PENYALAHGUNAAN OBAT DEXTROMETHORPHAN I. PENDAHULUAN Penyalahgunaan obat (zat) merupakan penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang dapat mempengaruhi tingkah laku, memori, alam perasaan, serta proses pikir seseorang, Penyalahgunaan ini menyebabkan kondisi ketergantungan terhadap zat adiktif yang biasa disebut dengan kecanduan (ketergantugan). Dimana seseorang akan dikatakan mengalami ketergantungan obat jika memenuhi Kriteria-kriteria dibawah ini: Memiliki keinginan yang kuat untuk mengkonsumsi zat/obat-obatan tertentu Mengurangi kemampuan untuk mengendalikan onset dan penghentian pengambilan zat, dan jumlah yang diambil Terjadinya gejala penarikan fisik pada mencoba untuk mengakhiri atau mengurangi penggunaan obat-obatan dan pengurangan ketika penggunaan dilanjutkan Mengabaikan bidang lainnya yang mendukung konsumsi obat-obatan (1) II. DEFINISI Menurut kamus besar bahasa Indonesia penyalahgunaan adalah proses, cara, perbuatan menyalahgunakan;
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENYALAHGUNAAN OBAT DEXTROMETHORPHAN
I. PENDAHULUAN
Penyalahgunaan obat (zat) merupakan penyimpangan perilaku yang disebabkan
oleh penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang dapat
mempengaruhi tingkah laku, memori, alam perasaan, serta proses pikir seseorang,
Penyalahgunaan ini menyebabkan kondisi ketergantungan terhadap zat adiktif yang
biasa disebut dengan kecanduan (ketergantugan). Dimana seseorang akan dikatakan
mengalami ketergantungan obat jika memenuhi Kriteria-kriteria dibawah ini:
Memiliki keinginan yang kuat untuk mengkonsumsi zat/obat-obatan tertentu
Mengurangi kemampuan untuk mengendalikan onset dan penghentian
pengambilan zat, dan jumlah yang diambil
Terjadinya gejala penarikan fisik pada mencoba untuk mengakhiri atau
mengurangi penggunaan obat-obatan dan pengurangan ketika penggunaan
dilanjutkan
Mengabaikan bidang lainnya yang mendukung konsumsi obat-obatan(1)
II. DEFINISI
Menurut kamus besar bahasa Indonesia penyalahgunaan adalah proses, cara,
perbuatan menyalahgunakan; penyelewengan. Dalam aritan luasnya adalah suatu
kegiatan dimana seseorang melakukan kegiatan yang menyalahgunakan apapun itu
diluar dari koridor yang seharusnya.
Dextromethorphan (DXM atau DMP) merupakan bahan kimia sintetik dengan
nama kimianya adalah 3 methoxy-17-methyl morphinan monohydrat yang merupakan
d-isomer dari levophenol, analog dari kodein dan analgesik opioid. Dekstrometorfan
berupa serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau, larut dalam air maupun ethanol
dan tidak larut dalam ether. Adapun struktur kimia dari dekstrometorfan adalah:
C18H25NO.HBr.H2O dengan berat molekul: 370,3(1,2)
Dextromethorphan merupakan jenis obat penekan batuk (antitusif) yang dapat
diperoleh secara bebas, dan banyak dijumpai pada sediaan obat batuk maupun flu.
Dosis dewasa adalah 15-30 mg, diminum 3-4 kali sehari. Efek anti batuknya bias
bertahan 5-6 jam setelah penggunaan per-oral. Jika digunakan sesuai aturan, jarang
menimbulkan efek samping yang berarti(2)
Jenis obat Dextromethorphan yang sering disalahgunakan oleh masyarakat.
III. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi penggunaan obat dextrometorfan untuk anak-anak dibawah umur
boleh dikatakan cukup tinggi. Sebagai contoh survey yang dilakukan oleh badan
narkotika provinsi Jawa barat dalam situs resminya mengatakan bahwa 38,50% anak
yang pernah memakai pil dextro merasakan pusing dan tidak nyaman. Tetapi mereka
ingin mencoba lagi. Sementara 38,07% merasa pusing dan tidak nyaman, serta ingin
segera berhenti.
Serta dari hasil kunjungan kerja ke 26 kota/kabupaten di Jabar. Ternyata hasilnya
ditemukan pemakaian narkoba sudah bergeser dari sebatas sabu, putaw, ekstasi,
menjadi pil dextro. Selain ketakutan terhadap ancaman hukuman penjara yang cukup
berat, pil dextro relatif mudah dibeli dan murah.(3)
IV. ETIOLOGI& PATOFISIOLOGI
Ada tiga kemungkinan seorang memulai penyalahgunaan obat :
1. Seseorang awalnya memang sakit, misalnya nyeri kronis, kecemasan,
insomnia, dll, yang memang membutuhkan obat, dan mereka mendapatkan obat secara
legal dengan resep dokter. Namun selanjutnya, obat-obat tersebut menyebabkan
toleransi, di mana pasien memerlukan dosis yang semakin meningkat untuk
mendapatkan efek yang sama. Merekapun kemudian akan meningkatkan
penggunaannya, mungkin tanpa berkonsultasi dengan dokter. Selanjutnya, mereka akan
mengalami gejala putus obat jika pengobatan dihentikan, mereka akan menjadi
kecanduan atau ketergantungan terhadap obat tersebut, sehingga mereka berusaha
untuk memperoleh obat-obat tersebut dengan segala cara.
2.Seseorang memulai penyalahgunaan obat memang untuk tujuan rekreasional.
Artinya, sejak awal penggunaan obat memang tanpa tujuan medis yang jelas, hanya
untuk memperoleh efek-efek menyenangkan yang mungkin dapat diperoleh dari obat
tersebut. Kejadian ini umumnya erat kaitannya dengan penyalahgunaan substance yang
lain, termasuk yang bukan obat diresepkan, seperti kokain, heroin, ecstassy, alkohol, dll.
Yang
3. Seseorang menyalahgunakan obat dengan memanfaatkan efek samping
seperti yang telah disebutkan di atas. Bisa jadi penggunanya sendiri tidak tahu, hanya
mengikuti saja apa yang diresepkan dokter. Obatnya bukan obat-obat yang dapat
menyebabkan toleransi dan ketagihan. Penggunaannya juga mungkin tidak dalam
jangka waktu lama yang menyebabkan ketergantungan.
Dextro ditujukan sebagai antitusif, yaitu menekan batuk. Secara farmakologi, obat ini
akan menaikkan ambang batas rangsang batuk, sehingga pasien tidak terlalu sensitif
dengan rangsang batuk. Karena molekul dextro mudah berikatan ke berbagai reseptor
jadilah efeknya tidak spesifik hanya menekan si batuk saja, tetapi juga dapat
menyebabkan efek rekreasi dan berbagai efek samping seperti gatal-gatal, pusing, mual,
kesulitan bernafas (pada dosis normal), juga halusinasi, muntah, pandangan kabur,
berkeringat, demam, hipertensi, dan lain-lain (pada dosis 12,5-75x lipat dari dosis
normal)(4)
Dextromethorphan merupakan isomer levorphanol (suatu analog kodein,
turunan morfin).Hal inilah yang menyebabkannya memiliki afinitas terhadap reseptor
opioid (reseptornya narkoba) dan mengaktifkan reseptor tersebut sehingga dapat
menimbulkan efek rekreasi. Selain itu, dextromethorphan juga bias menjadi antagonis
reseptor NMDA, Penghambatan reseptor NMDA yang berlebihan ini dapat
menyebabkan berkurangnya fungsi memori, halusinasi, confusion, analgesik, dan justru
disalah artikan sebagai fungsi 'rekreasi'. Padahal, hal ini bahkan bisa sampai
menyebabkan skizofrenia yang disebabkan oleh neurotoksisitas.
Untuk menjelaskan tentang adiksi, perlu dipahami dulu istilah system reward
pada manusia. Manusia, umumnya akan suka mengulangi perilaku yang menghasilkan
sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang menyebabkan rasa menyenangkan tadi
dikatakan memiliki efek reinforcement positif. Reward bisa berasal secara alami,
seperti makanan, air, sex, kasih sayang, yang membuat orang merasakan senang ketika
makan, minum, disayang, dll. Bisa juga berasal dari obat-obatan. Pengaturan perasaan
dan perilaku ini ada pada jalur tertentu di otak, yang disebut reward pathway. Perilaku-
perilaku yang didorong oleh reward alami ini dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk
survived (mempertahankan kehidupan).
Bagian penting dari reward pathway adalah bagian otak yang disebut: ventral
tegmental area (VTA),nucleus accumbens, dan prefrontal cortex. VTA terhubung dengan
nucleus accumbens dan prefrontal cortex melalui jalur reward ini yang akan mengirim
informasi melalui saraf. Saraf di VTA mengandung neurotransmitter dopamin, yang akan
dilepaskan menuju nucleus accumbens dan prefrontal cortex. Jalur reward ini akan
teraktivasi jika ada stimulus yang memicu pelepasan dopamin, yang kemudian akan
bekerja pada system reward.
Obat-obat yang dikenal menyebabkan adiksi / ketagihan seperti kokain, misalnya,
bekerja menghambat re-uptake dopamin, sedangkan amfetamin, bekerja meningkatkan
pelepasan dopamine dari saraf dan menghambat re-uptake-nya, sehingga menyebabkan
kadar dopamine meningkat.(5)
V. GAMBARAN KLINIS
Penderita dengan gangguan penyalahgunaan obat dextromentrofan mempunyai