PENYAKIT KUSTA Definisi Kusta meripakan infeksi kronik dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama , lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat 1 Sejarah Penyakit Kusta 2 Menurut sejarah pemberantasan penyakit kusta di dunia dapat kita bagi dalam 3 (tiga) zaman yaitu zaman purbakala, zaman pertengahan dan zaman moderen. Pada zaman purbakala karena belum ditemukan obat yang sesuai untuk pengobatan penderita kusta, maka penderita tersebut telah terjadi pengasingan secara spontan karena penderita merasa rendah diri dan malu, disamping itu masyarakat menjauhi mereka karena merasa jijik. Pada zaman pertengan penderita kusta diasingkan lebih ketat dan dipaksa tinggal di Leprosaria/koloni perkampungan penderita kusta seumur hidup. 1. Zaman Purbakala. Penyakit kusta dikenal hampir 2000 tahun SM. Hal ini dapat diketahui dari peninggalan sejarah seperti di Mesir, di India 1400 SM, istilah kusta yang sudah dikenal didalam kitab Weda, di Tiongkok 600 SM, di Nesopotamia 400 SM. Pada zaman purbakala tersebut telah terjadi pengasingan secara spontan penderita merasa 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENYAKIT KUSTA
Definisi
Kusta meripakan infeksi kronik dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang
bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama , lalu kulit dan mukosa traktus
respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat 1
Sejarah Penyakit Kusta2
Menurut sejarah pemberantasan penyakit kusta di dunia dapat kita bagi dalam 3 (tiga) zaman yaitu
zaman purbakala, zaman pertengahan dan zaman moderen. Pada zaman purbakala karena belum
ditemukan obat yang sesuai untuk pengobatan penderita kusta, maka penderita
tersebut telah terjadi pengasingan secara spontan karena penderita merasa rendah diri dan malu,
disamping itu masyarakat menjauhi mereka karena merasa jijik. Pada zaman pertengan penderita
kusta diasingkan lebih ketat dan dipaksa tinggal di Leprosaria/koloni perkampungan penderita
kusta seumur hidup.
1. Zaman Purbakala.
Penyakit kusta dikenal hampir 2000 tahun SM. Hal ini dapat diketahui dari peninggalan sejarah
seperti di Mesir, di India 1400 SM, istilah kusta yang sudah dikenal didalam kitab Weda, di
Tiongkok 600 SM, di Nesopotamia 400 SM. Pada zaman purbakala tersebut telah terjadi
pengasingan secara spontan penderita merasa rendah diri dan malu, disamping masyarakat
menjauhi penderita karena merasa jijik dan takut.
2. Zaman Pertengahan.
Kira-kira setelah abad ke 13 dengan adanya keteraturan ketatanegaraan dan system feodal yang
berlaku di Eropa mengakibatkan masyarakat sangat patuh dan takut terhadap penguasa dan hak
azasi manusia tidak mendapat perhatian. Demikian pula yang terjadi pada penderita kusta yang
umumnya merupakan rakyat biasa. Pada waktu itu penyebab penyakit dan obat-obatan belum
ditemukan maka penderita kusta diasingkan lebih ketat dan dipaksakan tinggal di
Leprosaria/Koloni Perkampungan penderita kusta untuk seumur hidup.
3. Zaman Modern.
1
Dengan ditemukannya kuman kusta oleh G.H. Hansen pada tahun 1873, maka mulailah era
perkembangan baru untuk mencari obat anti kusta dan usaha penanggulangannya. Demikian halnya
di Indonesia dr. Sitanala telah mempelopori perubahan sistem pengobatan yang tadinya dilakukan
secara isolasi, secara bertahap dilakukan dengan pengobatan jalan. Perkembangan pengobatan
selanjutnya adalah sebagai berikut :
a. Pada tahun 1951 dipergunakan DDS sebagai pengobatan penderita kusta.
b. Pada tahun 1969 pemberantasan penyakit kusta mulai diintegrasikan di puskesmas.
c. Sejak tahun 1982 Indonesia mulai menggunakan obat Kombinasi Multidrug Therapy
(MDT) sesuai dengan rekomendasi WHO.
Etiologi
Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai microbakterium, dimana
microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak
mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol
sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak membentuk safrifit,
terdapat juga golongan organism patogen (misalnya Microbacterium tubercolose, mycrobakterium
leprae) yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma
infeksion.3
Epidemiologi
Prevalensi kusta di dunia dilaporkan hanya <1 per 10.000 populasi (sesuai dengan target
resolusi WHO mengenai eliminasi kusta). Paling banyak terjadi pada daerah tropis dan subtropis.
86% dilaporkan terjadi di 11 negara, Bangladesh, Brazil, China, Congo, Etiopia, India, Indonesia,
Nepal, Nigeria, Filipina, Tanzania. Namun prevalensi lepra berkurang sejak dimulai adanya MDT
pada tahun 1982. 1,2,3
Penyakit ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke IV-V yang diduga dibawa oleh
orang-orang India yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan agamanya dan berdagang. Pada
pertengahan tahun 2000, jumlah penderita kusta terdaftar di Indonesia sebanyak 20.7042 orang.
Jumlah penderita kusta terdaftar ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang
dapat mencapai eliminasi kusta sesuai target yang ditetapkan oleh WHO yaitu tahun 2000.
Indonesia memiliki 14 provinsi yang menjadi daerah rawan penyakit kusta, yaitu Jawa Timur, Irian
Jaya bagian Barat, Papua, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi
Utara, Maluku, Maluku Utara, NTT, NTB, Aceh, dan DKI Jakarta (Depkes RI, 2005).1
2
Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah :
Usia : insidensi usia puncak pada 10-20 tahun dan 30-50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkiti (2:1)
Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti
Kesadaran sosial : Umumnya negara-negara endemis kusta adalah negara dengan tingkat
sosial ekonomi rendah
Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat.
Faktor – faktor yang menentukan terjadinya kusta
1. Penyebab
2. Sumber Penularan
3. Cara keluar dari pejamu
4. Cara penularan
Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe Multi basiller (MB) kepada
orang lain dengan cara penularan langsung. Cara penularan yang pasti belum diketahui,
tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bahwa penyakit kusta dapat ditularkan melalui
saluran pernafasan dan kulit4. Timbulnya kusta bagi seseorang tidak mudah, dan tidak perlu
ditakuti tergantung dari beberapa faktor antara lain :
a. Faktor Sumber Penularan.
Sumber penulatan adalah penderita kusta tipe MB. Penderita MB inipun tidak akan
menularkan kusta, apabila berobat teratur.
b. Faktor Kuman Kusta.
Kuman kusta dapat hidup diluar tubuh manusia antara 1 – 9 hari tergantung pada suhu atau
cuaca, dan diketahui hanya kuamn kusta yang utuh (solid) saja yang dapat menimbulkan
penularan.
c. Faktor Daya Tahan Tubuh.
Sebagian besar manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil penelitian
menunjukkan gambaran sebagai berikut:
Dari 100 orang yang terpapar :
95 orang tidak menjadi sakit.
3 orang sembuh sendiri tanpa obat.
2 orang menjadi sakit, hal ini belum lagi memperhitungkan pengaruh pengobatan.
5. Cara masuk ke pejamu
6. Pejamu
3
Klasifikasi dan Gambaran Klinis 1
Ada 3 tanda kardinal. Kalau salah satunya ada, tanda tersebut sudah cukup untuk menetapkan
diagnosis penyakit kusta, yaitu :
Lesi kulit yang anestesi
Kelainan kulit / lesi dapat berbentuk bercak keputih-putihan ( hipopigmentasi ) atau
kemerah-merahan ( eritematous ) yang mati rasa ( anestesi )
Penebalan saraf perifer
Disertai dengan gangguan fungsi saraf. Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari
peradangan kronis saraf tepi ( neuritis perifer ).
Gangguan fungsi saraf ini dapat berupa :
o Gangguan fungsi sensoris : mati rasa
o Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot ( parese ) atau kelumpuhan
( paralise )
o Gangguan fungsi otonom : kulit kering dan retak - retak
Ditemukan basil M. leprae ( bakteriologis positif )
Tabel 1 Zona spektrum kusta menurut macam klasifikasinya.1
KLASIFIKASI ZONE SPEKTRUM KUSTA
Ridley & Jopling TT BT BB BL LL
Madrid Tuberkuloid borderline Lepromatosa
W.H.O Pausibasiler Multibasiler
Puskesmas Pausibasiler Multibasiler
Klasifikasi untuk kepentingan program kusta /klasifikasi WHO (1981) dan modifikasi
WHO (1988)1
1. Pausibasilar (PB)
Hanya kusta tipe I, TT dan sebagian besar BT dengan BTA negatif menurut kriteria
Ridley dan Jopling atau tipe I dan T menurut klasifikasi Madrid.
2. Multibasilar (MB)
Termasuk kusta tipe LL, BL, BB dan sebagian BT menurut kriteria Ridley dan
Jopling atau B dan L menurut Madrid dan semua tipe kusta dengan BTA positif.
4
Tabel 2 Perbedaan tipe PB dan MB menurut klasifikasi WHO
PB MB
1. Lesi kulit (makula
yang datar, papul yang
meninggi,infiltrat, plak
eritem, nodus)
2. Kerusakan saraf
(menyebabkan
hilangnya
senasasi/kelemahan
otot yang dipersarafi
oleh saraf yang
terkena)
Ø 1-5 lesi
Ø Hipopigmentasi/eritema
Ø Distribusi tidak simetris
Ø Hilangnya sensasi yang
jelas
Ø Hanya satu cabang saraf
Ø > 5 lesi
Ø Distribusi lebih simetris
Ø Hilangnya sensasi kurang
jelas
Ø Banyak cabang saraf
Sumber :Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Dit. Jen P2 dan PL. Jakarta
** Semua pasien dengan BTA positif, apapun klasifikasi klinisnya diobati dengan MDT-MB