Top Banner
PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA SECARA AGROFORESTRI MELALUI INISIATIF KARBON TERSIMPAN DI KPH BUKIT PUNGGUR WAY KANAN (Skripsi) Oleh YANFA GHIYATS GHIFARI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2020
75

PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

Sep 25, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA SECARAAGROFORESTRI MELALUI INISIATIF KARBON TERSIMPAN

DI KPH BUKIT PUNGGUR WAY KANAN

(Skripsi)

Oleh

YANFA GHIYATS GHIFARI

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2020

Page 2: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

ABSTRACT

THE ROLE OF COMMUNITY FORESTS AGROFORESTRY MANAGEDTHROUGH INSTITUTED CARBON INITIATIVES

IN KPH BUNGIT PUNGGUR WAY KANAN

By

Yanfa Ghiyats Ghifari

Community Forestry (HKm) is one of the Social Forestry programs that

empowers people to obtain the benefits of forest products optimally while

maintaining forest sustainability. Community Forestry Jaya Lestari is one of the

HKm located in Bukit Punggur Forest Management Unit (FMU) area in Way

Kanan Regency. This study aimed to analyze the contribution of the amount of

stored carbon in the Gapoktan Jaya Lestari management area to the income of

farmers mainly obtained from the activities such selling carbon stored in HKm

Jaya Lestari. This study used 16 sample plots with sampling intensity of 0,005%

from the 1.295 ha area of land managed by HKm Jaya Lestari farmers. Data

collection methods used in this study were to determine the Importance Value

Index, allometric equations and additional incentives from the economic value of

carbon using assumptions. The results showed that the species that dominated in

the tree phase were rubber (128,03%), rubber species dominance (156,31%) in the

pole phase, coffee species dominance (97,12) in the sapling phase and haredong

Page 3: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

species dominance (24,26%) in the seedling and undergrowth phases.

Community Forestry Jaya Lestari has a management area of 1.295 ha with an

average carbon of 96,45 tons/ha with carbon potential of 124.902,75 tons. Total

revenue from carbon initiatives was estimated to reach a nominal value of

Rp. 31.697.528.111 based on the Voluntary Carbon Market carbon trading

scheme.

Keywords: agroforestry, allometrics, carbon initiatives, community forestry

Page 4: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

ABSTRAK

PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA SECARAAGROFORESTRI MELALUI INISIATIF KARBON TERSIMPAN

DI KPH BUKIT PUNGGUR WAY KANAN

Oleh

Yanfa Ghiyats Ghifari

Hutan Kemasyarakatan (HKm) adalah salah satu program Perhutanan Sosial yang

memberdayakan masyarakat untuk memperoleh manfaat hasil hutan secara

optimal serta tetap menjaga kelestarian hutan. Hutan Kemasyarakatan Jaya

Lestari merupakan salah satu HKm yang berlokasi di kawasan Kesatuan

Pengelolaan Hutan (KPH) Bukit Punggur Kabupaten Way Kanan. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis kontribusi jumlah karbon tersimpan di wilayah

pengelolaan Gapoktan Jaya Lestari terhadap pendapatan petani yang diperoleh

dari kegiatan inisiatif penjualan karbon tersimpan di HKm Jaya Lestari.

Penelitian ini menggunakan 16 petak contoh hasil dari penentuan intensitas

sampling sebesar 0,005% dari 1.295 ha luas lahan yang dikelola oleh petani HKm

Jaya Lestari. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menentukan Indeks Nilai Penting (INP), persamaan allometrik dan insentif

tambahan dari nilai ekonomi karbon dengan menggunakan asumsi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa spesies yang mendominasi pada fase pohon yaitu

Page 5: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

karet (128,03%), dominasi spesies karet (156,31%) pada fase tiang, dominasi

spesies kopi (97,12) pada fase pancang dan dominasi spesies haredong (24,26%)

pada fase semai dan tumbuhan bawah. Hutan Kemasyarakatan Jaya Lestari

memiliki area kelola seluas 1.295 ha dengan rata-rata karbon sebesar 96,45 ton/ha

maka HKm tersebut memiliki potensi karbon sebesar 124.902,75 ton. Total

pendapatan dari inisiatif karbon diperkirakan mencapai nominal yang tinggi yaitu

sebesar Rp. 31.697.528.111 berdasarkan skema perdagangan karbon Voluntary

Carbon Market (VCM).

Kata Kunci: agroforestri, allometrik, hutan kemasyarakatan, inisiatif karbon

Page 6: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA SECARAAGROFORESTRI MELALUI INISIATIF KARBON TERSIMPAN

DI KPH BUKIT PUNGGUR WAY KANAN

Oleh

YANFA GHIYATS GHIFARI

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2020

Page 7: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.
Page 8: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.
Page 9: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, pada tanggal 23 September

1996, sebagai anak dari Bapak Wawan Dermawan, S.Pd.,

M.M.Pd dan Ibu Isnawati, dan merupakan anak pertama dari

empat bersaudara (Fairuz Al Fajri, M. Almer Dzaky, dan

Citra Vayla Uzmahani).

Riwayat pendidikan Penulis dimulai dari Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN

4 Soreang pada Tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 2

Banjaran pada Tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1

Margahayu pada Tahun 2014.

Tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Unila melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi anggota utama

Himasylva dan menjadi anggota Bidang Rumah Tangga Himasylva pada tahun

2015-2016. Penulis telah melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun

2018 di Desa Wawasan, Kecamatan Tanjung Sari, Lampung Selatan. Tahun

2017, penulis melakukan Praktik Umum (PU) di Kesatuan Pemangkuan Hutan

(KPH) Balapulang Divisi Regional Jawa Tengah. Penulis mengikuti Seminar

Nasional Biologi 4 pada tahun 2019 sebagai penyaji sebagian dari hasil

Page 10: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

penelitiannya dengan judul “Cadangan Karbon pada Tegakan Karet di Kesatuan

Pengelolaan Hutan Bukit Punggur”.

Page 11: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

Ku Persembahkan Karya Ini Untuk Kedua Orang Tuaku,Ayahanda Wawan Dermawan dan Ibunda Isnawati Tercinta

Serta Untuk Adik-Adikku Tersayang

Page 12: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat

dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi dengan judul “Peran Hutan Kemasyarakatan yang Dikelola secara

Agroforestri melalui Inisiatif Karbon Tersimpan di KPH Bukit Punggur

Way Kanan” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kehutanan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Indra Gumay Febryano, S.Hut., M.Si., selaku Ketua Jurusan

Kehutanan;

3. Ibu Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P., selaku pembimbing utama atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini, serta membantu mendanai penelitian ini;

4. Bapak Rudi Hilmanto, S.Hut., M.Si., selaku pembimbing kedua atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini, serta membantu mendanai penelitian ini;

Page 13: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

5. Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si., selaku penguji utama pada ujian skripsi.

Terima kasih untuk masukan dan saran-saran dalam penyelesaian skripsi ini;

6. Bapak Wawan Derrmawan, S.Pd, M.M.Pd. dan Ibu Isnawati, selaku orang tua

kandung Penulis yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan hingga

Penulis menyelesaikan skripsi ini;

7. Bapak Feri Fahrurrozi dan Ibu Sari Wilianti, selaku orang tua tiri Penulis

yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan hingga Penulis

menyelesaikan skripsi ini,

8. Mbah Pertiwi, Paman Fery dan keluarga yang senantiasa selalu mendukung

dan memberikan arahan dalam proses perkuliahan hingga skripsi ini selesai

dikerjakan,

9. Kakak-kakak dan Adik-adik kandung, saudara-saudara tiri, serta keluarga

besar Penulis, yang selalu mendoakan dan memberikan support hingga

penulis menyelesaikan skripsi ini;

10. Bapak Trio Santoso, S.Hut., M.Sc., selaku pembimbing akademik;

11. Bapak dan Ibu tenaga kependidikan Kehutanan Unila;

12. Bang Yustinus Seno, S.Hut., Bang Imawan Abdul Qohar, S.Hut., dan Ghina

Zhafira, S. Hut., dan Prila Idayanti, S. Hut. selaku tim yang telah bekerjasama

dan membantu dalam penelitian ini;

13. Bang Fredy Rahman Dani, S.Hut. selaku bakti ribawan KPH III Bukit

Punggur yang telah banyak membantu, mengarahkan, dan menyediakan

tempat selama penelitian berlangsung;

14. Kehutanan 2014 (LUGOSYL) selaku rekan angkatan seperjuangan yang

selalu support;

ii

Page 14: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

15. Lembaga Garuda Sylva (GARSI), dan abang-abang dan mbak-mbak yang

selalu support dalam menyelesaikan skripsi Penulis,

16. Seluruh Tim Pengawas dan Penilai (WASNIL) Program Rehabilitasi Hutan

dan Lahan (RHL) terkhusus Bang Ahmad Hendri Gunawan, S. Hut. (Kyay

Konces) dan tim yang senantiasa memberi dukungan serta motivasi kepada

Penulis.

17. Seluruh teman dan sahabat Penulis terkhusus Tita Prenti Rahmadanti, S.P.,

Azhary Taufiq, S.Hut., Ade Sofiyan, S.Hut., Ary Rahmadi, S.Hut., Reki

Hamdani, Suprayoga Adi Prasetya dan Zulfikri, S.Hut. yang selalu

memberikan support dan nasihat serta membantu Penulis sampai skripsi ini

selesai.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

dengan segala kerendahan hati semoga skripsi yang sederhana ini dapat

bermanfaat dan berguna bagi ilmu pengetahuan.

Aamiin.

Bandar Lampung, 14 Februari 2020

Yanfa Ghiyats Ghifari

iii

Page 15: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL ..................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 11.1 Latar Belakang ................................................................................ 11.2 Tujuan Penelitian............................................................................. 31.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 82.1 Gambaran Umum Kabupaten Way Kanan...................................... 82.2 Hutan ............................................................................................... 10

2.2.1 Hutan lindung........................................................................ 112.3 Hutan Kemasyarakatan ................................................................... 122.4 Sejarah Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Kabupaten

Way Kanan ...................................................................................... 132.5 Vegetasi ........................................................................................... 142.6 Indeks Nilai Penting (INP) .............................................................. 162.7 Agroforestri ..................................................................................... 19

2.7.1 Definisi agroforestri .............................................................. 192.7.2 Sistem agroforestri ................................................................ 192.7.3 Ciri-ciri agroforestri .............................................................. 212.7.4 Agroforestri sebagai tempat penyimpanan karbon ............... 22

2.8 Biomassa ......................................................................................... 242.8.1 Definisi biomassa.................................................................. 242.8.2 Perhitungan biomassa hutan ................................................. 25

2.9 Karbon............................................................................................. 282.9.1 Definisi karbon ..................................................................... 282.9.2 Siklus karbon ........................................................................ 322.9.3 Peran hutan dalam menyerap karbon.................................... 33

2.10 Pasar Karbon................................................................................. 342.10.1 Definisi pasar karbon .......................................................... 342.10.2 Perdagangan dalam pasar karbon ........................................ 362.10.3 Voluntary carbon market (VCM)........................................ 36

Page 16: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

HalamanIII. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 38

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 383.2 Objek dan Alat Penelitian ............................................................... 383.3 Metode Penelitian............................................................................ 39

3.3.1 Data primer ........................................................................... 393.3.2 Data sekunder ....................................................................... 39

3.4 Penentuan Petak Ukur ..................................................................... 403.4.1 Petak ukur ............................................................................ 403.4.2 Intensitas sampling............................................................... 403.4.3 Bentuk plot contoh ............................................................... 413.4.4 Pengambilan data ................................................................. 42

3.5 Pengamatan dan Pengumpulan Data ............................................... 433.5.1 Indeks nilai penting (INP)..................................................... 433.5.2 Pendugaan biomassa ............................................................. 453.5.3 Konversi tarif karbon dalam VCM ....................................... 48

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 494.1 Indeks Nilai Penting (INP) .............................................................. 49

4.1.1 Pohon .................................................................................... 494.1.2 Tiang ..................................................................................... 524.1.3 Pancang................................................................................. 544.1.4 Tumbuhan bawah dan semai................................................. 56

4.2 Biomassa dan Karbon Tersimpan ................................................... 584.3 Potensi Cadangan Karbon dan Pendapatan Perdagangan Karbon .. 65

V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 695.1 Simpulan.......................................................................................... 695.2 Saran................................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 71

LAMPIRAN............................................................................................... 78Tabel 10-14............................................................................................. 79Gambar 11-19......................................................................................... 93

v

Page 17: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

1

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman1. Jumlah petak ukur di HKm Jaya Lestari...... ........................................... 41

2. Model persamaan allometrik.................................................................. 45

3. INP fase pohon pada HKm Jaya Lestari ................................................ 50

4. INP fase tiang pada HKm Jaya Lestari .................................................. 52

5. INP fase pancang pada HKm Jaya Lestari ............................................. 54

6. INP fase semai dan tumbuhan bawah pada HKm Jaya Lestari.............. 56

7. Nilai biomassa, karbon tersimpan, dan serapan CO2 ............................. 60

8. Komposisi cadangan karbon pada biomassa pohon............................... 63

9. Asumsi pembagian insentif penjualan karbon ....................................... 68

10. Data pengamatan pada fase pohon......................................................... 79

11. Data pengamatan pada fase tiang........................................................... 82

12. Data pengamatan pada fase pancang ..................................................... 85

13. Data pengamatan pada fase tumbuhan bawah dan semai ...................... 88

14. Data biomassa pada semua fase pertumbuhan....................................... 93

Page 18: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman1. Diagram alir penelitian.......................................................................... 7

2. Peta lokasi penelitian ............................................................................ 8

3. Petak ukur pengambilan data biomassa ................................................ 42

4. Indeks nilai penting fase pohon ............................................................ 51

5. Indeks nilai penting fase tiang .............................................................. 53

6. Indeks nilai penting fase pancang ......................................................... 55

7. Indeks nilai penting fase tumbuhan bawah dan semai.......................... 57

8. Data perbandingan karbon tersimpan ................................................... 61

9. Persentase dominansi diameter batang pohon ...................................... 64

10. Lapisan pendapatan hasil hutan masyarakat HKm Jaya Lestari ........... 66

11. Tugu kawasan hutan lindung KPH Bukit Punggur............................... 93

12. Hutan yang dikelola oleh HKm Jaya Lestari ........................................ 94

13. Pengukuran diameter pohon ................................................................. 94

14. Tegakan yang didominasi fase tiang dan fase pancang ........................ 95

15. Pengambilan sampel serasah dan tumbuhan bawah ............................. 95

16. Penimbangan sampel bobot serasah dan tumbuhan bawah .................. 96

17. Pengeringan contoh serasah dan tumbuhan bawah............................... 96

18. Silatuhrahmi dengan pengurus HKm Jaya Lestari................................ 97

19. Tim pengambilan data penelitian dari mahasiswa Unila ...................... 97

Page 19: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan Indonesia adalah hutan yang mengalami laju deforestasi tercepat di dunia.

Sejak tahun 2000 hingga 2012, hutan Indonesia mengalami kerusakan hutan

sebesar 6,02 mha dengan kenaikan sekitar 47.600 ha/tahun (Margono dkk., 2014).

Laju deforestasi berlangsung juga di Provinsi Lampung, tercatat bahwa

657.800 ha (65,47%) dari total luasan kawasan hutan (1.004.735 ha) mengalami

deforestasi (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2013).

Deforestasi disebabkan oleh adanya alih fungsi lahan yang sudah tidak terkendali

lagi. Dewan Nasional Perubahan Iklim (2009) menyebutkan total emisi nasional

Indonesia adalah 85%, berasal dari agrikultur dan perubahan tata guna lahan dari

lahan hutan menjadi tutupan lahan lainnya. Oleh sebab itu, perlu adanya

perbaikan kondisi hutan yang merupakan sebuah solusi sebagai sumber

pendapatan masyarakat. Selain itu perlu adanya pertimbangan mengenai peran

ekologis hutan terkait dengan fungsi hutan yang salah satunya adalah sebagai

mitigasi emisi gas rumah kaca.

Kondisi hutan saat ini perlu adanya strategi dan upaya untuk mitigasi guna

mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan penyimpanan karbon dalam

rangka mengatasi perubahan iklim dan peningkatan sumber nafkah rumah tangga

Page 20: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

2masyarakat dengan cara memperdagangkan karbon yang tersimpan dalam hutan

(Fitria dkk., 2017). Menurut Angelsen dkk. (2013), pengelolaan hutan berbasis

masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan Reduction

Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) di Indonesia.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2016) dalam P.83 tentang

Perhutanan Sosial menjelaskan bahwa Hutan Kemasyarakatan (HKm) merupakan

salah satu model pengelolaan hutan yang pemanfaatannya bertujuan untuk

memberdayakan masyarakat setempat. Pemanfaatannya dalam bentuk kegiatan

memanen hasil hutan bukan kayu melalui pembibitan, penanaman, pemeliharaan,

pemanenan, pengolahan dan pemasaran berdasarkan asas kelestarian hutan, sosial

dan lingkungan dan/atau dalam bentuk pemanfaatan jasa lingkungan melalui

antara lain jasa ekowisata, jasa tata air, jasa keanekaragaman hayati maupun jasa

penyerap atau penyimpan karbon.

Hutan Kemasyarakatan Jaya Lestari merupakan kawasan hutan lindung

KPH Bukit Punggur Kabupaten Way Kanan yang diperuntukan agar masyarakat

sekitar hutan dapat memperoleh nafkah serta mempertahankan kelestarian

hutannya. HKm tersebut dikelola oleh masyarakat dengan menerapkan

agroforestri. Agroforestri dikembangkan baik di negara berkembang maupun di

negara maju sebagai bentuk penurunan konsentrasi gas rumah kaca

(Natalia dkk., 2014), khususnya penurunan CO2.

Pengelolaan hutan berdasarkan skema HKm dengan sistem agroforestri sejauh ini

dinilai memiliki cadangan karbon yang baik. Aprianto (2015) mendapatkan hasil

bahwa jumlah cadangan karbon di KPHL Batutegi yang dikelola dengan sistem

agroforestri sebesar 534,73 ton/ha dengan rata-rata cadangan karbon sebesar

Page 21: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

3178,24 ton/ha. Penelitian Fitria dkk. (2017) menunjukkan bahwa HKm Desa

Ngeposari yang memiliki luasan 115 ha mendapati jumlah karbon tersimpan

sebesar 32.578,55 ton dengan biaya yang didapatkan dari hasil penjualan karbon

sebesar Rp. 295.321.293. Peran HKm Jaya Lestari adalah sebagai penunjang

perekonomian masyarakat sekitar hutan namun perlu adanya pengetahuan tentang

peran ekologis kawasan tersebut dalam penyerapan karbon. Oleh karena itu

penelitian mengenai karbon tersimpan perlu dilakukan untuk dapat mengetahui

pendugaan cadangan karbon di HKm Jaya Lestari serta sebagai acuan dan

informasi bagi masyarakat dalam upaya mengikuti program REDD+ atau inisiatif

karbon.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Analisis Indeks Nilai Penting (INP) spesies yang mendominasi

HKm Jaya Lestari.

2. Analisis jumlah karbon tersimpan di wilayah pengelolaan

Gapoktan Jaya Lestari.

3. Analisis potensi karbon tersimpan dan serapan karbon dalam upaya penurunan

laju emisi.

4. Analisis sumbangan ekonomi karbon terhadap pendapatan rumah tangga

melalui inisiatif perdagangan karbon.

Page 22: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

41.3 Kerangka Pemikiran

Diketahui bahwa HKm merupakan salah satu skema perhutanan sosial yang

memperdayakan masyarakat setempat atau sekitar kawasan hutan.

Pelaksanaannya adalah dengan memanfaatkan sumberdaya hutan secara optimal,

adil dan berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan dan

lingkungan hidup (PermenLHK, 2014). Hutan Kemasyarakatan Jaya Lestari

adalah salah satu HKm yang dibentuk di Kabupaten Way Kanan sebagai suatu

rancangan pelayanan kredit bagi masyarakat yang ada di sekitar hutan untuk dapat

membuat unit-unit usaha berbasis hasil hutan. Peraturan Menteri

Kehutanan (2014) dalam P.88 tentang HKm menjelaskan bahwa dalam

penyelenggaraan HKm adalah untuk pengembangan kapasitas dan pemberian

akses kepada masyarakat setempat untuk mengelola kawasan hutan secara lestari

guna menciptakan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan serta untuk

menyelesaikan persoalan sosial. Salah satu metode pengelolaan hutan yang

masyarakat tekuni adalah dengan menerapkan sistem agroforestri.

Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan terpadu yang mengombinasikan

tanaman kehutanan terutama pohon dengan tanaman pertanian dan/atau hewan

ternak yang dilakukan dalam waktu bersamaan atau bergilir. Tujuannya agar

mendapatkan hasil dari penggunaan lahan yang optimal dan berkelanjutan

(Sudoyono dkk., 2014). Nadeak dkk. (2013) dan Asmi dkk. (2013)

mengemukakan bahwa agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan

biofisik saja namun untuk menghasilkan keuntungan sosial, ekonomi dan

lingkungan bagi semua pengguna lahan dengan adanya pengelolaan pada lahan,

Peran ekologi terkait dengan fungsi hutan salah satunya adalah sebagai mitigasi

Page 23: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

5emisi gas rumah kaca melalui simpanan karbon pada tegakannya. Realitanya,

hutan di Provinsi Lampung saat ini tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai

penyimpan karbon dengan baik berdasarkan kondisi hutan saat ini.

Kondisi hutan di Lampung saat ini adalah sebanyak 65,47% rusak oleh adanya

faktor-faktor penyebab kerusakan hutan (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung,

2013). Banyaknya perambahan hutan, degradasi hutan, deforestasi dan kebakaran

adalah sebagian penyebab kerusakan hutan. Dalam kurun waktu 10 tahun (2007-

2016) hutan Provinsi Lampung mengalami kerusakan hutan sebesar 7,05% atau

seluas 234.004 ha. Hutan di Provinsi Lampung juga menjadi salah satu wilayah

yang mengalami kerusakan hutan terluas pada 20 tahun yang terjadi di Pulau

Sumatera yaitu sebesar 20% dari luas hutan yang ada (Maulina dkk., 2016).

Berdasarkan permasalahan tersebut terdapat suatu skema yang dapat dijadikan

solusi sebagai upaya yang dapat menanggulangi kerusakan hutan, yaitu melalui

program REDD+ (Reduction Emissions from Deforestation and Forest

Degradation).

Progran (REDD+) merupakan program yang ditujukan untuk mengurangi emisi

gas rumah kaca dari sektor kehutanan. Pelaksanaan program tersebut merupakan

kerja sama antara negara maju dan negara berkembang sehingga dapat

memastikan tercapainya tujuan rezim iklim internasional (Rizqie, 2013). Salah

satu perdagangan karbon yang dapat dipraktekkan adalah Voluntary Carbon

Market (VCM) atau pasar karbon sukarela, terbentuk karena adanya korporasi dan

masyarakat di negara maju, yang bertujuan untuk mengurangi carbon footprint

yang dihasilkan oleh emitter dan juga akan menambah pendapatan masyarakat

sekitar hutan dari hasil perdagangan karbon ini (Fitria dkk., 2017).

Page 24: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

6Sistem agroforestri yang dikelola masyarakat HKm Jaya Lestari merupakan suatu

kesempatan yang tepat untuk mewujudkan hutan lestari dan masyarakat sejahtera

disamping kondisi hutan yang terus menerus mengalami kerusakan seiring

bertambahnya tahun. Hal tersebut didasari oleh adanya ± 380 desa/kelurahan dan

± 1,33 juta jiwa berada di dalam dan/atau di sekitar kawasan hutan Provinsi

Lampung (Sanudin dkk., 2016), yang perlu diperhatikan kesejahteraannya.

Tentunya hasil hutan memberikan tambahan pendapatan bagi para petani dan juga

menjaga peran ekologis dari hutan itu sendiri salah satunya mitigasi emisi gas

rumah kaca dengan cara masyarakat memiliki inisiatif untuk memperdagangkan

karbon tersimpan pada lahan garapannya.

Simpanan karbon yang dihitung pada peneilitian ini adalah karbon di atas

permukaan tanah. Data yang diambil untuk simpanan karbon dengan

menggunakan beberapa petak contoh (sampling) yang ditentukan dengan metode

stratified random sampling. Karbon yang diukur terdiri dari 3 objek yaitu pohon,

serasah serta tumbuhan bawah yang dapat diketahui dengan menghitung besarnya

biomassa dan dihitung dengan metode destructive (pemanenan) maupun non-

destructive (tanpa pemanenan). Biomassa yang diukur adalah biomassa pohon

pada semua fase pertumbuhan yang dihitung dengan menggunakan persamaan

allometrik. Pengukuran biomassa serasah dan tumbuhan bawah

dihitung dengan menggunakan rumus biomass expansion factor (Brown, 1997).

Setelah diketahui pendugaan biomassa, maka karbon tersimpan di HKm Jaya

Lestari tersebut dapat diketahui dengan mengkonversi pada satuan total stock.

Karbon tersimpan kemudian dikonversi lagi menjadi dolar sebesar tarif VCM

berdasarkan ecosystem market place tarif karbon VCM. Hasil penelitian ini

Page 25: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

7adalah sebagai informasi bagi pihak terkait dalam upaya pengelolaan pada

kawasan yang dikelola secara agroforestri di HKm Jaya Lestari Register 24 KPH

Bukit Punggur Kabupaten Way Kanan. Bagan diagram alir dapat dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1. Diagram alir penelitian.

Kondisi HKm Jaya Lestari

HKm Jaya Lestari denganSistem Agroforestri

Reduction Emissions fromDeforestation and ForestDegradation (REDD+)

VoluntaryCarbon Market

Perekonomian Masyarakat Bertambahdan

Menjaga Peran Ekologis Hutan

Biomassa di AtasPermukaan Tanah

Metode Destructive Metode Non-Destructive

Biomassa SerasahDan

Biomassa Tumbuhan Bawah

Biomassa Pohon

Analisis Karbon

Peran HKm Melalui Inisiatif Karbon di KPH Bukit Punggur

Page 26: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Way Kanan

Peta lokasi penelitian peran HKm yang dikelola secara agroforestri melalui

inisiatif karbon tersimpan di KPH Bukit Punggur disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

Page 27: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

9Kabupaten Way Kanan termasuk dalam salah satu kabupaten yang ada di Provinsi

Lampung yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Lampung Utara. Undang-

undang No. 12 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Dati II Way Kanan

adalah sebagai dasar pembentukan Kabupaten Way Kanan tersebut.

Peresmiannya adalah pada tanggal 27 April 1999 yang ditandai dengan pelantikan

Pejabat Bupati oleh Menteri Dalam Negeri di Jakarta. Blambangan Umpu

merupakan Ibukota Kabupaten Way Kanan yang menjadi salah satu kampung tua

di Kabupaten tersebut (Badan Pusat Statistik, 2018).

Luasan wilayah Kabupaten Way Kanan adalah 3.921,63 km2 yang terbagi menjadi

14 kecamatan, 6 kelurahan dan 221 kampung. Badan Pusat Statistik

Way Kanan (2018) menjabarkan batasan wilayah Kabupaten Way Kanan adalah

sebagai berikut.

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten OKU Timur, Provinsi Sumatera

Selatan

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang Barat

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat

Kabupaten Way Kanan tersusun dalam beberapa bentuk bentang alam yang

tersusun dari ±73,9% luasan adalah wilayah datar sampai wilayah bergelombang

dengan kemiringan lereng 0-15%, ±20,2% luasan memiliki relif bergelombang

sampai berbukit dengan kemiringan 15-25% dan ±5,9% luasan berbukit sampai

bergunung dengan kemiringan lereng 25- 40%. Ketinggian tempat atau elevasi

pada Kabupaten Way Kanan adalah 450-1700 mdpl dengan daerah lereng-lereng

Page 28: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

10curam. Kecamatan Kasui yang memiliki puncak pada Bukit Punggur setinggi

1700 mdpl, Kecamatan Banjit yang memiliki puncak pada Gunung Remas

setinggi 1600 mdpl, dan Gunung Bukit Duduk setinggi 1500 mdpl (Surastyawan,

2017).

Topografi wilayah Kabupaten Way Kanan ada dua bagian, yaitu daerah topografi

berbukit sampai bergunung dan daerah river basin. Daerah topografi berbukit

sampai bergunung merupakan daerah dengan lereng-lereng yang curam atau terjal

dengan ketinggian bervariasi antara 450-1700 mdpl yang meliputi bukit barisan,

umumnya ditutupi oleh vegetasi hutan primer, sekunder dan hutan yang terdiri

dari bukit barisan dan bukit persegi. Daerah river basin merupakan daerah yang

meliputi river basin sungai-sungai kecil yang berada didataran rendah (Badan

Pusat Statistik, 2018).

2.2 Hutan

Pasal 1 UU 41 tahun 1999 tentang Kehutanan mendefinisikan bahwa hutan

merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya

alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan merupakan salah satu

kekayaan yang dimiliki oleh negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat

manusia, oleh karena itu wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara

optimal, serta dijaga kelestariannya untuk kemakmuran rakyat sekarang maupun

yang akan datang. Penguasaan hutan tersebut memberikan wewenang kepada

pemerintah yaitu:

Page 29: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

11a. Mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan,

kawasan hutan, dan hasil hutan.

b. Menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan

hutan sebagai bukan kawasan hutan.

c. Mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang dengan

hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai kehutanan.

2.2.1 Hutan lindung

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

menjelaskan bahwa hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi

pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,

mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara

kesuburan tanah. Hutan lindung dapat diartikan sebagai kawasan-kawasan

resapan air yang memiliki curah hujan tinggi dengan struktur tanah yang mudah

meresapkan air dan kondisi geomorfologinya mampu meresap air hujan sebesar-

besarnya.

Hutan yang berfungsi sebagi hutan pelindung adalah kawasan hutan yang

keberadaannya diperuntukkan sebagai pelindung kawasan air, pencegah banjir,

pencegah erosi dan pemeliharaan kesuburan tanah yang berbeda untuk pengertian

konservasi. Kawasan hutan dengan ciri khas tertentu mempunyai fungsi

perlindungan, sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati

serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

(Senoaji, 2010).

Page 30: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

122.3 Hutan Kemasyarakatan

Program HKm yang merupakan hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan

yang memiliki tujuan memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi,

nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

masyarakat setempat). Program HKm di Lampung menunjukkan bahwa

masyarakat memiliki kekhususan preferensi untuk fasilitasi dari faktor eksternal

dengan penekanan pada pembangunan komunitas kewirausahaan untuk

meningkatkan kesejahteraan mereka bukan hanya memperkuat masyarakat

institusi (Wulandari dan Kurniasih, 2019). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

dan Kehutanan No.83 Tahun 2016 mengartikan hutan kemasyarakatan sebagai

hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk masyarakat setempat

dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui

pemanfaatan sumber daya hutan secara optimal, adil dan berkelanjutan dengan

tetap menjaga kelestarian fungsi hutan dan lingkungan hidup.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 83 Tahun

2016 menjelaskan bahwa HKm merupakan salah satu model pengelolaan hutan

yang pemanfaatannya bertujuan untuk memberdayakan masyarakat setempat.

Pemanfaatannya dalam bentuk kegiatan memanen hasil hutan bukan kayu melalui

pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan dan pemasaran

berdasarkan asas kelestarian hutan, sosial dan lingkungan dan/atau dalam bentuk

pemanfaatan jasa lingkungan melalui antara lain jasa ekowisata, jasa tata air, jasa

keanekaragaman hayati maupun jasa penyerap atau penyimpan karbon. Kawasan

hutan yang dapat ditetapkan sebagai areal kerja HKm adalah kawasan hutan

Page 31: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

13lindung dan kawasan hutan produksi. Proses pemberdayaan masyarakat dalam

hutan kemasyarakatan dimaksudkan agar pengembangan kapasitas dan pemberian

akses terhadap masyarakat setempat yang mengelola hutan secara lestari dapat

dijamin ketersediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat untuk memecahkan

persoalan ekonomi dan sosial yang terjadi pada masyarakat, sehingga tujuan dari

hutan kemasyarakatan dapat terpenuhi.

2.4 Sejarah Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Kabupaten Way Kanan

Awal mulanya HKm di Kabupaten Way Kanan merupakan sebuah tindak lanjut

dari diberlakukannya Kepmenhut No.622/Kpts-II/1995. Tindak lanjutnya, Dirjen

Pemanfaatan Hutan didukung oleh para LSM, universitas, dan lembaga

internasional, merancang proyek-proyek uji-coba di berbagai tempat dalam

pengelolaan konsesi hutan yang melibatkan masyarakat setempat. Hingga tahun

1997, bentuk pengakuan HKm masih sangat kecil. Kemudian Menteri Kehutanan

mengeluarkan Keputusan No. 677/Kpts-II/1998, mengubah Keputusan

No.622/Kpts-II/1995. Masyarakat diberikan hak pemanfaatan hutan non kayu

atau disebut Hak Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm).

Menteri Kehutanan membuat suatu rancangan pelayanan kredit bagi masyarakat

yang ada di sekitar hutan untuk dapat membuat unit-unit usaha berbasis hasil

hutan. Promosi bentuk HKm ini merupakan suatu pendekatan yang dapat

meminimalisir degradasi hutan dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat,

kemudian Kepmenhut tersebut di ubah dengan Kepmenhut No. 31/Kpts-II/2001.

Page 32: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

14Selanjutnya, HKm diatur secara bersama kegiatan hutan adat dan kemitraan dalam

KemenLHK No. P.83/2016 dalam program perhutanan sosial. Adanya keputusan

ini, masyarakat diberi keleluasaan lebih besar sebagai pelaku utama dalam

pengelolaan hutan.

Sasaran dari adanya kebijakan ini adalah masyarakat yang memiliki lahan di

wilayah hutan register yang bercocok tanam dengan pola berpindah-pindah.

Harapan dari kebijakan tersebut adalah untuk meminimalisir penggunaan lahan

secara tidak terkontrol dan mengurangi laju kerusakan hutan secara masif.

Sampai tahun 2019 ini, terdapat 10 kelompok HKm di KPH III Bukit Punggur,

yaitu HKm Jaya Lestari, HKm Sumber Rejeki, HKm Jaya Makmur, HKm Karya

Makmur, HKm Mekar Jaya, HKm Putri Malu, HKm Harapan Jaya, HKm

Harapan Makmur, HKm Panca Tunggal, dan HKm Mangga Mulyo.

Pengelolaan kawasan hutan lindung Register 24 Bukit Punggur yang berada di

Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan secara resmi telah diserahkan

pengelolaanya kepada kelompok tani melalui skema HKm. Melalui Bupati Way

Kanan Bustami Zainudin, memberi izin pengelolaan hutan melalui Surat

Keputusan Menteri Kehutanan no.447 tentang Penetapan Areal Kerja HKm seluas

1.295 ha yang diserahkan kepada HKm Jaya Lestari di Kampung Menanga

Jaya, Kecamatan Banjit.

2.5 Vegetasi

Vegetasi adalah kumpulan dari bebagai jenis tumbuhan yang tumbuh secara

bersamaan pada satu tempat, di antara susunan individu-individu yang terkumpul

Page 33: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

15membentuk interaksi yang erat, baik itu diantara tumbuh-tumbuhan maupun

hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut (Lestari, 2018).

Menurut Tiurmasari (2016) menyatakan bahwa vegetasi merupakan kumpulan

tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari beberapa jenis, seperti herba, pohon dan perdu

yang hidup bersama-sama pada suatu tempat dan saling berinteraksi antara satu

dengan yang lainnya, serta lingkungannya dan memberikan ciri kenampakan luar

(fisiognami) vegetasi.

Hutan lahan kering primer merupakan hutan yang tumbuh berkembang pada

habitat lahan kering yang dapat berupa daerah dataran rendah, perbukitan dan

pegunungan, atau hutan tropis daratan tinggi yang masih kompak dan belum

mengalami intervensi manusia atau yang belum menampakkan adanya bekas

penebangan (Standar Nasional Indonesia, 2010). Lahan kering sekunder adalah

hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering yang dapat berupa

dataran rendah, perbukitan dan pegunungan, atau hutan tropis dataran tinggi yang

telah mengalami intervensi manusia atau menampakkan bekas penebangan

(kenampakan alur dan bercak bekas tebang). Hutan lahan basah primer adalah

hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan basah berupa rawa, termasuk

rawa payau dan rawa gambut.

Wilayah lahan basah berkarakteristik unik yaitu dataran rendah yang membentang

sepanjang pesisir, wilayah berelevasi rendah, tempat yang dipengaruhi oleh

pasang-surut untuk wilayah dekat pantai, wilayah yang dipengaruhi oleh musim

yang terletak jauh dari pantai, dan sebagian besar wilayah tertutup gambut, belum

mengalami intervensi manusia. Hutan lahan basah sekunder adalah hutan yang

Page 34: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

16tumbuh berkembang pada habitat lahan basah berupa rawa, termasuk rawa payau

dan rawa gambut. Wilayah lahan basah berkarakteristik unik yaitu dataran rendah

yang membentang sepanjang pesisir, wilayah berelevasi rendah, tempat yang

dipengaruhi oleh pasang-surut untuk wilayah dekat pantai, wilayah yang

dipengaruhi oleh musim yang terletak jauh dari pantai, dan sebagian besar

wilayah tertutup gambut, telah mengalami intervensi manusia (Standar Nasional

Indonesia, 2010).

2.6 Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks Nilai Penting (INP) adalah suatu indikator untuk mengetahui spesies-

spesies yang mendominasi pada suatu komunitas tumbuhan (Indriyanto, 2016).

Menurut Lestari (2017) yang dimaksud analisis vegetasi adalah suatu cara

mempelajari komposisi jenis dan struktur vegetasi tumbuh-tumbuhan. Penelitian

yang mengarah pada analisis vegetasi, titik berat penganalisisan terletak pada

komposisi jenis atau jenis. Struktur masyarakat hutan dapat dipelajari dengan

mengetahui sejumlah karakteristik tertentu diantaranya, kepadatan, frekuensi,

dominansi dan nilai penting. Tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi

dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu.

a. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan

membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu

pengamatan berbeda.

b. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.

c. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan

tertentu atau beberapa faktor lingkungan.

Page 35: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

17Lestari (2017) menjelaskan secara umum bahwa inventarisasi hutan didefinisikan

sebagai pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumberdaya hutan

untuk perencanaan pengelolaan sumberdaya tersebut bagi kesejahteraan

masyarakat secara lestari dan serbaguna. Metode inventarisasi hutan telah banyak

dikembangkan baik teknik pengambilan data, penggunaan bentuk unit contoh

maupun pengelolaan datanya. Berbagai metode tersebut digunakan untuk

menduga potensi yang ada pada tegakan, karena tidak mungkin dilakukan sensus

terhadap tegakan hutan yang sangat luas.

Menurut Lestari (2017), metode sampling yang belakangan ini sering digunakan

dalam kegiatan inventarisasi hutan adalah metode sampling jalur sistematik yang

merupakan metode pengambilan sampel dengan unit sampel berupa petak ukur

jalur yang terdistribusi secara sistematik. Sistematik diartikan jalur tersebar

merata dengan lebar jalur dan jarak antar jalur yang selalu tetap dari satu jalur ke

jalur lainnya, sedangkan petak ukur yang dimaksudkan adalah satuan sampling

yang berupa bagian dari luasan sebuah tegakan dimana akan dilakukan

pengukuran dan pengamatan karakter tegakan dan kondisi lahannya.

Beberapa parameter kuantitatif vegetasi yang sangat penting yang umum diukur

dari suatu tipe komunitas menurut Lestari (2017) adalah :

a. Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan

tertentu.

b. Frekuensi adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari

sejumlah petak contoh yang dibuat.

Page 36: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

18c. Dominansi adalah bagian dari parameter yang digunakan untuk menunjukan

spesies tumbuhan yang dominan dalam suatu komunitas.

d. Indeks nilai penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai

untuk menyatakan tingkat dominandsi spesies-spesies dalam suatu komunitas

tumbuhan.

e. Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan keberadaan

spesies organism pada ruang secara horizontal.

Beragamnya nilai INP menunjukkan adanya pengaruh lingkungan tempat tumbuh

seperti kelembaban, suhu dan tidak mampu atau kalah berkompetisi, seperti

perebutan akan zat hara, sinar matahari dan ruang tumbuh dengan jenis-jenis

lainnya yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dari diameter batang pohon.

Selain INP ditentukan dengan diameter batang juga dipengaruhi oleh umur suatu

pohon. Menurut Odum (1971), jenis yang dominan mempunyai produktivitas

yang besar, dan dalam menentukan suatu jenis vegetasi dominan yang perlu

diketahui adalah diameter batangnya. Keberadaan jenis dominan pada lokasi

penelitian menjadi suatu indikator bahwa komunitas tersebut berada pada habitat

yang sesuai dan mendukung pertumbuhannya.

Wahyuni (2014) menjelaskan bahwa terdapat hubungan signifikan antara INP

dengan biomassa yang bernilai positif, yang berarti peningkatan INP sebanding

dengan biomassa. Terdapat satu peubah yaitu diameter pohon yang sama-sama

digunakan untuk menghitung biomassa dan dominansi dalam INP sehingga besar

biomassa secara tidak langsung berkolerasi dengan dominansi jenis pohon

tersebut. Hasil analisis korelasi antara INP dengan biomassa pohon menunjukkan

Page 37: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

19INP berpengaruh nyata terhadap nilai biomassa (taraf nyata 0,01) dengan nilai

korelasi sebesar 0,752. Hal tersebut menunjukkan bahwa teradapat hubungan

kuat antara INP dengan biomassa yang bernilai positif, yang berarti peningkatan

INP sebanding dengan biomassa.

2.7 Agroforestri

2.7.1 Definisi agroforestri

Menurut Sudoyono dkk. (2014) agroforestri adalah sistem penggunaan lahan

terpadu yang mengombinasikan tanaman kehutanan terutama pohon dengan

tanaman pertanian dan/atau hewan ternak yang dilakukan dalam waktu bersamaan

atau bergilir dengan tujuan agar mendapatkan hasil dari penggunaan lahan yang

optimal dan berkelanjutan. Wulandari dkk. (2019) dan Zhafira (2019)

menyatakan bahwa agroforestri merupakan sebuah bentuk nama kolektif atau

nama gabungan dari hasil sistem nilai masyarakat yang berkaitan dengan model-

model penggunaan hutan secara lestari serta memberikan banyak manfaat pada

waktu yang berbeda dalam kurun waktu setahun. Agroforestri dikenal dalam

bahasa Indonesia sebagai wanatani dengan pengartian pengaplikasian teknik

budidaya tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian pada suatu lahan.

2.7.2 Sistem agroforestri

Agroforestri terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu kehutanan, pertanian dan

peternakan (hewan) (Aprianto, 2015). Setiap komponen agroforestri tersebut

dapat berdiri sendiri pada suatu bentang lahan. Sistem agroforestri adalah untuk

menghasilkan keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi semua pengguna

Page 38: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

20lahan dengan adanya pengelolaan pada lahan agroforestri yang dinamis secara

ekologi. Sependapat dengan pendapat Senoaji (2012) bahwa pengelolaan lahan

dengan sistem agroforestri bertujuan untuk mempertahankan lahan dan

keanekaragaman produksi lahan sehingga berpotensi memberikan manfaat sosial

ekonomi dan lingkungan bagi para pengguna lahan.

Agroforestri dikelompokkan menjadi dua sistem, dua sistem tersebut adalah

sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks (Aprianto, 2015).

Perbedaan dari kedua sistem tersebut yaitu :

a. Sistem Agroforestri Sederhana

Sistem agroforestri sederhana adalah kombinasi penanaman antara satu jenis

tanaman tahunan dengan satu atau beberapa jenis tanaman semusim. Jenis

pohon yang ditanam adalah tanaman yang bernilai ekonomi tinggi seperti karet

(Havea braziliansis), kelapa (Cocus nucifera), cengkeh (Syzygium

aromaticum) dan jati (Tectona grandis). Namun ada juga tanaman yang

ditanam merupakan tanaman yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap

(Eruthina sp.), lamtoro (Leucaena leucocephala) dan kaliandra (Calliandra

haematocephalla). Tanaman semusim yang ditanam biasanya adalah padi

(Oriza sativa), jagung (Zea mays), sayur mayur, atau jenis tanaman lain seperti

pisang (Musa paradisiaca), kopi (Coffea arabica) dan kakao (Theoborma

cacao).

b. Sistem Agroforestri Kompleks

Sistem agroforestri kompleks dapat dipahami sebagai suatu sistem pertanian

menetap yang berisi banyak jenis tanaman berbasis pohon yang ditanam dan

Page 39: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

21dirawat oleh penduduk setempat dengan pola tanam dan ekosistem seperti

hutan. Cangkupan pada sistem ini sebagian besar memiliki komponen

pepohonan, perdu, tanaman semusim dan/atau rumput. Fisik yang tampak dan

dinamika di dalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam, baik hutan primer

maupun hutan sekunder. Sistem agroforestri kompleks ini dibedakan atas

pekarangan dan agroforestri kompleks. Contoh agroforestri pekarangan

adalah kebun talun dan karang tiri. Contoh dari agroforestri kompleks adalah

kebun karet dan kebun damar.

2.7.3 Ciri-ciri agroforestri

Beberapa ciri penting agroforestri yang dikemukakan oleh Aprianto (2015) yaitu

diantaranya :

a. Agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman dan/atau hewan atau

lebih, yang mana minimal satu diantaranya merupakan tumbuhan berkayu

(pohon).

b. Sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun pengelolannya.

c. Adanya interaksi (baik aspek ekologi maupun ekonomi) antara tanaman

berkayu dengan tanaman tidak berkayu.

d. Agroforestri selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product),

misalnya pada suatu lahan yang menerapkan sistem agroforestri yang dikelola

menghasilkan pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, serta obat-obatan.

e. Agroforestri minimal memiliki satu fungsi pelayanan jasa (service function),

misalnya sebagai pelindung angin, penaung, penyubur tanah, atau peneduh,

dengan demikian kawasan tersebut dapat dijadikan sebagai pusat

berkumpulnya masyarakat.

Page 40: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

222.7.4 Agroforestri sebagai tempat penyimpanan karbon

Tanaman agroforestri dapat mengikat karbon dalam jumlah yang besar.

Agroforestri dapat digunakan untuk menghubungkan hutan yang mengalami

fragmentasi dan habitat kritis lainnya sebagai salah satu strategi manajemen

lansekap secara luas yang memungkinkan terjadinya migrasi spesies sebagai

akibat pertambahan populasi genetik dan sebagai respon atas perubahan iklim

(Tampubolon, 2011).

Sehubungan dengan perubahan iklim, sistem agroforestri diperkirakan memiliki

potensi yang tinggi dalam penyerapan karbon di atmosfer. Menurut Aprianto

(2015), agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang berfungsi

produktif dan protektif. Sistem agroforestri berkontribusi mengurangi

peningkatan karbondioksida (CO2) atmosfer dan gas rumah kaca lainnya dengan

cara meningkatkan karbon dalam tanah dan mengurangi tekanan untuk

pembukaan lahan hutan, karbon yang berasal dari CO2 tersebut diambil oleh

tanaman dan disimpan dalam bentuk biomassa (Malau dkk., 2012).

Peran agroforestri dalam mempertahankan cadangan karbon di daratan masih

lebih rendah dibandingkan dengan hutan alam, tetapi sistem ini dapat merupakan

suatu tawaran yang dapat memberikan harapan besar dalam meningkatkan

cadangan karbon pada lahan-lahan terdegradasi (Aprianto, 2015). Hal yang

menyebabkan hutan alam memiliki cadangan karbon lebih besar dibandingkan

lahan agroforestri karena tanaman pada hutan alam merupakan pepohonan yang

memiliki biomassa yang tinggi, dibandingkan dengan tanaman semusim pada

Page 41: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

23lahan agroforestri. Banyaknya biomassa tergantung berdasarkan hasil yang

diperoleh saat melakukan fotosintesis (Lukito, 2013).

Menurut Tampubolon (2011), ada dua manfaat utama dari sistem agroforestri

yang telah diketahui. Kedua manfaat tersebut yaitu:

a. Mengatur penyimpanan karbon secara langsung di dalam pohon dan di

dalam tanah.

b. Sangat potensial untuk mengimbangi emisi gas rumah kaca akibat

deforestasi dan perladangan.

Perlu diketahui bahwa sistem agroforestri sederhana (tumpangsari pohon dan

tanaman pangan) dapat menimbun karbon dalam biomassa rata-rata sekitar

2,5 ton/ha/tahun (Aprianto, 2015). Kawasan sistem agroforestri yang

diterapkan di Register 24 ditanami tanaman jenis pertanian dan kehutanan yang

dihitung karbon tersimpannya. Besar karbon tersimpan pada kawasan hutan

perlu diketahui agar peran hutan yang dikelola dengan sistem agroforestri dalam

meradiasikan kembali sinar matahari yang diserap oleh vegetasi sebagai

gelombang panjang yang tidak mampu menembus lapisan gas rumah kaca di

atmosfer dapat diketahui. Dengan begitu maka instansi maupun masyarakat

pengelola dapat mengetahui jenis tanaman pertanian atau kehutanan yang paling

berperan dalam penyimpan karbon di HKm Jaya Lestari.

Page 42: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

242.8 Biomassa

2.8.1 Definisi biomassa

Biomassa merupakan total berat atau volume organisasi dalam suatu area atau

volume tertentu (Bhaskara, 2018). Tampubolon (2011) mendefinisikan biomassa

hutan sebagai jumlah total bahan organik hidup di atas tanah pada pohon dan

seluruh bagian tubuh populasi atau komunitas yang dinyatakan dalam berat

kering tanur per satuan luas (ton/ha). Badan Standarisasi Nasional (2011)

membagi dua jenis biomassa, jenis biomassa pertama adalah biomassa atas

permukaan tanah yang meliputi seluruh bagian pohon dan tumbuhan bawah dan

jenis biomassa kedua adalah biomassa bawah permukaan tanah yang meliputi

akar tanaman dan karbon organik tanah.

Menurut Sutaryo (2009), biomassa didefinisikan sebagai keseluruhan materi yang

berasal dari makhluk hidup, termasuk bahan organik baik yang hidup maupun

yang mati, baik yang ada di atas permukaan tanah maupun yang berada di bawah

permukaan tanah, seperti pohon, hasil panen, rumput, serasah, akar, hewan, serta

sisa kotoran hewan. Berbeda dengan yang dikatakan oleh Sobirin (2010), yang

mengatakan bahwa biomassa merupakan hasil dari proses fotosintesis meliputi

semua bahan tanaman atau bahan organik yang merupakan produk fotosintesis

meliputi semua bahan tanaman yang berasal dari hasil fotosintesis, serapan unsur

hara, dan air yang diolah melalui proses biosintesis oleh suatu pohon.

Selain biomassa, produk lain dari hasil proses fotosintesis adalah oksigen.

Vegetasi pada suatu lahan memiliki peran yang sangat berguna dalam produksi

Page 43: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

25oksigen untuk proses respirasi makhluk hidup lainnya dan juga untuk mengurangi

keberadaan gas CO2 yang semakin banyak di udara akibat kendaraan bermotor

ataupun industri tertentu (Aprianto, 2015).

2.8.2 Perhitungan biomassa hutan

Menurut Sutaryo (2009), terdapat empat cara utama untuk menghitung biomassa.

Keempat cara tersebut yaitu:

a. Sampling dengan pemanenan (destructive sampling) secara in situ

Metode ini dilaksanakan dengan memanen seluruh bagian tumbuhan termasuk

akarnya, mengeringkannya, dan menimbang berat biomassanya. Pengukuran

dengan metode ini, untuk menghitung biomassa hutan dapat dilakukan dengan

mengulang beberapa area sampel atau untuk melakukan ekstrapolasi untuk

area yang lebih luas dengan menggunakan persamaan allometrik. Meskipun

metode ini terhitung akurat untuk menghitung biomassa dalam suatu areal

yang tidak terlalu luas, namun metode ini terhitung mahal dan sangat memakan

waktu yang lama.

b. Sampling tanpa pemanenan (non-destructive sampling) dengan data pendataan

hutan secara in situ

Metode ini merupakan cara sampling dengan melakukan pengukuran tanpa

melakukan pemanenan. Metode ini dilakukan dengan mengukur tinggi atau

diameter pohon dan menggunakan persamaan allometrik untuk mengetahui

berapa besar kandungan biomassanya.

Page 44: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

26c. Pendugaan melalui penginderaan jauh

Penggunaan teknologi penginderaan jauh umumnya tidak dianjurkan terutama

untuk proyek-proyek yang berskala kecil. Kendala utamanya adalah karena

penggunaan melalui penginderaan jauh umumnya relatif mahal dan secara

teknis membutuhkan keahlian tertentu atau ahlinya. Metode ini juga kurang

efektif jika digunakan pada daerah aliran sungai, pedesaan atau lahan

agroforestry yang merupakan mosaik dari berbagai penggunaan lahan dengan

petak yang berukuran relatif kecil. Biasanya hasil penginderaan jauh yang

didapat dengan resolusi sedang mungkin sangat bermanfaat untuk membagi

area proyek menjadi kelas-kelas vegetasi yang relatif homogen. Hasil

pembagian kelas ini menjadi panduan untuk proses survey dan pengambilan

data lapangan. Untuk mendapatkan estimasi biomassa dengan tingkat

keakuratan yang baik memerlukan hasil penginderaan jauh dengan resolusi

yang tinggi, tetapi hal ini akan membutuhkan biaya yang relatif mahal dalam

penggunaannya.

d. Pembuatan model

Model digunakan untuk menghitung estimassi biomassa dengan frekuensi dan

intensitas pengamat in situ atau penginderaan jauh yang terbatas. Umumnya,

model empiris ini didasarkan pada jaringan dari sampel plot yang diukur

berulang, yang mempunyai estimassi biomassa yang sudah menyatu atau

melalui persamaan allometrik yang mengonversi volume menjadi biomassa.

Menurut Aprianto (2015), berat jenis biomassa hutan akan memberikan dugaan

sumber karbon di vegetasi hutan. Hal tersebut dikarenakan 40%-50% dari

Page 45: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

27biomassa adalah karbon. Selain itu juga vegetasi akan memberikan serasah

batang, serasah cabang, akar kasar, dan akar halus yang melalui proses

penguraiannya akan mengeluarkan karbon yang secara langsung ke udara melalui

proses penggunaan bahan bakar kayu (Ristiara, 2016).

Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap CO2 dari udara dan

mengubah zat tersebut menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Laju

pengikatan biomassa disebut produktivitas primer bruto yang bergantung pada

luas daun yang terkena sinar matahari, intensitas penyinaran, suhu, dan ciri-ciri

jenis tumbuhan. Sisa dari hasil respirasi disebut produktivitas primer bersih,

yaitu nilai total energi yang disimpan per unit luas per satuan waktu tertentu

(Aprianto, 2015).

Menurut Aprianto (2015), tumbuhan memerlukan sinar matahari dan

karbondioksida yang diserap oleh udara. Tumbuhan juga memerlukan air dan

unsur hara lainnya yang diserap dari dalam tanah untuk keberlanjutan hidup

tumbuhan tersebut. Saat tumbuhan melakukan proses fotosintesis,

karbondioksida di udara diikat oleh tumbuhan dan diubahnya menjadi

karbohidrat yang selanjutnya disebarkan ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.

Penelitian mengenai perhitungan biomassa hutan menggunakan metode sampling

dengan pemanenan (destructive) dan metode sampling dengan cara pengumpulan

(non-destsructive). Penggunaan metode tersebut dikarenakan biomassa yang

dihitung meliputi biomassa pohon dan nekromassa yang didapat dengan

menggunakan metode tanpa pemanenan. Biomassa serasah didapat dengan

menggunakan metode pengumpulan serasah yang dimasukkan ke dalam kantong

Page 46: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

28yang telah disiapkan untuk diketahui berat basah total biomassa serasah pada

masing-masing petak contoh dalam penelitian (Sutaryo, 2009). Sutaryo (2009)

menjelaskan bahwa terdapat dua metode dalam mengestimasikan biomassa di

atas permukaan tanah atau dari suatu pohon/hutan. Metode tersebut adalah.

a. Biomassa Expansion Factor (BEF)

Metode ini merupakan cara mengestimasi volume atau biomassa dari suatu

bagian dari organ pohon dengan cara menggandakan nominal dari volume yang

diukur tersebut ke jumlah nomilnal lainnya yang mencangkup keseluruhan

pohon.

b. Persamaan allometrik

Metode ini digunakan untuk menegetahui hubungan antara ukuran suatu pohon

(diameter dan tinggi) dengan berat kering pohon secara keseluruhan. Allometrik

sendiri diartikan sebagai suatu ajaran dari suatu hubungan antara pertumbuhan

dan ukuran salah satu bagian organisme dengan pertumbuhan dan ukuran dari

keseluruhan organisme.

2.9 Karbon

2.9.1 Definisi karbon

Tim Arupa (2014) menjelaskan bahwa karbon (C) adaah unsur kimia dengan

nomor atom 6 yang termasuk unsur logam, apabila terlepas di udara dan terikat

dengan oksigen maka karbon akan menjadi CO2. Karbon merupakan bahan

penyusun dasar semua senyawa organik. Pergerakannya dalam suatu ekosistem

bersamaan dengan pergerakan energi melalui zat kimia lain seperti karbohidrat

Page 47: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

29yang dihasilkan selama proses fotosintesis dan karbondioksida yang dibebaskan

bersamaan dengan energi selama melakukan respirasi.

Dalam siklus karbon, proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler

menyediakan suatu hubungan antara lingkungan atmosfer dan lingkungan

terestrial. Tumbuhan mendapatkan karbon dalam bentuk CO2 dari atmosfer

melalui stomata daunnya dan menggabungkannya ke dalam bahan organik

biomassanya sendiri melalui proses fotosintesis. Sejumlah bahan organik

tersebut kemudian menjadi sumber karbon bagi konsumen (Sutaryo, 2009).

Karbon tersimpan menurut Manuri dkk. (2011) dapat berbentuk makhluk hidup,

tumbuhan dan hewan, ataupun dalam bentuk organisme mati lainnya seperti fosil

tumbuhan dan hewan, yang sebagian besar berasal dari mahkluk hutan. Menurut

Ambarwati (2019) hutan alam mampu menyimpan karbon tertinggi dibandingkan

dengan sistem penggunaan lahan pertanian. Hutan alam yang menyimpan

keanekaragaman jenis dengan umur yang panjang dan seresah yang banyak

merupakan gudang penyimpanan karbon tertinggi dan bila hutan diubah

fungsinya sebagai lahan pertanian dan penggembalaan maka jumlah karbon

tersimpan akan merosot.

Karbon merupakan bahan dasar penyusun senyawa organik. Kemampuan saling

mengikat pada atom-atom karbon (C) merupakan dasar bagi keragaman molekul

dan ukuran molekul yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Selain terdapat

dalam bahan organik, karbon juga ditemukan dalam senyawa anorganik, yaitu

gas karbondioksida (CO2) dan batuan karbonat (batu kapur dan koral) dalam

bentuk kalsium karbonat (CaCO3). Organisme autotrof (tumbuhan) menangkap

Page 48: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

30karbondioksida dan mengubahnya menjadi karbohidrat, protein, lipid, dan

senyawa organik lainnya. Bahan organik yang dihasilkan tumbuhan ini

merupakan sumber karbon bagi hewan dan konsumen lainnya (Aprianto, 2015).

Sumber karbon (Carbon Pool) dikelompokkan menjadi tiga kategori utama, yaitu

biomasa hidup, bahan organik mati, dan karbon tanah (Ginoga, 2010). Biomasa

hidup dipilih menjadi dua bagian yaitu Biomasa Atas Permukaan (BAP) dan

Biomasa Bawah Permukaan (BBP). Bahan organik mati dikelompokkan menjadi

dua, yaitu kayu mati dan serasah.

Menurut Sutaryo (2009), dalam inventarisasi karbon hutan setidaknya ada empat

penghasil karbon. Keempat penghasil karbon yang dimaksud diantaranya

sebagai berikut:

a. Biomassa Atas Permukaan

Biomassa atas permukaan adalah suatu material hidup atas permukaan termasuk

bagian dari kantong karbon ini adalah batang, tunggul, cabang, kulit kayu, biji

dan daun dari vegetasi baik dari strata pohon maupun dari strata tumbuhan di

bawah lantai.

b. Biomassa Bawah Permukaan

Biomassa bawah permukaan adalah semua biomassa dari akar tumbuhan yang

hidup. Pengertian akar ini berlaku hingga ukuran diameter tertentu yang

ditetapkan. Hal ini dilakukan sebab akar tumbuhan dengan diameter yang lebih

kecil dari ketentuan cenderung sulit untuk dibedakan dengan bahan organik tanah

dan serasah.

Page 49: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

31c. Bahan Organik Mati

Bahan organik mati meliputi kayu mati dan serasah. Serasah dinyatakan sebagai

semua bahan organik mati dengan diameter yang lebih kecil dari diameter yang

telah ditetapkan dengan berbagai tingkat dekomposisi yang terletak di permukaan

tanah. Kayu mati adalah semua bahan organik mati yang tidak tercakup dalam

serasah, baik yang masih tegak berdiri maupun yang telah roboh/tumbang di

tanah, akar mati, dan tanggul dengan diameter lebih besar dari diameter yang

telah ditetapkan.

d. Karbon Organik Tanah

Bagian yang mencakup karbon organik tanah yaitu karbon pada tanah mineral

dan tanah organik yang termasuk gambut di dalamnya. Menurut Ambarwati

(2019), pada ekosistem daratan karbon tersimpan dalam bentuk tiga komponen

pokok, yaitu:

1). Biomassa

Biomassa adalah massa dari bagian vegetasi yang masih hidup seperti tajuk

pohon, tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim pada suatu bentang

lahan. Biomassa yang dihitung biasanya terdiri dari biomassa atas permukaan

(pohon, nekromassa, dan serasah) serta biomassa bawah permukaan (tanah

dan akar).

2). Nekromassa (pohon mati)

Nekromassa adalah massa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih

tegak di lahan atau telah tumbang/tergeletak di permukaan tanah, tonggak atau

ranting, dan daun-daun gugur (serasah) yang belum terlapuk. Nekromassa masih

menyimpan karbon dalam bentuk biomassa.

Page 50: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

323). Bahan Organik Tanah

Bahan organik tanah adalah sisa makhluk hidup (tanaman, hewan, dan manusia)

yang telah mengalami pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya dan telah

menjadi bagian dari tanah. Bahan organik tanah biasanya memiliki ukuran

partikel sebesar <2 mm.

Menurut Aprianto (2015) ada tiga sumber utama pemasok karbon ke dalam

tanah, yaitu:

a. Tajuk tanaman pohon dan tanaman semusim yang masuk sebagai serasah dan

sisa panen.

b. Akar tanaman melalui akar-akar yang mati, ujung-ujung akar, eksudasi akar,

dan respirasi akar.

c. Biota.

2.9.2 Siklus karbon

Siklus karbon adalah ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan

bagaimana karbon di lingkungan mengalir di antara makhluk hidup, materi

anorganik, dan atmosfer. Munculnya kehidupan di bumi telah menyebabkan

karbon dioksida (CO2) terkonversi ke atmosfer dan lautan, senyawa anorganik dan

organik yang tak terhitung banyaknya di darat dan di laut. Perkembangan

kehidupan di bumi dalam berbagai ekosistem setelah jutaan tahun telah

membentuk pola siklus karbon (C) melalui lingkungan. Pertukaran C alami antara

atmosfer, lautan, dan daratan ekosistem sekarang sedang dimodifikasi oleh

aktivitas manusia dan perubahan penggunaan lahan. Aktivitas manusia telah

menyebabkan CO2 bertambah dengan stabil ke atmosfer dan peningkatan

konsentrasi atmosfer dari sebelumnya revolusi industri pada tahun 1998 sebesar

Page 51: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

33285 ppmv (bagian per juta berdasarkan volume) menjadi 336 ppmv. Hal tersebut

menunjukkan peningkatan nilai lebih dari 28% selama 150 tahun terakhir

(Hairiah dkk., 2001).

Siklus karbon adalah permukaan karbon antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan

atmosfer bumi (Sobirin, 2010). Siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama

yang dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir yang dimaksud adalah

atmosfer, biosfer teresterial (biasanya seperti material non hayati organik seperti

karbon tanah), lautan (termasuk di dalamnya karbon anorganik terlarut dari biota

laut hayati dan biota non hayati), dan sedimen (termasuk di dalamnya bahan

bakar fosil). Secara alami karbon banyak tersimpan di bumi (darat dan laut) dari

pada di atmosfer.

2.9.3 Peran hutan dalam menyerap karbon

Hutan merupakan penyerap karbon terbesar dan memainkan peranan penting

dalam siklus karbon global. Hutan yang mempunyai komposisi vegetasi yang

beragam dapat bertindak sebagai pembersih udara dengan memanfaatkan

karbondioksida di udara dan digunakan dalam proses fotosintesis (Lukito, 2013).

Menurut Masripatin (2010) hutan primer adalah penyimpan karbon lebih besar

dibandingkan hutan sekunder karena pada hutan sekunder telah terjadi gangguan

terhadap tegakannya. Berbagai gangguan seperti kebakaran, ekstraksi kayu,

pemanfaatan lahan untuk pertanian, dan aktivitas lainnya adalah penyebab

berkurangnya hutan dalam menyimpan karbon. Hutan di lahan yang kering

mampu menyimpan karbon dalam jumlah yang besar jika dibandingkan hutan

rawa atau mangrove. Hal tersebut dikarenakan kemampuan hutan lahan kering

Page 52: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

34dalam membangun tegakan yang tinggi dan berdiameter besar sebagai penyimpan

karbon.

Menurut Sutaryo (2009) dalam inventarisasi hutan terdapat beberapa kantung

karbon yaitu sebagai berikut.

a. Biomasa pada atas permukaan yaitu material yang hidup di atas permukaan

seperti batang, tunggul, cabang, kulit kayu, biji daun dari vegetasi baik dari

strata pohon dan strata tumbuhan yang ada di bawah lantai.

b. Biomasa yang ada di bawah permukaan yaitu semua biomasa dari akar

tumbuhan yang hidup.

c. Bahan organik mati meliputi kayu mati dan serasah.

d. Karbon organik tanah yang mencangkup karbon yang ada pada tanah mineral

dan tanah organik seperti gambut.

2.10 Pasar Karbon

2.10.1 Definisi pasar karbon

Pasar karbon merupakan suatu instrumen ekonomi yang fungsinya adalah sebagai

sarana pelaksanaan kebijakan (policy tool) untuk memberikan insentif bagi

kegiatan mitigasi perubahan iklim. Istilah pasar karbon masih asing bagi

sebagaian masyarakat Indonesia. Kesan yang pertama muncul adalah tentang

perdagangan arang (charcoal), padahal karbon yang dimaksud adalah karbon

dioksida (CO2) yang merupakan salah satu jenis gas rumah kaca yang dapat

menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim (UNDP, 2018).

Page 53: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

35Dunia merespon ancaman perubahan iklim dengan suatu konvensi Perserikatan

Bangsa-bangsa (PBB) yang bernama United Nations Framework Convention on

Climate Change (UNFCCC). Konvensi ini diadopsi oleh 195 negara termasuk

Indonesia yang meratifikasikannya melalui UU No. 6/1994. Protokol Kyto

(1997) merupakan salah satu pencapaian penting dalam pelaksanaan konvensi ini.

Protokol tersebut mewajibkan bagi negara-negara maju untuk menurunkan emisi

gas rumah kaca sebanyak rata-rata 5% di bawah tahun 1990 protokol ini mulai

berlaku efektif pada tahun 2005 sedangkan indonesia meratifikasi melalui

Undang-Undang No. 17/2004.

Dalam kegiatan UNFCCC, dikenal prinsip Common but Differentiated

Responsibility atau tanggung jawab yang berlaku secara umum dengan kadar

yang berbeda. Prisip ini mengacu pada kenyataan bahwa negara-negara

menjaulah yang terlebih dahulu melepaskan rumah kaca secara masif ke atmosfer

ketika melakukan pembangunan di negaranya masing-masing. Maka setelah

manfaat pembangunan itu diperoleh, mereka mempunyai kadar tanggung jawab

yang lebih utuk menurunkan emisi gas rumah kaca serta membantu negara

berkembang melakukan mitigasi dan adaptasi (UNDP, 2018).

Prinsip ini mendasari pengembangan pasar karbon, dimana pihak-pihak yang

memiliki tanggung jawab untuk mengurangi emisi gas rumah kaca tidak dapat

melakukannya sendiri, sehingga menyuruh pihak lain untuk mengurangi gas

rumah kaca atas nama pihak-pihak tersebut. Pihak-pihak tersebut terdiri dari

pihak yang membutuhkan dan pihak yang menyuplai penurunan emisi sehingga

terbentuknya sebuah pasar perdagangan karbon.

Page 54: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

362.10.2 Perdagangan dalam pasar karbon

Masyarakat masih memiliki sedikit kesalahpahaman dalam mengartikan pasar

karbon. Masyarakat masih menganggap bahwa komoditas pasar karbon adalah

arang (charcoal), padahal pasar karbon yang dimaksud terdiri dari enam jenis,

menurut Protokol Kyoto, yaitu CO2, metana (CH4), nitrat oksida (N2O),

hidroflourokarbon (HFCs) dan sulfur heksaflourida (SF6) (UNDP, 2018).

Perdagangan dalam pasar karbon sesungguhnya adalah hak atas emisi gas rumah

kaca dalam satuan setara-ton-CO2 (ton CO2 equivalent) (UNDP, 2018). Hak

yang dimaksud adalah dapat berupa hak untuk melepaskan gas rumah kaca

ataupun hak atas penurunan emisi gas rumah kaca.

Definisi pasar menurut Kotler dan Amstrong (2018) dalam Prinsip-Prinsip

Pemasaran bahwa pasar adalah pihak-pihak yang mempunyai

kebutuhan/keinginan untuk dipenuhi, uang untuk dibelanjakan dan kemauan

untuk membelanjakannya. Mengacu pada definisi tersebut bahwa pasar karbon

dapat diartikan sebagai kumpulan kebutuhan/keinginan terhadap hak atas emisi

gas rumah kaca dalam satuan setara-ton-CO2 (ton CO2 eq.). Menurut Peraturan

Presiden No. 46 tahun 2008 tentang Dewan Nasional Perubahan Iklim bahwa

perdagangan karbon didefinisikan sebagai kegiatan jual beli sertifikat

pengurangan emisi karbon dari kegiatan mitigasi perubahan iklim.

2.10.3 Voluntary carbon market (VCM)

Permintaan (demand) pada pasar karbon terbentuk karena adanya keinginan

untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Keinginan ini memicu terjadinya

perdagangan karbon antara pihak yang menginginkan dengan penyedia karbon

Page 55: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

37yang kerap kali terjadi secara langsung (over the counter). Beberapa kasus yang

terjadi, keinginan/kebutuhan digabungkan menjadi komitmen kolektif, sehingga

menyebabkan ketertarikan dengan pihak lain untuk terlibat dalam perdagangan

karbon. Salah satu contoh kasus tersebut adalah perantara, investor serta layanan

bursa (UNDP, 2018). Diketahui VCM adalah salah satu jenis kegiatan yang

dilakukan dalam pasar karbon yang dalam pelaksanaannya tidak ada kewajiban

untuk membayar jasa karbon dari penyedia karbon. Program VCM

mengandalkan keinginan dan niat baik untuk mengurangi emisi karbon, volume

pasar sukarela relatif kecil dan sulit diperkiraan.

Page 56: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

38

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober 2018. Pengambilan data

dilakukan di HKm Jaya Lestari Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan.

3.2 Objek dan Alat Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu pohon, nekromassa, serasah dan tumbuhan

bawah yang ada pada plot pengamatan pada lahan HKm Jaya Lestari, Kecamatan

Banjit, Kabupaten Way Kanan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pita meter untuk mengukur diameter, christen hypsometer untuk mengukur tinggi

pohon, lembar pengamatan (tally sheet), gunting untuk memotong tumbuhan

bawah, oven untuk mengeluarkan kadar air tumbuhan bawah dan serasah,

timbangan digital dengan satuan gram untuk menimbang tumbuhan bawah dan

serasah, kamera untuk dokumentasi, tali rapia untuk pengukuran plot, GPS untuk

mengunduh koordinat plot, dan laptop untuk pengolahan data serta pembuatan

laporan penelitian.

Page 57: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

393.3 Metode Penelitian

3.3.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengukuran dan pengamatan di HKm

Jaya Lestari, Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan. Data yang diambil pada

penelitian yaitu:

a. Data Vegetasi

Menurut Ambarwati (2018) data vegetasi berupa tumbuhan bawah, pancang,

tiang, dan pohon yaitu jumlah setiap jenis yang ditemukan di dalam petak ukur

dengan ukuran 20 m x 20 m. Data vegetasi digunakan untuk mengetahui jenis

tanaman yang paling dominan pada suatu kawasan HKm Jaya Lestari, dan

mengetahui kerapatan suatu jenis dan besar INP pada kawasan HKm Jaya Lestari,

Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan.

b. Data Biomassa

Pengukuran data biomassa dilakukan dengan metode observasi yaitu mengukur

diameter, tinggi dan pengumpulan tumbuhan bawah dan serasah (Lestari, 2017).

3.3.2 Data sekunder

Data sekunder pada penelitian ini adalah studi literatur yang diperoleh dari

penelitian-penelitian mengenai karbon tersimpan yang pernah dilakukan dan

instansi pemerintah daerah yang meliputi profil dan kondisi umum lokasi

penelitian seperti peta wilayah HKm Jaya Lestari.

Page 58: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

403.4 Penentuan Petak Ukur

3.4.1 Petak ukur

Penentuan petak ukur dilakukan dengan menggunakan metode Stratified Sampling

yang merupakan metode pengambilan sampel yang dipilih dengan cermat

sehingga relevan dengan pengambilan data sampel yang telah dikelompokkan

berdasarkan kelas ketinggian tempat (Bhaskara, 2018). Ketinggian tempat pada

lahan HKm Jaya lestari berkisar antara 550-950 m dpl. Ketinggian kelas dibagi

menjadi empat kelas, berdasarkan penentuan kisaran ketinggian tempat sebagai

berikut:

Ketinggian tempat

Jumlah kelas=

950-550 mdpl

4 kelas= 100 mdpl

Maka kelas ketinggian tempat terdiri dari:

Kelas 1 = 550 mdpl + 100 mdpl = 650 mdpl

Kelas 2 = 650 mdpl + 100 mdpl = 750 mdpl

Kelas 3 = 750 mdpl + 100 mdpl = 850 mdpl

Kelas 4 = 850 mdpl + 100 mdpl = 950 mdpl

3.4.2 Intensitas sampling

Menurut Bhaskara (2018) penentuan jumlah petak ukur yang didapat berdasarkan

beberapa perhitungan berikut:

Luas HKm Jaya Lestari (N) : 1.295 Ha = 12.950.000 m2

Intensitas sampling yang digunakan (IS) : 0,05% = 0,0005

Luas tiap petak contoh (n) : 20 m x 20 m = 400 m2

Maka, didapat:

Luas seluruh petak contoh adalah:

Page 59: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

41IS x N = 0,0005 x 12.950.000 m2 = 6.475 m2

Sehingga didapat jumlah petak ukur yang dibuat adalah:

Jumlah plot yang dibuat =Luas seluruh petak contoh

Luas tiap petak contoh

=6.475 m2

400 m2 = 16,2 ~ 16 plot

Berdasarkan perhitungan diatas, 16 plot dibagi secara proporsional untuk masing-

masing kelas ketinggian tempat, sehingga diketahui berapa jumlah plot contoh

pada setiap kelas ketinggian tempat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah petak ukur di HKm Jaya Lestari

Kelas Ketinggian Ketinggian Jumlah Petak Ukur1 550 – 650 m dpl 42 651 – 750 m dpl 43 751 – 850 m dpl 44 851 – 950 m dpl 4Jumlah 16

3.4.3 Bentuk plot contoh

Bentuk plot contoh yang digunakan pada penelitian ini adalah bujur sangkar

dengan ukuran 20 m x 20 m yang digunakan untuk pengambilan data biomassa

(Bhaskara, 2018). Ukuran plot untuk mengukur tiap fase pertumbuhan tanaman

dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 60: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

42

Gambar 3. Petak untuk pengambilan data biomassa.

Keterangan gambar:

A: Merupakan petak berukuran 2 m x 2 m, digunakan untuk pengambilan sampel

serasah dan tumbuhan bawah dengan tinggi <1,5 m.

B: Merupakan petak contoh 5 m x 5 m, digunakan untuk tingkat pancang dengan

diameter <10 cm dan tinggi tanamannya >1,5 m.

C: Merupakan petak contoh ukuran 10 m x 10 m, digunakan untuk tingkat tiang

dengan diameter 10-20 cm.

D: Merupakan petak contoh ukuran 20 m x 20 m, digunakan untuk tingkat pohon

dengan diameter >20 cm.

3.4.4 Pengambilan data

a. Biomassa pohon

Pengambilan data biomassa dilakukan dengan menggunakan metode non-

destructive (tidak menebang pohon) pada setiap pohon yang berada di dalam plot

20 m x 20 m. Pohon yang diambil untuk dihitung biomassanya harus dilengkapi

data jenis pohon, diameter dan tinggi pohon tersebut. Pengukuran biomassa

DC

B

A

Page 61: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

43dilakukan pada fase pohon yang berada di plot 20 m x 20 m, fase pancang di plot

5 m x 5 m, dan fase tiang yang berada di plot 10 m x 10 m.

b. Biomassa serasah

Pengukuran biomassa serasah dilakukan pada plot berukuran 2 m x 2 m, dengan

cara mengumpulkan serasah. Serasah yang ada dalam plot tersebut diambil lalu

ditimbang. Sebagian dari serasah yang ditimbang kemudian diambil sebagai

contoh serasah dengan berat 100-300 g dan jika berat yang didapatkan kurang dari

100 g maka semua contoh tanaman yang didapatkan harus dijadikan sebagai sub

contoh. Sampel serasah yang didapatkan kemudian dioven dengan suhu 80o C

sampai beratnya konstan dengan tujuan untuk mendapatkan berat kering serasah.

c. Biomassa tumbuhan bawah

Pengukuran biomassa tanaman bawah dilakukan dengan menggunakan metode

destruktif pada petak ukur 2 m x 2 m. Tumbuhan bawah yang berada dalam petak

ukur 2 m x 2 m diambil dengan memotong seluruh bagian tumbuhan yang berada

diatas tanah. Pengukuran data biomassa pada tanaman bawah dihitung dengan

menggunakan metode yang sama dengan metode penggukuran biomassa serasah.

3.5 Pengamatan dan Pengumpulan Data

3.5.1 Indeks nilai penting (INP)

Menurut Winardi (2014) menuturkan bahwa perlu dilakukan analisis vegetasi

untuk menentukan dominansi suatu jenis vegetasi terhadap jenis lainnya dalam

suatu tegakan dengan menggunakan Indeks nilai penting (INP). Perhitungan INP

tersebut memberikan data jenis pohon yang dominan di HKm Jaya Lestari.

Page 62: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

44Besarnya Indeks Nilai Penting (INP) pada suatu vegetasi dapat dihitung

berdasarkan Indiyanto (2016) dengan persamaan berikut.

Kerapatan (K) =Jumlah individu untuk spesie ke-i

Luas seluruh petak contoh

Kerapatan Relatif (KR) =Kerapatan spesies ke-iKerapatan seluruh x 100%

Frekuensi (F) =Jumlah petak contoh ditemukannya suatu spesies ke-i

Jumlah seluruh petak contoh

Frekuensi Relatif (FR) =Frekuensi suatu spesies ke-i

Frekuensi seluruh spesiesx100%

Dominansi (D) =Jumlah luas bidang dasar

Luas seluruh petak contoh

Dominansi Relatif (DR) =Dominansi suatu jenis

Dominansi seluruh jenisx 100%

Berdasarkan persamaan tersebut, maka untuk menghitung besar Indeks Nilai

Penting (INP) pada suatu spesies yaitu.

INP = KR + FR + DR

Keterangan :

INP : Ketetapan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya dari total petak

contoh

KR : Persentase dari jumlah jenis tumbuhan yang bersangkutan dari total

satuan luas

FR : Persentase jumlah plot tempat ditemukannya suatu spesies dari total

satuan luas

DR : Persentase jenis tumbuhan utama yang mempengaruhi dan melaksanakan

Page 63: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

45kontrol terhadap komunitas dilihat dari jumlah jenis, besar ukuran

maupun pertumbuhannya yang dominan

Menurut Indiyanto (2016), untuk menghitung INP fase tumbuhan bawah adalah

dengan menggunakan rumus seperti berikut.

INP = KR+FR

Keterangan :

INP : Ketetapan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya dari total petak

contoh

KR : Persentase dari jumlah jenis tumbuhan yang bersangkutan dari total

satuan luas

FR : Persentase jumlah plot tempat ditemukannya suatu spesies dari total

satuan luas

3.5.2 Pendugaan biomassa

a. Biomassa pohon

Hasil pengukuran diameter pohon dan tinggi pohon dianalisis dengan

menggunakan persamaan allometrik yang telah ada untuk menduga biomassa

pohon pada Tabel 2.

Tabel 2. Model persamaan allometrik

No JenisTegakan

Persamaan Allometrik Sumber Lokasi

1 Mahoni BK= 0,902 (D2H)0,08 (Tim Arupa, 2014) Dn. Kembangan,Sleman

2 Akasia BK= 0,077 (D2H)0,90 (Tim Arupa, 2014) Dn. Kembangan,Sleman

3 Medang BK= 0,11 x 0,51(D)2,62 (Ketterings, 2001) Sepunggur, Jambi

Page 64: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

46Tabel 2. (Lanjutan)

No JenisTegakan

Persamaan Allometrik Sumber Lokasi

4 Cengkeh BK= 0,11 x 0,7(D)2,62 (Ketterings, 2001) Sukamantri, Bogor3 Pohon-

pohonbercabang

BK= 0,11 ρ(D)2,62 (Ketterings, 2001) Sepunggur, Jambi

4 Pohon tidakbercabang

BK= π ρD2H/40 (Hairiah dkk., 2001) Rantau Pandan,Jambi

5 Kopi BK= 0,281 (D)2,06 (Nugroho, 2014) Dn. Kembangan,Sleman

6 Karet BK = 3,42 D1,15 (Saragih dkk, 2016) Kabupaten SerdangBegadai

Keterangan:

BK = Berat kering (kg/pohon)

H = Tinggi total tanaman (m)

D = Diameter setinggi dada (cm)

BA = Basal area (cm2)

ρ = Berat Jenis kayu (0,7 g/m3) dan berat jenis kayu mati (0,4 g/m3)

b. Biomassa serasah dan tumbuhan bawah

Pengukuran biomassa serasah dan tumbuhan bawah dilakukan pada plot ukuran

2 m x 2 m dengan metode destruktif. Data biomassa diperoleh setelah serasah dan

tumbuhan bawah dioven sehingga berat serasah dan tumbuhan bawah konstan

dengan suhu 800C, kemudian serasah tersebut diambil sampelnya untuk ditimbang

sebagai berat kering. Berat basah dan berat kering dari serasah dan tumbuhan

bawah dapat digunakan untuk menduga biomassa dengan menggunakan rumus

Biomassa Expansion Factor (Brown, 1997).

Page 65: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

47

Total BK =BK sub contoh (kg)

BB sub contoh (kg)x total BB (kg)

Keterangan:

BK = Berat kering (kg)

BB = Berat basah (kg)

c. Penghitungan cadangan karbon total dalam plot

Sumber karbon (C) yang telah didapatkan selanjutnya dihitung totalnya pada

masing-masing plot pengamatan. Rumus yang digunakan untuk menghitung total

biomassa sebagai berikut (BSN, 2011).

C plot = C pohon + C nekromassa + C serasah + C tumbuhan bawah

Keterangan :

C = Cadangan karbon

Selanjutnya penghitungan cadangan karbon dalam suatu areal hutan dilakukan

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.

C total = (∑ C plot

n plot) x luas areal

Keterangan :

C total : total cadangan karbon (ton)

n plot : total plot

C plot : total kandungan karbon per hektar (ton/ha)

Luas areal : luas total lahan (ha)

d. Karbon tersimpan

Karbon tersimpan pada vegetasi hutan dapat diestimasi menggunakan nilai

biomassa yang yang diperoleh dari persamaan allometrik ataupun dengan

Page 66: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

48persamaan BSN (2011) yang menyatakan bahwa nilai persentase kandungan

karbon sebesar 47%, sehingga perhitungan karbon yang tersimpan dapat diubah

dalam bentuk karbon (ton/ha). Perhitungan karbon dapat dilakukan dengan cara

faktor konversi 0,47 yang dinyatakan dalam rumus berikut.

C = Biomassa total x 0,47Keterangan :

C = Cadangan karbon

e. Penyerapan CO2

Perhitungan potensi penyerapan gas CO2 didapat melalui perkalian kandungan

karbon terhadap besarnya serapan CO2 satuan total stock. Perhitungan dilakukan

berdasarkan 1 juta metrik ton karbon equivalent dengan 3,67 juta metric ton CO2

yang diserap dari atmosfer. Perhitungan serapan CO2 dilakukan dengan

menggunakan rumus berikut (Hardjana, 2010).

WCO2 = Wtc x 3,67

Keterangan :

WCO2 : Banyaknya CO2 yang diserap (ton)

Wtc : Berat total unsur karbon ke CO2 [massa atom C = 12 dan O = 16,

CO2 = (1 x 12) + (2 x 16) = 44; konversinya = (44:12) = 3,67]

3.5.3 Konversi tarif karbon dalam VCM

Karbon dioksida (CO2) yang sudah dikonversi satuannya menjadi ton CO2

equivalent, maka dapat dikonversi dalam dolar sebesar tarif VCM. Berdasarkan

ecosytem market place bahwa setiap 1 ton CO2 equivalent memiliki tarif $3.8

(Stanley dkk, 2014).

Page 67: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

69

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah

1. Spesies dominan pada HKm Jaya Lestari fase pohon yaitu karet (Hevea

brasiliensis) dengan persentase INP sebesar 128,03%, pada fase tiang

didominasi oleh spesies karet (Hevea brasiliensis) dengan INP sebesar

156,31%, fase pancang didominasi oleh spesies kopi (Coffea canephora)

dengan INP sebesar 97,12%, pada fase semai didominasi oleh spesies karet

(Hevea brasiliensis) dengan INP sebesar 11,80% dan fase tumbuhan bawah

didominasi oleh spesies haredong (Clidemia hirta) dengan INP

sebesar 24,26%.

2. Hutan Kemasyarakatan Jaya Lestari Register 24 KPH Bukit Punggur Way

Kanan memiliki total cadangan karbon pada petak ukur percontohan sebesar

1.543,16 ton/ha. Rata-rata karbon tersimpan pada tiap kelas ketinggian

tempatnya sebesar 96,45 ton/ha. Total serapan karbon (CO2 equivalent)

di lokasi penelitian sebesar 5663,41 ton.

3. Potensi karbon tersimpan di HKm Jaya Lestari dengan luas area kelola sebesar

1.295 ha adalah 124.902,75 ton. Total potensi serapan karbon (CO2 equivalent)

di HKm Jaya Lestari sebesar 462.063,01 ton.

Page 68: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

704. Sumbangan ekonomi karbon terhadap pendapatan rumah tangga HKm Jaya

Lestari per 5 tahun dapat dimasukkan sebagai tarif insentif tinggi yaitu sebesar

Rp. 31.697.528.111. Pendapatan tersebut berdasarkan kesepakatan kontrak

melalui inisiatif perdagangan karbon yang menggunakan tarif VCM

5.2 Saran

Penelitian tentang peran hutan kemasyarakatan yang dikelola secara agroforestri

melalui inisiatif karbon tersimpan di HKm Jaya Lestari Register 24 KPH Bukit

Punggur Kabupaten Way Kanan memiliki cadangan karbon dengan

rata-rata 96, 45 ton/ha. Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa hutan yang

dikelola tersebut belum cukup baik sebagai penyimpan atau penyerap CO2

dari atmosfer. Berdasarkan hal tersebut maka instansi terkait dan Gapoktan Jaya

Lestari dalam pengelolaan lahan agroforestri miliknya perlu melakukan

pertimbangan penambahan jenis tanaman berkayu, seperti medang (Phoebe

hunanensis) dan pulai (Alstonia scholaris), dengan jumlah yang besar dalam

peningkatan pertumbuhan dan kelestarian hutan yang merupakan bagian

dari kawasan Hutan Lindung.

Page 69: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

71

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, W. C., Indrawan, A., Supriyanto., Arifin, H. S. 2013. Kontribusisistem agroforestri terhadap cadangan karbon di hulu DAS Kali Bekasi.Jurnal Hutan Tropis. 1(3):1-9.

Agus, F., Hairiah, K., Mulyani, A. 2011. Pengukuran Cadangan Karbon TanahGambut. Buku. World Agroforestry Centre-ICRAF, SEA Regional Officedan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian(BBSDLP). Bogor. 58 hlm.

Ambarwati, A. 2019. Pendugaan Cadangan Karbon di HKm Bina WanaKecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat. Skripsi. UniversitasLampung. Bandar Lampung. 70 hlm.

Amelia, S. M., Hasyim, A. I., Situmorang, S. 2019. Efesiensi sistem pemasarancengkeh (Syzihium aromaticum) di Kabupaten Pesisir Barat. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. 7(2): 187-194

Angelsen, A., Brockhaus, M., Sunderlin, W. D., Verchot, L. V. 2013.Menganalisis redd+. Buku. CIFOR. Bogor. 500 hlm.

Aprianto, D., Wulandari, C., Masruri, N. W. 2016. Karbon tersimpan padakawasan sistem agroforestry di Register 39 Datar Setuju KPHL BatutegiKabupaten Tanggamus. Jurnal Sylva Lestari. 4(1): 21-30.

Aprianto, D. 2015. Karbon Tersimpan pada Kawasan Sistem Agroforestry diRegister 39 Datar Setuju Kphl Batutegi Kabupaten Tanggamus. Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung. 87 hlm.

Asmi, M. T., Qurniati, R., Haryono, D. (2013). Komposisi tanaman agroforetridan kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga di Desa PesawaranIndah Kabupaten Pesawaran Lampung. Jurnal Sylva Lestari. 1(1): 55-64.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. Way Kanan Dalam Angka. Buku. BadanPusat Statistik. Lampung. 292 hlm.

Page 70: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

72Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2011. Pengukuran dan Perhitungan

Cadangan Karbon. Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran CadanganKarbon Hutan (Ground Based Forest Carbon Accounting). Buku. BadanStandardisasi Nasional. Jakarta. 16 hlm.

Bhaskara, D. R. 2017. Karbon Tersimpan pada Repong Damar PekonPahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat. Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung. 70 hlm.

Bhaskara, D. R., Qurniati, R., Duryat, Banuwa, I. S. 2018. Karbon tersimpanpada repong damar di Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah,Kabupaten Pesisir Barat. Jurnal Sylva Lestari. 6(2): 32-40.

Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest, aprimer. Buku. FAO Forestry Paper 143. FAO Rome. 55 hlm.

Dewan Nasional Perubahan Iklim. 2014. Perubahan Iklim dan TantanganPeradaban Bangsa Lima Tahun DNPI 2008 - 2013. Buku. DNPI. Jakarta.149 hlm.

Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. 2013. Rencana Pengelolaan Hutan JangkaPanjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Batutegi 2014-2023. Buku. DisHut Prov. Lampung. Bandar Lampung. 101 hlm.

Fitria, D., Dharmawan, A. H., Prasetyo, L. B. 2017. Peran hutan kemasyarakatanmelalui inisiatif karbon terhadap nafkah rumah tangga petani di KabupatenGunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Silvikultur Tropika.8(1): 35-40.

Ginoga, K. 2010. Pedoman Pengukuran Karbon untuk Mendukung PenerapanREDD+ di Indonesia. Buku. Pusat Penelitian dan PengembanganPerubahan Iklim dan Kebijakan. Bogor. 40 hlm

Hairiah, K., Sitompul, S. M., Noordwijk, M. V., Palm, C. 2001. Carbon Stock ofTropical Landuse System as Part of the Global C Balance: Effects of ForestConversion and Option for Clean Development Activities. Buku. ASBLecture Note 4A. ICRAF. Bogor. 59 hlm.

Hanafi, N., dan Bernardianto, N.B. 2012. Pendugaan cadangan karbon padasistem penggunaan lahan di areal PT. Sikatan Utama Raya. Jurnal MediaSains. 4(2) : 1-12.

Hardjana, A. K. 2010. Potensi biomassa dan karbon pada hutan tanaman Acaciamangium di HTI PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. JurnalPenelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 7(4): 237-249.

Huxley, P. 1999. Tropical Agroforestry. Buku. Blackwell Science Ltd. UnitedKingdom. 371 hlm.

Page 71: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

73Idayanti, P., Bakri, S., Wulandari, C., Yuwono, S. B. 2019. Karakteristik sosial

ekonomi yang berpengaruh terhadap pendapatan kelompok hutankemasyarakatan Panca Tunggal. Prosiding Seminar Nasional Biologi 4UIN Sunan Gunung Djati. BEK-51: 174 – 180.

Indriyanto. 2016. Ekologi Hutan. Buku. PT Bumi Aksara. Jakarta. 210 hlm.

Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC). 2006. IntergovermentalPanel on Climate Change Guidelones for National Greenhouse GasInventories. Buku. Prepared by the National Greenhouse Gas InventoriesProgramme, Eggleston H.S., Buendia L., Miwa K., Ngara T. And Tanabe K.(eds). IGES. Jepang. 20 hlm.

Kabupaten Way Kanan dalam Angka. 2018. Geografi dan Iklim. Buku.Percetakan Kartika Lampung. Lampung. 292 hlm.

Ketterings, Q. M., Coe, R., Noorwijk, M. V., Ambagau, Y., Palm, C. A. 2001.Reducing uncertainly in the use of allometric biomass equations forpredicting aboveground tree biomass in mixed secondary forest. JurnalForest Ecology and Management. 146(2) : 199-209.

Kotler, P. T. dan Amstrong, G. 2018. Principles of Marketing (Global Edition)17th Edition. Buku. Prentice Education, Inc. New Jersey. 111 hlm.

Lestari, R. N. 2017. Analisis Karbon di Atas Tanah Sebagai Indikator KesehatanHutan Lindung Register 25. Skripsi. Universitas Lampung. 77 hlm.

Lukito, M. 2013. Estimasi biomassa dan karbon tanaman jati berumur 5 tahun(kasus kawasan hutan tanaman jati unggul nusantara (jun) Desa Krowe,Kecamatan Lembeyan Kabupaten Magetan). Agri-Tek Jurnal PenelitianIlmu-Ilmu Eksakta. 14(1): 1-23.

Malau, Y. D. P., Rahmawati, Riswan. 2012. Pendugaan cadangan karbon aboveground biomass (agb) pada tegakan agroforestri di Kabupaten Langkat: (theestimate of carbon stocks above ground biomass (agb) on agroforestrystands in Langkat). Jurnal Penorema Forestry Science. 2(1): 106-110.

Manuri, S., Putra, C. A. S., Saputra, A. D. 2011. Teknik Pendugaan CadanganKarbon Hutan. Buku. Merang REDD Pilot Project, German InternationalCoorporation-GIZ. Palembang. 91 hlm.

Margono B. A., Potapov P. V., Turubanova S., Stolle F., Hansen M. C. 2014.Primary forest cover loss in Indonesia over 2000–2012. Jurnal NatureClimate Change. 4(8): 730-735.

Page 72: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

74Masripatin, N., Ginoga, K., Pari, G., Dharmawan, W.S., Siregar, C.A., Wibowo,

A., Puspasari D., Utomo, A.S., Sakuntaladewi, N., Lugina, M., Indartik.,Wulandari, W., Darmawan, S., Heryansah, I., Heriyanto, N.M.,Siringoringo, H., Damayanti, R., Anggraeni, D., Krisnawati, H., Maryani,R., Apriyanto, D., Subekti, B. 2010. Cadangan Karbon pada BerbagaiTipe Hutan dan Jenis Tanaman di Indonesia. Buku. Pusat Penelitian danPengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Bogor. 43 hlm.

Maulina, D., Irawati, M. H., Rochman, F., Syamsuri, I. 2016. Kajian kerusakanlingkungan terhadap penurunan populasi satwa lindung Elepas maximussumateraensis di Provinsi Lampung. Jurnal Bioterdidik. 4(2): 9-15.

Miranda A., Lumangkun, A., Husni, H. 2015. Analisa pendapatan petani karetdari hutan tanaman rakyat di Trans Sp 1 Desa Pangmilang KecamatanSingkawang Selatan Kota Singkawang Kalimantan Barat. Jurnal HutanLestari. 3 (4): 517–525.

Nadeak, N., Qurniati, R., Hidayat, W. 2013. Analisis finansial pola tanamagroforetri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin KabupatenPesawaran Provinsi Lampung. Jurnal Sylva Lestari. 1(1): 65-74.

Natalia, D., Yuwono, S.B., Qurniaty, R.. 2014. Potensi penyerapan karbon padasistem agroforestri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang CerminKabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Jurnal Sylva Lestari.2(1): 11-20.

Nugroho, D. 2014. Menghitung Cadangan Karbon di Hutan Rakyat Panduanbagi Para Pendamping Petani Rakyat. Buku. Biro Penerbit AruPA.Yogyakarta. 36 hlm.

Odum, E. P. 1971. Dasar-dasar Ekologi. Alih Bahasa : Samingan, T dan B.Srigandono. Fundamental of Ecology. Buku. Universitas Gajah Mada.Yogyakarta. 574 hlm.

Peter-Stanley, M., dan Gonzalez, G. 2014. Sharing the stage: State of tehVoluntary Carbon Market. Buku. Forest Trend’ Ecosystem Marketplace.Washington DC. 22 hlm.

Protokol Kyoto. 1998. Kyoto Protocol to the United Nations FrameworkConvention on Climate Change. Buku. United Nation. 21 hlm.

Putri, S. M., Indriyanto, Riniarti, M. 2019. Komposisi jenis dan struktur vegetasihutan lindung Bengkunat di Resort III KPH Unit I Pesisir Barat. JurnalSylva Tropika. 3(1): 118-131.

Ristiara, L. 2016. Etimasi Karbon Tersimpan pada Hutan Rakyat di PekonKelungu Kabupaten Tanggamus. Skripsi. Universitas Lampung. BandarLampung. 67 hlm.

Page 73: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

75Rizqie, D. 2013. Efektifitas mekanisme redd (reducing emissions from

deforestation and forest degradation) sebagai kebijakan yang dihasilkan olehrezim perubahan iklim unfccc. Andalas Journal of International Studies.2(1): 75-105.

Rochmayanto, Y., Wibowo, A., Lugina, M., Butarbutar, T., Mulyadin, R. M.,Wicaksono, D. 2014. Cadangan Karbon pada Bebagai Tipe Hutan danJenis Tanaman di Indonesia (Seri 2). Buku. PT Kanisius. Yogyakarta.104 hlm.

Saragih, E. S., Muhdi, Hanafiah, D. S. 2016. Pendugaan cadangan karbon padatanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) umur 10 tahun di perkebunanrakyat Desa Tarean, Kecamatan Silindak, Kabupaten Serdang Bedagai.Jurnal Peronema Forestry Science. 5(2) : 5-19.

Sanjaya, R. 2016. Evaluasi Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) padaGabungan Kelompok Tani Rukun Lestari Sejahtera di Desa Sindang PagarKecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat. Skripsi. UniversitasLampung. Bandar Lampung. 51 hlm.

Sanudin, Awang, S. A., Sadono, R., Purwanto, R. H. 2016. Perkembangan hutankemasyarakatan di Provinsi Lampung. Jurnal Manusia dan Lingkungan.23(2): 276-283.

Senoaji, G. 2010. Studi kesesuaian lahan untuk penentuan kawasan lindung diHutan Lindung Konak Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. JurnalIlmu Kehutanan. 4(1): 12-20.

Senoaji, G. 2012. Pengelolaan lahan dengan sistem agroforestri oleh masyarakatBadui di Banten Selatan. Jurnal Bumi Lestari. 12(2): 283-293.

Sobirin, M. 2010. Pendugaan Karbon Tersimpan di Atas Permukaan diArboretum Universitas Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. BandarLampung. 78 hlm.

Soerianegara, I., dan Indrawan, A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Buku.Institut Pertanian Bogor. Bogor. 197 hlm.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2010. Klasifikasi Penutup Lahan. Buku.Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. 32 hlm.

Sudoyono, I., Syaufina, L., Suharjito, D. 2014. Analisis pola kemitraanagroforestri dalam rangka mengurangi ancaman perambahan hutan (studikasus tumpangsari tanaman pangan di iuphhk-ht Pulau Laut KotabaruKalimantan Selatan. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam danLingkungan. 4(1): 1-8.

Page 74: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

76Supriadi. 2018. Evaluasi Program HKm Secara Ekonomi, Ekologis dan

Kebersinambungan Program: Studi Gapoktan Jaya Lestari Desa ManangaJaya Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan. Tesis. UniversitasLampung. Bandar Lampung. 94 hlm.

Supriadi, Riniarti, M., Bakri, S. 2018. Produktivitas karet pada lahan hkm JayaLestari Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung. Gorontalo Journal ofForestry Research. 1(1): 1-8.

Surastyawan, Y. 2017. Implementasi Kebijakan Hutan Kemasyarakatan diKabupaten Way Kanan (Studi pada Kelompok Tani Hutan KemasyarakatanRegister 24 Bukit Punggur). Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.90 hlm.

Sutaryo, D. 2009. Pernghitungan Biomassa: Sebuah Pengantar untuk StudiKarbon dan Perdagangan Karbon. Buku. Wetlands InternasionalProgramme. Bogor. 39 hlm.

Syarifa, L. F., Agustina, D.S., Nancy, C., Supriadi, M. 2016. Dampak rendahnyaharga karet terhadap kondisi sosial ekonomi petani karet di SumateraSelatan. Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 34(1): 119-126.

Tampubolon, N. 2011. Potensi Penyerapan Kabron dalam Mendukung AdaptasiPerubagan Iklimdi Hutan Marga Kecamatan Belalau dan batu KetulisKabupaten Lampung Barat. Skripsi. Universitas Lampung. BandarLampung. 67 hlm.

Tim Arupa. 2014. Menghitung Cadangan Karbon di Hutan Rakyat Panduanbagi Para Pendamping Petani Hutan Rakyat. Buku. Biro Penerbit Arupa.Sleman. 28 hlm.

Tiurmasari, S. 2016. Analisis Vegetasi dan Tingkat Kesejahteraan MasyarakatPengelola Agroforestri di Desa Sumber Agung Kecamatan Kemiling KotaBandar lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.74 hlm.

Union Nations Development Program. 2018. Pengantar Pasar Karbon untukPengendalian Perubahan Iklim. Buku. Menara Ravindo. Jakarta Pusat.119 hlm.

Wahyuni, N. I. 2014. Korelasi indeks nilai penting terhadap biomassa pohon dikawasan taman nasional Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara.Prosiding Seminar Rehabilitasi dan Restorasi Kawasan HutanMenyongsong 50 Tahun. 1(9): 113- 124.

Wijayanto, N. dan Hartoyo, A. P. P. 2015. Biodiversitas berbasisikanagroforestry. Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas Indonesia.1(2): 242-246.

Page 75: PERAN HUTAN KEMASYARAKATAN YANG DIKELOLA …digilib.unila.ac.id/61467/3/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfspecies dominance (24,26%) i n the seedling and undergrowth phases.

77Winardi, F. 2014. Nilai Kandungan Karbon dan Indek Nilai Penting Jenis

Vegetasi Mangrove di Perairan Desa Mantang Baru Kecamatan MantangKabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi. Universitas Riau.Riau. 86 hlm.

Wulandari, C. dan Kurniasih, H. 2019. Community preferences for socialforestry facilitation programming in Lampung, Indonesia. Jurnal Forestand Society. 3(1): 114-132.

Wulandari, C., Landicho, L. D., Cabahug, R. E. D., Baliton, R. S., Banuwa, I. R.,Hernawati., S., Budiono, P. 2019. Food security status in agroforestrylanscape of Way Betung watershed, Indonesia and Molawin Dampalitsubwatershed, Phillipines. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 25(3): 164-172.

Zhafira, G., Wulandari, C., Rusita, Bakri, S. 2019. Pengaruh ketinggian tempatterhadap produksi getah karet hutan kemasyarakatan di Kabupaten WayKanan. Prosiding Seminar Nasional Biologi 4 UIN Sunan Gunung Djati.BEK-52: 181-184.