Page 1
PENYEDIAAN LAYANAN KIOS MATERI FILM SECARA
ELEKTRONIK (E-KIOS) PADA PELAYANAN ADMINISTRASI
PENDAFTARAN SENSOR FILM DAN IKLAN FILM BERBASIS
ELEKTRONIK (E-SIAS)
DI SEKRETARIAT LEMBAGA SENSOR FILM
LAPORAN AKSI PERUBAHAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN PENGAWAS (PKP)
Disusun oleh :
Nama : Abu Chanifah, S.H., M.M.
Nomor Absen : 01
Angkatan : 01
Jabatan : Kepala Subbagian Umum
Instansi : Sekretariat Lembaga Sensor Film
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI
TAHUN 2020
Page 2
Laporan Aksi Perubahan i
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama Peserta : Abu Chanifah, S.H., M.M.
Diklat PKP Angkatan : 01
No. Absen : 01
Jabatan : Kepala Subbagian Umum
Unit Kerja : Sekretariat Lembaga Sensor Film, Sekretariat
Jenderal, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Judul : Penyediaan Layanan Kios Materi Film secara
Elektronik (e-KIOS) pada Pelayanan Administrasi
Pendaftaran Sensor Film dan Iklan Film Berbasis
Elektronik (e-SiAS) di Sekretariat Lembaga
Sensor Film Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Depok, 25 November 2020
Pembimbing/Coach,
Mentor,
Ir. Mazia Centia Murni, M.Pd. NIP196101311988102002
M. Sanggupri, S.Sos., M.Hum. NIP 197005021995121001
Narasumber/Penguji
Drs. Ali Sadikin, M.Pd.
NIP1968043019931007
Page 3
Laporan Aksi Perubahan ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Aksi Perubahan ini. Laporan Aksi Perubahan ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas dan kewajiban sebagai peserta Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan Pengawas Angkatan I Tahun 2020 yang
diselenggarakan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dengan obyek penulisan yang menyangkut dengan
bidang tugas pokok dan fungsi masing-masing peserta.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk menyampaikan hasil dan
mendeskripsikan permasalahan dari area organisasi yang akan diubah yaitu
pada Sekretariat Lembaga Sensor Film Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Pada pelaksanaanya ada perubahan mailstone yang disebabkan
oleh adanya perubahan proses kerja aksi perubahan karena ada kejadian
bencana alam (force majeur) yaitu robohnya gedung kantor Lembaga Sensor
Film. Hal ini mengakibatkan penutupan operasional gedung, yaitu terhitung sejak
tanggal 7 Oktober 2020 sampai dengan sekarang. Kejadian tersebut sangat
berpengaruh terhadap proses kerja layanan sensor pada LSF dan secara khusus
terhadap tahapan implementasi aksi perubahan yang sudah disusun dalam
rancangan aksi perubahan dan disetujui oleh mentor dan coach. Pada tahapan
jangka pendek penulis hanya bisa melaksanakan kegiatan sampai tahapan reviu
POS pelayanan sensor, pembuatan aplikasi e-KIOS, dan ujicoba awal aplikasi e-
KIOS. Untuk tahapan sosialisasi aplikasi kepada stakeholder eksternal dan
implementasi aplikasi secara penuh oleh penulis diajukan adendum atau
perubahan dari tahapan kegiatan jangka pendek menjadi tahapan kegiatan
jangka menengah.
Atas terselesaikanya penulisan laporan aksi perubahan ini penulis
mengucapkan rasa terima kasih tiada terhingga terhadap semua pihak yang
Page 4
Laporan Aksi Perubahan iii
telah membantu,baik pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam
mewujudkan aksi perubahan ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Ainun Naim selaku Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
2. Bapak Hilmar Farid, P.hD. selaku Direktur Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Bapak Romi Fibri Hardiyanto selaku Ketua Lembaga Sensor Film Republik
Indonesia.
4. Bapak M. Sanggupri, M.Hum. selaku Mentor bagi penulis selama
pelaksanaan Diklat PKP ini.
5. Ibu Mazia Centia Murni selaku Pembimbing/Coach bagi penulis selama
pelaksanaan Diklat PKP ini.
6. Seluruh teman-teman Pokja, staf, dan semua pihak yang sudah membantu
dalam penulisan laporan aksi perubahan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Aksi Perubahan ini masih sangat
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, diharapkan saran dan masukan yang positif
dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan penulisan ini. Semoga Laporan
Aksi Perubahan ini dapat memberi manfaat dalam meningkatkan kinerja
pelayanan pada Sekretariat Lembaga Sensor Film.
Penulis,
Abu Chanifah, S.H., M.M.
NIP198002142006041001
Page 5
Laporan Aksi Perubahan iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
I.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
I.2. Tujuan……………………………………………………………………….…..5
BAB II. DESKRIPSI PROSES KEPEMIMPINAN .............................................. 8
II.1. Membangun Integritas dan Akuntabilitas ................................................. 8
II.2. Pengelolaan Budaya Kerja dan Pemanfaatan Teknologi ....................... 18
II.3. Pengelolaan Tim .................................................................................... 21
II.4. Membangun Jejaring dan Kolaborasi ..................................................... 27
BAB III. DESKRIPSI HASIL KEPEMIMPINAN ................................................ 34
III.1. Capaian Dalam Perbaikan Sistem Pelayanan ........................................ 34
III.2. Manfaat Aksi Perubahan …………………………………………………… 39
BAB IV. KEBERLANJUTAN AKSI PERUBAHAN .......................................... 42
IV.1. Penetapan Target Capaian Jangka Menengah ...................................... 42
IV.2. Penetapan Target Capaian Jangka Panjang .......................................... 43
BAB V. PENUTUP ........................................................................................... 44
V.1. Kesimpulan ............................................................................................ 44
V.2. Saran ...................................................................................................... 44
LAMPIRAN ....................................................................................................... 45
Page 6
Laporan Aksi Perubahan v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Daftar Pelaksanaan Tugas Tim Kerja.............................................. 25
Tabel 1.2. Daftar Stakeholder .......................................................................... 30
Tabel 1.3. Peta dan Pengaruh Stakeholder ..................................................... 31
Tabel 1.4. Capaian Hasil Perubahan Terhadap Rencana Perubahan ............. 35
Tabel 1.5. Keberlanjutan Aksi Perubahan ........................................................ 43
Page 7
Laporan Aksi Perubahan vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Tim Kerja ..................................................... 22
Page 8
Laporan Aksi Perubahan vii
Page 9
Laporan Aksi Perubahan 1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Film sebagai karya seni budaya yang dapat dipertunjukkan dengan atau
tanpa suara juga bermakna bahwa film merupakan media komunikasi massa
yang membawa pesan yang berisi gagasan vital kepada publik (khalayak)
dengan daya pengaruh yang besar. Itulah sebabnya film mempunyai fungsi
budaya, pendidikan, hiburan, informasi, dan pendorong karya kreatif. Film juga
dapat berfungsi ekonomi yang mampu memajukan kesejahteraan masyarakat
dengan memperhatikan prinsip persaingan usaha yang sehat. Dengan demikian,
film menyentuh berbagai segi kehidupan manusia dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Lahirnya Undang-undang Nomor 33 tahun 2009 tentang Perfilman
diikuti Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2014 tentang Lembaga Sensor
Film, dengan memperhatikan tantangan perkembangan yang ada, terbuka ruang
bagi LSF untuk meneguhkan pemahaman dan pengimplementasian reformasi
dan paradigma baru sensor film. Reformasi yang ditandai dengan adanya
perubahan signifikan, baik struktural maupun kultural.
Keberadaan LSF sebagai pengemban peraturan perundang-undangan
merupakan wujud komitmen kehadiran negara dalam melindungi masyarakat
dari pengaruh negatif film, antara lain dengan melaksanakan tugas sensor film
dan menetapkan klasifikasi batas umur bagi penontonnya. Hal lain yang sejalan
dengan peran dan fungsi LSF adalah terdapat tuntutan kepada LSF untuk
memberikan perlindungan kepada masyarakat dari pengaruh negatif film dan
iklan film, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 33 Tahun
2009 tentang Perfilman Pasal 57 Ayat (2) bahwa “Setiap film dan iklan film
yang akan diedarkan dan/atau dipertunjukkan wajib memperoleh surat
tanda lulus sensor” dan Ayat (3) “Penyensoran sebagaimana dimaksud
Page 10
Laporan Aksi Perubahan 2
pada ayat (2) dilakukan dengan prinsip memberikan perlindungan kepada
masyarakat dari pengaruh negatif film dan iklan film”.
Dalam rangka mengoptimalisasi dan menjalankan tuntutan peran
undang-undang tersebut, maka dipandang perlu untuk meningkatkan fungsi LSF
dalam menjalankan tugasnya agar dapat “menyensor secara profesional”.
Peningkatan fungsi LSF sebagaimana diuraikan tersebut di atas juga perlu
didukung dengan penguatan peran dan fungsi Sekretariat LSF untuk dapat
melakukan tugas pokoknya “Melaksanakan pelayanan teknis dan
administratif pelaksanaan penyensoran film dan iklan film”.
Perlunya penguatan fungsi Sekretariat LSF dalam melaksanakan tugas
pokok pelayanan kepada masyarakat merupakan bagian dari amanat Undang-
undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang berbunyi sebagai
berikut “pelayanan publik sebagai rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik”.
Sejalan dengan hal tersebut, maka solusi untuk mempercepat proses
administrasi penyensoran dan mengakomodasi asas keterbukaan publik adalah
dengan memanfaatkan teknologi Informasi sebagai tools dalam melaksanakan
perubahan. Menurut Wibawa (2012:148), manfaat penerapan teknologi informasi
dalam proses administrasi, pengelolaan dan pengurusan negara meliputi
beberapa hal sebagai berikut:
1. Transparansi, indikator dilihat melalui Informasi menjadi lebih terbuka dan
masyarakat leluasa mengaksesnya, serta kecurigaan antar pihak berkurang
karena komunikasi publik oleh pemerintah;
2. Partisipasi, indikator dilihat melalui kebebasan berpendapat serta
tersampaikannya informasi secara cepat diantara pemerintah dan
masyarakat;
Page 11
Laporan Aksi Perubahan 3
3. Efisiensi, indikator dilihat melalui proses pelayanan menjadi cepat karena
arus informasi yang lancar, dan proses kerja pemerintah dapat dipersingkat,
jenjang birokrasi dapat dipangkas.
Ada dua fase pembaharuan atau inovasi pada pelayanan penyensoran
film dan iklan film, yaitu:
1. Fase inovasi transformasi digital
Pada fase ini ditandai dengan perubahan layanan penyensoran secara
signifikan, yaitu dari pelaksanaan penyensoran dengan berbasis kertas
berubah menjadi berbasis elektronik. Hal ini ditandai dengan peluncuran
pelayanan administrasi sensor berbasis elektronik atau dinamakan e-SiAS
oleh Sekretaris Jenderal Kemendikbud pada bulan Desember 2019. Namun,
dari seluruh proses layanan administrasi pada e-SiAS masih ada 2 tahapan
pelayanan yang masih dilakukan secara manual, yaitu pertama, pelayanan
serah terima materi film secara langsung dalam bentuk DVD/VCD karena
keterbatasan sarana dan perangkat dan kedua pelayanan pembayaran
penyensoran yang masih harus tunai ke bendahara penerimaan terkait
regulasi. Terkait dua hal ini masih menjadi kendala yang cukup signifikan
sehingga pada pengembangan aplikasi tahun 2019 belum bisa dipenuhi.
2. Fase inovasi Pengembangan
Pada fase ini merupakan inovasi pengembangan pelayanan untuk melengkapi
kekurangan (complemen) pada layanan e-SiAS. Pandemi Covid 19
memberikan alasan yang sangat mendasar bagi pembaharuan pelayanan,
dengan mengedepankan tingkat kesehatan, layanan yang aman, cepat,
terjangkau, dan efisien. Oleh karena itu, pada inovasi yang sekarang sudah
mengakomodir dan melengkapi pelayanan administrasi sensor pada tahapan
serah terima materi film dilakukan secara elektronik. Fase kedua ini menjadi
salah satu program prioritas LSF dan menjadi implementasi aksi perubahan
PKP angkatan I Tahun 2020.
Pada proses penguatan atau pengembangan pelayanan administrasi
penyensoran berbasis elektronik di Sekretariat lembaga Sensor Film saat ini, ada
3 agenda inovasi yang menjadi fokus perbaikan pelayanan:
Page 12
Laporan Aksi Perubahan 4
1. Pengembangan dan inovasi pelayanan administrasi sensor berbasis
elektronik (e-SiAS), tahapan ini sudah berjalan;
2. Pengembangan dan inovasi serah terima materi film berbasis
elektronik (e-KIOS) untuk melengkapi e-SiAS dan;
3. Pengembangan dan inovasi pemantauan film dan iklan film berbasis
elektronik (e-Pemantauan), produk bari terintegrasi.
Dalam laporan aksi perubahan saat ini, agenda dua atau pengembangan
e-KIOS menjadi menjadi obyek laporan pada tahapan aksi perubahan yang
sudah dilaksanakan sesuai dengan jadwal.
Dalam jangka pendek LSF sudah melakukan reviu Prosedur Operasional
Standar (POS) pelayanan administrasi sensor film dan iklan film berbasis
elektronik (e-SIAS) dan pembuatan aplikasi layanan serah terima materi film
berbasis elektronik yang disebut dengan e-KIOS. Penerapan sistem e-KIOS
mendesak dilakukan dengan tujuan untuk membantu pemangku kepentingan
perfilman mendapatkan pelayanan yang lebih mudah karena proses pelayanan
penyensoran bisa dilakukan tanpa harus ada tatap muka secara langsung.
Untuk jangka menengah aplikasi ini akan diterapkan di Lembaga Sensor
Film Perwakilan (LSF-P) Jawa Timur sedangkan untuk jangka panjang akan
diterapkan secara penuh dengan sistem online. Penggunaan peralatan teknologi
digital diharapkan dapat mengatasi permasalahan di masa yang akan datang
dalam memberikan layanan kepada para pemangku kepentingan perfilman
secara menyeluruh dalam melakukan sensor film dan iklan film.
Pada laporan aksi perubahan ini, penulis ingin menyampaikan bahwa
pada tahapan jangka pendek yang direncanakan sampai pada tahapan
sosialisasi dengan stakeholder eksternal serta implementasi penggunaan e-
KIOS, sampai dengan selesainya penulisan laporan ini 2 (dua) tahapan tersebut
belum bisa terlaksana karena terkendala oleh sarana-prasarana pendukung
berupa ruang kerja yang belum tersedia sehingga tidak memungkinkan ujicoba
pada pihak eksternal dan implementasi. Oleh karena itu, dua tahapan tersebut
penulis ajukan diadendum menjadi tahapan pada jangka menengah.
Page 13
Laporan Aksi Perubahan 5
I. 2. Tujuan
Perkembangan industri perfilman nasional dalam 5 tahun terakhir
(2015-2019) mencapai tingkat pertumbuhan yang sangat bagus. Hal tersebut
dapat dilihat dari informasi dan data perfilman nasional di mana perfilman
nasional mengalami perkembangan sangat pesat, baik jumlah produksi film,
jumlah layar, jumlah film yang beredar, dan jumlah film nasional yang diputar
melalui teknologi informasi berbayar atau atau biasa kita sebut Video on Demand
(VoD) atau Over the Top (OTT) seperti netflix, iflix, Disney, dan lain-lain. Hal
tersebut memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan perfilman
nasional, salah satunya dapat dilihat dari sisi pelaksanaan sensor film dengan
semakin meningkatnya jumlah materi film dan iklan yang disensorkan. Bahkan,
dalam situasi pandemi Covid-19 tidak berpengaruh pada jumlah materi yang
disensor oleh Lembaga Sensor Film. Sebagai bahan informasi, jumlah film dan
iklan film yang disensorkan dari bulan Januari sampai dengan Oktober 2020
berjumlah 30.097 judul.
Perkembangan dunia hiburan tanah air melalui siaran televisi dari hari
ke hari juga semakin tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat. Televisi
nasional, berlomba-lomba menampilkan berbagai acara menarik untuk ditonton
masyarakat di tanah air. Isu lainnya yang sangat penting dalam dunia perfilman
saat ini adalah adanya perkembangan dunia internet yang sangat cepat dan
melesat jauh sehingga berbagai tayangan film dan tayangan lain semakin mudah
diakses oleh masyarakat tanpa memperhatikan kelayakan isinya. Kondisi ini
tentu menjadi sebuah tantangan bagi LSF sebagai satu-satunya lembaga yang
memiliki fungsi untuk “memberikan perlindungan kepada masyarakat dari
pengaruh negatif yang ditimbulkan dari peredaran dan/atau pertunjukan
film dan iklan film” yang tidak sesuai dengan dasar, arah, dan tujuan perfilman
Indonesia seperti tertcantum dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2009.
Perkembangan teknologi informasi saat ini menuntut Lembaga Sensor
Film untuk berbenah memperbaiki kualitas pelayanan penyensoran bagi semua
stakeholder. Sebagai lembaga yang memiliki tugas dan fungsi pelayanan
Page 14
Laporan Aksi Perubahan 6
langsung kepada masyarakat (public service) dalam penyensoran, maka kualitas
pelayanan penyensoran harus dilakukan secara profesional dan prima, yaitu
sebuah layanan yang cepat, mudah, dan aman dengan memanfaatkan teknologi
digital atau berbasis elektronik.
Untuk mewujudkan pelayanan terbaik, perlu dilakukan perbaikan
pelayanan penyensoran, terutama pada tahapan pendaftaran administrasi
penyensoran, yaitu serah terima materi film dan iklan film yang saat ini masih
dilakukan secara langsung atau manual dirubah dengan berbasis elektronik
sehingga tidak ada lagi pertemuan secara langsung. Upaya tersebut
direalisasikan dengan melakukan perbaikan-perbaikan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Jangka pendek:
a) Terbentuknya Tim efektif dalam pelayanan administrasi penyensoran;
b) Tersusunnya revisi POS pelayanan administrasi penyensoran;
c) Terlaksananya sosialisasi POS pelayanan administrasi penyensoran;
d) Terbangunnya sistem atau aplikasi layanan berbasis elektronik;
e) Terlaksananya uji coba aplikasi layanan dan;
f) Terlaksananya sosialisasi aplikasi layanan berbasis elektronik;
g) Terlaksananya penggunaan aplikasi oleh stakeholder.
2. Jangka Menengah:
a) Terlaksananya sosialisasi POS pelayanan administrasi penyensoran di
LSF-Perwakilan;
b) Terlaksananya sosialisasi aplikasi layanan berbasis elektronik di LSF-
Perwakilan
c) Dapat digunakannya aplikasi untuk melayani pemangku kepentingan
perfilman di LSF perwakilan.
Page 15
Laporan Aksi Perubahan 7
3. Jangka Panjang:
Pemanfaatan aplikasi layanan penyensoran berbasis elektronik secara
penuh. Aplikasi memberikan kemudahan kepada para pemangku
kepentingan untuk bisa mengirimkan materi film tanpa melalui media DVD
dan VCD dan tidak ada pertemuan langsung dengan pihak staf LSF. Adapun
konten tetap LSF yang melakukan sensor karena LSF merupakan satu-
satunya lembaga yang mendapatkan tugas untuk mengeluarkan STLS.
Page 16
8
BAB II
DESKRIPSI PROSES KEPEMIMPINAN
II.1. Membangun Integritas dan Akuntabilitas
Istilah integritas berasal dari kata latin integer yang berarti utuh atau
lengkap. Dalam konteks ini, integritas adalah hal yang terkait dengan rasa batin
keutuhan yang dari kualitas diri manusia untuk kebaikan seperti kejujuran dan
konsistensi karakter. Maka integritas personal terkait dengan karakter-karakter
baik yang melekat pada individu. Dalam terminologi bahasa Inggris, integritas
(integrity) memiliki makna “the quality of being honest and always having high
moral principles”. Untuk konteks organisasi, integritas secara institusional adalah
integritas personal ditambah dengan nilai-nilai yang dianut organisasi sehingga
menciptakan karakter personel yang diinginkan dalam rangka mencapai
terpenuhinya tugas pokok dan fungsi organisasi. (Girindrawardhana: 2012).
Demikian juga dengan yang berlaku di organisasi pelayanan publik
(public service) maka keseluruhan layanan dijalankan oleh aparatur negara
sebagaimana amanat UU no.5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara pasal 11
bahwa aparatur negara bertugas:
a. Melaksanakan kebijakan publik sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Dalam teori ilmu administrasi negara, aparatur sipil negara atau jajaran
birokrasi memiliki fungsi untuk merumuskan, melaksanakan dan mengevaluasi
kebijakan publik. Kerja pelayanan publik sebagaimana disebutkan di atas adalah
implementasi praksis atas kebijakan publik.
Pada aspek pelayanan publik kewajiban penyelenggara maupun
pelaksana serta masyarakat telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Di sana terdapat pedoman-pedoman
yang harus diikuti maupun dihindari. Tinggal bagaimana penerapan dalam
Page 17
9
praktik kesehariannya. Kita semua bisa merasakan perbandingan pelayanan
pada instansi swasta dengan pelayanan instansi pemerintah. Walapun banyak
faktor yang mempengaruhi, salah satunya fasilitas misalnya. Namun, tetap
terasa jika yang melayani kita "berintegitas", walaupun fasilitas penunjang
kurang. Tetap terasa layanan sepenuh hati. Jadi, aspek integritas itu yang
pertama dan utama, baru faktor penunjang lainnya. Begitu juga sebaliknya,
sebaik apapun fasilitas penunjang namun jika tidak berintegritas juga percuma.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integritas (Integrity)
diartikan sebagai mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang
utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan dan kejujuran. Kamus Oxford bahkan menghubungkan pengertian
tersebut dengan kepribadian seseorang yang jujur dan utuh, sehingga banyak
yang menyamakan integritas dengan keunggulan moral, etika, bahkan dengan
sebuah jati diri.
Maka implementasi integritas bagi aparatur nagara/pegawai negeri
harus diwujudkan dalam cara bertindak yang konsisten sesuai norma agama,
hukum/peraturan dan adat istiadat, nilai-nilai etika perilaku dalam menjalankan
komitmen, profesi dan kebijakan organisasi/institusi, walau dalam keadaan sulit
untuk dilakukan.Dengan kata lain integritas tersebut harus dibuktikan melalui
pernyataan atau janji kepada diri sendiri tentang komitmen untuk melaksanakan
tugas, tanggungjawab, wewenang sesuai regulasi yang mengaturnya.
Hubungan Integritas dan Pemimpin
Integritas dibutuhkan oleh siapa saja, tidak hanya dibutuhkan oleh
seorang pemimpin namun juga oleh semua komponen yang dipimpin. Integritas
sebagai pemimpin dapat membawa yang dipimpin menjadi lebih baik dan akan
memberikan pelayanan kepada siapa saja yang dipimpinnya, bukan sebaliknya.
Sedangkan pengikut/yang dipimpin (yang memiliki integritas) akan melayani
pimpinannya dengan baik selama pemimpin tersebut menjunjung tinggi nilai-nilai
integritas.
Page 18
10
Integritas berhubungan erat dengan dedikasi dan upaya untuk
mencapai tujuan. Integritas diharapkan dapat menjaga seseorang agar tidak
keluar dari ‘Jalur” dalam upaya memperoleh sesuatu atau dalam mencapai
tujuan. Maka, seseorang yang berintegritas, tidak akan mudah terjebak
penyalahgunaan wewenang, melanggar hukum/aturan, menghalalkan segala
cara dan melakukan tidakan-tindakan tidak terpuji lainnya.
Seseorang yang berintegritas lebih menyukai proses yang benar untuk
menghasilkan sesuatu yang benar. Artinya, hasil atau output tidak akan
menjustifikasi rangkaian proses dan proses itu sendiri tidak akan menjustifikasi
output yang akan dicapai, keduanya harus berjalan sesuai ketentuannya.
Sehingga jalan pintas yang melanggar ketentuan/regulasi/komitmen, melanggar
etika/moral/agama/adat istiadat, merugikan orang lain, menghalalkan segala
cara dan sebagainya harus selalu dicegah dan dihindarkan.
Memaknai Integritas
Betapa pentingnya membangun integritas dalam penjelasan
pendahuluan di atas, apalagi digambarkan bahwa integritas memegang peran
penting dalam menentukan keberhasilan dalam berbagai hal. Maka, sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS), tidak boleh lengah dalam mengimplementasikan
integritas, melalui sumpah dan janji yang tertuang dalam naskah sumpah yang
pernah diucap ketika dilantik sebagai PNS maupun dalam pengukuhan sumpah
jabatan. Secara sederhana Integritas bagi PNS tersebut dapat dimaknai sebagai
berikut:
Pertama, Integritas dimaknai sebagai sebuah komitmen dan loyalitas.
Komitmen adalah janji pada diri sendiri maupun orang lain yang tercermin dalam
tindakan, sikap dan perilaku seseorang. Sedangkan loyalitas merupakan
pelaksanaan komitmen sesuai ketentuan yang berlaku. Seseorang yang loyal
akan patuh terhadap ketentuan yang mengatur sikap, perilaku dan
perbuatannya. Sehingga komitmen menuntut seseorang menepati janji walaupun
dalam keadaan sulit. Faktor pemicu kegagalan dalam melaksanakan komitmen
Page 19
11
antara lain; keyakinan yang goyah, gaya hidup yang salah, pengaruh lingkungan
dan keliru memaknai loyalitas.
Kedua, Integritas dimaknai sebagai sebuah tanggungjawab.
Tanggungjawab identik dengan kedewasaan bertindak. Seseorang yang
bertanggungjawab tentu akan bersedia menghadapi resiko, memperbaiki
keadaan dan melaksanakan kewajiban dengan kemampuan terbaiknya.
Sebaliknya seseorang yang melarikan diri dari tanggungjawab akan merasa
sedang terlepas dari sebuah beban, padahal justru sebaliknya akan menambah
beban baru bagi dirinya. Artinya semakin seseorang lari dari tanggungjawab,
maka dia akan semakin kehilangan tujuan dan makna hidup, bahkan banyak
yang akhirnya jadi pecundang/penghasut.
Ketiga, Integritas dimaknai sebagai kualitas dan disiplin diri. Kualitas
hidup seseorang ditentukan oleh sejumlah daya dukung seperti pengetahuan,
keterampilan, wawasan, kejujuran, kesetiaan dan sebagainya. Sedangkan
disiplin diri berarti melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan melalui
pengendalian diri dan sikap hidup yang teratur serta seimbang. Disiplin diri dapat
membentuk kualitas hidup seseorang. Sikap disiplin tidak identik dengan kerja
keras tanpa istirahat,
Keempat, Integritas dimaknai sebagai sebuah konsistensi. Seseorang
dapat dikatakan konsisten apabila tetap pada pendiriannya. Ketegasan pada
keputusan dan pendirian yang tidak tergoyahkan tersebut bukan berarti sikap
keras dan kaku. Namun lebih ditekankan pada sikap untuk melakukan sesuatu
secara benar dan tidak ragu berdasarkan fakta yang akurat, tujuan yang jelas
dan pertimbangan yang bijak.
Untuk mengimplementasikan integritas dalam kehidupan sehari-hari,
terutama bagi aparatur nagara, kita harus menumbuhkan kesadaran, kemauan,
dan berkomitmen pada diri sendiri. Tanpa hal tersebut, maka integritas
merupakan keterrpaksaan dan menjadi sesuatu yang berat untuk dilaksanakan.
Sebaliknya, integritas akan menjadi sebuah kebutuhan dan akan indah untuk
Page 20
12
dilaksanakan apabila tumbuh komitmen melalui kesadaran dan kemauan pada
diri sendiri.
Kiat praktis yang harus dijaga dalam membangun integritas diri tersebut
adalah membangun kebiasaan secara sadar agar: Berpikir positif, Selalu
jujur/menepati janji, Teguh dalam komitmen dan tanggungjawab, Satukan kata
dengan perbuatan, Memanfaatkan waktu dengan efektif dan efisien, Menjaga
prinsip dan nilai-nilai yang diyakini, lakukan sesuatu secara benar walau dalam
keadaan sulit, bersikap sopan terhadap diri sendiri dan orang lain, berusaha
memperbaiki kesalahan, berusaha tidak mengulangi kesalahan, demokratis, dan
menghargai pendapat orang lain serta patuh terhadap peraturan, ketentuan, dan
komitmen bersama.
Kepemimpinan berintegritas
Kepemimpinan adalah perihal memotivasi orang untuk menjalankan
dan mencapai misi organisasi. Dalam usaha mencapai tujuan ini, persatuan,
kepercayaan, dan harga diri akan berkembang. Seorang pemimpin yang baik
membantu berkembangnya kualitas-kualitas ini, namun kegagalan membangun
integritas akan meracuni semua kesatuan yang ada, menghancurkan
kepercayaan antarsesama, dan mematahkan persatuan organisasi. Jika ada
beragam kualitas kepemimpinan, integritas hanyalah sebuah pertanyaan
sederhana yang bisa dijawab dengan ya atau tidak -- Anda memiliki integritas
atau tidak. Untuk alasan tersebut, seorang pemimpin haruslah menunjukkan
standar integritas yang tertinggi.
Keterkaitan Konsep Integritas
Komitmen terhadap makna integritas di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tidak diragukan lagi. Arahan dan kebijakan
pimpinan untuk mendukung penerapan integritas bagi seluruh pegawai
diwujudkan dengan terbentuknya Satuan Tugas Pengendalian Gratifikasi
berdasarkan Kepmendikbud No. 72/P/2012 yang kemudian menghasilkan
Page 21
13
Permendikbud No. 51 Tahun 2013, tentang Program Pengendalian Gratifikasi di
lingkungan Kemendikbud.
Selanjutnya didirikan Unit Pengendalian Gratifikasi yang melaporkan
penerimaan gratifikasi pada tahun 2012 sebesar Rp 65 juta, 2013 sebesar 32
juta, 2014 sebesar Rp 1,4 M, dan 2015 sampai saat ini sebesar 21 juta. UPG
Kemendikbud berhasil memperoleh penghargaan sebagai UPG terbaik pada
tahun 2013 dengan kategori Kementerian yang melaporkan penerimaan
gratifikasi terbanyak, dan pada tahun 2014 sebagai Pengelola UPG Terbaik.
Dalam rangka meningkatkan integritas aparatur Kemendikbud, telah
dilaksanakan upaya-upaya konkret berupa penandatanganan pakta integritas,
meningkatkan kepatuhan pelaporan LHKPN yang saat ini sudah mencapai 98
persen (telah melapor sebanyak 2.177 orang dari 2.232 orang Wajib Lapor),
tingkat kepatuhan LHKASN saat ini sudah mencapai 80,5 persen (telah melapor
sebanyak 11.180 orang dari 13.889 orang Wajib Lapor). Sejak tahun 2013 s.d
2015 Kemendikbud bekerjasama dengan KPK juga telah berhasil mewujudkan
90 orang Tunas Integritas dari pejabat eselon I, II, dan III serta para auditor dan
widyaiswara.
Capaian itu menjadi pemicu semangat seluruh satuan kerja, termasuk di
Sekretariat Lembaga Sensor Film yang terus berupaya membangun zona
integritas untuk memastikan seluruh proses bisnis berjalan dengan bersih dan
akuntabel.
Melalui aksi perubahan yang dilakukan, diharapkan seorang pemimpin
dapat memiliki integritas dan akuntabilitas melalui pentahapan kerja. Setiap
langkah dan tahapan kegiatan dituntut untuk menyajikan bukti-bukti yang valid
melalui proses kepemimpinan. Dalam setiap tahapan kegiatan, seorang
pemimpin dituntut untuk menciptakan langkah-langkah strategis dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok dengan harapan apa yang akan
dikerjakan bersama tim dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik
Page 22
14
dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan. Aksi perubahan yang akan
dilakukan pada inovasi ini adalah “Penyediaan Layanan Kios Materi Film secara
Elektronik (e-KIOS) pada Pelayanan Administrasi Pendaftaran Sensor Film dan
Iklan Film Berbasis Elektronik (e-SiAS) di Sekretariat Lembaga Sensor Film
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan”.
Dalam pelaksanaan kegiatan Penyediaan Layanan Kios Materi Film
secara Elektronik (e-KIOS) pada Pelayanan Administrasi Pendaftaran Sensor
Film dan Iklan Film Berbasis Elektronik (e-SiAS) di Sekretariat Lembaga Sensor
Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan kaitannya dengan sistem
pelaporan yang menjadi aksi perubahan ini, maka integritas dan akuntabilitas
sangat diperlukan karena dengan sistem pelaporan yang baik maka integritas
organisasi dapat terjaga. Selain itu, dengan pelaporan yang baik, benar, berkala,
dan lengkap maka akuntabilitas kegiatan dapat diamati dan menjadi perhatian
bersama sesuai dengan aturan yang berlaku. Integritas akan membawa kinerja
menjadi lebih teratur dan terukur. Selain itu, hasilnya juga akan lebih akuntabel
dan bisa dipertanggungjawabkan.
Penerapan integritas serta akuntabilitas Tim kerja dalam aksi perubahan
Penyediaan Layanan Kios Materi Film secara Elektronik (e-KIOS) pada
Pelayanan Administrasi Pendaftaran Sensor Film dan Iklan Film Berbasis
Elektronik (e-SiAS) di Sekretariat Lembaga Sensor Film Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menggunakan empat indikator konsep integritas, antara lain:
A. Loyalitas
Seorang pemimpin yang memiliki loyalitas akan lebih mendahulukan
kepentingan kantornya daripada kepentingan lainnya yang tidak berhubungan
dengan kepemimpinannya. Penting bagi seorang pemimpin untuk membangun
dan memiliki loyalitas kepada satuan kerja yang dipimpinnya. Karena apabila
loyalitas telah dimiliki oleh seseorang maka ia akan melakukan pekerjaannya
secara maksimal tanpa adanya paksaan dan tidak menganggap pekerjaan
tersebut sebagai beban.
Page 23
15
B. Keserasian
Indikator Keserasian dalam aksi perubahan ini dilihat dari program ini yang
mampu dan dapat memberikan gambaran mengenai keserasian kebijakan yang
dibuat oleh Sekretariat Lembaga Sensor Film dengan para pemangku kebijakan
lain yang dalam hal ini adalah para pengusaha perfilman, bioskop, sineas,
production house (PH), pengusaha bioskop, pengusaha televisi, dan
kementerian/lembaga.
Platform layanan administrasi sensor film berbasis elektronik (e-SiAS)
yang dikembangkan oleh Sekretariat Lembaga Sensor Film mendapatkan
apresiasi karena sangat membantu stakeholder dalam proses sensor film dan
iklan film. Pengembangan aplikasi tersebut sangat diperlukan untuk
meningkatkan kualitas layanan sekaligus untuk mengetahui kesesuaian antara
kebutuhan dengan produk yang dikembangkan tersebut. Keserasian yang lain
ditunjukkan dengan selalu dilibatkannya pemangku kepentingan selalu selaku
penerima manfaat dari program ini dari program yang dibuat.
C. Kerjasama
Kerjasama yang baik sangat diperlukan antara Sekretariat Lembaga
Sensor Film dan Stakeholder dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan
bekerjasama menganalisis kebutuhan yang diperlukan untuk membangun
aplikasi yang lebih adaptif dan modern. Stakeholder eksternal (pengusaha
perfilman, bioskop, pertelevisian, dan para sineas) selalu aktif dilibatkan dalam
diskusi-diskusi untuk bersama-sama mencari solusi terhadap berbagai
permasalahan dan kendala pelayanan administrasi sensor.
D. Dapat Dipercaya
Indikator Dapat dipercaya ini sangat luas, Kepercayaan adalah hal penting
yang harus ada dalam sebuah tim. Rasa percaya merupakan dasar dari kerja
tim, dan sifatnya adalah resiprokal (timbal balik) bukan satu arah. Pemimpin yang
dapat dipercaya akan memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi mereka
Page 24
16
yang dipimpinnya. Kepercayaan ini merupakan modal dasar bagi seorang
pemimpin untuk membangun dan melejitkan tim atau organisasi yang
dipimpinnya.
Karakteristik Integritas
Pemimpin dan tim yang berintegritas menunjukkan sikap tulus dan
konsisten, memiliki keteguhan hati dan karakter, dan merupakan seorang yang
mampu bertahan sampai akhir. Transformasi digital pada sistem pelayanan akan
menghindarkan interaksi orang dan kepentingan dari hal-hal di luar prosedur
yang benar. Aksi perubahan ini menjadi salah satu instrumen untuk
meningkatkan integritas bagi seluruh pelaksana layanan administrasi sensor film
dan iklan film yang memiliki karakteristik integritas sebagai berikut:
1. Ketulusan
Ketulusan adalah perilaku tanpa kepura-puraan dan kesan yang palsu.
Pemimpin dan tim yang berintegritas bersikap tulus dan tindakan mereka
sesuai dengan perkataannya. Aksi perubahan ini membangun semangat
bersama untuk memberikan pelayanan dengan sepenuh hati berdasarkan
tanggung jawab yang diemban.
2. Konsistensi
Indikator konsistensi ini dalam pelaksanaan aksi perubahan menjadi satu
indikasi dari satu aktifitas yang mencerminkan integritas, karena perilaku
seorang pemimpin haruslah konsisten jika ia ingin berhasil membentuk suatu
organisasi. Pada kenyataannya, integritas bersifat imperatif karena secuil
pelanggaran saja terhadap integritas akan dapat meninggalkan cacat
permanen. Dalam pelaksanaan aksi perubahan ini semua pihak yang terlibat
dalam proses pelayanan haruslah konsisten dalam menjalankan standar
kedisiplinan
3. Keteguhan hati
Sebagai seorang aparatur sipil negara, kita harus memiliki lebih dari sekadar
citra diri (image) yang berintegritas, tetapi juga harus memiliki keteguhan hati.
Page 25
17
Pemimpin yang dari luar terlihat memiliki keteguhan hati, namun ternyata di
dalamnya kekurangan integritas, tidak akan kuat untuk bertahan dalam masa-
masa sulit. Pemimpin yang integritasnya lemah tidak bisa membangun
organisasi yang mampu bertahan dalam situasi yang penuh tantangan. Situasi
dan kondisi lingkungan yang sangat cepat berubah, menuntut kita untuk selalu
bisa cepat menyesuaikan dan beradaptasi dengan kondisi yang ada. Sebagai
pelayan masyarakat kita harus tetap dalam semangat yang sama dalam
memberikan layanan terbaik.
4. Menjadi Seorang yang Mampu Bertahan Sampai Akhir
Pemimpin dapat menunjukkan integritasnya dengan melaksanakan tugas
sebaik mungkin, terlepas dari seberapa penting tugas itu atau siapa yang akan
mendapat pujian. Itulah teladan dari kesetiaan terhadap pekerjaan, suatu
integritas yang harus dimiliki setiap pemimpin.
Keterkaitan Konsep Akuntabilitas
Penerapan akuntabilitas Tim Kerja dalam kaitannya dengan aksi
perubahan “Penyediaan Layanan Kios Materi Film secara Elektronik (e-KIOS)
pada Pelayanan Administrasi Pendaftaran Sensor Film dan Iklan Film Berbasis
Elektronik (e-SiAS) di Sekretariat Lembaga Sensor Film Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan” menggunakan 3 (tiga) indikator untuk mengukur tingkat
akuntabilitas Tim Kerja dalam pelaksanaan aksi perubahan, adapun 3 (tiga)
indikator tersebut adalah sebagai berikut :
1. Adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur
pelaksanaan;
Proses pelayanan administrasi sensor film dan iklan film merupakan salah
satu pelayanan seKtor publik yang diatur secara jelas dan ketat dalam
peraturan perundang-undangan. Prosedur yang dilakukan harus jelas dan
akuntabel karena outputnya adalah layanan yang langsung dirasakan oleh
masyarakat. Oleh karena itu, aksi perubahan ini menjadi satu agenda strategis
untuk melihat kembali kesuaian pelaksanaan pelayanan dengan prosedur
standar yang sudah dibuat.
Page 26
18
2. Adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan atau kelalaian dalam
pelaksanaan kegiatan;
Pelayanan administrasi sensor film dan iklan film menghasilkan produk
hukum berupa legalitas dan keabsahan suatu tayangan untuk dipertunjukkan
kepada khalayak umum. Oleh karena itu, seluruh proses bisnis pelayanan
harus sesuai prosedur dan hasil produknya tidak menimbulkan permasalahan.
Implementasi aksi perubahan menjadi satu upaya untuk semakin
meningkatkan keamanan dalam prosedur pelayanan.
Komitmen seluruh struktur dan komponen yang ada di LSF untuk
melaksanakan pelayanan dengan sebaik-baiknya adalah untuk menjaga
kepercayaan stakeholder kepada LSF. Pengguna layanan sensor yang terdiri
dari seluruh pelaku usaha perfilman, pelaku usaha pertelevisian, iklan,
kementerian/lembaga, penggiat seni, budaya, dan lain sebagainya merupakan
mitra strategis LSF dalam pelayanan. Seluruh pihak yang terlibat diajak untuk
bersama-sama menjaga integritas dalam setiap aktifitasnya. Penerapan
reward dan punishment akan diberlakukan dengan tegas.
3. Adanya output dan outcome yang terukur.
Pelaksanaan program kerja yang menjadi acuan adalah rencana strategis
yang sudah direncanakan oleh lembaga. Dalam perencanaan tersebut sudah
ditargetkan capaian output yang merupakan hasil seluruh proses kegiatan,
tentu dengan diukur keberhasilanya. Ketercapaian itu sangat mempengaruhi
outcome yang sudah ditargetkan. Aksi perubahan ini memberi dukungan
terhadap keberhasilan pelayanan administrasi sensor dari sisi kecepatan dan
ketepatan data. Implementasi sistem aplikasi e-KIOS akan sangat membantu
proses pelayanan menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga diharapkan hasil
kinerja layanan dan kinerja lembaga juga akan semakin meningkat.
II.2. Pengelolaan Budaya Kerja dan Pemanfaatan Teknologi
Mewujudkan budaya kerja dalam rangka penguatan tata kelola menjadi
hal penting untuk mewujudkan organisasi kuat dan maju. Kemendikbud melalui
Tim Reformasi Birokrasi Kemendikbud akhirnya memutuskan tujuh tata nilai
budaya utama yang harus diterapkan di Kemendikbud, yaitu memiliki integritas;
Page 27
19
kreatif dan inovatif; inisiatif; pembelajar; menjunjung meritokrasi; terlibat aktif, dan
tanpa pamrih.
Aksi perubahan ini menjadi salah satu upaya untuk memberikan solusi
terhadap permasalahan yang timbul pada pelayanan sensor film dan iklan film di
LSF. Tata nilai sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas menjadi sangat
pentig pada masa sekarang ini. Permasalahan pandemi Covid-19 saat ini
menuntut perubahan mekanisme pelayanan dengan mengedepankan tingkat
kesehatan masyarakat termasuk seluruh pihak yang terkait dengan proses
penyensoran film dan iklan film tetapi tetap memberikan jaminan pelayanan yang
cepat dan mudah.
Demikian halnya dengan pelayanan sensor film, sebagai bagian dari
kegiatan pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Budaya pelayanan membutuhkan paradigma baru dan pola pikir positif
dari setiap pegawai pemerintah sebagai pelayan masyarakat. Perubahan pola
pikir tersebut dapat dilihat dari pemahaman pegawai bahwa tidak lagi
berorientasi pada kekuasaan, tetapi rasa melayani masyarakat. Saat setiap
pegawai pemerintah yang sudah mampu memiliki cara berpikir sebagai pelayan
publik, saat itulah budaya pelayanan yang kuat akan tumbuh. Pengelolaan
budaya pelayanan dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja melalui
saluran pelayanan yang humanis, cepat, tepat, dan efisien.
Untuk mewujudkan budaya pelayanan yang baik maka dilakukan reviu
terhadap POS pelayanan yang ada dengan memasukkan bebetapa inovasi
layanan yang lebih berpihak pada pelanggan. POS ini yang akan dijadikan
sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan sehingga terwujudnya
pelayanan prima. Pelayanan prima ini diberikan kepada setiap elemen baik
pemerintah maupun masyarakat sehingga akan melahirkan kepuasan terhadap
kualitas layanan yang diberikan. Kepuasan layanan ini akan berdampak terhadap
meningkatnya kredibilitas sebuah institusi di mata masyarakat.
Page 28
20
Upaya pengelolaan budaya pelayanan yang dibangun melalui aksi
perubahan ini meliputi hal-hal berikut:
a. Responsif, harus melayani secara cepat dan tepat sesuai prosedur layanan
yang ditetapkan
b. Tanggung jawab, bertanggung jawab dalam melayani masyarakat dari awal
hingga akhir sehingga masyarakat akan puas terhadap layanan yang
diberikan
c. Kecakapan, harus memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk
menghadapi masyarakat maupun kemampuan dalam bekerja
d. Komunikatif, mampu berkomunikasi dengan cepat memahami keinginan
masyarakat
e. Keamanan, menjaga kerahasiaan masyarakat dalam menyampaikan
pendapat agar kepercayaan tetap terjaga
Upaya yang telah dilakukan untuk mewujudkan perubahaan budaya
pelayanan melalui aksi perubahan ini ditempuh secara terukur dan sistematis
dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
Berikut peta pemanfaatan teknologi yang ada pada Sekretariat LSF:
1. Pemanfaatan sarana jaringan jardiknas yang disediakan oleh Pusat Data
dan Informasi Kemendikbud sebagai unit kerja yang menyediakan
infrastruktur jaringan yang menjadi media penghubung aplikasi agar
terhubung dengan internet;
2. Pemanfaatan teknologi informasi dalam proses pendaftaran administrasi
sensor film secara elektronik, pengelolaan struktur data, format data,
metode sharing data dan sistem pengamanan data sehingga aplikasi dapat
diakses;
3. Domain adalah penamaan aplikasi untuk dapat diakses di internet. Nama
domain merujuk pada sederet nama yang diketik oleh para pengunjung
situs di kolom pencarian agar situs Anda bisa terbuka dan dapat diakses.
Nama domain mengarahkan web browser ke server yang menyimpan
berbagai resource.
Page 29
21
4. Laman LSF, laman yang saat ini digunakan untuk memberikan informasi
kelembagaan LSF termasuk tautan layanan fasilitas pendaftaran sensor
film dan iklan film. Sebagian materi yang ada di laman ini juga akan
digunakan sebagai content yang ada di Aplikasi.
5. Aplikasi e-SiAS, sebagai sarana pelayanan pendaftaran administrasi
sensor film dan iklan film berbasis elektronik untuk mempermudah
stakeholder mendaftarkan film dan iklan film untuk disensor.
II.3. Pengelolaan Tim
Tim efektif merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung
tercapainya suatu program kerja yang tercantum dalam rencana strategis
lembaga. Pengelolaan tim menjadi sangat penting dengan tujuan agar setiap
anggota tim memahami peran masing-masing terhadap tujuan yang akan
dicapai. Pembagian kerja pada masing-masing tim juga menjadi hal yang sangat
menentukan efektifnya suatu tim. Beberapa prinsip dasar dalam pengelolaan tim
efektif yang dapat dikembangkan melalui aksi perubahan ini adalah berikut:
a. Membangun komunikasi yang baik antar sesama anggota tim, menjaga
komunikasi dalam rangka mencapai tujuan yang akan dicapai.
b. Mendelegasikan tugas kepada orang yang tepat, memberikan tugas dan
tanggung jawab kepada anggota tim sesuai dengan kualifikasi masing-
masing.
c. Saling bertukar pendapat antar sesama anggota tim, memberikan
kesempatan berpendapat dan saling menghargai pendapat sesama tim.
d. Membagi tugas secara adil dan merata terhadap semua anggota tim sesuai
dengan kapasitas dan bidang tugas masing-masing untuk mendapatkan.
e. Melakukan komunikasi secara intensif dengan seluruh anggota tim untuk
memastikan seluruh proses kerja bisa terlaksana dengan baik.
f. Melakukan monitoring dan evaluasi pada setiap akhir kegiatan sebagai
sarana perbaikan pada kegiatan di masa yang akan datang.
Keberfungsian tim kerja atau tim efektif adalah salah satu indikator
keberhasilan pelaksanaan aksi perubahan. Proses awal sampai akhir pelibatan
tim kerja menjadi hal yang sangat menentukan dan menjadi satu mailstone kunci.
Page 30
22
Struktur organisasi Tim Kerja digambarkan dalam gambar berikut
Gambar 1. Struktur Tata kelola Aksi Perubahan
STRUKTUR ORGANISASI
Tim efektif adalah tim aksi perubahan yang akan melaksanakan aksi
perubahan yang telah ditetapkan, untuk itu dalam memilih tim efektif harus
mempertimbangkan kemampuan dan memiliki kemauan untuk melaksanakan
rancangan proyek perubahan tersebut.
M. Sanggupri
Mentor
Abu Chanifah Project Leader
Stakeholder
Internal/Eksternal
Mazia Centia M. Coach
Narasumber
TIM 3
Dokumentasi
TIM 2
Aplikasi Online TIM 1
Reviu POS
1. Anton Sisdianto P. 2. Sofyan Hadi 3. Muhammad
Nurhasim 4. Octaviana Atiek 5. Ardian Wahyudi 6. Ollyvia Herlina
1. Intan Rukma Isriana 2. Aly Habsyi 3. Siswanto 4. Akbar
5. Ridwan Fahruddin
6. Akmal Prathama
Fachmiansyah
7. Dewa Puja
8. Panji Wibowo
9. Endang Srimurni
1. Wahyuni 2. Irfan 3. Hadi Prabowo 4. Irma Handayani 6. Al Arifina
Page 31
23
Dalam struktur tim efektif juga akan dijelas tentang pembagian tugas
kelompok kerja beserta kewenangan sampai dengan ke anggotanya.
1. Project Sponsor/Mentor : Kepala Sekretariat Lembaga Sensor Film (M.
Sanggupri, S.Sos.,M.Hum.)
- Memberikan arahan, dukungan dan pengawasan dalam aksi perubahan.
- Membantu menyelesaikan hambatan/ kendala dalam aksi perubahan.
- Memantau jalannya aksi perubahan.
- Memberikan dukungan secara berkelanjutan terhadap aksi perubahan
2. Coach : Ir. Mazia Centia Murni, M.M.Pd.
- Melakukan pembimbingan dan mengarahkan pelaksanaan aksi
perubahan dalam organisasi, dari sisi substansi pelaporan dan
milestone.
- Memberikan saran dan pertimbangan prosedural berdasarkan hasil
evaluasi dan laporan pemimpin aksi perubahan
- Membantu menyelesaikan masalah ketika ada hambatan atau kendala
ketika pelaksanaan kegiatan.
- Mengevaluasi kegiatan secara menyeluruh
3. Project Leader : Kepala Subbagian Umum Sekretariat Lembaga Sensor Film
(Abu Chanifah, S.H.,M.M.)
- Bertanggung jawab dalam proyek perubahan dari
perencanaan, implementasi hingga evaluasi dan pelaporan
- Merancang dan memimpin pelaksanaan aksi perubahan
- Membentuk tim pelaksana serta menyusun rencana kerja dan uraian
tugas tim pelaksana
- Memantau dan mengevaluasi proses pelaksanaan aksi perubahan serta
menjamin mutu hasilnya
- Melaporkan proses dan hasil pelaksanaan aksi perubahan kepada mentor
dan coach
- Melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan stakeholder terkait
Page 32
24
4. Tim Kerja (Work Team), terdiri dari:
a. Tim 1, Bertanggung jawab dalam proses reviu POS:
- Menginventarisir permasalahan pada pelayanan dengan POS lama
- Mengidentifikasi alur dan bisnis proses yang tidak sesuai
- Melakukan perbaikan terhadap POS layanan administrasi sensor
- Melaksanakan sosisalisasi POS
b. Tim 2, Bertanggung jawab dalam pembuatan Aplikasi:
- Membantu membuat desain dan rancang bangun aplikasi e-KIOS
- Menyusun panduan/petunjuk teknis aplikasi
- Melaksanakan pendampingan penerapan Aplikasi e-KIOS kepada
Petugas Admin Aplikasi e-KIOS.
c. Tim 3, bertanggung jawab pada proses dokumentasi dan administrasi:
- Mendukung dan membantu Project Leader dalam melaksanakan Aksi
perubahan dalam hal kelengkapan administrasi maupun dokumentasi.
- Menjalankan tugas sebagai petugas admin Melalui Penyediaan Kios
Materi Film (e-KIOS) pada Layanan Administrasi Sensor Berbasis
Elektronik (E-SiAS) pada Sekretariat Lembaga Sensor Film
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
- Membantu project leader dalam penyiapan, proses, dan evaluasi
anggaran rancangan aksi perubahan yang berasal dari DIPA Seketariat
LSF.
- Menyiapkan administrasi dan tahapan kegiatan jangka pendek
Page 33
25
Tabel 1. Daftar pelaksanaan tim kerja
No. Kegiatan Nama tim Kerja Peran Tanggal
1 Pembentukan
Tim Efektif
- Kepala
Sekretariat
- Kasubbag
Umum
- Kapokja
Fasilitasi
- Menyusun draf Surat Keputusan
- Menyusun drat pembagian tugas
- Finalisasi dan
pengesahan
Surat Keputusan
- Pengarahan
Mentor
24
September
2020
2 Reviu
Prosedur
Operasional
Standar
(POS)
- Tim Kerja
- Pokja
Fasilitasi
- Konsultan
POS
- Inventarisasi dan kajian masalah
- Reviu POS lama
- Finalisasi POS baru
25
September
2020
3 Sosialisasi
POS Internal
- Tim Kerja
- Pokja
Fasilitasi
Sarana
- Menyusun rencana pelaksanaan
- Inventaris peserta, narasumber
- Membuat dan mengirimkan undangan
- Koordinasi tempat pelaksanaa
- Pelaksanaan kegiatan
28 Oktober
2020
4 Pembuatan
Desain
Aplikasi
- Tim Kerja
- Pengembang
Aplikasi
- Reviu aplikasi e-
SiAS
- Inventarisir
kebutuhan menu
30
September
2020
Page 34
26
e-KIOS
terintegrasi
- Menyusun
platform e-KIOS
yang menarik
5 Penyusunan
rencana
kebutuhan
sarana
prasarana e-
KIOS
- Tim Kerja
- Pusdatin
- Pengembang
aplikasi
- Inventarisir
kebutuhan sarana
ruang
layanan/front
office
- Inventarisir
kebutuhan sarana
ruang
administrasi/back
office
- Inventarisir
kebutuhan sarana
ruang
layanan/front
office
1 Oktober
2020
6 Ujicoba
aplikasi e-
KIOS internal
- Tim Kerja
- Pengembang
Aplikasi
- Pokja
Fasilitasi
Sensor
- Pokja Sarana
sensor
- Koordinasi
aplikasi sarana
pelayanan
administrasi/front
office
- Koordinasi sarana
aplikasi ruang
studio/back office
5 Oktober
2020
Page 35
27
II.4. Membangun Jejaring dan Kolaborasi
Jejaring kerja diperlukan bagi manajemen pada setiap tingkatan, baik
tingkat atas, menengah, maupun supervisor. Hal ini penting dan harus dilakukan
karena program-program organisasi tidak mungkin dapat diselesaikan hanya
oleh sebuah institusi secara mandiri, tetapi harus diselesaikan dengan
berkolaborasi untuk mencapai hasil yang optimal. Suatu institusi akan dapat
eksis dan berkembang jika berdiri di atas networking yang kokoh dan dinamis.
Keterlambatan dalam mengembangkan jaringan kerja dapat menyebabkan
stagnasi perkembangan institusi yang bersangkutan. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu dan daya saing bagi institusi atau
organisasi adalah dengan mengembangkan jejaring kerja sama dengan
stakeholder, baik internal maupun eksternal. Melalui jejaring kerja sama ini akan
terjadi penguatan posisi tawar terhadap stakeholder dalam mengembangkan
pelayanan sesuai dengan tugas dan fungsi.
Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen
yang terkait baik individu, lembaga, dan atau pihak-pihak yang terlibat secara
langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang
mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi,
kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang
serta berbasis masyarakat. Konsep kolaborasi didefinisikan juga digunakan
untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak
tertentu. Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang
beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja
sama, berbagi tugas, kesetaraan, dan tanggung jawab. Namun demikian
kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya yang
menjadi esensi dari kegiatan ini.
Kolaborasi tidak dibatasi oleh waktu atau periode tertentu, selama masih
ada urusan yang memiliki singgungan atau irisan dengan pihak lain maka
kolaborasi masih tetap diperlukan. Kolaborasi melibatkan beberapa pihak mulai
dari tingkat individu, kelompok kerja, dan organisasi. Dalam menjalankan
kolaborasi sangat penting untuk memahami kinerja lembaga publik.
Page 36
28
Ada sejumlah nilai yang menjadi dasar dalam melakukan kolaborasi. Nilai
(value) tersebut harus menjadi pegangan bagi kolaborator sehingga apa yang
menjadi tujuan bersama dapat tercapai. Nilai-nilai dasar (The seven core values)
yang digunakan untuk mengembangkan hubungan kerja dengan konsep
kolaborasi, yaitu;
1. Menghormati orang lain (Respect for people). Landasan utama dari setiap
organisasi adalah kepuasan masing-masing individu. Setiap orang yang akan
berkolaborasi menginginkan posisi yang kuat dan adanya kesamaan. Mereka
menginginkan kepuasan pribadi yang tinggi dan atau lingkungan kerja yang
mendukung dan mendorong kepuasan terhadap dirinya.
2. Penghargaan dan integritas rnemberikan pengakuan, etos kerja (Honour and
integrity). Dalam banyak budaya, kehormatan dan integritas membentuk
perilaku individu.
3. Rasa memiliki dan bersekutu (Ownership and alignment). Ketika semua
pegawai merasa memiliki tempat kerjanya, pekerjaan dan perusahaannya
maka mereka akan memeliharanya dengan baik.
4. Konsensus (Consensus). Ini adalah kesepakatan umum bahwa kegunaan
yang amat besar adalah hubungan kerja yang dilandasi oleh keinginan untuk
menang-menang (win-win amounts to). Dalam tempat kerja yang kolaboratif
keputusan 100% harus fullyagreed untuk mencapai win-win. Ini artinya mereka
harus melewati ketidaksetujuannya sebagai usaha kuat dalam mencapai
tujuan.
5. Penuh rasa tanggung jawab dan tanggung-gugat (Full responsibility and
Accountability). Dalam paradigma hirarki biasanya orang menjadi tertutup satu
dengan yang lainnya, karena uraian pekerjaannya, karena tugas-tugasnya
dan karena unit organisasinya. Faktanya setiap orang hanya akan
bertanggung jawab pada daftar tugas pekerjaannya saja.
6. Hubungan saling mempercayai (Trust-based Relationship). Semua orang
menginginkan adanya kepercayaan dan keterbukaan dalam bekerja. Pada
prinsipnya mereka juga ingin dipercaya. Akan tetapi kepercayaan tidak datang
dengan mudahnya. Pada kenyataannya, banyak di antara mereka antara satu
Page 37
29
dengan yang lainya kurang saling mempercayai. Inilah yang menyulitkan
dalam suatu organisasi.
7. Pengakuan dan pertumbuhan (Recognition and Growth). Hal yang tidak kalah
penting dalam tempat kerjayang kolaboratif adalah adanya upaya mendorong
orang untuk mau bekerja, dan segera memberi pengakuan terhadap hasil
kerja seseorang bagi semua anggota tim atau kelompok.
Dalam kaitannya dengan aksi perubahan, membangun Jejaring dan
kolaborasi dalam optimalisasi layanan informasi publik secara jelas sudah
dijelaskan dalam Permendikbud Nomor: 41 Tahun 2020 Tentang Layanan
Informasi Publik di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Merujuk pada
pengertian di atas, dapat diartikan bahwa aplikasi layanan sensor berbasis
elektronik dan penyediaan layanan materi film dan iklan film berbasis elektronik
oleh Sekretariat Lembaga Sensor Film merupakan Platform publik yang tidak
mandiri bekerja sendiri, melainkan perlu membangun jejaring dan berkolaborasi
dengan Unit Kerja lain antara lain:
a. Biro dan Pusat di Lingkungan Setjen Kemendikbud
b. Direktur Jenderal Kebudayaan
b. Pusat Data dan Teknologi Informasi
c. Pengusaha Perfilman
d. Pengusaha Televisi
e. Production House (PH)
f. Komunitas Perfilman
g. Pengusaha Bioskop
h. Kementerian/Lembaga
Manfaat yang diperoleh melalui proses membangun jejaring dan
kolaborasi dari Aksi Perubahan adalah dapat meningkatkan partisipasi
masyarakat, mensinergikan program, meningkatkan sosialisasi, promosi, dan
publikasi, peningkatan akses, pencitraan publik, penguatan kapasitas dan
kapabilitas Lembaga.
Pengaruh dan Kepentingan Masing-masing StakeholdersBerdasarkan
hasil pengamatan kondisi dan analisis dengan menggunakan kuadran
kepentingan dan pengaruh, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Page 38
30
a. Peta Peranan Masing masing Stakeholder
Stakeholder (pemangku kepentingan) dipetakan dengan jelas mana yang
berperan sebagai stakeholder utama (primer), stakeholder pendukung
(sekunder).
Stakeholder adalah faktor yang tidak dapat dikesampingkan dari proses
aksi perubahan, stakeholder bahkan dapat menjadi faktor pendorong
keberhasilan atau sebaliknya bisa saja menjadi faktor penghambat. Untuk itu,
dalam melaksanakan aksi perubahan dianggap perlu untuk melakukan
identifikasi stakeholder yang memiliki pengaruh terhadap hasil akhir aksi
perubahan. Stakeholder yang dimaksud antara lain dari instansi/individu yang
dapat dikelompok menjadi stakeholder internal (masih dalam satu
satker/lingkup eselon I) dan stakeholder eksternal (instansi lain/individu) yang
berpengaruh di luar instansi peserta.
Berikut daftar stakeholder internal dan stakeholder eksternal yang ada
adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2. Daftar Stakeholder
No. Daftar Pemangku Kepentingan
(Stakeholder)
Pengaruh Kepada Aksi
Perubahan
INTERNAL Kuat Sedang Lemah
1. Anggota LSF √
2. Tenaga Sensor LSF √
3. Kepala Sekretariat LSF √
4. Kapokja Sekretariat LSF √
5. Staf Pokja Fasilitasi Proses
Penyensoran √
6. Sekretaris Jenderal
Kemendikbud √
Page 39
31
No. Daftar Pemangku Kepentingan
(Stakeholder)
Pengaruh Kepada Aksi
Perubahan
7. Direktur Jenderal Kebudayaan √
8. Inspektur Jenderal √
9. Direktur Perfilman, Musik, dan
Media Baru √
EKSTERNAL
1. Production House (PH) √
2. Exebitor /Pertunjukan (Bioskop
dan Drive in)
√
3. Stasiun Televisi √
4. Video on Demand/VOD/OTT
(Jaringan Internet)
√
5. Masyarakat/Penghusaha √
6. Kementerian/Lembaga √
Dalam pelaksanaan aksi perubahan ini kepentingan (interest) dan
pengaruh (influence) stakeholder masing-masing dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Tabel 1.1. Peran dan Pengaruh Stakeholder
No.
Pemangku
Kepentingan
(Stakeholder)
Kepentingan Pengaruh
Tinggi Sedang Rendah Kuat Sedang Lemah
INTERNAL
1. Anggota LSF √ − − √ − −
2. Tenaga Sensor LSF √ − − √ − −
Page 40
32
No.
Pemangku
Kepentingan
(Stakeholder)
Kepentingan Pengaruh
Tinggi Sedang Rendah Kuat Sedang Lemah
3. Kepala Sekretariat
LSF √ − − √ − −
4. Kasubag Sek. LSF √ − − √ − −
5. Staf Subag Fasilitas
Proses
Penyensoran
√ − − √ − −
6. Sekretaris Jenderal
Kemendikbud − √ − √ − −
7. Direktur Jenderal
Kebudayaan − √ − − √ −
8. Inspektur Jenderal √ − − √ − −
9. Direktur Perfilman,
Musik, dan Media
Baru
− √ − √ − −
EKSTERNAL
1. Production House
(PH)
√ − − √ − −
2. Exebitor
/Pertunjukan
(Bioskop dan Drive
in)
√ − − √ − −
3. Stasiun Televisi √ − − √ − −
4. Video on
Demand/VOD/OTT
(Jaringan Internet)
√ − − √ − −
5. Masyarakat/Penghu
saha
√ − − √ − −
6 Kementerian/Lemba
ga
√ − − √ − −
Page 41
33
Berdasarkan Tabel 1.6. di atas diperoleh gambaran bahwa:
1. Stakeholder internal yang berkepentingan dari 9 (sembilan) stakeholder
terdapat 6 (enam) dengan kategori TINGGI atau 67%, 3 (tiga) dengan
kategori SEDANG atau 33%, dan 0 (nol) dengan kategori RENDAH atau 0
%.
2. Stakeholder internal yang berpengaruh dari 9 (sembilan) stakeholder
terdapat 8 (delapan) dengan kategori KUAT atau 88,9%, 1 (satu) dengan
kategori SEDANG atau 11,1%, dan 0 (nol) dengan kategori RENDAH atau 0
%.
3. Stakeholder eksternal yang berkepentingan dari 5 (lima) stakeholder
seluruhnya dengan kategori TINGGI atau 100%, 0 (nol) dengan kategori
SEDANG atau 0%, dan 0 (nol) dengan kategori RENDAH atau 0 %.
4. Stakeholder eksternal yang berpengaruh dari dari 5 (lima) stakeholder
seluruhnya dengan kategori TINGGI atau 100%, 0 (nol) dengan kategori
SEDANG atau 0%, dan 0 (nol) dengan kategori RENDAH atau 0 %.
Page 42
34
BAB III
DESKRIPSI HASIL KEPEMIMPINAN
III. 1. Capaian Dalam Perbaikan Sistem Pelayanan
Implementasi aksi perubahan “Penyediaan Layanan Kios Materi Film
Secara Elektronik (E-Kios) Pada Pelayanan Administrasi Pendaftaran Sensor
Film Dan Iklan Film Berbasis Elektronik (E-Sias) di Sekretariat Lembaga Sensor
Film” telah terealisasi dalam jenis-jenis kegiatan yang mengarah kepada
pencapaian tujuan secara menyeluruh. Karena aksi perubahan yang diusulkan
ini bersifat jangka panjang sesuai kebutuhan dan kemampuan dari Sekretariat
Lembaga Sensor Film, sehingga dalam waktu yang relatif terbatas dalam jangka
waktu 2 bulan, pelaksanaan implementasi aksi perubahan untuk saat ini hanya
difokuskan pada penyelesaian proyek untuk tahapan kegiatan pada jangka
pendek. Pelaksanaan kegiatan aksi perubahan pada jangka pendek telah selesai
dilakukan dan menghasilkan output utama dan terlaksana sesuai dengan project
charter yang telah dibuat diawal, yang dimaksudkan sebagai panduan dan
pengendalian pelaksanan kegiatan. Adapun keseluruhan tahapan
kegiatan/millestone yang telah dilaksanakan antara lain adalalah :
a) Milestone 1, Pembentukan Tim Efektif
b) Milestone 2, Pelaksanaan Reviu Prosedur Operasional Standar (SOP)
c) Milestone 3, Sosialisasi POS Internal
d) Milestobe 4, Pembuatan Desain Aplikasi
e) Milestone 5, Pembuatan Aplikasi
f) Milestone 6, Ujicoba Aplikasi Internal
Page 43
35
Tabel 1.4: Capaian Hasil Perubahan terhadap Rencana Perubahan
No Kegiatan Tanggal
Pelaksanaan Output
Tautan / link
dokumen bukti
kegiatan
1 Membentuk Tim Efektif
Rapat
koordinasi
dengan seluruh
pokja dan
mentor
25 September
2020
Jadwal Kegiatan dan SK
Tim Kerja
- Surat undangan
- Notulen kegiatan
- daftar hadir
- SK Tim Kerja
2 Pelaksanaan Reviu Prosedur Operasional Standar (POS)
Melakukan
identifikasi dan
inventarisir
permasalahan
pada POS
pelayanan
administrasi
lama
28 s.d. 30
Sept 2020
Bahan perbaikan POS
layanan administrasi
sensor film dan iklan film
- Surat undangan
- Notulen kegiatan
- POS awal dan
perbaikan
3 Sosialisasi POS Internal
Melakukan
sosialisasi
pada seluruh
staf di
lingkungan
sekretariat LSF
27 s.d. 29
Oktober 2020
- POS layanan
administrasi sensor
yang sudah final
- Surat undangan
- Notulen kegiatan
- daftar hadir
- POS layanan
yang sudah final
4 Pembuatan Desain Aplikasi e-KIOS
Page 44
36
No Kegiatan Tanggal
Pelaksanaan Output
Tautan / link
dokumen bukti
kegiatan
Membuat
rancang
bangun
aplikasi e-KIOS
30 Sept 2020
Desain dan rancang
bangun aplikasi e-KIOS
terintegrasi e-SiAS
- Surat undangan
- Notulen kegiatan
- Draf
modul/pedoman
aplikasi e-KIOS
5 Penyusunan Daftar Kebutuhan Sarana e-KIOS
Menyusun
daftar
kebutuhan
sarana e-KIOS
untuk semua
ruang layanan
yang
terintegrasi
2 Oktober
2020
Daftar kebutuhan
sarana dan prasarana
operasional aplikasi e-
KIOS
- Notulen Rapat
- Daftar hadir
- Daftar kebutuhan
sarana
prasarana e-
KIOS
6 Melakukan Uji Coba Aplikasi Internal
Melakukan
ujicoba aplikasi
Internal
5 Oktober
2020
Finalisasi aplikasi dan
review keberfungsian
aplikasi dan sarana
- Notulen Rapat
- Daftar hadir
- Daftar masalah e-
KIOS
Berdasarkan tahapan kegiatan/milestone pada jangka pendek tersebut
telah membawa dampak dan perubahan yang cukup signifikan dalam alur
pelayanan pendaftaran penyensoran film, meskipun masih terdapat hal-hal yang
harus disempurnakan sesuai kebutuhan pengguna. Ada 2 (dua) output utama
yang telah dirasakan manfaatnya antara lain:
Page 45
37
1. Telah terbentuknya aplikasi layanan e-administrasi penyensoran terutama
untuk proses pendaftaran dan upload film (khususnya untuk iklan film).
2. Terbentuknya POS baru untuk pelayanan penyensoran dengan
meminimumkan proses yang bersifat manual/memaksimalkan fungsi
Teknologi Informasi
Setelah melaksanakan aksi perubahan dengan output kegiatan yang
diperoleh dari setiap tahapan kegiatan, dapat diketahui bahwa setiap tahapan
dalam aksi perubahan dapat dapat tercapai dengan baik atas kerja tim secara
sungguh-sungguh, koordinasi secara intensif dan dukungan dari semua
stakeholders serta pengorganisasian secara maksimal, juga peran penting
keberadaan sumber daya.
rangkaian kegiatan aksi perubahan yang telah dilaksanakan
sebagaimana tersebut di atas yang disertai dengan bukti-bukti yang valid tabel
berikut ini memberikan penjelasan ketercapaian implementasi aksi perubahan.
Kegiatan 1. Membentuk Tim Kerja
Pada tahapan ini pertama-tama ketua tim melaksanakan rapat koordinasi
internal dengan tim untuk membahas konsep serta penjadwalan kegiatan dari
aksi perubahan ini. Kegiatan ini dilakukan secara luring pada tanggal 24 dan 25
september 2020. Dalam rapat tersebut beberapa masukan datang dari para
peserta rapat yang menghasilkan rencana dalam aksi perubahan tersebut. Hasil
dari kegiatan ini adalah konsep aksi perubahan, SK Tim Efektif, dan jadwal
kegiatan yang akan dilakukan kedepan. Dengan membentuk tim kerja maka akan
mempermudah ketercapaian implementasi aksi perubahan.
Dokumen kegiatan ini terlampir
Kegiatan 2. Pelaksanaan Reviu POS Pelayanan Administrasi Sensor
Identifikasi dan inventarisir terhadapkendala pelaksanaan pelayanan
administrasi sensor menjadi tugas tim kerja sebelum membuat perbaikan dan
revisi POS pelayanan administrasi sensor. Kegiatan ini melibatkan seluruh pokja
Page 46
38
yang terkait dengan pelayanan sensor film dan iklan film. Agenda selanjutnya
adalah menyusun jadwal untuk melakukan reviu terhadap POS yang sudah ada.
Dokumen kegiatan ini terlampir
Kegiatan 3. Sosialisasi POS Internal
Kegiatan ini sebagai kegiatan tindaklanjut terhadap reviu POS yang sudah
dilakukan perbaikan. Peserta kegiatan ini adalah seluruh pejabat structural, para
Kapokja dan staf yang terkait dengan pelayanan sensor film. Tujuan kegiatan ini
adalah dalam rangka untuk mendapatkan masukan terhadap upaya perbaikan
pelayanan kepada masyarakat perfilman. Dalam kegiatan ini semua masukan
ditampung dan didiskusikan untuk mendapatkan solusi terbaik. Salah satu
agendanya adalah memasukkan pelayanan e-KIOS dalam POS yang baru
Dokumen kegiatan ini terlampir
Kegiatan 4. Membuat rancang bangun (desain) aplikasi e-KIOS
Pada tanggal 30 September 2020 tim membuat rancang bangun (desain).
Dalam merancang aplikasi ini konsep yang digunakan untuk mengembangkan
aplikasi berdasarkan identifikasi kebutuhan aplikasi yang sudah dilakukan
sebelumnya. Setelah berhasil menyimpulkan identifikasi beberapa kebutuhan
aplikasi, tim pengembang merumuskan rancang bangun aplikasi pengembangan
e-KIOS pada layanan adminsitrasi sensor.
Dokumen kegiatan ini terlampir
Kegiatan 5. Menyusun kebutuhan sarana e-KIOS
Setelah dibuat aplikasi terintegrasi, proses selanjutnya adalah menyusun
daftar kebutuhan sarana dan prasarana penunjang operasional aplikasi e-KIOS
sebelum diujicoba. Kegiatan ini menjadi sangat penting karena menentukan
operasional aplikasi yang dikembangkan, mencakup sarana di ruang pelayanan
administrasi dan di ruang studio sensor. Hasil yang didapat adalah daftar
kebutuhan sarana dan prasarana penunjang aplikasi e-KIOS
Page 47
39
Dokumen kegiatan ini terlampir
Kegiatan 6. Melakukan Uji Coba Internal
Kegiatan uji coba aplikasi APKB dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober
2020. Kegiatan ini diikuti oleh Tim Kerja Aksi Perubahan dan pengembang
aplikasi. Output dari kegiatan ini adalah:
- Panduan Aplikasi e-KIOS
- Instrumen Content Management System; dan
- User Interface and User Experience.
Uji coba pada aplikasi ini secara umum dilakukan untuk mengetahui
apakah aplikasi ini dapat berjalan sebagaimana mestinya. Uji coba dilakukan
dengan lingkungan uji coba yang telah ditentukan dan dilakukan sesuai dengan
skenario uji coba. Uji coba secara khusus mempunyai beberapa tujuan :
1. Untuk memastikan mutu dari suatu produk yaitu menguji apakah produk
(dalam hal ini system informasi) yang dihasilkan telah sesuai dengan mutu
yang dipersyaratkan. Uji coba sistem dilakukan untuk memastikan atau
menjaga mutu suatu produk
2. Merupakan proses analisa dan entitas software, coba ini bertujuan untuk
mendeteksi adanya perbedaan antara kondisi software yang ada dengan
kondisi yang diinginkan, untuk melihat kerusakan/error dengan melakukan
evaluasi fitur fitur dari aplikasi yang telah dikembangkan.
III. 2. Manfaat Aksi Perubahan
Aksi perubahan ini dilakukan sebagai upaya untuk memberikan solusi
terhadap permasalahan yang timbul pada pelayanan sensor di LSF.
Permasalahan pandemi Covid-19 saat ini menuntut perubahan mekanisme
pelayanan dengan mengedepankan tingkat kesehatan masyarakat termasuk
seluruh pihak yang terkait dengan proses penyensoran film dan iklan film.
Page 48
40
Demikian halnya dengan pelayanan sensor film sebagai bagian dari
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Untuk itu sangat diyakini bahwa aksi perubahan dapat memberi
manfaat besar dalam peningkatan layanan pelaksanaan penyensoran film dan
iklan film kepada semua pihak yang berkepentingan antara lain::
1. Menunjang terlaksananya tugas pokok dan fungsi LSF dalam
menyensorkan film dan iklan film yang beredar/tayang di masyarakat.
Sebagai lembaga yang diberi kewenangan untuk melakukan sensor
terhadap semua tayangan film dan iklan film, maka LSF harus selalu
memahai tugas dan fungsi yang diemban dengan senantiasa memahami
situasi dan kondisi kekinian sesuai dengan kebutuhan zaman.
2. Menunjang terlaksananya tugas pokok dan fungsi Sekretariat Lembaga
Sensor sebagai supporting sistem LSF sebagai basis data film dan iklan film.
Sekretariat LSF sebagai struktur yang memiliki tugas fungsi memberikan
dukungan layanan terhadap LSF, maka sekretariat LSF dituntut mampu
melakukan terobosan dan inovasi dalam memberikan pelayanan dengan
sebaik-baiknya
3. Terlindunginya masyarakat dari film dan iklan film yang akan diedarkan
dan/atau dipertunjukan.
Setiap tayangan film dan iklan yang dipertunjukkan kepada khakayak melalui
berbagai media penayangan memiliki klasifikasi usia yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, LSF harus bisa memastikan bahwa masyarakat
mendapatkan tontonan yang aman dan mendidik sesuai dengan budaya
bangsa.
4. Waktu pelayanan menjadi lebih efisien dan efektif.
Dengan menggunakan aplikasi e-KIOS, stakeholder yang melakukan
pendaftaran sensor tidak memerlukan lagi nomor antrian untuk melakukan
serah terima materi film di loket pendaftaran. Tetapi stakeholder cukup
memanfaatkan sarana e-KIOS untuk melakukan pengunggahan materi film
Page 49
41
tanpa harus menggunakan nomor antrian.
5. Menjaga kesehatan semua pelaksana layanan dari Covid 19.
Pemanfaatan aplikasi e-KIOS merubah mekanisme serah terima materi film
yang secara fisik sudah tidak diperlukan lagi, sehingga pertemuan fisik atau
tatap langsung para pendaftar sensor dengan tim pelayanan sensor sudah
tidak diperlukan lagi. Hal ini tentunya sangat membantu untuk mencegah
penularan Covid-19 sesuai dengan protokol kesehatan.
6. Ruang penyimpanan materi film lebih efisien.
Selama ini materi film dan iklan film masih berbentuk fisik, yaitu berbentuk
DVD/VCD dengan jumlah yang cukup banyak kurang lebih 150 s.d. 200
keping setiap hari. Hal tersebut mengakibatkan ruang penyimpanan arsip film
menjadi tidak mencukupi lagi. Dengan aksi perubahan ini maka seberapapun
banyaknya data film dan iklan film sudah tidak memerlukan ruang
penyimpanan khusus karena semua tersimpan pada perangkat data.
7. Keamanan materi film lebih terjaga.
Materi film dan iklan film dalam bentuk fisik lebih rentan untuk terjadinya
kerusakan, baik dari sisi fisik maupun isinya. Dengan penggunaan e-KIOS
maka data film yang sudah disimpan akan lebih aman dari kerusakan dan
penggunaan lain yang tidak sesuai peruntukanya.
8. Mengurangi biaya administrasi sensor.
Salah satu hal yang cukup menarik dalam pelaksanaan aksi perubahan ini
adalah bahwa biaya yang ditanggung oleh stakeholder untuk membeli
DVD/VCD menjadi tidak ada biaya yang harus dikeluarkan. Kalau dihitung
maka efisiensi biya pendaftaran sensor bisa sampai 200—250 juta pertahun.
Page 50
42
BAB IV
KEBERLANJUTAN AKSI PERUBAHAN
IV. 1. Penetapan Target Jangka Menengah
Tindak Lanjut kegiatan jangka pendek adalah dengan melakukan target
capaian jangka menengah dan jangka panjang. Rencana tindak lanjut Aksi
Perubahan didukung oleh Mentor, diinformasikan pada stakeholder, didukung
stakeholder, dan dituangkan dalam SKP untuk menjamin keberlanjutan. Tujuan
jangka menengah dan panjang aksi perubahan ini adalah:
a. Terlaksana sosialisasi POS layanan sensor dan aplikasi e-KIOS dengan
stakeholder
b. Ujicoba penggunaan aplikasi untuk stake holder eksternal
c. Implementasi aplikasi e-KIOS
d. Terlaksananya sosialisasi POS pelayanan administrasi penyensoran di
LSF-Perwakilan;
e. Terlaksananya sosialisasi aplikasi layanan berbasis elektronik di LSF-
Perwakilan
f. Dapat digunakannya aplikasi untuk melayani pemangku kepentingan
perfilman di LSF perwakilan.
IV. 2. Penetapan Target Jangka Panjang:
Pemanfaatan aplikasi layanan penyensoran berbasis elektronik secara penuh.
Aplikasi memberikan kemudahan kepada para pemangku kepentingan untuk
bisa mengirimkan materi film tanpa melalui media DVD dan VCD dan tidak ada
pertemuan langsung dengan pihak staf LSF. Adapun konten tetap LSF yang
melakukan sensor karena LSF merupakan satu-satunya lembaga yang
mendapatkan tugas untuk mengeluarkan STLS.
Page 51
43
Tindak Lanjut kegiatan jangka pendek dengan menetapkan target capaian
jangka menengah dan jangka panjang
Tabel 1. 5: Keberlanjutan Aksi Perubahan
No Tahapan Kegiatan Output
Rencana Waktu
Pelaksanaan
JANGKA MENENGAH
1 Reviu kegiatan jangka pendek yang belum terlaksana
Melakukan sosialisasi POS
kepada stake holder
eksternal
POS layanan sensor
yang telah diperbaharui Januari 2021
Melakukan sosialisasi
penggunaan aplikasi e-
KIOS kepada stakeholder
eksternal
Aplikasi e-KIOS yang
sudah diujicoba internal Januari 2021
Penggunaan aplikasi e-
KIOS untuk layanan
administrasi sensor
Aplikasi dan sarana e-
SIAS yang sudah
tersedia
Februari 2021
2 Melalukan sosialisasi POS
baru kepada LSF
perwakilan
POS pelayanan sensor
yang sudah dpernaharui Februari 2021
3 Penggunaan Aplikasi e-
KIOS pada pelayanan
administrasi sensor
berbasis elektronik (e-SiAS)
untuk peningkatan kualitas
layanan
Aplikasi e-KIOS yang
sudah diujicoba
Maret – Juni 2021
JANGKA PANJANG
Page 52
44
No Tahapan Kegiatan Output
Rencana Waktu
Pelaksanaan
1 Penggunaan Aplikasi e-
KIOS secara penuh
berbasis elektronik
Pengembangan aplikasi e-
KIOS secara online
Agustus –
November 2021
2 Sosialisasi pelayanan
sensor secara elektronik
Terinformasikanya system,
prosedur dan catatan pada
system pelayanan
administrasi sensor
Desember 2021 -
2022
Pelaksanaan aksi perubahan “Penyediaan Layanan Kios Materi Film
secara Elektronik (e-KIOS) pada Pelayanan Administrasi Pendaftaran Sensor
Film dan Iklan Film Berbasis Elektronik (e-SiAS) di Sekretariat Lembaga Sensor
Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan” telah menyelesaikan tahapan
jangka pendek dengan beberapa hasil yang menunjukkan adanya perubahan
proses yang signifikan yang terjadi pada pelayanan pendaftaran penyensoran di
Sekretariat Lembaga Sensor Film.
Dapat disimpulkan bahwa hasil pencapaian proyek perubahan yang
dilakukan selama 2 bulan tersebut antara lain adalah :
1. Terselenggaranya penyesuaian POS untuk proses pendaftaran
penyensoran yang semula serah terima materi film secara manual dan saat
ini sudah dilakukan secara elektronik
2. Pembuatan aplikasi e-KIOS telah dilaksanakan untuk pendaftaran dan up
load data iklan film dengan beberapa catatn hal teknis yang memerlukan
penyesuaian
3. Uji Coba pelaksanaan aplikasi e-KIOS juga telah dilaksanakan kepada pihak
pengguna hanya saja maish memerlukan penyesuaian agar lebnih mudah
untuk digunakan.
Agar aksi perubahan terkait dapat terealiasi secara baik dan sempurna maka
kiranya perlu disampaikan saran-saran yang sekiranya mendukung
pengembangan perubahan berikutnya diantaranya adalah :
Page 53
45
1. Aplikasi e-KIOS yang dterapkan perlu terus dikembangkan dan disesuaikan
dengan kenutuhan para stakeholder dilingkungan Lembaga Sensor Film
2. Pengembangan langkah kegiatan pada aksi perubahan perlu dilanjutkan
sampai dengan pada tahapan jangka panjang sehingga terwujud pelayanan
penyensoran yang efektif dan efisien diseluruh lini pelayanan.
3. Diperlukan sinergi terus menerus dengan stakeholder terkait untuk
memangkas alur pelayanan yang mungkin masih terkendala
Page 54
Laporan Aksi Perubahan 9
BAB V
PENUTUP
V.1 Simpulan
a. Aksi perubahan menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan kinerja
organisasi melalui inovasi dan pengembangan layanan
b. Pemanfaatan teknologi informasi menjadi salah satu model
pengembangan dan inovasi yang tepat untuk meningkatkan kinerja
pelayanan pada saat ini
c. Perlu perencanaan yang strategis dan inovasi berkelanjutan
(sustainability) untuk memastikan proses bisnis lembaga tetap berjalan
sesuai prosedur
d. Pembentukan tim kerja dan pembagian kerja yang merata perlu dilakukan
secara optimal untuk memastikan pelaksanaan tugas dan fungsi lembaga
berjalan dengan baik
e. Monitoring dan evaluasi dalam setiap program dan kegiatan untuk
memastikan semua program berjalan sesuai dengan perencanaan.
f. Target capaian perlu dukungan semua pihak untuk mewujudkan
pelayanan prima dengan melibatkan semua stakeholder
V. 2. Saran
a. Perlu penyelesaian beberapa tahapan mailstone pada jangka pendek
yang belum terealisasi untuk dilaksanakan pada jangka menengah
b. Perlu rencana aksi pada setiap tahapan kegiatan baik jangka menengah
maupun jangka panjang
c. Perlunya dukungan dan komitmen dari semua pihak untuk mewujudkan
seluruh tahapan kegiatan agar hasil inovasi yang dikembangkan
mencapai hasil yang memuaskan.
Page 55
Laporan Aksi Perubahan 10
LAMPIRAN
SURAT TUGAS TIM AKSI PERUBAHAN
MILESTONE 1 Kegiatan : Pembentukan tim
Efektif
Identifikasi keterlibatan pihak terkait
Pembagian tugas dan Pengelompokan tim pada bidang terkait
Finalisasi & pengesahan surat tugas
Hasil Kegiatan Surat Tugas Tim
Pengelompokan tim pada bidang terkait
Penjelasan tugas dan tanggungjawabi tim perubahan
Page 56
Laporan Aksi Perubahan 11
Page 57
Laporan Aksi Perubahan 12
DOKUMENTASI
Page 58
Laporan Aksi Perubahan 13
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM PROYEK PERUBAHAN
2. Project Leader
Tugas dan tanggung jawab :
- Melakukan perencanaan, implementasi hingga evaluasi dan pelaporan
proyek perubahan.
3. Tim Pelaksana, terdiri dari:
a. Tim 1
Tugas dan tanggung jawab:
- Melakukan pembuatan, uji coba, reviu dan sosialisasi POS E-
Adminintrasi Penyensoran.
Anggota :
1. Anton Sisdianto P.
2. Sofyan Hadi
3. Muhammad Nurhasim
4. Octaviana Atiek
5. Ardian Wahyudi
6. Ollyvia Herlina
b. Tim 2
Tugas dan tanggung jawab:
- Menyusun desain dan rancangan aplikasi, uji coba dan membuat
pedoman e-KIOS.
Anggota:
1. Intan Rukma Isriana
Page 59
Laporan Aksi Perubahan 14
2. Aly Habsyi
3. Siswanto
4. Akbar
5. Ridwan Fahruddin
6. Akmal Prathama Fachmiansyah
7. Dewa Puja
8. Panji Wibowo
9. Endang Srimurni
c. Tim 3
Tugas dan tanggung jawab:
- Melakukan dokumentasi dan administrasi semua kegiatan proyek
perubahan mulai dari perencanaan, implementasi hingga evaluasi dan
pelaporan proyek perubahan.
Anggota :
1. Wahyuni
2. Irfan
3. Hadi Prabowo
4. Irma Handayani
6. Al Arifina
Page 60
Laporan Aksi Perubahan 15
MILESTONE 2 Kegiatan : Review Prosedur
Operasional
Standar (POS)
Identifikasi alur proses pendaftaran dan upload data
Identifikasi dokumen pendukung dan pelaksana kegiatan
Review POS sebelumnya
Finalisasi POS E-Administrasi Penyensoran
Hasil Kegiatan
Prosedur Operasional Standar (POS) Fasilitasi Proses Penyensoran (Sebelumnya)
Draf Prosedur Operasional Standar (POS) E-Adminintrasi Penyensoran
Undangan pembahasan POS
Daftar hadir review POS
Notula rapat
Foto Kegiatan
Page 61
Laporan Aksi Perubahan 16
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) FASILITASI PROSES PENYENSORAN (SEBELUMNYA)
Page 62
Laporan Aksi Perubahan 17
Page 63
Laporan Aksi Perubahan 18
Page 64
Laporan Proyek Perubahan 19
Page 65
Laporan Proyek Perubahan 20
Page 66
Laporan Proyek Perubahan 21
Page 67
Laporan Proyek Perubahan 22
Page 68
Laporan Proyek Perubahan 23
Page 69
Laporan Proyek Perubahan 88
Page 70
Laporan Proyek Perubahan 89
DRAF PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) E-ADMINISTRASI SENSOR REVISI
Page 71
Laporan Proyek Perubahan 90
POS FASILITASI PROSES PENYENSORAN
Pengadministrasi
Pendaftaran
Penyensoran
Bendahara
Penerima
(Kasir)
Staf Fasilitasi
Proses
Penyensoran
Kasubbag
Fasilitasi Proses
Penyensoran
Kepala
Sekretariat LSFInput dan Kelengkapan Waktu Output
A. PENDAFTARAN PENYENSORAN
i. Penerimaan Pendaftaran atau Registrasi Akun (Untuk Pemohon Baru)
1 Menerima Pendaftaran Akun atau
registrasi dari pemohan (baru)
melalui aplikasi E-Administrasi
Sensor
Daftar Persyaratan Pendaftaran atau
Registrasi Akun
5 Menit - Softcopy berkas Pendaftaran
atau Registrasi Akun
- Status Akun Terdaftar
2 Melakukan verifikasi dan approval
melalui aplikasi E-Administrasi
Sensor
Softcopy berkas pendaftaran 15 menit - Status Akun Pemohon
TerverifikasiPR untuk pengembang.
ii. Penerimaan Pendaftaran Penyensoran
3 Menerima Pendaftaran Sensor dari
pemohon melalui aplikasi E-
Administrasi Sensor dan
Status Akun Pemohon Terverifikasi
Daftar Persyaratan Pendaftaran
Penyensoran
5 Menit Softcopy berkas Pendaftaran
Penyensoran dan Materi Sensor
Menerima materi sensor melalui e-
Kios
4 Melakukan verifikasi dan approval
melalui aplikasi E-Administrasi
Sensor
Softcopy berkas Pendaftaran
Penyensoran dan Materi Sensor
15 Menit Status Pendaftaran Diterima,
informasi sbb:
- Materi Sensor beserta
informasinya
- Data durasi materi sensor (dibaca
oleh aplikasi E-Administrasi
Sensor)
- Data biaya sensor (dihitung
melalui aplikasi E-Administrasi
Sensor)
Output :
-Surat Bukti Pendaftaran
Sensor,
-Invoice (bisa didownload oleh
pelanggan)
Pengadministrasi
Pendaftaran
Penyensoran
Kasir
Staf Fasilitasi
Proses
Penyensoran
Kasubbag
Fasilitasi Proses
Penyensoran
Kepala
Sekretariat LSFInput dan Kelengkapan Waktu Output
5 Menerima Pembayaran dari
pelanggan secara manual sesuai
dengan invoice (Bukti Pendaftaran)
yang diterbitkan.
Pendaftaran diterima, informasi
sbb:
- Materi Sensor beserta informasinya
- Data durasi materi sensor (diukur
melalui aplikasi E-Administrasi
Sensor)
- Data biaya sensor (dihitung melalui
aplikasi E-Administrasi Sensor)
- Invoice (terbit melalui aplikasi E-
Administrasi Sensor)
5 Menit Bukti pembayaran/kuitansi
6 Melakukan pengimputan status
pembayaran kedalam aplikasi E-
Administrasi Sensor
- Bukti pembayaran/kuitansi 5 Menit Status Pembayaran Lunas
Pengadministrasi
Pendaftaran
Penyensoran
Kasir
Staf Fasilitasi
Proses
Penyensoran
Kasubbag
Fasilitasi Proses
Penyensoran
Kepala
Sekretariat LSFInput dan Kelengkapan Waktu Output
7 Menyiapkan Form Berita Acara
Penyensoran, jadwal penyensoran
bulanan, materi sensor dan
melakukan pengimputan juga pada
aplikasi E-Administrasi Sensor
Data Penyensoran sesuai pada
aplikasi E-Administrasi Sensor
1 jam - Form Berita Acara Penyensoran
- Jadwal penyensoran
- Materi sensor
Dilakukan manual dan elektronik,
Jadwal Bulanan dibuat oleh Staf,
diverifikasi oleh kasubbag
Fasilitasi, Kasubbag Umum,
Kepala Sekretariat dan tanda
tangan Ketua LSF
8 Menyerahkan Form Berita Acara
Penyensoran, jadwal penyensoran,
materi sensor ke Anggota LSF
- Form Berita Acara Penyensoran
- Jadwal penyensoran
- Materi sensor
- Form Penyensoran ( aplikasi E-
Administrasi Sensor)
10 Menit Serah terima
9 Menerima hasil penyensoran dalam
bentuk Berita Acara Penyensoran
dari Anggota LSF dan membaca
stasus Hasil Sensor (pada Aplikasi
E-Administrasi Sensor)
Serah terima NA - Hasil Penyensoran pada Berita
Acara Penyensoran
- Materi sensor
- Status Hasil Sensor (pada
Aplikasi E-Administrasi Sensor)
- Proses Penyensoran dilakukan
oleh Anggota LSF
-Pengoperasian peralatan sensor
mengikuti POS Pengoperasian
Sarana Penyensoran (POS-
SET.LSF-SP-01).
10 Melakukan verifikasi Berita Acara
Penyensoran.
draf STLS
11 Membuat draf STLS
12 Melakukan verifikasi draf STLS
13 Melakukan pencetakan SURAT
TANDA LULUS SENSOR (STLS) atau
SURAT TANDA TIDAK LULUS
SENSOR (STTLS) dan meminta
tanda tangan Ketua LSF.
- Hasil Penyensoran pada Berita
Acara Penyensoran
- Materi sensor
- Status Hasil Sensor (pada Aplikasi
E-Administrasi Sensor)
5 Menit Hasil cetak SURAT TANDA LULUS
SENSOR (STLS) atau SURAT
TANDA TIDAK LULUS SENSOR
(STTLS)
14 Menerima SURAT TANDA LULUS
SENSOR (STLS) atau SURAT
TANDA TIDAK LULUS SENSOR
(STTLS) yang sudah ditandatangan
Ketua LSF dan menyerahkan pada
pelanggan
Hasil cetak SURAT TANDA LULUS
SENSOR (STLS) atau SURAT TANDA
TIDAK LULUS SENSOR (STTLS)
NA SURAT TANDA LULUS SENSOR
(STLS) atau SURAT TANDA TIDAK
LULUS SENSOR (STTLS) yang
sudah ditandatangan Ketua LSF
15 Melakukan kearsipan Berita Acara
dan salinan STLS
Hasil cetak SURAT TANDA LULUS
SENSOR (STLS) atau SURAT TANDA
TIDAK LULUS SENSOR (STTLS)
5 Menit Arsip
C. PESIAPAN PENYENSORAN
D. PROSES PENYENSORAN DAN PENERBITAN KEPUTUSAN HASIL SENSOR
Setiap
tahapan
akan ada
notifikasi
kepada
pelanggan
melalui e-
mail dan
laman
akun
pelanggan.
dalam 1
studio = 3
anggota
dan 4
tenaga
sensor
B. PEMBAYARAN SENSOR
- Penerimaan pembayaran
dilakukan secara manual
mengikuti POS Penerimaan
Tarif Sensor (POS-SET.LSF-
UM-01)
- Penginputan hasil pembayaran
dilakukan juga pada aplikasi E-
Administrasi Sensor
No. Kegiatan
Pelaksana Mutu Baku
Keterangan
- Materi sensor yang mempunyai
kuota kecil langsung diupload
melalui aplikasi E-Administrasi
Sensor, sedangkan materi sensor
yang mempunyai kuota besar
dikirim secara manual.
- Proses Pendaftaran Penyensoran
dilakukan secara elektronik,
langkah-langkah diuraikan pada
Instruksi Kerja E-Administrasi
Penyensoran Buku Panduan
Aplikasi E-Administrasi
Sensor untuk Pengguna
Aplikasi dan Petunjuk
Penggunaan Aplikasi E-
Administrasi Sensor untuk
Pelanggan
No. Kegiatan
Pelaksana Mutu Baku
Keterangan
Proses Pendaftaran atau
Registrasi Akun dilakukan secara
elektronik, langkah-langkah
diuraikan pada Instruksi Kerja
E-Administrasi Penyensoran
Buku Panduan Aplikasi E-
Administrasi Sensor untuk
Pengguna Aplikasi dan
Petunjuk Penggunaan
Aplikasi E-Administrasi
Sensor untuk Pelanggan
No. Kegiatan
Pelaksana Mutu Baku
Keterangan
1
1
TIDAK SESUAI
SESUAI
TIDAK SESUAI
SESUAI
2
2
Page 72
Laporan Proyek Perubahan 91
KEGIATAN REVIU POS PELAYANAN ADMINISTRASI SENSOR
a. Kegiatan (Tanggal 28 September 2020)
Undangan
Daftar Hadir
Notula Rapat
Dokumetasi
Page 73
Laporan Proyek Perubahan 92
MILESTONE 3 Kegiatan : Sosialisasi POS
Surat Tugas
Penyusunan rencana pelaksanaan
Inventarisasi peserta dan nara sumber
Masukan terhadap Perbaikan POS yang dilaksanakan
Page 74
Laporan Proyek Perubahan 93
Daftar hadir
9
Notula
Page 75
Laporan Proyek Perubahan 94
Dokumentasi
Page 76
Laporan Proyek Perubahan 95
MILESTONE 4 Inventarisasi kebutuhan teknis untuk
diinput dalam program aplikasi
Page 77
Laporan Proyek Perubahan 96
Undangan
Daftar Hadir
Undangan
Page 78
Laporan Proyek Perubahan 97
Notula
Dokumentasi
Page 79
Laporan Proyek Perubahan 98
Page 80
Laporan Proyek Perubahan 99
RANCANG BANGUN APLIKASI
Page 81
Laporan Proyek Perubahan 100
Undangan
MILESTONE 5 Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Undangan Peserta
Inventarisir sarana yang ada
Koordinasi tempat
Pelaksanaan rapat
Hasil Kegiatan
Kegiatan : Penyusunan
Kebutuhan
Sarana e-KIOS
Bahan rencana kebutuhan sarana di ruang layanan
Bahan rencana kebutuhan sarana di ruang studio
Draft modul aplikasi e-KIOS
Page 82
Laporan Proyek Perubahan 101
Notula
Page 83
Laporan Proyek Perubahan 102
KEBUTUHAN SARANA PENDUKUNG MODUL OFFLINE (E-KIOS)NO PERIHAL RINCIAN Speksifikasi Tersedia Kekurangan
1. E-KIOS Booth/Bilik Kios yang kereeeeennnnn 1 bilik
Komputer
1. Core i7 gen 10
2. M2 128GB (untuk OS)
3. HDD 1TB (untuk penyimpanan
sementara)
4. RAM 16GB
5. Blue ray Player 2 unit (Eksternal)
6. USB port (external/internal) 10 port
7. Aplikasi convert video
8. UPS 1200 W
5 bh 3bh
2. JARINGAN INTRANET Kabel LAN 1 lot
3. STUDIO Komputer
1. Core i7 gen 10
2. M2 128GB (untuk OS)
3. HDD 1TB (untuk penyimpanan
sementara)
4. RAM 16GB
5. VGA 8GB dengan 3 displayport
(untuk share ke 2 layar TV dan layar
utama)
6. Blue ray Player 2 unit
7. Software Video Player (sudah
include di aplikasi eSiAS??)
5 bh
Kabel HDMI 5 bh
Kabel LAN 5 bh
4. KOMPUTER DI ADMINISTRASI LAYANAN SENSOR Komputer 10 bh 10 0
Kabel LAN 1 pkt 1 0
Kebutuhan
Page 84
Laporan Proyek Perubahan 103
SEKRETARIAT LEMBAGA SENSOR FILM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN FORMULIR
NOTULEN RAPAT
No. Dokumen : F-SET.LSF-MR-15
Tanggal Terbit : 13-08-2016
Revisi : 0
Halaman : 1 dari 1
Nama Acara : Rapat Analisa Kebutuhan Sarana dan Prasara E-Kios
Hari dan
Tanggal
: Jumat, 2 Oktober 2020
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Rapat Sekretariat Gedung Film lantai 6
PESERTA RAPAT POKOK BAHASAN
1. M. Sanggupri 2. Pak Ali (PT. HMS) 3. Pak Siswanto (PT. HMS) 4. Abu Chanifah 5. Intan R Isriana 6. Wahyuni 7. Akmal Prathama F. 8. Endang Srimurni 9. Ridwal Fachrudin 10. Rudy Legowardoyo 11. I Dewa Gede Puja Trisuda 12. Al-Arifina 13. Rahmat Jayadi 14. Panji Pratama 15. Akbar Arief darmawan 16. Irpan 17. Kukuh Cahyo Utomo 18. (peserta lain terlampir pada daftar hadir
peserta rapat)
Koordinasi Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Layanan e-KIOS pada Sistem e-SiAS.
NO HASIL PEMBAHASAN PENANGGUNG
JAWAB TARGET
SELESAI*) KETERANGAN
Rapat dibuka oleh M Sanggupri (Kepala Sekretariat LSF) M. Sanggupri:
Page 85
Laporan Proyek Perubahan 104
Dokumentasi
Page 86
Laporan Proyek Perubahan 105
MILESTONE 6 Kegiatan : Uji Coba aplikasi
e-KIOS Internal
Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Undangan Peserta ujicoba
Pembuatan & pengiriman undangan
Koordinasi tempat
Pelaksanaan kegiatan Uji Coba
Hasil Kegiatan
Undangan
Daftar hadir
Notulensi
Foto Kegiatan
Catatan masukan dari ujicoba
Page 87
Laporan Proyek Perubahan 106
Undangan:
Notula
Page 88
Laporan Proyek Perubahan 107
SEKRETARIAT LEMBAGA SENSOR FILM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN FORMULIR
NOTULEN RAPAT
No. Dokumen : F-SET.LSF-MR-15
Tanggal Terbit : 13-08-2016
Revisi : 0
Halaman : 1 dari 1
Nama
Acara
: Rapat Uji Coba dan Analisa Kebutuhan e-Kios
Hari
dan
Tanggal
: Senin, 5 Oktober 2020
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Ruang Rapat Sekretariat Gedung Film lantai 6
PESERTA RAPAT POKOK BAHASAN
1. M. Sanggupri 2. Pak Ali (PT. HMS) 3. Pak Siswanto (PT. HMS) 4. Abu Chanifah 5. Intan R Isriana 6. Wahyuni 7. Akmal Prathama F. 8. Rudy Legowardoyo 9. I Dewa Gede Puja Trisuda 10. Rujai 11. Al-Arifina 12. Rahmat Jayadi 13. Panji Pratama 14. Akbar Arief darmawan 15. Irpan 16. Kukuh Cahyo Utomo 17. (peserta lain terlampir pada daftar hadir
peserta rapat)
Koordinasi Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Layanan e-KIOS pada Sistem e-SiAS.
Page 89
Laporan Proyek Perubahan 108
Dokumentasi
Page 90
Laporan Proyek Perubahan 109