KABUPATEN INDRAMAYU 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki jumlah penduduk serta kepadatan penduduk yang tinggi. Pada tahun 2013 Badan Pusat Statistik mencatat kepadatan penduduk Indonesia sebesar 130,2 per km 2 dengan jumlah penduduknya mencapai 251.160.124 jiwa. Tingginya angka kuantitas penduduk yang tidak diikuti dengan kualitas penduduk yang baik sehingga menyebabkan kesejahteraan sosial Indonesia rendah. Menurut UU Nomor 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk hidup sejahtera. Namun dengan semakin banyaknya jumlah penduduk, kesejahteraan tidak bisa dijaminkan kepada setiap orang. Terlebih lagi apabila seseorang tinggal disuatu wilayah dengan kondisi yang mengalami serba keterbatasan. Permasalahan kesejahteraan sosial tidak hanya disebabkan oleh kuantitas penduduk Indonesia, tetapi juga kualitas penduduknya. Kualitas penduduk seseorang dapat ditentukan dari cara pola pikirnya. Salah satu pola pikir yang salah dari penduduk di Indonesia adalah pernikahan dini. Pernikahan dini merupakan fenomena yang sudah sejak lama terjadi di Indonesia khususnya pada remaja pedesaan. Berdasarkan survei penduduk yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2005, didapatkan hasil pernikahan kelompok umur 15-19 tahun di pedesaan sebesar 11,88% lebih besar dari penduduk perkotaan yang hanya 5,28%. Kota/kabupaten di Indonesia dengan tingkat pernikahan dini tertinggi terdapat di Kabupaten Indramayu. Pada tahun 2014 kasus pernikahan dini di Kabupaten Indramayu sebanyak 429 kasus. Sebagian besar kasus pernikahan dini ini berada di wilayah pesisir dan pedesaan kabupaten Indramayu. Remaja desa di Kabupaten Indramayu sebagian besar malu jika menikah pada umur 20 tahun keatas karena bisa disebut sebagai “perawan / perjaka tua”. Selain itu keinginan dari orang tua di desa yang menikahkan anaknya semuda mungkin karena berbagai alasan atau mitos. Kondisi itulah yang menjadikan timbulnya persepsi bahwa remaja desa akan lebih dulu menikah dari pada remaja kota. Anggapan-anggapan tersebut muncul karena kurangnya pengetahuan dari masyarakat desa mengenai pentingnya pendidikan bagi remaja. Tingginya kasus pernikahan dini di Kabupaten Indramayu akan mempengaruhi pertumbuhan penduduk yang juga akan bertambah. Apabila hal ini terjadi terus menerus dan tidak diikuti dengan sumber daya manusia yang baik, maka kesejahteraan Indonesia akan tetap rendah. Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa terdapat warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum
35
Embed
Penurunan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Indramayu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KABUPATEN INDRAMAYU 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki jumlah penduduk serta kepadatan
penduduk yang tinggi. Pada tahun 2013 Badan Pusat Statistik mencatat kepadatan penduduk
Indonesia sebesar 130,2 per km2 dengan jumlah penduduknya mencapai 251.160.124 jiwa.
Tingginya angka kuantitas penduduk yang tidak diikuti dengan kualitas penduduk yang baik
sehingga menyebabkan kesejahteraan sosial Indonesia rendah. Menurut UU Nomor 11 Tahun
2009, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial
warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.
Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk hidup sejahtera. Namun dengan semakin
banyaknya jumlah penduduk, kesejahteraan tidak bisa dijaminkan kepada setiap orang. Terlebih
lagi apabila seseorang tinggal disuatu wilayah dengan kondisi yang mengalami serba keterbatasan.
Permasalahan kesejahteraan sosial tidak hanya disebabkan oleh kuantitas penduduk Indonesia,
tetapi juga kualitas penduduknya. Kualitas penduduk seseorang dapat ditentukan dari cara pola
pikirnya. Salah satu pola pikir yang salah dari penduduk di Indonesia adalah pernikahan dini.
Pernikahan dini merupakan fenomena yang sudah sejak lama terjadi di Indonesia khususnya pada
remaja pedesaan. Berdasarkan survei penduduk yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2005, didapatkan hasil pernikahan kelompok umur 15-19
tahun di pedesaan sebesar 11,88% lebih besar dari penduduk perkotaan yang hanya 5,28%.
Kota/kabupaten di Indonesia dengan tingkat pernikahan dini tertinggi terdapat di Kabupaten
Indramayu. Pada tahun 2014 kasus pernikahan dini di Kabupaten Indramayu sebanyak 429 kasus.
Sebagian besar kasus pernikahan dini ini berada di wilayah pesisir dan pedesaan kabupaten
Indramayu. Remaja desa di Kabupaten Indramayu sebagian besar malu jika menikah pada umur
20 tahun keatas karena bisa disebut sebagai “perawan / perjaka tua”. Selain itu keinginan dari
orang tua di desa yang menikahkan anaknya semuda mungkin karena berbagai alasan atau mitos.
Kondisi itulah yang menjadikan timbulnya persepsi bahwa remaja desa akan lebih dulu menikah
dari pada remaja kota. Anggapan-anggapan tersebut muncul karena kurangnya pengetahuan dari
masyarakat desa mengenai pentingnya pendidikan bagi remaja.
Tingginya kasus pernikahan dini di Kabupaten Indramayu akan mempengaruhi
pertumbuhan penduduk yang juga akan bertambah. Apabila hal ini terjadi terus menerus dan tidak
diikuti dengan sumber daya manusia yang baik, maka kesejahteraan Indonesia akan tetap rendah.
Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa terdapat
warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum
KABUPATEN INDRAMAYU 2
memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami
hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan
bermartabat.
Kabupaten Indramayu
Gambar: Lambang dan Peta Kabupaten Indramayu
Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum
Indramayu merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten
Indramayu terletak di pantai utara Provinsi Jawa Barat. Secara geografi Kabupaten Indramyu
terletak pada posisi 107° 52´ - 108° 36´ BT dan 6° 15´ - 6° 40´ LS dengan batas wilayah sebagai
berikut:
Sebelah Barat : Kabupaten Subang
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Cirebon
Sebelah Timur : Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon
Cakupan wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Indramayu saat ini terdiri dari 31
kecamatan, 309 desa, dan 8 kelurahan. Luas wilayahnya 204,011 ha dengan panjang garis pantai
147 km yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang.
Kabupaten Indramayu memilki penduduk pada akhir tahun 2010 berdasarkan hasil registrasi
penduduk BPS jumlah penduduk Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 1.663.737 jiwa yang
terbagi atas laki-laki 856.640 dan perempuan 807.907 (BPS Jawa Barat). Dari 1.663.737 jiwa
penduduk Kabupaten Indramayu terdapat 514.964 KK yang tersebar di 315 Desa/Kel dengan
kepadatan total 821 jiwa/km2. Adapun jumlah penduduk yang terbanyak yaitu Kecamatan
Indramayu dengan jumlah penduduk 107.160 jiwa dan yang terendah Kecamatan Cantigi dengan
jumlah penduduk 22.620 jiwa.
KABUPATEN INDRAMAYU 3
1.2 Lingkup pembahasan
1.2.1 Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan
sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga
dapat melaksanakan fungsi sosialnya (UU Nomor 11 Tahun 2009). Kesejahteraan sosial
dapat diartikan juga sebagai kondisi masyarakat yang sejahtera makmur dan terlepas dari
segala macam gangguan. Kesejahteraan sosial meliputi faktor kesehatan, keadaan ekonomi,
kebahagiaan, dan kualitas hidup rakyat.
Tingkat Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan penduduk dibedakan menjadi lima, yaitu sebagai berikut:
1. Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga pra sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal. Kebutuhan tersebut seperti sandang, pangan,
papan, kesehatan, dan pendidikan.
2. Keluarga Sejahtera I
Sejahtera I adalah keluarga-keluarga yang telah memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya.
Kebutuhan tersebut seperti kebutuhan ibadah, makan protein hewani, pakaian, rumah
untuk interaksi keluarga, dalam keadaan sehat, mempunyai penghasilan, bisa bacatulis
latin dan keluarga berencana.
3. Keluarga Sejahtera II
Sejahtera II adalah keluarga-keluarga yang disamping dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya, juga dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat
memenuhi keseluruhan kebutuhan perkembangannya (Developmental needs) seperti
kebutuhan untuk meningkatkan agama, menabung, berinteraksi dengan keluarga, ikut
melaksanakan kegiatan dalam masyarakat dan mampu memperoleh informasi.
4. Sejahtera III
Sejahtera III adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, psikologis dan kebutuhan pengembangannya, namun
belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat,
seperti secara teratur (waktu tertentu) memberikan sumbangan dalam bentuk material
dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta secara aktif
dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial,
keagamaan, kesenian, olah-raga, pendidikan dan sebagainya.
KABUPATEN INDRAMAYU 4
5. Sejahtera III +
Sejahtera III + adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis maupun yang bersifat
pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan
berkelanjutan bagi masyarakat.
1.2.2 Pernikahan Dini
Pernikahan dini sering terjadi di Indonesia terutama di wilayah dengan kesejahteraan
rakyatnya rendah. Meskipun dampak negatifnya tidak sedikit, pernikahan dini tetap
berlangsung dari dulu hingga sekarang karena pengaruh kebudayaan. Sebagian besar,
pernikahan dini terjadi pada golongan keluarga miskin. Pernikahan anak membuat keluarga,
masyarakat, bahkan negara mengalami kesulitan untuk melepaskan diri dari jerat
kemiskinan dan hal ini tentunya menyebabkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan yang
rendah baik anak maupun keluarga dan lingkungannya.
Faktor Penyebab Pernikahan Dini
Beberapa faktor seseorang melakukan pernikahan dini, yaitu antara lain:
1. Faktor Ekonomi
Faktor ini mengenai kondisi ekonomi keluarga. Kebanyakan kasus pernikahan dini
dilakukan oleh anak perempuan dengan laki-laki yang dianggap mampu secara
ekonomi. Hal ini dilakukan untuk meringankan beban orang tua.
2. Faktor Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan / pengetahuan orang tua maupun anak tentang
pernikahan dini. Mereka melakukan proses pernikahan dini tersebut tanpa berpikir
rasional mengenai dampak buruknya.
3. Faktor Orang Tua
Keinginan orang tua untuk segera menikahkan anaknya adalah karena orang tua ingin
segera mempunyai cucu. Selain itu, orang tua di desa tidak mau jika tersebar aib
anaknya karena terlalu dekat dengan lawan jenisnya. Oleh karena itu, orang tua lebih
memilih untuk menikahkan anaknya sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan.
4. Faktor Budaya
Bagi orang desa, budaya merupakan kelestarian yang harus dijaga maupun dihormati.
Budaya yang mempengaruhi pernikahan dini di desa diantaranya adalah tidak ingin
(malu) disebut dengan julukan “perawan / perjaka tua”. Selain itu semboyan “banyak
anak banyak rezeki” seolah melekat dalam pola pikir mereka yang harus dilakukan.
KABUPATEN INDRAMAYU 5
Dampak Pernikahan Dini
Pernikahan dini memang merupakan sesuatu yang tidak dianjurkan karena
menimbulkan dampak negatif. Namun, tidak semua pernikahan dini berdampak negatif, ada
juga dampak positifnya, yaitu sebagai berikut:
Dampak Positif
Emosional: bagi pelaku, pernikahan dini menimbulkan perasaan yang amat
menyenangkan, sehingga dapat melatih kecerdasan emosional setiap pasangannya.
Ekonomi: pernikahan dini dapat mengurangi beban orang tua, karena kedua
pasangan sudah bisa berjuang untuk mengurus ekonomi.
Kebebasan yang lebih: dengan berada jauh dari rumah maka menjadikan mereka
melakukan hal sesuai keputusannya untuk menjalani hidup finansial dan emosional
secara mandiri.
Belajar menjadi pemimpin dan memikul tanggung jawab di usia dini.
Dampak Negatif
Pendidikan: pernikahan dini umumnya dilakukan oleh seseorang putus sekolah
sebelum mencapai waktunya. Sehingga semakin menurunkan kualitas sumber daya
di bidang pendidikan.
Kesehatan: Ada dua dampak medis yang ditimbulkan oleh pernikahan usia dini
ini, yakni dampak pada kandungan dan kebidanannya. penyakit kandungan yang
banyak diderita wanita yang menikah usia dini, antara lain infeksi pada kandungan
dan kanker mulut rahim.
Psikologi: pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini
disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang
belum matang sehingga rentan perceraian.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kesejahteraan dapat mempengaruhi pernikahan dini di Kabupaten Indramayu ?
2. Bagaimana dampak pernikahan dini terhadap Kenaikan Jumlah Penduduk ?
3. Bagaimana Pengaruh Kenaikan Jumlah Penduduk terhadap Kesejahteraan ?
1.4 Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah :
1. mengetahui pengaruh pernikahan dini terhadap kesejahteraan
2. mengetahui kenaikan jumlah penduduk yang terjadi akibat pernikahan dini
3. mengetahui pengaruh kenaikan jumlah penduduk Kabupaten Indramayu
KABUPATEN INDRAMAYU 6
1.5 Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan makalah ini diawali dengan Halaman Cover, Daftar Isi, BAB I
Pendahuluan, BAB II Pembahasan, dan BAB III Penutup, dan Daftar Pustaka dari setiap bab
tersebut terdiri dari beberapa sub-bab yaitu :
BAB I Pendahuluan : 1.1. Latar Belakang, 1.2. Tujuan Permasalahan, 1.3. Rumusan Masalah, 1.4.
Sistematika Penulisan.
BAB II Skema Permasalahan
BAB III Pembahasan : 2.1. Penyebab Rendahnya Tingkat Kesejahteraan, 2.2. Pernikahan Dini dan
Naiknya Jumlah Penduduk, 2.3. Dampak akibat Rendahnya Tingkat
Kesejahteraan.
BAB III Penutup : 3.1. Kesimpulan dan Rekomendasi.
Halaman terakhir adalah daftar pustaka.
KABUPATEN INDRAMAYU 7
BAB II
SKEMA PERMASALAHAN
KABUPATEN INDRAMAYU 8
BAB III
ANALISIS PERMASALAHAN
3.1 Penyebab Rendahnya Tingkat Kesejahteraan
3.1.1 Potensi Ekonomi Kabupaten Indramayu
Kabupaten Indramayu terletak di daerah pesisir dan merupakan kabupaten yang
sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Jumlah nelayan di
Indramayu adalah 38.123 nelayan dengan hasil tangkapan ikan sekitar 400 - 600 ribu ton
pertahun. Sektor perikanan Indramayu menyumbang 53 % dari total tangkapan ikan Provinsi
Jawa Barat . Selain dari sektor kelautan, Indramayu juga memiliki potensi yang sangat besar
dalam sektor pertanian. Hal ini terlihat dari total luas wilayah pertaniannya yang mencapai
204,011 ha, terdiri dari sawah irigasi seluas 116,675 Ha dan Sawah Non Irigasi seluas 92,79
ha. Hasil pertanian baik padi, palawija maupun buah buahan banyak dihasilkan di Kabupaten
ini. Dapat kita simpulkan, potensi sumber daya alam di Kabupaten Indramayu sangat kaya,
baik di sektor pertanian maupun sektor kelautan.
Kabupaten Indramayu berada di lintasan jalur pantura, yang merupakan salah satu
jalur terpadat di Pulau Jawa, terutama pada musim mudik. Kabupaten ini juga dilintasi jalur
kereta api lintas utara Pulau Jawa. Stasiun kereta api terbesar di Indramayu adalah Stasiun
Jatibarang yang berada di Jatibarang, sekitar 19 km di selatan Kota Indramayu itu sendiri.
Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Indramayu berada dalam lokasi yang sangat strategis
dan potensial.
Di Kabupaten Indramayu terdapat kilang minyak Balongan, salah satu kilang terbesar
yang memproduksi minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan energi di Jawa Barat, DKI
Jakarta hingga Banten. Indramayu juga berperan penting bagi kelangsungan hidup
masyarakat Jawa Barat karena disini terdapat salah satu pembangkit listrik tenaga uap
terbesar yang memasok listrik ke seluruh pelosok jawa barat yaitu PLTU Sumur Adem.
Dari penjabaran diatas, terlihat bahwa Kabupaten Indramayu memiliki potensi
ekonomi yang sangat besar baik dari sumber daya pertanian, kelautan hingga sektor minyak
dan gas buminya. Tidak mengherankan jika kabupaten ini menjadi penghubung
perekonomian di Jawa Barat. Lokasinya pun sangat strategis. Segala potensi ini seharusnya
mampu menjadikan Kabupaten Indramayu sebagai kabupaten yang memiliki ekonomi kuat
dan penduduk yang sejahtera. Namun, kondisi nyata di lapangan justru terjadi penurunan
tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Indramayu.
KABUPATEN INDRAMAYU 9
3.1.2 Rendahnya Tingkat Kesejahteraan Sosial Warga Indramayu
Penurunan tingkat kesejahteraan sosial warga Indramayu disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya faktor ekonomi seperti kurangnya lapangan pekerjaan dan tingginya
pengangguran serta faktor sosial budaya yang mencakup kebiasaan, perilaku hingga pola
fikir masyarakat. Penjabaran dari faktor penyebab penurunan tingkat kesejahteraan sosial
warga Indramayu adalah sebagai berikut ;
A. Faktor Ekonomi
Faktor Ekonomi yang Menyebabkan Rendahnya Kesejahteraan Masyarakat Indramayu
1. Kurangnya tersedianya lapangan pekerjaan dan tingginya penggangguran
Indramayu memiliki potensi alam berupa sawah dan ladang yang sangat luas
dan subur serta kekayaan laut yang sangat besar. Potensi ini seharusnya bisa menjadi
lahan penyerap tenaga kerja bagi warga Indramayu. Namun, menurut data BPS
Provinsi Jawa Barat Tahun 2013, jumlah penggangguran terbuka yang tercatat
berjumlah 76.501 orang atau 9,63 % dari total angkatan kerja Indramayu. Jika di
tambah dengan pengangguran setengah terbuka dan pengagguran musiman totalnya
bisa mencapai 30 %, karena pada musim paceklik panen warga Indramayu yang
sehari-hari bertani tidak dapat bekerja. Pengangguran ini terjadi karena potensi alam
yang tersedia kurang dapat dimanfaatkan masyarakat dengan baik karena sumber daya
manusia yang tersedia kurang memilki kemampuan yang memadai.
Penjabaran ini menunjukkan bahwa meskipun potensi sumber daya
Indramayu besar, namun tidak dapat memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan yang
memadai bagi penduduknya. Memadai dalam hal ini adalah lapangan pekerjaan yang
KURANG BERMINATNYA
INVESTOR DALAM
BERINVESTASI
RENDAHNYA LAPANGAN
PEKERJAAN DAN
LAMBATNYA PERPUTARAN
EKONOMI
LAMBATNYA
PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR DAN
PEMERATAAN
PEMBANGUNAN FAKTOR EKONOMI
PENYEBAB RENDAHNYA
KESEJAHTERAAN
KABUPATEN INDRAMAYU 10
memiliki penghasilan cukup untuk memenuhi kehidupan masyarakat dan membuat
masyarakat hidup sejahtera .
Tabel Ketenagakerjaan Kabupaten Indramayu
)
*) Pengangguran terbuka :
Mencari Pekerjaan, Mempersiapkan Usaha, Merasa Tidak Mungkin Mendapat Pekerjaan,
Sudah Punya Pekerjaan tetapi belum dimulai
Sumber : BPS - Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2011,2012,2013
Grafik Jumlah Pengangguran di Kabupaten Indramayu
Sumber : BPS - Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2011,2012,2013
Kegiatan Kerja 2011 2012 2013
1 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas 1,238,992 1,255,144 1,238,757
2 Angkatan Kerja 781,688 793,828 794,197
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 63.09 63.25 64.11
b. Bekerja 702,670 732,279 717,696
c. Penganguran Terbuka *) 79,018 61,549 76,501
d. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 10.11 7.75 9.63
3 Bukan Angkatan Kerja 457,304 461,316 444,560
a. Sekolah 82,196 98,965 98,336
b. Mengurus Rumah Tangga 303,213 280,870 277,074
c. Lainnya 71,895 81,481 69,150
2011 2012 2013
KABUPATEN INDRAMAYU 11
2. Kurangnya Investasi
Tidak dapat di pungkiri hadirnya investor-investor di suatu daerah membuat
perekonomian di daerah tersebut dapat tumbuh lebih cepat. Investasi merupakan hal
positif yang positif bagi suatu daerah seperti di Kabupaten Indramayu dengan potensi
besarnya, karena perusahaan yang berinvestasi di sana dapat menciptakan lapangan
kerja baru dan mengatasi masalah pengangguran yang ada. Sayangnya, minat investor
untuk berinvestasi di Kabupaten Indramayu masih cukup minim. Hal ini dikarenakan
fasilitas seperti kawasan industri dan pendukungnya belum tersedia dengan baik.
Rendahnya investasi membuat pertumbuhan lapangan kerja juga melambat, sehingga
penuntasan pengagguran pun lambat. Akibat dari hal tersebut, kesejahteraan di
Kabupaten Indramayu juga rendah.
3. Lambatnya pembangunan insfrastruktur dan kurang meratanya tahap pembangunan
Pembangunan infrastruktur di Kabupaten Indramayu dapat dikatakan berjalan
lambat. Sebagai sebuah daerah yang sangat strategis, seharusnya pemerintah
kabupaten ini lebih gencar dalam pembangunan infrastruktur karena kawasan ini
potensial untuk dikembangkan menjadi salah satu pusat ekonomi. Namun
kenyataannya, pembangunan infrastrukur berjalan sangat lambat. Pelabuhan skala
nasional belum tersedia, pembangunan jalan hanya bergantung pada jalan pantura
yang di bangun pemerintah pusat dan sarana lain juga minim pembangunan. Hal ini
semakin diperburuk dengan pembangunan yang tidak merata dimana kawasan utara
Indramayu yang dilalui jalur pantura merasakan pembangunan yang cukup baik
sedangkan di selatan Indramayu pembangunan sangat jauh tertinggal. Hal ini
menyebabkan perekonomian warga bergerak lambat. Hal ini juga menyebabkan warga
sulit untuk mengembangkan potensi daerahnya karena infrastruktur tidak tersedia.
Kehidupan yang sulit berkembang ini pun menyulitkan warga untuk memenuhi
kesejahteraan.
B. Faktor Sosial dan Budaya
Berbicara mengenai budaya dan kebiasan, warga Kabupaten Indramayu memiliki
beberapa budaya dan kebiasaan yang menjadi sebab lambatnya pembangunan ekonomi
sehingga mengakibatkan lambatnya pengentasan perbaikan kesejahteraan sosial
masyarakat Indramayu. Faktor- faktor sosial budaya yang terjadi diantaranya adalah
menikah dini. Faktor-faktor lainnya yaitu adanya orientasi pemikiran hanya ingin
KABUPATEN INDRAMAYU 12
sekolah sampai lulus sd/ smp dan keinginan besar untuk menjadi tenaga kerja di luar
negeri serta budaya konsumtif masyarakat Indramayu.
1. Kebiasaan nikah muda dan jadi janda di usia muda
Bagi sebagian besar warga Indramayu menikah disaat usia sangat muda
merupakan sebuah hal yang lazim dilakukan. Anak anak remaja indramayu biasanya
banyak yang menikah sebelum mereka lulus sma bahkan banyak juga yang menikah
ketika baru lulus sd. Menurut data dari Dinas Pencatatan Sipil Kabupaten Indramayu
jumlah pasangan yang menikah di Indramayu mayoritas berada di usia 13-18 tahun
dan dari semua pernikahan tersebut hanya sedikit yang di laporkan ke Dinas Catatan
Sipil. Pernikahan di Indramayu biasanya diadakan secara nikah siri tanpa di catatkan
di kantor catatan sipil. Kebiasaan nikah muda ini terjadi karena bagi warga perempuan
Indramayu menanggap dengan menikah berarti hidupnya telah bebas dan tidak lagi
memberatkan keluarga karena akan ditanggung suami. Namun kenyataannya
mempelai laki-laki yang menikah biasanya juga tidak memiliki kehidupan yang
sejahtera. Akibatnya setelah menikah kehidupnnya semakin tidak sejahtera. Dan
akhirnya kembali menurunkan tingkat kesejahteaan kedua belah pihak. Kebiasaan
nikah muda di Kabupaten Indramayu juga di manfaatkan oleh para gadis-gadis muda
untuk memperoleh status. Karena setelah menikah mereka yang usianya belum sampai
18 tahun sudah bisa mendapat ktp dan sudah bisa bekerja. Namun karena tidak
matangnya usia dan kurangnya kemampuan maka pekerjaan yang di dapatkan pun
hanya berkisar sebagai pelayan atau pembantu yang tingkat penghasilannya tidak
mencukupi untuk membuat keluarga sejahtera.
2. Orientasi Pemikiran Tidak Mau Bersekolah Tinggi
KABUPATEN INDRAMAYU 13
K
Keterangan :
APK : Angka Partispasi Kasar (Jumlah yang bersekolah berapapun umurnya / Jumlah
Penduduk Usia Sekolah)
APM : Angka Partisipasi Murni (Jumlah yang bersekolah sesuai usia tingkat
pendidikan/ Jumlah Penduduk Usia Sekolah)
Sumber : Indonesia Government Index 2014
Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan saat ini. Namun
bagi sebagian warga Indramayu pendidikan bukanlah menjadi prioritas utama. Hal ini
terlihat dari tabel periode lama sekolah rata-rata warga indramayu hanya bersekolah
selama 7 tahun bagi laki-laki dan 5 tahun bagi perempuan. Dari angka partisipasi
sekolah kasar pun terlihat hanya 63,87% masyarakat yang bersekolah SLTA. Masih
banyak masyarakat yang mengaanggap pendidikan hanyalah kegiatan yang membuang
waktu dan menguras banyak biaya. Masyarakat menganggap dari pada harus bersekolah
tinggi cukuplah sampai bisa membaca dan berhitung saja dan selanjutnya lebih baik
mencari uang atau menikah. Tujuannya agar bisa membantu perekonomian keluarga
dan tidak menyusahkan keluarga. Kebiasaan dan pola fikir seperti ini agaknya keliru
karena saat ini pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Dalam mencari
KABUPATEN INDRAMAYU 14
pekerjaan yang layak harus dibutuhkan pendidikan yang baik serta kemampuan yang
mumpuni. Jika hanya bersekolah sampai smp rasanya sangat sulit untuk mendapat
pekerjaan yang layak. Dengan pendidikan yang minim hanya akan mendapat pekerjaan
seadanya seperti buruh kasar, pelayan atau yang lainnya yang penghasilannya tidak
cukup untuk mensejahterakan kehidupan.
3. Kebanggan bekerja di kota besar dan di luar negeri
Warga Indramayu sangat bangga apabila adanya anggota keluarganya yang
bekerja di kota besar atau luar negeri. Hal ini menjadi kebanggaan karena
mengganggap orang yang bekerja di luar negeri itu sukses. Padahal kenyataannya
mereka yang bekerja di kota atau luar negeri hanyalah sebagai buruh atau pelayan.
Namun saat pulang mereka berperilaku seperti layaknya orang kaya. Hal ini yang
memancing warga lain unuk berlomba-lomba menjadi tenaga kerja ke luar negeri atau
kota besar. Hal ini menyebabkan penduduk usia produktif yang harusnya dapat
melanjutkan usaha pertanian semakin sedikit, akibatnya potensi alam Indramayu tidak
dapat dimanfaatkan dengan baik untuk memenuhi kesejahteraan masyarakatnya.
4. Budaya saling pamer dan bersaing serta perilaku konsumtif
Budaya konsumtif warga indramayu merupakan salah satu hal yang membuat
warga di kabupaten ini terus berada di bawah garis kemiskinan. Warga Kabupaten
Indramayu rata-rata hanya berfikir untuk hidup hari ini. Menurut tabel pengeluaran
rata-rata warga indramayu merupakan salah satu yang terbesar di Jawa Barat. Jadi
pendapatan yang di dapat hari ini cenderung harus di habiskan hari ini juga.. Hal ini
menyebabkan mereka tidak memiliki tabungan atau investasi untuk hari esok.
Keadaan ini di perparah dengan budaya saling pamer dan bersaing, Dimana saat
memiliki sedikit uang, warga Indramayu cenderung membeli barang yang membuat
warga lainnya menginginkannya juga dan menyebabkan warga berbondong- bondong
untuk saling membeli barang yang sebenarnaya belum tentu bermanfaat. Hal yang
terlalu berlebihan seperti ini sangat merugikan mengingat rata-rata masyarakat
Indramayu hidup dalam garis kemiskinan namun mempergunakan uang dengan cara
yang tidak bijak membuat kehidupan mereka semakin parah.
KABUPATEN INDRAMAYU 15
Tabel Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Menurut Kabupaten Kota di Jawa Barat
Sumber : Jawa Barat dalam Angka 2004
Tabel Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Indramayu
Sumber : Jabar Dalam Angka
KABUPATEN INDRAMAYU 16
Berbagai faktor diatas merupakan salah satu hal yang menyebabkan rendahnya
kesejahteraan warga Indramayu. Faktor –faktor ekonomi seperti kurang meratanya
pembangunan dan lambannya pembangunan infrastruktur menjadi awal permasalahan
dampak ekonomi lainnya. Lambatnya pembangunan Infrastruktur membuat para
Investor cenderung kurang tertarik berinvestasi di Indramayu. Rendahnya Investasi
berdampak pada rendahnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Dampak faktor
ekonomi ini semakin diperparah dengan perilaku- perilaku sosial budaya warga
Indramayu. Seperti orientasi pemikiran yang menganggap menikah muda dan bekerja
lebih penting di bandingkan dengan melanjutkan pendidikan. Serta budaya konsumtif
masyarakat indramayu yang sangat tinggi. Kombinasi dari faktor soaial ini
meyebabkan kualitas sumber daya manusia Indramayu kurang memadai . Hal itu
menyebabkan mereka sulit untuk mengembangkan potensi daerahnya yang luar biasa
ataupun sulit untuk bekerja di tempat yang layak. Dengan demikian menyebabkan
kemiskinan di daerah ini akan tetap terjadi. Kemiskinan yang terjadi menyebabkan
sulitnya memperbaiki kesejahteraan masyarakat baik di bidang sosial maupun
ekonomi. Hal ini sangat miris karena sebagai sebuah daerah yang memilki potensi
luar biasa namun penduduknya gagal mencapai tingkat hidup yang layak dan sejahtera
C. Faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Pendidikan
Masalah pendidikan yang dialami oleh Kabupaten Indramayu hingga saat ini
belum dikatakan berhasil, karena masih banyak anak-anak yang berada di usia sekolah
yang seharusnya menimba ilmu dan memiliki pendidikan yang tinggi, namun mereka
lebih memilih bekerja untuk memperoleh uang demi mencukupi kebutuhan dan
membantu meringankan beban orang tua mereka. Di Kabupaten Indramayu, kasus
pendidikan yang terjadi disebabkan karena kurangnya minat usia muda atau usia
sekolah untuk melanjutkan pendidikan.
Kabupaten Indramayu merupakan salah satu Kabupaten yang ada di provinsi
Jawa Barat. Sampai tahun 2012 terdapat 50 Sekolah Menengah Atas (SMA) yang
tersebar di berbagai daerah Kabupaten Indramayu, yaitu 18 SMA Negeri dan 32 SMA
Swasta. Dibanding wilayah lainnya di Jawa Barat, Indramayu merupakan Kabupaten
yang masyarakatnya memiliki tingkat pendidikan paling rendah. Daerah dengan tradisi
masyarakat pesisir yang kuat itu, selama ini memang bisa dikatakan agak terbelakang
dalam soal pendidikan. Dari 23 daerah tingkat II di Jawa Barat, mutu pendidikan daerah
di wilayah pesisir Pantai Utara (Pantura) ini, Indramayu berada pada urutan paling
belakang. (Republika.com)
KABUPATEN INDRAMAYU 17
Menurut mantan Bupati Indramayu, Irianto Syafiuddin (Republika.com) bahwa
mengatrol pendidikan disuatu wilayah memang tidak semudah membalikan telapak
tangan. Latar belakang masyarakat yang lebih mementingkan bekerja daripada
menuntut ilmu, menjadi salah satu faktor yang hambat perkembangan SDM yang
berkualitas dan berpendidikan tinggi di Indramayu. Selain itu, faktor mental para guru
atau pejabat dinas terkait yang terus bersifat aji mumpung, akan menjadi kendala yang
serius bagi peningkatan pendidikan di Indramayu. Untuk mengatasi hal ini, maka perlu
adanya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Adapun untuk
meningkatkan kualitas SDM tersebut adalah melalui pendidikan.
Kondisi pendidikan yang terjadi saat ini di Kabupaten Indramayu, secara garis
besar akan kami jabarkan dalam uraian berikut.
1. Partisipasi Pendidikan
Jumlah penduduk usia sekolah di Kabupaten Indramayu sebanyak 208.415
anak usia 7-12 tahun, sebanyak 98.197 anak usia 13-15 tahun, dan sebanyak 96.655
anak usia 16-18 tahun. Pencapaian angka partisipasi pendidikan Kabupaten
Indramayu saat ini dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini
Data Jumlah Rombongan Belajar dan Siswa Menurut Status Sekolah
No. Jenjang Jumlah Rombel Jumlah Siswa
N S Jml N S Jml
1 TK 5 362 367 138 6.993 7.131
2 SD 6.266 71 6.337 191.221 1.632 192.853
3 SMP 824 305 1.129 38.210 12.858 51.068
4 SMA 230 139 369 9.536 4.780 14.316
5 SMK 72 163 235 3.520 6.760 10.280
6 Jumlah 7.397 1.040 8.437 242.625 33.023 275.648
Sumber: Dinas Pendidikan Kab.Indramayu. 2009
KABUPATEN INDRAMAYU 18
Grafik 1. Jumlah siswa menurut tingkat pendidikan
Berdasarkan grafik dan tabel jumlah siswa yang masih melanjutkan
pendidikannya, lembaga pendidikan yang paling banyak memiliki siswa adalah pada
jenjang Sekolah Dasar (SD). Hal ini dikarenakan pada saat masih berada di jenjang
TK minat untuk melanjutkan sekolah masih tinggi, sehingga jumlah siswa yang
masuk ke Sekolah Dasar sampai 192.853 orang. Tetapi, pada saat sudah mulai
masuk SD sebagian besar anak malah memilih untuk membantu orang tua mereka
mencari nafkah atau uang untuk melanjutkan hidup keluarga mereka, dibanding
untuk menamatkan sekolahnya dan memiliki pendidikan yang tinggi. Faktor
ekonomi menjadi penyebab anak diusia sekolah di kabupaten Indramayu yang harus
meninggalkan bangku sekolah. Jumlah siswa yang berhasil menamatkan Sekolah
Dasarnya dan melanjutkan kejenjang SMP tinggal berjumlah 51.068 anak.
Perbedaan yang sangat jauh dari jumlah siswa yang bersekolah ditingkat Sekolah
Dasar. Penurunan itu tidak berhenti, karena pada saat SMP masih ada juga anak yang
berhenti melanjutkan pendidikan. Mereka lebih memilih menikah dan bekerja agar
tidak membebankan orangtuanya lagi. Sehingga pada saat SMA dan SMK jumlah
siswanya bisa dikatakan sangat sedikit hanya sekitar 14.316 untuk yang masuk SMA
dan 10.280 untuk yang masuk SMK. Hal inilah yang menyebabkan Kab. Indramayu
memiliki angka pendidikan yang sangat rendah. Jadi, sebagian besar masyarakat
Indramayu dapat dikatakan hanya lulusan SD (Sekolah Dasar) dan Indramayu tidak
memiliki SDM yang berpendidikan tinggi.
KABUPATEN INDRAMAYU 19
2. Status Sosial Ekonomi (SSE) terhadap pendidikan
Umumnya keadaan ekonomi orangtua yang tidak melanjutkan pendidikan
anak-anaknya adalah dari golongan kurang mampu. Banyak dari mereka yang
berpenghasilan kurang dari Rp. 300.000 per bulannya. Sementara dari latar belakang
pendidikan juga tidak banyak yang menggembirakan, bahkan mereka tidak sempat
memperoleh pendidikan atau tidak sampai lulus Sekolah Dasar pada saat itu.
Berdasarkan hal itu tentu membawa dampak terhadap cara pandang dan pola pikir
dalam memahami masalah pendidikan. Orang tua menjadikan faktor ekonomi
sebagai salah satu alasan untuk menjawab pertanyaan tentang mengapa anak mereka
tidak melanjutkan sekolah. Seharusnya orang tua mendukung anaknya agar memiliki
pendidikan yang tinggi. Akibatnya, anak dari orang tua sudah tidak memikirkan
pendidikan yang ada dibenak mereka sekarang adalah bagaimana caranya mencari
uang untuk melangsungkan hidup keluarga.
3. Budaya terhadap pendidikan
Masalah budaya merupakan faktor yang tidak dapat dipandang sebelah mata,
karena bersifat abstrak dan mempunyai pengaruh yang begitu besar terhadap sebuah
proses pencapaian cita-cita atau tujuan yang ditentukan sebelumnya. Karena budaya
dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap bentuk-bentuk pemikiran baru.
Budaya masyarakat Indramayu beranggapan bahwa partisipasi pendidikan hanya
sebatas pada kemampuan membaca dan menulis. Apabila sudah cukup memenuhi
batasan tersebut maka bagi anak laki-laki, mereka berkeinginan untuk dapat berkarya
untuk keluarganya. Baik laki-laki maupun perempuan beranggapan bahwa mencari
uang lebih penting daripada untuk pendidikan. Karena dengan bekerja mereka
beranggapan dapat meringankan beban orangtua mereka. Sementara itu, jika mereka
memilih jalur pendidikan, maka mereka akan mengeluarkan biaya pendidikan yang
mahal dimana biaya pendidikan tersebut bagi warga Indramayu dapat dialih
fungsikan sebagai biaya memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Akibat kurangnya pendidikan yang didapat dan minat yang sangat tinggi
untuk bekerja, maka banyak anak di Indramayu tidak memiliki pengetahuan yang
cukup dan mudah dibujuk untuk bekerja. Hal itu menyebabkan nasib perempuan di
Indramayu sangat tragis, karena dengan mudahnya kaum perempuan terbodohi
dengan iming-iming yang tinggi. Sebagian dari mereka dihadapkan pada kenyataan
hidup yang berupa ajakan-ajakan terselubung dengan pola bujuk rayu menjadi TKI
di luar negeri. Dengan iming-iming gaji yang besar, tidak jarang mereka malah
KABUPATEN INDRAMAYU 20
terjerumus kedalam lembah hitam yang membelenggu mereka. Banyak perempuan
disana yang terbodohi dan menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK). Jadi perempuan
di Indramayu memilih untuk bekerja walaupun dengan bekal ilmu pengetahuan yang
minim. Pengaruh budaya lain yang sudah menjadi budaya di Indramayu adalah
mereka khususnya kaum perempuan lebih memilih pernikahan secara dini. Mereka
beranggapan jika mereka melakukan sebuah pernikahan maka akan meringankan
beban kedua orangtua. Karena beban tersebut akan ditanggung kepada suami dari
pernikahan itu.
3.2 Pernikahan Dini dan Naiknya Jumlah Penduduk
Tingkat pernikahan dini di Jawa Barat hingga kini masih tergolong tinggi. Jumlah
pasangan usia perkawinan (PUP) di bawah usia 19 tahun mencapai 50 persen dari total pasangan
usia subur (PUS) di Jawa Barat, yakni sekitar 9 juta pasangan. Idealnya, masyarakat menikah
pada usia 20 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Sebagian besar kasus
pernikahan dini ini banyak terjadi di daerah pantai utara (pantura) Pulau Jawa.
“Pasangan menikah di bawah usia 19 tahun masih banyak ditemukan di Subang,
Karawang, Indramayu, dan daerah pantura lainnya. Bahkan di daerah lainnya masih banyak yang
menikah pada usia 14-15 tahun,” kata Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Wilayah Jawa Barat, Siti Fathonah.
Tingginya jumlah pasangan yang menikah di usia dini menjadi salah satu penyebab
tingginya lonjakan jumlah penduduk di Jawa Barat. Jika banyak pasangan menikah muda
otomatis tingkat kesuburan pun tinggi dan rentang usia produktif masih panjang. Jika tidak
dicegah dapat menyebabkan pertambahan penduduk melaju kencang. Apalagi, tingkat kelahiran
total (TFR) Jawa Barat saat ini hampir 2,5 yang berarti bahwa hampir semua perempuan memiliki
tiga anak sepanjang usia produktifnya. Padahal, idealnya TFR mendekati angka 2 agar
pertumbuhan penduduk mencapai angka minimum.
Dibandingkan Kabupaten sejenis yang ada di dekatnya, Kabupaten Indramayu memiliki
jumlah penduduk yang lebih tinggi. Di tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Indramayu
mencapai 1.690.977 jiwa, lebih tingggi dibandingkan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten
Subang yaitu 1.307.648 dan 1.509.606.
KABUPATEN INDRAMAYU 21
Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu
Tabel jumlah penduduk di Jawa Barat
Dari letak geografis Indramayu yang terletak di sepanjang garis pantai utara. Indramayu
termasuk Kabupaten yang jumlah Penduduknya relatif tinggi dibanding dengan kabupaten lain
yang sejajar geografisnya dengan Indramayu. Hal ini dapat dilihat dari tabel yang disajikan
dibawah ini. Selain dengan melihat data jumlah penduduk Indramayu dalam angka, data TFR dan
ASFR Indramayu pun dapat menentukan tingkat kesejahteraan dan lonjakan jumlah penduduk.
Dibawah ini merupakan tabel ASFR dan TFR Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil susenas
2010.
Data TFR yang hampir mendekati angka 2,5, menunjukkan bahwa setiap ibu di Kabupaten
Indramayu rata-rata melahirkan lebih dari 2 orang anak. Usia Ibu melahirkannya pun paling
banyak terdapat pada usia produktif antara 20-25 tahun. Ini menurut data sensus dan datanya
diambil dari pasangan yang menikah sah secara negara.
Dalam kasus mereka yang menikah tidak sah secara negara, atau dalam hal ini kasus nikah
dini, maka kelahiran anak-anak mereka pun tidak tercatat. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa jika banyak pasangan menikah muda otomatis tingkat kesuburan pun tinggi
karena rentang usia produktif masih panjang. Jika tidak dicegah dapat menyebabkan pertambahan