Penjualan Angsuran I. Pendahuluan Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah pada perusahaan real estate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode ini telah berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan kendaraan (seperti mobil, motor), mesin, alat-alat rumah tangga (seperti kulkas, mesin cuci, ac, tv, dsb) dan lainnya. Bahkan pada beberapa jenis industri metode penjualan angsuran ini telah menjadi kunci utama dalam mencapai operasi skala besar. Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di kalangan usahawan dan juga di kalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini telah meningkatkan jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagi pembeli mereka merasa lebih ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang yang dicicil tersebut. Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan meningkat, tetapi kelemahan metode ini dapat diatasi dengan meningkatnya volume penjualan perusahaan. Page 1 of 100
100
Embed
Penjualan Angsuran - BINA NUSANTARArepository.binus.ac.id/content/a0642/a064246588.doc · Web viewUntuk menghitung laba bersih pada penjualan angsuran adalah sangat kompleks, karena
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Penjualan Angsuran
I. Pendahuluan
Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah
pada perusahaan real estate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode
ini telah berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan
kendaraan (seperti mobil, motor), mesin, alat-alat rumah tangga (seperti kulkas,
mesin cuci, ac, tv, dsb) dan lainnya. Bahkan pada beberapa jenis industri metode
penjualan angsuran ini telah menjadi kunci utama dalam mencapai operasi skala
besar.
Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di
kalangan usahawan dan juga di kalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini telah
meningkatkan jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagi pembeli
mereka merasa lebih ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang yang
dicicil tersebut.
Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan
meningkat, tetapi kelemahan metode ini dapat diatasi dengan meningkatnya volume
penjualan perusahaan.
Bagi akuntan, penjualan angsuran menimbulkan beberapa masalah.
Masalah utama adalah : “membandingkan antara beban dan pendapatan”
(matching of costs and revenues), yaitu :
a. Apakah laba kotor dari penjualan angsuran dianggap telah direalisasi pada
saat terjadinya penjualan ataukah harus diakui selama masa kontrak
angsuran tersebut?
b. Apa yang harus dilakukan terhadap beban sehubungan dengan penjualan
angsuran yang terjadi pada periode setelah penjualan tersebut?
Page 1 of 61
c. Bagaimana menangani persoalan piutang usaha angsuran yang tidak dapat
tertagih, pertukaran, dan pemilikkan kembali barang angsuran?
II. Pengertian Penjualan Angsuran
Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang dilaksanakan
dengan perjanjian dimana pembayaran dilakukan secara bertahap atau berangsur.
Biasanya pada saat barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, penjual menerima
uang muka (down payment) sebagai pembayaran pertama dan sisanya diangsur
dengan beberapa kali angsuran. Karena penjualan harus menunggu beberapa
periode untuk menagih seluruh piutang penjulannya, maka biasanya pihak penjual
akan membebankan bunga atas saldo yang belum diterimanya.
Resiko atas tidak tertagihnya piutang usaha angsuran ini sangat tinggi,
mungkin saat akan dilakukan penjualan angsuran telah dilakukan survei atas
pembeli dan memperoleh hasil yang baik. Karena penagihan piutang usaha
angsuran memakan waktu yang cukup lama (beberapa periode), hal tersebut
kemungkinan dapat merubah hasil survei yang telah dilakukan semula terhadap
pembeli. Untuk menghindari hal-hal demikian, penjual biasanya akan membuat
kontrak jual beli (security agreement), yang memberikan hak kepada penjual untuk
menarik kembali barang yang telah di jual dari pembeli.
Untuk mengurangi barang angsuran tersebut dari resiko terbakar atau
hilang, pihak penjual dapat menetapkan syarat bagi pembeli agar barang angsuran
tersebut diasuransikan untuk kepentingkan pihak penjual. Premi asuransi
ditanggung oleh pembeli, jika barang angsuran hilang atau terbakar, pihak asuransi
akan membayar ganti rugi kepada penjual dan bukan pembeli. Kadang kala
mungkin jiwa dari pembeli diwajibkan oleh penjual untuk diasuransikan dengan
premi auransi atas tanggungan si pembeli.
Page 2 of 61
Jadi untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak
ditepatinya kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka terdapat beberapa
bentuk perjanjian atau kontrak penjualan angsuran, sebagai berikut :
1. Perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), di mana
barang-barang telah diserahkan, tetapi hak atas barang-barang masih
berada di tangan penjual sampai seluruh pembayarannya sudah lunas.
2. Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama telah
dilakukan, hak milik dapat diserahkan kapada pembeli, tetapi dengan
menggadaikan atau menghipotikan untuk bagian harga penjualan yang
belum dibayar kapada si penjual.
3. Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada suatu
badan “trust” (trustee) sampai pembayaran harga penjualan dilunasi.
Setelah pembayaran lunas oleh pembeli, baru trustee menyerahkan hak
atas barang-barang itu kepada pembeli. Perjanjian semacam ini
dilakukan dengan membuat akta kepercayaan (trust deed / trust
indenture).
4. Beli sewa (lease-purchase) dimana barang-barang yang telah diserahkan
kepada pembeli. Pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga
dalam kontrak telah dibayar lunas, baru sesudah itu hak milik berpidah
kepada pembeli.
Penjualan angsuran dengan bentuk-bentuk perjanjian tersebut di atas
dilaksanakan untuk barang-barang tidak bergerak / barang yang bukan barang
dagang, seperti : gedung, tanah, dan aktiva-aktiva tetap lainnya. Apabila terjadi
tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban oleh pembeli, maka penjual tetap memiliki
hak untuk memiliki kembali barang yang dijualnya, tetapi nilainya sisa barang itu
Page 3 of 61
mungkin akan lebih rendah dari nilai barang berdasarkan perhitungan yang sesuai
dengan perjanjian yang ada sehingga pemilikan kembali tersebut dapat
menimbulkan kerugian.
Untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi pemilikan kembali,
maka faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh penjual adalah sebagai berikut :
1. Besarnya pembayaran pertama atau down payment harus cukup untuk
menutup besarnya semua kemungkinan terjadinya penurunan harga
barang tersebut dari semula barang baru menjadi barang bekas.
2. Jangka waktu pembayaran di antara angsuran yang satu dengan yang lain
hendaknya tidak terlalu lama, kalau dapat tidak lebih dari satu bulan.
3. Besarnya pembayaran angsuran periodik harus diperhitungkan cukup
untuk menutup kemungkinan penurunan nilai barang-barang yang ada
selama jangka pembayaran yang satu dengan pembayaran angsuran
berikutnya.
Sehubungan dengan banyaknya resiko yang mungkin akan dijumpai oleh
penjual atau dengan kata lain adanya kemungkinan tidak ditepatinya kewajiban-
kewajiban oleh pihak pembeli, maka diperlukan beberapa solusi terbaik untuk
mengatasi resiko-resiko tersebut. Solusi tersebut antara lain :
1. melakukan survei atas pembeli.
2. membuat kontrak jual-beli (security agreement) yang isi kontrak tersebut
berlainan untuk setiap bidang usaha.
3. mengasuransikan barang angsuran tersebut.
4. menetapkan periode pembayaran cicilan yang tidak terlalu panjang, misalnya
tiap bulan.
5. uang muka harus dapat melebihi penurunan nilai barang.
Page 4 of 61
6. beli sewa (lease-purchase) artinya barang-barang yang dibeli secara angsuran
yang sudah berada di tangan pembeli dianggap barang sewaan sampai semua
biaya dalam Perjanjian dibayar lunas, barulah hak milik berpindah kepada
pembeli.
7. dan lain-lain.
III. Metode Pengakuan Laba Kotor Pada Penjualan Angsuran
Untuk menghitung laba bersih pada penjualan angsuran adalah sangat
kompleks, karena beban sehubungan dengan penjualan angsuran tersebut tidak
hanya terjadi pada saat penjualan angsuran tersebut dilakukan, melainkan akan
terjadi sepanjang penjualan angsuran tersebut belum dilunasi.
Sesuai dengan konsep akuntasni yaitu membandingkan antara beban
dengan pendapatan, maka pada saat penjualan angsuran dapat ditentukan nilai dari
penjualan, harga pokok dan beban yang terjadi pada periode tersebut. Karena
penagihan penjualan angsuran meliputi beberapa periode, timbul masalah
bagaimana beban yang terjadi pada periode berikutnya (misalkan beban penagihan,
administrasi, perbaikan dan pemilikan kembali) sehubungan penagihan piutang
usaha angsuran tersebut.
Untuk menghitung laba kotor dalam penjualan angsuran pada prakteknya
dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :
1. Pengakuan Laba Kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran.
2. Pengakuan Laba Kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas.
1. Pengakuan Laba Kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran
Dalam metode ini seluruh laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan
angsuran, atau dengan kata lain sama seperti penjualan pada umumnya yang
Page 5 of 61
ditandai oleh timbulnya piutang/tagihan kepada pelanggan. Apabila prosedur
demikian diikuti maka sebagai konsekuensinya pengakuan terhadap biaya-biaya
yang berhubungan dam dapat diidentifikasikan dengan pendapatan-pendapatan
yang bersangkutan harus pula dilakukan.
Beban untuk pendapatan dalam periode yang bersangkutan harus meliputi
biaya-biaya yang diperkirakan akan terjadi dalam hubungannya dengan
pengumpulan piutang atas kontrak penjualan angsuran, kemungkinan tidak
dapatnya piutang itu direalisasikan maupun kemungkinan rugi sebagai akibat
pembatalan kontrak. Terhadap biaya yang ditaksir itu biasanya dibentuk suatu
rekening Cadangan Kerugian Piutang.
Jika Aktiva Tetap dijual secara angsuran, perusahaan akan mendebit
piutang usaha angsuran dan mengkredit perkiraan aktiva yang bersangkutan serta
mengkredit pula laba atas penjualan aktiva tersebut.
Jurnalnya adalah:
Piutang usaha angsuran xxxxxx
Aktiva Tetap xxxxxx
Laba atas penjualan aktiva tak gerak xxxxxx
Pada metode ini memakai asumsi bahwa seluruh beban sehubungan dengan
penjualan angsuran terjadi pada periode yang sama dengan penjualannya. Mengenai
beban pada periode berikutnya, yaitu misalnya beban tidak tertagihnya piutang dan
lain sebagainya, harus diestimasi pada periode terjadinya penjualan nagsuran yaitu
dengan mendebit perkiraan beban dan mengkredit perkiraan penilaian asset seperti
penyisihan biaya penjualan angsuran dan penyisihan piutang angsuran.
Jurnalnya adalah:
Beban usaha xxxxxx
Penyisihan piutang angsuran xxxxxx
Page 6 of 61
Jika pada periode berikutnya penjualan angsuran tersebut terjadi, perkiraan
penyisihan tersebut akan didebit, dan kas yang dikeluarkan serta saldo piutang
usaha yang tidak tertagih akan dikredit.
Jurnalnya adalah:
Penyisihan piutang angsuran xxxxxx
Kas xxxxxx
Piutang usaha angsuran xxxxxx
2. Laba kotor diakui sejalan dengan realisasi penerimaan kas (proporsional)
Dalam metode ini laba kotor diakui sesuai dengan realisasi penerimaan kas
dari penjualan angsuran yang diterima pada periode akuntansi yang bersangkutan.
Prosedur yang menghubungkan tingkat keuntungan dengan realisasi penerimaan
angsuran pada perjanjian penjualan angsuran adalah:
a. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai
pengembalian harga pokok (Cost) dari barang-barang yang dijual atau
service yang diserahkan, sesudah seluruh harga pokok (Cost) kembali,
maka penerimaan-penerimaan selanjutnya baru dicatat sebagai
keuntungan. Prosedur ini dianggap sangat konservatif. Dapat didukung
jika timbul keraguan mengenai nilai yang dapat diperoleh kembali, baik
yang berkaitan dengan saldo atau sisa kontrak cicilan maupun yang
berkaitan dengan barang-barang yang terkena pemilikan kembali.
b. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi
keuntungan yang diperoleh sesuai dengan kontrak penjualan; sesudah
seluruh keuntungan yang ada terpenuhi, maka penerimaan-penerimaan
selanjutnya dicatat sebagai pengumpulan kembali atau pengembalian
harga pokok (Cost).
Page 7 of 61
c. Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian
dicatat baik sebagai pengembalian harga pokok (Cost) maupun sebagai
realisasi keuntungan di dalam perbandingan yang sesuai dengan posisi
harga pokok dan keuntungan yang terjadi pada saat perjanjian penjualan
angsuran ditandatangani. Di dalam hal ini keuntungan akan selalu
sejalan dengan tingkat pembayaran angsuran selama jangka perjanjian.
Metode ini memberikan kemungkinan untuk mengakui, keuntungan
prosporsional dengan tingkat penerimaan pembayaran angsuran. Di
dalam akuntansi prosedur demikian dikenal dengan metode angsuran
atau dasar angsuran (installment method or installment basis).
Pada metode ini jika Aktiva Tetap dijual secara angsuran, perusahaan akan
mendebit perkiraan piutang usaha angsuran dan mengkredit harta yang
bersangkutan serta mengkredit laba kotor yang ditangguhkan (yang belum
direalisasi).
Jurnalnya adalah:
Piutang usaha angsuran xxxxxx
Aktiva Tetap xxxxxx
Laba kotor yang ditangguhkan (yang belum direalisasi) xxxxxx
Mengenai penagihan piutang usaha angsuran tersebut akan dicatat
dengan mendebit perkiraan kas dan mengkredit perkiraan piutang usaha
Jurnalnya adalah:
Kas xxxxxx
Piutang usaha angsuran xxxxxx
Selanjutnya pada akhir periode, saat dilakukan jurnal penyesuaian akan dicatat
sbb:
Page 8 of 61
Jurnalnya adalah:
Laba kotor yang belum direalisasi xxxxxx
Laba kotor yang direalisasi xxxxxx
Laba kotor yang belum direalisasi adalah selisih antara penjualan
angsuran dengan harga pokoknya. Laba kotor yang belum direalisasi akan
direalisasi pada saat penerimaan piutang usaha angsuran yaitu dengan mengalikan
presentase laba kotor dengan kas yang diterima dari piutang usaha angsuran
tersebut.
Untuk menghitung presentase laba kotor yaitu dengan membagi laba kotor
yang belum dieralisasi dengan penjualan angsuran yang bersangkutan dan hasilnya
dikalikan 100%.
Laba kotor ditangguhkan = Penjualan – HPP (Harga Pokok Penjualan)
% Laba kotor = (Laba kotor yang belum direalisasi : Penjualan angsuran) x
100%
Contoh soal:
1. PT Osaka telah membeli sebuah tanah di daerah Jakarta dengan harga perolehan Rp.
170.000.000,00. di samping itu PT Osaka juga membayar biaya-biaya lainnya seharga
Rp. 10.000.000,00
Pada tanggal 1 mei 2000, PT Handoko membeli tanah tersebut seharga Rp.
240.000.000,00. PT Handoko membayar uang muka sebesar Rp. 40.000.000,00 dan
sisanya akan dibayar angsuran sebanyak 10 kali setengah tahunan, setiap kali angsuran
Rp. 20.000.000,00. PT Osaka mengenakan bunga 18% pertahun terhadap sisa
angsuran. Komisi dan beban penjualan dibayar tunai sebesar 2% dari harga jual.
Periode akuntansi perusahaan sama dengan tahun fiskal.
Page 9 of 61
Diminta : Catatlah transaksi-transasksi tersebut ke dalam jurnal untuk tahun 2000 dan
2001, dengan menggunakan metode:
a. Laba kotor diakui pada saat penjualan
b. Laba kotor diakui sejalan dengan realisasi penerimaan kas
Jawaban:
a. Laba kotor diakui pada saat penjualan
1 Mei 2000
Penjualan tanah dengan harga jual
Piutang usaha angsuran Rp. 240.000.000,00
Tanah Rp. 180.000.000,00
Laba atas penjualan tanah Rp. 60.000.000,00
Penerimaan uang muka
Kas Rp. 40.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 40.000.000,00
Dibayar komisi dan beban penjualan (2% x Rp. 240.000.000,00)
Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00
Kas Rp. 4.800.000,00
1 November 2000
Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 200.000.000,00)
Kas Rp. 38.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 18.000.000,00
Page 10 of 61
31 Desember 2000
Jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp. 180.000.000)
Piutang Bunga Rp. 5.400.000,00
Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00
Realisasi Laba kotor
Tidak ada jurnal
Ayat jurnal penutup
Laba atas penjualan tanah Rp. 60.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 23.400.000,00
Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00
Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 78.600.000,00
1 Januari 2001
Ayat jurnal pembalik
Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00
Piutang bunga Rp. 5.400.000,00
1 Mei 2001
Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 180.000.000,00)
Kas Rp. 36.200.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 16.200.000,00
1 November 2001
Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 160.000.000,00)
Kas Rp. 34.400.000,00
Page 11 of 61
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 14.400.000,00
31 Desember 2001
Ayat jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x 140.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 4.200.000,00
Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00
Realisasi laba kotor
Tidak ada jurnal
Ayat jurnal penutup
Pendapatan bunga Rp. 29.400.000,00
Ikhtisar rugi laba Rp. 29.400.000,00
b. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas
1 Mei 2000
Penjualan tanah seharga Rp. 240.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 240.000.000,00
Tanah Rp. 180.000.000,00
Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 60.000.000,00
Penerimaan uang muka
Kas Rp. 40.000.000,00
Page 12 of 61
Piutang usaha angsuran Rp. 40.000.000,00
Dibayar komisi dan beban penjualan (2% x Rp. 240.000.000,00)
Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00
Kas Rp. 4.800.000,00
1 November 2000
Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 200.000.000,00)
Kas Rp. 38.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 18.000.000,00
31 Desember 2000
Jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp.180.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 5.400.000,00
Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00
Realisasi Laba kotor
Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 15.000.000,00
Laba kotor direalisasi Rp. 15.000.000,00
Ayat jurnal penutup
Laba Kotor direalisasi Rp. 15.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 23.400.000,00
Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00
Ikhtisar rugi/laba Rp. 33.600.000,00
Page 13 of 61
1 januari 2001
Ayat jurnal pembalik
Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00
Piutang bunga Rp. 5.400.000,00
1 Mei 2001
Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 180.000.000,00)
Kas Rp. 36.200.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 16.200.000,00
1 November 2001
Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 160.000.000,00)
Kas Rp. 34.400.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 14.400.000,00
31 Desember 2001
Ayat jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp. 140.000.000,00)
Piutang bunga Rp. 4.200.000,00
Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00
Realisasi laba kotor (10% x Rp.40.000.000,00)
Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 10.000.000,00
Laba kotor direalisasi Rp. 10.000.000,00
Page 14 of 61
Ayat jurnal penutup
Laba kotor direalisasi Rp. 10.000.000,00
Pendapatan bunga Rp. 29.400.000,00
Iktisar rugi/laba Rp. 39.400.000,00
Pada penjualan angsuran dengan metode pengakuan laba kotor dilakukan pada saat
penjualan terjadi maka laba kotor yang diakui adalah sebesar Rp. 60.000.000,00 pada
tahun 2000, yaitu pada saat penjualan terjadi (jurnal tanggal 1 mei 2000) dan tidak diakui
lagi pada tahun-tahun berikutnya.
Sedangkan pada metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas
(metode proporsional) juga akan mengakui laba kotor sebesar Rp.
60.000.000,00 pula. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tahun Penerimaan Angsuran Persentase Laba Kotor Pengakuan Laba Kotor
2000 Rp. 60.000.000 25% Rp. 15.000.000
2001 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000
2002 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000
2003 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000
2004 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000
2005 Rp. 20.000.000 25% Rp. 5.000.000
Rp. 240.000.000 Rp. 60.000.000
Apabila kewajiban tidak dapat dipenuhi oleh pihak pembeli, maka pihak penjual
akan menarik kembali harta yang telah dijual. Pencatatan atas penarikan kembali harta
tersebut tergantung dari metode pengakuan laba kotor yang digunakan. Jika laba kotor
Page 15 of 61
laba kotor diakui pada saat penjualan terjadi, maka harta yang dimiliki tersebut diakui
sebesar harga pasar yang wajar, kemudian membatalkan saldo piutang usaha angsuran dan
menimbulkan keuntungan atau kerugian karena pemilikan kembali. Jika menggunakan
metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas, maka harta yang dimiliki
tersebut diakui sebesar harga pasar yang wajar, kemudian membatalkan laba kotor yang
belum direalisasi serta saldo piutang usaha angsuran dan menimbulkan keuntungan atau
kerugian karena pemilikan kembali. Contoh kasus ketidakmampuan pelunasan piutang
usaha angsuran adalah:
2. Mengacu pada soal no 1 bila pada tanggal 1 Mei 2002, PT. Handoko tidak dapat
membayar (memenuhi) kewajibannya. PT Osaka kemudian menarik hartanya kembali
dan pada tanggal tersebut tanah itu dinilai menurut harga pasarnya yaitu sebesar Rp.
150.000.000,00.
PT. Handoko menerima 5% dari jumlah yang telah dibayarnya tetapi tidak termasuk
bunga.
Diminta: Buatlah perhitungan rugi/laba dan jurnal pemilikan kembali untuk
a. Laba kotor diakui pada saat penjualan
b. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas
Jawaban:
a. Laba kotor diakui pada saat penjualan
Jumlah piutang yang diterima Rp. 100.000.000,00
Jumlah yang dikembalikan kepada PT Handoko (5%) (Rp. 5.000.000,00)
Rp. 95.000.000,00
Harga pokok tanah Rp. 180.000.000,00
Page 16 of 61
Nilai pasar (Rp. 150.000.000,00)
Penurunan nilai tanah (Rp. 30.000.000,00)
Total laba pemilikan kembali Rp. 65.000.000,00
Laba kotor yang telah diakui (Rp. 60.000.000,00)
Laba (rugi) pemilikan kembali Rp. 5.000.000,00
Jurnal pemilikan kembali
Tanah Rp. 150.000.000,00
Kas Rp. 5.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 140.000.000,00
Laba atas pemilikan kembali Rp. 5.000.000,00
b. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas
Jumlah piutang yang diterima Rp. 100.000.000,00
Jumlah yang dikembalikan (5%) (Rp. 5.000.000,00)
Rp. 95.000.000,00
Harga pokok tanah Rp. 180.000.000,00
Nilai pasar (Rp. 150.000.000,00)
Penurunan nilai tanah (Rp. 30.000.000,00)
Total laba pemilikan kembali Rp. 65.000.000,00
Laba kotor yang telah diakui (Rp. 25.000.000,00)
Laba (Rugi) karena pemilikan kembali Rp. 40.000.000,00
Page 17 of 61
Jurnal pemilikan kembali
Tanah Rp. 150.000.000,00
Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 35.000.000,00
Kas Rp. 5.000.000,00
Piutang usaha angsuran Rp. 140.000.000,00
Laba atas pemilikan kembali Rp. 40.000.000,00
Untuk kedua metode di atas masih diperlukan jurnal lagi, yaitu jurnal untuk
menutup pendapatan bunga sebesar Rp. 4.200.000,00 sebagai kerugian.
Ayat jurnal pembalik
1 Januari 2002
Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00
Piutang bunga Rp.
4.200.000,00
Ayat jurnal penutup
Laba Ditahan Rp. 4.200.000,00
Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00
IV. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PENJUALAN ANGSURAN
A. Neraca
Penyusunan neraca pada perusahan yang melakukan penjualan nagsuran sama
dengan penjualan biasa, hanya terdapat hal yang harus dieprhatikan adalah:
1. Piutang usaha angsuran biasanya dikelompokkan sebaagi aktiva lancar
dan harus dijelaskan pada penjelasan laporan keuangan atau dengan
Page 18 of 61
catatan kaki yang mengungkapkan tanggal jatuh temponya. Hal ini
dengan asumsi bahwa definisi dari aktiva lancar adalah sumber-sumber
yang diharapkan dapat direalisir menjadi kas atau dijual. Maka jangka
waktu piutang usaha angsuran tersebut diabaikan.
2. Laba kotor yang belum direalisasikan dapat dikelompokkan:
a) Kelompok kewajiban atau pendapatan yang belum
direalisasi.
b) Pengurang piutang usaha angsuran.
c) Kelompok modal yang menjadi bagian dari laba yang
ditahan
Cara yang paling umum adalah laba kotor yang belum direalisasi dicatat
sebagai kelompok kewajiban.
B. Laporan Rugi/Laba dan Daftar analisa realisasi laba kotor
Di dalam penyusunan perhitungan rugi/laba untuk penjualan angsuran, harus
dipisahkan antara penjualan biasa dengan angsuran. Laba kotor penjualan
angsuran periode tersebut dikurangi dengan saldo laba kotor yang belum
direalisasi pada akhir periode, yang menghasilkan laba kotor periode tersebut
yang telah direalisasi.
V. PENGAKUAN LABA PENJUALAN ANGSURAN DALAM KAITANNYA
DENGAN UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
Undang-undang Perpajakan No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
Menurut salah satu metode penjualan angsuran bahwa laba kotor diakui sejalan
dengan tagihan uang kas yang diterima, sehingga laba kotor akan diakui untuk
beberapa periode fiskal. Sedangkan menurut pajak penghasilan sesuai dengan
Page 19 of 61
undang-undang no.7 bahwa laba hasrus diakui pada saat penjualan dilakukan.
Sehingga terdapat perbedaan persepsi antara laba menurut metode penjualan
angsuran dengan undang-undang pajak penghasilan.
Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia pasal 9 tentang pajak penghasilan, yaitu:
a) Dalam Perhitungan rugi/laba, jumlah pajak penghasilan dapat dihitung
berdasarkan laba menurut akuntansi atau laba kena pajak, dengan tarif
sebagaimana ditetapkan oleh fiskus.
b) Dalam hal pajak penghasilan dihitung menurut laba akuntansi, selisih
perhitungan tersebut dengan hutang pajak (yang dihitung menurut laba
kena pajak), yang disebabkan “perbedaan waktu” pengakuan pendapatan
dan beban untuk tujuan akuntansi dengan tujuan pajak akan ditampung
ke dalam pos “pajak penghasilan yang ditangguhkan” dan dialokasikan
pada beban pajak pengahsilan tahun-tahun berikutnya. Sehingga dengan
demikian jika perusahaan menghitung laba menurut metode pengakuan
laba kotor sejalan dengan penerimaan kas hasil penjualan angsuran,
maka selisih antara pajak penghasilan perusahaan dengan pajak
pengahsilan menurut fiskus ditampung dalam perkiraan pajak
penghasilan yang ditangguhkan (belum direlisasi).
Contoh soal:
1. Bila PT Handoko mendapatkan laba untuk tahun 1999 sebesar Rp.
10.250.000,00. Sedangkan menurut undang-undang pajak penghasilannya
adalah Rp. 9.500.000,00. Buatlah jurnal untuk menyesuaikannya!
Pajak penghasilan menurut perusahaan Rp. 10.250.000,00
Pajak pengahsilan menurut UU pajak penghasilan Rp. 9.500.000,00
Selisih Rp. 750.000,00
Page 20 of 61
Jurnal untuk mencatat pembebanan pajak tersebut
Ikhtisar rugi/laba Rp. 10.250.000,00
Hutang pajak (PPh pasal 29) Rp. 9.500.000,00
Pajak penghasilan yang ditangguhkan Rp. 750.000,00
Jika perusahaan menggunakan metode pengakuan laba kotor pada saat
penjualan angsuran, maka tidak terdapat perbedaan antara laba menurut
perusahaan dengan laba menurut pajak.
Undang-undang perpajakan No.8 tahun 1983 tentang pajak pertambahan
nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Untuk perusahaan dagang umumnya dan perusahaan dagang angsuran harus
ditetapkan apakah perusahaan tersebut adalah pengusaha kena pajak (PKP) atau
non PKP.
Bila perusahaan tersebut adalah PKP, maka untuk seluruh penjualan barang
dagangnya harus dikenakan PPN. Dan bila merupakan non PKP maka tidak
boleh dipungut PPN. PPN yang dikenakan atas nilai jual ini disebut sebagai PPN
keluaran. Sedangkan PPN atas barang yang dibeli merupakan PPN masukkan.
PPN masukkan dapat dikreditkan dengan PPN keluaran.
Selain itu perusahaan juga membayar pajak penjualan atas barang mewah
(PPnBM), bila barang yang dibeli merupakan kategori barang mewah. Tarif ini
berkisar anatar 10% - 30%. PPnBM ini dikenakan hanya sekali pada pengusaha
dan tidak daoat dikreditkan dengan PPN keluarannya sehingga harus dimasukkan
sebagai harga pokok barang yang dibelinya.
VI. BUNGA PADA PENJUALAN ANGSURAN
Page 21 of 61
Dalam penjualan angsuran pihak penjual biasanya juga memperhitungkan
bunga atas saldo angsuran yang belum dibayar disamping memperhitungkan laba.
Bunga dalam penjualan angsuran harus dipisahkan dari pengakuan laba kotor
dari hasil usaha bagi pihak penjual, sedangkan untuk pihak pembeli unsur bunga
harus dipisahkan dari harga perolehan dari barang angsuran yang dimilikinya.
Dalam menghitung bunga, dapat dilakukan denagn beberapa cara, yaitu:
a) Bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman yang belum dilunasi selama jangka
waktu angsuran (bunga dihitung dari saldo menurun), disebut Long End Interest.
b) Bunga dihitung dari akumulasi pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo
(tidak termasuk uang muka) yang dihitung sejak pembayaran angsuran pertama
sampai dengan paling akhir, disebut Short End Interest.
c) Bunga dihitung secara anuitet. Setiap periode sama besarnya dan di dalam setiap
pembayaran angsuran mengandung unsure pelunasan angsuran dan bunga.
d) Bunga selama masa pembayran angsuran diitung dari harga kontrak awal setelah
diperhitungkan dnegan uang muka.
Contoh Soal:
PT Handoko menjual tanahnya secara angsuran. Pada tanggal 1 Februari 1998, dijual
tanah secara angsuran dengan harga jual sebesar Rp. 10.000.000,00. Pembeli
membayar uang muka sebesar Rp. 1.000.000,00 dan sisanya dibayar secara angsuran
sebanyak 10 kali bulanan dengan bunga sebesar 12% pertahun. Harga perolehan
tanah adalah Rp. 8.000.000,00. Buat perhitungan bunga dan jurnal yang diperlukan
untuk 3 bulan pertama !
Jawaban:
1. Bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman yang belum dilunasi selama
jangka waktu angsuran.
Page 22 of 61
Pada cara ini bunga yang dibebankan pada setiap kali angsuran dihitung dari
saldo pokok pinjaman awal periode tersebut. Bunga yang dibayar setiap periode
akan makin lama makin kecil, sesuai dengan makin kecilnya saldo pinjaman
penjualan angsuran tersebut.
Perhitungan bunga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tgl Angsuran
Pokok
Bunga 1 % per
bulan
Jumlah yang
harus dibayar
Saldo Pokok
Pinjaman
1/2/98 10.000.000
1/2/98 1.000.000 1.000.000 9.000.000
1/3/98 900.000 90.000 990.000 8.100.000
1/4/98 900.000 81.000 981.000 7.200.000
1/5/98 900.000 72.000 972.000 6.300.000
1/6/98 900.000 63.000 963.000 5.400.000
1/7/98 900.000 54.000 954.000 4.500.000
1/8/98 900.000 45.000 945.000 3.600.000
1/9/98 900.000 36.000 936.000 2.700.000
1/10/98 900.000 27.000 927.000 1.800.000
1/11/98 900.000 18.000 918.000 900.000
1/12/98 900.000 9.000 909.000 0
Jurnal
1/2/98 Kas 1.000.000
Piutang Angsuran 9.000.000
Peralatan 8.000.000
Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000
Page 23 of 61
1/3/98 Kas 990.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 90.000
1/4/98 Kas 981.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 81.000
1/5/98 Kas 972.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 72.000
2. Bunga dihitung dari akumualsi pembayaran angsuran yang telah jatuh
tempo (tidak termasuk uang muka)
Cara ini menghitung bunga dari akumulasi pembayaran angsuran yang telah
jatuh tempo. Dengan demikian bunga yang dibebankan makin lama makin besar,
seiirng dengan makin membesarnya akumulasi pembayaran angsuran tiap
periode.
Pembayaran bunga dengan metode ini tidak sesuai dengan system bunga accrual.
Pada sitem tersebut, bunga dihitung dari saldo pinjaman yang belum dilunasi dan
bukan dari akumualsi angsuran yang jatuh tempo. Oleh karena itu jika
perusahaan membuat laporan keuangan tiap akhir periode, maka harus dilakukan
penyesuaian atas bunga menurut system accrual.
Perhitungan bunga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tgl Angsuran Bunga 1 % per Jumlah yang Saldo Pokok
Page 24 of 61
Pokok bulan harus dibayar Pinjaman
1/2/98 10.000.000
1/2/98 1.000.000 1.000.000 9.000.000
1/3/98 900.000 9.000 909.000 8.100.000
1/4/98 900.000 18.000 918.000 7.200.000
1/5/98 900.000 27.000 927.000 6.300.000
1/6/98 900.000 36.000 936.000 5.400.000
1/7/98 900.000 45.000 945.000 4.500.000
1/8/98 900.000 54.000 954.000 3.600.000
1/9/98 900.000 63.000 963.000 2.700.000
1/10/98 900.000 72.000 972.000 1.800.000
1/11/98 900.000 81.000 981.000 900.000
1/12/98 900.000 90.000 990.000 0
Jurnal
1/2/98 Kas 1.000.000
Piutang Angsuran 9.000.000
Peralatan 8.000.000
Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000
1/3/98 Kas 909.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 9.000
Page 25 of 61
1/4/98 Kas 918.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 18.000
1/5/98 Kas 927.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 27.000
3. Bunga dihitung secara anuitet
Pada cara ini pembayaran setiap periodenya sama besarnya, dan setiap
pembayran tersebut meliputi pembayran pokok pinjaman dan pembayran bunga.
Pembayaran dengan cara ini disebut sebagai pembayaran anuitet. Untuk
mencari jumlah pembayran anuitet setiap periode digunakan rumus:
T = Jumlah angsuran yang belum lunas
T = Ann 1- 1/(1 + i )n Ann= Pembayaran angsuran setiap periode
i n = Jumlah periode angsuran;
i = Bunga per periode
Dalam contoh diatas maka pembayaran anuitet dapat dicari sebagai berikut :
Rp. 9.000.000 = Ann 1- 1/(1+1%)10
1%
Rp. 9.000.000 = Ann x 9,4713045
Ann = 950.238, 692 dibulatkan menjadi 950.239
Tgl Angsuran
Pokok
Bunga 1 % per
bulan
Jumlah yang
harus dibayar
Saldo Pokok
Pinjaman
Page 26 of 61
1/2/98 10.000.000
1/2/98 1.000.000 1.000.000 9.000.000
1/3/98 860.239 90.000 950.239 8.139.761
1/4/98 868.841 81.398 950.239 7.270.920
1/5/98 877.530 72.709 950.239 6.393.390
1/6/98 886.305 63.934 950.239 5.507.085
1/7/98 895.168 55.071 950.239 4.611.917
1/8/98 904.120 46.119 950.239 3.707.797
1/9/98 913.161 37.078 950.239 2.794.636
1/10/98 922.293 27.946 950.239 1.872.343
1/11/98 931.516 18.723 950.239 940827
1/12/98 940.827 9.412 950.239 0
Jurnal
1/2/98 Kas 1.000.000
Piutang Angsuran 9.000.000
Peralatan 8.000.000
Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000
1/3/98 Kas 950.239
Piutang Angsuran 860.239
Pendapatan Bunga 90.000
1/4/98 Kas 950.239
Page 27 of 61
Piutang Angsuran 868.841
Pendapatan Bunga 81.398
1/5/98 Kas 950.239
Piutang Angsuran 877.530
Pendapatan Bunga 72.709
4. Bunga selama masa pembayaran angsuran dihitung dari harga kontrak
awal setelah diperhitungkan dengan uang muka.
Pada cara ini bunga untuk setiap periode dihitung dari saldo awal pokok
pinjaman setelah dikurangi dengan uang muka. Sehingga dengan demikian
buinga yang dibebankan untuk setiap periode sama besarnya dan jumlah
angsuran ditambah bunga periode terebut akan menghasilkan jumlah yang sama
besar pula.
Contoh terkait diatas:
Bunga untuk setiap periode = 1% x Rp. 9.000.000,00 = Rp. 90.000,00
Angsuran untuk setiap periode = Rp. 900.000 + Rp. 90.000,00 = Rp. 990.000,00
Tabel perhitungan bunga
Tgl Angsuran
Pokok
Bunga 1 % per
bulan
Jumlah yang
harus dibayar
Saldo Pokok
Pinjaman
1/2/98 10.000.000
1/2/98 1.000.000 1.000.000 9.000.000
1/3/98 900.000 90.000 990.000 8.100.000
1/4/98 900.000 90.000 990.000 7.200.000
1/5/98 900.000 90.000 990.000 6.300.000
Page 28 of 61
1/6/98 900.000 90.000 990.000 5.400.000
1/7/98 900.000 90.000 990.000 4.500.000
1/8/98 900.000 90.000 990.000 3.600.000
1/9/98 900.000 90.000 990.000 2.700.000
1/10/98 900.000 90.000 990.000 1.800.000
1/11/98 900.000 90.000 990.000 900.000
1/12/98 900.000 90.000 990.000 0
Jurnal
1/2/98 Kas 1.000.000
Piutang Angsuran 9.000.000
Peralatan 8.000.000
Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000
1/3/98 Kas 990.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 90.000
1/4/98 Kas 990.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 90.000
1/5/98 Kas 990.000
Piutang Angsuran 900.000
Pendapatan Bunga 90.000
Page 29 of 61
Dari keempat cara di atas, bila dipandang dari sudut perusahaan yang
melakukan penjualan angsuran, maka cara yang terakhir yang menghasilkan bunga
lebih besar dari cara yang lainnya. Biasanya dalam dunia usaha penjualan angsuran
digunakan metode anuitas atau dengan menggunakan bunga flat.
VII. Hubungan Penjualan Angsuran Dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Dalam hubungannya dengan SAK, penjualaan angsuran dapat dikatakan
berhubngan dengan:
a. PSAK NO. 16 tentang Aktiva Tetap Dan Aktiva Lain-Lain
Hal ini dikarenakan, kebanyakan penjualan angsuran adalah aktiva tetap sebuah
perusahaan, seperti : gedung, tanah, peralatan. Dalam penjualan aktiva tetap ini
akan muncul piutang dan bunga.
b. PSAK NO. 44 tentang Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat
Hal ini dikarenakan, penjualan angsuran pada mulanya adalah penjualan real
estat, ditambah lagi penjualan real estat sampai sekarang masih merupakan
cicilan, jarang sekali yang membayar langsung karena begitu besar biaya yang
harus dikeluarkan sehingga lebih baik di cicil.
c. PSAK NO. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan
Hal ini dikarenakan, dalam perhitungan pajak penghasilan dari sebuah
perusahaan, kadang kala terdapat selisih pajak dan juga pengaturan atas selisih
pajak ini harus disesuaikan sehingga tidak menimbulkan suatu kerancuan.
d. PSAK NO. 47 tentang Akuntansi Tanah
Page 30 of 61
Hal ini dikarenakan, dalam prakteknya tanah adalah suatu aktiva yang banyak
diperjual belikan dengan angsuran, karena mahalnya harga tanah terlebih lagi di
kota besar.
e. PSAK NO. 48 tentang Penurunan Nilai Aktiva
Hal ini dikarenakan, dalam penjualan angsuran bila si pembeli tidak mampu
membayar maka akan terdapat pemilikan kembali akan aktiva tersebut dan biasanya
harganya cendenrung menurun dari harga sewaktu menjual aktiva tersebut secara
angsuran.
VIII. Variasi Soal
1. PT Surken yang bergerak dalam bidang ekspor impor akan menjual aktiva tetap
miliknya, yaitu 3 bidang tanah di Irian, Maluku dan di Sulawesi.
a. Tanah di Irian berharga pokok Rp. 190.000.000,00 dan akan dibeli oleh
PT Handoko seharga Rp. 250.000.000,00. Disamping itu PT Surken
membayar komisi dan beban penjualan sebesar 1 % dari harga jual.
Rencananya penjualan akan menggunakan metode cicilan yang mangakui
laba kotor pada saat penjualan, PT Handoko akan mencicil pembayaran
sebanyak 5 kali setengah tahunan dan PT Surken mengenakan bunga
sebesar 12 % atas cicilan tersebut serta PT Handoko telah membayar Rp.
50.000.000,00. Sebelumnya PT Surken juga telah membayar Rp.
10.000.000,00 untuk biaya pengurusan tanah yang di Irian tersebut. PT
Handoko membeli tanah tersebut tanggal 1 April 1999.
b. Tanah di Maluku akan dibeli oleh PT Surkep, tanah di Maluku ini
rencananya akan dicatat dengan metode laba kotor sejalan dengan
penerimaan kas. Harga beli tanah di sana adalah Rp. 145.000.000,00 dan
biaya untuk penggantian biaya surat tanah sebesar Rp. 5.000.000,00. PT
Page 31 of 61
Surkep membeli tanah tersebut pada tanggal 29 februari 1998 seharga Rp.
200.000.000,00 dengan cicilan sebanyak 5 kali setengah tahunan dan
sudah memberikan uang muka sebesar Rp. 20.000.000,00. Bunga yang
dikenakan sebesar 12 %, dan PT Surken membayar komisi dan beban
penjualan sebesar 2 % dari harga jual.
c. Tanah di Sulawesi akan dibeli oleh PT Gadifs. Tanah tersebut memiliki
harga beli Rp. 300.000.000,00 (dengan surat-surat). PT Gadifs membeli
tanah tersebut tanggal 1 maret 1998 seharga Rp. 400.000.000, dengan
metode cicilan yang mengakui laba kotor pada saat penjualan. PT Gadifs
juga membayar uang muka sebesar Rp. 100.000.000,00 dan sisanya
diangsur 10 kali dan atas angsuran tersebut dikenakan bunga 12%. Untuk