PENYEMPURNAAN UNDANG-UNDANG PENYEMPURNAAN UNDANG-UNDANG TENTANG TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH (UU Nomor 28 Tahun 2009) (UU Nomor 28 Tahun 2009) DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN DIREKTORAT PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DIREKTORAT PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH Oktober 2009 Oktober 2009
29
Embed
PENYEMPURNAAN UNDANG-UNDANG TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH (UU Nomor 28 Tahun 2009)
PENYEMPURNAAN UNDANG-UNDANG TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH (UU Nomor 28 Tahun 2009) DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN DIREKTORAT PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH Oktober 2009. LATAR BELAKANG. KONDISI DI AWAL ERA OTONOMI DAERAH. - PowerPoint PPT Presentation
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENYEMPURNAAN UNDANG-UNDANGPENYEMPURNAAN UNDANG-UNDANG
TENTANGTENTANG
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAHPAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH(UU Nomor 28 Tahun 2009)(UU Nomor 28 Tahun 2009)
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGANDIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN
DIREKTORAT PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAHDIREKTORAT PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAHOktober 2009Oktober 2009
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih rendahPeranan PAD dalam APBD: Provinsi : 51%
Kabupaten/Kota : 7%
2. Basis pajak daerah sangat terbatas. Jenis pungutan daerah yang memenuhi kriteria pajak daerah memiliki potensi yang relatif kecil.
3. Daerah diberi kewenangan yang besar untuk memungut PDRD”open-list”
4. Pengawasan pungutan daerah kurang efektif. Sistem pengawasan bersifat ”Represif” Tidak ada sanksi bagi yang melanggar.
LATAR BELAKANG
KONDISI DI AWAL ERA OTONOMI DAERAH
1. Daerah berlomba-lomba menambah jenis pungutan daerah untuk meningkatkan PAD
2. Timbul banyak Pungutan Daerah yang ’bermasalah’: Perda bertentangan dengan peraturan per-UU-an Perda bertentangan dengan kepentingan umum Perda yang sudah dibatalkan tetap dipungut Pungutan didasarkan pada Keputusan Kepala Daerah Pungutan tanpa dasar hukum
3. Dampak: Kepastian hukum kurang Memberikan beban berlebihan bagi masyarakat Menghambat kegiatan investasi di daerah
IMPLIKASI DI DAERAH
LATAR BELAKANG
1. Memperbaiki sistim pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.
2. Penguatan perpajakan daerah (local taxing empowerment)3. Meningkatkan efektivitas pengawasan
1 Pajak Provinsi Ditetapkan dengan PP(diberlakukan seragam di seluruh Indonesia)
Ditetapkan dengan Perda(tidak boleh melampaui UU)
2 Pajak Kabupaten/Kota
Ditetapkan dengan Perda(tidak boleh melampaui UU)
Ditetapkan dengan Perda(tidak boleh melampaui UU)
3 Retribusi Daerah
Ditetapkan dengan Perda(sesuai prinsip dan sasaran penetapan tarif untuk masing-masing golongan retribusi)
Ditetapkan dengan Perda(sesuai prinsip dan sasaran penetapan tarif untuk masing-masing golongan retribusi)
6. PENGAWASAN
PENGAWASAN
No. UU 34/2000 UU 28/20091 Pengawasan bersifat :
REPRESIF
Pengawasan bersifat :
- PREVENTIF, dan - KOREKTIF
2 Pembatalan oleh Mendagri dengan pertimbangan
Menkeu.
Pembatalan oleh Presiden ,
o diusulkan oleh Mendagrio berdasarkan
rekomendasi Menkeu .
7. SANKSI
PENGAWASAN
No. UU 34/2000 UU 28/2009
1 Tidak mengatur sanksi. Mengatur sanksi, berupa:oPenundaan, atauoPemotongan
dana perimbangan.
8. BAGI HASIL PAJAK PROVINSI
PENGELOLAAN
JENIS PAJAK UU 34/2000 UU 28/2009
Provinsi Kab/Kota Provinsi Kab/Kota
1. PKB 70% 30% 70% 30%
2. BBN-KB 70% 30% 70% 30%
3. PBB-KB 30% 70% 30% 70%
4. Pajak Rokok - - 30% 70%
5. Pajak Air Permukaan
30% 70% 50%20%*
50%80%*
*) untuk air permukaan yang berada hanya pada 1 kabupaten/kota
9. EARMARKING
PENGELOLAAN
JENIS PAJAK Penerimaan
Porsi Peruntukan1. PKB Minimal
10%Pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum.
2. Pajak Rokok Minimal 50%
Pelayanan kesehatan masyarakat dan
penegakan hukum.
3. Pajak Penerangan Jalan
Sebagian
Penyediaan penerangan jalan.
10. INSENTIF PEMUNGUTAN
PENGELOLAAN
No. UU 34/2000 PP 65/2001 UU 28/2009
1 -- Biaya Pemungutan Pajak Daerah maksimum 5%
--
2 -- -- 1. Insentif Pemungutan diberikan kepada instansi yang memungut PDRD atas dasar kinerja tertentu.
2. Ditetapkan dalam APBD
3. Diatur lebih lanjut dalam PP
No. Jenis Pajak Daerah Tanggal Berlaku Keterangan
1 UU 28/2009 01-01-2010
2 BPHTB 01-01-2011
3 PBB Pedesaan & Perkotaan
01-01-2014
4 Pajak Rokok 01-01-2014
11. Masa Berlaku
LAIN-LAIN
No. Produk Hukum Tentang Keterangan
12
3
PPPP
PP
Sistim pemungutan pajak daerahTatacara pemberian insentif pemungutan PDRDPenetapan retribusi daerah tambahan
20102010
Sesuai kebutuhan
4
5
6
7
PMK
PMK
PMK
PMK
Tatacara pemungutan dan penyetoran Pajak RokokBadan atau perwakilan internasional yang dikecualikan sebagai subjek PBB Perdesaan dan PerkotaanBadan atau perwakilan internasional yang dikecualikan sebagai subjek BPHTBTatacara pelaksanaan sanksi pelanggaran ketentuan PDRD
2010
2010
2010
2009
8 Permendagri Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) Setiap tahun
9 PB Menkeu & Mendagri
Tahapan pengalihan PBB Perdesaan & Perkotaan dan BPHTB menjadi pajak daerah
2010
12. Peraturan Pelaksanaan
LAIN-LAIN
IMPLIKASI FISKALIMPLIKASI FISKAL
Proyeksi Penerimaan Propinsi Berdasarkan Proyeksi Penerimaan Propinsi Berdasarkan UU 34/2000UU 34/2000
a. pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan a. pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum;transportasi umum;
b.b.meningkatkan pelayanan kesehatan meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum dalam masyarakat dan penegakan hukum dalam rangka pengawasan peredaran rokok rangka pengawasan peredaran rokok illegal.illegal.
2. Meningkatkan kepastian hukum. 2. Meningkatkan kepastian hukum.
3. Meningkatkan pelayanan publik 3. Meningkatkan pelayanan publik Masyarakat tidak dipungut Masyarakat tidak dipungut
secara secara berlebihanberlebihan
4.4. Menciptakan iklim investasi yang Menciptakan iklim investasi yang kondusif kondusif (business friendly).(business friendly).
IMPLIKASI SOSIAL DAN EKONOMIIMPLIKASI SOSIAL DAN EKONOMI