LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN DEMAM BERDARAH OLEH Rismeni Saragih, SST., M.Kes AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI 2015
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT
PENYULUHAN
DEMAM BERDARAH
OLEH
Rismeni Saragih, SST., M.Kes
AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB l PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan .......................................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Pengertian DBD ............................................................................................ 3
2.2 Faktor Penyakit DBD ..................................................................................... 3
2.3 Prilaku dan Siklus Hidup Aedes Aegypti ...................................................... 4
2.4 Penyebab DBD .............................................................................................. 5
2.5 Gejala DBD .................................................................................................... 8
2.6 Fase DBD ....................................................................................................... 8
2.7 Cara Pencegahan DBD .................................................................................. 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 10
3.2 Saran ............................................................................................................. 10
Daftar Pustaka
Lampiran 1 : Surat Permohonan Bantuan Dana Dari Dosen
Lampiran 2 : Surat Balasan Persetujuan Bantuan Dana Dari Yayasan
Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penyuluhan ditujukan Kepada Kepala Sekolah
Negeri 3 Binjai
Lampiran 4 : Surat Balasan Penyuluhan dari Sekolah SMA Negeri 3 Binjai
Lampiran 5 : Daftar Nama Petugas Penyuluhan (Dosen dan Mahasiswa)
Lampiran 6 : SAP Penyuluhan
Lampiran 7 : Print-out Power Point Penyuluhan
Lampiran 8 : Leaflet/ Alat Bantu Penyuluhan
Lampiran 9 : Daftar Hadir Peserta Penyuluhan
Lampiran 10 : Dokumentasi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Permohonan Bantuan Dana Dari Dosen
Lampiran 2 : Surat Balasan Persetujuan Bantuan Dana Dari Yayasan
Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penyuluhan ditujukan Kepada Kepala Sekolah
Negeri 3 Binjai
Lampiran 4 : Surat Balasan Penyuluhan dari Sekolah SMA Negeri 3 Binjai
Lampiran 5 : Daftar Nama Petugas Penyuluhan (Dosen dan Mahasiswa)
Lampiran 6 : SAP Penyuluhan
Lampiran 7 : Print-out Power Point Penyuluhan
Lampiran 8 : Leaflet/ Alat Bantu Penyuluhan
Lampiran 9 : Daftar Hadir Peserta Penyuluhan
Lampiran 10 : Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan – genangan air yang
terjadi pada selokan yang buntu, gorong – gorong yang tidak lancar serta adanya banjir yang
berkepanjangan, perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi atau berkembangbiaknya
nyamuk pada genangan – genangan tersebut sehingga dapat mengakibatkan musim nyamuk
telah tiba pula, itulah kata-kata yang melakat pada saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi
adanya musim nyamuk dengan cara pengendalian nyamuk dengan pendekatan perlakukan
sanitasi lingkungan atau non kimiawi yang tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya
pengendalian secara kimiawi.
Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga yang disebut
nyamuk. Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan bahkan nyaris
tanpa batas. Namun, berdampingannya manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif.
Tetapi nyamuk dianggap mengganggu kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang
dibunuh manusia jauh lebih banyak daripada jumlah manusia yang meninggal karena
nyamuk, perang terhadap nyamuk seolah menjadi kegiatan tak pernah henti yang dilakukan
oleh manusia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah,
sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.Penyakit ini banyak ditemukan didaerah
tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter
dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak M Demam Berdarah Dengue (DBD) kini
sedang mewabah, tak heran jika penyakit ini menimbulkan kepanikan di Masyarakat. Hal ini
disebabkan karena penyakit ini telah merenggut banyak nyawa. Berdasarkan data dari
Departemen Kesehatan RI terdapat 14 propinsi dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan
Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian meninggal
sebanyak 54 orang.
DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam penyakit inipun
telah menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan 16.000 orang menderita, serta
429 jiwa meninggal dunia, hal ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998 (Tempo,
2004). WHO bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah kecil dengan
daya tahan tubuh ringkih, terinfeksi demam berdarah setiap tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai pembesaran
hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi
darah dan pasien jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita ke
penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat
dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan memotong siklus penyebarannya
dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes
aegypti adalah dengan melakukan Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk memberantas jentik nyamuk. Program studi
Kesehatan Lingkungan Program Diploma tiga Kesehatan FIK UMS sebagai salah satu
institusi yang dapat melaksanakan fogging merasa bertanggung jawab untuk mencegah
penyebaran penyakit ini. Sebagai wujud kepedulian itu maka dilaksanakan program fogging
di beberapa daerah.
Berbagai upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah
dilaksanakan meliputi : promosi kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk,
pencegahan dan penanggulangan faktor resiko serta kerja sama lintas program dan lintas
sector terkait sampai dengan tingkat desa /kelurahan untuk pemberantasan sarang nyamuk.
Masalah utama dalam upaya menekan angka kesakitan DBD adalah belum optimalnya upaya
pergerakan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah
Dengue. Oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD
tersebut perlu di tingkatkan antara lain pemeriksaan jentik secara berkala dan
berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk
DBD.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan tentang penyakit demam berdarah
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memberi pengetahuan mengenai penyakit demam berdarah dengue dan penyebabnya.
2. Memberi pengetahuan tentang cara penularan dan vektor penyakit demam berdarah
3. Memberi pengetahuan tentang patogenitas DBD
4. Memberikan informasi tentang cara pemberantasan penyakit demam berdarah.
5. Memberikan pengetahuan tentang cara pengobatan penyakit demam berdarah.
6. Mengetahui gejala dan berbagai pencegahan untuk penyakit demam berdarah tersebut.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Sebagai bahan masukan kepada siswa-siswi tentang penyebab terjadinya DBD
1.3.2 Untuk memenuhi tugas dosen dalam Tridarma Peerguruan Tinggi terutama tugas
terhadap pengabdian masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demam Berdarah
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah,
sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India,
Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan
lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri ;-) seringkali salah dalam penegakkan diagnosa,
karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti Flu dan Tipes
(Typhoid).
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas / inkubasi
selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan
menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah
(Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan
trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit
diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).Timbulnya beberapa gejala klinik yang
menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare,
menggigil, kejang dan sakit kepala. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan
gusi. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah
2.2 Faktor Penyakit Demam Berdarah Dengue
1. Aedes aegypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa
virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga
merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran
jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai
pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan
bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota.
Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan
mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran
penyakit demam berdarah.
Terjadinya penularan virus Dengue tidak dapat dilepaskan dari keberadaan
vektornya, karena tanpa adanya vektor tidak akan terjadi penularan. Ada beberapa vektor
yang dapat menularkan virus Dengue tetapi yang dianggap vektor penting dalam
penularan virus ini adalah nyamuk Aedes aegypti walaupun di beberapa negara lain Aedes
albopictus cukup penting pula peranannya seperti hasil penelitian yang pernah dilakukan
di pulau Mahu Republik Seychelles (Metsellar, 1997).
Untuk daerah urban Aedes albopictus ini kurang penting peranannya (Luft,1996).
Selain kedua spesies ini masih ada beberapa spesies dari nyamuk Aedes yang bisa
bertindak sebagai vektor untuk virus Dengue seperti Aedes rotumae, Aedes cooki dan
lain-lain. Sub famili nyamuk Aedes ini adalah Culicinae, Famili Culicidae, sub Ordo
Nematocera dan termasuk Ordo diptera (WHO, 2004).
Bila nyamuk Aedes menghisap darah manusia yang sedang mengalami viremia,
maka nyamuk tersebut terinfeksi oleh virus Dengue dan sekali menjadi nyamuk yang
infektif maka akan infektif selamanya (Putman JL dan Scott TW., 1996). Selain itu
nyamuk betina yang terinfeksi dapat menularkan virus ini pada generasi selanjutnya lewat
ovariumnya tapi hal ini jarang terjadi dan tidak banyak berperan dalam penularan pada
manusia. Virus yang masuk dalam tubuh nyamuk membutuhkan waktu 8-10 hari untuk
menjadi nyamuk infektif bagi manusia dan masa tersebut dikenal sebagai masa inkubasi
eksternal (WHO, 1997).
2. Ciri morfologi
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna
hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan.
Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian
kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada
umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-
nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung
dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan.
Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan
yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena
nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.
Untuk genus Aedes ciri khasnya bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip
ujungnya dan memiliki cerci yang lebih panjang dari cerci nyamuk lainnya. Nyamuk
dewasa mempunyai ciri pada tubuhnya yang berwarna hitam mempunyai bercak-bercak
putih keperakan atau putih kekuningan, dibagian dorsal dari thorak terdapat bercak yang
khas berupa 2 garis sejajar di bagian tengah dan 2 garis lengkung di tepinya. Aedes
albopictus tidak mempunyai garis melengkung pada thoraknya. Larva Aedes mempunyai
bentuk siphon yang tidak langsing dan hanya memiliki satu pasang hair tuft serta pecten
yang tumbuh tidak sempurna dan posisi larva Aedes pada air biasanya membentuk sudut
pada permukaan atas.
Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air dalam keadaan
menempel pada dinding tempat perindukannya. Telur Aedes aegypti mempunyai dinding
yang bergaris-garis dan membentuk bangunan menyerupai gambaran kain kasa. Seekor
nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur.
Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari
(Srisasi G et al., 2000).
2.3 Perilaku Dan Siklus Hidup Aedes Aegypti
Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan
penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap
darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk
memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi
dari nektar bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-
benda berwarna hitam atau merah. Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena
anak-anak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka
yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.
Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik
di dalam rumah ataupun luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang
dengan dua puncak yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum matahari
terbenam (15.00-17.00) (Srisasi G et al., 2000).
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang
mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan
virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam mengisap darah,
berulang kali menusukkan proboscis nya, namun tidak berhasil mengisap darah sehingga
nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus
menjadi semakin besar.
Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan
perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun
tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan A.
albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).
Semua tempat penyimpanan air bersih yang tenang dapat menjadi tempat berkembang
biak nyamuk Aedes misalnya gentong air murni, kaleng kosong berisi air hujan, bak
kamar mandi atau pada lipatan dan lekukan daun yang berisi air hujan, vas bunga berisi
air dan lain-lain. Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak ditemukan berkembang biak pada
kontainer yang ada dalam rumah.
Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan
waktu sekitar 10-12 hari dan umur nyamuk Aedes aegypti betina berkisar antara 2 minggu
sampai 3 bulan atau rata-rata 1,5 bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara
sekelilingnya (Biswas et al., 1997).
Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada
permukaan air bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah
satu dengan yang lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat
empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1
ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah
menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari
sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga
nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika
kondisi lingkungan tidak mendukung.
Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam
keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya,
larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat
berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai
contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk
dewasa yang cenderung lebih rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang
kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk-nyamuk.
Nyamuk Aedes aegypti lebih senang mencari mangsa di dalam rumah dan
sekitarnya pada tempat yang terlindung atau tertutup. Hal ini agak berbeda dengan Aedes
albopictus yang sering dijumpai diluar rumah dan menyukai genangan air alami yang
terdapat di luar rumah misalnya potongan bambu pagar, tempurung kelapa, lubang pohon
yang berisi air (Allan, 1998). Tempat peristirahatan nyamuk Aedes aegypti berupa semak-
semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan yang terdapat di
halaman/kebun/pekarangan rumah, juga berupa benda-benda yang tergantung di dalam
rumah seperti pakaian, sarung, kopiah dan lain sebagainya (Srisasi G et al., 2000).
Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis
dan subtropis yang terletak antara 35º lintang utara dan 35º lintang selatan. Selain itu
Aedes aegypti jarang ditemukan pada ketinggian lebih dari 1.000 m. Tetapi di India
pernah ditemukan pada ketinggian 2.121 m dan di California 2.400 m. Nyamuk ini
mampu hidup pada temperatur 8ºC-37ºC. Aedes aegypti bersifat Anthropophilic dan
sering tinggal di dalam rumah (WHO, 1997).
Kemampuan terbang nyamuk betina bisa mencapai 2 km tetapi kemampuan
normalnya kira-kira 40 meter. Nyamuk Aedes mempunyai kebiasaan menggigit berulang
(multiple bitters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat.
Hal ini disebabkan karena nyamuk Aedes aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu.
Keadaan ini sangat membantu Aedes aegypti dalam memindahkan virus Dengue ke
beberapa orang sekaligus sehingga dilaporkan adanya beberapa penderita DBD di dalam
satu rumah (Depkes, 2004).
Memonitor kepadatan populasi Aedes aegypti merupakan hal yang penting dalam
mengevaluasi adanya ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue di suatu daerah dan
pengukuran kepadatan populasi nyamuk yang belum dewasa dilakukan dengan cara
pemeriksaan tempat-tempat perindukan di dalam dan luar rumah. Ada 3 angka indeks
yang perlu diketahui yaitu indeks rumah, indeks kontainer dan indeks Breteau (Srisari G
et al., 2000). Indeks Breteau adalah jumlah kontainer yang positif dengan larva Aedes
aegypti dalam 100 rumah yang diperiksa. Indeks Breteau merupakan indikator terbaik
untuk menyatakan kepadatan nyamuk, sedangkan indeks rumah menunjukkan luas
persebaran nyamuk dalam masyarakat. Indeks rumah adalah prosentase rumah
ditemukannya larva Aedes aegypti. Indeks kontainer adalah prosentase kontainer yang
positif dengan larva Aedes aegypti. Penelitian dari Bancroft pada tahun 1906 memberi
dasar kuat untuk mempertimbangkan Aedes aegypti sebagai vektor dengan cara
menginfeksi 2 sukarelawan di daerah tempat terjadinya infeksi alamiah. Dasar ini
didukung pula dengan hasil penelitian Cleland dan kawan-kawan tahun 1917, juga
penelitian dari Jupp tahun 1993 di Afrika Selatan yang menyatakan populasi Aedes
aegypti paling besar potensinya sebagai vektor untuk virus DEN-1 dan DEN-2 (WHO,
2002).
2.4 Penyebab Demam Berdarah
Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk
Aedes Aegepty. Virus tersebut disalurkan melalui aliran darah manusia setelah nyamuk
yang terinfeksi virus demam berdarah dengue menggigit manusia. Perlu anda ketahui
penyakit demam berdarah bukanlah penyakit menular, dalam artian penyebaran penyakit
ini tidak bisa ditularkan dari manusia ke manusia secara langsung, namun nyamuklah
yang menjadi perantaranya. Berikut ini gambar nyamuk demam berdarah yang perlu anda
waspadai.
Dalam beberapa kasus gejala demam berdarah tidak dapat serta merta dikenali, namun
perlu pengujian tes darah terlebih dahulu untuk memastikan bahwa korban terkena
penyakit demam berdarah atau penyakit lain. Demam berdarah memang sulit didiagnosis
karena gejalanya sangat mirip dengan penyakit flu atau tipes. Oleh karena itu dokter selalu
menganjurkan kepada siapa saja untuk segera memeriksakan diri apabila mengalami sakit
yang diduga demam berdarah.
Karakteristik Nyamuk Demam berdarah :
Nyamuk tersebut lebih suka hidup dalam ruangan, tempat kumuh ataupun genangan air
Nyamuk mempunyai kemampuan terbang yang baik, jadi sulit ditangkap
Biasanya aktif pada waktu pagi dan siang hari
Biasanya gigitan terjadi pada area kaki atau pergelangan kaki
Gigitannya kadang tidak sakit, sehingga kadang orang tidak menyadarinya
2.5 Gejala Demam Berdarah
Tak lengkap rasanya bila makalah demam berdarah ini tidak dilengkapi dengan
gejala demam berdarah. Sebenarnya gejalanya cukup sulit dibedakan dengan penyakit
lain, namun beberapa ahli kesehatan telah merangkumnya dalam beberapa gejala ini:
Sakit kepala yang parah
Suhu badan menjadi tinggi, bahkan mencapai 38 hingga 40 derajat celcius
Terdapat bintik-bintik merah di tubuh
Mata bagian belakang terasa sakit
Menjadi sangat gelisah dan disertai keringat dingin pada ujung kaki dan telapak tangan
Pendarahan yang tidak wajar, kadang seseorang bisa mimisan
Apabila anda sudah memeriksakan diri ada beberapa parameter yang digunakan oleh
tim medis untuk menentukan apakah seseorang mengalami demam berdarah atau tidak
dengan melakukan tes tourniquet. Tes Tourniquet merupakan salah satu yang telah
dianjurkan oleh WHO untuk menentukan apakah seseorang mengalami demam berdarah
atau tidak. Tes Tourniquest atau Rumpel-Leede merupakan metode diagnosis klinis yang
menguji kerapuhan dinding kapiler untuk mengidentifikasi trombositopenia, pengujian ini
secara sederhana digunakan untuk mengetahui tingkat gangguan vaskuler maupun
trombosit. Apabila pengujian menunjukkan hasil positif maka ada gangguan trombosit
yang mengacu pada gejala demam berdarah.
2.6 Fase Demam Berdarah
Tak lengkap rasanya bila makalah demam berdarah ini tidak dilengkapi dengan fase-fase yang
harus dilewati ketika terserang DB. Seseorang yang mengalami demam berdarah akan
mengalami 3 fase penentuan hidup, fase ini merupakan karakteristik yang perlu diperhatikan
karena kadang fase ini membingungkan, apalagi saat fase kritis. Fase kritis dalam demam
berdarah kadang diartikan sebagai titik sembuh karena pada saat itu suhu badan yang tadinya
tinggi menjadi turun. Berikut ini fase-fase yang harus dihadapi semua orang ketika
terdiagnosa mengalami demam berdarah.
1. Fase Pertama
Fase pertama adalah ketika seseorang terdiagnosis demam berdarah, fase ini biasanya terjadi
pada hari pertama hingga ketiga seseorang mengalami gejala-gejala demam berdarah. Fase ini
bisa dibilang virus sedang menyebar melalui saluran darah manusia setelah masuk melalui
gigitan nyamuk. Pada fase ini seseorang akan mengalami sakit kepala yang luar biasa dan
bahkan merasa gelisah hingga terbangun dari tidurnya saat malah hari.
2. Fase Kedua
Fase kedua biasanya terjadi pada hari keempat hingga kelima. Pada fase ini demam / suhu
badan yang tinggi menjadi turun sehingga banyak orang mengira bahwa pada saat fase ini
penyakit demam berdarah mau sembuh. Sebenarnya fase kedua adalah fase demam berdarah
yang terberat atau bisa juga dibilang fase kritis, suhu badan yang turun pada pasiesn
sebenarnya terjadi karena pasien mengalami Dengue Shock Syndrome atau lebih dikenal
DSS. DSS adalah masa dimana kekebalan tubuh menjadi berkurang yang ditandai dengan
wajah yang pucat, pendarahan bahkan kesadaran mulai berkurang. Kematian terbesar dalam
demam berdarah terjadi pada fase ini.
3. Fase Ketiga
Fase ketiga adalah fase yang biasanya terjadi pada hari ketujuh hingga kedelapan, fase ini
menandakan bahwa pasien telah melewati masa kritis dan menuju fase penyembuhan. Fase ini
ditandai dengan kondisi badan yang mulai stabil, nyeri maupun ngilu sudah berkurang
sehingga nafsu makan kembali normal. Fase ini pun bisa dikenali dengan lancarnya buang air
seni oleh pasien.
2.7 Cara Pencegahan Demam Berdarah
Dalam memerangi demam berdarah, kita bisa melakukan beberapa langkah
pencegahan. Berikut ini beberapa cara pencegahan demam berdarah yang dapat dilakukan
dilingkungan keluarga:
1. Menguras Bak Mandi
Bak mandi merupakan tempat nyamuk berkembang biak, bintik-bintik tersebut senang sekali
hidup dalam genangan air seperti bak mandi. Usahakan selalu menguras setidaknya seminggu
sekali agar terhindar dari bintik-bintik nyamuk.
2. Menutup Penampungan Air
Penampungan air ada banyak macamnya, contohnya seperti bak kontrol, septitank ataupun
beberapa tempat yang dipergunakan untuk menyimpan persediaan air. Genangan air tersebut
merupakan tempat ideal berkembangnya nyamuk demam berdarah. Anda harus selalu
mengontrol kondisi air dan menutupnya rapat-rapat.
3. Mengubur Barang Bekas
Selain merusak pemandangan, barang bekas / sampah sering menjadi tempat bersembunyinya
nyamuk. Anda perlu membersihkan lingkungan agar terhindar dari berkembangnya nyamuk
demam berdarah ditempat tinggal anda.Ketiga cara pencegahan demam berdarah diatas sering
disebut dengan istliah 3M. Jadikan kebiasaan 3M menjadi bagian dari hidup sehat anda dan
keluarga. Sekian bahasan mengenai makalah demam berdarah yang bisa saya share untuk
menambah pengetahuan anda, semoga bermanfaat dan membantu anda terhindar dari penyakit
demam berdarah.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Penyakit DBD disebabkanoleh fogging merupakan salah satu upaya untuk
memberantas nyamuk yang merupakan vektor penyakit demam berdarah sehingga rantai
penularan penyakit dapat diputuskan. Selain fogging juga dapat dilakukan abatisasi, yaitu
penaburan abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air pada tampungan air yang
ditemukan jentik nyamuk.
3.2 Saran
Dalam memerangi demam berdarah, kita bisa melakukan beberapa langkah
pencegahan. Berikut ini beberapa cara pencegahan demam berdarah yang dapat dilakukan
dilingkungan keluarga:
1. Menguras bak mandi
2. Menutup penampungan air
3. Mengubur barang bekas
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2011. Vektor DBD. http://indonesiannursing.com/2008/05/vektor-dbd.
Anonym. 2011. Etiologi dan PatogenesisDBD.http://indonesiannursing.com/2008/05/etiologi-
dan-patogenesis-dbd/.
http://remisumartasaragih.blogspot.com/2013/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1keperawatan/207312037/BAB%20I.pdf
http://indonesiannursing.com/2008/05/program-penanggulangan-dbd-di-
http://majalahkesehatan.com/nyamuk-transgenik-harapan- baru-penanggulangan-dbd
DAFTAR NAMA DAN TUGAS DOSEN/MAHASISWA
YANG TERLIBAT DALAM PENYULUHAN /PENGABDIAN
MASYARAKAT TAHUN 2015
N
o
Nama Tugas / Kegiatan
1
2
DOSEN
Sarinah ,SST., M.Kes
MAHASISWA
1. Fitriyani Sihombing
Nim : 121204006
2. Siti Rohani
Nim : 121204020
3. Betesda
Nim : 131305003
Penanggung jawab /
mengkordinir semua kegiatan
Mengatur jadwal / tempat
penyuluhan
Melengkapi peralatan yang di
butuhkan selama acara penyuluhan
berlangsung
Menyiapkan makanan /
minuman selama acara penyuluhan
berlangsung
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DEMAM BERDARAH
Topik : Demam berdarah
Sub topik :- Pengertian DBD
- Cara penanganan DBD
Sasaran : Siswa/I SMA 3 Binjai
Hari/Tanggal : Sabtu, 14 Maret 2015
Jam : 10.25 s/d 11.15 WIB
Waktu : 30 menit
Tempat : SMA N 3 Binajai
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan masyarakat dapat memahami dan
mengaplikasikan Hidup bersih agar terhindar dari penyakit DBD
I. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan masyarakat dapat :
1. Menjelaskan tentang pengertian DBD
2. Menjelaskan cara pencegahan DBD
II. Materi
Terlampir
III. Media
- Materi SAP
- LCD
- Leaflet
IV. Metode
- Penyuluhan
- Tanya jawab
V. Kegiatan Pembelajaran
Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan
Pembukaan 5 menit
Mengucapkan salam.
Memperkenalkan diri.
Menyebutkan topic dan tujuan penyuluhan.
Penyajian 15 menit
Menjelaskan materi penyuluhan seperti :
Pengertian DBD
Pencegahan DBD
Penutup 10 menit
Menyimpulkan materi yang telah diberikan :
Memberikan kesempatan bertanya.
Menjawab pertanyaan.
Melakukan evaluasi secara lisan.
Memberikan salam penutup.
VI. Evaluasi
- Metode Evaluasi : Diskusi dan Tanya Jawab
- Jenis Pertanyaan : Lisan
- Jumlah Soal : 3 Soal