Top Banner
75 Al-Hasany Vol. 1, No. 1, JuliDesember 2016 Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Oleh: Nursri Hayati Dosen Tetap pada Sekolah Tinggi Agama Islam Tapanuli (STAITA) Padangsidimpuan ABSTRAK Basically, Islamic educational institutions have an ideal role in the era of the Asean Economic Community. Islamic educational institutions belonging to the three (3) forms, namely; informal Islamic educational institutions, non-formal Islamic educational institutions and formal Islamic education institutions. Each form has a domain and a different role. In the era of the Asean Economic Community skilled, smart, and competitive human resources need to be prepared. Kata kunci: Islamic Educational Institutions, Asean Economic Community. A. Pendahuluan. Jika kita menelusuri garis waktu kearah yang sudah tergoreskan, secara khusus di Indonesia, pendidikan islam telah ada sejak islam masuk. Pada zaman pra-penjajahan Belanda telah berdiri surau-surau, langgar, dan/atau masjid di beberapa daerah di Indonesia. Hal ini menjadi salah satu bukti adanya aktivitas pendidikan islam. Perkembangan pendidikan islam bukan tanpa hambatan. Di era penjajahan Belanda selama 350 tahun plus era penjajahan Jepang selama 3,5 tahun, kita mengenal banyak tokoh Islam seperti Pati Unus, Panglima Fatahillah, Sultan Baabullah, Sultan Iskandar Muda, hingga tokoh nasional seperti K.H. Hasyim Asy‟ari (Pendiri Pesantren Tebu Ireng dan Nahdhatul Ulama), K.H. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), dan jauh lebih banyak yang tidak disebutkan. Semua tokoh ini menentang penjajahan dan menjadikan pendidikan Islam sebagai bagian dari perjuangan mereka.
22

PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Nov 25, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

75

Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016 Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan

PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Oleh: Nursri Hayati Dosen Tetap pada Sekolah Tinggi Agama Islam Tapanuli (STAITA)

Padangsidimpuan

ABSTRAK Basically, Islamic educational institutions have an ideal role in the era of the Asean Economic Community. Islamic educational institutions belonging to the three (3) forms, namely; informal Islamic educational institutions, non-formal Islamic educational institutions and formal Islamic education institutions. Each form has a domain and a different role. In the era of the Asean Economic Community skilled, smart, and competitive human resources need to be prepared.

Kata kunci: Islamic Educational Institutions, Asean Economic

Community.

A. Pendahuluan.

Jika kita menelusuri garis waktu kearah yang sudah tergoreskan, secara

khusus di Indonesia, pendidikan islam telah ada sejak islam masuk. Pada zaman

pra-penjajahan Belanda telah berdiri surau-surau, langgar, dan/atau masjid di

beberapa daerah di Indonesia. Hal ini menjadi salah satu bukti adanya aktivitas

pendidikan islam.

Perkembangan pendidikan islam bukan tanpa hambatan. Di era penjajahan

Belanda selama 350 tahun plus era penjajahan Jepang selama 3,5 tahun, kita

mengenal banyak tokoh Islam seperti Pati Unus, Panglima Fatahillah, Sultan

Baabullah, Sultan Iskandar Muda, hingga tokoh nasional seperti K.H. Hasyim

Asy‟ari (Pendiri Pesantren Tebu Ireng dan Nahdhatul Ulama), K.H. Ahmad Dahlan

(Pendiri Muhammadiyah), dan jauh lebih banyak yang tidak disebutkan. Semua

tokoh ini menentang penjajahan dan menjadikan pendidikan Islam sebagai bagian

dari perjuangan mereka.

Page 2: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016

76

Jika kita melihat dalam skala Eks-Kabupaten Tapanuli Selatan1, salah satu

tokoh yang turut serta dalam sejarah perkembangan pendidikan islam adalah Prof.

Syekh H. Ali Hasan Ahmad Addary2. Cendikiawan muslim ini adalah salah satu

Guru Besar Pendidikan Islam Modern di Tapanuli Selatan dan tokoh NU Sumatera

Utara. Beliau adalah pendiri Universitas Islam Tapanuli (UISTA) dan termasuk

tokoh yang terlibat dalam mendirikan IAIN Sumatera Utara. Begitu banyak ide-ide

beliau yang dituangkan dalam bentuk organisasi, lembaga, atau instansi yang

kemudian menjadi bagian dari pendidikan islam di daerah itu saat ini.

Mendengar dan/atau membaca fakta-fakta sejarah tersebut, kita dapat

menyadari bahwa salah satu strategi pendidikan islam yang telah dilakukan oleh

para pendahulu kita dalam menghadapi perubahan zaman adalah membentuk

lembaga pendidikan Islam. Hal ini ditandai dengan dibangunnya surau, langgar,

dan mesjid serta dibentuknya lembaga-lembaga pendidikan islam formal yang

dicita-citakan sebagai sentral pengembangan islam dalam mencapai tujuan

pendidikan islam itu sendiri.

Pembentukan lembaga-lembaga pendidikan yang ada, bukan semata-mata

hanya sebagai wadah aktualisasi diri dan/atau institusi sosial yang akan menjadi

bagian dari dinamika masyarakat. Tapi murni sebagai cita-cita luhur para

pendahulu kita untuk membentuk; manusia seutuhnya, manusia Abdullah,

manusia kholifah fil-ardh, manusia yang memiliki kepribadian muslim, manusia

dengan kepribadian yang merealisasikan ajaran islam dalam kehidupannya.

Hingga mampu menghadapi perubahan zaman, salah satunya akibat globalisasi.

Perlu juga kita ketahui, bahwa globalisasi berarti kenaikan intensitas lintas

kultur, norma sosial, kepentingan dan ideologi antar bangsa. Oleh karena itu,

setiap bangsa dituntut memiliki kesiapan kultural untuk melakukan integrasi

terhadap sistem internasional tanpa terkaburkan identitas negara. Globalisasi juga

menyebabkan kesenjangan yang semakin melebar antara bekal moral dengan

kemampuan intelektual. Oleh karena itu, setiap bangsa harus memiliki sumber

daya manusia yang memiliki kemampuan intelektual dan berbasis moral.

1Sekarang telah dibagi menjadi 1 Pemerintah Kota dan 4 Pemerintah Kabupaten.

2http://www.nu-tapsel.rizalubis-web.com/2014/11/prof-syekh-h-ali-hasan-ahmad-addary.html, diakses

pada pukul 11.45 wib, 24 Desember 2015.

Page 3: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Peran Lembaga Pendidikan Islam…NURSRI HAYATI

77

Salah satu bentuk dari globalisasi yang sedang mewabah ini adalah

pembentukan suatu komunitas dalam waktu dekat yang sering disebut dengan

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau disebut juga dengan Asean Economic

Community (AEC)3. Disebutkan bahwa: “Dalam menghadapi persaingan yang teramat

ketat selama MEA ini, negara-negara ASEAN haruslah mempersiapkan sumber daya

manusia (SDM) yang trampil, cerdas, dan kompetitif”.

Untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil, cerdas dan

kompetitif diperlukan strategi dalam berbagai aspek. Salah satu aspek yang

memiliki peran penting adalah peran lembaga pendidikan. Dengan kata lain,

lembaga pendidikan memiliki peran strategis dalam menghasilkan SDM sesuai

dengan kebutuhan zaman, termasuk MEA.

MEA adalah suatu momen dalam perputaran zaman yang dapat dijadikan

sebagai salah satu titik point kebangkitan pendidikan islam ke arah selanjutnya.

Namun, juga bisa menjadi salah satu titik pelemahan peran lembaga pendidikan

islam dalam kehidupan kekinian. Mengingat peluang kedua hal tersebut sama

besarnya, maka segala kemungkinan bisa terjadi.

Selanjutnya, fokus utama dalam kajian ini adalah bagaimana peran lembaga

pendidikan Islam dalam menghadapi perubahan zaman, khususnya Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA). Sebagaimana kita ketahui sebelumnya, untuk

menghadapi Era MEA tersebut dibutuhkan SDM yang terampil, cerdas, dan

kompetitif.

B. Lembaga Pendidikan Islam.

Dalam ilmu sosilogis, kata “lembaga” sering diwakilkan dengan kata

“institusi”. Makna kata “lembaga” dari perspektif berbagai disiplin ilmu belum

mengerucut pada satu kesimpulan yang absolut, meski ada kesamaan tujuan. Hal

tersebut memang sulit terjadi mengingat penggunaan dan pemaknaan kata

“lembaga” juga tidak sama dan disiplin ilmu yang dipakai juga masih berkembang

dan berbeda-beda. Namun ada semacam kesamaan sudut pandang tentang kata

3https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_Ekonomi_ASEAN, diakses pada pukul 12.25 wib, 24

Desember 2015.

Page 4: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016

78

“lembaga” yang juga sering diidentikkan sebagai salah satu bentuk kelompok

sosial.

Dalam Kamus Bahasa Besar Indonesia (KKBI), kamus versi online4, ada 6

point arti kata “lembaga”. Namun, hanya 3 point makna kata yang diangkat untuk

kebutuhan pemaknaan dalam tulisan ini mengingat 3 point makna kata lainnya

sudah terwakili. 3 point yang dianggap mewakili tersebut, yakni : (1)acuan, ikatan

(tentang mata cincin dan sebagainya); (2)badan (organisasi) yang tujuannya

melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha; (3)pola

perilaku manusia yang mapan, terdiri atas interaksi sosial berstruktur dalam suatu

kerangka nilai yang relevan.

Selanjutnya, makna pendidikan Islam oleh Haidar Putra Daulay

didefinisikan sebagai pendidikan yang bertujuan membentuk pribadi muslim yang

seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik berbentuk jasmaniyah

maupun rohaniyah, menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi

manusia dengan Allah, manusia dan alam semesta.5

Agar tidak terjadi perbedaan persepsi dalam memaknai kata Lembaga

Pendidikan Islam, diambil suatu kesimpulan. Dimana, dalam tulisan ini, Lembaga

Pendidikan Islam dimaknai sebagai acuan, ikatan, badan (organisasi), dan/atau

pola perilaku manusia yang menunjukkan interaksi sosial berstruktur dalam

rangka membentuk pribadi muslim yang seutuhnya, mengembangkan seluruh

potensi manusia baik berbentuk jasmaniyah maupun rohaniyah,

menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi manusia dengan

Allah, manusia dan alam semesta.

Ada pendapat yang menyebutkan bahwa terdapat 3 bentuk lembaga

pendidikan6 saat ini; (1)Lembaga Pendidikan Keluarga; (2)Lembaga Pendidikan

Sekolah; (3)Lembaga Pendidikan Masyarakat. Jika kita kaitkan dengan Lembaga

Pendidikan Islam (yang merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan), maka

Lembaga Pendidikan Islam juga demikian.

4http://kbbi.web.id/lembaga, diakses pada 13.12 wib, 24 Desember 2015.

5Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),

hlm. 6. 6http://kangmahfudz.blog.com/2013/11/21/fungsi-dan-peran-lembaga-pendidikan/, diakses pada jam

13.40 tanggal 24 Desember 2015.

Page 5: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Peran Lembaga Pendidikan Islam…NURSRI HAYATI

79

Haidar Putra Daulay mencoba melihat pendidikan Islam sebagai lembaga

dan membaginya ke dalam 3 (tiga) bentuk, yakni: (1)Lembaga pendidikan

informal, yang berlangsung di rumah tangga; (2)Lembaga pendidikan nonformal,

yang berlangsung di masyarakat; (3)Lembaga pendidikan formal, yang

berlangsung di sekolah (pesantren, sekolah, madrasah, dan pendidikan tinggi)7.

Kedua pendapat tersebut pada dasarnya adalah sama. Lembaga Pendidikan

Formal, dengan istilah berbeda disebut juga Lembaga Pendidikan Sekolah.

Lembaga Pendidikan Nonformal dengan istilah berbeda disebut juga Lembaga

Pendidikan Masyarakat. Lembaga Pendidikan Informal dengan istilah berbeda

disebut juga Lembaga Pendidikan Keluarga. Perbedaan istilah mungkin akan

memicu perbedaan pengklasifikasian mengingat perkembangan ilmu sosial yang

belum berhenti dan tidak bersifat exacta.

Seperti yang disampaikan sebelumnya, domain lembaga pendidikan informal

adalah rumah tangga. Rumah tangga bisa saja hanya sebatas anggota keluarga inti

(ayah, ibu, dan anak), namun jika ada anggota keluarga lain yang bukan anggota

keluarga inti, selama asumsinya adalah sebatas rumah tangga (misal; mertua,

menantu, ponakan, paman, dan sebagainya) selama itu pula ia dikatakan lembaga

pendidikan informal.

Demikian pula halnya dengan lembaga pendidikan nonformal yang

domainnya adalah masyarakat. Tidak ada batasan tentang seluas apa masyarakat

yang terlibat. Selama asumsinya adalah bukan sebatas rumah tangga dan tidak

termasuk kategori sekolah formal (pesantren, sekolah, madrasah, dan pendidikan

tinggi), maka ia dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan nonformal.

Secara khusus, lembaga pendidikan formal adalah satu-satunya lembaga

pendidikan yang dibentuk atas dasar kebutuhan yang lebih luas dan waktu yang

lebih lama. Terdapat kelembagaan yang khusus mengatur segala aktifitas dalam

lembaga pendidikan formal (manajemen/administrasi resmi), kompleksitas

permasalahan, rutinitas yang memiliki intensitas dan legalitas resmi (terstruktur),

dan pengaturan-pengaturan lain yang mungkin tidak didapatkan pada lembaga

pendidikan informal dan nonformal. Asumsi yang digunakan untuk melihat suatu

7Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia…, hlm. 10.

Page 6: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016

80

lembaga pendidikan formal adalah sisi legalitas aturan hukum yang berlaku dan

menempatkan lembaganya sebagai suatu aktifitas formal.

Jika melihat Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, jalur pendidikan di Indonesia juga ada 3, yakni; pendidikan formal,

pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Akan tetapi, terdapat perbedaan

persepsi dalam pengklasifikasian jenis pendidikan berdampak pada

pengklasifikasian jenis lembaganya. Seperti contoh; asumsi yang digunakan untuk

melihat suatu lembaga pendidikan nonformal di Indonesia harus sesuai dengan

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I

pasal 1 ayat 12, yang menyatakan bahwa “pendidikan nonformal adalah jalur

pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur

dan berjenjang”. Sehingga lembaga pendidikan informal yang domainnya adalah

rumah tangga namun terstruktur dan berjenjang juga dapat dikategorikan sebagai

lembaga pendidikan nonformal. Perbedaan persepsi ini mungkin saja terjadi

karena adanya perbedaan antara kepentingan kebutuhan peraturan dan kajian

teoritis.

Dalam tulisan ini, persepsi yang digunakan untuk mengklasifikasikan bentuk

lembaga pendidikan islam adalah persepsi yang menempatkan; (1)domain

lembaga pendidikan islam informal adalah rumah tangga; (2)domain lembaga

pendidikan islam nonformal adalah masyarakat; dan (3)domain lembaga

pendidikan islam formal adalah sekolah.

C. Peran Lembaga Pendidikan Islam.

Sebagaimana telah disepakati sebelumnya, lembaga pendidikan Islam

dimaknai sebagai acuan, ikatan, badan (organisasi), dan/atau pola perilaku

manusia yang menunjukkan interaksi sosial berstruktur dalam rangka membentuk

pribadi muslim yang seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik

berbentuk jasmaniyah maupun rohaniyah, menumbuhsuburkan hubungan yang

harmonis setiap pribadi manusia dengan Allah, manusia dan alam semesta.

Dengan demikian, peran lembaga pendidikan Islam tidak akan melenceng jauh

dari tujuan pendidikan islam.

Page 7: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Peran Lembaga Pendidikan Islam…NURSRI HAYATI

81

Melihat realitas yang ada, maka berbicara tentang peran tidak lepas dari

tugas dan fungsi. Demikian juga dengan lembaga pendidikan Islam. Peran

lembaga pendidikan Islam adalah melaksanakan tugas dan fungsinya yang

nantinya akan bermuara pada tujuan utama dari lembaga pendidikan Islam itu

sendiri.

Oleh sebab itu, peran lembaga pendidikan Islam adalah mencapai tujuan

lembaga pendidikan Islam. Dimana tujuan lembaga pendidikan Islam adalah;

(1)membentuk pribadi muslim seutuhnya; (2)mengembangkan seluruh potensi

manusia baik berbentuk jasmaniya maupun rohaniyah; dan

(3)menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi manusia dengan

Allah, manusia dan alam semesta.

Tidak hanya itu, lembaga pendidikan Islam memiliki peran lain. Peran lain

dimaksud tidak terlepas dari impact (dampak) yang diperoleh karena tercapainya

tujuan lembaga pendidikan Islam itu sendiri. Sebagai contoh, pencapaian lembaga

pendidikan Islam dalam membentuk pribadi muslim seutuhnya, akan berdampak

pada pembentukan sebuah peradaban Islam setidak-tidaknya di daerah domain

lembaga pendidikan Islam itu sendiri. Jika pencapaian lembaga pendidikan Islam

itu berdampak dalam skala yang lebih besar (misalnya suatu negara), maka

bukanlah hal yang mustahil jika terbentuk suatu negara dengan individu yang

memiliki kepribadian muslim seutuhnya.

Di Indonesia, lembaga pendidikan Islam hanyalah salah satu dari lembaga-

lembaga pendidikan yang ada. Meskipun Indonesia adalah negara dengan

penduduk mayoritas beragama Islam, akan tetapi tidak semua penduduknya

memilih dan/atau menggunakan lembaga pendidikan Islam sebagai tempat untuk

belajar dan mempelajari ilmu pengetahuan. Setidaknya, sudah sejauh mana peran

lembaga pendidikan Islam di Indonesia?.

Secara statistik untuk tingkat perguruan tinggi, ditemukan8 1.106 Akademi di

Indonesia, 238 Politeknik, 2.397 Sekolah Tinggi, 123 Institut, 531 Universitas dan 7

komunitas akademi. Sehingga terdapat 4.402 lembaga pendidikan formal

(berstatus negeri dan swasta) yang telah terdata oleh Kementrian Riset dan

8http://forlap.dikti.go.id/perguruantinggi/homegraphpt, Kategori PT:Negeri, Pangkalan Data

Pendidikan Tinggi, Kementrian Riset dan Perguruan Tinggi, 2015. Diakses pada tanggal 5 Februari 2015.

16:07 wib.

Page 8: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016

82

Perguruan Tinggi. Lembaga pendidikan tersebut mencakup seluruh jenis lembaga

pendidikan yang ada di Indonesia, termasuk lembaga pendidikan Islam formal.

Selanjutnya, dalam sumber lain9 disebutkan bahwa jumlah Perguruan Tinggi

Islam Negeri di Indonesia adalah 55 lembaga. Terdiri dari 11 Universitas Islam

Negeri, 25 Institut Agama Islam Negeri, dan 19 Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri. Sedangkan jumlah perguruan tinggi agama islam swasta di Indonesia

adalah 652 lembaga. Terdiri dari 92 FAI/Universitas, 43 Institut Agama Islam, dan

517 Sekolah Tinggi Agama Islam. Dengan demikian, total lembaga pendidikan

Islam formal di Indonesia hingga akhir tahun 2015 (negeri dan swasta) adalah 707

lembaga.

Jumlah lulusan dari setiap lembaga pendidikan tidaklah sama apalagi

kualitasnya. Sehingga jika harus mengukur kualitas dan kuantitas output Sumber

Daya Manusia yang dihasilkan oleh 707 lembaga pendidikan islam formal yang

ada, belum dapat dipastikan. Belum adanya data pendukung dan kurangnya

sumber daya untuk hal itu adalah keterbatasan penulis. Hal ini merupakan

peluang bagi semua pihak yang ingin mengkajinya lebih dalam.

Akan tetapi, bukan berarti peran lembaga pendidikan Islam dari sisi lembaga

pendidikan formal menjadi tidak ada. Peran lembaga pendidikan Islam setidaknya

akan mempengaruhi setiap individu atau kelompok yang terlibat di dalam

interaksi sosial terstrukturnya. Khususnya 707 lembaga pendidikan Islam formal

yang sudah ada.

Jika melihat perbandingan jumlah lembaga pendidikan yang ada, maka rasio

jumlah lembaga pendidikan formal yang ada di Indonesia dengan jumalh lembaga

pendidikan Islam formal adalah sebesar 16 % (persen). Rasio ini memang bukan

realisasi peran sesungguhnya dan tidak akan bisa mewakili pengukuran peran

lembaga pendidikan Islam formal yang ada di Indonesia. Akan tetapi cukup

sebagai gambaran eksistensi lembaga pendidikan Islam dari sisi lembaga

pendidikan formal di Indonesia.

Data lembaga pendidikan tersebut, hanya untuk tingkat pendidikan tinggi

saja. Dengan kata lain, pada jenjang pendidikan tinggi, lembaga pendidikan Islam

9http://diktis.kemenag.go.id/bansos/cari_nspt.php, diakses pada Diakses pada tanggal 5 Februari 2015.

16:15 wib.

Page 9: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Peran Lembaga Pendidikan Islam…NURSRI HAYATI

83

menunjukkan eksistensi yang cukup untuk berperan dalam Sistem Pendidikan

Nasional. Bagaimana dengan lembaga pendidikan Islam formal lainnya?. Hal ini

masih terbuka lebar untuk dikaji oleh siapapun.

Pada sub bahasan sebelumnya telah disepakati 3 (tiga) bentuk lembaga

pendidikan Islam. Setiap bentuk lembaga pendidikan Islam yang ada memiliki

peran yang tidak selalu sama atau identik. Maksudnya, peran lembaga pendidikan

Islam informal tidak selalu sama atau identik dengan peran lembaga pendidikan

islam nonformal atau peran lembaga pendidikan islam formal.

D. Peran Lembaga Pendidikan Islam Informal.

Berbicara tentang rumah tangga identik dengan mengkaji keluarga. Namun,

rumah tangga sebagai domain lembaga pendidikan Islam informal memiliki arti

yang lebih luas jika dibanding dengan keluarga. Meski demikian, dalam perpektif

lembaga pendidikan Islam informal, keluarga dapat menjadi salah satu contohnya.

Sebagaimana kita ketahui bersama, keluarga adalah pabrik terbesar yang

akan menyediakan sumber daya manusia (SDM). Dengan kata lain, peran yang

sudah melekat pada keluarga adalah menjaga/memelihara ketersediaan SDM.

Menurut Al Rasyidin10 ada beberapa syarat agar sebuah keluarga dianggap

ideal, yakni : (1)diikat oleh kesamaan keyakinan atau aqidah; (2)diikat oleh

kesamaan visi dan cita-cita; dan (3)diikat oleh kesamaan gairah dalam beraktifitas

atau ber-„amal sholeh. Jika syarat tersebut terpenuhi, maka akan terbentuk sebuah

keluarga ideal.

Secara logika, keluarga ideal akan lebih mudah menghasilkan sumber

daya manusia yang berkualitas. Dimana, adanya kesamaan keyakinan,

kesamaan visi dan cita-cita, dan kesamaan gairah dalam beraktifitas akan

mempermudah pencapaian tujuan membentuk individu sesuai kebutuhan

zaman. Inilah salah satu arti penting peran keluarga dalam menghasilkan

bentuk kehidupan yang lebih baik.

10

Al Rasyidin, “Pengembangan Pendidikan Agama dalam Keluarga (sebuah renungan bagi orang

tua)”, dalam Syafaruddin (Ed), Pendidikan dan Transformasi Sosial, (Medan: Citapustaka Media Perintis,

2009), hlm. 35.

Page 10: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016

84

Hanya saja, bentuk keluarga ideal tersebut hampir mustahil terealisasi

dalam kehidupan nyata. Realitas ini telah disampaikan oleh Al Rasyidin yang

menyatakan:

“…..Kini, sebuah keluarga umumnya hanya diikat oleh hubungan darah atau keturunan semata. Mereka berasal dari satu ayah dan ibu dan tinggal menetap dalam satu rumah atau tempat tinggal yang sama, tetapi visi, cita-cita, dan aktivitas amal mereka berbeda-beda. Di antara keluarga-keluarga masa kini bahkan tidak jarang ditemukan adanya perbedaan aqidah di kalangan anggota keluarga, antara ayah-ibu, bahkan sesama anak atau anggota keluarga lainnya.” 11

Fenomena tersebut memberikan suatu penjelasan tentang keadaan

keluarga di era saat ini. Meski keadaan itu tidak terjadi pada semua keluarga,

akan tetapi hal ini menjadi salah satu faktor pelemahan/penguatan peran

keluarga.

Tidak hanya itu saja, permasalahan lain seperti kemampuan edukatif,

lemahnya ekonomi, dan kurangnya rasa kepercayaan diri setiap/sebagian

individu dalam keluarga, membuat peran keluarga juga semakin melemah atau

menguat. Kemampuan untuk mendidik, melatih, membimbing, dan/atau

memberikan contoh teladan dalam keluarga juga sangatlah penting. Mengingat

keluarga adalah tempat pertama “mengecap pendidikan”, peran keluarga

dalam hal tersebut bisa menjadi faktor pelemahan/penguatan. Lemahnya

ekonomi keluarga memang menjadi hal yang dihadapi mayoritas keluarga

dalam sebuah negara miskin bahkan negara yang sudah maju sekalipun.

Kurangnya daya ekonomis untuk memenuhi kebutuhan pokok12 akan

mempengaruhi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang dianggap

sekunder. Kurangnya rasa percaya diri setiap/sebagian individu dalam

keluarga sering mempengaruhi pola pikir untuk melakukan pilihan-pilihan

dalam keputusan penting.

Jika melihat keluarga dalam kepentingannya sebagai lembaga pendidikan

Islam informal, maka peran keluarga untuk mencapai tujuan pendidikan Islam

masih jauh dari optimal. Meski Indonesia negara mayoritas muslim, akan tetapi

11

Al Rasyidin, “Pengembangan Pendidikan Agama…, hlm. 36. 12

Sandang, pangan dan papan.

Page 11: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Peran Lembaga Pendidikan Islam…NURSRI HAYATI

85

tidak semua keluarga muslim menjadikan tujuan pendidikan Islam sebagai

tujuan keluarga.

Oleh sebab itu, berdasarkan pemaparan yang ada, maka ada beberapa

peran lembaga pendidikan Islam informal dalam kaitannya dengan sumber

daya manusia (SDM), yakni; (1)menjaga/memelihara ketersediaan SDM;

(2)mempengaruhi terbentuknya ideologis dasar (permasalahan kesamaan

akidah, visi, cita-cita); (3)mempengaruhi terbentuknya watak dan sikap dasar

(permasalahan kesamaan gairah dalam beraktifitas, dan kemampuan edukatif);

(4)mempengaruhi kesiapan fisik (permasalahan ekonomi); (5)mempengaruhi

kesiapan mental/psikis (permasalahan kepercayaan diri). Dengan demikian,

setiap keluarga berperan dan bertanggung jawab dalam menjaga, memelihara

keutuhan keluarga. Sebagaimana firman Allah dalam QS. At-Tahrim:6

ها يأ ي ي هليكم نارا وقودها ٱلذ

نفسكم وأ

عليها نلئكة غلظ ٱ ار و ٱلذاا ءاننوا قوا أ

شداد للذ يعصون مرهم ويفعلون نا ؤمرون ٱلذ ٦ نا أ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

E. Peran Lembaga Pendidikan Islam Nonformal.

Masyarakat sebagai domain lembaga pendidikan nonformal berakibat

pada banyaknya kemungkinan lembaga yang tergolong ke dalam jenis lembaga

ini. Luasnya golongan yang dapat dikategorikan sebagai masyarakat

memerlukan suatu kesepakatan untuk memudahkan analisanya.

Oleh sebab itu, digunakan asumsi yang telah disepakati sebelumnya.

Dimana, lembaga pendidikan nonformal adalah lembaga pendidikan yang

domainnya bukan sebatas rumah tangga dan tidak termasuk kategori sekolah

formal (pesantren, sekolah, madrasah, dan pendidikan tinggi). Meski demikian,

asumsi tersebut masih luas namun sudah jelas perbedaanya dengan domain

bentuk lembaga pendidikan lainnya.

Setidaknya, diperlukan suatu kesepakatan yang dijadikan dasar agar

diperoleh kesamaan persepsi tentang peran lembaga pendidikan nonformal ini.

Page 12: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016

86

Dalam hal ini, fungsi masyarakat sebagai lembaga dapat menjadi kesepakatan

yang mengungkapkan perannya dalam pendidikan.

Untuk itu, penulis mengutip pendapat Soerjono Soekanto13 yang

menyatakan bahwa ada 3 fungsi lembaga kemasyarakatan yang bertujuan

memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia yakni ;

1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus

bertingkah-laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah

dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan;

2. Menjaga keutuhan masyarakat; dan

3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem

pengendalian sosial (sosial controli). Artinya sistem pengawasan masyarakat

terhadap tingkah-laku anggota-anggotanya.

Berdasarkan fungsi tersebut, dapat kita sepakati bahwa salah satu peran

masyarakat sebagai lembaga pendidikan Islam nonformal adalah memberikan

pedoman pada anggota lembaga pendidikan Islam. Tentunya, pedoman yang

berlaku adalah pedoman yang sesuai dengan pedoman yang dipakai dalam

pendidikan Islam. Setidaknya, dominasi pedoman yang dipakai dalam

pendidikan Islam akan lebih jelas.

Dalam hal ini, peran lembaga pendidikan Islam nonformal dalam

kaitannya untuk menghasilkan SDM yang terampil, cerdas dan kompetitif

dapat berupa pedoman yang akan mendidik anggota masyarakat tentang

tingkah laku atau sikap dalam menghadapi masalah. Dengan adanya pedoman

sebagai hasil dan/atau dampak dari fungsi kelembagaan masyarakat, maka

setidaknya lembaga kemasyarakat memiliki peran dalam membentuk SDM

yang terlatih dengan ketentuan/kesepakatan yang berlaku di masyarakat.

Istilah yang sering digunakan terkait pedoman yang berlaku di masyarakat

adalah norma.

Secara sosiologis, ada 4 pengertian norma yang dikenal14 di masyarakat

yakni; cara, kebiasaan, tata kelakukan (perilaku), dan adat istiadat. Masing-

13

Soerjono Soekanto, Sosiologi : Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), hlm. 219. 14

Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar…, hlm. 220.

Page 13: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Peran Lembaga Pendidikan Islam…NURSRI HAYATI

87

masing pengertian norma tersebut dianggap memiliki dasar yang sama namun

memiliki perbedaan tingkat kekuatan memaksa individu untuk

melaksanakannya. Sebagai contoh; cara adalah pengertian norma yang

menunjukkan suatu bentuk aktivitas perbuatan melakukan sesuatu, namun

tidak terlalu mengikat pada setiap individu untuk melakukannya. Akan tetapi,

adat istiadat yang juga dianggap sebagai bentuk aktivitas perbuatan melakukan

sesuatu, mengikat individu untuk melakukannya. Perbedaan tingkat kekuatan

mengikat inilah yang membedakan cara dan adat istiadat.

Peran lain masyarakat sebagai lembaga pendidikan Islam nonformal juga

dapat dilihat dari fungsinya untuk menjaga keutuhan komunitasnya. Peran ini

dianggap sebagai tindakan survive (bertahan hidup) terhadap kemungkinan hal

yang dapat mengancam keutuhan masyarakat itu sendiri. Sebagai dampak dari

fungsi kelembagaan masyarakat tersebut, setiap individu yang terlibat dalam

interaksi sosial kelembagaan masyarakat juga akan terlatih untuk turut

bertindak survive dalam keadaan yang sesuai. Hingga mampu menumbuhkan

jiwa kompetitif.

Selain itu, fungsi social control yang ada pada domain lembaga pendidikan

Islam informal yaitu masyarakat, akan berdampak pada pembentukan SDM

yang menyadari pentingnya pengawasan agar tujuan tercapai sesuai rencana.

Dampak yang diharapkan dari fungsi ini adalah tumbuhnya moralitas SDM

(mawas diri) yang didasari atas rasa kesadaran kepentingan bersama.

Berdasarkan pemaparan-pemaparan tentang peran lembaga pendidikan

Islam nonformal tersebut, maka dapat disepakati bahwa terdapat beberapa

peran dalam kaitannya dengan sumber daya manusia (SDM), yakni;

(1)mempengaruhi watak dan sikap dasar sekaligus ideologis SDM(dampak dari

fungsi pemberian pedoman); (2)mempengaruhi terbentuknya jiwa kompetitif

dan kooperatif (dampak dari fungsi upaya menjaga keutuhan masyarakat); dan

(3)mempengaruhi pembentukan moral sosial-kultural (dampak dari adanya

fungsi social control).

Page 14: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016

88

F. Peran Lembaga Pendidikan Islam Formal.

Asumsi yang digunakan untuk melihat suatu lembaga pendidikan formal

adalah sisi legalitas aturan hukum yang berlaku dan menempatkan

lembaganya sebagai suatu aktifitas formal. Oleh sebab itu setidaknya terdapat 4

kelompok yang termasuk dalam kelompok lembaga pendidikan Islam Formal

ini, yaitu; madrasah, pesantren, sekolah, dan perguruan tinggi.

1. Madrasah.

Menurut Haidar15, madrasah adalah lembaga pendidikan Islam yang

tumbuh sejak masuknya ide-ide pembaruan pemikiran Islam di Indonesia

pada awal abad ke dua puluh. Namun, saat ini madrasah sudah dianggap

sebagai sekolah yang berciri khas agama Islam.

Ada 3 bentuk umum madrasah di Indonesia, yakni; madrasah

ibtidaiyah (setingkat SD), madrasah tsanawiyah (setingkat SMP), dan

madrasah aliyah (setingkat SMA/SMK). Yang membedakan madrasah

dengan lembaga lainnya adalah materi bahan ajar yang diberikan berupa

pengetahuan dasar tentang agama Islam sebagai bekal pengetahuan dan

moral keagamaan. Bahan ajar agama Islam yang ada tidak seluas materi di

Pesantren namun lebih luas jika dibanding pendidikan Agama Islam di

Sekolah. Meski demikian madrasah juga mengajarkan pengetahuan umum

sebagai bagian dari pengetahuan dasar pula. Mata pelajaran akidah akhlak

pada madrasah diharapkan sebagai bahan dasar pembentukan pengetahuan

moral keagamaan.

Sejarah awal mula timbulnya madrasah, menunjukkan adanya

kebutuhan akan lembaga yang dibentuk untuk mencapai tujuan pendidikan

Islam. Oleh sebab itu, peran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam

formal adalah (1)menyediakan kebutuhan pengetahuan dasar dan menengah

pendidikan Agama Islam; (2)memberikan pendidikan karakter SDM yang

memiliki moral keagamaan.

15

Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia…, hlm. 26.

Page 15: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Peran Lembaga Pendidikan Islam…NURSRI HAYATI

89

2. Pesantren.

Seiring waktu, pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan Islam

yang juga sudah mulai mengalami perkembangan. Dahulu (zaman

penjajahan/pra kemerdekaan hingga sebelum era reformasi), pesantren yang

ada di Indonesia termasuk ke dalam jenis pesantren salafi (tradisional).

Namun seiring waktu, telah banyak berdiri pesantren dengan konsep baru

yang sering disebut pesantren khalafi (modern). Perbedaan keduanya terlihat

pada, keadaan pesantren salafi yang terkonsentrasi pada pengajaran kitab-

kitab klasik dan nonklasik sedangkan pesantren khalafi menjadikan

kurikulum sebagai pedoman, manajemen lembaga dan metode pembelajaran

yang diperbaharui dari metode pengajaran di pesantren salafi.

Perbedaan utama antara madrasah dengan pesantren, terletak pada

kedalaman kajian dan keluasan materi yang diajarkan di pesantren yang

lebih luas dibanding di madrasah. Meskipun sama-sama berkonsentrasi

pada kajian keagamaan.

Hal ini juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peran

masing-masing jenis pesantren dalam menghasilkan sumber daya manusia.

Ketiadaan atau kurangnya pengajaran ilmu-ilmu umum pada pesantren

salafi dapat berakibat pada lemahnya kompetensi alumni pesantren salafi di

bidang pengetahuan umum. Namun demikian, jika melihat peran pesantren

sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam formal, maka dapat dilihat

bahwa pesantren berperan untuk membentuk kompetensi SDM yang baik

dalam bidang pengetahuan agama.

Selain itu, dahulu pesantren berhasil menjadikan dirinya sebagai pusat

gerakan pengembangan Islam sebagaimana menurut Dr. Soebardi dan Prof.

Johns yang dikutip oleh Zamaksyari Dhofier:

Lembaga-lembaga pesantren itulah yang paling menentukan watak

keislaman dari kerajaan-kerajaan Islam, dan yang memegang peranan paling

penting bagi penyabaran Islam sampai ke pelosok-pelosok. Dari lembaga-

lembaga pesantren itulah asal-usul sejumlah manuskrip tentang pengajaran

Islam di Asia Tenggara yang tersedia secara terbatas, yang dikumpulkan

Page 16: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016

90

oleh pengembara-pengembara pertama dari perusahaan-perusahaan dagang

Belanda dan Inggris sejak akhir abad ke-16. Untuk dapat betul-betul

memahami sejarah Islamisasi di wilayah ini, kita harus mulai mempelajari

lembaga-lembaga pesantren tersebut, karena lembaga inilah yang menjadi

anak panah penyebaran Islam di wilayah ini.16

Pendapat tersebut mencoba menyampaikan kepada kita bahwa

dahulunya, pesantren memiliki peran yang sangat crusial sebagai lembaga

pendidikan Islam yang utama dalam mengembangkan pendidikan Islam.

Meski mengingat kondisi hukum dan politik saat itu, pesantren bukanlah

lembaga pendidikan formal yang diakui penguasa/penjajah. Tapi sifat

kelembagaannya menempatkannya menjadi bagian dari lembaga

pendidikan Islam formal.

Situasi dan kondisi pesantren (khususnya salafi), menjadi suatu nilai

khusus yang mampu membentuk kepribadian yang jauh dari pengaruh

masyarakat luas. Kehidupan berasrama atau mondok dalam waktu 3 atau 6

tahun (bahkan ada yang lebih) di usia antara 12-18 tahun adalah keadaan

yang akan memberi kesan mendalam tentang proses pembentukan karakter

yang mandiri dan memiliki jiwa kesadaran yang tinggi. Kehidupan sosial

yang tidak akan didapati pada sekolah umum biasanya.

Berdasarkan pemaparan yang ada, maka peran pesantren sebagai

lembaga pendidikan Islam formal adalah: (1)sebagai lembaga yang berperan

dalam penyebaran agama Islam dan menyiapkan SDM (seperti: da’i) yang

mampu mengemban misi penyebaran ajaran agama Islam; (2)menyiapkan

SDM dengan kemampuan kompetensi keagamaan yang baik; (3)menjadi

wadah pembentukan SDM yang mandiri dan memiliki jiwa kesadaran yang

tinggi.

3. Sekolah.

Yang dimaksud dengan “sekolah” dalam sub bahasan ini bukanlah

istilah yang sifatnya umum. Sekolah disini bermakna sebagai lembaga

pendidikan berjenjang (dasar, menengah pertama, dan menengah atas) dan

16

Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Jakarta: LP3ES, 1983), hlm. 17-18.

Page 17: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Peran Lembaga Pendidikan Islam…NURSRI HAYATI

91

terstruktur, dimana kompetensi kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi berbasis non-agama (sains) dianggap sebagai tujuan dasar.

Dengan kata lain, perbedaan utama antara sekolah dengan

pesantren/madrasah adalah konsentrasi bahan ajar sekolah yang

mengedepankan materi pengetahuan umum. Pendidikan Agama Islam di

sekolah tidak memiliki kuantitas yang cukup. Hal ini ditandai dengan

minimnya jumlah jam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan Islam formal tetap memiliki peran

meski dengan sedikitnya jumlah jam mata pelajaran Agama Islam.

Setidaknya, sekolah masih tetap mengajarkan pendidikan Agama Islam dan

sering menjadikannya sebagai ukuran pengetahuan anak didik yang

merepresentasikan moral anak didik itu sendiri.

Berdasarkan pemaparan yang ada, maka disimpulkanlah peran

sekolah. Oleh sebab itu, peran sekolah sebagai lembaga pendidikan Islam

formal adalah (1)menyediakan pengetahuan dasar yang dianggap penting

tentang ajaran Agama Islam sesuai kurikulum pendidikan nasional;

(2)mempengaruhi pembentukan moral SDM melalui pengajaran Agama

Islam.

4. Perguruan Tinggi.

Fokus dalam kajian ini tentunya adalah perguruan tinggi Islam baik

negeri maupun swasta dan fakultas pendidikan Agama Islam pada

Perguruan Tinggi non keagamaan Islam. Sebab, yang termasuk dalam

kategori lembaga pendidikan Islam formal dengan sub domain perguruan

tinggi adalah perguruan tinggi yang menjadikan pendidikan Agama Islam

sebagai bagian dari fokus lembaganya.

Ada tiga fungsi utama perguruan tinggi, yang dikenal dengan nama Tri

Dharma Perguruan Tinggi. Fungsi pertama adalah fungsi pendidikan dan

pengajaran. Fungsi kedua adalah fungsi penelitian. Fungsi ketiga adalah

fungsi pengabdian kepada masyarakat. Berdasarkan fungsi utama

perguruan tinggi tersebut, kita dapat melihat peran apa saja yang dimainkan

oleh perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan Islam formal atau apa

Page 18: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016

92

saja dampak fungsi utama perguruan tinggi dalam kaitannya sebagai

lembaga pendidikan Islam formal.

Gagasan penulis terhadap peran perguruan tinggi sebagai salah satu

lembaga pendidikan Islam formal untuk menghasilkan SDM yang terampil,

cerdas dan kompetitif dan mengingat adanya 3 fungsi utama perguruan

tinggi dapat kita lihat dalam tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1 Peran Perguruan Tinggi sebagai Lembaga Pendidikan Islam untuk

menghasilkan SDM yang terampil, cerdas dan kompetitif.

Fungsi Utama Perguruan Tinggi

Peran Perguruan Tinggi sebagai Lembaga Pendidikan Islam

Fungsi Pendidikan dan Pengajaran

a. Membentuk kompetensi SDM yang ahli sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka tekuni.

b. Melatih, mengasah dan mengembangkan minat, kompetensi dan bakat SDM kearah profesionalisme

c. Mempengaruhi SDM untuk memperkuat jiwa kompetitif dalam situasi yang lebih kompleks dari jenjang pendidikan sebelumnya.

d. Membentuk SDM dengan ekstra skill seperti; penguasaan bahasa asing, penguasaan teknologi, budaya kerja sama yang baik, dan sebagainya

Fungsi Penelitian

a. Membentuk SDM yang terampil sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka tekuni.

b. Melatih kemampuan SDM dalam menjalin kerja sama yang baik.

Fungsi Pengabdian kepada Masyarakat

a. Membentuk SDM yang memiliki moralitas sosial.

b. Melatih kesiapan mental SDM dalam realitas lapangan pekerjaan.

G. Peran Lembaga Pendidikan Islam dalam menghadapi MEA dan

permasalahannya.

Seperti yang dipaparkan pada sub bahasan sebelumnya, lembaga

pendidikan Islam dapat menunjukkan peran yang mencukupi kebutuhan

perubahan zaman. Demikian juga halnya dengan era masyarakat ekonomi

asean, lembaga pendidikan Islam yang ada tetap memberikan kontribusi yang

cukup dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil,

Page 19: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Peran Lembaga Pendidikan Islam…NURSRI HAYATI

93

cerdas dan kompetitif. Bahkan lembaga pendidikan Islam mampu melebihi

kebutuhan yang dibutuhkan.

Adapun peran lembaga pendidikan Islam sesuai dengan domainnya dan

perannya dalam memenuhi kebutuhan SDM yang terampil, cerdas dan

kompetitif sudah disajikan dalam sub bahasan sebelumnya. Jika disajikan

dalam suatu sistematika penyajian (yakni; tabel), akan diperoleh hasil sebagai

berikut ini;

Tabel 1.2 Peran Lembaga Pendidikan Islam (LPI)

Bentuk Lembaga Pendidikan

Domain Peran LPI terkait SDM

Informal Rumah Tangga

a. Menjaga/memelihara ketersediaan SDM; b. Mempengaruhi terbentuknya ideologis dasar

(permasalahan kesamaan akidah, visi, cita-cita);

c. Mempengaruhi terbentuknya watak dan sikap dasar (permasalahan kesamaan gairah dalam beraktifitas, dan kemampuan edukatif);

d. Mempengaruhi kesiapan fisik (permasalahan ekonomi);

e. Mempengaruhi kesiapan mental/psikis (permasalahan kepercayaan diri)

Nonformal Masyarakat

a. Mempengaruhi watak dan sikap dasar sekaligus ideologis SDM (dampak dari fungsi pemberian pedoman);

b. Mempengaruhi terbentuknya jiwa kompetitif dan kooperatif (dampak dari fungsi upaya menjaga keutuhan masyarakat); dan

c. Mempengaruhi pembentukan moral sosial-kultural (dampak dari adanya fungsi social control)

Formal Sekolah Formal

a. Peran Madrasah; peran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam formal adalah (1)menyediakan kebutuhan pengetahuan dasar dan menengah pendidikan Agama Islam; (2)memberikan pendidikan karakter SDM yang memiliki moral keagamaan

b. Peran Pesantren; (1)sebagai lembaga yang berperan dalam penyebaran agama Islam dan menyiapkan SDM (seperti: da’i) yang mampu mengemban misi penyebaran ajaran agama Islam; (2)menyiapkan SDM dengan

Page 20: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016

94

kemampuan kompetensi keagamaan yang baik; (3)menjadi wadah pembentukan SDM yang mandiri dan memiliki jiwa kesadaran yang tinggi.

c. Peran Sekolah; (1)menyediakan pengetahuan dasar yang dianggap penting tentang ajaran Agama Islam sesuai kurikulum pendidikan nasional; (2)mempengaruhi pembentukan moral SDM melalui pengajaran Agama Islam

d. Peran Perguruan Tinggi (Tabel 1.1)

Kemudian, jika kita melihat kebutuhan SDM yang diisyaratkan untuk

menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean, terdapat 3 syarat. 3 (tiga) syarat

dimaksud adalah : (1) SDM yang terampil; (2)SDM yang cerdas; (3) SDM yang

kompetitif.

Agar kebutuhan SDM yang terampil, cerdas dan kompetitif dapat

terpenuhi, maka solusi yang dapat dijadikan opsi adalah dengan cara

melibatkan setiap bentuk lembaga pendidikan Islam yang ada. Mulai dari

lembaga pendidikan Islam informal, lembaga pendidikan Islam nonformal,

hingga lembaga pendidikan Islam formal. Namun, bukan tidak mungkin peran

salah satu lembaga pendidikan Islam yang ada juga mampu memenuhi

kebutuhan tersebut selama peran yang ada benar-benar memberikan proses

yang menghasilkan output dan dampak yang sesuai.

Melihat tabel 1.2, peran lembaga pendidikan Islam dan syarat SDM yang

perlu disiapkan untuk menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean, peran

lembaga pendidikan Islam sangatlah ideal. Oleh sebab itu, peran lembaga

pendidikan Islam bukan hal yang bisa diabaikan.

Namun jika melihat sisi realitasnya, masih terdapat permasalahan berikut

ini:

1. Meskipun jumlah lembaga pendidikan Islam terus bertambah, akan tetapi

kualitas SDM yang dihasilkan masih dipertanyakan17;

2. Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam

belum menjadikan lembaga pendidikan Islam sebagai pilihan utama, bahkan

17

Haidar Putra Daulay, op.cit, hlm.69.

Page 21: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Peran Lembaga Pendidikan Islam…NURSRI HAYATI

95

hingga domain keluarga (pendidikan informal) dan domain masyarakat

(pendidikan nonformal).

3. Adanya semacam keraguan terhadap kualitas SDM lembaga pendidikan

Agama Islam yang dianggap kurang menguasai ilmu pengetahuan umum

(sains).

H. Penutup.

Lembaga pendidikan Islam memiliki tiga bentuk yang diklasifikasikan

berdasarkan domain aktifitasnya. Pertama, lembaga pendidikan Islam informal

yang berlangsung di rumah tangga. Kedua, lembaga pendidikan Islam

nonformal yang berlangsung di masyarakat. Ketiga, lembaga pendidikan Islam

formal yang berlangsung di Sekolah (madrasah, pesantren, sekolah umum, dan

perguruan tinggi).

Peran lembaga pendidikan Islam sesuai bentuk-bentuk yang ada tidak

sama. Domain aktivitas/interaksi sosial lembaga pendidikan Islam

mengakibatkan adanya perbedaan peran dari setiap bentuk lembaga

pendidikan Islam yang ada.

Dalam kajian ini, keberhasilan peran-peran tersebutlah yang

diharapkan menjadi bagian dari upaya untuk menghadapi Era Masyarakat

Ekonomi Asean. Dimana pada era Masyarakat Ekonomi Asean dibutuhkan

adanya sumber daya manusia (SDM) yang terampil, cerdas dan kompetitif.

Seyogyanya, jika gagasan ideal tentang peran lembaga pendidikan

Islam yang ada berfungsi dengan baik, maka permasalahan kebutuhan akan

SDM yang terampil, cerdas dan kompetitif akan terpenuhi. Sehingga

perubahan zaman yang terjadi seperti Era Masyarakat Ekonomi Asean akan

dengan mudah dihadapi. Meski tidak dipungkiri, masih ada permasalahan

yang belum terselesaikan secara baik (kualitas output lembaga pendidikan

Islam, kurangnya minat masyarakat untuk menjadikan lembaga pendidikan

Islam sebagai pilihan, dan asumsi tentang kualitas SDM lembaga pendidikan

Islam yang dianggap hanya berkompetensi penuh di bidang keagamaan

saja).

Page 22: PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM …

Al-Hasany Vol. 1, No. 1, Juli–Desember 2016

96

DAFTAR PUSTAKA

Al Rasyidin, “Pengembangan Pendidikan Agama dalam Keluarga (Sebuah Renungan bagi Orangtua)”, dalam Syafaruddin (Ed), Pendidikan dan Transformasi Sosial, Medan: Citapustaka Media Perintis, 2009.

Daulay, Haidar Putra, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Dhofier, Zamaksyari, Tradisi Pesantren Jakarta: LP3ES, 1983.

http://diktis.kemenag.go.id/bansos/cari_nspt.php, diakses pada Diakses pada tanggal 5 Februari 2015. 16:15 wib.

http://forlap.dikti.go.id/perguruantinggi/homegraphpt, Kategori PT:Negeri, Pangkalan Data Pendidikan Tinggi, Kementrian Riset dan Perguruan Tinggi, 2015. Diakses pada tanggal 5 Februari 2015. 16:07 wib.

http://kangmahfudz.blog.com/2013/11/21/fungsi-dan-peran-lembaga-pendidikan/, diakses pada jam 13.40 tanggal 24 Desember 2015.

http://kbbi.web.id/lembaga, diakses pada 13.12 wib, 24 Desember 2015.

http://www.nu-tapsel.rizalubis-web.com/2014/11/prof-syekh-h-ali-hasan-ahmad-addary.html, diakses pada pukul 11.45 wib, 24 Desember 2015.

https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_Ekonomi_ASEAN, diakses pada pukul 12.25 wib, 24 Desember 2015.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1990.