Top Banner
P ENITY Pengetahuan dan Informasi Safety #132/X September 2019 M-LOSA Maintenance Line Operation Safety Assessment
20

PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

Nov 02, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

PENITYPengetahuan dan Informasi Safety

#132/X September 2019

M-LOSAMaintenance Line Operation Safety Assessment

Page 2: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

Daftar Isi

Prolog : Menghindari Maintenance Error dengan MLOSA - 3Pojok K3 : Apa itu P3K? - 6Selisik : Dokumen ASDCS Tidak Terkontrol, Pesawat Grounded - 7

 

  

Safety Brie�ng Sheets : Identi�kasi Hazard Lebih Awal Dengan Implementasi M-LOSA - 8Inspirasi : Keseimbangan Dalam Tekanan - 9

Interpretasi : MLOSA Sebagai Antisipasi Terjadinya Incident/Accident - 12Audit Activity : GMF AeroAsia Kembali Raih Serti�kat Additional Rating - 13Komunitas : Peran Manager Dalam Pelaksanaan M-LOSA - 14

Best IOR : Roda Landing Gear Pallet Rusak - 16Best IOR : Handle Untuk Memutar Tuas Maju dan Mundur Dock Upper Deck Door Patah - 16Opini : MLOSA dan Perannya Mencegah Kesalahan - 17Maintenance Tips : Preventive Maintenance Inspection (PMI) - 19

Persuasi

132 Penity September 2019

4

M-LOSAMaintenance Line Operation

Safety Assessment

17

76

Page 3: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

Diterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Ha�a, Cengkareng Indonesia, PO BOX 1303 - Kode Pos 19130, Telepon: +62-21-5508190, Faximile: +62-21-5501257. Redaksi menerima saran, masukan, dan kri�k dari pembaca untuk disampaikan melalui email [email protected]

Semua yang berkaitan dengan incident/accident selalu dimulai dengan munculnya hazard/threat (Potensi bahaya)

yang menimbulkan terjadiya error. Hal ini tertuang dalam safety management system (SMS). Untuk mencegah terjadinya error tersebut, maka hazard harus dapat diidenti�kasi di setiap akti�tas maintenance. Metode identi�kasi hazard terbagi atas dua metode antara lain, proaktif dan reaktif.

Dalam implementasi SMS, identi�kasi hazard melalui metode proaktif lebih efektif mencegah terjadinya incident/accident. Salah satu tools dari metode proaktif adalah Maintenance Line Operation Safety Assessment (MLOSA).

Teknis pelaksanaan MLOSA adalah dengan melakukan observasi pelaksanaan maintenance task, dimana observer-nya adalah rekan kerja dari maintenance personnel yang sudah mendapat training MLOSA. Hal ini dimaksudkan karena peer observation (observasi oleh teman kerja) dianggap lebih optimal. Serta tidak memberikan pressure kepada orang yang diobservasi.

Kegiatan MLOSA dapat dilakukan dari beberapa akti�tas antara lain pada proses planning, troubleshoot, prepare removal, removal, prepare install, servicing, install, test, dan restore. Observer dapat memilih akti�tas mana yang akan diobservasi menggunakan MLOSA check list.

MLOSA memiliki banyak bene�t antara lain, mengindenti�kasi dan mengelola potensi bahaya yang muncul saat proses maintenance berlangsung, memastikan kualitas dan berfungsinya prosedur maintenance. Serta terpenting adalah error dapat teriden�kasi dan dimitigasi lebih cepat sebelum memicu suatu incident/accident.

Dengan semakin tingginya frekuensi akti�tas MLOSA, kita dapat menganalisa tren hazard/threat yang sering muncul saat proses maintenance. Sehingga proses continues improvement dapat selalu dilakukan untuk menekan terjadinya incident/accident.

Karenanya, partisipasi dari seluruh maintenance personel menjadi sangat krusial, agar MLOSA dapat digunakan sebagai tools preventif incident/accident yang efektif. 

3PenitySeptember 2019

An incident or accident always start with hazard / threat that causes an error. This is stated in the Safety Management

System (SMS). To prevent these errors, hazards must be identi�ed in every maintenance activity. Hazard identi�cation method is divided into two methods, including proactive and reactive.In implementing SMS, identi�cation of hazards through proactive methods is more e�ective in preventing incidents / accidents. One of the tools of proactive method is Maintenance Line Operation Safety Assessment (MLOSA).Technical implementation of MLOSA is to observe the implementation of maintenance tasks, where the observer is a colleague of maintenance personnel who have received MLOSA training. This is because peer observation is considered to be more optimal. And do not give pressure to the person being observed.MLOSA activities can be done from several activities including the planning process, troubleshoot, prepare removal, removal, prepare install, servicing, install, test, and restore. Observer can choose which activities will be observed using the MLOSA check list.MLOSA has many bene�ts including identifying and managing potential hazards that arise during the maintenance process, ensuring the quality and functioning of maintenance procedures. The most important thing is that errors can be identi�ed and mitigated more quickly before it triggers an incident / accident.With the increasing frequency of MLOSA activities, we can analyze hazard / threat trends that often arise during the maintenance process. So that the process of continuous improvement can always be done to reduce the occurrence of accidents / accidents.Therefore, the participation of all maintenance personnel is crucial, so that MLOSA can be used as an e�ective preventive incident / accident tool. 

Prevent Maintenance Error by Perform MLOSA

Prolog

Menghindari Maintenance Error dengan MLOSA

Page 4: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

4 Penity September 2019

Mengelola Risiko sangatlah penting. Dalam manajemen risiko, tantangan selalu muncul dan perlu untuk diindenti�kasi.

Pasalnya, banyak hazard yang tidak diperhatikan atau disalahpahami dalam jangka waktu lama sebelum terjadinya sebuah kecelakaan.

Ada tiga sumber informasi yang mengindikasikan munculnya risiko keselamatan. Pertama, sumber reaktif dimana menyoroti masalah yang muncul setelah suatu event dan hal tersebut tentunya tidak diinginkan terjadi. Kedua, sumber proaktif atau mencari pendahulu untuk peristiwa yang tidak diinginkan. Ketiga, sumber prediktif menangkap kinerja sistem dengan cara menganalisa dan memprediksi kemungkinan yang akan terjadi. Line Operation Safety Assessment (LOSA) mengadopsi strategi proaktif dan prediktif, untuk menangani keselamatan penerbangan.

Sebagai program keselamatan bersifat voluntary, LOSA mengumpulkan data keselamatan selama proses operasi penerbangan. Program ini awalnya dirancang untuk Flight Deck Operation dan telah berkembang sejak pertengahan tahun 90an.

Program Maintenance dan Ramp operation Line Operation Safety Assessment (M-LOSA & R-LOSA), didukung oleh Federal Aviation Administration (FAA) dan diluncurkan pada Oktober 2008. Tujuannya untuk memanfaatkan keberhasilan Flight Deck LOSA dan memperluas metodologi LOSA ke area maintenance dan ramp operations. Walaupun dalam proses implementasinya menggunakan metodologi

Risk Management is very important. In risk management, challenges always arise and need to be identi�ed.

Because, many hazards that are not considered or misunderstood in the long term before an accident occurs.

There are three sources of information that indicate the emergence of safety risks. First, it is a reactive source which highlights issues that arise after an event and that is certainly not desirable to occur. Second, proactive sources or search for predecessors for unwanted events. Third, predictive sources capture system performance by analyzing and predicting the likelihood that will occur. The Line Operation Safety Assessment (LOSA) adopts a proactive and predictive strategy, to handle �ight safety.

As a voluntary safety program, LOSA collects safety data during the �ight operation process. This program was originally designed for Flight Deck Operation and has been developing since the mid 90s.

Maintenance and Ramp Line Operation Safety Assessment (M-LOSA & R-LOSA) program, supported by the Federal Aviation Administration (FAA) and launched in October 2008. The aim is to capitalize on the success of the LOSA Flight Deck and expand the LOSA methodology to the area of maintenance and ramp operations . Although

M-LOSAMaintenance Line Operation

Safety Assessment

Persuasi

(Certi�ed Quality Auditor)Yanto Susianto

Page 5: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

yang serupa dengan Flight Deck LOSA, program ini harus diselaraskan kembali, agar sesuai dengan persyaratan di area maintenance dan ramp operations.

Pada dasarnya metodologi LOSA berdasarkan Threat and Error Management (TEM). TEM menyediakan kerangka kerja untuk pengumpulan data LOSA, mengetahui ancaman dan kesalahan yang cenderung terjadi dalam operasional. Model TEM memungkinkan pengamat LOSA untuk menangkap interaksi antara orang dan konteks operasional, dengan mencatat bagaimana frontliner mengelola situasi ini untuk menjaga safety.

Ada tiga komponen dasar dalam kerangka kerja TEM: Ancaman, Kesalahan, dan kondisi operasional yang tidak diinginkan (Maurino, 2005).

Teknisi pesawat dan karyawan ramp harus mengambil tindakan untuk menjaga Threat, Error, dan Undesired Operational State yang bisa memengaruhi keselamatan. Ancaman dikelola dengan menerapkan berbagai strategi dan taktik. Kesalahan diselesaikan dengan pendekatan yang terdiri dari pendekatan untuk menolak (Resist) dan pendekatan untuk menyelesaikan (Resolve). Resist mengacu pada variasi keamanan intervensi dan prosedur kerja, seperti Standar Operasi Prosedur (SOP), check list, inspeksi quality control dan otomatisasi. Resolve mengacu pada teknisi pesawat atau staf ramp telah menyadari bahwa mereka telah membuat kesalahan dan kemudian memperbaikinya.

Cukup banyak manfaat jika kita mengimplementasikan MLOSA, mengingat dengan banyak data MLOSA maka kita dapat memprediksi dan memitigasi terkait kemungkinan hazard yang muncul di waktu mendatang. 

the implementation process uses a methodology similar to the LOSA Flight Deck, the program must be realigned, to meet the requirements in the area of maintenance and ramp operations.

Basically LOSA methodology is based on Threat and Error Management (TEM). TEM provides a framework for collecting LOSA data, recognizing threats and errors that tend to occur in operations. The TEM model allows LOSA observers to capture interactions between people and operational contexts, by noting how frontliners manage this situation to maintain safety.

There are three basic components in the TEM framework: Threats, Errors, and unwanted operational conditions (Maurino, 2005).

Airplane technicians and ramp employees must take action to protect the Threat, Error and Undesired Operational State which can a�ect safety. Threats are managed by applying various strategies and tactics. Errors are solved by an approach consisting of approaches to reject (Resist) and approaches to resolve (Resolve).

Resist refers to variations in security of interventions and work procedures, such as Standard Operating Procedures (SOPs), check lists, quality control inspections and automation. Resolve refers to aircraft technicians or ramp sta� who have realized that they have made a mistake and then corrected it.

Quite a lot of bene�ts if we implement MLOSA, given that with lots of MLOSA data, we can predict and mitigate the possibility of hazards that arise in the future.   [DOT/FAA/AM-12/9 (Implementation

Guideline for Maintenance Line Operations Safety

Assessment (M-LOSA) and Ramp LOSA (R-LOSA)

Programs), www.MRLOSA.com]

5PenitySeptember 2019

Page 6: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

6 Penity September 2019

Pojok K3

P3K atau disebut Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara

cepat dan tepat kepada pekerja. Tujuannya menyelamatkan nyawa korban, meringankan penderitaan korban, mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah, mempertahankan daya tahan korban dan mencarikan pertolongan yang lebih lanjut.Apa Prinsip Dasar Tindakan Pertolongan? Prinsip P-A-T-U-TP� =� Penolong mengamankan diri sendiri lebih dahulu sebelum bertindak A� =� Amankan korban dari gangguan di tempat kejadian, sehingga bebas dari bahaya.T� =� Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu bahwa di tempat itu ada kecelakaan.U� =� Usahakan menghubungi ambulan, dokter, rumah sakit atau yang berwajib T� =� Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang paling tepat.

Mengenali ciri-ciri gangguan apa saja yang dapat ditangani menggunakan P3K?

Gangguan pada korban yang dapat ditangani, meliputi gangguan umum, seperti gangguan pernafasan, kesadaran, peredaran darah dan lokal. Yakni perdarahan atau luka yang disebabkan pembuluh darah terputus atau robek. Patah tulang yang disebabkan adanya

benturan atau pukulan. Luka bakar yang disebabkan karena panas kering, kontak dengan aliran listrik, gesekan dari roda yang berputar, asam dan basa kuat, panas yang basah.

Lalu apa saja kesiapan fasilitas Pertolongan yang harus ada pada P3K? meliputi: personil, buku petunjuk/buku pedoman P3K, kotak P3K, ruang P3K, alat angkut & transportasi, alat perlidungan (APD) dan peralatan khusus / darurat

Apa Dasar Hukum P3K di Tempat Kerja? Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Pasal 3: Syarat-syarat Keselamatan Kerja untuk memberikan P3K, Pasal 9 ayat (3): Kewajiban membina tenaga kerja dalam pemberian P3K Permenakertrans No. 15 Tahun 2008 tentang P3K di tempat kerja.  [Deris Eko Saputro]

Apa itu P3K?

(image source: )www.acornsafety.co.uk

Page 7: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

Pada suatu hari, sebuah pesawat Airbus A320 melakukan penerbangan ke berbagai bandara. Selama penerbangan

tidak terdapat kendala, hingga pesawat mendarat di sebuah international airport untuk transit.

Ketika transit, otoritas bandara melakukan ramp check pada pesawat tersebut, ternyata ditemukan salah satu Outlet Guide Vane (OGV) di Engine No. 1 dengan kondisi temporary repair.

Berdasarkan temuan tersebut, dilakukan penelusuran pada Aircraft Structure Damage Control Sheet (ASDCS) dan menemukan temporary repair tersebut, telah melewati serviceable limitation yang telah ditentukan oleh maintenance manual. Sehingga pesawat dinyatakan Aircraft on Ground (AOG) untuk dilakukan perbaikan secara permanen.

Hal tersebut menjadi highlight dan segera dilakukan investigasi secara menyeluruh. Ini untuk menemukan faktor-faktor yang berkontribusi, juga menentukan langkah-langkah perbaikan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

Berdasarkan hasil investigasi yang melibatkan seluruh personil, ditemukan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kejadian tersebut. Pertama, engineer yang

menemukan damage hanya melakukan pencatatan ke dalam buku ASDCS, tanpa memasukan data ASDCS ke dalam database system. Padahal sesuai Quality Procedures No. 601-25, apabila menemukan dent atau damage harus di-record ke dalam buku ASDCS. Serta dimasukan ke dalam database system (D3 Noti�cation) apabila membutuhkan tindakan lebih lanjut.

Faktor yang berkontribusi lainnya adalah lack of assertiveness, diketahui engineer saat maintenance tidak mengkomunikasikan kepada MCC untuk memastikan open item di buku ASDCS masih valid dan tidak melebihi serviceable limit yang ditentukan. Hal ini telah menjadi group norm yang harus dilakukan perbaikan secara menyeluruh.

ASDCS merupakan salah satu aircraft document yang harus selalu dipastikan kelengkapan dan validitasnya, agar pesawat tetap dalam kondisi laik terbang (Airworthy) selama operasi. Sehingga, setiap pemegang otorisasi (Authorized person) harus selalu memastikan kelengkapan dan validitas dokumen pesawat, sebelum melakukan maintenance release. Serta segera melaporkan kepada Maintenance Control Center (MCC), apabila menemukan kejanggalan pada aircraft document.  [Ryan Adi N]

7PenitySeptember 2019

Selisik !

(image source: www.tribunnews.com)

Dokumen ASDCS Tidak Terkontrol

Pesawat Grounded

Page 8: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

Responsible MRO adalah memastikan pesawat di maintenance harus sesuai dengan prosedur dan safe for �ight. Tak

hanya itu, namun juga harus memastikan setiap aktivitas maintenance yang dilakukan berlangsung dengan aman. Potensi error dalam aktivitas maintenance bisa terjadi kapan saja dan pada siapa saja apabila threat dan error tidak termitigasi dengan baik.Untuk menyikapi hal tersebut terdapat sebuah tools yang disebut Maintenance Line Operation Safety Assessment (M-LOSA) yang merupakan sebuah tools predictive method untuk identi�kasi hazard lebih awal dalam maintenance pesawat terbang dan bersifat non-punitive. M-LOSA mampu memprediksi threat dan error pada proses maintenance melalui observasi pada pelaksanaan maintenance task. Observasi M-LOSA dilaksanakan tanpa adanya noti�kasi ke area yang akan di observasi. Observer terlatih mengamati normal operation layaknya “Fly on the wall” dan mencatat threat dan error proses maintenance ketika melaksanakan task, lalu menuliskannya pada M-LOSA check list form. Observer hanya melakukan intervensi kepada maintenance personel, apabila ditemukan tendensi aircraft un-airworthy atau berpotensi injure terhadap personel pelaksana. Dalam implementasi M-LOSA, terdapat lima critical success factor, yakni:1. Komitmen dan dukungan Senior

Management dan CEO agar analisa hasil observasi dan rekomendasi dapat dilaksanakan dengan baik dan konsisten.

2. Engagement seluruh personel yang terlibat program M-LOSA, baik dari technician, engineer, planner, trainer, maupun support sta� lainnya.

3. Komunikasi dan promosi dalam rangka meningkatkan awareness dan

menyampaikan pentingnya implementasi M-LOSA.

4. Personel Observer yang independen, professional dan berintegritas agar hasilnya akurat.

5. Managing change process yakni hasil analisa data observasi perlu dikelola dalam organisasi demi mencapai safety improvement yang dituju.

Perbedaan yang mendasar antara M-LOSA dan MEDA adalah karakter MEDA lebih cenderung reactive (setelah incident terjadi) sedangkan M-LOSA adalah untuk identi�kasi bahaya proactive dan predictive (sebelum incident terjadi).

Kita ketahui bersama jika pada MEDA terdapat Contributing Factor atau faktor-faktor yang berkontribusi terdapat terjadinya accidenct / incident maka pada MLOSA terdapat Hazard (Threat) Code List. Terdapat 12 Hazard (Threat) Code List di MLOSA dimana digunakan sebagai acuan analisa terhadap hasil implementasi MLOSA : 1. Information2. Equipment/Tools/Safety Equipment3. Aircraft Design/Con�guration/Parts4. Job/Task5. Knowledge/Skill6. Individual Factors7. Environment/Facilities8. Organizational Factors9. Leadership/Supervision10. Communication11. Inspection/Double Check12. Other Contributing Factors

Dengan menerapkan M-LOSA secara konsisten, diharapkan dapat menangkap banyak data dan membantu terjadinya threat dan error dalam aktivitas maintenance. Tentunya juga dapat menekan jumlah kecelakaan di tempat kerja.  [Aviecenna Z]

Safety Brieng Sheet

8 Penity September 2019

Page 9: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

Sedangkan, ikan tidak memiliki udara di dalam tubuhnya yang dapat ditekan. Adapun ikan paus, mamalia yang memiliki paru-paru dan sistem vaskular, memiliki cara adaptasi untuk mengakomodasi kehidupan di bawah lautnya.

Seperti misalnya mengempiskan paru-paru dan mengurangi kantong udara agar tekanan air seimbang dengan tekanan dalam tubuh. Lalu, tepat sebelum menyelam, mamalia ini menghembuskan 90 persen udara di paru-paru mereka. Hal ini juga mengurangi daya apung paus, sehingga mereka lebih mudah untuk menyelam.

Sama halnya dengan kehidupan pekerjaan kita, yang mungkin sedang berhadapan dengan tekanan operasional, target penjualan, capaian Key Perfomance Indicator (KPI) dan lainnya. Sering kali kita lupa untuk tetap berada pada kondisi seimbang. Kondisi penuh tekanan ini membuat kita lebih tidak produktif, tidak teliti, dan dapat dikatakan sebagai latent hazard.

Efek dari kondisi tersebut mungkin tidak dirasakan langsung, namun dampaknya baru dapat terlihat beberapa saat kedepan. Untuk itu, kita perlu beradaptasi seperti ikan paus. Cobalah untuk menyeimbangkan kegiatan di kantor dengan di luar kantor. Ingatlah selalu untuk beristirahat dan pastikan Anda tidak dalam keadaan fatigue, stress, ataupun under pressure saat bekerja.  [Fransisca]

Pernahkah Anda terjun ke dasar kolam renang dan secara bertahap merasakan tekanan menumpuk di telinga Anda?

Kebanyakan orang memiliki pemahaman dasar tentang tekanan di dalam air yang akan meningkat semakin dalam kita menyelam. Saat kita berada pada 0 meter di atas permukaan laut, tekanan yang kita rasakan ialah 1 atm. Namun, setiap kita menyelam hingga 10 meter di bawah permukaan laut, tekanan yang kita rasakan bertambah 1 atm.

Manusia sesungguhnya tidak disarankan untuk berenang lebih dalam dari 45 meter, tetapi penyelaman terdalam yang pernah dilakukan oleh manusia yaitu 305 meter! Pada kedalaman tersebut, tekanan hingga 31 atm sangatlah kuat. Gendang telinga kita akan pecah dan paru-paru akan dipenuhi darah.

Sulit untuk percaya bahwa apa pun dapat bertahan hidup pada kondisi ini. Namun ternyata, ada banyak spesies ikan yang dapat bertahan hidup di kedalaman hingga tujuh kilometer di bawah permukaan laut!

Terdengar janggal, tapi pressure berhubungan erat dengan keseimbangan. Pressure yang kita rasakan saat menyelam, berasal dari udara di dalam tubuh yang ditekan. Udara di dalam tubuh kita berada pada sistem pernapasan, pendengaran, dan juga aliran darah.

9PenitySeptember 2019

Inspirasi

KESEIMBANGAN DALAMTEKANAN

Page 10: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,
Page 11: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,
Page 12: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

Setelah melakukan observasi menggunakan form observasi, hasilnya akan dikirimkan oleh observer kepada Safety Inspection department untuk di review serta di analisa lebih lanjut dan dikeluarkan report dengan menggunakan form GMF/Q-211 disertai dengan beberapa rekomendasi sebagai improvement untuk menghindari terjadi nya error maupun threat.

Dijelaskan pada QP 218-02 part 3.2.1 General bahwa Observasi MLOSA dilakukan oleh Supervisor / AMEL Holder / Certifying Sta� / Safety Messenger / Expert dari internal dinas masing-masing atau Safety Inspection terhadap personil yang sedang melakukan maintenance tasks. Respective SAG dan Safety Inspection nantinya akan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan MLOSA apakah sudah dijalankan atau belum.

Pada part 3.2.2 juga menyebutkan bahwa General Manager akan menentukan maintenance tasks apa yang akan dilakukan observasi. Serta General Manager akan membuat MLOSA Observation Plan seperti penugasan personil yang akan menjadi observer, mempersiapkan dan melakukan brie�ng tentang bagaimana cara melakukan observasi dan cara menggunakan form observasi.

GMF AeroAsia mampu meningkatkan proses MLOSA secara berkesinambungan dimana dari tahun 2018 hingga saat ini MLOSA training telah dilaksanakan sebanyak 6 kali dengan total observer sebanyak 106 orang yang terdiri dari berbagai area produksi, planner dan engineering. Proses observasi oleh para Observer tersebut telah dilakukan sebanyak 51 kali yang mencakup area Base Maintenance, Line Maintenance,Outstation Line Maintenance, Cabin Maintenance Services, Component Services, Engineering Services, Engine Services, serta Aircraft Support & Power Services.

Proses Observasi MLOSA ini telah mampu meminimalisir threat sebanyak 79 akti�tas yang berpotensi membahayakan proses maintenance sehingga dapat menyebabkan terjadinya incident maupun accident, hal ini tentu saja merupakan peran para observer yang tergabung dalam Safety Action Group (SAG) di area nya masing – masing.  [Teguh R]

ICAO telah menerbitkan Doc 9803 AN/761 �rst edition mengenai LOSA (Line Operation Safety Audit) sebagai pondasi awal pelaksanaan pada

aviation industry disusul oleh FAA yang mengeluarkan Advisory Circular no. 120-90 pada tanggal 27 April 2006 yang berisikan panduan untuk melaksanakan LOSA disertai beberapa form maupun contoh pengisian. GMF AeroAsia sebagai MRO juga mengeluarkan prosedur QP 218-02 MLOSA (Maintenance Line Operation Safety Assessment) sebagai tindak lanjut dari beberapa prosedur induknya.

Tujuan dari di terbitkan QP 218-02 “Maintenance Line Operation Safety Assessment” adalah untuk memberikan pedoman dalam melaksanakan hazard identi�cation dengan menggunakan methode MLOSA tersebut pada pekerjaan maintenance dan juga sebagai pemenuhan regulasi pada SMM chapter 2.2. Prosedur QP 218-02 berlaku untuk para Safety Action Group yang berkaitan langsung dengan maintenance process seperti SAG Base Maintenance, Line Maintenance , Component Services, Engine Services dan Cabin Maintenance ataupun SAG yang memiliki kegiatan maintenance lain nya.

Flow Process pelaksanaan MLOSA dimulai dengan general plan dari LOSA observation, dimana responsible dari process tersebut adalah Safety Inspection Departement maupun GM terkait apabila dibutuhkan. Selanjutnya dilakukan observasi oleh observer dengan menggunakan form observasi dari maintenance proses yang akan dilakukan observasi. Disebutkan dalam QP 218-02 3.1 Flow Process, terdapat 9 maintenance process yang dapat dilakukan MLOSA yaitu 1. Maintenance Plan mengunakan form GMF/Q-

334,2. Trouble Shooting mengunakan form GMF/Q-

335,3. Removal Preparation mengunakan form GMF/Q-

336,4. Removal Process mengunakan form GMF/Q-337,5. Prepare to Install mengunakan form GMF/Q-

338,6. Servicing mengunakan form GMF/Q-339,7. Installation Pocess mengunakan form GMF/Q-

340,8. Test mengunakan form GMF/Q-342,9. Close Up / Restore mengunakan form GMF/Q-

343

12 Penity September 2019

Interpretasi

MLOSA Sebagai AntisipasiTerjadinya Incident/Accident

Page 13: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

GMF AeroAsia telah diakui kapabilitas dan kapasitasnya untuk memegang approval serti�kat Approved

Maintenance Organization (AMO) dari berbagai authority maupun customer.

Hal ini menjadikan GMF AeroAsia harus selalu siap di audit baik dari internal maupun eksternal. Setiap rekomendasi perbaikan dari auditor senantiasa dilakukan untuk menjaga safety & quality level.

Sebagai salah satu perusahaan jasa perawatan pesawat kelas dunia dan memiliki pelanggan yang tersebar di berbagai benua, GMF AeroAsia sekali lagi berhasil mempertahankan approval certi�cate melalui audit yang dilaksanakan CAA Malaysia, pada 5-8 Agustus 2019.

Audit GMF AeroAsia dilakukan oleh Mr.

Mohd Naemy Fahmy Bin Mustapa, dengan tujuan untuk veri�kasi additional rating component services and engine maintenance services.

Hasilnya, GMF AeroAsia sekali lagi dipercaya mendapatkan serti�kat untuk additional rating. Dengan catatan, beberapa rekomendasi perbaikan selama audit harus diselesaikan terlebih dahulu.

Berkaca dari hasil audit ini, hal yang harus diperhatikan yaitu, setiap orang memiliki added value bagi perusahaan. Dengan demikian, jika dikombinasikan oleh nilai yang sudah dimiliki GMF AeroAsia, maka diharapkan berdampak positif aspek safety and quality. Terutama bagi peningkatan bisnis GMF AeroAsia kedepannya.  [Ichsan]

Audit Activity

(image source: www.unsplash.com)

(image source: www.aviatren.com)

13PenitySeptember 2019

Page 14: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

In a company, a manager's role is very signi�cant. Manager is a person accountable for the

implementation of the job. Starting from the preparation, implementation process, and reporting, where all those three phases closely have an element of safety. In the preparation process, the manager must be able to ensure that all equipment that will be used in working is in accordance with the requirements. Like the readiness of manpower, materials, tools and task cards used. In some human error cases, personnel preparation is the most important thing, especially when conducting brie�ngs. The brie�ng must be detailed and must ensure that all safety aspects are met before starting work activities.Furthermore, in the implementation process, the manager must ensure that the work has been carried out in accordance with established procedures. This is where manager expertise is needed in carrying out supervision and delegation. The wider the work scope is, the greater the manager's challenge in ensuring the quality of the work processes carried out by his subordinates. Delegations with tight controls are the most e�ective method for this.Meanwhile, the reporting process is

14 Penity September 2019

Komunitas

Brie�ng haruslah detail dan harus memastikan

segala sesuatu hal sudah terpenuhi aspek safetynya sebelum memulai akti�tas

pekerjaan.

Fungsi manager sangat penting dalam berjalannya sebuah perusahaan. Ia

merupakan personil yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan. Mulai persiapan, proses pelaksanaan dan pelaporan, dimana ketiga phase diatas semuanya erat memiliki unsur safety. Dalam proses preparation, manager harus dapat memastikan bahwa semua equipment yang akan digunakan dalam bekerja sudah sesuai dengan yang dipersyaratkan. Seperti kesiapan man power, material, tools dan taskcard yang digunakan. Pada beberapa kasus human error, personel preparation menjadi hal yang paling penting, terutama saat melakukan brie�ng. Brie�ng haruslah detail dan harus memastikan segala sesuatu hal sudah terpenuhi aspek safetynya sebelum memulai akti�tas pekerjaan.

Selanjutnya pada proses pelaksanaan, manager wajib memastikan pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Di sinilah kepiawaian manager diperlukan dalam melaksanakan supervisi dan delegasi. Semakin luas area pekerjaan, makin besar tantangan manager menjamin kualitas proses pekerjaan yang dilakukan oleh subordinatnya. Delegasi dengan kontrol ketat adalah metode paling efektif untuk hal ini.

Peran Manager DalamPelaksanaan M-LOSA

Page 15: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

the �nal step and the ultimate step in all work activity summaries. The detailed cross-check method is an e�ective way for a manager to ensure that there are no defective product results.It is known that Maintenance Line Operations Safety Assessment (M-LOSA) is a real methodology and able to clearly identify existing gaps in operations. The M-LOSA data generated must be the manager's reference in improving the work process of the phase preparation, implementation of work and also reporting.Cabin Maintenance Services Service Safety Action Group (SAG) has 4 trained observers who have participated in MLOSA Training. The knowledge gained from the training is then directly implemented to the �eld where MLOSA has conducted 6 times including Repair Cleaning work, IFE loading media, Pax Seat Assy, Cleaning Waste Drain Line, Lavatory soaking, and Exterior Cleaning.In addition to being a mandatory item to be implemented because it is included in the SAG Activity Plan, MLOSA can certainly be very helpful in predicting errors. The more MLOSA is done, the more our strongholds are to banish threats and errors. And of course, the role and support of management, in this case the manager, GM and VP will become a major driver in the implementation of M-LOSA.  [SAG TN]

15PenitySeptember 2019

Sementara itu, proses pelaporan adalah langkah terakhir dan menjadi langkah pamungkas dari segala summary aktivitas pekerjaan. Metode detail cross check merupakan cara yang efektif bagi seorang manager memastikan bahwa hasil produk tidak ada yang cacat.

Seperti diketahui bahwa M-LOSA adalah sebuah metodologi yang real dan bisa mengetahui dengan jelas dan gamblang terkait gap-gap yang ada di operational. Data-data M-LOSA yang dihasilkan haruslah menjadi acuan manager dalam memperbaiki proses kerja dari phase preparation, pelaksanaan pekerjaan dan juga pelaporan.SAG Dinas Cabin Maintenance Services memiliki 4 observer terlatih yang sudah mengikuti MLOSA Training. Ilmu yang didapatkan dari training kemudian langsung diimplementasikan ke lapangan dimana telah melaksanakan 6 kali MLOSA mencakup pekerjaan Repair Cleaning, Media loading IFE, Pax Seat Assy, Cleaning Waste Drain Line, Lavatory soaking, serta Exterior Cleaning.

Selain menjadi item yang wajib untuk dijalankan karena masuk dalam Activity Plan SAG, MLOSA tentunya dapat sangat membantu terhadap memprediksi terjadinya error. Semakin banyak melakukan MLOSA maka semakin banyak pula benteng kita untuk menghalau threat maupun error. Dan tentunya peran dan dukungan management dalam hal ini manager, GM dan VP akan menjadi sebuat penggerak utama dalam pelaksanaan M-LOSA.  [SAG TN]

Semakin banyak melakukan MLOSA maka

semakin banyak pula benteng kita untuk

menghalau threat maupun error.

Manager’s Roles inM-LOSA Implementation

Page 16: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

IOR

Temuan di dock sebelah kanan line 2 hangar 1 pesawat ER BAM tidak bisa memutar tuas sehingga sliding dock tidak bisa maju / mundur.

Tools & Equipment

Mitigation Action by JKTTUF

Handle sudah diperbaiki oleh responsible unit. 

2CMenyebabkan kesulitan saat akan melakukan inspeksi door upper deck.

Hidden Reporter

IOR No: 110/07/2019

Handle Untuk Memutar Tuas Majudan Mundur Dock Upper Deck Door Patah

Occurrence

Roda landing gear pallet di Hangar 4 line 13 rusak, dimana roda sudah terkikis.

Tools & Equipment

Mitigation Action by JKTTUF

Roda landing gear pallet sudah diperbaiki. 

2CLanding gear pallet layak digunakan karena sudah diperbaiki 1D

Membahayakan perpindahan landing gear dan menimbulkan kerugian terhadap materi (COPQ).

IOR No: 004/08/2019

Roda Landing Gear Pallet Rusak

Occurrence

16 Penity September 2019

Zahrina Zihni(581991 / TFL)

1DSliding dock sudah aman digunakan.

Before After

Before After

Landing gear pallet layak digunakan karena sudah diperbaiki

Page 17: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

Teka-teki Safety Edisi September 2019

Across:3. Bandar udara (Bhs. Inggris)4. QP 218-02 terkait dengan...6. Otoritas penerbangan sipil Malaysia.7. Registrasi pesawat Indonesia.9. Dapur pesawat

Down:1. Maskapai plat merah yang sudah berhenti beroperasi.2. Maskapai asal Amerika Serikat yang mempelopori LOSA.5. Bandara Juanda terletak di Provinsi...6. Pabrikan pesawat asal negeri Tirai Bambu.8. Minimum equipment List.

17PenitySeptember 2019

Opini

MLOSA mengidenti�kasi hazard dari berbagai aspek dan mencakup proses dari awal hingga akhir aktivitas dengan cara peer observation. Hal ini berdampak pada kesesuaian aktivitas maintenance dengan prosedur, mampu melihat lebih spesi�k teknis kendala yang mungkin dihadapi dan bisa menimbulkan error. Serta bermanfaat mempercepat respon kita dan Safety Inspection Unit untuk bersama-sama melakukan mitigasi hazard.

Setelah dilaksanakan observasi, diikuti dengan review oleh Safety Inspection Unit, tentu dibuat rekomendasi sebagai follow-up nya. Rekomendasi ini menyangkut hazard yang timbul, sebagai contoh adanya potensi hazard bahan chemical bekas yang tidak terkontrol. Hal ini difollow-up melalui sistem pooling semua material chemical sehingga ada PIC yang concent untuk kontrol.  

MLOSA adalah alat yang efektif dalam mencegah eror yang akan terjadi dalam aktivitas perawatan pesawat. Hal ini

dilihat dengan hasil assesment MLOSA untuk menilai aspek keamanan, apakah pekerjaan tersebut memiliki potensi hazard yang bisa menyebabkan error atau tidak. Dengan begitu observer bisa lebih mudah melakukannya.

Dinas TJ melalui SAG nya berusaha konsisten melakukan MLOSA yang diawali general plan terhadap suatu pekerjaan yang akan diobservasi. Lalu melakukan persiapannya, menunjuk observer, dan melaksanakan observasi. Selain itu kebiasaan melakukan MLOSA di hari tertentu, yaitu hari Jumat, sebagai observasi tambahan di luar planning pada suatu pekerjaan tertentu. Ini menambah daftar yang tentu bisa melampaui target minimal.

MLOSA dan Perannya Mencegah Kesalahan

Suhartono(VP Narrow Body Base Maintenance)

Page 18: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

Nama / No. Pegawai :..............................................................................................................................

Unit :..............................................................................................................................

No. Telepon :..............................................................................................................................

Saran untuk Penity :..............................................................................................................................

Jawaban dapat dikirimkan melalui email Penity ([email protected]) atau melalui Kotak Kuis Penity yang tersedia di Posko Security GMF AeroAsia. Jawaban ditunggu paling akhir 31 Desember 2019. Pemenang akan dipilih untuk mendapatkan hadiah. Silahkan kirimkan saran atau kritik anda mengenai majalah Penity melalui email Penity ([email protected])

Identitas Pengirim Teka-Teki Safety Edisi September 2019

18 Penity September 2019

MISSSAFETY

melihat padi di tanam di sawahPergi Bersama keluarga sambil jalan kaki

evaluasi pekerjaan itu penting lohpakai mlosa, jadi hazard bisa di identifikasi

Nama Pemenang Teka-Teki SafetyEdisi Agustus 2019

Jawaban Teka-Teki SafetyEdisi Agustus 2019

Ketentuan Pemenang

1. Muhammad Ilham / TVU-1 / 581782 1. Batas pengambilan hadiah 31 Desember 2019 Unit TQ Hangar 2 Lantai 1 R. 13 dengan menghubungi Bp. Arief Budiman setiap hari kerja pukul 09.00 - 15.00 WIB

2. Pemenang menunjukkan ID card Pegawai.

3. Pengambilan hadiah tidak dapat diwakilkan

Page 19: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

personelnya dapat melakukan PMI dengan mengikuti langkah-langkah yang sudah tertulis di dalam form. Setelah dilaksanakan, form tersebut dapat disimpan sebagai riwayat kondisi alat guna memudahkan tindakan ke depan jika terjadi kerusakan pada alat.

Dalam beberapa kejadian, PMI ini menjadi bahan audit bagi auditor. Melaksanakan PMI terkadang menjadi keharusan pada beberapa alat, sehingga menimbulkan pertanyaan terkait pelaksanaan PMI. Pertanyaan yang kerap muncul adalah terkait jadwal pelakasanaan, sesuai jadwalkah atau tidak.

Salah satu kasus yang diakibatan oleh tidak adanya tindakan PMI adalah patahnya housing nut pada APU mounthing akibat over torque. Penyebabnya adalah indikasi pada torque click yang tidak berbunyi pada saat sudah mencapai torque yang diinginkan.

Dari beberapa contoh kasus akibat tidak dilaksanakan PMI, dapat disimpulkan bahwa langkah kecil berupa pemeriksaan berkala dengan melaksanakan PMI sangatlah penting. Tujuannya agar jika terjadi kerusakan kecil pada tools dan equipment dapat segera teratasi sebelum menimbulkan efek yang lebih besar dikemudian hari. Setiap personel harus berperan konsisten dalam memeriksa tools dan equipment sebelum memakainya, serta menjadwalkan secara rutin untuk memastikan status dari tools dan equipment setiap unit yang dapat dilihat melalui web tools database GMF AeroAsia.  [Teuku Chandra Maulana & Putu Sisintya]

Preventive Maintenance Inspection (PMI) adalah pemeliharaan rutin pada peralatan secara umum untuk menjaga performa alat

dapat tetap beroperasi secara optimal. Juga dapat mencegah downtime yang tidak direncanakan. Dampaknya mencegah biaya mahal akibat kegagalan alat yang tidak terduga, baik biaya perbaikan maupun biaya lain yang diakibatkan secara tidak langsung.

GMF Aeroasia memiliki lebih dari 20.000 peralatan. Setiap alat tersebut mendapatkan preventive maintenance sesuai dengan kebutuhan. Untuk mencegah kegagalan operasional akibat kerusakan, dilakukan perawatan rutin oleh unit facility. Contohnya fasilitas FPI (Flourocent Penetrant Inspection) di area workshop 1. Fasilitas inipun tidak luput dari kegiatan preventive maintenance.

Setiap alat memiliki resiko kerusakan yang berbeda-beda, tergantung pada pemakaian, lingkungan dan lain-lain. Treatment PMI pun akan berbeda-beda sesuai dengan resiko kondisi alat tersebut.

Untuk memudahkan dalam pelaksanaan PMI, maka kita dapat mengembangkan program serta jadwal pelaksanaan. Sebaiknya setiap alat diberikan registrasi PMI, kemudian interval dapat ditentukan sesuai kebutuhan. Registrasi dan jadwal dapat diatur dalam timeline kemudian dapat dicetak agar dapat terkontrol dengan baik. Untuk langkah lebih jauh, penjadwalan dan peregistrasikan dapat dilakuan secara sistematik didalam software computer.

Dalam pelaksanaanya, form PMI sebaiknya sudah dibakukan sejak awal, sehingga siapapun

Inspection (PMI)

19PenitySeptember 2019

Maintenance Tips

Preventive Maintenance

Page 20: PENITY - safety.gmf-aeroasia.co.idDiterbitkan oleh Quality Assurance & Safety GMF AeroAsia, Hangar 2 Lantai Dua Ruang 94, Bandara Internasional Soekarno-Haa, Cengkareng Indonesia,

Dodo dan Dono adalah sahabat semasa sekolah penerbangan, mereka bedua dipertemukan kembali di perusahaan bengkel pesawat terbang. Dodo merupakan pribadi yang baik dengan kecakapan dan skill tinggi dalam bekerja ditambah sifatnya yang selalu aware dengan safety. Namun sedikit berbeda dengan sahabatnya Dono, adalah pribadi giat bekerja dan cekatan, namun salah satu kekurangannya adalah ceroboh. Sehingga saat bekerja sama, Dodo sering mengingatkan Dono untuk lebih berhati-hati dalam bekerja.

20 Penity September 2019

dod, ini cobakesini sebentar

deh

Kenapadon?

aku agakbingung nih, mau order

barang tapi revisinyaberbeda denganyang ada di AMM

wah benerdon, kita coba

lapor ke temen-temen ppc yuk

permisi masmau tanya, saya mau order barang tapi

kok ada yang aneh ya..

iya mascoba saya

liat jobcard nya

wah iya,ini sepertinya

ada kesalahansaat input

data

oke mas,tolong diperbaiki

ya jobcardnyabetul don,

karena ini adalahacuan kami ketika

bekerja

siap, akansegera kami perbaiki,

terima kasihreportnya

sama-sama

sama-sama

betul don, kita harus selalu ingat sama

do & don’t policy, do no 4:mengacu pada approve data /

maintenance data dalam membuat maintenance

instruction / rectificationorder