BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan kesusastraan, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Dalam lingkup pendidikan sering disebut dengan kata atau unsur serapan. Namun pada kenyataannya seorang penulis dalam penulisan karya ilmiah atau makalah sering kali kurang memperhatikan penulisan kata dan unsur serapan, tetapi hanya fokus pada bagaimana isi karya ilmiah atau makalah tersebut, sehingga perlu adanya suatu referensi dalam penulisan karya ilmiah atau makalah supaya dalam penulisannya sesuai dengan Ejaan yanng Disempurnakan (EYD) Penulisan bahasa sesuai Ejaan yang Disempurnakan (EYD) sering kali hanya dipandang sebelah mata dan tidak sedikit terjadi kesalahan dalam penggunaanya sehingga menimbulkan makna yang kurang sesuai. Tidak terkecuali dalam penulisan kata dan unsur serapan yang juga sering terjadi banyak kesalahan. Untuk memperdalam pengetahuan serta menghindari kesalahan penulisan kata dan unsur 4
34
Embed
penulisan kata dan unsur serapan dalam karangan ilmiah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan kesusastraan, bahasa Indonesia menyerap
unsur dari berbagai bahasa baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing.
Dalam lingkup pendidikan sering disebut dengan kata atau unsur serapan.
Namun pada kenyataannya seorang penulis dalam penulisan karya ilmiah
atau makalah sering kali kurang memperhatikan penulisan kata dan unsur
serapan, tetapi hanya fokus pada bagaimana isi karya ilmiah atau makalah
tersebut, sehingga perlu adanya suatu referensi dalam penulisan karya
ilmiah atau makalah supaya dalam penulisannya sesuai dengan Ejaan
yanng Disempurnakan (EYD)
Penulisan bahasa sesuai Ejaan yang Disempurnakan (EYD) sering
kali hanya dipandang sebelah mata dan tidak sedikit terjadi kesalahan
dalam penggunaanya sehingga menimbulkan makna yang kurang sesuai.
Tidak terkecuali dalam penulisan kata dan unsur serapan yang juga sering
terjadi banyak kesalahan.
Untuk memperdalam pengetahuan serta menghindari kesalahan
penulisan kata dan unsur serapan khusunya di dalam karangan ilmiah,
penulis akan membahas lebih terperinci dalam makalah yang berjudul
“PENULISAN KATA DAN UNSUR SERAPAN DALAM KARANGAN
ILMIAH”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara penulisan kata yang benar sesuai dengan EYD?
2. Bagaimanakah cara penulisan unsur serapan yang tepat sesuai dengan
kaidah Bahasa Indonesia?
C. Tujuan
1. Menjelaskan cara penulisan kata yang benar sesuai dengan EYD.
2. Menjelaskan cara penulisan unsur serapan yang tepat sesuai dengan
kaidah Bahasa Indonesia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penulisan Kata
Kata adalah elemen terkecil sebuah bahasa yang diucapkan atau
ditulis dan merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat
digunakan dalam berbahasa konversasi, bahasa morfem atau kombinasi
beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia:1997)
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata
turunan atau kata berimbuhan dan dapat menempati posisi sebagai
subjek, predikat, objek, maupun keterangan. (Yamilah, M. dan
Slamet Samsoerizal.1994)
Penulisan kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh :
a. Buku itu sangat tebal.
b. Wanita itu sangat cantik.
c. Tempat wisata penuh sesak.
2. Kata Turunan
Pembentukan kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau
imbuhan baik diawal (prefiks), tengah (infiks) maupun akhir
(surfiks).
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
1) Awalan ber-
a) Awalan ber- tetap menjadi ber- jika melekat pada kata
dasar yang berfonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /d/, /g/, /k/,
/l/, /s/, /t/, /w/.
Contoh :
ber- + air → berair
5
ber- + induk → berinduk
ber- + uban → beruban
ber- + ekor → berekor
ber- + otot → berotot
ber- + darmawisata →berdarmawisata
ber- + guna → berguna
ber- + karya → berkarya
ber- + laga → berlaga
ber- + seminar → berseminar
ber- + taman → bertaman
ber- + wisata → berwisata
b) Awalan ber- berubah menjadi be- jika melekat pada
kata dasar yang dimulai konsonan /r/ dan kata dasar
yang suku pertama memilki bunyi /er/.
Contoh :
ber- + racun → beracun
ber- + kerja → bekerja
c) Awalan ber- berubah menjadi bel- jika melekat pada
kata dasar ajar.
Contoh :
Ber- + ajar → belajar
2) Awalan se- jika dilekatkan pada kata dasar tidak mengalami
perubahan bentuk dan pengimbuhan dilakukan dengan cara
merangkaikan di depan kata dasar.
Contoh :
se- + liter → seliter
se- + malam → semalam
se- + pulang → sepulang
3) Awalan me-
6
a) Awalan me- tetap berbentuk me- jika melekat pada kata
dasar yang dimulai dengan fonem /r/, /l/, /w/, /y/, /m/,
/n/, /ny/, dan /ng/.
Contoh :
me- + rawat → merawat
me- + liput → meliput
me- + warna → mewarnai
me- + yakin → meyakini
me- + mulai → memulai
me- + nikah → menikah
me- + nyanyi → menyanyi
me- + nganga → menganga
b) Awalan me- berubah menjadi mem- jika melekat kata
dasar yang bermula dengan fonem /b/, /p/, /f/, /v/.
Contoh :
me- + balut → membalut
me- + perban → memperban
me- + fitnah → memfitnah
me- + vonis → memvonis
c) Awalan me- berubah menjadi men- jika melekat pada
kata dasar yang bermula dengan fonem /s/.
Contoh :
me- + santap → menyantap
me- + sulap → menyulap
me- + sapa → menyapa
d) Awalan me- berubah menjadi bentuk meng- jika
melekat pada kata dasar yang bermula dengan fonem
/a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /k/, /g/, /h/, /kh/.
Contoh :
me- + angkat → mengangkat
me- + ikat → mengikat
7
me- + uji → menguji
me- + ekor → mengekor
me- + obral → mengobral
me- + embik → mengembik
me- + kenang → mengenang
me- + goreng → menggoreng
me- + halau → menghalau
me- + khayal → mengkhayal
e) Awalan me- berubah menjadi menge- jika melekat pada
setiap kata dasar yang bersuku satu.
Contoh :
me- + cat → mengecat
me- + pel → mengepel
me- + tes → mengetes
4) Awalan di- tidak memiliki variasi bentuk dan
pengimbuhannya dirangkaikan pada awal kata dasar yang
diimbuhannya.
Contoh :
di- + bungkus → dibungkus
di- + teliti → diteliti
di- + operasi → dioperasi
5) Awalan ke- tidak memiliki variasi bentuk dan
penghimbuhannya dirangkaikan pada awal kata dasarnya.
Contoh:
ke- + hendak → kehendak
ke- + tua → ketua
ke- + kasih → kekasih
6) Awalan ter-
a) Awalan ter- tetap menjadi ter- jika melekat pada kata
yang bukan bermula dengan fonem /r/.
Contoh :
8
ter- + angkat → terangkat
ter- + nama → ternama
b) Awalan ter- berubah menjadi te- jika melekat pada
kata dasar yang bermula dengan fonem /r/.
Contoh :
ter- + ringan → teringan
ter- + rasa → terasa
c) Awalan ter- berubah bentuk menjadi tel- jika melekat
pada kata dasar anjur.
Contoh :
ter- + anjur → terlanjur
7) Awalan pe-
a) Awalan pe- tetap menjadi bentuk pe- jika melekat
pada kata dasar yang dimulai dengan konsonan /l/, /r/,
/w/, /y/, /m/, /n/, /ng/, dan /ny/.
Contoh :
pe- + lukis → pelukis
pe- + rawat → perawat
pe- + warna → pewarna
pe- + yakin → peyakin
pe- + minat → peminat
pe- + netral → penetral
pe- + nganggur → penganggur
pe- + nyanyi → penyanyi
b) Awalan pe- berubah bentuk menjadi pem- jika
melekat pada kata dasar yang bermula dengan
fonem /b/ dan /p/.
Contoh :
pe- + bohong → pembohong
pe- + piilih → pemilih
9
c) Awalan pe- berubah menjadi pen- jika melekat pada
kata dasar yang bermula dengan fonem/d/ dan /t/.
Contoh :
pe- + dongeng → pendongeng
pe- + tulis → penulis
d) Awalan pe- berubah bentuk menjadi peny- jika
melekat pada kata yang berfenom /s/.
Contoh :
pe- + sakit → penyakit
pe- + sabar → penyabar
e) Awalan pe- berubah bentuk menjadi peng- jika
melekat pada kata dasar yang bermula dengan
konsonan /kh/, /h/, /g/ dan vocal.
Contoh :
pe- + angkut → pengangkut
pe- + iris → pengiris
pe- + uji → penguji
pe- + ekor → pengekor
pe- + olah → pengolah
pe- + khayal → pengkhayal
pe- + halus → penghalus
pe- + guna → pengguna
f) Awalan pe- berubah bentuk menjadi penge- jika
melekat pada kata dasar yang bersuku satu.
Contoh :
pe- + cat → pengecat
pe- + tik → pengetik
pe- + bom → pengebom
g) Awalan pe- berubah menjadi pel- jika melekat pada
kata dasar ajar.
Contoh :
10
pe- + ajar → pelajar
8) Awalan pe- tidak mengalami perubahan.
Contoh :
Per- + cepat → percepat
Per- + isteri → peristeri
9) Kaidah penggunaan akhiran
Akhiran –i, -kan, -an, -nya dalam proses pembentukan kata
tidak mengalami variasi bentuk.
Contoh :
ajar + -i → ajari
ajar + -kan → ajarkan
ajar + -an → ajaran
turun + -nya → turunnya
Proses pembentukan yang berkaitan dengan awalan akhiran
yang berasal dari asing tidak mengalami variasi bentuk.
Contoh :
pra- + wacana → prawacana
pasca- + sarjana → pascasarjana
maha- + siswa → mahasiswa
kamera+ -man → kameraman
dunia + -wi → duniawi
10) Kaidah penggunaan sisipan
Sispan –el-, -em-, dan –er- jika dilekatkan pada kata dasar
tertentu tidak mengalami variasi bentuk.
Contoh :
Tunjuk+ -el- → telunjuk
Guruh + -em- → gemuruh
Gigi + -er- → gerigi
11) Kaidah Penggunaan Gabungan Imbuhan
Gabungan imbuhan me-kan yang pembentukannya
bertahap, yakni berupa awalan terlebih dahulu atau akhiran
11
terlebih dahulu pada kata dasar mengikuti kaidah
penggunaan awalan me- seperti diuraikan di atas.
Contoh :
me – kan + luas → meluaskan
me – kan + bangun → membangun
me – kan + netral → menetralkan
me – kan + siar → menyiarkan
me – kan + habis → menghabiskan
me – kan + tik → mengetikkan
Gabungan imbuhan di – kan tidak mengalami variasi
bentuk jika dilekatkan pada kata dasar.
Contoh ;
di - kan + baca → dibacakan
Gabungan imbuhan ber-an tidak mengalami variasi bentuk.
Contoh :
ber – an + atur → beraturan
Gabungan imbuhan ber – kan tidak mengalami variasi
bentuk.
Contoh ;
Ber –kan + modal → bermodalkan
Gabungan me – i jika melekat pada kata dasar awalan me-
yang mengikutinya mengalami variasi bentuk sesuai
dengan kaidah pnggunaan me- seperti diuraikan
sebelumnya. Sedangkan akhiran –kan bentuknya tetap.
Contoh :
me – i + lempar → melempari
me – i + duduki → menduduki
me – i + singgah → menyinggahi
me – i + hormat → menghormati
me – i + terang → menerangi
me – i + cukup → mencukupi
12
Gabungan imbuhan di – i jika melekat pada kata dasar tidak
mengalami variasi bentuk.
Contoh :
di –i + teman → ditemani
Gabungan imbuhan memper – kan jika melekat pada kata
dasar tidak mengalami variasi bentuk.
Contoh :
memper – kan + kenal → memperkenalkan
Gabungan memper – i jika melekat pada kata dasar tidak
mengalami variasi bentuk.
Contoh :
memper – i + baru → memperbarui
Gabungan imbuhan diper – kan jika melekat pada kata
dasar tidak mengalami variasi bentuk.
Contoh:
diper – kan + kira → diperkirakan
Gabungan imbuhan diper – i jika melekat pada kata dasar
tidak mengalami veriasi bentuk.
Contoh :
diper – i + baru → diperbarui
12) Kaidah Penggunaan Konfiks
a) Konfiks pe – an jika melekat pada kata dasar
mengalami variasi bentuk pada bentuk pe- sebagaimana
diuraikan di atas. Sedangkan bentuk –an tidak
mengalami perubahan bentuk.
Contoh :
pe – an + serah → penyerahan
pe – an + adil → pengadilan
pe – an + labuh → pelabuhan
pe – an + tahu → pengetahuan
13
b) Konfiks per – an jika melekat pada kata dasar tidak
mengalami variasi bentuk.
Contoh :
per – an + henti → perhentian
c) Konfiks ber – an jika melekat pada kata dasar tidak
mengalami variasi bentuk.
Contoh :
ber – an + datang → berdatangan
d) Konfiks ke – an jika melekat pada kata dasar tidak
mengalami variasi bentuk.
Contoh :
ke – an + adil → keadilan
13) Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika
ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata yang bukan
bahasa Indonesia.
Contoh :
mem-PHK-kan
me-recall
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.
Misalnya :
Bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan
dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis