Top Banner
Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Februari 2010, Vol. 08, No. 1 1 Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir S. Amanah [email protected] Mayor Komunikasi Pembangunan, Gedung Departemen KPM IPB Wing 1 Level 5, Jalan Kamper Kampus IPB Darmaga, Telp. 0251-8420252, Fax. 0251-8627797 Abstrak Status and condition of coastal community relate to several factors included ecological characteristics, socio ecconomic and cultural characteristics, natural and geographical characteristics, government policy, local wisdom and knowledge, and their cosmopolites. Up to now, the coastal community especially small fishery communities still face the problems of lack of information, limited access of asset and capital, and dependency to the external assistances. This situation was also found at the north Bali, whereas most of the fishery communities ran their businesses traditionally. Effective development communication strategy and program would help the community to be more aware of coastal resources management. The study was conducted at the Gerokgak and Buleleng District, North Bali. A number of 128 respondents involved in the research and 10 informal leaders contributed information about various program in the region. Research results showed that development communication was urged to be able to provide more facilitation in terms of empowering the fishery group, capacity improvement of the group in coastal resources management; enlarging people choices, implementing participatory approaches, and strengthening network to support the community in managing the business. Key words: coastal community, development communication, empowerment I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat pesisir memiliki kehidupan yang khas, dihadapkan langsung pada kondisi ekosistem yang keras, dan sumber kehidupan yang bergantung pada pemanfaatan sumber- daya pesisir dan laut (selanjutnya disingkat SDP). Masyarakat pesisir ter- utama nelayan kecil, masih terbelit oleh persoalan kemiskinan dan keter- belakangan. Terdapat persoalan ter- tentu terkait dengan aspek ekologis, sosial, dan ekonomi, sehingga masyarakat pesisir masih tertinggal (Hanson 1984). Rendahnya taraf hidup masyarakat pesisir dan akses yang terbatas akan aset dan sumber-sumber pembiayaan bagi nelayan kecil merupakan persoalan utama yang dijumpai di kawasan pesisir. Nelayan- pun sangat rentan terhadap tekanan pemilik modal. Kegiatan pembangunan di kawasan pesisir tidak terlepas dari daya dukung lingkungan, keberlangsungan sumberdaya alam dan dilakukan secara terpadu oleh berbagai pihak terkait dengan menekankan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Ketersediaan sumberdaya alam di daratan seperti hutan, bahan tambang, dan mineral serta lahan pertanian produktif semakin menipis sedangkan kebutuhan penduduk terus bertambah sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat dan diprediksikan akan mencapai 267 juta jiwa pada tahun 2015. Kebutuhan penduduk tersebut tidak akan mampu dipenuhi seluruhnya oleh sumberdaya alam di daratan (Dahuri 2000) mengingat luas daratan Indonesia hanya sepertiga dari luas Indonesia keseluruhan, yaitu 1.926.337 km 2 . Sektor perikanan dan kelautan sangat potensial untuk dikembangkan, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.506 buah pulau, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2 . Selain itu, Indonesia juga memiliki hak
19

Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

Dec 02, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

Jurnal Komunikasi Pembangunan

ISSN 1693-3699 Februari 2010, Vol. 08, No. 1

1

Peran Komunikasi Pembangunan dalamPemberdayaan Masyarakat Pesisir

S. [email protected]

Mayor Komunikasi Pembangunan, Gedung Departemen KPM IPB Wing 1 Level 5, Jalan Kamper Kampus IPBDarmaga, Telp. 0251-8420252, Fax. 0251-8627797

Abstrak

Status and condition of coastal community relate to several factors included ecological characteristics, socioecconomic and cultural characteristics, natural and geographical characteristics, government policy, local wisdomand knowledge, and their cosmopolites. Up to now, the coastal community especially small fishery communities stillface the problems of lack of information, limited access of asset and capital, and dependency to the externalassistances. This situation was also found at the north Bali, whereas most of the fishery communities ran theirbusinesses traditionally. Effective development communication strategy and program would help the community to bemore aware of coastal resources management. The study was conducted at the Gerokgak and Buleleng District,North Bali. A number of 128 respondents involved in the research and 10 informal leaders contributed informationabout various program in the region. Research results showed that development communication was urged to beable to provide more facilitation in terms of empowering the fishery group, capacity improvement of the group incoastal resources management; enlarging people choices, implementing participatory approaches, and strengtheningnetwork to support the community in managing the business.

Key words: coastal community, development communication, empowerment

I. Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Masyarakat pesisir memilikikehidupan yang khas, dihadapkanlangsung pada kondisi ekosistem yangkeras, dan sumber kehidupan yangbergantung pada pemanfaatan sumber-daya pesisir dan laut (selanjutnyadisingkat SDP). Masyarakat pesisir ter-utama nelayan kecil, masih terbelit olehpersoalan kemiskinan dan keter-belakangan. Terdapat persoalan ter-tentu terkait dengan aspek ekologis,sosial, dan ekonomi, sehinggamasyarakat pesisir masih tertinggal(Hanson 1984). Rendahnya taraf hidupmasyarakat pesisir dan akses yangterbatas akan aset dan sumber-sumberpembiayaan bagi nelayan kecilmerupakan persoalan utama yangdijumpai di kawasan pesisir. Nelayan-pun sangat rentan terhadap tekananpemilik modal.

Kegiatan pembangunan dikawasan pesisir tidak terlepas dari dayadukung lingkungan, keberlangsungan

sumberdaya alam dan dilakukan secaraterpadu oleh berbagai pihak terkaitdengan menekankan peningkatankesejahteraan masyarakat setempat.Ketersediaan sumberdaya alam didaratan seperti hutan, bahan tambang,dan mineral serta lahan pertanianproduktif semakin menipis sedangkankebutuhan penduduk terus bertambahsejalan dengan jumlah pendudukIndonesia yang terus meningkat dandiprediksikan akan mencapai 267 jutajiwa pada tahun 2015. Kebutuhanpenduduk tersebut tidak akan mampudipenuhi seluruhnya oleh sumberdayaalam di daratan (Dahuri 2000)mengingat luas daratan Indonesia hanyasepertiga dari luas Indonesiakeseluruhan, yaitu 1.926.337 km2.Sektor perikanan dan kelautan sangatpotensial untuk dikembangkan,mengingat Indonesia merupakan negarakepulauan terbesar di dunia yangmemiliki 17.506 buah pulau, dengangaris pantai sepanjang 81.000 km, danluas laut sekitar 3,1 juta km2. Selain itu,Indonesia juga memiliki hak

Page 2: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

2

pengelolaan sumberdaya alam hayatidan nonhayati di perairan ZonaEkonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI),yaitu perairan yang berada 12 hingga200 mil dari garis pantai titik-titikterluar kepulauan Indonesia, yangluasnya 2.7 juta km2 berdasarkanUnited Convention on the Law of theSeas.

Kegiatan sektor perikanan dankelautan, memiliki dua bidang usaha(Amanah dan Yulianto 2002) yaituperikanan darat dan perikanan tangkap.Hasil penelitian tentang pendekatanpenyuluhan pada masyarakat pesisir(Amanah et al. 2004) memperlihatkanbahwa setiap komunitas memilikikeunikan dan berbeda dalam hal nilai,orientasi, dan kebutuhan pengembangandiri, kelompok, komunitas, serta dayadukung lingkungan fisik. Dalam hal inikomunikasi pembangunan dapatmenjadi wahana transformasi situasimasyarakat dari sekarang ke kondisiyang lebih baik.

Kabupaten Buleleng memilikipanjang pantai sekitar 144 km dan adaenam dari sembilan kecamatannya yangberbatasan langsung dengan pantaiutara. Kecamatan Buleleng danGrokgak sangat berprospek untukberkembang menjadi kawasanperikanan dan wisata bahari. Sampaisaat ini masyarakat pesisir di keduakecamatan tersebut bergantung padapemanfaatan sumberdaya pesisir danlaut, baik untuk usaha perikanan,maupun untuk usaha jasa wisata.Permasalahan yang dihadapi saat iniadalah bahwa proses-proses komunikasipembangunan belum berlangsungsimultan, dan nelayan masihdihadapkan pada persoalan klasikseperti hasil tangkapan yang bervariasi,keterbatasan akses pada sumber-sumberpermodalan, pasar, dan programpenyuluhan yang belum berjalan sesuaiharapan. Telaahan tentang per-masalahan yang dihadapi nelayan,

penyebab masalah, alternatif penye-lesaian masalah, diperlukan untukmendesain rancangan strategi komuni-kasi pembangunan yang relevan. Tanpastrategi komunikasi pembangunan yangjitu, masyarakat pesisir akan makintertinggal. Terdapat beberapa programandalan pemerintah dalam kontekskomunikasi pembangunan, namunbelum memberikan dampak nyataterhadap peningkatan kualitas hidupmasyarakat pesisir. Oleh karenanya,penyajian pada makalah ini berfokuspada kondisi masyarakat pesisir danperan komunikasi pembangunan dalampemberdayaan komunitas, kasusKabupaten Buleleng.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisanmakalah ini adalah (1) mendeskripsikankondisi dan permasalahan yangdihadapi masyarakat pesisir, khususnyakomunitas nelayan; dan (2) meng-analisis peran dan strategi alternatifkomunikasi pembangunan dalampemberdayaan masyarakat pesisir.

1.3 Kegunaan

Bagi pengambil kebijakan dibidang pengembangan masyarakatpesisir, diharapkan penelitian ini dapatberkontribusi sebagai referensi dalammengembangkan masyarakat pesisirmelalui pendekatan dan strategikomunikasi yang efektif.

2. Perumusan Masalah

Masalah merupakan faktor yangdapat menyebabkan tidak tercapainyatujuan. Dalam konteks masyarakatpesisir di lokasi kajian, ada kesenjanganantara kondisi saat ini dan kondisi idealyang diharapkan (Gambar 1). Secarakonseptual, komunikasi pembangunanberperan menjembatani kondisi saat ini

Page 3: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

S. Amanah

3

menuju kondisi yang diharapkan terwujud di tingkat komunitas pesisir.

Ko Kondisi saat ini Kapasitas pengelolaan potensi

sumberdaya pesisir dan lautterbatas

Pendayagunaan media komunikasitradisional masih belum optimal

Pengelolaan kelompok nelayanbelum optimal

Pemberdayaan wanita nelayanpengolah hasil perikanan tangkapbelum efektif

Jejaring kerjasama masih terbatas

Kondisi yang Diharapkan Pengelolaan potensi sumberdaya pesisir

dan laut oleh komunitas bekerja samadengan pemerintah dan swasta (Co-management)

Masyarakat dapat mendayagunakanmedia rakyat dalam program pengelolaan

Manajemen pengelolaan kelompok yangmengacu pada pedoman tata perilaku

Kelompok wanita nelayan pengolah hasilperikanan tangkap yang sesuai standarprosedur yang ditetapkan lembaga yangberwenang

Jejaring kerja sama luas dan salingmemperkuat

Gambar 1. Kesenjangan Kondisi yang Dihadapi Masyarakat Pesisir

Kondisi nelayan di KabupatenBuleleng dicirikan oleh tipologi nelayankecil, dan armada penangkapan ikanoleh mayoritas nelayan di KecamatanBuleleng dan Grokgak adalah perahubermotor tempel. Nelayan diKecamatan Buleleng lebih banyakmenggunakan pancing ulur dan tondauntuk menangkap ikan, sedangkan seserdan pancing ulur lebih banyakdigunakan oleh nelayan di KecamatanGrokgak. Jenis ikan hasil tangkapanumumnya berupa tongkol, teri, walangdan tuna. Sampai saat ini, masyarakatpesisir setempat masih belum terlepasdari persoalan klasik yang dihadapinelayan kecil yakni keterbatasan aset,akses, dan peluang untuk meningkatkanproduktivitas dan daya saing. Upayapeningkatan kualitas hidup nelayankecil sulit terwujud tanpa adanyaperubahan sikap, pengetahuan danketerampilan sumberdaya manusia.Menghadapi permasalahan tersebut,komunikasi pembangunan diperlukanperan utamanya sebagai sebuah proses

yang dialogis dalam penyampaian ide,informasi, dan inovasi, oleh pihak-pihakterkait guna menunjang terjadinyaproses perubahan sosial ke arah yanglebih baik daripada sebelumnya.Perubahan tersebut dampaknya dapatdilihat pada tingkat individu, keluarga,kelompok, organisasi, komunitas, danmasyarakat yang lebih luas. Proses-proses komunikasi pembangunan akanmemiliki dampak luas apabiladilaksanakan secara sistemik danberkelanjutan.

3. Konsepsi dan Hasil PenelitianTerdahulu tentang KomunikasiPembangunan danPemberdayaan

3.1 Komunikasi Pembangunan

Nasution (2004) mengutippernyataan Hedebro tentang tiga aspekkomunikasi dan pembangunan yangberkaitan dengan tingkat analisisnya.Ketiga aspek tersebut meliputi halberikut: (i) Pendekatan yang berfokus

Page 4: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

4

pada pembangunan suatu bangsa, danperan media massa menyumbang upayatersebut. Di sini, politik dan fungsi-fungsi media massa dalam pengertianyang umum merupakan objek studi,sekaligus masalah-masalah strukturorganisasional dan pemilikan, sertakontrol terhadap media. Untuk studijenis ini, digunakan istilah kebijakankomunikasi dan merupakan pendekatanyang paling luas dan bersifat umum; (ii)Pendekatan untuk memahami perananmedia massa dalam pembangunannasional, namun lebih jauh spesifik.Persoalan utama dalam studi ini adalahpenggunaan media agar dapat dipakaisecara efisien, untuk mengajarkanpengetahuan tertentu bagi masyarakatsuatu bangsa; dan (iii) Pendekatan yangberorientasi kepada perubahan yangterjadi pada suatu komunitas lokal ataudesa. Studi jenis ini mendalamibagaimana aktivitas komunikasi dapatdipakai untuk mempromosikan pene-rimaan yang luas akan ide-ide danproduk baru.

Hasil penelitian Kifli (2007)tentang strategi komunikasi pem-bangunan pada komunitas dayak diKalimantan Barat menemukan bahwaberbagai bentuk materi komunikasiyang selama ini tersedia, ternyata belumdapat dipahami atau diakses denganoptimal oleh orang Dayak. Materikomunikasi dari luar baik berupa materitercetak maupun elektronik, sepertibrosur, leaflet, majalah atau programradio dan televisi, tidak dapat diakses.Kendala dari sisi fisik disebabkankarena keterisoliran geografis,sedangkan kendala sisi bahasamenyebabkan mereka tidak dapatmemahami isi (content) yangterkandung di dalamnya. Konsep danstrategi pembangunan yang cenderungseragam, belum mampu menjangkaukomunitas Dayak secara memadai.Berbagai asumsi dan prasyarat penerima(receiver) dari kebijakan strategi

komunikasi tersebut tidak mampudipenuhi oleh sebagian masyarakat,termasuk oleh masyarakat Dayak.Penelitian Amanah (2007) tentangpengembangan masyarakat pesisirmengungkap pula bahwa terdapatkorelasi positif yang nyata antarakompetensi komunikasi yang dimilikioleh penyuluh terhadap perilakumasyarakat pesisir dalam mengelolasumberdaya pesisir yang dimiliki.Selain faktor keterisoliran dankompetensi komunikasi, strategikomunikasi pun berpengaruh terhadapefektifitas komunikasi.

Harris (1996) menyatakanbahwa pendekatan komunikasi pem-bangunan partisipatif perlu dikembang-kan untuk mengembangkan masyarakatdi tingkat bawah melalui pendekatanpendidikan non formal. Terkait denganpendekatan pembangunan yang diterap-kan di Indonesia, Waskita (2005)mencermati bahwa pembangunansampai saat ini masih terlalu berfokuspada hal-hal fisik dan terukur. Hal inipada gilirannya, berkontribusi terhadapmodel komunikasi yang dianutcenderung menunjukkan pola interaksiyang terbatas dan berkaitan dengankekuasaan dan pelayanan. Alternatifmodel komunikasi yang diusulkanadalah komunikasi dialogis antar orangyang terlibat dalam prosespembangunan.

3.2 Pemberdayaan

Pemberdayaan memiliki ber-bagai interpretasi, pemberdayaan dapatdilihat sebagai suatu proses danprogram. Payne (1997) mengemukakanbahwa pemberdayaan (empowerment)pada hakekatnya bertujuan untukmembantu klien mendapatkan kekuatan(daya) untuk mengambil keputusan dantindakan yang akan dilakukan danberhubungan dengan diri klien tersebut,termasuk mengurangi kendala pribadi

Page 5: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

S. Amanah

5

dan sosial dalam melakukan tindakan.Pemberdayaan dilakukan dengan jalanmeningkatkan kapasitas, pengembanganrasa percaya diri untuk menggunakankekuatan, dan mentransfer kekuatandari lingkungannya. Sebagai suatuproses, pemberdayaan adalah usahayang terjadi terus menerus sepanjanghidup manusia.

Bowling dan Barbara (2002)mengemukakan bahwa program penyu-luhan dapat membentuk peru-bahanperilaku melalui prinsip berbagipengetahuan, dan pengalaman denganmasyarakat. Bersama–sama masya-rakat, dapat dilakukan berbagai kegiatanyang mengarah pada pembentukanperilaku masyarakat. Pemberdayaansebagai sebuah program mempunyaimakna bahwa pemberdayaan merupa-kan tahapan–tahapan kegiatan untukmencapai suatu tujuan dalam kurunwaktu tertentu. Dalam konteks ini,pelaksanaan program pemberdayaandibatasi waktu, sehingga tampaksebagai kegiatan keproyekan. Kondisiseperti ini tentu tidak menguntungkanbagi pelaksana program maupunkomunitas target, karena sering terjadikegiatan terputus di tengah jalan, dankurangnya koordinasi antar lembagayang terlibat dalam program.

Pemberdayaan masyarakatpesisir mencakup dua dimensi yaitubudaya dan struktur sosial (Satria2001). Selain itu, pemberdayaan dalamkomunitas nelayan akan lebih berhasiljika menerapkan prinsip kejelasantujuan, prinsip dihargainya pengetahuandan penguatan nilai lokal, prinsipkeberlanjutan, prinsip ketepatankelompok sasaran atau tidak bias padanelayan pada strata maupun golongantertentu, dan prinsip kesetaraan gender,artinya baik pria maupun wanitamemiliki secara aktif diakui hak–haknya dalam masyarakat, memilikistatus dan peran sesuai budayasetempat, dan terlibat dalam proses

pengambilan keputusan dalam keluargadan masyarakat.

Hasil penelitian Mubyarto, et al.(1984) menyimpulkan bahwamodernisasi perikanan melaluiintroduksi kapal-kapal motor telahmenimbulkan jurang yang bertambahlebar antara mereka yang mampu danyang tidak mampu memanfaatkanteknologi tersebut, bahkan introduksibudidaya tambak udang yang padatmodal hanya berpihak pada kelompokkaya atau dengan perkataan lainpembangunan berakibat padamenguatnya marjinalisasi kelompokmiskin. Dampak positif maupun negatifdari modernisasi perikanan, khususnyabagi masyarakat nelayan, petanipetambak, maupun kelompok masya-rakat pesisir yang lain (pengolah hasillaut, pemberi jasa wisata bahari danlain-lain) perlu diantisipasi, yaitumelalui penerapan paradigma pem-bangunan yang lebih menekankan padaaspek manusianya. Implikasinya adalahpembangunan akan berkelanjutan(sustainability), karena program-program pembangunan menciptakanmanusia-manusia yang berdaya danmandiri. Soedijanto (1997) menyatakanbahwa pembangunan yang hanyamenekankan pada produktivitas, justruhanya menimbulkan ketergantunganpetani pada pemerintah.

Berkaitan dengan permasalahan diatas, peran komunikasi pembangunansangat dibutuhkan dalam membantumasyarakat pesisir, khususnya nelayandalam menghadapi modernisasi.Seperti telah dikemukakan oleh vanDen Ban dan Hawkens (1999) bahwaperanan berbagai program penyuluhansebagai implementasi komunikasipembangunan adalah dengan membantupetani untuk mengambil keputusansendiri dengan cara menambah pilihanbagi mereka, dan dengan cara menolongmereka mengembangkan wawasanmengenai konsekuensi dari masing-

Page 6: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

6

masing pilihan tersebut. Upayapemberdayaan nelayan kecil menurutSatria (2001) perlu memahami struktursosial masyarakat nelayan, tidak hanyamelihat aspek ekonomi atau teknologisaja, melainkan juga aspek sosial-budaya perlu diperhatikan, sehinggaprogram tidak lagi hanya bersifat “ingincepat selesai”.

4. Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan di duawilayah pesisir Kabupaten Bulelengyakni di Kecamatan Grokgak denganjarak lebih kurang 55 km sebelah baratibu kota kabupaten, dan di Kecamatan

Buleleng yang letaknya lebih kurang 8km dari ibu kota kabupaten. Penelitiandilaksanakan mulai tahun 2004 s.d.2006. Responden penelitian adalahpelaku utama dalam usahapenangkapan, pengolahan, pembudi-daya dan pemasar. Tercatat lebihkurang 692 rumah tangga perikanan(RTP) melaksanakan usaha di duawilayah tersebut dan 159 RTP dipilihuntuk sebagai responden secara acak;namun untuk keperluan analisis statistikdipilih responden yang memilikiaktivitas serupa untuk mewakilipopulasi yaitu 128 RTP.

Tabel 1.Responden Penelitian di Kecamatan Grokgak dan Pemuteran, 2006

No Kecamatan dan Kegiatan UsahaRumah Tangga

Perikanan (RTP)Responden

(Rumah tangga)Representasi

(Rumah tangga)1 Gerokgak Nelayan ikan

konsumsi246*) 44 44

Pengolah 60 21 -Pengolah danpemasar

20 11 11

Pembudidaya 25 10 -

Jumlah 341 86 552 Buleleng Nelayan ikan

konsumsi248*) 49 49

Pengolah danpemasar

109 24 24

Jumlah 351 73 73

*) Armada motor tempel

Data primer yang diperoleh dariresponden meliputi (1) keragaan sosialekonomi responden penelitian; (2)informasi tentang SDP terutamamasalah penurunan kualitas SDPmeliputi jenis ikan hasil tangkapan,kualitas terumbu karang, dan kondisipantai; (3) program pemberdayaan danatau intervensi yang pernahberlangsung, hasil yang dicapai dankontinuitas program; (4) kompetensikomunikasi penyuluh/fasilitator prog-ram pemberdayaan; (5) kualitas saranadan prasarana pendukung kegiatan

perikanan. Selain dari responden, datadiperoleh pula dari sumber sekunderyakni Dinas Kelautan dan Perikanan,Kantor Kecamatan, Badan PusatStatistik, literatur dan media. Paduanmetode wawancara semi terstruktur,pengamatan, dan diskusi dilaksanakanuntuk memperoleh data dan informasiselama penelitian. Data dianalisissecara deskriptif dengan menerapkankonsep Checkland (1984) tentang softsystem methodology (SSM). Di dalamSSM dikemukakan bahwa untukmendinamiskan aktivitas manusia

Page 7: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

S. Amanah

7

sebagai sebuah sistem, perlu adanyadesain konsep tentang CATWOE.CATWOE merupakan singkatan dariCustomers (C), Actors (A),Transformation (T), Welstanchaung(W), Owner (O) dan Environment (E).Konsep CATWOE digunakanmenganalisis peran para pihak dalampengembangan stategi komunikasipembangunan dalam pemberdayaanmasyarakat pesisir.

5. Hasil Penelitian dan Pembahasan5.1 Wilayah dan Gambaran Masyarakat

Pesisir di Lokasi Penelitian

Buleleng merupakan salah satukabupaten di Provinsi Bali, terletak diBagian Utara dengan luas wilayah1.366 km2, dan pernah menjadi IbukotaProvinsi pasca kemerdekaan RepublikIndonesia hingga tahun 1960-an. Batas-batas wilayah Kabupaten Bulelengadalah di Utara berbatasan dengan LautJawa, di Barat berbatasan denganKabupaten Jembrana, di Selatan

berbatasan dengan Kabupaten Tabanan,Badung, dan Bangli, dan di Timurberbatasan dengan Kabupaten KarangAsem. Jumlah penduduk berdasarkanhasil registrasi pada tahun 2007berjumlah sebanyak 643.274 jiwa, darijumlah 167.780 Kepala Keluarga. Darijumlah tersebut terdiri dari pendudukperempuan sebanyak 320.839 jiwa atau49,88% dan penduduk laki-lakisebanyak 322.435 jiwa atau 50,12 %dari kondisi tersebut tercerminpenduduk laki-laki relatif dominan jikadibandingkan dengan pendudukperempuan. Penyerapan tenaga kerjaper lapangan usaha di KabupatenBuleleng pada tahun 2005-2006 (Tabel2) memperlihatkan bahwa sektorpertanian dalam arti luas menyerappaling banyak tenaga kerja dibandingsektor lain. Ini berarti, kebijakanpemerintah harus mampu memakukanpembangunan pertanian dalam arti luasyang menjadi tumpuan hidup sebagianbesar penduduk Kabupaten Buleleng.

Tabel 2.Penyerapan Tenaga Kerja per Lapangan Usaha di Kabupaten Buleleng dari Tahun 2005s.d. 2006

NO. LAPANGAN USAHA TAHUN 2005 TAHUN 2006Penduduk yangbekerja (Orang)

Persentase(%)

Penduduk yangbekerja (Orang)

Persentase(%)

1 Pertanian dalam arti luas 141.839 42,07 141.839 42,072 Pertambangan dan

Penggalian3.910 1,16 3.910 1,16

3 Industri 50.033 14,84 50.033 14,844 Listrik, Gas & Air

Minum1.450 0,43 1.450 0,43

5 Bangunan 19.319 5,73 19.319 5,736 Perdagangan 72.285 21,44 72.285 21,447 Angkutan &

Komunikasi14.565 4,32 14.565 4,32

8 Keuangan/Persewaan 2.933 0,87 2.933 0,879 Jasa-Jasa 30.816 9,14 30.816 9,14

Jumlah 337.151 100,00 337.151 100,00

Sumber: Buleleng dalam Angka Tahun 2008

Page 8: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

8

Secara umum seperti tampakpada Tabel 3, mayoritas respondenberusia produktif, mayoritas ber-pendidikan formal SMP tidak tamat,dengan pengalaman usaha terbanyakantara 12 sampai dengan 20 tahun,pendapatan dari usaha perikananbervariasi mulai Rp 420 ribu sampailebih dari Rp 1 juta per bulan.Tanggungan keluarga umumnya 3-4orang.

Pengelolaan pesisir kabupatenBuleleng dibagi ke dalam tiga wilayahpengembangan yaitu (1) Buleleng Baratdengan usaha utama adalahpenangkapan ikan di laut, budi dayalaut, dan pembenihan, (2) BulelengTengah untuk usaha penangkapan ikan,dan pengolahan hasil perikanan, dan (3)Buleleng Timur untuk penangkapanikan hias, ikan konsumsi, danpengolahan (Dinas Kelautan danPerikanan Buleleng 2003). Gunamenganti-sipasi hal tersebut, strategikomunikasi pembangunan perikanandan kelautan harus berfokus padapeningkatan kemampuan nelayan dalampengelolaan teknologi penangkapan,penguatan kapasitas permodalan,kemampuan pengelolaan keuangan, danyang paling urgen adalah perubahansikap dan perilaku yang positifmemanfaatkan kekayaan bahari.

Kegiatan nelayan di Grokgakdan Buleleng adalah melakukanpenangkapan ikan. Beberapa desapesisir di Kecamatan Buleleng seperti

Kaliasem, Tukadmungga, dan Anturanmelakukan kegiatan memandu wisata-wan menikmati pemandangan laut danmengamati perilaku lumba-lumba dipagi hari-hari, dan perempuan nelayanmenjual ikan hasil tangkapan. Kegiatannelayan di Kecamatan Grokgak meliputibudidaya ikan hias, memandu wisatalaut berupa Taman Laut, budidayabandeng, dan pembenihan kerapu, danpengolahan ikan oleh wanita nelayan.Aktivitas penangkapan ikan di dualokasi kajian sangat dipengaruhi olehmusim, yaitu pada musim panen ikan,nelayan umumnya berangkat pada dinihari dan pulang lebih cepat (sekitarpukul 2.00 atau 3.00 dini hari melautdan kembali pukul 7.00 hingga pukul8.00). Pada saat populasi ikan rendah,nelayan di dua desa melakukan kegiatantani dan mengandalkan hasil ikan di alattangkap bagan dan berangkat pukul18.00 petang dan baru kembalikeesokan hari pada pukul 06.00 pagihari. Nelayan membutuhkan pendam-pingan dalam hal pemasaran hasil,pemeliharaan terumbu karang, kawasanpesisir, dan penguatan kelembagaankelompok nelayan. Proses-proseskomunikasi pembangunan yang saat iniberlangsung masih terlalu berfokuspada sosialisasi informasi tentangprogram kerja dan prioritas pemerintah,belum mengarah pada terobosanpendayagunaan saluran dan mediakomunikasi lokal untuk memperkuatjaringan sosial masyarakat pesisir.

Page 9: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

S. Amanah

9

Tabel 3.Ciri-ciri Responden di Dua Lokasi Penelitian, 2006

PerihalGerokgak Buleleng

Jumlah % Jumlah %1. Jenis kelamin (jiwa):

Laki-laki 43 78,2 48 65,8Perempuan 12 21,8 25 34,2

2. Usia (tahun):a. Kurang dari 32 6 10,9 8 11,0b. 32 – < 42 23 43,8 32 43,8c. 42 – <52 18 31,5 23 31,5d. > 52 8 13,7 10 13,7

3. Pendidikan formal (tahun)a. < 4 8 14,5 1 13,4b. 4 - < 6 10 18,2 15 20,5c. 6 - < 8 24 43,6 30 41,1g. > 8 13 23,6 27 37,0

4. Jumlah tanggungan (jiwa)a. 1 3 5,4 2 2,7b. 1 - < 3 31 5,3 32 43,8c. 3 - < 5 17 31,0 31 42,5d. > 5 4 7,3 8 11,0

5. Pengalaman berusaha (tahun)a. < 12 6 10,9 11 15,1b. 12 – < 20 24 43,6 33 45,2c. 20 – < 28 14 25,5 21 28,8d. > 28 11 20,0 8 10,9

6. Pendapatan (x Rp 1000/bulan)a. < 420 5 9,1 2 2,7b. 420 - <750 29 52,7 29 32,7c. 750 - <1.080 15 27,3 20 27,4d. > 1.080 6 10,9 22 30,1

Sumber: Diolah dari data primer, 2006

5.2 Peran Strategi KomunikasiPembangunan dalamMenjembatani Kesenjangan

Menghadapi permasalahanmasyarakat pesisir di lokasi kajian,maka dalam aplikasinya di lapangan,dapat dikomunikasikan programberikut:a. Peningkatan keterampilan nelayan

dan keluarganya dalam mengelolahasil tangkapan, memperbaiki sikapyang merusak lingkungan denganmensosialisasikan pentingnyamenjaga kelestarian sumberdayaalam;

b. Peningkatan kemampuan mana-jemen usaha penangkapan dandiversifikasi usaha yang disertai

penguatan ekonomi keluargamelalui usaha produktif;

c. Penguatan kelembagaan lokaltermasuk organisasi pemasaranhasil perikanan;

d. Pengelolaan wilayah pesisir secaraterpadu dengan mengedepankanprinsip sustainability (sumberdayaalam) dan kesejahteraan masya-rakat; dan

e. Membangun jejaring (network)dengan mitra usaha gunamemperbesar armada danmenggunakan alat tangkap yanglebih efektif dan tidak merusaklingkungan.

Dengan demikian, pesan-pesanatau materi dalam komunikasi

Page 10: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

10

pembangunan masyarakat pesisir tidaksekedar mentransferkan informasi saja,tetapi menyangkut aspek transformasikeadaan dari kondisi sekarang yakninelayan dan keluarganya yang masihterpinggirkan, menjadi lebih mandiri,sejahtera, dan bermartabat. Komunikasipembangunan dapat memainkan perandalam perubahan berencana, sebagai-mana dikemukakan pula oleh S.C. Dube(1976), bahwa dalam pembangunan diIndia, komunikasi memegang perannyata dalam mengembangkan mediauntuk memobilisasi masyarakat danpemerintahnya.

Fenomena berlangsung di salahsatu desa di Kecamatan Grokgak yaknidi Desa Pemuteran adalah kerja samaantara nelayan dengan pecalang dalampengelolaan kelestarian sumberdayalaut. Sebetulnya Desa Pemuteran sudahmemiliki peraturan adat atau “awig –awig” yang menyebutkan bahwa setiapperusak lingkungan akan dikenakansanksi, yakni pembinaan awal, yangapabila dilanggar sampai tiga kali makaada sanksi khusus. Akan tetapi,kesadaran bahwa laut harus dipeliharakelestariannya sudah mulai tumbuh dikalangan masyarakat. Seperti yangpernyataan seorang nelayan berikut:

“…kami nelayan di sini sangatkuatir dengan kegiatanpengeboman nelayan pencariikan hias. Sudah banyak sekalikarang-karang hancur dan inimenyebabkan rusaknya ling-kungan di sini. Kami jugamenjadi rugi, karena ndak bisanangkap ikan banyak… mohonyang berwenang mengambiltindakan… dan kami jugakekurangan modal untukngembangkan usaha …”

Komentar nelayan itu memper-lihatkan bahwa nelayan sesungguhnyamemiliki kepedulian atas degradasi

lingkungan yang dipicu oleh kebutuhanekonomis. Nelayan mengeluhkanminimnya penegakan hukum dan modalyang terbatas untuk berusaha di bidanglain. Atas latar belakang inilah makasecara bertahap, sejak tahun 1993diadakan pendekatan melalui pertemuandengan tokoh–tokoh adat dan nelayanuntuk menimbulkan kesadaran pemaha-man pentingnya pemeliharaan laut,khususnya kawasan wisata. Usaha inimulai menampakkan hasil yangmenggembirakan. Beberapa tahunkemudian, kegiatan penangkapan ikandengan bom dan potasium sudahberkurang dan penghasilan nelayan punbertambah. Hal ini didukung olehkerjasama antara pecalang dengannelayan dalam pelarangan penangkapanikan di kawasan wisata, sertapembuatan terumbu karang buatan.

Sejatinya, dalam kaitanpengelolaan sumberdaya perikananberbasis masyarakat (PSPBM),Nikijuluw (2002) menyebutkan bahwadi beberapa daerah di Indonesia sepertiMaluku, dalam menangkap ikan hanyamenggunakan alat tangkap sederhana.Sedangkan di Irian Jaya menurutNikijuluw (2002) menerapkan aturanbahwa jika penduduk suatu suku inginmenangkap ikan di perairan yangmenjadi wilayah suku lain, makateknologi yang digunakan harus sama.Kehadiran alat tangkap modern,cenderung mendesak nelayan keciluntuk meninggalkan daerahnya dankeluar dari perairan daerah asalnya,sehingga seringkali menimbulkankonflik antara nelayan satu dengan lainkarena perebutan fishing ground danpenggunaan teknologi yang berbeda.Atas dasar pemikiran ini, makasebenarnya peran program komunikasipembangunan sangat luas mulai darisekedar pentransferan informasi danteknologi, pemberdayaan hinggapeningkatan pemahaman masyarakat

Page 11: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

S. Amanah

11

akan nilai-nilai budaya lain (able tounderstand).

Hasil wawancara denganperempuan nelayan di Desa Anturanmemperlihatkan bahwa kaumperempuan masih berkutat padapersoalan domestik, belum ada inovasiyang sesuai dengan nilai-nilai lokalyang dapat mengefisienkan waktu untukkegiatan domestik. Jika dapatdiefisienkan, maka kaum perempuanada kesempatan untuk mengembangkandiri dan keluarganya dalam kegiatansosial ekonomi untuk peningkatankualitas hidup keluarga. Pengolahanhasil perikanan tangkap untuk fishnugget belum menjadi minat nelayansetempat. Salah seorang perempuannelayan berkata:

“…Saya ndak dikasih kerjamacem-macem, yang pentingjualan ikan ini dulu. Nantikankalo laku, bisa buat mencariikan lagi di laut. Kalo ngolahikan pasti perlu ini itu dantambah repot, iya kalo adayang beli, kalo ndak ada yangbeli, kan rugi…”

Terdapat tiga hal yang menye-babkan perempuan nelayan tidak adapeluang untuk mengelola usahapengolahan ikan, yaitu (i) kebutuhanuang (cash) yang mendesak; (ii)keterbatasan waktu dan modal usaha;dan (iii) pemasaran. Dengan demikian,orientasi komunikasi pembangunan dikawasan pesisir cukup berat karenabukan hanya dituntut mampu mengubahpengetahuan, tetapi juga mengubahsikap dan membantu memperkuatstruktur sosial ekonomi nelayan,sehingga lebih kuat dalam menghadapitantangan.

5.3 Strategi Komunikasi Pembangunanpada Masyarakat Pesisir

Pelaksanaan program pember-dayaan di lokasi penelitian hingga tahun1990-an masih belum berorientasi padapengutamaan kebutuhan masyarakat.Pada tahun 2000 secara lebih intensifditerapkan pendekatan yang meng-utamakan penyelesaian persoalanmasyarakat (problem solving) danberpusat pada kebutuhan masyarakat(people centered development).Pendapat masyarakat pesisir tentangpendekatan penyuluhan/pemberdayaanmasyarakat dirangkum pada Tabel 4.Contoh kasus: pendekatan berpusatpada nelayan diterapkan pada programrehabilitasi karang sebagai salah satupilihan atas solusi persoalan degradasilingkungan. Selain itu, dikembangkanusaha penangkapan ikan hias yangramah lingkungan untuk meningkatkanpendapatan nelayan melalui peng-gunaan jaring khusus (stable net).

Komunikasi pembangunan harusdiselenggarakan secara partisipatif,sebab pendekatan ini memudahkanagent of change membantu masyarakatmenyelesaikan persoalannya. Komuni-kasi pembangunan dapat dipandangsebagai upaya pemberdayaan masya-rakat, yang dalam kegiatannya berkaitandengan orang dewasa. Implikasi hal ini,pendekatan yang digunakan adalahpembelajaran orang dewasa (adultlearning approach) dalam penyiapandan penyelenggaraan perlu dipusatkandalam kebutuhan nyata peserta prosesbelajar (Amanah 1996) atau lebihdikenal dengan learner-centredapproaches. Orang dewasa merupakanorang yang sudah kaya pengalamansebagaimana dikemukakan oleh(Simpson 1993) sehingga perlumemperhatikan hal-hal berikut:1. Pembelajaran orang dewasa

didasarkan pada pengalaman masalalu dan patut dihargai.

Page 12: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

12

2. Pengalaman masa lampau tersebutharus dihargai oleh peserta lainnyadan harus diupayakan diterapkandalam proses belajar. Pembelajaranyang melibatkan transformasipengalaman masa lalu mem-butuhkan waktu dan tenaga yanglebih besar dibandingkan modelbelajar lainnya.

3. Lingkungan mempengaruhi kemam-puan orang dewasa dalam belajar.Lingkungan terbaik seperti kondisiyang mengurangi gangguan padaorang dewasa yang sedang belajarakan memberikan dukungan yangberharga. Peserta dewasa akanbelajar dengan baik di lokasinya

sendiri. Orang dewasa tidak akanefektif jika belajar di bawah tekananatau waktu yang dibatasi. Merekatidak suka membuang waktu, danorang dewasa lebih tertarik padaaproses belajar yang memberikanhasil nyata yang nyata dan cepat.

4. Orang dewasa akan belajar bahanatau materi yang dia perlukan(selektif).

5. Orang dewasa dapat didorong untukbelajar pada materi yang relevanpada peran dan kehidupannya saatini.

6. Orang dewasa belajar untukkehidupannya dan untuk merekayang terlibat dalam kelompoknya.

Tabel 4.Pendapat Masyarakat Pesisir tentang Penyuluhan/Program Pemberdayaan di LokasiPenelitian, 2009

No KecamatanUraian

Gerokgak Buleleng

S (%) TS (%) Total (%) S (%) TS (%) Total (%)

1 Metode partisipatori bermanfaat 85 15 100 90 10 1002 Proses komunikasi harus berorientasi kepada

perubahan perilaku90 10 100 85 15 100

3 Harus bekerjasama dengan penyuluh 100 0 100 100 0 1004 Prioritas kebutuhan nelayan diperhatikan 100 0 100 100 0 1005 Perlu dukungan mitra usaha 100 0 100 100 0 1006 Dukungan pemerintah dan swasta 90 10 100 90 10 1007 Peran lembaga lokal dalam pemberdayaan 85 15 100 80 20 100

Keterangan: T = Setuju; TS = Tidak Setuju

Prinsip partisipasi dalamkomunikasi pembangunan bukansebatas proses sekedar hadir,memberikan pendapat atau hanyaberdasarkan persepsi pemerintah ataupenyuluh sendiri.. Sangat rasional, jikamasyarakat pesisir belum mau terlibatdalam berbagai program pembangunankhususnya kegiatan penyuluhan karenasejak awal masyarakat tidak terlibatdalam menentukan kegiatan yangdiprog-ramkan. Terkait dengan hal ini,proses aksi sosial dan prosespengambilan keputusan dalam modeladopsi inovasi Rogers (1994) dapatdimodifikasi. Proses aksi sosial

meliputi lima tahap: (1) stimulasi minat(stimulation of interest) yaitu inisiatifdalam komunitas mulai berkembangpada tahap awal dalam ide baru danpraktek; (2) inisiasi (initiation) yaitukelompok yang besar mempertim-bangkan ide baru atau praktek, danalternatif dalam implementasi; (3)legitimitasi (legitimation) merupakantahap saat pimpinan komunitasmemutuskan akan meneruskan tindakanatau tidak; (4) keputusan bertindakadalah rencana spesifik tindakan mulaidibangun; dan (5) aksi yaitu penerapanrencana (Donnermeyer et al. 1997).Model adopsi inovasi Rogers meliputi

Page 13: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

S. Amanah

13

lima tahap: (1) pengetahuan(knowledge) seseorang menjadi sadarakan adanya ide atau cara baru; (2)persuasi (persuasion) yaitu individumulai mengembangkan sikap suka atautidak suka terhadap ide tersebut, (3)keputusan (decision) adalah individumembuat keputusan awal untukmengadopsi atau tidak ide tersebut; (4)implementasi (implementation) adalahindividu mencoba ide atau cara barutersebut untuk pertama kali; dan (5)konfirmasi (confirmation) adalahindividu memutuskan menerapkan ideatau cara baru secara berulang dan dapatdisertai modifikasi.

Menumbuhkembangkan partisi-pasi masyarakat dalam pembangunanwilayah pesisir tidak cukup hanyadengan mengidentifikasi isu yangdihadapi saja, tetapi perlu diwujud-kannya beberapa aspek yaitu adanyaaspek situasional, kolaborasi danevaluasi diri dari setiap unsur yangterkait dengan perencanaan, pelak-sanaan dan evaluasi program. Agent ofchange seyogyanya mampu mengem-bangkan empat aspek (Kemmis danMcTaggart 1988), yaitu:a. Suatu kondisi yang memungkinkan

tumbuhnya kebersamaan dalamkelompok masyarakat dan rasamemiliki problem yang tengahdihadapi;

b. Adanya kemampuan berkreasi danpemikiran yang kritis;

c. Program yang dilaksanakan adalahuntuk tujuan perbaikan danpengembangan; dan

d. Kemampuan memfasilitasi masya-rakat untuk membantu menyelesai-kan masalah.

Keterlibatan masyarakat dalamprogram-program pengembangan danproyek pembangunan dapat digolong-kan kedalam tujuh tipe (Adnan et al.,

dalam Pretty 1995:173), seperti tampakpada Tabel 5.Para pihak terkait dengan programkomunikasi pembangunan perlumengetahui tipe partisipasimasyarakatnya, sehingga dapatmengembangkan pendekatan yangdapat mempertahankan dan mening-katkan partisipasi masyarakat diwilayahnya. Idealnya, masyarakatmemiliki tipologi keenam dan ketujuh.Meskipun demikian, jika masyarakatsudah berada pada tipologi kelima itusudah bagus karena sudah ada langkahmaju untuk berinisiatif membentuk danmengembangkan organisasi di ling-kungan mereka sendiri. Hal ini dapatdibanding dengan hasil penelitianDouglah and Sicilima di Tanzania(1997) tentang pelibatan masyarakatdalam dua pendekatan penyuluhan yaituLatihan dan Kunjungan dan SasakawaGlobal 2000.

Partisipasi pada keduapendekatan belum menerapkan pende-katan partisipasi yang berimbang.Partisipasi masih ditekankan hanyapada pelaksanaan ketimbang pelibatanpetani saat perencanaan dan evaluasiprogram. Tampak bahwa prinsippartisipasi bukanlah hal yang mudahuntuk diterapkan. Penerapan metodepartisipasi memerlukan proses yangbertahap. Penumbuhan partisipasi perludimulai dengan fasilitasi padamasyarakat pesisir tentang pentingnyaketerlibatan yang bersangkutan padakegiatan yang bermanfaat bagimasyarakat sekaligus untuk memper-baiki hidup dan kehidupan. Pada tahapawal bentuk partisipasi bisa berupapemanfaatan hasil-hasil penyuluhan(inovasi), lalu partisipasi akan lebihintensif secara bertahap, hinggaakhirnya masyarakat mampu mandiriuntuk mengelola kegiatannya denganmobilisasi diri.

Page 14: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

14

Tabel 5.Tipologi Partisipasi Masyarakat menurut Adnan et al. (Pretty 1995)

Tipologi Karasteristik1. Partisipasi pasif Masyarakat hanya berpartisipasi karena diperintah.2. Partisipasi dalam memberikan

informasiMasyarakat berpartisipasi dengan menjawab kuesioner ataudalam wawancara tertentu.

3. Partisipasi melalui konsultasi Masyarakat berpartisipasi dalam proses konsultasi. Agenpembaharu berperan dalam membantu masyarakatmenyelesaikan persoalannya

4. Partisipasi dalam menyediakanmateri penting dalamprogram/proyek

Masyarakat berpartisipasi dalam menyediakan sumberdayaseperti tenaga kerja, uang tunai, bahan pangan dsb.

5. Partisipasi fungsional Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompokyang bekerja untuk pengembangan organisasi setempat.Lembaga masyarakat ini masih bergantung sepenuhnyakepada fasilitator

6. Partisipasi interaktif Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama, gunapenyusunan rencana kegiatan dan program yang akandilaksanakan guna memperkokoh kelembagaan yang telahdibentuk.

7. Mobilisasi diri Masyarakat berpartisipasi dengan berinisiatif untukmengubah sistem, bebas dari pengaruh institusi luar.Masyarakat bebas mengadakan kontak dengan dunia luardalam rangka pengembangan sumberdaya dan saran-saranteknis yang dibutuhkan.

Sumber: Adnan et al. (dalam Pretty JN. 1995: 173)

5.4 Stakeholders yang dalamKomunikasi PembangunanMasyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir merupakansistem sosial, sehingga frameworkCATWOE ini relevan dengan prosestransformasi masyarakat pesisir ke arahyang lebih baik. Dengan demikian,pihak terkait yang dapat komunikasipembangunan berorientasipemberdayaan meliputi: Customers: Masyarakat pesisir

termasuk nelayan dan anggotakeluarganya,

Actors: Pemuka masyarakat, agenpembaharu, penyuluh, ketua dananggota kelompok nelayan,

Transformation: proses perubahanberupa proses komunikasipembangunan yang ditujukan untukmeningkatkan martabat masyarakat

pesisir, seperti kegiatan penguatankelembagaan lokal (seperti lembagapemasaran, kelompok nelayan),pengembangan kapasitas sumberdayamanusia setempat, pengelolaansumberdaya pesisir dan lautanterpadu dan lain-lain.

Welstanchaung = worldview:pemahaman terhadap cara pandang,nilai-nilai lokal yang dianut olehmasyarakat pesisir, dan dihargaisebagai aset masyarakat setempat.Di wilayah penelitian, masing-masing kelompok nelayan memilikiawig-awig (peraturan yang dikelolaoleh komunitas lokal dan didasarkanpada adat istiadat dan budaya Bali)sangat ditaati oleh nelayan danmasyarakat pesisir setempat.

Owners: Dinas Kelautan danPerikanan, Dinas Pariwisata, DinasPerdagangan dan Perindustrian,

Page 15: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

S. Amanah

15

pemerintahan desa dan kecamatandan instansi terkait lainnya yangberfungsi mengembangkan masya-rakat setempat

Environment: kondisi lingkungansetempat perlu diperhatikan sepertikebijakan lokal apakah mendukungatau tidak terhadap programpemberdayaan masyarakat pesisir.

Sebagai sebuah sistem sosial,masyarakat pesisir tentunya memilikistruktur sosial tertentu, dan dikenalnyastatus dan peran pada tiap anggotamasyarakat. Strategi komunikasi pem-bangunan pada masyarakat bersifatspesifik untuk tiap wilayah, setiapupaya perubahan perlu mempertim-bangkan berbagai faktor seperti masalahsosial ekonomi, kondisi fisiklingkungan (sumberdaya alam), dansumberdaya manusia secara umum(termasuk agen pembaharu). Unsur-unsur yang terlibat dalam komunikasipembangunan berubah-ubah dan harusdiantisipasi secepatnya. Perubahanmerupakan proses alamiah yang tidakbisa dihindari, dan harus terjadi padasesuatu, individu atau masyarakatsebagai reaksi atau adaptasi padakondisi yang dihadapi. Prosesperubahan pada masyarakat pesisirdalam konteks perubahan sosial ke arahyang lebih baik berkaitan dengantransformasi struktur dan interaksi

sosial dari sebuah masyarakat (Hortondan Hunt, dalam Garcia 1985) danmerupakan variasi atau modifikasidalam pola organisasi sosial atau subkelompok dalam masyarakat atau padakeseluruhan masyarakat itu sendiri(Panopio, Cordero, dan Raymund,dalam Garcia 1985). Dengan demikian,kendala-kendala yang dihadapi danmasalah yang timbul di antaranyaadalah adanya keinginan untukmemper-tahankan status quo (reluctantto change) oleh sekelompok masyarakatyang dapat mempengaruhi prosesperubahan. Sebagai mana diketahui,dalam teori adopsi-inovasi ada tahapanyang dilalui jika suatu ide baruditerapkan dan proses itu merupakanproses mental. Setiap tahap akanmemerlukan waktu, pemikiran danrespon yang berlainan (awareness,interest evaluation, trial, dan keputusanapakah menolak ataukah menerimainovasi (pembaharuan – ide atauteknologi baru). Guna mengantisipasihal ini, maka sangat relevan bagi agenpembaharu untuk menerapkanpendekatan penyuluhan yang tepatsesuai dengan tahapan komunikasi yangsedang berlangsung di masyarakat(Gambar 3).

Metode pendekatan Tahap komunikasi Tahap adopsi

--------------------------- Menggerakkan Usaha ----------- AdopsiI

----------- Coba---------------------- Meyakinkan

K --------------------- Membangkitkan keinginan ------------ Evaluasi

-------------------- Menggugah hati ------------ MinatM

----------------- Menarik Perhatian ------------ Sadar

Gambar 3. Kaitan antara Metode Pendekatan, Tahap Komunikasi dan Tahap Adopsi(Keterangan: I = Individu; K = Kelompok dan M = Massal

Page 16: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

Jurnal Komunikasi Pembangunan

ISSN 1693-3699 Februari 2010, Vol. 08, No. 1

16

Page 17: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

S. Amanah

17

Terdapat tiga pilihan metodependekatan atau kombinasi ketiganyayang dapat digunakan dalam pelak-sanaan program ketahanan pangan,yaitu:a. Pendekatan perorangan, misalnya

kegiatan kunjungan perorangan,konsultasi ke rumah, penggunaansurat atau telepon, dan magang.

b. Pendekatan kelompok, misalnyakursus tani-nelayan, demonstrasicara atau hasil, kunjungankelompok, karyawisata, diskusikelompok, ceramah, pertunjukanfilm, slide, karyawisata, penyebaranbrosur, buletin, folder, liptan, asahterampil, sarasehan, rembug utamaatau madya, temu wicara, temuusaha, temu karya, temu lapang.

c. Pendekatan massal seperti pameran,Pekan Nasional (Penas), PekanDaerah (Peda), pertunjukkan filmatau wayang, drama, penyebaranpesan melalui siaran radio, televisi,surat kabar, selebaran atau majalah,pemasangan poster atau spandukdan sebagainya.

6. Simpulan

Kondisi masyarakat pesisir dannelayan di lokasi penelitian belumterbebas dari persoalan yang dihadapioleh pelaku usaha kecil menengahmeliputi, akses terhadap aset dansumber-sumber modal terbatas,kebutuhan akan penguatan kelembagaankelompok untuk pengembangankapasitas pengelolaan sumberdayapesisir dan laut. Peran pentingkomunikasi pembangunan dalampemberdayaan masyarakat pesisiradalah menjembatani kesenjangan yangterjadi antara kondisi masyarakat saatini dengan kondisi yang ingin dicapaimelalui proses-proses komunikasi yangpartisipatif, dialogis, dan memotivasi.

Strategi komunikasi pembangu-nan untuk wilayah pesisir hendaknya

spesifik lokasi, dengan mempertim-bangkan hal-hal berikut: (i) Programpembangunan perlu menjaga keseim-bangan antara pembangunan fisik dannon fisik, tidak hanya mengejarpertumbuhan, tetapi harus menanamkanmodal manusia untuk masa depan; (ii)Pesan-pesan dalam komunikasipembangunan tersebut ditentukanberdasarkan kebutuhan masyarakatnelayan, dan ditransformasikan kepadamasyarakat melalui metode-metodeyang relevan dengan situasi dan kondisisetempat, (iii) Diperlukan perencanaanyang matang dalam rancang bangunstrategi komunikasi pembangunan,melibatkan peran serta masyarakatpesisir dan stakeholders terkait dalamproses perencanaan, pelaksanaan,evaluasi hingga tindak lanjut, dan (iv)Sinkronisasi dan koordinasi antarstakeholders terkait dengan masyarakatpesisir dapat menjamin keberlanjutanprogram pembangunan dan mendorongterwujudnya struktur sosio-ekonomimasyarakat lokal yang kuat.

Daftar Pustaka

Adnan, S. Barrett A, Nurul Alam S Mand Brustinow, A. 1995.People’s Participation. NGOs andthe Flood Action Plan. Dalam J.N. Pretty. RegeneratingAgriculture. London: EarthscanPublication Ltd.

Amanah, S. 1996. A Learner-CentredApproach to Improve Teachingand Learning Process inAgricultural Polytechnic inIndonesia. Thesis. Australia:University of Western Sydney.

Amanah, S. 2007. Kearifan Lokaldalam Pengembangan KomunitasPesisir. Bandung: CV. CitraPraya.

Amanah, S., Fatchiya, A. dan Dewi, S.2004. Pemodelan PenyuluhanPerikanan Pada Masyarakat

Page 18: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

18

Pesisir Secara Partisipatif.Laporan Penelitian HibahBersaing X. IPB, Bogor.

Amanah, S. dan Yulianto, G. 2002.Profil PenyelenggaraanPenyuluhan Perikanan MenunjangKinerja DKP di Era Globalisasi.Jakarta: STP (dulu AUP).

Bowling, Chester J., dan Barbara A.Brahm. 2002. ShapingCommunities through ExtensionPrograms. Journal of Extension,June 2002 Volume 40 Number 3.

Checkland, P. 1984. SystemsThinking, System Practice.Chichester: John Wiley & Sons.

Dahuri, R. 2000. PendayagunaanSumberdaya Kelautan UntukKesejahteraan Rakyat (KumpulanPemikiran DR. Ir. RokhminDahuri, MS). Jakarta: LISPI(Lembaga Informasi dan StudiPembangunan Indonesia)bekerjasama dengan DIrektoratJenderal Pesisir, Pantai dan Pulau-Pulau Kecil, Dep. Eksplorasi Lautdan Perikanan.

Dinas Kelautan dan PerikananBuleleng. 2003. Data PerikananKabupaten Buleleng Tahun 2002.Singaraja: Dinas Kelautan danPerikanan.

Direktur Jenderal Perikanan, 2000. Visidan Misi PembangunanPerikanan. Jakarta: Dep.Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Donnermeyer, Joseph F., Barbara A.Plested, Ruth W. Edwards, GeneOetting, dan LawrenceLittlethunder. 1997.“Community Readiness andPrevention Programs.” Journal ofthe Community DevelopmentSociety, Vol. 28. No.1: 65-83.

Douglah, M dan Sicilima, N. 1997. AComparative Study of farmers’Participation in Two AgriculturalExtension Approaches inTanzania. Journal of International

Agricultural and ExtensionEducation. Volume 4, Number1,Spring 1997

Dube, S.C. 1976. Development Changeand Communication in India.Dalam Schramm, W dan Lerner,D.(editors). Communication andChange: The Last Ten Years –and The Next. Honolulu: AnEast-West Center Book, TheUniversity Press of Hawaii.

Garcia, M.B. 1985. Sociology ofDevelopment: Perspective andIssues. Philippines: NationalBook Store, Inc.

Hanson, A. J. 1984. CoastalCommunity: InternationalPerspectives. Paper Presented atthe 26 th Annual Meeting of theCanadian Commission forUNESCO, St John’sNewfoundland, 6 th June 1984.

Harris, Elayne M. 1996. The Role ofParticipatory DevelopmentCommunication as a Tool ofGrassroots Nonformal Education:Workshop Report. Dalam GuyBessette and C.V. Rajasundaram(Editor) . ParticipatoryDevelopment Communication: AWest African Agenda. TheInternational DevelopmentResearch Centre: Science forHumanity.

Kemmis, Stephen dan MacTaggart,Robin. 1988. The ActionResearch Planner. Melbourne:Deakin University Press.

Kifli,Gontom C. 2007. StrategiKomunikasi Pembangunan padaKomunitas Dayak di KalimatanBarat. Forum Penelitian AgroEkonomi. Vol. 25 No. 2,Desember 2007 : 117 – 125

Mubyarto, Sutrisno L, dan Dove, M.1984. Nelayan dan Kemiskinan.Jakarta: Rajawali.

Nasution, Zulkarimen. 2004.Komunikasi Pembangunan:

Page 19: Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan …

S. Amanah

19

Pengenalan Teori danPenerapannya. Edisi Revisi.Jakarta: Divisi Buku PerguruanTinggi PT RajaGrafindo Persada.

Nikijuluw, Victor. 2002. RezimPengelolaan SumberdayaPerikanan. Jakarta: KerjasamaPusat Pemberdayaan danPembangunan Regional (P3R)dengan PT Pustaka Cidesindo.

Payne, Malcolm. 1997. Modern SocialWork Theory. Edisi Kedua.London: MacMillan Press Ltd.

Pretty, J. N. 1995. RegeneratingAgriculture. London: EarthscanPublication.

Rogers, Everett M 1994. TheDiffusion Process. Edisi Keempat.New York: The Free Press.

Satria, A. 2000. Dinamika ModernisasiPerikanan, Formasi Sosial danMobilitas Nelayan. HumanioraUtama Press, Bandung.

________. 2001. Sosiologi MasyarakatPesisir. Jakarta: PT PustakaCidesindo.

Shumsky, A. 1988. Cooperation inAction Research: A Rationale.Dalam Kemmis, S dan R.

McTaggart (eds). The ActionResearch Reader. Victoria,Melbourne: Deakin UniversityPress.

Simpson, I. 1993. Rural Extension – AChange in Emphasis.Proceedings of the Workshop:Defining/redefining ExtensionPractice Science Leaders’Group.Goulburn: NSW Agriculture.

Soedijanto, 1997. Sekolah LapanganPengendalian Hama Terpadu(SLPHT) sebagai Salah SatuAlternatif model Penyuluhanuntuk Mendukung PembangunanPertanian di Awal DatangnyaMillenium Baru. PresentasiPertemuan Penyegaran PemanduLapangan. Malang: Univ.Brawijaya.

Van den Ban, A.W. dan HS. Hawkins,1999. Agricultural Extension.London: Elsevier.

Waskita, Djaka. 2005. KomunikasiPembangunan untukPemberdayaan. Jurnal Organisasidan manajemen. Vol 1. No. 1,September 2005.