akan cenderung berpola pikir seperti perusahaan
tempat dia bekerja dan secara implisit akan menunjukkan keberpihakannya atas
keunggulan-keunggulan perusahaan tempat dia bekerja. Implikasi lainnya adalah
seorang karyawan akan merasa memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan
perusahaannya dan dapat dilakukan dengan pengembangan kapasitas orang yang
berada pada sub-ordinatnya.
Weiner (1982) dalam Liou (2008) berpendapat bahwa komitmen organisasi
mencerminkan ketekunan seseorang dalam membuat pengorbanan kepada
kebaikan organisasi, dan menunjukkan kesenangan orang tersebut dengan
organisasi, yang dibuktikan dengan pengabdian waktu pribadi seseorang untuk
33
kegiatan organisasi. Komitmen organisasi dapat membuat karyawan atau anggota
organisasi mengorbankan jiwa, raga, waktu, pikiran dan materi demi kesuksesan
pencapaian tujuan organisasi. Perusahaan atau organisasi akan mendapat
keuntungan baik dalam bentuk moril maupun materil disebabkan pengorbanan
yang diberikan oleh karyawan atau anggota organisasi tersebut. Oleh karena itu
betapa pentingnya perusahaan untuk menjaga dan meningkatkan komitmen
organisasi pada karyawan untuk mendapatkan multi benefit yang berdampak
langsung maupun jangka panjang bagi perusahaan. Adeoye dan Torubelli (2011)
berpendapat bahwa karyawan yang menunjukkan komitmen organisasi yang tinggi
mungkin lebih bahagia dalam pekerjaan mereka, Menghabiskan lebih sedikit
waktu untuk meninggalkan pekerjaan mereka dan lebih sedikit kecenderungan
untuk meninggalkan organisasi.
2.6.2 Dimensi Komitmen Organisasi
Allen dan Meyer (1990) menyatakan bahwa komitmen organisasi bersifat multi
dimensi, maka terdapat perkembangan dukungan untuk tiga model komponen.
Ketiga dimensi tersebut adalah :
1. Komitmen afektif adalah keterikatan emosional karyawan, identifikasi, dan
keterlibatan dalam organisasi.
2. Komitmen kelanjutan adalah komitmen berdasarkan kerugian yang
berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini mungkin
karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit.
34
3. Komitmen normatif adalah perasaan wajib untuk tetap berada dalam organisasi
karena memang harus begitu; tindakan tersebut merupakan hal yang benar yang
harus dilakukan.
Komitmen terhadap organisasi menurut Mowday et al. (1979) dalam Nugroho
(2011) dicirikan sebagai berikut : pertama, bangga menjadi bagian organisasi;
kedua, membanggakan organisasi kepada orang lain ; ketiga, peduli terhadap nasib
organisasi ; keempat, gembira memilih bekerja pada organisasi ini ; kelima,
bekerja melampaui target. Dessler (2002) dalam Luthans (2006) memberikan
pedoman khusus untuk mengimplementasikan sistem manajemen yang mungkin
membantu memecahkan masalah dan meningkatkan komitmen organisasi pada diri
karyawan :
1. Berkomitmen pada nilai utama manusia. Membuat aturan tertulis,
mempekerjakan manajer yang baik dan tepat, dan mempertahankan
komunikasi.
2. Memperjelas dan mengkomunikasikan misi anda. Memperjelas misi dan
ideologi; berkarisma; dan menggunakan praktik perekrutan berdasarkan nilai;
menekankan orientasi berdasarkan nilai stres dan pelatihan; membentuk
tradisi.
3. Menjamin keadilan organisasi. Memiliki prosedur penyampaian keluhan yang
komprehensif; menyediakan komunikasi dua arah yang ekstensif.
4. Menciptakan rasa komunitas. Membangun homogenitas berdasarkan nilai;
keadilan; menekankan kerja sama, saling mendukung, dan kerja tim;
berkumpul bersama.
35
5. Mendukung perkembangan karyawan. Melakukan aktualisasi; memberikan
pekerjaan menantang pada tahun pertama; memajukan dan memberdayakan;
mempromosikan dari dalam; menyediakan aktivitas perkembangan;
menyediakan keamanan kepada karyawan tanpa jaminan.
2.7 Kerangka Pikir
Pada penelitian ini penulis menggunakan dua variabel bebas, satu variabel terikat,
dan satu variabel yang tidak berkaitan langsung dengan variabel terikat atau biasa
disebut variabel intervening. Variabel bebas yaitu gaya kepemimpinan (X1) dan
komunikasi internal (X2), dengan variabel terikat yaitu komitmen organisasi (Y1)
dan variabel intervening atau mediasi yaitu motivasi karyawan.
Gambar 2.2 Diagram Kerangka Pikir
2.8 Hipotesis
Berdasarkan pemaparan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
H1 : Komunikasi internal berpengaruh positif terhadap motivasi karyawan.
GAYA KEPEMMPINAN
KOMUNIKASI INTERNAL
KOMITMEN ORGANISASIH5
H1
H2
MOTIVASI KARYAWAN
H4
H3
H6
H7
36
H2 : Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap motivasi karyawan.
H3 : Komunikasi internal berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi
H4 : Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi
H5 : Motivasi karyawan berpengaruh positif terhadap Komitmen organisasi
H6 : Motivasi memiliki peran dalam memediasi pengaruh gaya kepemimpinan
terhadap komitmen organisasi
H7 : Motivasi memiliki peran dalam memediasi pengaruh komunikasi internal
terhadap komitmen organisasi.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Populasi yang akan diteliti adalah seluruh pegawai PT. PLN (Persero) Area
Metrodan 9 (Sembilan) unit Rayon yang berada dibawah koordinasi Area Metro
sejumlah 198 orang yang terdiri dari 13 Assistant Manager dan Manager Rayon,
35 Supervisor Dasar, dan 150 Staf yang terbagi kedalam Departemen Jaringan,
Departemen Transaksi Energi, Departemen Pelayanan dan Administrasi, serta
Departemen Pengadaan Barang dan Jasa. Hanya Manager Area Metro yang tidak
termasuk objek penelitian. Harapannya seluruh pegawai dapat berpartisipasi dalam
mengisi kuesioner untuk memudahkan mengidentifikasi profil komitmen
organisasi secara keseluruhan.
Tabel 3.1 Objek Penelitian
Sample pada penelitian ini tersebar di lingkungan kantor Area Metro dan 9
(Sembilan) Unit Rayon yang ada di bawah koordinasi PLN Area Metro. Seluruh
populasi akan dijadikan sampel, sebanyak 198 responden dengan sebaran sebagai
berikut :
38
Tabel 3.2 Sampel dan Populasi Penelitian
Unit PegawaiArea Metro 57Rayon Kota Metro 14Rayon Sribhawono 17Rayon Bandar Jaya 15Rayon Talang Padang 15Rayon Kota Agung 16Rayon Pringsewu 18Rayon Kalirejo 15Rayon Rumbia 15Rayon Bandar Jaya 16Jumlah 198
Sumber: Data SDM Area Metro, 2016.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausal yang akan membuktikan hubungan
sebab akibat antara variabel independen yaitu gaya kepemimpinan dan komunikasi
internal, variabel mediasi yaitu motivasi serta variabel dependen yaitu komitmen
organisasi.
3.3 Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan :
1. Kuesioner
Kuesioner sebagian besar digunakan dalam melakukan penelitian kuantitatif,
dimana peneliti ingin mendapatkan profil keseluruhan untuk dapat menghitung
frekuensi kemunculan pendapat, sikap, pengalaman dan proses, perilaku atau
prediksi. Melalui kuesioner, responden diminta untuk menjawab pertanyaan
tentang fakta, sikap, keyakinan, perilaku dan pengalaman sebagai karyawan dalam
39
suatu perusahaan sesuai dengan topik yang akan diteliti. Pendistribusian kuesioner
juga bisa melalui berbagai media seperti email, pos atau diisi langsung dengan
responden. Keuntungan lain dari penggunaan instrumen kuesioner adalah mampu
menggumpulkan tanggapan dari sejumlah relatif besar responden yang tersebar
terutama lokasi terpencil untuk dapat membuat profil dan memetakan kondisi
karyawan yang ada (Rowley,2014).
2. Wawancara
Wawancara langsung juga dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian
ini. Wawancara dengan beberapa pihak yang berhubungan dengan obyek
penelitian dianggap perlu dalam mendapatkan informasi atau keterangan langsung
dari responden dengan cara tatap muka dan bercakap-cakap.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari buku serta jurnal-
jurnal yang telah terpublikasi baik di Indonesia maupun Internasional.
40
3. 4 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel
No Variabel Definisi Indikator
1KomitmenOrganisasi
Pendekatan sikap berfokus padaproses berpikir individu tentanghubungan mereka denganorganisasi. Individu akanmempertimbangkan kesesuaian nilaidan tujuan mereka denganorganisasi. Komitmen organisasiyang tinggi akan ditunjukkandengan keyakinan yang kuat danpenerimaan terhadap nilai-nilai sertatujuan dari organisasi tersebut.(Mowday dalam Allen &Meyer,1991)
NormativeCommitment• Kesetiaan yangdiberikan karenapengaruh orang lain• Kewajiban yang harusdiberikan kepadaorganisasi
ContinuanceCommitment• Kerugian bilameninggalkan organisasi• Karyawanmembutuhkan organisasi
2 Motivasi
Motivasi adalah pemberian dayapenggerak yang menciptakankegairahan kerja seseorang agarmereka mau bekerjasama, bekerjaefektif dan terintegrasi dengansegala daya upaya untuk mencapaikepuasan (Menurut Hasibuan,2001:42).
Direct Motivation• Orientasi Kompensasi• Orientasi Pengakuan
Suatu cara atau pola tindakan, tingkahlaku yang diterapkan oleh pemimpindalam menjalankankepemimpinannya. Gayakepemimpinan terlihat pada arahkomunikasi dan cara-cara dalampengambilan keputusan danpemecahan masalah di berbagaibidang. Gaya kepemimpinandibedakan menjadi empat kategoriyang terdiri dari gaya direktif, gayakonsultatif, gaya partisipatif, dan gayadelegatif. (Wahjosumidjo, 2002; 69)
Konsultatif• Motivasi• Suasana kerja kondusif• Komunikasi interaktif• Delegasi Penuh
Partisipatif• Melibatkan seluruhkomponen organisasi• Penyusunan deskripsipekerjaan bersamapegawai• Kebebasan inovasi• Kerja Kelompok
Delegatif• Tanggung jawab• Kompetensi teknik danprofesional• Keterampilankomunikasi• Visi kedepan
4KomunikasiInternal
komunikasi organisasi dapatdidefinisikan sebagai pertunjukan danpenafsiran pesan di antara unit-unitkomunikasi yang merupakan bagiandari suatu organisasi tertentu (Paceand Faules, 2001:31)
Komunikasi Vertikal- Atasan ke Bawahan• Perintah• Instruksi• Teguran• Evaluasi- Bawahan ke Atasan• Laporan• Keluhan• Pendapat• Usulan
Komunikasi Horizontal• Kerjasama• Konsultasi• Rapat kerja• Motivasi
42
3.5 Analisis
3.5.1 Pengujian Data
3.5.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan persyaratan penting dalam analisis data. Menurut
Singgih (2000) dalam Gustika (2013), uji normalitas berpedoman pada uji
Kolmogorov-Smirnov, yaitu jika nilai signifikasnsi < 0,05 (taraf kepercayaan 95%)
distribusi adalah tidak normal. Jika nilai signifikansi >0,05 (taraf kepercayaan
95%) distribusi adalah normal.
3.5.1.2 Uji Validitas
Validitas adalah tingkat kesahihan alat ukur dalam mengukur suatu data. Dengan
kata lain untuk melakukan pengujian bahwa alat ukur yang dipakai memang
mengukur sesuatu yang ingin diukur. Uji validitas dilaksanakan menggunakan
Analisis Faktor. Dalam studi perilaku dan sosial, peneliti membutuhkan
pengembangan pengukuran untuk bermacam-macam variabel yang tidak dapat
diukur secara langsung, seperti tingkah laku, pendapat, intelegensi, personality dan
lain-lain. Faktor analisis adalah metode yang dapat digunakan untuk pengukuran
semacam itu. (Subash Sharma, 1996). Tujuan dari analisis faktor adalah untuk
menggambarkan hubungan-hubungan kovarian antara beberapa variabel yang
mendasari tetapi tidak teramati, kuantitas random yang disebut faktor, (Johnson
&Wichern, 2002). Vektor random teramati X dengan p komponen, memiliki rata-
rata μ dan matrik kovarian. Model analisis faktor adalah sebagai berikut :
43
1121211111 .... mm FFFX
pmpmpppp FFFX ....2211
Atau dapat ditulis dalam notasi matrik sebagai berikut :
pxlmxlpxmpxlpxl εFLμX )()()(
Dengan
i = rata-rata variabel i
εi = faktor spesifik ke – i
Fi = common faktor ke- j
ji loading dari variabel ke – i pada faktor ke-j
Bagian dari varian variabel ke – i dari m common faktor disebut komunalitas ke – i
yang merupakan jumlah kuadrat dari loading variabel ke – i pada m common
faktor (Johnson & Wichern, 2002), dengan rumus :
222
21
2 .... miiiih
Tujuan analisis faktor adalah menggunakan matriks korelasi hitungan untuk :
1.) Mengidentifikasi jumlah terkecil dari faktor umum yaitu model faktor yang
paling parsimoni yang mempunyai penjelasan terbaik atau menghubungkan
korelasi diantara variabel indikator.
2.) Mengidentifikasi, melalui faktor rotasi, solusi faktor yang paling masuk akal.
3.) Estimasi bentuk dan struktur loading, komunality dan varian unik dari
indikator.
4.) Intrepretasi dari faktor umum.
5.) Jika perlu, dilakukan estimasi faktor skor. (Subash Sharma, 1996).
44
3.5.1.3 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan
dalam penelitian mempunyai kehandalan melalui konsistensi hasil pengukuran dari
waktu ke waktu. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban
seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil. Pengujian yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Composite Realibility
Data yang memiliki composite reability > 0,7 mempunyai reliabilitas yang
tinggi.
b. Cronbach’s Alpha
Uji reliabilitas diperkuat dengan nilai Cronbach Alpha. Nilai diharapkan > 0,6
untuk semua konstruk.
3.5.2 Pengujian Hipotesis
Menguji hipotesis 1 sampai dengan hipotesis 5 dapat dilihat dari nilai t-statistik.
Menurut Abdillah (2015), pengujian hipotesis dengan menggunakan tingkat
signifikansi 95 persen (alpha 5%) maka nilai T-tabel untuk hipotesis one-tailed
adalah ≥ 1,64 sehingga hipotesis diterima ketika t-statistik ≥ 1,64. Pengujian
hipotesis 6 dan hipotesis 7 dapat dilakukan dengan uji variabel mediasi. Menurut
Baron dan Kenny (1986), terdapat empat langkah untuk melakukan pengujian
variabel mediasi yaitu variabel independen harus berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen, variabel independen harus berpengaruh signifikan terhadap
variabel mediasi, variabel mediasi harus berpengaruh signifikan terhadap variabel
45
dependen. Bila ketiga langkah tersebut menunjukan hasil signifikan (t-statistik ≥
1,64 dan nilai p-value < 0,05) maka variabel tersebut merupakan variabel mediasi.
Untuk melihat apakah variabel mediasi memberikan pengaruh mediasi sempurna
(full mediation) atau sebagian (partial mediation), maka dapat dilanjutkan pada
langkah keempat yaitu melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dengan memasukkan variabel mediator. Bila hasilnya tidak signifikan
atau 0 maka terjadi mediasi sempurna namun jika hasilnya signifikan dan
mengalami penurunan maka terjadi mediasi sebagian (Hussein, 2015).
3. 6 Skala Pengukuran
Kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden
(obyek penyelidikan) terdiri dari baris-baris dan kolom-kolom untuk diisi dengan
jawaban-jawaban yang ditanyakan (Supranto, 2003:85) Dalam penelitian ini
digunakan skala likert. Jawaban yang diberikan oleh konsumen kemudian diberi
skor dengan teknik agree-disagree scale dengan mengembangkan pernyataan yang
menghasilkan jawaban setuju–tidak setuju dalam berbagai rentang nilai. Urutan
skala terdiri dari Angka 1 (Sangat Tidak Setuju) sampai dengan 5 (Sangat Setuju)
untuk semua variabel. Kriteria jawaban yang digunakan yakni:
Sangat Setuju : 5
Setuju : 4
Netral : 3
TidakSetuju : 2
SangatTidakSetuju : 1
46
3.7 Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM AMOS Penggunaan
alat analisis ini dilakukan untuk melakukan uji normalitas, uji validitas dan uji
reliabilitas. AMOS adalah SEM yang berbasis multivarian dengan tujuan
memprediksi hubungan antar variabel laten. Dikarenakan AMOS berbasis varian,
maka jumlah sampel yang digunakan tidak terlalu besar, Hal ini sesuai dengan
jumlah populasi yang seluruhnya dijadikan sampel pada penelitian ini yaitu
sebanyak 198 responden.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahui peran motivasi
dalam memediasi pengaruh gaya kepemimpinan dan komunikasi internal terhadap
komitmen organisasi. Populasi yang juga merupakan sampel dalam penelitian ini
adalah seluruh pegawai PT. PLN (Persero) Area Metro dan 9 (Sembilan) unit
Rayon yang berada di bawah koordinasi Area Metro sejumlah 198 orang yang
terdiridari 13 Assistant Manager danManager Rayon, 35 Supervisor Dasar, dan
150 Staf yang terbagi ke dalam Departemen Jaringan, Departemen Transaksi
Energi, Departemen Pelayanan dan Administrasi, serta Departemen Pengadaan
Barang dan Jasa. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Komunikasi internal berpengaruh secara positif terhadap motivasi karyawan.
2. Gaya kepemimpinan berpengaruh secara positif terhadap motivasi karyawan.
3. Komunikasi internal berpengaruh secara positif terhadap komitmen organisasi.
4. Gaya kepemimpinan berpengaruh secara positif terhadap komitmen organisasi.
5. Motivasi karyawan berpengaruh secara positif terhadap komitmen organisasi.
6. Motivasi memiliki peran positif dalam memediasi pengaruh komunikasi
internal terhadap komitmen organisasi.
70
7. Motivasi memiliki peran positif dalam memediasi pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap komitmen organisasi.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Mengacu pada persepsi responden terhadap gaya kepemimpinan, hendaknya
pihak pimpinan selalu memberikan perhatian pada kebutuhan bawahan,
menghargai perbedaan individual, serta memberikan pelatihan dan pengarahan
kepada bawahan, karena pada kasus ini perilaku tersebut paling dominan
dalam membentuk konstruk gaya kepemimpinan.
2. Berdasarkan hasil jawaban responden pada komitmen normatif masih terdapat
karyawan yang kurang setuju bahkan tidak setuju terhadap komitmen yang
ada, hal ini memberikan gambaran bahwa terdapat karyawan pada PT. PLN
(Persero) Area Metro yang masih mempunyai komitmen yang kurang untuk
organisasi, serta tidak memiliki rasa yang kuat terhadap organisasi.
Manajamen PT. PLN (Persero) Area Metro hendaknya menciptakan perasaan
dan keterikatan yang kuat dalam organisasi, meningkatkan loyalitas
merupakan cara dalam menjaga komitmen organisasional para karyawan.
Tumbuhnya rasa komitmen setiap karyawan terhadap organisasi akan
membawa karyawan terhadap keinginan dan keputusan untuk tetap berada
dalam organisasi dan membantu memajukan organisasi melalui peningkatan
kinerja dan mencapai visi dan misi organisasi yang akan dicapai.
3. Berdasarkan hasil penelitian diperlukan untuk meningkatkan gaya
kepemimpinan untuk meningkatkan motivasi kerja yang tinggi dan
71
komunikasi internal dari karyawan, caranya dengan mempertahankan gaya
pimpinan yang bersikap tidak ambivalensi dalam penilaian kinerja
bawahannya, pimpinan memperhatikan benar prestasi kerja bawahannya dan
pimpinan harus lebih berpartisipasi terhadap kinerja bawahan, caranya dengan
memberikan arahan dari atasan kepada bawahan dan memperhatikan secara
pribadi dalam mempromosikan bawahan bagi yang bekerja keras. Selain itu
juga perlu meningkatkan komunikasi internal untuk meningkatkan motivasi
yang tinggi, caranya dengan diadakan pelatihan kerja yang sifatnya outbound.
dan mengadakan rekreasi bersama, pertandingan olahraga, dan makan malam
bersama.
4. Gaya kepemimpinan yang relatif cocok untuk iklim bekerja di lingkungan PT.
PLN (Persero) Area Metro adalah gaya kepemimpinan konsultatif atau biasa
dikenal dengan gaya kepemimpinan transformasional. Selain itu gaya
kepemimpinan lain kurang cocok untuk diterapkan jika berkaca pada hasil
penelitian yang dilakukan. Sangat baik jika pada masa pergantian pemimpin
dapat menyesuaikan dengan iklim dan budaya yang sudah terbentuk sehingga
tidak menciptakan bias kultural yang pada akhirnya berdampak pada
pencapaian kinerja.
5. Bagi penelitian yang akan datang disarankan agar mempertimbangkan faktor-
faktor lain yang turut berpengaruh terhadap motivasi, seperti usia, masa kerja,
dan jenis kelamin responden.
DAFTAR PUSTAKA
H. Malayu S.P.Hasibuan Drs. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT. Bumi
Aksara
Mangkunegara Prabu A. A, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Cetakan
kedelapan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Hasibuan, Malayu, S.P, 2004. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas, Cetakan