BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat, berupa lambang bunyi bahasa Pengajaran Bahasa Indonesia yang diterapkan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas menurut kurikulum 1984 terdapat enam aspek bahan pengajaran yaitu membaca, kosa kata, struktur, menulis, pragmatik, dan apresiasi bahasa dan sastra Indonesia. Dari keenam aspek tersebut satu sama lainnya saling berhubungan. Dari keenam aspek tersebut, salah satu yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu pokok bahasan struktur dengan subpokok bahasan ragam kalimat, khususnya kalimat perintah. Penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ragam kaliamat yang ditinjau dari proses belajar mengajar yang disesuaikan dengan kurikulum dan Garis-
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat,
berupa lambang bunyi bahasa
Pengajaran Bahasa Indonesia yang diterapkan di Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas menurut kurikulum 1984 terdapat enam aspek bahan
pengajaran yaitu membaca, kosa kata, struktur, menulis,
pragmatik, dan apresiasi bahasa dan sastra Indonesia. Dari
keenam aspek tersebut satu sama lainnya saling berhubungan.
Dari keenam aspek tersebut, salah satu yang akan dibahas dalam
penelitian ini yaitu pokok bahasan struktur dengan subpokok
bahasan ragam kalimat, khususnya kalimat perintah.
Penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
ragam kaliamat yang ditinjau dari proses belajar mengajar yang
disesuaikan dengan kurikulum dan Garis-garis Besar Program
Pengajaran Bidang Studi Bahasa Indonesia tahun 1994.
Adapun susunan bahan dan proses belajar mengajar struktur dari
sub pokok bahasan tata kalimat yaitu ragam kalimat yang terdiri
atas :
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut di atas dan
agar pelaksanaan penelitian ini lebih terarah maka penulis
membatasi masalah penelitian ini sebagai berikata ulang :
1) Penggunaan macam-macam kata ulang dalam naskah
drama Perahu Retak;
2) Ketepatan Penggunaan kata ulang dalam naskah drama
Perahu Retak dari segi bentuk dan maknanya;
3) Kesesuaian naskah drama Perahu Retak sebagai bahan
pengajaran struktur kata ulang di kelas II SMU ditinjau
dari GBPP Bahasa dan Sastra Indonesia SMU tahun 1994
1.2.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang dan pembatasan masalah seperti
dikemukakan di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut
:
1) Apakah dalam naskah drama Perahu Retak
terdapat pemakaian bermacam-macam kata ulang?
2) Apakah dalam penggunaan bentuk dan makna
kata ulang dalam naskah drama Perahu Retak dilakukan
dengan tepat?
3) Apakah naskah drama Perahu Retak sesuai bila
dijadikan bahan pengajaran struktur kata ulang di kelas
2 SMU bila ditinjau dari GBPP Bahasa dan Sastra
Indonesia SMU 1994 kata ulangrikata ulanglum 1994?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1989:965)
dinyatakan bahwa tujuan adalah arah, haluan, yang dituju, maksud,
serta tuntutan (yang dituntut). Adapun tujuan yang ingin penulis
capai sehubungan dengan penelitian ini adalah:
1) Untuk mendiskripsikan macam-macam kata
ulang dalam naskah drama
Perahu Retak
2) Untuk mendiskripsikan tingkat ketepatan pemakaian
kata ulang dalam naskah drama Perahu Retak, dan
3) Untuk mendiskripsikan kesesusiam naskah drama Perahu
Retak bila dijadikan bahan pengajaran struktur kata
ulang dikelas 3 SMU.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kata Ulang
2.1.1 Pengertian Kata Ulang
Banyak pakar tata bahasa yang membicarakan tentang karta
ulang dan permasdlahannya, namun hanya beberpa saja diantara
mereka yang memberikan batasan tentang pengertian kata ulang
itu sendiri. Dari bebereapa pendapat tentan kata ulang, penulis
kemukakan berikata ulang ini :
Dalam buku kata ulang Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia,
secara ringkas dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan kata
ulang atau kata berulang ialah kata yang terjadi dari pengulangan
kata dasar ( Alisyahbana,1976:65). Dengan demikian, setiap kata
dasar yang diulang merupakan sebuah kata ulang. Sesuai dengan
batasan ini, dapat diambil contoh kata buku-buku yang merupakan
kata ulang dari kata dasar buku, ayam-ayam yang merupakan
pengulangan dari kata dasar ayam, dan sebagainya.
Sementara itu, menurut Ramlan (1985:57) kata ulang
merupakan hasil pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya
maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.
Satuan yang diulang itu merupakan bentuk dasar. Untuk dapat
memahami batasan atau pengertian ini, maka perlu pula dipahami
apa yang dimaksud dengan istilah satuan gramatik itu sendiri.
Satuan gramatik adalah satuan-satuan yang mengandung arti, baik
arti leksikal maupun arti gramatik (Ramlan 1985:24).
Selanjutnya, di dalam Kamus Linguistik dijelaskan bahwa kata
ulang adalah kata yang terjadi sebagai hasil reduplikasi, seperti
apa yang dmaksud dengan reduplikasi? Reduplikasi adalah proses
dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau
satuan gramatikal. Misalnya rumah-rumah, tetamu, bolak-balik
(Kridalaksana,1984:167).
Kesimpulan dari ketiga batasan di atas kata ulang itu
merupakan hasil pengulangan dari bentuk atau satuan dasar, baik
sebagiannya maupun keseluruhannya, baik dengan variasi fonem
maupun tidak.
2.1.2 Bentuk Dasar Kata Ulang
Dalam uraian di atas telah dinyatakan bahwa kata ulang itu
memiliki satuan yang diulang, dan satuan yang diulang itu disebut
bentuk dasar. Di samping itu, pengulangan ada yang dilakukan
secara keseluruhan, sebagian, ada yang dengan variasi fonem, ada
yang tidak. Lalu bagaimana menentukan bentuk dasar kata ulang
itu?
Untuk dapat menentukan bentuk dasar sebuah kata ulang
terlebih dahulu harus dipahami maksud dari bentuk dasar itu
sendiri. Yang dimaksud dengan bentuk dasar ialah sebuah bentuk
bahasa yang menjadi tumpuan pembentukkan bentuk-bentuk yang
lain yang lebih luas (Parera,1994:48).
Sebagaian kata ulang dengan mudah dapat ditentukan
bentuk dasarnya dalam hal ini, dapat diambil contoh kata rumah-
rumah dengan bentuk dasar rumah, perumahan-perumahan
dengan bentuk dasarnya perumahan, sakit-sakit dengan bentuk
dasarnya sakit. Tetapi pada bentuk kata ulang yang lain seperti
bentuk berkata-kata atau menyanyi-nyanyian tidaklah mudah
semudah menentukan bentuk dasar kata di atas. Apakah bentuk
dasar berkata-kata itu kata atau berkata? Demikian pula dengan
nyanyi-nyanyian, apakah bentuk dasarnya nyanyi atau nyanyian?
Dengan melihat contoh-contoh berikata ulang, jelas bahwa
ternyata tidak semua kata ulang dapat ditentukan bentuk dasarnya
dengan mudah.
Sehubungan dengan masalah itu, Ramlan (1985:59-61)
mengemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar
kata ulang.
1) Pengulangan pada umumnya tidak mengubah
golongan kata. Dengan petunjuk ini, dapat ditentukan bahwa
bentuk dasar kata ulang yang merupakan golongan verbal,
baik kata sifat maupun kata kerja, maka pengulangannya
akan berbentuk verbal pula. Demikian pula dengan kata yang
bentuk dasarnya nominal, maka pengulangannya akan
berbentuk nominal pula. Namun, petunjuk ini tidak berlakata
ulang bagi kata ulang yang menggunakan se – nya. Contoh-
contoh berikut kata ulang ini akan menunjukan hal itu.
Berkata-kata ( kata kerja) : bentuk dasarnya berkata (kata
kerja)
pukul-memukul (kata kerja) : bentuk dasarnya memukul
( kata kerja)
Gunung-gunung ( kata nomina ) : bentuk dasarnya gunung
( kata nomina )
Cepat-cepat (kata sifat) : bentuk dasarnya cepat ( kata sifat )
Setinggi-tingginya (kata keterangan) : bentuk dasarnya tinggi
( kata sifat )
2) Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat
dalam penggunaan bahasa. Misalnya kata ulang
mempertahan-tahankan, bentuk dasarnya bukan
mempertahan melainkan mempertahankan karena
mempertahan tidak terdapat dalam pemakaian bahasa
Berdasarkan uraian dan contoh-contoh di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa bentuk dasar kata ulang ialah sebuah bentuk
bahasa yang menjadi tumpuan pembentukan kata ulang. Bentuk
dasar kata ulang ini umumnya tidak mengubah golongan kata,
kecuali pada pengulangan dengan se – nya. Di samping itu, bentuk
dasar kata ulang selalu berupa satuan yang terdapat dalam
penggunaan bahasa.
2.1.3 Macam-Macam Kata Ulang
Berdasarkan bentuknya, kata ulang itu dapat dibagi-bagi
kedalam berbagai macam golongan.
1) Kata Ulang Penuh
Yang tergolong dalam jenis ini ialah semua kata ulang yang
dihasilkan oleh perulangan unsurnya secara penuh ( Badudu,
1984:21 ). Sutan Takdir Alisyahbana menyebut kata ulang penuh
ini dengan perulangan murni/kata ulang murni, yaitu kata dasar
diulang dengan tidak dapat mengalami perubahan sedikitpun
(Alisyahbana, 1976:65).
Sementara itu, Ramlan menyebut kata ulang penuh ini
sebagai perulangan seluruh. Pengulangan seluruh adalah
pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa berubah fonem dan tidak
berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks (Ramlan, 1985:62).
Contoh kata ulang penuh:
kebaikan kebaikan-kebaikan
sepeda sepeda-sepeda
sekali sekali-sekali
buku buku-buku
pembangunan pembangunan-pembangunan
2) Pengulangan Sebagian
Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian dari
bentuk dasarnya. Di sini, bentuk dasar tidak diulang seluruhnya.
Hampir semua bentuk dasar pengulangan galongan ini berupa
bentuk kompleks (Ramlan, 1985:63).
Badudu (1984:23) menyebut kata ulang jenis ini kata ulang
dwipurwa. Namun, dalam contoh-contoh dan uraian tadi, ternyata
kata ulang dwipurwa ini hanya meyangkata ulangt sebagian, yaitu
yang berupa bentuk tunggal.
Contoh pengulangan bentuk tunggal atau kata ulang
dwipurwa:
Lelaki
Tetamu
Leluhur
Tetua
Tetangga
Pepohonan
Kekayaan, dsb.
Di samping contoh pengulangan sebagian bentuk tunggal
(dwipurwa) di atas, berikut ini penulis sajikan contoh pengulangan
sebagian bentuk kompleks.
a) Bentuk meN- :
Mengambil mengambil-ambil
Membaca membaca-baca
Menjalankan menjalan-jalankan
melambaikan melambai-lambaikan
mengemasi mengemas-ngemasi
b) Bentuk ber- :
berjalan berjalan-jalan
bertemu bertemu-temu
bersiap bersiap-siap
berkata berkata-kata
bermain bermain-main
c) Bentuk di- :
ditarik ditarik-tarik
dikemasi dikemas-kemasi
disodorkan disodor-sodorkan
d) Bentuk ter- :
terbatuk terbatuk-batuk
tergoncang tergoncang-goncang
tersenyum tersenyum-senyum
e) Bentuk ber-an :
berlari berlari-larian
berdekatan berdekat-dekatan
berjauhan berjauh-jauhan
berhamburan berhambur-hamburan
berpukulan berpukul-pukulan
f) Bentuk –an :
minuman minum-minuman
makanan makan-makanan
karangan karang-karangan
sayuran sayur-sayuran
g) Bentuk ke- :
kedua kedua-dua
kelima kelima-lima
3) Kata Ulang Berimbuhan
Yang tergolong dalam jenis ini ialah semua kata ulang yang
salah satu unsurnya berimbuhan: awalan, sisipan, atau akhiran
(Badudu,1984:21).alisyahbana (1976:65) menyebut golongan kata
ulang ini perulangan yang mendapat awalan, akhiran atau sisipan.
Sementara itu, Ramlan menyebutnya sebagai perulangan
yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Maksudnya,
pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses
pembumbuhanafiks dan bersama-sama pula mendukung satu
fungsi (Ramlan,1985:66).
Contoh kata ulang berimbuhan:
jalan berjalan-jalan
anak anak-anakan
dalam sedalam-dalamnya
turun turun-temurun
4) Kata Ulang Berubah Bunyi
Dalam kata ulang berubah bunyi, yang mengalami perubahan
bunyi itu boleh unsur pertama kata ulang itu, boleh juga unsur
kedua (Badudu,1984:22). Menurut takdir, perulangan yang disertai
perubahan bunyi atau huruf yang dikandung kata dasar, contohnya
adalah serba-serbi lekak-lekuk, sayur-mayur, selang-seling
(Alisyahbana, 1976:65).
Ramlan(1985:68) menyebut kata ulang macam ini
pengulangan dengan perubahan fonem. Kata ulang yang
pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit.
Dalam perubahan fonem ini, bisa berupa perubahan fonem, vokal,
bisa juga fonem konsonan.
Contoh kata ulang dengan perubahan bunyi (fonem) vokal:
Balik bolak-balik
Gerak gerak-gerik
Serbi serba-serbi
Lekuk lekak-lekuk
Contoh kata ulang dengan perubahan bunyi (fonem) konsonan:
lauk lauk-pauk
ramah ramah-tamah
tali tali-temali
sayur sayur-mayur
5) Kata Ulang Semu
Yang dimaksud kata ulang semu ialah kata yang dipakai
dalam bentuk ulang seperti itu. Bila tidak diulang maka
komponennya itu tidak mempunyaimakna, atau mempunyai makna
tapi tidak ada hubungannya dengankata ulang tersebut
(Badudu,1984:22).
Menurut Alisyahbana (1976:67), kata ulang semu dalam
bahasa Indonesia ini merupakan kata ulang yang tidak tentu
asalnya dan tidak tentu artinya, yaitu semata-mata telah menjadi
satu kata saja.
Contoh kata ulang semu : kura-kura
Pundi-pundi
Kupu-kupu
2.1.4 Fungsi dan Arti Kata Ulang
Di dalam bab tentang penentuan bentuk dasar kata ulang,
telah dijelaskan bahwa hasil dari suatu proses pegulangan itu tidak
akan mengubah golongan kata, kecuali pengulangan dengan se-
nya. Jadi, pengulangan sebuah kata akan menurunkan jenis kata
yang sama apabila kata itu tidak diulang.
Seperti penulis telah jelaskan, pada dasarnya perulangan itu
mempunyai fungsi untuk menghasilkan makna tertentu. Dengan
demikian, artinya akan lebih mudah ditentukan
Tentang fungsi kata ulang ini, Ramlan (1985:163)
menyatakan bahwa proses pengulangan ada yang berfungsi
mengubah golongan kata dan ada yang tidak. Pendapat tersebut
dapat menjadi buktinya. Kesimpulan yang dapat diambil dalam
fungsi kata ulang ini adalah bahwa kata ulang tidak mengubah
golongan atau jenis kata , kecuali pengulangan yang menggunakan
se-nya. Dengan demikian, berarti bahwa fungsi pengulangan
adalah untuk menghasilkan makna tertentu.
2.1.4.1 Arti / Makna Kata Ulang
Arti yang dihasilkan oleh proses pengulangan adalalah:
1). Intensitas / Menegaskan / Menguatkan arti yang dibedakan atas:
a. Intensitas
kualitatif
: (angkat) tinggi-tinggi, (perhatikan)
(menegaskan)
b. Intensitas
kuantitatiff
(banyak/jamak)
c. Intensitas
Frekuantitatiff
:
:
baik-baik, dan sebagainya
meja-meja, gambar-gambar,
pohon-pohon, dan sebagainya
melambai-lambai, berjalan-jalan,
meminta-minta, dan sebaginya
2) Melemahkan arti : Kemerah-merahan, pening-
pening, duduk-duduk, dan
sebagainya
3) Menyatakan saling/resiprok : Bersalam-salaman, bantu-
membantu, tembak-menembak,
dan sebagainya
4) Banyak dan bermacam-
macam
: Buah-buahan, akar-akaran
Rumput-rumputan, sayur-sayuran,
biji-bijian, dan sebaginya
Demikianlah tentang kata ulang dan hal-hal yang termasuk
didalamnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam
penulisannya, kata ulang ditandai oleh tanda penghubung (-) di
antara pengulangan itu. Satu hal lagi yang perlu diperhatikan
dalam cara penulisan kata ulang adalah sebagai kutipan berikut :
Kata dasar yang diawali dengan konsonan tajam k, p, t, dan s apabila mendapat awalan me-, maka konsonan-konsonan tersebut akan lebur dan digantikan oleh persenggaungan yang timbul. Mengingat konsonan pertamanya sudah lebur dan digantikan oleh persenggaungan yang timbul, maka kata dasar
yang mendapat awalan me- itu akan berubah. Dengan demikian, maka unsur perulangan yang kedua akan menyesuaikan kata dasarnya atau unsur perulangan yang pertama (Santoso,1990:70).
2.2 Kedudukan Pengajaran Struktur Kata Ulang Dalam GBPP Bahasa
dan Sastra Indonesia SMA 1987 kata ulangrikata ulanglum 1984
dikelas 3
Garis-garis besar program pengajaran (GBPP) Bahasa
Indonesia adalah salah satu komponen dari perangkat kurikulum
yang merupakan pedoman para guru dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari di sekolah (Depdikbud, 1987:v). GBPP
merupakan pedoman para guru berisi materi minimal yang perlu
dipelajari oleh siswa untuk mencapai tujuan kurikuler dan tujuan
intruksional umum.
Agar setiap guru Bahasa Indonesia dapat melaksanakan
tugas kependidikannya dengan baik, maka setiap guru bahasa
Indonesia perlu memahami sungguh- sungguh isi GBPP Bahasa
Indonesia ini.
2.2.1 Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler ialah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap
mata pelajaran. Dengan demikian, tujuan kata ulangrukata ulangler
bahasa indonesia adalah tujuan yang ingin dicapai dalam
pengajaran Bahasa Indonesia. Dengan kolom tujuan kurikuler yang
terdapat didalam GBPP Bahasa dan Sastra Indonesia, guru dapat
memperoleh informasi tentang tujuan pengajaran bahasa indonesia
untuka tiap jenis sekolah. Dalam perumusan tujuan kurikuler ini,
guru juga memperoleh informasi tentang kemampuan dan
keterampilan apa yang dimiliki oleh siswa setelah mengikata
ulangti program pendidikan sesuai jenis sekolahnya.
Apapun tujuan kurikuler bahasa dan sastra Indonesia adalah
siswa memiliki kemampuan berbahasa indonesia yang baik dan
benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai
situasi dan tujuan berbahasa dan tingkat pengalaman siswa SMA
(Depdikbud, 1987:47). Tujuan kurikuler ini berlakata ulang untuk
kelas 1, 2, dan 3.
2.2.2 Tujuan Intruksional Umum
Tujuan intruksional ini merupakan penjabaran dari tujuan
kata ulangrikata ulangler. Dalam pencapaiannya, tujuan ini, harus
dijabarkan lagi ke dalam tujuan intruksional khusus.
Dengan kolom tujuan intruksional umum yang terdapat
dalam GBPP, guru bahasa Indonesia akan memperoleh informasi
tentang pengalaman belajar yang perlu diusahakan oleh siswa
dengan penyajian pokok bahasaan, sub pokok bahasan, atau
materi tertentu (Depdikbud, 1987:v).
Apapun tujuan intruksional umum tentang pokok bahasan
struktur kata ulang untuk kelas tiga menurut GBPP Bahasa dan
Sastra Indonesia SMA 1987, Adalah siswa dapat memahami dan
dapat menggunakan kata ulang serta dapat
mengkomunikasikannya kedalam kalimat secara tulisan/lisan.
Seperti penulis singgung di atas, tujuan ini dapat
pencapaiannya harus dijabarkan kedalam tujuan pengajaran yang
lebih khusus lagi, yaitu yang disebut tujuan intruksional khusus.
Kalau ditujuan intruksional itu menggunakan kata kerja yang masih
bersifat umum dan sullit diukur seperti memahami, menggunakan.
Maka tujuan intruksional khusus harus digunakan kata kerja khusus
dan dapat diukur. Hal itu sesuai yang dikemukakan oleh Kosadi
Hidayat dan Iim Rahmina (1991:49) bahwa dalam perumusan
tujuan itu hendaknya bersifat spesifik dan operasional sehingga
dapat diukur.
2.2.3 Bahan Pengajaran Struktur Kata Ulang
Bahan pengajaran struktur kata ulang adalah materi atau
bahan pengajaran struktur kata ulang yang harus disampaikan
kepada siswa. Dalam kolom bahan pengajaran (pokok bahasan dan
uraian),guru dapat dapat memperoleh informasi tentang jenis
pokok bahasan kedalaman dan keluasan materi
9Depdikbud,1987:v).
Apapun bahan pengajaran struktur kata ulang untuk kelas 3,
meliputi :
1) Menggunakan kata ulang utuh dalam kalimat
dengan memperhatikan contoh penggunaannya yang salah.
2) Menggumakan bermacam-macam bentuk
kata ulang kata kerja dalam kalimat dengan memperhatikan
fungsi atau artinya atau kesalahan penggunaan.
3) Menggunakan kata ulang sebagian dalam
kalimat dengan memperhatikan komponen pokok kata
bentukan itu, serta makna perulangannya.
4) Menggunakan kata ulang kata ganti dalam
kalimat dengan memperhatikan perbedaan maknanya
dengan bentuk tanpa perulangan.
Bahan pengajaran kesatu dan kedua di atas, merupakan
bahan pengajaran yang di programkan pada semester ke 5 dengan
waktu masing-masing 1 ½ jam pelajaran. Bahan pengajaran ketiga
dan keempat adalah bahan pengajaran yang diprogramkan pada
semester ke-6, dengan waktu masing-masing 1 jam dan 1 ½ jam jam
pelajaran.pelajaran.
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk memberikan
pengertian tentang kata-kata atau frase-frase yang terdapat dalam
kalimat judul penelitian, agar jelas maksud dan arahnya.
1) Analisis
Pengertian analisis di dalam KBBI dijelaskan sebagai:
a) Penyelidikan terhadap suatu peristiwa ( karangan, perbuatan,
dsb ) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-
musabah, duduk perkaranya,dsb)
b) Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian
untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman
arti keseluruhan
c) Penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya
d) Proses pemecahan suatu persoalan yang dimulai dengan
dugaan akan kebenarannya (Depdikbud, 1989: 32)
2) Kata Ulang
Kata ulang dalam Kamus Linguistik dijelaskan sebagai kata
yang terjadi sebagai hasil reduplikasi, seperti rumah-rumah
(Kridalaksana, (1984:91). Sementara itu, reduplikasi dijelaskan
sebagai hasil perulangan suatu sebagai alat fonologis atau satuan
gramatik; misalnya rumah-rumah (Kridalaksana, 1984:167).
3) Naskah Drama Perahu Retak
Untuk memahami frase ini secara keseluruhan, perlu pula
dipahami tentang arti naskah drama itu sendiri. Pertama , naskah
berarti karangan yang masih ditulis dengan tangan atau karangan
seseorang sebagai karya asli (depdikbud, 1988: 610). Kedua,
drama itu 1) komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat
menggambarkan kehidupan atau watak melalui tingkah laku
(akting) atau dialog yang dipentaskan; 2) cerita atau kisah yang
terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus