KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. Telp.: 0751-31746. Fax.: 0751-32838 e-mail : [email protected]Edisi Revisi 2015 Tim Penyusun Penuntun Keterampilan Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2015 PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK BLOK 2.1 TOPIK: PENULISAN RESEP I
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
disamping pengetahuan mengenai sifat fisiko-‐kimia obat.
B. Pengertian, tujuan, dan jenis resep
Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi,
atau dokter hewan yang diberi ijin berdasarkan peraturan
perundang-‐udangan yang berlaku kepada apoteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat-‐obatan bagi penderita. Menurut
undang-‐undang, yang dibolehkan menulis resep adalah dokter umum,
dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Bagi dokter umum dan
dokter spesialis, tidak ada pembatasan mengenai jenis obat yang boleh
diberikan kepada penderita. Dokter gigi hanya boleh menuliskan resep
berupa jenis obat yang berhubungan dengan penyakit gigi. Sedangkan
dokter hewan pembatasan bukan pada jenis obatnya melainkan pada
penderitanya; dokter hewan hanya boleh menuliskan untuk keperluan
hewan semata-‐mata.
Pada prinsipnya resep adalah bentuk komunikasi antara dokter
dan apoteker, maka prinsip dasar komunikasi berlaku dalam penulisan
resep yaitu kejelasan informasi dari dokter sehingga dapat dipahami oleh
apoteker.
Menurut cara peracikan obat maka resep dibagi atas formula
magistralis dan officinalis. Pada resep formula magistralis atau
dikenal juga sebagai resep racikan, resep disusun sendiri oleh dokter.
Untuk dapat meracik obat, dokter perlu memahami pedoman penulisan
formula magistralis, memahami bahan obat yang digunakan, menentukan
sediaan (BSO) yang tepat, dan menentukan bahan tambahan yang
diperlukan. Pada formula magistralis, terapi bersifat spesifik untuk
individu penderita dalam hal obat yang diperlukan serta dosisnya.
Penderita juga lebih mudah untuk meminum obat jika obat lebih dari satu
macam, dengan syarat dokter perlu memperhatikan kemungkinan
interaksi obat dan kesesuaian jadwal pemberian obat. Selain itu, dokter
juga harus paham mengenai bahan-‐bahan tambahan obat. Pada resep
4
dengan formula officinalis dokter meresepkan obat standar sesuai buku
pedoman obat, macam obat terbatas dengan BSO sederhana.
C. Kriteria resep yang rasional menurut WHO/INRUD
1. Jumlah obat setiap datang maksimal 2.
2. Nama generik digunakan pada semua obat (100%).
3. Peresepan antibiotika <30% dari semua peresepan.
4. Peresepan obat injeksi <20% dari semua peresepan.
5. Peresepan obat esensial/formularium pada semua obat (100%).
D. Ketentuan dan kaidah penulisan resep yang benar
Beberapa ketentuan tentang menulis resep:
1. Secara hukum dokter yang menandatangani suatu resep
bertanggungjawab sepenuhnya tentang resep yang ditulisnya untuk
penderita.
2. Resep ditulis sedemikian rupa sehingga dapat dibaca oleh
apoteker tanpa keraguan.
3. Resep ditulis dengan tinta sehingga tidak mudah terhapus.
4. Tanggal resep dituliskan harus tertera dengan jelas.
5. Umur penderita harus dicantumkan dengan jelas, terutama pada
anak. Ini penting bagi apoteker untuk mengkalkulasi apakah dosis
obat yang ditulis pada resep sudah cocok dengan umur si anak.
6. Di bawah nama penderita hendaknya dicantumkan alamatnya. Hal
ini penting dalam keadaan darurat (misalnya salah obat) sehingga
penderita dapat langsung dihubungi. Alamat penderita pada resep
juga akan mengurangi kesalahan/tertukarnya pemberian obat bila
penderita dengan nama yang kebetulan sama.
7. Untuk jumlah obat yang diberikan dalam resep, hindarilah
menggunakan angka desimal untuk menghindari kemungkinan
kesalahan. Contoh: Untuk obat yang diberikan dalam jumlah kurang
dari satu gram maka ditulis dalam miligram; misalnya jika obat
diberikan setengah gram maka ditulis 500 mg (bukan 0,5 gram).
8. Untuk obat yang dinyatakan dengan satuan Unit jangan disingkat
menjadi U.
5
9. Untuk obat atau jumlah obat berupa cairan, dinyatakan dengan
satuan ml, hindari menulis satuan cc atau cm3.
E. Komponen resep dan penulisan resep pada keadaan tertentu
Resep yang lengkap mengandung informasi berikut ini :
I. INSCRIPTIO
1. Identitas dokter: Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter. Dapat
dilengkapi dengan nomor telepon, jam praktek serta hari praktek.
2. Nama kota & tanggal penulisan resep.
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Tanda ini adalah
singkatan dari recipe yang berarti ”harap diambil”.
Ctt: Sebagian literatur menggolongkan tanda R/ sebagai superscriptio (terpisah dari inscriptio).
II. PRAESCRIPTIO
4. Inti resep dokter atau komposisi berisi: Nama setiap jenis/bahan obat,
dan jumlah bahan obat (mg, g, ml, l) dengan angka Arab. Untuk
penulisan jumlah obat dalam satuan biji (tablet, kapsul, botol) dalam
angka Romawi.
Jenis/bahan obat dalam resep terdiri dari:
a. Remedium cardinale: obat pokok yang mutlak harus ada, dapat
berupa bahan tunggal atau beberapa bahan.
b. Remedium adjuvans: bahan yang membantu kerja obat pokok,
tidak mutlak ada dalam tiap resep.
c. Corrigens: bahan untuk memperbaiki rasa (corrigens saporis),
warna (corrigens coloris) atau bau obat (corrigens odoris).
d. Konstituens atau vehikulum: bahan pembawa, seringkali perlu
terutama pada formula magistralis. Misalnya konstituens obat
minum umumnya air.
5. Perintah pembuatan bentuk sediaan obat yang dikehendaki, misalnya
f.l.a. pulv = fac lege artis pulveres = buatlah sesuai aturan, obat
berupa puyer.
6
III. SIGNATURA
6. Aturan pemakaian obat (frekuensi, jumlah obat dan saat obat
diminum, informasi lain), umumnya ditulis dengan singkatan dalam
bahasa Latin. Aturan pakai ditandai dengan signa yang disingkat
dengan S.
7. Identitas pasien di belakang kata Pro: Nama pasien, umur, alamat
lengkap. Bila penderita seorang anak harus ditulis umurnya. Bila
resep untuk orang dewasa dicantumkan Tuan/Nyonya/Bapak/Ibu
diikuti nama penderita dan umurnya.
IV. SUBSCRIPTIO
8. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep untuk menjadikan suatu
resep otentik. Resep obat dari golongan narkotika harus dibubuhi
tandatangan dokter, tidak cukup dengan paraf saja.
Resep yang mengandung obat golongan narkotika:
• Tidak boleh ada tanda iter (iterasi), m.i (mihi ipsi), dan u.c (usus
cognitus). Mihi ipsi artinya untuk pemakaian sendiri.
• Resep tidak boleh diulang, harus dengan resep asli, resep baru.
Resep yang perlu penanganan segera:
• CITO (segera)
• STATIM (penting)
• URGENT (sangat penting)
• PIM (periculum in mora = berbahaya bila ditunda)
• Urutan yang didahulukan: PIM, Urgent, Statim, dan Cito
Penulisan tanda segera di atas digarisbawahi dan diberi tanda seru,
kemudian diparaf/tandatangan di belakang Cito (CITO! paraf).
7
Resep yang dapat/tidak dapat diulang:
• ITER à Boleh diulang
• NI (ne iteratur) à Tidak boleh diulang
• Resep mengandung narkotika tidak boleh diulang
Contoh resep formula magistralis
dr. Aliya Mustika SIP No. 228/DKK/2002
Jl. Perintis Kemerdekaan 19, Padang, Telp. 714656 Praktek tiap hari kerja (Jam 16.00-‐20.00)
Padang, 5 Agustus 2015 R/ Asetosal 500 mg Codein 20 mg CTM 4 mg S.L. q.s. m.f. pulv. dtd. No. XV da in cap S.t.d.d. cap1 p.c. Pro : Tn. Marzuki Umur : 30 tahun Alamat : Jl. Abdul Muis 23 Jati, Padang
inscriptio
inscriptio
praescriptio
subscriptio
signatura
8
Contoh resep formula officinalis
F. Pedoman penulisan resep dokter
1. Ukuran blangko resep (lebar 10-‐12 cm, panjang 15-‐18cm).
2. Penulisan nama obat:
a. Dimulai huruf besar.
b. Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (menurut
Farmakope Indonesia atau nomenklatur Internasional), misal
Asetosal atau disingkat Ac.salic.
3. Penulisan jumlah obat:
a. Satuan berat : mg, g
b. Satuan volume/ unit : ml, l, UI
c. Penulisan jumlah obat dlm satuan biji : Romawi
d. Penulisan alat penakar : C = sendok makan (15 ml)
Cth = sendok teh (5 ml)
4. Penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian:
a. Ditulis secara benar.
dr. Aliya Mustika SIP No. 228/DKK/2002
Jl. Perintis Kemerdekaan 19, Padang, Telp. 714656 Praktek tiap hari kerja (Jam 16.00-‐20.00)
Padang, 5 Agustus 2015 R/ Tetracyclin cap 250 mg No. XX S.q.d.d. cap.1 p.c.
R/ Paracetamol tab 500 mg No. X S.p.r.n. tab.1 max.t.d.d
Pro : Tn. Marzuki Umur : 30 tahun Alamat : Jl. Abdul Muis 23 Jati, Padang
9
b. Pemakaian yang rumit ditulis dengan S.U.C (signa usus cognitus =
pemakaian diketahui).
5. Setiap selesai penulisan resep diberi tanda penutup berupa garis
penutup atau tanda pemisah diantara dua R/ dan paraf atau tanda
tangan.
6. Penulisan tanda iter (iteretur) dan N.I (Ne Iteretur) disebelah kiri
atas dari resep apabila diulang/tidak diulang seluruhnya. Bila tidak
semua resep diulang, maka ditulis dibawah setiap resep. Demikian
juga untuk N.I.
7. Tanda Cito atau PIM (resep segera dilayani) dituliskan disebelah
kanan atas.
G. Istilah-‐istilah dan singkatan Latin yang berkaitan dengan penulisan
resep
• a.c. = ante coenam = sebelum makan
• a.n. = ante noctem = malam sebelum tidur
• ad us. ext. = ad usum externum = untuk obat luar
• ad. us. int = ad usum internum = untuk obat dalam
Pro : Qonita Umur : 10 tahun Alamat: Jl. Tan Malaka 11, Padang
14
tetanus manusia. Dokter menuliskan resep untuk satu ampul ATS dan sebuah
spuit 1 ml kemudian meminta keluarga Tito untuk segera menebusnya di
apotik rumah sakit kemudian menyerahkan ATS dan spuit kepada dokter
jaga.
a. Jika anda adalah dokter jaga tersebut, bagaimana anda menuliskan resep di
atas?
b. Sebelum Tito pulang, dokter jaga meresepkan obat antibiotik amoxycillin
tablet 500 mg yang diminum 3 kali satu tablet sehari, metronidazole tablet
500 mg yang diminum 3 kali satu tablet sehari, dan antinyeri mefenamic
acid tablet 500 mg yang diminum bila kaki terasa nyeri dengan pemberian
maksimal 4 kali satu tablet sehari setelah makan. Jika anda dokter tersebut,
bagaimana anda menuliskan resepnya? Jumlah obat yang diberikan adalah untuk
lima hari, kecuali untuk mefenamic acid yang diberikan untuk tiga hari, dan
resep tidak boleh diulang.
Jawab:
a.
INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT DR. M. RASYIDIN PADANG
Dokter : Meisya Nurrahmah Tanggal : 6 Agustus 2015 R/ ATS amp. No.I S.i.m.m R/ Spuit 1 ml No. I S.i.m.m Pro : Tito Umur : 22 tahun Alamat: Jl. Tan Malaka 11, Padang
Cito!
15
N.I.
b.
I. Contoh resep yang dapat dibaca dan sulit dibaca (identitas dokter
sengaja dihilangkan)
INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT DR. M. RASYIDIN PADANG
Dokter : Meisya Nurrahmah Tanggal : 6 Agustus 2015 R/ Amoxycillin tab 500 mg No. XV S.t.d.d.tab.1
R/ Metronidazole tab 500 mg No. XV S.t.d.d.tab.1
R/ Mefenamic acid tab 500 mg No. XII S.p.r.n.max.q.d.d.tab.1 p.c.
Pro : Tito Umur : 22 tahun Alamat: Jl. Tan Malaka 11, Padang
16
V. PELAKSANAAN KETERAMPILAN KLINIK
Minggu
Pertemuan Kegiatan
5 I • Instruktur menjelaskan materi dalam penuntun
keterampilan klinik.
• Mahasiswa ditugaskan membaca tentang
komponen resep, jenis resep, dan istilah-‐istilah
yang berkaitan dengan penulisan resep.
5 II • Instruktur mencontohkan penulisan resep yang
benar menggunakan skenario (diagnosis penyakit
sesuai kompentensi 4 SKDI).
• Instruktur memberi tugas pada mahasiswa untuk
menulis beberapa jenis resep sesuai skenario yang
diberikan.
• Instruktur dan mahasiswa mendiskusikan tugas
yang diberikan.
6 III • Instruktur dan mahasiswa melanjutkan diskusi
pada pertemuan II.
6 IV • Ujian tulis penulisan resep berdasarkan skenario
yang dibuat oleh instruktur.
17
VI. LEMBAR PENILAIAN No
Aspek yang dinilai
Skor
Bobot
Skor x
Bobot 0 1
I Inscriptio 1. Nama dokter 1 2. Alamat dokter 1 3. SIP 1 4. Hari praktek 1 5. Jam praktek 1 6. No. telepon 1 7. Nama kota 1 8. Tanggal resep ditulis 1 9. Tanda R/ 5 II Praescriptio