PERAN GURU MATA PELAJARAN AL-ISLAM DALAM PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KEMUHAMMADIYAHAN DI SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO TESIS Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister dalam Bidang Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Oleh: NUR AFRIZAL NPM. 1605651 Program Studi: Pendidikan Agama Islam PASCASARJANA (PS) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO TAHUN 1439 H / 2018 M
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERAN GURU MATA PELAJARAN AL-ISLAM
DALAM PENGEMBANGAN NILAI-NILAI
KEMUHAMMADIYAHAN
DI SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister
dalam Bidang Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Oleh:
NUR AFRIZAL
NPM. 1605651
Program Studi: Pendidikan Agama Islam
PASCASARJANA (PS)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN 1439 H / 2018 M
ii
PERAN GURU MATA PELAJARAN AL-ISLAM
DALAM PENGEMBANGAN NILAI-NILAI
KEMUHAMMADIYAHAN
DI SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Agama Islam
Oleh:
NUR AFRIZAL
NPM. 1605651
Program Studi: Pendidikan Agama Islam
Pembimbing I : Dr. Mahrus As’ad, M.Ag,
Pembimbing II : Dr. H. Khoirurrijal.M.A
PASCASARJANA (PS)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN 1439 H / 2018 M
iii
ABSTRAK
Nur Afrizal, 2018, Peran Guru Mata Pelajaran Al-Islam dalam Pengembangan
Nilai-Nilai Kemuhammadiyahan di SMK Muhammadiyah 3 Metro. Tesis
Pascasarjana IAIN Metro
Guru mata pelajaran Al-Islam dalam menanamkan nilai-nilai karakter
kemuhammadiyahan memiliki fungsi transfer of value. Dengan demikian suatu
kesalahan yang terjadi pada siswa dapat dicegah dengan peran aktif guru secara
optimal. Adapun latar belakang masalah penelitian ini yaitu: Pertama, SMK
Muhammadiyah 3 Metro adalah sekolah swasta umum yang diselenggarakan oleh
organisasi Muhammadiyah, oleh karena itu peserta didiknya dari berbagai latar
belakang yang berbeda. Kedua, guru merupakan garda terdepan dalam
mengantisipasi kenakalan remaja, lebih lagi terkait guru mata pelajaran Al-Islam
yang mengajarkan nilai-nilai keislaman, ketiga, pengembangan nilai-nilai karakter
dianggap cara yang efektif dalam mengantisipasi segala bentuk kenakalan yang
dilakukan peserta didik.
Fokus masalah penelitian ini adalah tentang apa saja peranan guru mata
pelajaran Al-Islam dalam pengembangan nilai-nilai karakter kemuhammadiyahan,
dan apa metode guru mata pelajaran Al-Islam dalam pengembangan nilai-nilai
karakter kemuhammadiyahan, serta apa saja kendala guru mata pelajaran Al-Islam
dalam pengembangan nilai-nilai kemuhammadiyahan di SMK Muhammadiyah 3
Metro. Sedangkan tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisa Peranan
guru mata pelajaran Al-Islam dalam pengembangan nilai-nilai karakter
Kemuhammadiyahan serta metode guru mata pelajaran Al-Islam dalam
pengembangan nilai-nilai karakter Kemuhammadiyahan, dan juga kendala yang
dihadapi oleh guru mata pelajaran Al-Islam dalam pengembangan nilai-nilai
kemuhammadiyahan di SMK Muhammadiyah 3 Metro.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan metode
penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah guru mata pelajaran Al-
Islam, Kepala Sekolah dan siswa SMK Muhammadiyah Muhammadiyah 3 Metro
dengan metode pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mereduksi data,
menyajikan data, dan menarik kesimpulan.
Hasil penelitian ini adalah (1) peranan guru mata pelajaran Al-Islam di SMK
Muhammadiyah 3 Metro sebagai pengajar, pembimbing, pendidik, uswatun
hasanah, dan motivator serta pelatih. (2) Metode guru Al-Islam dalam
pengembangan nilai-nilai karakter kemuhammadiyahan menunjukkan telah
dilakukan usaha dalam pengembangan setiap nilai karakter kemuhammadiyahan
seperti jujur, suka menolong, cinta tanah air, bekerja keras, taat dan patuh kepada
orang tua dan guru, rajin beribadah serta rajin menuntut ilmu. (3) Kendala yang
dihadapi dalam pengembangan nilai karakter kemuhammadiyahan tersebut yaitu,
Input dari penerimaan peserta didik yang berasal dari latar belakang yang berbeda,
Kurangnya pengetahuan dari peserta didik itu sendiri, Pergaulan serta lingkungan
peserta didik yang kurang baik, serta kesadaran dan juga kesungguhan pada diri
peserta didik untuk melakukan sesuatu hal yang baik.
iv
ABSTRACT
Nur Afrizal, 2018, The Role of Al-Islam Teacher to Development the Values
Characteristic of Muhammadiyah in SMK Muhammadiyah 3 Metro, Thesis
Postgraduate of IAIN Metro.
Al-Islam teacher developments the value of Muhammadiyah Chracteristic on
students using transfer of value function. So, the students’ mistake could be
minimalized and avoided by the role of active teacher optimally. The problem
background of this research are; firstly, SMK Muhammadiyah 3 Metro is one of the
private schools which is organized by Muhammadiyah organization, there are many
students come from different culture, religion, and social, included have different
attitude and how they interact among the students and to the teachers. Secondly,
teacher is the most important people who anticipate and minimalized the juvenile
delinquency, moreover the teacher of Al-Islam who has the most responsible in
developmenting the Islamic values on the students. Thirdly, the characteristic values
are as the effective way to anticipate all kind of juvenile delinquency.
The problems focus of this research are what the role of Al-Islam teacher are
to development the characteristic values of Muhammadiyah in SMK Muhammadiyah
3 Metro, and how Al-Islam teacher apply the method, and what constraints faced of
Al-Islam teacher are to development the caharacteristic values of Muhammadiyah in
SMK Muhammadiyah 3 Metro . The, the aims of this research are to know and
analyze what the role of Al-Islam teacher are to development the characteristic
values of Muhammadiyah on students of SMK Muhammadiyah 3 Metro, and how
Al-Islam teacher apply the method, and what constraints faced of Al-Islam teacher
are to development the caharacteristic values of Muhammadiyah in SMK
Muhammadiyah 3 Metro.
The kind of this research is field research using descriptive qualitative
research. The subject of this research is the teacher of Al-Islam, the headmaster, and
the students of SMK Muhammadiyah 3 Metro. The data collecting method used by
the researcher are; interview, observation, and documentation. The analyze the data,
the researcher collects the data, reduce the data, and conclude the research.
The result of this research are; 1) the role of Al-Islam teacher of SMK
Muhammadiyah 3 Metro is a the teacher, advisor, educator, motivator, coach and is
imitated by all the students, 2) the teacher has built the characteristic of
Muhammadiyah on the students, such as; honesty, helpful, work hard, ober the
parents and teachers, pray and study hole of the time. 3) the obstacles faced in
bulding the character of Muhammadiyah on students are; multicultural students who
has different culture, social and religion, the lach of students knoledge, and bad
students’ enviroment, the awareness and sincerity of the students to do best.
v
MOTTO
...اق ل خ م ه ن س ح ا اان م ي ا ن ي ن م ؤ لم ا ل م ك ا ...
“ ... Orang Mukmin Yang Paling Sempurna Imannya Adalah Mereka
Yang Paling Baik Akhlaknya...” 1
( HR. Ahmad)
1 HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Hakim, Shahihul Jami’ no. 1230
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segenap kerendahan hati dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, Tesis
ini ku persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku Bapak Untung Soponyono dan Ibu Markiyah yang
senantiasa mengasuh dan mendidik dengan penuh kasih sayang serta
selalu mendo’akan untuk keberhasilanku.
2. Kedua kakakku tercinta Asih Minarsih dan Yuli Rachmawati yang selalu
memberikan motivasi dan doa yang terus mengalir untuk kesusksesanku.
3. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2016 yang selalu memberi
semangat dan motivasi untuk menyelesaikan tesis ini.
4. Calon istri dan anakku dunia akhirat
5. Kepala sekolah SMK Muhammadiyah 3 Metro Bpk. Khoeroni, S.Sos dan
juga para guru mata pelajaran Al-Islam, serta seluruh staf dan karyawan
yang telah membantu dalam memberikan data guna untuk menyelesaikan
tesis ini.
6. Orang tua wali murid yang membantu memberikan informasi data guna
untuk menyelesaikan tesis ini.
7. Almamater kebanggaanku IAIN Metro.
Terima kasih saya ucapkan atas keihklasan dan ketulusannya dalam
mencurahkan cinta, kasih dan do’anya untuk saya. Terima kasih untuk perjuangan
vii
dan pengorbanan kalian semua. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang
dapat meraih kesuksesan dan kebahagiaan dunia akhirat.
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Pedoman Penulisan Arab dan Latin
Huruf Arab Huruf Latin
Huruf Arab Huruf Latin
ṭ ط tidak dilambangkan ا
ẓ ظ B ب
` ع T ت
G غ Ś ث
F ف J ج
Q ق ḥ ح
K ك Kh خ
L ل D د
M م Ż ذ
N ن R ر
W و Z ز
H ه S س
‘ ء Sy ش
Y ي Ş ص
ḍ ض
2. Maddah atau Vokal
viii
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harakat dan Huruf Huruf dan Tanda
 ى - ا -
Î ي -
Û و -
Pedoman Transliterasi ini di modifikasi dari Tim Puslitbang Lektur Keagamaan,
Pedoman Transliterasi Arab-Latin, proyek pengkajian dan pengembangan Lektur
Pendidikan Agama, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen
Agama RI, Jakarta, 2003.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tepat pada waktunya.
Penulisan tesis ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan program strata dua (S2) atau magister pada pascasarjana
IAIN Metro guna memperoleh gelar M.Pd.
Dalam upaya penyelesaian tesis ini, penuli telah menerima banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada Yth:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M. Ag, sebagai ketua IAIN Metro.
2. Ibu Dr. Hj. Tobibatussa’adah, M.Ag, sebagai Direktur Pascasarjana IAIN Metro.
3. Bapak Dr. Mahrus As’ad, M.Ag, sebagai Wakil Direktur DAN pembimbing I
yang banyak memberikan kontribusi bagi perbaikan penulisan tesis ini selama
bimbingan berlangsung.
4. Bapak Dr. Khoirurrijal, MA sebagai Kaprodi Pendidikan Agama Islam
Pascasrjana IAIN Metro sekaligus pembimbing II yang telah memberikan
banyak koreksi yang berharga dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak Ibu Dosen dan karyawan Pascasarjana IAIN Metro yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis, dan memberikan waktunya
sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta penulis yang senantiasa mendo’akan dan
memberikan dukungan dalam menyelesaikan pendidikan.
7. Semua pihak serta rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan bantuan
dan partisipasi baik materi maupun pemikiran serta motivasinya sehingga
penulisan tesis ini dapat terselesaikan.
x
Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaannya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat. Aamiin yaa Rabbal”alamiin.
Metro, 7 Februari 2018
Penulis
Nur Afrizal
NPM.1605651
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN.................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................... iii
ABSTRACT.................................................................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vi
PERNYATAAN ORISINILITAS ............................................................... vii
MOTTO ...................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ....................................................................................... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. x
KATA PENGANTAR ................................................................................ xii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Fokus Penelitian ....................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 10
E. Penelitian yang Relevan ............................................................ 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengembangan Nilai-nilai Karakter Kemuhammadiyahan ......... 16
1. Pengertian Nilai Karakter .................................................. 16
2. Nilai-nilai Karakter Kemuhammadiyahan .......................... 17
3. Tujuan Pengembangan Nilai-nilai Karakter ........................ 18
Sedangakan pada level mikro prinsip dan aktivitas yang perlu
dilaksanakan adalah:
1. Setiap guru bertanggung jawab dan bertugas mengembangkan karakter
siswa
2. Setiap guru mempelajari dan memahami ajaran Islam (apa yang terdapat
dalam Al-Qur’an dan Hadist) sesuai dengan mata pelajaran yang menjadi
tanggung jawabnya.
3. Setiap guru menginfuskan ajaran Islam dalam pembelajaran yang
menjadi tanggung jawabnya.
4. Setiap guru harus bisa merubah cara pandang dalam melaksanakan
pembelajaran
5. Setiap guru harus bisa memperankan dirinya sebagai guru yang memiliki
sifat CAVE (consistent added value everywhere).27
Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, sekolah-sekolah
Muhammadiyah memiliki peran yang besar dalam mewujudkan pendidikan
karakter. Peran ini sesungguhnya merupakan konsekuensi dari jati diri
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, amar ma’ruf nahi mungkar. Oleh
karena itu, sekolah sekolah Muhammadiyah harus menyambut program
pendidikan karakter bangsa dengan suka cita dan aktif berperan
mensukseskannya. Tujuan dan materi pendidikan karakter adalah bersumber
dari ajaran Islam, yakni akhlaqul karimah.
5. Metode dalam Pengembangan Nilai-nilai Karakter Kemuhammadiyahan
27 Ibid., hal. 111-112
27
Sesungguhnya metode dalam pengembangan karakter kepada peserta
didik di sekolah-sekolah Muhammadiyah sama seperti metode yang
dilakukan di sekolah-sekolah umum lainnya hanya pengembangan dalam
pengembangan karakter tersebut berbeda-beda pada setiap sekolah.
Dalam proses pendidikan, termasuk dalam pendidikan karakter
diperlukan metode-metode pendidikan yang mampu menanamkan nilai-nilai
karakter baik kepada siswa, sehingga siswa bukan hanya tahu tentang moral
(karakter) atau moral knowing. Tetapi juga di harapkan mereka mampu
melaksanakan moral atau moral action yang menjadi tujuan utama pendidikan
karakter. Berkaitan dengan hal ini, sesungguhnya metode dalam
pengembangan karakter kepada peserta didik di sekolah-sekolah
Muhammadiyah sama seperti metode yang dilakukan di sekolah-sekolah
umum lainnya hanya pengembangan dalam pengembangan karakter tersebut
berbeda-beda pada setiap sekolah.
Metode pendidikan yang di ajukan oleh Abdurrahman An-Nahlawi
dirasa dapat menjadi pertimbangan para pendidik dalam menginternalisasikan
pendidikan karakter kepada semua peserta didik. Metode-metode yang di
tawarkan oleh an-Nahlawi tersebut adalah sebagai berikut:28
a. Metode hiwar atau percakapan
Metode hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua
pihak atau lebih melalui Tanya jawab mengenai satu topic, dan dengan
sengaja di arahkan kepada satu tujuan yang di kehendaki. Dalam proses
pendidikan metode hiwar mempunyai dampak yang sangat mendalam
28 Abdurrahman Al-Nahlawi, Pendidikan Islam di rumah, Sekolah dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insanio Press, 1996), h. 284
28
terhadap jiwa pendengar (mustami’) atau pembaca yang mengikuti topic
percakapan dengan seksama dan penuh perhatian.
b. Metode Qishas atau Cerita
Menurut kamus ibn Manzur (1200 H), kisah berasal dari kata
qashsha-yaqushshu-qishshatan, mengandung arti potongan berita yang di
ikuti dan pelacak jejak. Menurut al-Razzi kisah merupakan penelusuran
terhadap kejadian masa lalu. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter
disekolah, kisah sebagai metode pendukung pelaksanaan pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting,karena dalam kisah-kisah terdapat
berbagai keteladanan dan edukasi.
c. Metode Amtsal atau Perumpamaan
Dalam mendidik umat manusia, Allah banyak menggunakan
perumpamaan (amtsal), misalnya terdapat firman Allah yang artinya:”
perumpamaan orang-orang kafir itu adalah adalah seperti orang yang
menyalakan api.” (Qs. Al Baqarah ayat 17). Dalam ayat yang lain Allah
berfirman, yang artinya:” perumpamaan orang yang berlindung kepada
selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah; padahal
rumah yang paling lemah itu adalah rumah laba-laba.” (Qs.Al-Ankabut
ayat 41).
Metode perumpamaan ini juga baiak di gunakan oleh para guru
dalam mengajari peserta didiknya terutama dalam menanamkan karakter
kepada meraka. Cara penggunaan metode Amtsal ini hampir sama
29
dengan metode kisah, yaitu dengan berceramah (membacakan kisah) atau
membaca teks.29
d. Metode Uswah atau Keteladanan
Dalam menanamkan karakterkepada peserta didik di sekolah,
keteladanan merupakan metode yang lebih efektif dan efisien. Karana
peserta didik (terutama siswa pada usia pendidikan dasar dan menengah)
pada umumnya cenderung meneladani (meniru) guru atau pendidiknya.
Hal ini memeng karena secara psikologis siswa memeng senang meniru,
tidak saja yang baik, bahkan terkadang yang jeleknya pun mereka tiru.
Guru atau pendidik adalahj orang yang menjadi anutan peserta
anak didiknya. Setiap anak mula-mula menggagumi kedua orang
tuannya. Semua tingkah laku orang tua ditiru oleh anak-anaknya. Karena
itu orang tua perlu memberikan keteladanan yang baik kepada anak-
anaknya. Ketika akan makan misalnya orang tua membaca basmalah,
anak menirukannya. Tatkala orang tua shalat, anak di ajak untuk
melakukannya, sekalipun mereka belum tau cara dan bacaannya. Tetapi
setelah anak itu sekolah maka ia mulai meneladani atau meniru apapun
yang dilakukan oleh gurunya. Oleh karenanya guru perlu memberikan
keteladanan yang baik kepada para peserta didiknya,agar pengembangan
karakter baik menjadi lebih efektif dan efisien.
e. Metode Pembiasaan
29 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 142
30
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara
berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Metode
pembiasaan ini berintikan pengalaman. Karena yang di biasakan itu ialah
sesuatu yang diamalkan. Dan inti kebiasaan adalah pengulanagn.
Pembiasaan menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewah,
yang dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang
melekat dan spontan, agar kegiatan itu dapat di lakukan dalam setiap
pekerjaan. Oleh karenanya, menurut para pakar, metode ini sanagt efektif
dalam rangka pembinaan karakter dan kepribadian anak. Orang tua
membiasakan anak-anaknya untuk bangun pagi. Maka bangun pagi itu
akan menjadi kebiasaan.
f. Metode ‘Ibrah atau Mau’idoh
Menurut an-Nahlawi kedua kata tersebut memiliki perbedaan dari
segi makna. Ibrah berarti suatu kondisi psikis yang menyampaikan
manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, dihadapi dengan
menggunakan nalar yang menyebabkan hati mengakuinya. Adapun kata
mau’idhoh ialah nasihat yang lembut yang di terima oleh hati dengan
cara menjelaskan pahala atau ancamannya.
g. Metode Targhib wa Tarhib
Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang
disertai dengan bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang
dilakukan. Targhib dan tarhib bertujuan agar orang mematuhi aturan
31
Allah. Akan tetapi keduanya mempunyai titik tekan yang berbeda.
Targhib agar melakukan kebaikan yang di perintahkan Allah, sedang
tarhib agar menjauhi perbuatan jelek yang di larang oleh Allah.
Metode ini di dasarkan atas fitrah manusia, yaitu sifat keinginan
kepada kesenangan, keselamatan, dan tidak menginginkan kesedihan dan
kesengsaraan.30 Targhib dan tarhib dalam pendidikan islam memiliki
perbedaan dengan metode hukuman dalam pendidikan barat. Perbedaan
mendasar menurut Ahmat tafsir adalah targhib dan tarhib bersandar
kepada ajaran Allah, sedangkan ganjaran daan hukuman bersandarkan
ganjaran dan hukuman duniawi. Sehingga perbedaan tersebut memiliki
implikasi yang cukup penting.
6. Pengembangan Nilai Karakter dalam Pendidikan Islam Muhammadiyah
Pendidikan karakter merupakan langkah penting dan strategis dalam
membangun kembali jati diri individu maupun bangsa. Tetapi penting untuk
segera dikemukakan bahwa pendidikan karakter haruslah melibatkan semua
pihak, rumah tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah, lebih luas
(masyarakat). Karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menyambung kembali hubungan dan educational network yang nyaris
terputus antara ketiga lingkungan pendidikan ini.31
Pada pendidikan Muhammadiyah, pendidikan memiliki dua fungsi
utama pada tataran mikro fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan
diri manusia secara utuh, optimal dan bermartabat. Pada tataran makro fungsi
pendidikan adalah untuk membangun kehidupan bangsa yang baik, makmur
dan sejahtera.32
30 Ibid., h. 147 31 Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, (Semarang: PUSLIT IAIN
Walisongo, 2010), h. 55 32 Zamroni, Percikan, Pemikiran Pendidikan Muhammadiyah, (Yogyakarta: Ombak,
2014), h. 93
32
Bahasa konstitusi Indonesia untuk tataran makro disebutkan pendidikan
memiliki peran untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pondasi
untuk mewujudkan Indonesia yang makmur, sejahtera dan maju.
B. Peran Guru Mata Pelajaran Al-Islam
1. Pengertian Guru Mata Pelajaran Al-Islam
Pendidik dalam Islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling
bertanggung jawab adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik, Tanggung
jawab itu ada, disebabkan oleh dua hal yaitu yang Pertama, Karena kodrat,
yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan karena itu
ia ditakdirkan pula untuk bertanggung jawab mendidik anaknya. Kedua,
karena kepentingan kedua orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap
kemajuan perkembangan anaknya.33
Dalam konteks pendidikan Islam pendidik sering disebut dengan
murabbi, mu’allim, mu’addib, mudarris dan mursyid. Kelima istilah tersebut
mempunyai tempat tersendiri menurut peristilahan yang dipakai dalam
pendidikan dalam konteks Islam. Di samping itu, istilah pendidik kadang kala
disebut melalui gelarnya, seperti istilah ustadz dan al-syaykh.34
Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan
seluruh potensisnya baik potensi kognitif (ilmu pengetahuan), afektif (sifat),
psikomotorik (keterampilan). Dalam islam orang tualah yang bertanggung
jawab penuh atas perkembangan anak-anaknya. Karena sukses tidaknya anak
sangat tergantung pada pengasuhan, perhatian, dan pendidikannya
Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah pada al-Qur’an surat at-
Tahrim ayat 6:
33 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosydakarya,2011), h. 74. 34 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014),
h. 87
33
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. ( Q.S: At-Tahrim: 6 ).35
Sebagai pendidik yang pertama dan utama terhadap anak-anaknya,
orang tua tidak selamanya memiliki waktu yang leluasa dalam mendidik
anak-anaknya. Selain karena kesibukan kerja, tingkat efektivitas dan efisiensi
pendidikan tidak akan baik jika pendidikan hanya dikelola secara alamiah.
Dalam konteks ini, anak lazimnya dimasukkan ke dalam lembaga sekolah,
yang karenanya, definisi pendidik di sini adalah mereka yang memberikan
pelajaran peserta didik, yang memegang suatu mata pelajaran tertentu di
sekolah.
Penyerahan peserta didik ke lembaga sekolah bukan berarti
melepaskan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik yang pertama dan
utama, tetapi orang tua tetap mempunyai saham yang besar dalam membina
dan mendidik anak kandungnya.36
35 Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2008) h. 448 36 Abdul Mujib, Ilmu., h. 88
34
Pendidik adalah orang yang mendidik. Dalam pengertian yang lazim
pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan
pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan peserta didiknya
dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat
kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya,
mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah
SWT, dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai
makhluk individu yang mandiri.37
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
megajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik.
Pengertian guru pendidikan agama Islam atau kerap disingkat
menjadi guru agama Islam adalah orang yang memberikan materi
pengetahuan agama Islam dan juga mendidik murid-muridnya, agar mereka
kelak menjadi manusia yang taqwa kepada Allah swt. Di samping itu, guru
agama Islam juga berfungsi sebagai pembimbing agar para murid sejak mulai
sekarang dapat bertindak dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat
mempraktikkan syariat Islam.38
Di dalam al-Qur’an dan as-Sunah yang merupakan sumber utama
ilmu pendidikan Islam, terdapat sejumlah istilah yang mengacu kepada istilah
pendidik. Istilah tersebut antara lain al-murabbi, al-mu’allim, al-muzakki, al-
ulama’, al-rasikhuna fi al-‘ilm, ahl-al-dzikr, al-muaddib, al-mursyid, al-
ustad, alul al-bab, ulu al-nuha, al-faqih dan muwai’id.
Adanya tersebut menunjukkan bahwa seorang pendidik dalam ajaran
Islam memiliki peran dan fungsi yang amat luas. Ketika berperan sebagai
orang yang menumbuhkan, membina, mengembangkan potensi anak didik
serta membimbingnya maka ia disebut al-murabbi; ketika berperan sebagai
pemberi wawasan ilmu pengetahuan dan keterampilan ia disebut sebagai
37 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 159. 38 M. Shodiq, Kamus Istilah Agama, (Jakarta: CV Sientarama, 1988), h.369.
35
almu’allim; ketika ia membina mental dan karakter seseorang agar memiliki
akhlak mulia, maka ia disebut al-muzakki; ketika berperan sebagai peneliti
yang berwawasan transendental serta memiliki kedalaman ilmu agama dan
ketaqwaan yang kuat kepada Allah maka ia disebut al-‘ulama’;ketika dapat
berfikir mendalam dan menangkap makna yang tersembunyi maka ia disebut
al-rasikhuna fi al-‘ilm; ketika tampil sebagai pakar yang mumpuni dan
menjadi rujukan ia disebut ahl al- dzikr; ketika ia dapat menyinergikan hasil
pemikiran rasional dan hasil perenungan emosional, maka ia disebut ulul al
bab; ketika ia membina kader-kader masa depan bangsa yang bermoral,
maka ia disebut al-mu’addib; ketika ia menunjukkan sikap yang lurus dan
menanamkan kepribadian yang jujur maka ia disebut sebagai al-mursyid;
ketika berperan sebagai ahli agama, maka kader masa depan bangsa yang
bermoral, maka ia disebut al-mu’addib; ketika ia menunjukkan sikap yang
lurus dan menanamkan kepribadian yang jujur maka ia disebut sebagai al-
mursyid; ketika berperan sebagai ahli agama, maka ia disebut fakih.39
Berdasarkan wawancara pada tanggal 2 Mei 2017, yang dimaksud dengan
guru Al-Islam adalah guru yang mengajarkan ilmu agama Islam seperti
guru pendidikan Islam pada umumnya seperti tauhid, Ibadah, akhlak dan
lain-lain, juga mendidik dan membimbing peserta didiknya guna
diarahkan untuk menjadi manusia yang bermanfat di dunia dan akhirat dan
tentunya sesuai dengan apa yang telah diturunkan Allah dalam Al-Qur’an
dan termuat dalam sunnah shahiihah yang berupa perintah, larangan dan
petunjuk. Yang membedakan guru pendidikan agama Islam dengan guru
Al-Islam hanyalah penamaan dan juga pengembangan materi dalam
pelajaran.40
39 Ibid, h. 165.
40 Wawancara dengan guru Al-Islam pada tanggal 2 Mei 2017 di SMK Muhammadiyah 3
Metro
36
Jadi, guru Al-Islam adalah seorang yang memiliki kemampuan untuk
memberikan pengajaran, mendidik, membimbing peserta didiknya untuk di
arahkan menjadi manusia yang lebih baik sesuai dengan perintah Allah
Subhanallahu wata’ala yang terdapat dalam Al-qur’an dan Hadits dan dapat
berguna bagi agama, keluarga dan juga bangsanya.
2. Peran dan Tugas Guru Mata Pelajaran Al-Islam
Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah
menyempurnakan, membersihkan, mensucikan serta membawakan hati
manusia untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah swt. Hal tersebut
karena tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan
diri kepadaNya. Jika pendidik belum mampu membiasakan diri dalam
peribadatan pada peserta didiknya, maka ia mengalami kegagalan dan
tugasnya, sekalipun peserta didiknya memiliki prestasi akademis yang luar
biasa. Hal itu mengandung arti akan keterkaitan antara ilmu dan amal saleh.
Kadang kala sesorang terjebak sebutan pendidik, misalnya ada
sebagian orang yang mampu memberikan dan memindahkan ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge) kepada orang lain sudah dikatakan
sebagai pendidik bukanlah tugas itu saja, tetapi pendidik juga betanggung
jawab atas pengelolahan (manager of learning), fasilitator, dan perencana.
Oleh karena itu, fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dapat
disimpulkan menjadi tiga bagian yaitu:
a) Sebagai pengajar, yang bertugas merencanakan program pengajaran dan
melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan
pelaksanaan penilaian setelah program dilakukan.
37
b) Sebagai pendidik, yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan dan kepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah swt.
menciptakannya.
c) Sebagai pemimpin, yang memimpin, mengendalikan kepada diri sendiri,
peserta didik dan masyakat yang terkait, terhadap barbagai masalah yang
direktor, mediator dan evaluator serta pelatih. Hal ini diperlukan sebagai
bekal untuk pengabdian dirinya dalam meraih cita-cita mulia yaitu tujuan
pendidikan universal. Pendidik dalam bahasa Jawa identik disebut guru
yaitu (gu dan ru) yang berarti “digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu
(dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai,
wawasan dan pandangan luas tentang kehidupan ini. Dikatakan ditiru
(diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya
segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh
peserta didiknya.
3. Kode Etik Guru Mata Pelajaran Al-Islam
Kriteria pendidik yang dikemukakan Imam al-Ghazali diantaranya
yaitu:
a) Menerima segala problema peserta didik dengan hati dan sikap yang
terbuka dan tabah.
45 Oemar hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan pendekatan kompetensi, (Bandung: PT
Bumi Aksara 2002), h. 43
44
b) Bersikap penyantun dan penyayang.
c) Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak.
d) Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama.
e) Bersikap rendah hati ketika menyatu dengan kelompok masyarakat.
f) Menghilangkan aktifitas yang sia-sia tiada guna.
g) Bersikap lemah lembut dalam menghadapai peserta didik yang tingkat
kecerdasannya rendah.
h) Meninggalkan sikap marah dalam menghadapi problema peserta didik.
i) Memperbaiki sikap peserta didiknya dan bersikap lemah lembut.
j) Meninggalkan sifat yang menakutkan pada peserta didik yang belum
mengerti, tidak bermutu, tidak sesuai dengan materi yang diajarkan.
k) Menerima kebenaran yang diajukan oleh peserta didik.
l) Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses pendidikan walaupun
itu datangnya dari peserta didik.
m) Mencegah dan mengontrol peserta didik yang mempelajari ilmu yang
membahayakan.
n) Menanamkan sifat ikhlas pada peserta didik, serta terus-menerus mencari
informasi guna disampaikan pada peserta didik yang akhirnya mencapai
tingkat Taqarrub kedekatan dengan Allah.
o) Mencegah peserta didik mempelajari ilmu kolektif (fardhu kifayah),
Sebelum mempelajari ilmu fardhu ain, seperti: akidah, akhlak, syari’ah.
p) Mengaktualisasikan ilmu yang diajarkan peserta didik.46
46 Abuddin Nata, Ilmu .........., h. 169.
45
Sementara itu, berikut kode etik yang harus dipenuhi oleh guru Al-
Islam di sekolah Muhammadiyah: 47
a) Berkepribadian Muhammadiyah
b) Mentaati peraturan di persyarikatan dan kedinasan
c) Menjaga nama baik persyarikatan
d) Berpartisipasi aktif dalam persyarikatan
e) Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab
f) Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat
g) Menaati jam kerjamenciptakan suasana kerja yang harmonis dan kondusif
h) Melaporkan kepada atasan, apabila ada yang merugikan persyarikatan
i) Menggunakan aset Muhammadiyah secara bertanggung jawab
j) Memberikan pelayanan sebaik-baiknya sesuai tugas masing-masing
k) Bersikap tegas, adil dan bijaksana
l) Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas
m) Menjadi suri tauladan
n) Meningkatkan prestasi dan karir
o) Menaati ketentuan peraturan perundang undanan yang berlaku
p) Berpakaian rapi dan sopan, serta sikap dan berprilaku santun
q) Menciptakan kawasan tanpa rokok di lingkungan pendidikan.
4. Sifat Guru Mata Pelajaran Al-Islam
47 Draf DIKDASMEN PP Muhammadiyah
46
Berikut merupakan sifat-sifat yang lazimnya dimiliki oleh pendidik
muslim sehingga ia dapat menjalankan fungsinya dengan baik, sebagaimana
yang telah Allah perintahkan:
a) Zuhud: tidak mementingkan materi, ia mengajar dengan tujuan mendapat
keridhoan Allah SWT semata.48
b) Pandai menarik simpati siswa sehingga ia menjadi figur, panutan dan suri
tauladan bagi peserta didik.
c) Pandai memahami karakter murid, mencakup pembawaan, pembiasaan,
perasaan dan pemikiran.
d) Sabar, penyayang, lemah lembut, rendah hati dan pemaaf.
e) Adil dan tegas dalam berbuat dan bertutur kata.
f) Bijaksana dalam mengambil keputusan.
Adapun sifat atau karakter orang Muhammadiyah adalah sebagai
berikut: 49
a) Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan
b) Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah
c) Lapang dada, luas pemandangan dengan memegang teguh ajaran Islam
d) Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan
e) Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan
falsafah negara yang sah.
f) Amar ma’ruf nahi mungkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh
teladan yang baik
48 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1997) h. 85 49 Haedar Nashir, Memahami Ideologi Muhammadiyah, (Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2014) h. 134
47
g) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan
pembangunan sesuai dengan ajaran Islam.
h) Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha
menyiarkan dan mengamalkan agama Islam, serta membela
kepentingannya.
i) Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam
memelihara dan membangun negarauntuk mencapai masyarakat yang
adil dan makmur yang diridhoi Allah.
j) Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini merupakan
jenis penelitian yang berusaha untuk mengembangkan konsep, pemahaman,
teori dari kondisi lapangan dan berbentuk deskripsi. Penelitian kualitatif ini suatu
penelitian yang mendeskripsikannya melalui bahasa non-numerik dalam konteks
dan paradigma alamiah.
Peneliti akan mengungkap fenomena atau kejadian dengan cara
menjelaskan, memaparkan/menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan
terperinci melalui bahasa yang tidak berwujud nomor/angka.
Penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati. 50
Penelitian ini termasuk field research atau penelitian lapangan yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari lokasi atau lapangan.
Kaitannya dengan penelitian ini, langkah yang dilakukan adalah mengumpulkan
data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terkait peran guru Al-Islam dalam
pengembangan nilai-nilai karakter kemuhammadiyahan terhadap peserta didik
SMK Muhammadiyah 3 Metro.
50 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan Tindakan, (Bandung:
Refika Aditama, 2012) h.181
49
1. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yaitu suatu penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat suatu individu, keadaan,
gejala atau kelompok tertentu dengan apa adanya.
Metode deskriptif adalah “suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.51
Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan secara sistematis fakta dan
karakteristik objek atau subjek yang teliti secara tepat.
Penelitian yang peneliti lakukan merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif yang mengungkapkan gejala-gejala yang nampak dari
mencari fakta-fakta khususnya mengenai peran guru Al-Islam dalam
pengembangan nilai-nilai karakter kemuhammadiyahan terhadap peserta didik
SMK Muhammadiyah 3 Metro.
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek data yang diperoleh dari
sebuah penelitian.52
Sumber datanya dapat diperoleh berdasarkan dari dua sumber yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari
subjek penelitian dengan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung
51 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011) h. 54 52 Sumadi Suryabarata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h.
38
50
pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.53 Artinya sumber data yang
diperoleh langsung dari sumbernya yaitu guru Al-Islam dan peserta didik SMK
Muhammadiyah 3 Metro.
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber primer untuk mendapatkan data
kepala sekolah, guru Al-Islam, para guru, staf karyawan, dan lain-lain.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh melalui buku-
buku pustaka yang ditulis orang lain, dokumen-dokumen yang merupakan hasil
penelitian dan hasil laporan.54
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa sumber data
sekunder adalah sumber data kedua yaitu sumber data yang diperoleh dari
sumber lain yang tidak berkaitan secara langsung, seperti data yang diperoleh
dari perpustakaan antara lain buku-buku yang membahas tentang peran guru
mata pelajaran Al-Islam dan nilai-nilai karakter kemuhammadiyahan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti untuk memperoleh data yang objektif dan valid, berkaitan dengan
peran guru mata pelajaran Al-Islam dalam pengembangan karakter
Muhammadiyah terhadap peserta didik SMK Muhammadiyah 3 Metro. Maka
digunakan beberapa metode ilmiah sebagai landasan untuk mencari pemecahan
terhadap permasalahan tersebut. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah:
a. Wawancara
53 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 91 54 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung : Pustaka Setia, 2008)h. 93
51
Metode pengumpulan data melalui wawancara dalam penelitian
kualitatif umumnya dimaksudkan untuk mendalami dan lebih mendalami suatu
kejadian dan atau kegiatan subjek penelitian. Wawancara amat diperlukan
dalam penelitian kualitatif, karena banyak hal yang tidak mungkin dapat
diobservasi langsung, seperti perasaan, pikirann, motif, serta pengalaman masa
lalu responden/informan.55
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan sebuah tanya jawab antara
dua orang atau lebih yang satu sebagai pewawancara dan yang lain sebagai
sumber informasi.
Jenis wawancara dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan oleh
pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan
terperinci.
2) Wawancara tidak terstruktur yaitu dalam wawancara serupa ini tidak
dipersiapkan daftar pertanyaan sebelumnya dan boleh menanyakan
apa saja yang dianggapnya perlu dalam situasi wawancara itu,
Pertanyaan tidak diajukan dalam urutan yang sama, bahkan
pertanyaannya pun tak selalu sama. Namun ada baiknya bila
pewawancara sebagai pegangan mencatat pokok-pokok penting yang
akan dibicarakan sesuai dengan tujuan wawancara.56
Penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur yaitu
wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa beberapa
pertanyaan lengkap dan terperinci. Dalam pelaksanaannya, peneliti
menggunakan metode wawancara terpimpin (Guided Interview), yaitu interview
yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa beberapa pertanyaan
lengkap dan terperinci.
55 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian., h.213 56. Nasution, Metode Research, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h. 119
52
Peneliti dalam pelaksanaannya menggunanakan wawancara terstruktur
pewawancara telah mempersiapkan beberapa pertanyaan tentang peran guru Al-
Islam dalam pengembangan karakter Muhammadiyah terhadap peserta didik
SMK Muhammadiyah 3 Metro, yang nantinya akan ditanyakan kepada
narasumber sehingga hasilnya akan digunakan dan dianalisa dalam
menyelesaikan penelitian ini.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan memungkinkan peneliti melihat dan
mengamati kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi di SMK
Muhammadiyah 3 Metro baik kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dewan guru,
karyawan, dan siswa-siswi SMK Muhammadiyah 3 Metro pada keadaan
sebenarnya. “dalam melakukan pengamatan apapun cara yang dimainkan
pengamat, satu hal yang penting adalah kemampuan peneliti untuk catatan
lapangan (fieldnote) yang mendeskripsikan kejadian yang relevan dengan fokus
penelitian yang teramati.”57
Melalui observasi ini nantinya juga dapat digunakan untuk melakukan cek
dan ricek data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi
sehingga nantinya dapat mendukung validitas atau keabsahan data yang diperoleh
dan metode ini sangat tepat untuk mengetahui Peran guru, keadaan guru, siswa
dan untuk mengetahui bagaimana peran guru Al-Islam dalam pengembangan
karakter Muhammadiyah terhadap peserta didik SMK Muhammadiyah 3 Metro.
c. Dokumentasi
57 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian., h. 211
53
Dokumentasi adalah “Berupa barang-barang tertulis, seperti buku harian,
majalah, dokumen, notulen rapat dan lain-lain”.58
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa dokumentasi
adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui berbagai catatan. Metode
dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang sejarah
berdirinya, denah lokasi, struktur organisasi, jumlah guru dan peserta didik SMK
Muhammadiyah 3 Metro.
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data
Penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif ialah penelitian yang
dilaksanakan tanpa mengadakan manipulasi kedaan atau situasi yang diharapkan
menjadi dasar timbulnya data tersebut.59
Pada pendapat lain, Lexy. G. Moleong mengemukakan bahwa seorang
peneliti yang mengadakan penelitian kualitatif biasanya berorentasi teoritis.60
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa penelitian
deskriptif bermakna segala konsep dan teori yang ada atau diperoleh, diungkapkan
secara apa adanya tanpa harus ada rekayasa atau pemanipulasian data.
Uji keabsahan data dilakukan dengan berbagai cara agar data yang
diperoleh merupakan data yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sehingga
akan menjamin kredibilitas data tersebut di antaranya adalah:
1. Perpanjangan Pengamatan
58 Moh Nazir, Metode Penelitian, h.149 59 Ibid, h. 20 60 Lexy. G. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 23
54
Dengan melakukan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan
peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk, semakin akrab (tidak ada
jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi
yang disembunyikan lagi. Peneliti dalam hal ini memiliki waktu yang relatif
panjang untuk melakukan penelitian di SMK Muhammadiyah 3 Metro sehingga
dapat menguji keabsahan data yang diambil.
2. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Peningkatan
ketekunan dalam penelitian dilakukan agar data terkait peranan guru mata
pelajaran Al-Islam dalam pengembangan nilai-nilai karakter
kemuhammadiyahan di SMK Muhammadiyah 3 Metro secara mendalam.
3. Triangulasi.
Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Cara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan triangulasi teknik dengan melalui teknik
wawancara, observasi serta dokumentasi dan triangulasi sumber data untuk
mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber yaitu guru Al-Islam di
SMK Muhammadiyah 3 Metro, pihak Kepala Sekolah dan beberapa orang tua
untuk memberikan konfirmasi terhadap data yang diperoleh dari nara sumber
agar data tersebut dapat lebih dipercaya.
4. Mengadakan Member Check
55
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Jadi, tujuan member check adalah agar informasi atau
data yang diperoleh dan akan digunakan dalam penelitian laporan sesuai dengan
apa yang dimaksud sumber data atau informan.61
E. Teknis Analisis Data
Data mentah yang dikumpulkan oleh peneliti akan ada gunanya setelah
dilakukan analisis. Analisis dalam penelitian merupakan bagian dalam proses
penelitian yang sangat penting, karena dengan analisis data yang ada akan nampak
manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan
akhirnya penelitian.
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.13
Setelah peneliti memperoleh data yang diperlukan, maka data tersebut
diolah dan dianalisa dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu proses mencari
dan menyusun secara berurutan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami
menjadi sebuah penjelasan mengenai tentang peran guru Al-Islam dalam
61 Ibid . 13. Lexy. G. Meleong, Metodologi Penelitian., h.97.
56
pengembangan nilai-nilai karakter kemuhammadiyahan di SMK Muhammadiyah 3
Metro.
Data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi yaitu peran guru Al-
Islam dalam pengembangan nilai-nilai karakter kemuhammadiyahan di SMK
Muhammadiyah 3 Metro. Setelah semua bahan yang diperlukan didapat,
kemudian dianalisis dan diambil kesimpulan bahwa metode analisis yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah metode yang cenderung menggunakan sistem
berfikir untuk mengemukakan teori dan fakta-fakta nyata dari data yang ada untuk
menggali peran guru Al-Islam dalam pengembangan nilai-nilai karakter
kemuhammadiyahan terhadap peserta didik SMK Muhammadiyah 3 Metro.
57
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Prespektif Islam,
Bandung: Remajarosydakaraya, 2012.
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2014.
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media Group, 2010.
Abdurrahman Al-Nahlawi, Pendidikan Islam di rumah, Sekolah dan Masyarakat,
Jakarta: Gema Insanio Press, 1996
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, Bandung: Remaja
Rosydakarya, 2011.
Ahmad Husen, et al, Model Pendidikan Karakter, Sebuah Pendekaan Monoliik
Universitas Negeri Jakarta, Jakarta: Kemendiknas, 2010.
Arif Rohman, Politik Ideologi Pendidikan, Yogyakarta: LaksBang Mediatama,
2009. cet. I
Arismantoro, Tujuan Berbagai Aspek Character Building Bagaimana Mendidik
Anak Berkarakter, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008.
Data Struktur Organisasi SMK Muhammadiyah 3 Metro
Data Profil SMK Muhammadiyah 3 Metro
Dokumen SMK Muhammadiyah 3 Metro
Draf DIKDASMEN PP Muhammadiyah
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, Bandung : Pustaka Setia, 2008.
Edi Susanto, Pendidikan Karakter bagi Anak-Anak Tunagrahita di SLB Negeri
Pembina Yogyakarta, Tesis, Yogyakarta: Program Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.
Erni Zuliana, Nilai-Nilai Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Arab (Studi
Kasus di Madrasah Aliyah Negeri 1 Sragen Jawa Tengah), Tesis,
Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2013.
58
Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, Semarang: PUSLIT IAIN
Walisongo, 2010
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi Pendidikan,
Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986.
HM.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991