-
PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
DALAM MENANAMKAN NORMA KESOPANAN TERHADAP
SISWA KELAS VII-B (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah
6 Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi
Strata I
pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
DIDIK NOTO LAKSONO
A220150024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
-
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
DALAM MENANAMKAN NORMA KESOPANAN TERHADAP SISWA
KELAS VII-B (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 6 Surakarta
Tahun Pelajaran 2018/2019)
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
DIDIK NOTO LAKSONO
A220150024
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Dra. Sundari, S.H., M.Hum
NIK. 151
-
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
DALAM MENANAMKAN NORMA KESOPANAN TERHADAP SISWA
KELAS VII-B (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 6 Surakarta
Tahun Pelajaran 2018/2019)
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
DIDIK NOTO LAKSONO
A220150024
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Keguruan dan
Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
pada hari Senin, 29 Juli 2019 dan dinyatakan telah memenuhi
syarat.
Dewan Penguji
1. Dra. Sundari, S.H., M.Hum. ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dr. Ahmad Muhibbin, M.Si ( )
(Anggota 1 Dewan Penguji)
3. Dra. Sri Gunarsih, S.H., M.H. ( )
(Anggota 2 Dewan Penguji)
Dekan,
Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum
NIDN. 0028046501
-
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau
pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara
tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ketidakbenaran dalam pernyataan saya di
atas, maka
akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 17 Juli 2019
Penulis
DIDIK NOTO LAKSONO
A220150024
-
1
PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
DALAM MENANAMKAN NORMA KESOPANAN TERHADAP
SISWA KELAS VII-B (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah
6 Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019)
Abstrak
Penelitian ini betujuan untuk mendeskripsikan peran guru
Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan dalam menanamkan norma kesopanan terhadap
siswa kelas
VII-B di SMP Muhammadyah 6 Surakarta tahun pelajaran 2018/2019.
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data
yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu obervasi, wawancara dan
dokumentasi.
Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber pengumpulan data
dan
triangulasi teknik pengumpulan data. Analisis data yang
digunakan adalah model
alir yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa peran guru
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan
norma
kesopanan terhadap siswa kelas VII-B di SMP Muhammadyah 6
Surakarta tahun
pelajaran 2018/2019 dilakukan dengan cara pembiasaan, pemberian
nasehat,
bimbingan, arahan, motivasi dan masukan terhadap peserta didik
tersebut, selain
itu juga melalui kegiatan among siswa pada pagi hari. Kendala
yang dihadapi oleh
guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam mewujudkan
perannya
yaitu terdapat siswa sulit dibimbing dan diberi masukan, peserta
didik tersebut
mengulang perbuatan itu lagi dikemudian hari, selain itu juga
faktor keluarga dari
masing-masing siswa. Solusi dalam mengatasi kendala peran guru
Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan norma kesopanan
yaitu
dengan cara memberi peringatan jika peserta didik tetap tidak
mau untuk bersikap
sopan maka guru akan memberi nilai yang jelek bahkan tidak akan
menaikkan
kelas.
Kata kunci: Peran guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Norma
kesopanan, Siswa.
Abstract
This study aims to describe the role of the teacher of Pancasila
and Citizenship
Education in instilling courtesy norms for students of class
VII-B in Surakarta 6th
Muhammadiyah Middle School in the academic year 2018/2019. This
study uses
a qualitative approach. Data collection techniques used in this
study were
observation, interviews and documentation. The validity of the
data uses
triangulation of data collection sources and triangulation of
data collection
techniques. Analysis of the data used is a flow model that
includes data collection,
data reduction, data presentation and conclusion or
verification. The results of this
study indicate that the role of the teacher of Pancasila and
Citizenship Education
in instilling courtesy norms for students of class VII-B in
Surakarta 6th
Muhammadiyah Middle School in the academic year 2018/2019 is
done by
habituating, giving advice, guidance, direction, motivation and
input to these
students , besides that also through activities among students
in the morning.
Constraints faced by the teachers of Pancasila and Citizenship
Education in
-
2
realizing their role are that there are difficult students to be
guided and given
input, these students repeat the action again in the future,
besides that it is also the
family factor of each student. The solution to overcoming the
constraints of the
role of teachers of Pancasila and Citizenship Education in
instilling modesty
norms is by giving a warning if students still do not want to be
polite, the teacher
will give a bad grade and will not even raise the class.
Keywords: Teacher's role in Pancasila and Citizenship Education,
Norma
courtesy, student.
1. PENDAHULUAN
Tugas dan peran guru saat ini semakin berat seiring dengan
perkembangan ilmu
pengetahuan serta teknologi yang semakin pesat. Guru sebagai
komponen utama
dalam dunia pendidikan di tuntut untuk mampu mengimbangi bahkan
melampaui
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang baik
di
masyrakat maupun sekolah. Gurulah yang berhadapan langsung
dengan peserta
didik di kelas, maka pendidik lah yang akan menghasilkan peserta
didik yang
berkualitas, baik secara akademik, skill (keahlian), kematangan
emosional, dan
moral serta spiritual (Kunandar, 2014: 37-40).
Menurut Ahmadi sebagaimana dikutip Suharyanto (2013: 194),
“peranan
adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap cara individu
untuk berbuat
dan bersikap dalam situasi tertentu berdasarkan status dan
fungsi sosial”. Terkait
perngertian peran Fauzi, dkk (2013: 3) menyatakan:
Pengertian peran adalah sebuah kegiatan yang dilakukan karena
adanya
sebuah keharusan maupun tuntutan dalam sebuah profesi atau
berkaitan
dengan keadaan dan kenyataan. Jadi peran merupakan perilaku
yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang yang sesuai
dengan
kedudukannya dalam suatu sistem.
Guru merupakan sosok orang yang rela mencurahkan sebagian
besar
waktunya untuk mengajar serta mendidik siswa (Naim, 2009: 1).
Menurut
Sardiman (2016: 125), “Guru adalah salah satu komponen manusiawi
dalam
proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam pembentukan
sumber daya
manusia yang potensial dibidang pembangunan”. Menurut Syah
(2014: 254), guru
merupakan tenaga pendidik yang mempunyai tugas utama mengajar,
dalam arti
mengembangkan ranah cipta, rasa dan karsa peserta didik. Menurut
Lanier (2015)
-
3
sebagaimana dikutip oleh Xhemajli (2016: 33), bahwa tugas
terpenting dari
seorang guru adalah sebagai berikut.
According to Lanier (2015), the most important task of the
teacher is to
make effort to enable well understandable teaching experience,
which
enables the pupils to resolve problems from the real life and
demonstrate
that they have learned great ideas, acquired good capabilities
and fulfil the
laws of the mind and the heart, complying with educational
standards.
Menurut Sadirman (2016: 144), terdapat beberapa peranan guru
dalam
kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
a. Informator, guru dalam hal ini sebagai pelaksana cara
mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan serta sumber informasi dalam
kegiatan baik
adakademik maupun umum.
b. Organisator, dalam hal ini peran guru adalah sebagai
pengelola kegiatan
akademik, silabus, workshop, dan jadwal pelajaran.
c. Motivator, peran guru sebagai motivator bertujuan
meningkatkan kegairahan
dan pengembangan kegiatan belajar peserta didik.
d. Pengarah atau Direktor, dalam hal ini guru harus dapat
membimbing serta
mengarahkan peserta didik dalam proses pembelajaran sesuai
dengan tujuan
yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru dalam hal ini berperan sebagai pencetus
ide-ide kreatif yang
dapat menjadi contoh bagi siswa dalam proses pembelajaran.
f. Transmitter, guru berperan selaku penyebar kebijaksanaan
pendidikan dan
pengetahuan.
g. Fasilitator, guru mempunyai peran dalam memberikan fasilitas
atau
kemudahan dalam proses pembelajaran.
h. Mediator, dalam hal ini guru berperan sebagai penengah dalam
kegiatan
pembelajaran.
Menurut Yudia, Arianto dan Solihatin (2013: 1), Pendidikan
Pancasila dan
Kewarganegaraan ialah mata pelajaran yang berisi tentang
nilai-nilai pancasila
dengan tujuan untuk membentuk kepribadian peserta didik. Menurut
Sukarno
(2015: 7), “Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk
menjadikan warga
negara yang baik dan mampu mendukung bangsa dan negara”. Menurut
Kaelan
dalam Warsito (2012: 23), tujuan Pendidikan Pancasila sebagai
berikut:
-
4
a. Menghasilkan peserta didik yang memiliki kemampuan untuk
mengambil sikap
bertanggungjawab sesuai hati nuraninya.
b. Menghasikan peserta didik yang memiliki kemampuan untuk
mengenali
masalah hidup, kesejahteraan dan cara-cara pemecahannya.
c. Menghasikan peserta didik yang mampu mengenali
perubahan-perubahan dan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Menghasikan peserta didik yang memiliki kemampuan untuk
memaknai
peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang
persatuan
Indonesia.
Norma merupakan suatu petunjuk mengenai tingkah laku yang
harus
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi
tertentu (Mahendra,
2015: 23). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagaimana
dikutip oleh
Sukarno (2015: 28), pengertian norma adalah sebagai berikut:
Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok
dalam
masyarakat dipakai sebagai panduan tatanan dan pengendali
tingkah laku
yang sesuai dan diterima: setiap masyarakat harus menaati
peraturan yang
berlakut.
Menurut Mahendra (2015: 23), norma dalam perwujudannya terdiri
dari
norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan, norma hukum dan
norma
sosial. Menurut Mahendra (2015: 23), terdapat sanksi terhadap
pelanggar norma
sebagai berikut:
a. Norma agama, sanksinya langsung dari Tuhan.
b. Norma kesusilaan, sanksinya berupa rasa malu dan menyesal
terhadap dirinya
sendiri.
c. Norma kesopanan, sanksinya dikucilkan dalam pergalam
masyarakat.
d. Norma hukum, sanksinya berupa penjara atau kurungan yang
dipaksakan oleh
alat negara.
Sopan merupakan suatu yang mengisyaratkan adanya rasa hormat
dan
penghargaan kepada hal-hal yang baik (Aziz, 2012: 19). Perilaku
sopan santun
merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi
sehari-hari bagi setiap
orang, karena dengan menunjukkan sikap sopan santunlah,
seseorang dapat
dihargai dan disenangi dengan keberadaannya sebagai makhluk
sosial (Suryani,
-
5
2017: 115). Menurut Sukarno (2015: 30), “norma kesopanan adalah
peraturan
hidup yang timbul dari hasil pergaulan kelompok itu”.
Menurut Suryani (2017: 119), terdapat beberapa indikator sopan
santun
dalam berbicara sebagai berikut:
a. Berbicara tidak lantang atau keras.
b. Tidak berkata kotor.
c. Tidak menyela pembicaraan.
d. Bersikap baik ketika berbicara dengan teman.
e. Menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Menurut Elkabumaini dan Ruhyana (2016: 55), indikator norma
kesopanan adalah
sebagai berikut:
a. Sering berperilaku baik dan sopan kepada orang lain.
b. Sering berperilaku sopan santun kepada guru.
c. Sering berperilaku sopan santun kepada saudara dan teman.
d. Menghindarkan diri dari perilaku yang tidak sopan.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa indikator
norma
kesopanan dalam penelitin ini adalah sebagai berikut:
a. Berperilaku sopan kepada guru.
b. Berbicara dengan bahasa yang baik kepada guru dan orang
lain.
c. Berperliku baik ketika diajak berbicara oleh guru dan orang
lain.
d. Bertegur sapa dengan baik kepada guru dan orang lain.
e. Tidak menyela atau memotong pembicaraan orang lain.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data
disajikan dalam
bentuk kata-kata. Penelitian kualitiatif adalah metode yang
berlandaskan atau
berdasar pada filsafat postpositivisme dan digunakan untuk
meneliti kondisi objek
yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci (Sugiono,
2017: 15).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu obervasi,
wawancara dan dokumentasi.
-
6
Sukandarrumdi (2006: 69), menyatakan bahwa observasi adalah
pengamatan dan pencatatan suatu objek terhadap sistematika
fenomena yang
diselidiki. Menurut Moleong (2007: 186), “wawancara adalah
percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. Dokumen merupakan
catatan peristiwa
yang sudah berlalu, dapat berupa tulisan, gambar atau
karya-karya monumental
dari seseorang (Sugiono, 2017: 329).
Penelitian ini menerapkan dua dari tiga bentuk triangulasi.
Trianggulasi
yang diterapkan yaitu trianggulasi sumber data dan trianggulasi
teknik
pengumpulan data. Analisis data yang diguanakan adalah model
alir yang
meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
penarikan
kesimpulan atau verifikasi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa teknik
pengumpulan data yaitu
observasi, wawancara dan dokumentasi. Guru Pendidikan Pancasila
dan
Kewarganegaraan mempunyai peran yang penting dalam menanamkan
perilaku
sopan terhadap peserta didik. Fokus penelitian ini membahas
mengenai peran
guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan
norma
kesopanan terhadap siswa kelas VII-B di SMP Muhammasiyah 6
Surakarta.
Peran guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam
menanamkan
norma kesopanan terhadap siswa kelas VII-B dapat dilihat dari
kegiatan yang
dilakukan oleh guru dalam membiasakan siswa untuk bersikap sopan
baik
terhadap guru, kepala sekolah, karyawan serta teman-temannya.
Kegiatan tersebut
adalah membiasakan siswa untuk beribacara menggunakan bahasa
yang baik
terhadap guru, melaksanakan praktek tentang cara berbuat sopan
saat materi
norma dan keadilan serta pembiasaan sapa dan salam dengan guru
setiap pagi.
Peran guru Pancasila dan Kewarganegaraan sudah sangat baik
karena secara
umum siswa kelas VII-B telah bersikap sopan, kemudian ketika
guru melihat
siswa yang kurang sopan maka dipanggil satu-satu untuk
dinasehati. Peran guru
-
7
dalam hal ini adalah sebagai pengarah atau direktor, bahwa guru
harus dapat
membimbing serta mengarahkan peserta didik dalam proses
pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan.
Bentuk peran guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
dalam
menanamkan norma kesopanan kepada siswa khusunya dalam berbicara
yaitu
dengan nasehat, bimbingan, arahan dan pembiasaan serta motivasi.
Guru
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran telah melakukan perannya
dengan
baik terkait penanaman norma kesopanan terhadap siswa khususnya
kelas VII-B.
Upaya yang telah dilkukan oleh guru pendidikan pancasila dan
kewarganegaran
sesuai dengan peran pendidik sebagai motivator yaitu peran guru
yang bertujuan
meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar
peserta didik. Peran
dari guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan terkait
pembiasakan siswa
untuk berperliku baik ketika diajak berbicara oleh guru dan
orang lain adalah
diberi masukan-masukan bahwa perilaku yang seperti itu tidak
boleh walaupun
dengan guru yang masih muda.
Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mempunyai
tanggungjawab dalam penanaman sikap sopan santun siswa. Namun,
usaha guru
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan
norma
kesopanan terhadap siswa mendapatkan beberapa kendala yang
menghambat
terwujudnya peran tersebut. Kendala yang dihadapi oleh guru
Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dalam perannya menanamkan norma
kesopanan
pada siswa kelas VII-B yaitu terdapat siswa sulit dibimbing dan
diberi masukan,
peserta didik tersebut mengulang perbuatan itu lagi dikemudian
hari.
Peran guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam
menanamkan
norma kesopanan terhadap siswa kelas VII-B di SMP Muhammadiyah 6
surakarta
tahun pelajaran 2018/2019 mendapat beberapa kendala atau
hambatan, namun
masih ada solusi dalam mengatasi hal tersebut. Solusi dalam
mengatasi siswa
yang kurang sopan di kelas VII-B SMP Muhammadiyah 6 Surakarta
tahun
pelajaran 2018/2019 adalah dengan cara memberi peringatan jika
peserta didik
tetap tidak mau untuk bersikap sopan maka guru akan memberi
nilai yang jelek
bahkan tidak akan menaikkan kelas. Cara tersebut sangat tepat
untuk digunakan
-
8
karena dengan siswa takut nilainya jelek atau tidak naik kelas
maka peserta didik
tersebut akan mematuhi nasehat guru.
4. PENUTUP
Berdasarkan kajian teori dan data yang diperoleh di lapangan
dapat disimpulkan
sebagai berikut: Peran guru Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dalam
menanamkan norma kesopanan. Peran guru Pendidikan Pancasila
dan
Kewarganegaraan dalam menanamkan norma kesopanan terhadap siswa
kelas
VII-B di SMP Muhammadyah 6 Surakarta tahun pelajaran 2018/2019
dengan cara
pembiasaan, pemberian nasehat, bimbingan, arahan, motivasi dan
masukan
terhadap peserta didik tersebut, selain itu melalui kegiatan
among siswa pada pagi
hari. kegiatan among siswa ini bahwa peserta didik yang belum
berjabat tangan
dengan guru dan mengucap salam tidak diperbolehkan masuk.
Kendala dalam
menanamkan norma kesopanan. Kendala yang dihadapi oleh guru
Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dalam mewujudkan perannya yaitu
terdapat
siswa sulit dibimbing dan diberi masukan, peserta didik tersebut
mengulang
perbuatan itu lagi dikemudian hari, selain itu juga faktor
keluarga dari masing-
masing siswa. Solusi dalam mengatasi peran guru Pendidikan
Pancasila dan
Kewarganegaraan dalam menanamkan norma kesopanan. Solusi untuk
mengatasi
kendala dalam menanamkan norma kesopanan yaitu dengan cara
memberi
peringatan jika peserta didik tetap tidak mau untuk bersikap
sopan maka guru
akan memberi nilai yang jelek bahkan tidak akan menaikkan
kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Hamka Abdul. 2012. Karakter Guru Profesional. Jakarta
Selatan: Al-
mawardi Prima.
Elkabumaini, Nasin dan Rahmat Ruhyana. 2016. Panduan
Implementasi
Pendidikan Budi Pekerti. Bandung: Yrama Widya.
Fauzia, Fadil Yudia, Ismail Arianto dan Etin Solihatin. 2013.
“Peran Guru
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Upaya
Pembentukan
Karakter Peserta Didik”. Jurnal PPKn UNJ (Online).
(https://s3.amazona-
ws.com/academia.edu.documents/32881263/PERAN-GURU-PENDIDI-
KAN-PANCASILA-DAN-KEWARGANEGARAAN-DALAM-UPAYA-
-
9
PEM- BENTUKAN-KARAKTER-PESERTA-DIDIK2 .pdf, diakses pada
hari Rabu tanggal 3 April 2019 pukul 13.00 WIB).
Kunandar. 2014. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta:
PT
Rajagrafindo Persada.
Mahendra, Putu Ronny Angga. 2015. “Pancasila sebagai Etika
Politik”. Jurnal
Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra
(Online).
(http://ejournal.undwi.ac.id/index.php/widyaaccarya/article/download/229/1
97, diakses pada hari Kamis tanggal 21 Maret 2019 pukul 19.11
WIB).
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja
Rosdakarya Offset.
Naim, Ngainun. 2009. Menjadi Guru Inspiratif. Yoyakarta: Pustaka
Pelajar.
Suharyanto, Agung. 2013. “Peranan Pendidikan Kewarganegaraan
dalam
Membina Sikap Toleransi Antar Siswa”. Jurnal Ilmu Pemerintahan
dan
Sosial Politik.
(http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma/article/view/563/403,
diakses pada hari Rabu tanggal 3 April 2019 pukul 13.22
WIB).
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kulaitatif
dan R & D. Bandung: Cv. Alfabeta.
Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian, Petunjuk Praktis
untuk Peneliti
Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sukarno. 2015. Paradigma Baru Pendidikan kewarganegaraan.
Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Suryani, Lilliek. 2017. “Upaya Meningkatkan Sopan Santun
Berbicara dengan
Teman Sebaya melalui Bimbingan Kelompok”. Jurnal Mitra
Pendidikan
(Online).(https://e-jurnalmitrapendidikan.com/index.php/ejmp/article/view/-
28/11, diakses pada hari Senin tanggal 18 November 2018 pukul
20.32
WIB).
Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Warsito. 2012. Pendidikan Pancasila Era Reformasi. Yogyakarta:
Penerbit
Ombak.
Xhemajli, Arbona. 2016. “The Role of The Teacher in Interactive
Teaching”.
(IJCRSEE) International Journal of Cognitive Research in
Science,
-
10
Engineering and Education Vol. 4, No.1. Faculty of
Philosophy-Pedagogy.
Cyril and Methodius University. Skopje. Macedonia.