Page 1
PENURUNAN PERILAKU AGRESIF MELALUI KONSELING
KELOMPOK PENDEKATAN GESTALT PADA SISWA
KELAS VIII E SMP NEGERI 02 SUSUKAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Oleh
Lilis Wijayanti
132013060
PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
Page 6
PENURUNAN PERILAKU AGRESIF MELALUI KONSELING
KELOMPOK PENDEKATAN GESTALT PADA SISWA
KELAS VIII E SMP NEGERI 02 SUSUKAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
Lilis Wijayanti
Tritjahjo Danny Soesilo
Setyorini
Program Studi S1 Bimbingan dan Konseling
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi penurunan perilaku agresif
melalui konseling kelompok Gestalt pada siswa Kelas VIII E SMP Negeri 02
Susukan. Subjek penelitian ini berjumlah 14 siswa kelas VIII E yang termasuk
dalam kategori perilaku agresif sangat tinggi dan tinggi. Dari 14 siswa dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Penelitian ini masuk dalam jenis penelitian quasi eksperimen dengan desain
penelitian Pretest Posttest Control Group Design. teknik analisis data yang
digunakan adalah Uji Mann Whitney U yang diolah dengan menggunakan
program SPSS 20 for windows. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
diperoleh Asymp.Sig. 2-tailed 0,002 < 0,05 dengan mean rank pada pretest
kelompok eksperimen 11,00 sedangkan mean rankposttesteksperimen adalah
4,00 sehingga ada penurunan mean rank kelompok sebesar 7,00.Hal ini
menunjukan ada penurunan perilaku agresif pada siswa yang telah diberi
treatment. Untuk mengetahui penurunan yang signifikan dapat dibandingkan
antara post test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasilnya
menunjukkan Asymp.Sig. 2-tailed 0,002 < 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa
konseling kelompok pendekatan Gestalt secara signifikan dapat menurunkan
perilaku agresif siswa.
Kata kunci: Perilaku agresif, konseling kelompok Gestalt,
Pendahuluan
Kecenderungan
mengesampingkan aspek
afektif/sikap menjadi salah satu
penyebab munculnya sifat-sifat
remaja siswa SMP yang
menyimpang. Munculnya perilaku
yang menyimpang diantaranya
adalah agresivitas yang berlebihan.
Menurut Buss (dalam Krahe, 2005)
mendefinisikan perilaku agresif
sebagai sebuah respon yang
mengantarkan stimuli ‘beracun’
kepada mahluk hidup lain. Mereka
adalah remaja yang pada umumnya
berusia antara 13-19 tahun sebagai
remaja yang sedang mengalami masa
transisi. Masa remaja merupakan
periode penuh gejolak emosi tekanan
jiwa sehingga remaja mudah
Page 7
berperilaku menyimpang dari aturan
norma sosial yang berlaku
dikalangan masyarakat (Sarwono
dalam Padmomartono, 2013).
Dari hasil studi awal
menggunakan skala perilaku agresif,
tingkat agresifitas siswa kelas VIII E
di SMP Negeri 02 Susukan, dari 30
siswa terdapat 5 siswa (16,67%)
yang memiliki tingkat agresifitas
sangat tinggi dan ada 9 siswa (30 %)
yang memiliki tingkat agresifitas
tinggi. Dengan demikian terdapat 14
siswa yang memiliki tingkat
agresifitas tinggi. Berdasarkan
perolehan hasil yang telah disebutkan
sebelumnya, peneliti ingin
melakukan penelitian untuk
mengurangi perilaku agresif siswa di
SMP Negeri 02 Susukan.
Bentuk layanan Bimbingan
dan Konseling yang efektif untuk
mengurangi perilaku agresif adalah
konseling kelompok pendekatan
Gestalt. Tujuan utama dari terapi
Gestalt menurut Perls dalam Corey
(dalam Komalasari, 2011) adalah
pencapaian kesadaran. Tanpa
kesadaran klien tidak memiliki alat
untuk mengubah kepribadian yang
menyimpang seperti seseorang yang
agresif. dengan kesadarannya klien
bisa memandang sebuah masalah
secara utuh dan menyeluruh,
sehingga klien tidak memandang
masalah dari satu sisi saja.
Menurut penelitian Artayana
(2013) tentang “Penerapan
Konseling Kelompok Gestalt untuk
Meminimalisir Perilaku Agresif
Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 1
Sukasada Tahun Pelajaran
2012/2013” dengan subjek berjumlah
8 siswa menunjukkan pada siklus I
terjadi penurunan perilaku agresif
73,9 % menjadi 60.4% dan pada
siklus II menjadi 44,6%. Hasil
penelitian ini menunjukan adanya
penurunan perilaku agrsif siswa
setelah di berikan konseling
kelompok gestalt dengan teknik
sosiodrama.
Berdasarkan uraian latar
belakang diatas dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini:
“Adakah penurunan yang signifikan
perilaku agresif siswa melalui
layanan konseling kelompok
pendekatan Gestalt pada siswa kelas
VIII SMP Negeri 02 Susukan?”
Penelitian ini dilaksanakan
dengan tujuan:“untuk mengetahui
signifikansi penurunan perilaku
agresif siswa melalui layanan
konseling kelompok pendekatan
Gestalt.
Perilaku Agresif
Perilaku agresif adalah
perilaku atau kecenderungan perilaku
yang niatnya untuk menyakiti orang
lain, baik secara fisik maupun secara
psikologis. Perilaku agresif akan
terbentuk dan diulang oleh individu
karena dengan melakukan perilaku
agresif individu memperoleh efek
yang menyenangkan, dan sebaliknya
individu tidak akan mengulang
perilaku agresifapabila perilaku
tersebutmenimbulkan efek yang
tidak menyenangkan bagi dirinya
(Buss & Perry, 1992). Perilaku
agresif dapat dilihat sejak masa
kanak-kanak. Setiap orang memiliki
perilaku agresif dan hal tersebut
tidak dapat dihindarkan (Buss &
Perry dalam Pratiwi 2016).
Menurut Buss & Perry (1992)
menyebutkan ada empat aspek
perilakuagresif, yaitu:
1. Physical Aggression (agresi
fisik)
Physcal aggression merupakan
agresi yang dapat diamati. Physical
aggression (PA) adalah
kecenderungan individu untuk
melakukan serangan secara fisik
untuk mengekspresikan kemarahan
atau agresi. Bentuk serangan fisik
tersebut seperti memukul,
mendorong, mencubit.
Page 8
2. Verbal Aggression (agresif
verbal)
Verbal aggression merupakan
perilaku agresi yang dapat diamati
(didengar). Verbal aggression adalah
kecenderungan untuk menyerang
orang lain untuk memberikan
stimulus yang merugikan dan
menyakitkan kepada organisme lain
secara verbal, yaitu melalui kata-kata
atau penolakan. Bentuk serangan
verbal tersebut seperti cacian,
ancaman, mengumpat atau
penolakan.
3. Anger (kemarahan)
Anger adalah perasaan marah, kesal,
sebal dan bagaimana cara
mengontrol hal tersebut.termasuk
didalammnya adalah irriability, yaitu
mengenai interpersonal.
Kecenderungan untuk cepat
marah,dan kesulitan untuk
mengendalikan amarah.
4. Hostility (permusuhan)
Hostility tergolong dalam agresi
covert (tidak nampak) Hostility
terdiri dari dua bagian yaitu
Resentmen seperti cemburu dan iri
hati terhadap orang lain, dan
Suspiction seperti adanya
ketidakpercayaan, kekhawatiran, dan
proyeksi dari rasa permusuhan
terhadap orang lain.
Menurut Anantasari (dalam
Hermawan, 2013) faktor-faktor
penyebab timbulnya perilaku agresif
dapat dibedakan menjadi enam
kelompok faktor, yaitu :
a. Faktor psikologis
b. Faktor Sosial
c. Faktor Lingkungan
d. Faktor Situasional
e. Faktor Biologis
f. Faktor Genetik.
Konseling Kelompok
Menurut George M. Gadza
memberikan pengertian tentang
konseling kelompok (dalam
Nursalim dan Hariastuti, 2007):
Konseling kelompok merupakan
suatu proses interpersonal yang
dinamis yang memusatkan pada
kesadaran berpikir dan tingkah laku,
serta berorientasi pada kenyataan-
kenyataan, membersihkan jiwa,
saling percaya dan mempercayai
pemeliharaan, pengertian,
penerimaan, dan bantuan. Fungsi-
fungsi dari itu diciptakan dan
dipelihara dalam wadah kelompok
kecil melalui sumbangan (saling
berbagi) dari tiap anggota kelompok
dan konselor.
Konseling Pendekatan Gestalt
Terapi Gestalt yang
dikembangkan oleh Federick Perls
adalah bentuk terapi eksistensial
yang berpijak pada premis bahwa
individu harus menemukan jalan
hidupnya sendiri dan menerima
tanggung jawab pribadi jika mereka
berharap mencapai maturitas. Karena
bekerja terutama diatas prinsip
kesadaran, terapi ini berfokus pada
apa dan bagaimananya tingkah laku
dan pengalaman disini dan sekarang
dengan memadukan
(nengintegrasikan) bagian-bagian
kepribadian yang terpecah dan tidak
diketahui (Corey dalam Komalasari,
2011).
Menurut Joyce dan Sill
(dalam Komalasari 2011)
mengatakan Tahap-tahap tersebut
yaitu:
a. Tahap pertama (the begenning
phase).
Pada tahap ini konselor
menggunakan metode fenomenologi
untuk meningkatkan kesadaran
konseli, menciptakan hubungan
dialogis mendorong keberfungsian
konseli secara sehat dan
menstimulasi konseli untuk
mengembangkan dukungan pribadi
(personal support) dan
lingkungannya (Joyce & Sill dalam
Komalasari 2011).
Page 9
b. Tahap kedua (clearing the
ground).
Pada tahap ini proses konseling
berlanjut pada strategi-strategi yang
lebih spesifik. Konseli
mengeksplorasi berbagai introyeksi,
berbagai modifikasi kontak yang
dilakukan dan unfinished bussiness.
Peran konselor adalah secara
berkelanjutan mendorong dan
membangkitkan keberanian konseli
mengungapkan ekspresi pengalaman
dan emosi-emosinya dalam rangka
katarsis dan menawarkan konseli
untuk melakukan berbagi
eksperimentasi untuk menawarkan
konseli untuk melakukan berbagai
eksperimentasi untuk meningkatkan
kesadarannya, tanggung jawab
pribadi dan memahami unfinished
business.
c. Tahap ketiga (the existential
encountering).
Pada tahap ini ditandai dengan
aktifitas yang dilakukan konseli
dengan mengeksplorasi masalahnya
secara mendalam dan membuat
perubahan-perubahan yang cukup
signifikan. Tahap ini merupakan fase
tersulit karena pada tahap ini konseli
menghadapi kecemasan-
kecemasannya sendiri, ketidak
pastian dan ketakutan-ketakutan
yang selama ini terpendam dalam
diri. Selain itu, konseli menghadapi
perasaan terancam yang kuat disertai
dengan perasaan kehilangan harapan
untuk hidup yang lebih mapan. Pada
tahap ini konselor memberikan
dukungan dan motivasi berusaha
memberikan keyakinan ketika
konseli cemas dan ragu-ragu
menghadapi masalahnya (Joyce &
Sill(dalam Komalasari 2011).
d. Tahap keempat (integration).
Pada tahap ini konseli sudah
mulai dapat mengatasi krisis-krisis
yang di eksplorasi sebelumnya dan
mulai mengintegrasikan keseluruhan
diri, pengalaman dan emosi-
emosinya dalam prespektif yang
baru. Konseli telah mampu
menerima ketidakpastian, kecemsan
dan ketakutannya serta menerima
tanggung jawab atas kehidupannya
sendiri.
e. Tahap kelima (ending)
Pada tahap ini konseli siap untuk
memulai kehidupan secara mandiri
tanpa supervisi konselor.
Menurut Komalasari (2011)
terdapat beberapa teknik yang
dipakai dalam konseling dengan
pendekatan gestalt yaitu:
a. Topdog versus underdog
Topdog adalah perasaan marah bila
sesuatu tidak sesuai dengan nilai dan
normamoral (righteous), autoritarian,
dan mengetahui yang terbaik.
Topdog adalah orang yang
menggunakan kekuatannya untuk
menekan dan menakuti orang lain
dan bekerja dengan kata “kamu
harus” dan “kamu tidak boleh”.
Sementara itu, underdog manipulatif
dengan menjadi defensif, merengek
dan menangis seperti bayi. Underdog
bekerja dengan kata “saya mau” dan
mencari alasan seperti “saya sudah
berusaha keras”.
b. Membuat serial (making the
rounds)
Membuat serial adalah latihan gestalt
yang melibatkan individu untuk
berbicara atau melakukan sesuatu
kepada orang lain dalam kelompok.
Tujuan teknik ini adalah untuk
melakukan konfrontasi, mengambil
resiko, untuk membuka diri, melatih
tingkah laku baru, dan untuk
melakukan perubahan. (Corey dalam
Komalasari 2011).
c. Pembalikan (Reversal Tecnique)
Asumsi teknik ini adalah bahwa
gejala dan tingkah laku sering kali
mempresentasikan impuls-impuls
yang di tekan dan laten ada dalam
diri individu. Teknik ini bertujuan
untuk mengajak konseli untuk
mengambil resiko terhadap
Page 10
ketakutan, kecemasan, dan
melakukan kontak dengan bagian
dirinya yang selama ini ditolak dan
ditekan. Untuk itu, konselor meminta
konseli untuk melakukan tingkah
laku yang kebalikan dari apa yang ia
katakan.
Penelitian Dyastuti(2012)
tentang “Menurunkan Perilaku
Agresif Pelaku Bullying melalui
Pendekatan Konseling Gestalt
Teknik Kursi Kosong” menunjukkan
pada siklus I sebesar 85% terjadi
penurunan perilaku agresif pada
siklus II menjadi 46, 87% dan pada
siklus yang ke III terjadi penurunan
perilaku agresif menjadi 30,62%. Hal
ini menunjukan perilaku agresif
pelaku bullying bisa diatasi melalui
konseling gestalt teknik kursi
kosong.
Berdasarkan landasan teori
yang telah dikemukakan diatas,
peneliti mengajukan hipotesis : “ada
penurunan perilaku agresif melalui
konseling kelompok pendekatan
Gestalt pada siswa kelas VIII E SMP
Negeri 02 Susukan tahun ajaran 2016
2017”.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
quasi eksperimen. Dalam Sugiyono
(2012) mengatakan penelitian
eksperimen semu ini sampel tidak
dapat dipilih secara random, sebelum
diberi perlakuan harus dilakukan
pretest terlebih dahulu untuk
menentukan kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Penelitian ini
menggunakan desain Pretest –
Posttest Control Design. Subjek
yang diambil dalam penelitian ini
adalah kelas VIII E berdasarkan hasil
skor skala perilaku agresif yang
berkategori tinggi dan sangat tinggi,
yaitu berjumlah 14 siswa. Dari 14
siswa tersebut akan di bagi menjadi 2
kelompok yaitu 7 siswa sebagai
kelompok eksperimen dan 7 siswa
sebagai kelompok kontrol.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah survei. Survei yang
dilakuan dengan wawancara kepada
guru BK dan menyebar skala
perilaku agresif yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar tingkat
agresif siswa. Skala perilaku agresif
yang digunakan dalam penelitian ini
mengadaptasi dan memodifikasi
skala perilaku agresif dari (Buss &
Perry 1992).Skala sikap
inimengungkap perilaku agresif
dengan jumlah item sebanyak 29.
Skala ini mengungkap aspek perilaku
agresif yaitu agresif fisik, agresi
verbal, kemarahan dan permusuhan.
Sehingga dapat diketahui tinggi atau
rendahnya perilaku agresif subjek
penelitian.
Teknik analisis data yang
digunakan untuk menguji hipotesis
dari penelitian “Menurunkan
Perilaku Agresif Melalui Layanan
Konseling Kelompok Gestalt pada
Siswa VIII E SMP NEGERI 02
Susukan Tahun Pelajaran 2016-
2017” adalah uji Mann Whithney,
karena data yang diperoleh bersekala
ordinal.
Hasil Penelitian
Subjek penelitian pada
penelitian ini adalah 14 siswa kelas
VIII E SMP Negeri 02 Susukan yang
mmiliki perilaku agresif dalam
kategoritinggi dan sangat tinggi. Dari
14 siswa dibagi mnjadi 2 kelompok
yaitu 7 siswa masuk dalam kelompok
eksperimen dan 7 siswa lainya
masuk dalam kelompok kontrol.
Setelah itu peneliti melakukan uji
Homogenitas untuk mengetahui ada
atau tidaknya perbedaan diantara
kedua kelompok
tersebut.Berdasarkan hasil uji
homogenitas yang dibantudengan
SPSS 20.0 for Windows, diketahui
hasil uji Mann-Whitney U= 17,500
dengan koefisien Asyim.Sig. (2-
tailed) 0,368> 0,05 maka dapat
disimpulkan tidak terdapat perbedaan
Page 11
yang signifikan antara perilaku
agresif KE (kelompok eksperimen)
dan KK(kelompok kontrol), sehingga
penelitian dapat dilanjutkan dengan
pemberian treatment atau perlakuan
dengan konseling kelompok
pendekatan Gestalt.
Treatment diberikan dengan
memberikan layanan konseling
kelompok teknik Gestalt sesuai
dengan rancangan yaitu 8 sesi
konseling yang diadakan satu
minggu 2 kali pada hari selasa di
jam BK dan setelah pulang sekolah
sesuai dengan kesepakatan yang
telah ditentukan. Layanan konseling
kelompok teknik Gestalt dikatakan
berhasil apabila kelompok
eksperimen setelah posttest
menunjukan penurunan perilaku
agresif dan hasilnya lebih rendah dari
kelompok kontrol..
Setelah dilakukan treatment
kepada kelompok eksperimen
dengan konseling kelompok
pendekatan Gestalt pada tanggal 25
April 2017 sampai dengan 9 Mei
2017 dan memberikan Posttest pada
kelompok eksperimen dan kontrol
penulis menguji menggunakan Uji
Mann Whitney dengan hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.10Mean Rank Posttest
Perilaku Agresif pada Kelompok
Eksperimen dan Kontrol
Ranks
Kelompok N Mean
Rank
Sum of
Ranks
N
i
l
a
i
Eksperimen 7 4,00 28,00
Kontrol 7 11,00 77,00
Total 14
Pada tabel diatas jumlah
subjek untuk kelompok eksperimen
sebanyak 7 siswa dan jumlah subjek
kelompok kontrol adalah 7 siswa.
Skor meanrank untuk kelompok
eksperimen 4,00 dan mean rank
kelompok kontrol 11,00. Kemudian
sum of rank untuk
kelompokeksperimen 28,00 dansum
of rank kelompok kontrol 77,00.
Tabel 4.11 Uji Mann Whitney U
Posttest Perilaku Agresif pada
Kelompok Eksperimen Dan
Kontrol
Test Statisticsa
Nilai
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 28,000
Z -3,137
Asymp. Sig. (2-tailed) ,002
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] ,001b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Dari tabel diatas dapat
diketahui nilai hitung Mann Whitney
U=,000 dan koefisian Asym, Sig (2-
Tailed) 0,002 < 0,05. Perhitungan
statistik tersebut menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan
perilaku agresif antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Perbedaan tersebut menunjukkan
adanya perbedaan kelompok
eksperimen dan kontrol setelah
kelompok eksperimen diberikan
treatment (perlakuan) dengan
konseling kelompok pendekatan
Gestalt.
Tabel 4.12Peningkatan Skor
Perilaku Agresif
kategori
Range
Jumlah siswa
Pre test Post test Eks Kon Eks Kon
SR 43-51 - -
R 52-60 - 3
S 61-69 - - 4 -
T 70-78 4 5 5
ST 79-88 3 2 2
Jumlah siswa 14 siswa 14 siswa
Dari tabel diatas
menunjukkan bahwa ada 14 siswa
dari kelompok eksperimen dan
kontrol. Pada saat pre test kedua
kelompok sama-sama berada dalam
Page 12
kategori yang sama-sama berada
dalam kategori tinggi dan sangat
tinggi. Dari kelompok eksperimen 4
siswa dalam kategori tinggi dan 3
siswa dalam kategori sangat tinggi.
Setelah diberikan treatment pada
kelompok kontrol terjadi perubahan
pada hasil post-test menjadi 4 siswa
masuk dalam kategori sedang dan 3
orang masuk dalam katogori rendah.
Pada kelompok kontrol pada saat
pre-test dari tujuh siswa ada 2 siswa
dalam kategori sangat tinggi dan 5
siswa masuk dalam kategori tinggi.
Tidak ada perubahan hasil pre-test
dan post-test kelompok kontrol yaitu
ada 2 siswa masuk dalam kategori
sangat tinggi dan 5 siswamasuk
dalam kategori tinggi. Dapat
diartikan ada penurunan kepercayaan
diri pada kelompok eksperimen
secara signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa konseling
kelompok pendekatan gestalt dapat
digunakan untuk menurunkan
perilaku agresif pada siswa kelas
VIII SMP Negeri 02 Susukan.
Berdasarkan hasil analisis
data menggunakan uji Mann
Whitney, diketahui bahwa terdapat
perbedaan antara mean rank
kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol. Setelah diberikan
treatment konseling kelompok
pendekatan Gestalt pada kelompok
eksperimen, Skor mean rank
kelompok eksperimen sebesar 4,00
sedangkan pada kelompok kontrol
yang tidak mendapatkan treatment
konseling kelompok pendekatan
Gestalt ,mean rankpadakelompok
kontrol sebesar 11,00. Berdasarkan
hasil analisis ini, diketahui bahwa
ada perbedaan yang signifikan
anatara hasil skala perilaku agresif
kelompok eksperimen dengan hasil
skala perilaku agresif kelompok
kontrol. Hal tersebut dibuktikan
dengan Asymp. Sig (2-tailed) sebesar
0,002 < 0,05.
Pembahasan
Konseling Kelompok Gestalt
dapat menurunkan secara signifikan
perilaku agresif dari siswa kelas VIII
E SMP Negeri 02 Susukan yang
dapat dilihat dalam analisis Mann
Whitney nampak bahwa skor Mann
Whitney U=0,000, Nilai Z -3,137 dan
nampak Asimp. Sig 2-tailed 0,002 <
0,050. Skor mean rank pada posttest
kelompok kontrol 11,00. Kemudian
skor mean rankpada posttest
kelompok eksperimen adalah 4,00.
Ada penurunan skor mean rank
kelompok eksperimen sebesar 7,00.
Dalam penelitian ini pada
saat pre test siswa kelompok
eksperimen memiliki perilaku agresif
yang tinggi sama dengan siswa
dalam kelompok kontrol. Setelah
diberikan konseling kelompok
pendekatan gestalt pada siswa
kelompok eksperimen sebanyak
delapan sesi, siswa didalam
kelompok eksperimen dirasa sudah
dapat mengurangi perilaku
agresifnya. Pada setiap sesi
konseling masalah siswa yang
berperilaku agresif dibahas satu
persatu yang membuat siswa yang
memiliki masalah yang sama pada
aspek-aspek perilaku agresif bisa
menggunakan cara-cara yang telah
diberikan untuk menyelesaikan
masalah di kehidupan sehari-hari.
Menurut Corey (dalam
Rusmana 2009) mengatakan proses
kelompok Gestalt merupakan gejala
yang kompleks. Proses itu
didasarkan pada asumsi bahwa
kelompok-kelompok adalah sistem
multidimensional yang bekerja
dalam beberapa tingkat sekaligus.
Dalam kelompok, orang-orang
adalah holistik dengan fungsinya
yang terkait. Tidak mungkin
memahami seseorang dalam
kelompok diluar konteks kelompok.
Terapi gestalt lebih dari sekedar
teknik atau “permainan”. Corey
Page 13
menyebutkan apabila interaksi
pribadi antara terapis dan klien
merupakan inti dari proses terapiutik.
Teknik bisa berguna sebagai alat
untuk membantu klien guna untuk
memperoleh kesadaran yang lebih
penuh. Teknik-teknik dalam terapi
gestalt digunakan dengan gaya
pribadi konseli. Hal ini sudah penulis
lakukan selama proses konseling
kelompok dimana penulis
menggunakan teknik-teknik yang ada
didalam konseling Gestalt untuk
membantu klien guna untuk
memperoleh kesadaran yang lebih
penuh. Penulis juga memberikan
tanggung jawab kepada konseli
untuk dapat menurunkan perilaku
agresif.
Keberhasilan konseling
kelompok pendekatan Gestalt untuk
menurunkan perilaku agresif
didukung respon anggota kelompok
yang sangat baik selama delapan sesi
konseling. Diawal sesi konseling,
anggota kelompok masih perlu
beradaptasi dengan proses konseling
yang diberikan, dengan berjalannya
waktu anggota kelompok mulai dapat
mengikuti kegiatan konseling dengan
baik. Anggota kelompok aktif
memberikan tanggapan tentang
masalah yang dibahas, sehingga
membuat konseling kelompok ini
berjalan dengan lancar. Sebelum
diberikan treatment anggota
kelompok memiliki perilaku agresif
yang tinggi. Ketika diberikan
konseling kelompok, anggota
kelompok mulai sadar bahwa
perilaku agresif dapat merugikan diri
sendiri dan juga orang lain sehingga
mulai meminimalisir perilaku
agresifnya seperti tidak mudah
marah,mengeluarkan kata-kata kotor,
tidak mudah membantah.
Keberhasilan dari konseling
gestalt untuk menurunkan perilaku
agresif yang paling menonjol adalah
pada sesi kelima dan enam dengan
topik masalah membantah
menggunakan teknik top dog under
dog . Setelah diberikan treatmen
kepada anggota kelompok, sudah
mulai tampak perubahannya dimana
anggota kelompok tidak lagi
membantah pendapat teman-
temannya dan pemimpin kelompok.
Anggota kelompok menerima
pendapat dan masukan yang
diberikan oleh pemimpin kelompok.
Temuan ini sejalan dengan
penelitian Artayana (2013)
menunjukanbahwa terdapat
menurunan perilaku agresif melalui
konseling pendekatan Gestalt.
Penelitian ini dapat sejalan karena
sama-sama menggunakan konseling
pendekatan gestalt.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis
yang telah dilakukan maka
kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah layanan
konseling kelompok Gestalt pada
siswa dapat menurunkan perilaku
agresif kelas VIII E SMP Negeri 02
Susukan Tahun Ajaran 2016/2017”.
Hasil signifikansi Asymp.Sig. 2-
tailed 0,002 < 0,05 dengan mean
rank pada post test kelompok
kontrol 11,00 sedangkan mean rank
posttest kelompok eksperimen adalah
4,00 sehingga ada penurunan mean
rank kelompok sebesar 7,00
Daftar Pustaka
Artayana, Dwi. (2013). Penerapan
Konseling Kelompok Gestalt
untuk Meminimalisir
Perilaku Agresif Siswa
Kelas VIII H SMP Negeri 1
Sukasada Tahun Pelajaran
2012/2013.
Azwar, s. (2006). Reliabilitas dan
Validitas SPSS. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Buss, A. H., & Perry, M. P. (1992).
The aggression
Page 14
questionnaire. Journal
of Personality and
Social Psychology, 63, 452-
459.
Corey, Gerald. (1995). Teori dan
Praktek dari Konseling
dan Psikoterapi.
Semarang: IKIP Semarang
Press
Diansyah, Amarullah .(2016).
Tersinggung, Siswa SMP
Nekat Tikam Guru 13
Kali. Sindonews.com
Dyastuti, Susanti.(2012).Mengatasi
Perilaku Agresif Pelaku
Bullying melalui
Pendekatan Konseling
Gestalt Teknik Korsi
Kosong.
Hartono & Soedarmadji, Boy.(2012).
Psikologi Konseling. Jakarta:
Kharisma Putra Utama
Hermawan, Oky.(2014). Mengurangi
Perilaku Agresif Melalui
Layanan Bimbingan
dan Konseling
Kelompok Pada Siswa Kelas
XI IS 2 SMA Negeri 2
Salatiga Semester
II Tahun Pelajaran
2013/2014.
Komalasari, Gantina, (2011). Teori
dan Teknik Konseling.
Jakarta: PT. Indeks
Krahe, Barbara.(2005). Perilaku
Agresif : Buku Panduan
Psikologi Sosial
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Loekmono, Lobby. (2005). Tiga
Model Konseling. Salatiga:
Widya Sari Press
Nursalim, Mochamad, Hariastuti.
(2007). Konseling
Kelompok. Surabaya:
UNESA University
Press.
Padmomartono, Sumardjono. (2013).
Konseling Remaja. Salatiga:
UKSW
Pratiwi, Fitriana.(2016). Menurunkan
Perilaku Agresif Melalui
Bimbingan Kelompok
Teknik Rol Play Siswa Kelas VIII
E SMP Negeri 10
Salatiga Tahun Ajaran
2015/2016.
Prayitno. (2004). Layanan
Bimbingan Kelompok
Konseling Kelompok.
Padang: Universitas
Negeri Padang
Rusmana, Nandang.(2009).
Bimbingan dan Konseling
Kelompok di Sekolah.
Bandung: Rizqi Press.
Safaria, Triantoro.(2005). Terapi &
Konseling Gestalt.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Septiana, Yunika Sari.(2013).
Penggunaan Konseling
Kelompok Realita untuk
Menurunkan Perilaku
Agresif Siswa di SMP
PGRI 1 Karang Empat
Surabaya.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualititatif dan
R&D. Bandung :
Alfabeta Bandung.
Sugiyono. (2010). Statistik untuk
Penelitian. Bandung :
Alfabeta Bandung.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung:
ALFABETA