SEMINAR PERSURATAN PAHANG Menjejaf^ Warisan (Pafiang Penyair Muda Wanita Pahang: Catatan Biografiktif & Antologi Khirul Bariah Arup Oleh: Sdr. Abdul Halim Ali 27 - 28 Oktober 2001 Tempat : Auditorium Taman Budaya, Kuantan Jlnjuran <Rersama: Jabatan Kebudayaan & Kesenian Pahang (JKKP) Fakulti Bahasa Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Dewan Persuratan Melayu Pahang (DPMP) <Dengan %erjasama Yayasan Pahang Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) Kerajaan Negeri Pahang P ! hv-f# 1 i iBfSSS TMIBIIIl'Triimil BrttnW
19
Embed
Penyair Muda Wanita Pahang: Catatan Biografiktif ...pustaka2.upsi.edu.my/eprints/346/1/Penyair muda wanita Pahang... · Berbekal kelulusan Sijil Pelajaran Malaysia ... 1997, bakat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Sajak Bersama-sama Suterdji mengisahkan pengalaman diri penyajak bersama tokoh
penulis Indonesia yang sama-sama terlibat dalam Perkampungan Penulis yang penyajak
serial, Ternyata pengalaman itu amat bererti buat penyajak terutama dalam usahanya
membina dan menempatkan diri dalam dunia kepenyairan. Dari Pak Suterdji penyajak
mendapat kata nasihat yang amat berguna buat dirinya. Kata penyajak;
Pak Suterdji
katamu 'kenali dirimu
dahulu dalam menggali ilmu
sastera yang tiada pernah padam’ [ baris 13 - 16 ]
{Usrah Perjdlanan.ha.hS)
Berada di tempat orang seringkali menjadi jarak yang mendekatkan kita k* sada
sendiri. Lamunan menjadi wahana yang sangat ampuh membujuk perasaan )i w
kita melakukan penilaian, pertanyaan yang kadangkala tidak teijawab tetapi serin ul
dijawab sendiri oleh hati kita. Demikianlah halnya berlaku kepada penyaiak ini sewaktu
berada di Pulau Rupat, Sumatera. Penyajak berasa lebih dekat kepada dirinya, bertar
dan menyoal hati. Katanya dalam Entah (i)\
telah lama
kakiku di gigi air
kocak kelam
entah masih berjari
atau kakiku hilang [ baris 1 -5 ]
(Usrah Perjalanan.h&Y. 15)
alam sajak Entah (ii) penyajak diamuk mengalami hal yang serupa;
. lama sudah
iii
9
badan dibalut 'lotion'
seinci dua inci
mata hari petang pandang menendang
entah jadi cair
atau saiut eraas [ baris 1 -6 ]
(Usrah Perjalanan.hal: 15)
Pengalaman di tempat orang tidak mungkin sama dengan pengalaman diri kita
hidup di tempat sendiri. Kata perpatah 'hujang emas di negeri orang, hujan batu di negeri
sendi'i lebih baik di negeri sendiri. Justeru, pengalaman indah beberapa ketika di tanah
seberang tidak sedikit mengurangkan rindu dan sayang penyajak kepada tanah airnya,
malah perasaan itu terus membuak tatkala kakinya mencecah di Kuala Lumpur. Perasaan
Ini digambarkan oleh penyajak dengan baik dan beraroma romantisme dalam puisinya
yang beijudul'Rindu Sungai Pahang'-, Lihat nukilan rindunya;
ingin aku pulang .
mendakapmu sungai pahang
pada dada masa dan realiti
bukti kesabaran teris
bakal kesabaran terisi
bakal kukuhlah keimanan
ini nanti di hati. [baris 12-18]
(Usrah Perjalanan .hal: 3 8)
10
Pengalaman di kampung halaman
Penyajak juga banyak menimba pengalaman diri dan kehidupan di kampung
halaman. Kampung halaman adalah dunia ketiga yang berada dalam lingkaran kehidupan
manusia selain diri dan keluarga kita. Sajak Usrah perjalanan menyingkap pengalaman
diri penyajak dengan Kampung Luit, kampung kelahiran orang tuanya. Penyajak teringin
untuk kembali menghuni kampung tanah kelahiran orang tuanya itu, namun pengalaman
diri mengenalkan kehidupan penduduk Kampung Luit yang penuh pergoiakan yang telah
menyebabkan penyajak tidak yakin pada dirinya sendiri untuk hidup aman di situ. Kata
penyajak;
desa kelahiran ayahdabonda
ingin kujadikan peneman setia '
itupun andai kubisa
kerana dasarmu, Luit
penuh pergoiakan yang entah
bilakan padam! [baris 11-16]
(Usrah Perjalanan.hal:59)
Pengalaman dengan manusia lain
Dalam pengalaman dirinya, penyajak juga telah menyaksikan manusia yang telah
hilang kemanusiaan diri, kerana tenggelam dalam arus kealpaan, Kealpaan telah
membeenarkan manusia melakukan kemaksiatan. Lihat nukilan penyajak dalam 'alpa';
ada semacam pesta
di tengah lautan manusia alpa
11
di pekat wanna malam
di hi tarn nafsu dug ana
di pantai dinifaari libur [ baris 1-5]
( Usrah P erja ia n a n h a b l)
Penyajak tidak melihat kealpaan bangsanya secara sambil lain, sebaliknya melihat
dengan pencil ketnsafan dan sikap tanggungjawab sesama bangsa, sesama manusia dm
sesama agama. Jtistemi, penyajak tidak inpa mengungkapkan kata-kata nasfliat dan
paimgallan Tuhan akan masa yang teibuang akibat kealpaan itu. Di sinilah penyajak
menemukan peatingnya masa yang tneniii pengalaman dan kehidupan rnannsia lain dan
dirinya sendiri. Sajak Bsmi masa mefangfatmkan tanggungjawab keinsanan dan
kenmasiliiman penyajak teiiiailap manusia lain (sebangsa) yang dianggap- sudah, jauh
teaJlpaaEi dan perln bamgkit memanfaaikan masa yang ada. Katanya;
te g u A h anak Ibangsaba "
feangffinilali. 4m lena yang panjang
taagpnflali dari mimpi yang isdali
TOBunfeaftaEJ sdbuah masa
yang teraras fomat manat manusia
n m s b i aah di kettdopan
sdteltaira. meajetaanya alam sama. [baris 7 — 13]
(iUsrok PesjaiammJnsa§,~%3}
Ptemgalamami yamg dilate oteh seseorang tidak sama dan suasama yang dinadapi pula
irejseaana dam beefeagm.. DemiMan jttga, latar yang meijjadi sranntar peaglalman dan
pemupukan pengalaman itu. M anusia-manusia lain, perasaan dalam diri, dorongan nafsu,
pergaulan, kepasrahan diri adalah antara sumber pembenihan pengalaman diri kita. Kata
orang-orang berilmu 'pengalaman adalah guru yang mematangkan kehidupan'. Dar
pengalaman diri kita dapat mengenaii kehidupan, membentuk sikap dan melakar
pemikiran buat mengejap diri mengharungi hari-hari mendatang. Pada pengamatan saya,
penyajak (Khirul Bariah) telah melalui sebahagian besar daripada rentetan pengalaman
kehidupan itu sebagaimana yang diunggap dalam sajak-sajaknya di dalam antologi ini.
Pengalaman diri seorang muslim
Pengalaman diri penyajak kelihatan amat sebati dengan jatidiri Kelslamannya.
Justeru, kontektualiti penyajakannya amat jelas sekali, apabila beliau dengan sedar
menghubung pengalaman hidup dengan kebesaran Allah, kehidupan selepas mati dan
perkara-perkara yang berhubungkaii dengan Islam secara khusus. Sajak-sajak seperti
Bulan tidak senyum lagi, Demi masa, Kanvas kemaafan, Menuju daerah itu, Milik-
Mu,Pintu, Pantai rindu, Sedar atau tidak, Saat kuhadap suatu subuh yang bening, Sam.
kekesalan kembali, Taubat, Wasiat untuk wanita, Zaman keberangkatan, Tanda abad dan
sesaat waktu terhenti merupakan sajak-sajak yang membicarakan persoalan keagamaan
(Islam), sarat dengan nada pujian terhadap Tuhan dan suara-suara penyesalan.
Manusia memuji Tuhan kerana banyak sebab, antaranya kerana keimanm,
bangkit dari keinsafan, menyedari kekecilan diri dan kerana kesyukuran. Mereniingi,
Usrah Perjalanan, maka kita akan temui kedalaman pengalam an penyajak mengharungi
kehidupan sebagai seorang muslim dan keintiman naiurinya menjiwai m akna hamba yang
sedar dan sentiasa menginsafi diri di hadapan Allah. Sajak Demi masa adalah runtutan
rasa tanggungjawab yang terheret oleh sikap kesal terhadap manusia sebangsa dan
seagama yang sering mensia-siakan masa yang dikumiakan oleh Allah. Sebagai insan
muslim, penyajak cukup kenal dan memahami makna ayat-ayat Al-Quran Surah Al-Asr
yang bermaksud;
'Demi masa, sesunggutmya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang
Yang beriman dan beralam soleh dan berpesan-pesan dengan kebenaran dan
Berpesan-pesan dengan kesabaran. ’
Lalu, dalam kesedaran diri itu, penyajak melontarkan kata nasihat dan madah bujukan
agar manusia kembali kepada kebenaran dan menghargai dan memanfaatkan masa yang
di telah lama disia-siakan oleh mereka yang sebangsa dan seagama dengannya. Tidak
mudah untuk seseorang lain menasihati manusia lain dalam soal-soal agama, melainkan
tugas itu seringkalinya dilakukan oleh golongan ulama dan orang-orang yang tinggi ilmu
agama. Namun, pengalaman diri dan kemumian iman telah menjadi kekuatan kepada din
penyajak untuk memberi nasihat dan menyampai seruan Islam itu.
Dalam mengharungi hidup, penyajak menemui makna rindu, sayang, iman dan
taqwa. Bagi penyajak rindu dan sayang sebenamya adalah milik Allah yang abad
Manusia yang merasai dan menikmatinya adalah kumia Tuhan dari luasnya lautan kasih
dan sayang-Nya. Justeru, manusia seharusnya pula menyediakan iman dan taqwa dalam
14
din sebagai ja lan untuk kem bali kepada Allah dan menyerahkan pengabdian hanya
kepada-Nya. Dem ikian nukil penyajak dalam sajaknya yang beijudul Milik-Mu\
Rindu yang terungkai
di ranting masa
milik-Mu abadi
miliki-Mu azali
milik-Mu hakiki
Sayang yang tercipta
adalah milik-Mu
kasih yang terkalung
adalah milik-Mu .
mesra yang terjalin
tetap milik-Mu.
Iman dan taqwa
galur ke rumah milik-Mu [baris 1-13]
Pengalaman diri menyedarkan penyajak terhadap hak milik segala sesuatu itu hanya di
sisi Allah. Lantas, tidak hairan, penyajak dengan penuh kesedaran menumpahkan
kerendahan diri dengan menghitung diri. berdoa dan bermunajat kepada Allah.
Demikianlah luahan diri penyajak dalam sajaknya Sciat kekesalan kembali.
Pengalaman memupuk cinta
Pengalaman diri penyajak bersama teman-teman dan kehidupannya di kampung
halaman turut diungkap dengan baik. Umpamanya sajak Hujan sepetang, Ingatan yang
15
kian tercicir, Sahaba dan Usrah perjalanan. Sebagai anak watan Pahang Darul Makmur,
penyajak juga tidak pemah lupa kepada budi dan jasa negerinya yang telah menumbuh
dan mendewasakan pengalaman dinnya. Lalu ditumpahican rasa kagum dan cinta yang
tidak berbelah bagi terhadap tanah air nya itu. Semua ini dinukilkan oleh penyajak dalam
sajak Bumi bertuah, iaitu sajak yang telah membawa penyajak memenangi hadiah kedua
Sayembara Menulis Puisi Anjuran angkatan Seniman Pahang tahun 1998.
Negeri tercinta tanah ibunda
Melahirkan pahlawan dan srikandi pewaris setia
Mendukung amanat kesejahteraan
Dari generasi ke generasi
Bermatlamatkan wawasan kebahagiaan. [ baris 1-5]
Susurilah sungainya yang panjang
Sepanjang kasin tertumpah
Setia dan taat tidakkan terbelah
Pada bumi bertuah, Pahang. [baris 12-15]
( Usrah Perjalanan.hd.\:62)
Cinta kepada tanah air seringkali dikaitkan dengan pengalaman hidup di tanah air itu
sendiri. Manusia sanggup bermandi darah dan mengorban nyawa demi kecintaan
terhadap tanah air. Penyajak mempunyai persepsi yang sama, Cuma tumpahan
pengorbanannya dibuktikan dengan lontaran kata cinta, rindu, taat dan kasih yang tidak
berbelah bagi lewat diksi-diksi puitisnya.
16
Kesimpulan
Meneliti antologi ini, kita akan temui gugusan pengalaman diri penyajak yang
tercipta dari lenggang lengguk kehidupannya sebagai seorang penyajak. Di sinilah juga
kita dapat menafsir citra rasa seorang penyajak muda yang sering diombak kemahuan
untuk menjadi manusia yang bijak mengatur perjalanan hidup, tahu memeta dan
menyaring pengalaman agar setiap yang menjadi pengalaman itu benar-benar berguna
untuk diri dan kehidupannya di masa kini dan masa-masa akan datang.
Sebaga: seorang penyajak muda yang masih memerlukan banyak waktu untuk
membina dir , Khirul Bariah kelihatan masih belum bersedia untuk memasuki dunia
falsafah dan kelihatan masih berada pada jarak yang agak terpisah dengan isu-isu yang
bersifat global dan sejagat. Meskipun ada sedikit percubaan ke arah itu, namun ia mudah
terkesan kerana pengarah konvensi yang ada pada stail penulisannya yang menyebabkan
banyak pengungkapannya terperangkap dalam mainan rasa dan pengalaman diri.
Usrah Perjalanan mungkin menjadi landasan pertama kepada peijalanan-
peijalanan lain bagi diri penyajak pada masa akan datang, dan yang pasti peijalanan-
peijalanan itu tentunya akan menemukan pengalaman baru di luar diri yang lebih
bermakna dan mencabar idealisme kepenyajakannya. Di waktu itu, penyajak terpaksa
berhadapan dengan tanggurrgjawab besar membangun dan membina wajah kepenyajakan
di negeri ini khasnya dan Malaysia amnya, di samping berusaha membina keperibadian
dan mencari kemerdekaan diri sendiri sebagaimana tokoh-tokoh penyair wanita seperti
17
Zurinah Hassan, Siti Zaleha Hashim, Salmi Manja atau sekurang-kurangnya segandir
dengan Mahanie Sulong, yang sudah lama berpaut pada pohon kematangan.
Bafaan Bacaan:
Ahmad Kamal Abdullah & Ahmad Razali Haji Yusof (Pngr).1990. Puisi Baharu Melayu. 1961-1986. Kuala Lumpur; Dewan Bahasa Pustaka.
Khirul Bariah Arup. 1999.Usrah Perjalanan. Pahang. Terbitan Dewan Persuratan Melayu Pahang.
Mana Sikana.1994.Mencari Keunggulan Dinamika Teks dalam Othman Putih (Pngr). Teks Cerminan Nilai Budaya Bangsa. Kuala Lumpur. Dewan Bahasa dan Pustaka.
Mohd Hashim Ismail (Pngr). 1999. Sabda Alam I. Pahang. Terbitan Dewan Persuratan Melayu Pahang.