Page 1
Jurnal Pendidikan LIPNAS ISSN 2686-1402
Volume 1 No.1 Januari 2021 website: www.jurnallipnas.com
PENINGKATAN PRESTASI DAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA ASPEK MEMBACA KALIMAT
DENGAN MENGGUNAKAN METODE MENYUSUN KATA PADA SISWA KELAS
VII SMPN 03 BELITANG MADANG RAYA TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Oleh
Erlysa Ivana, S.Pd., MM
NIP. 19820212 201409 2 00 3
Guru SMP Negeri 03 Belitang Madang Raya
Abstrak: Permasalahan dalam Penelitian ini adalah masih rendahnya prestasi dan minat
belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia aspek Membaca Kalimat pada siswa
kelas VII SMPN 03 Belitang Madang Raya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
prestasi dan minat belajar peserta didik melalui penerapan metodeMenyusun kata. Teknik ini
merupakan salah satu bentuk pengembangan pembelajaran kooperatif yang mempunyai ciri
mengembangkan aktivitas berpikir melaui diskusi atau kerja kelompok. Subyek penelitian
adalah peserta didik kelas VII SMPN 03 Belitang Madang Raya tahun pelajaran
2019/2020. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas ini sebanyak dua siklus setiap siklus terdiri dari empat tahap,
yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data melalui
tes, wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik
analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data dan
penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa melalui metode Menyusun kata dapat meningkatkan prestasi dan minat
belajar peserta didik kelas VII SMPN 03 Belitang Madang Raya dalam pembelajaran bahasa
Indonesia aspek Membaca Kalimat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan angka persentase
ketuntasan belajar peserta didik pada kondisi awal yang hanya 54% meningkat menjadi 71%
pada siklus I dan mencapai angka 92% pada akhir siklus II.Total peningkatan ketuntasan
adalah sebesar 46%Hasil capaian rata-rata pada tahap pra siklus sebesar 58 meningkat
menjadi 71 pada siklus I dan menjadi 87 pada siklus II. Total peningkatan rata-rata adalah 29
poin.
Page 2
Kata kunci : Prestasi, Minat Belajar, Bahasa Indonesia, Membaca Kalimat, Metode
Menyusun Kata.
Abstract:
The problem in this study was the low achievement and learning interest of students in
indonesia language learning aspect of reading in class VII students of SMP 3 Belitang
Madang Raya. This study aims to improve student achievement and interest in learning
through the application of word composing methods. This technique is one form of
developing cooperatif learning that has the characteristic of developing thinking activities
through discussion or group work. The research subjects were VII grade students of Belitang
Junior High School 3 of Madang Raya, 2019/2020 school year. The research approach used is
classroom action research (CAR). This class action research is two cycle. Each cycle consists
of four stages, namely : Planning, implementation, observation and reflection,data collection
techniques through tests, interviews, observation, and documentation. Data analysis
techniques consisting of three components,namely data reduction, data presentation and
conclusion. Based on the result of research that has been carried out it can be councluded that
through the method of composing words can improve the achievement and interest in
learningclass VII students of SMPN 3 Belitang Madang Raya in learning indonesian aspects
of reading. This can be seen from the increase in the percentage of students’ mastery learning
in the initial conditions which only 71 % in the first cycle and reached 92 % at the end of
cycle II. The total increase in completeness is 46 %. The result of the average achievement in
the precycle and becoming 87 in the second cycle. The total increase in average is 29 point.
Keywords: Achievement, interest, indonesian, reading, method of composing words.
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Membaca Kalimat sudah diberikan kepada anak sejak awal masuk
Sekolah Dasar (SD) karena kemampuan ini merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai
bidang studi lain. Pembelajaran Membaca Kalimat permulaan merupakan bagian dari materi
pembelajaran yang diajarkan di kelas rendah sekolah dasar.
Dalam pembelajaran Membaca Kalimat, peserta didik tidak saja dituntut untuk
Membaca Kalimatkan kata-kata dalam bahasa Indonesia melainkan juga ia harus bisa
menuliskan kembali isi berita yang telah dibaca. Hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang
menyangkut isi dalam suatu berita, biasanya berupa wacana yang sederhana yang menuntut
peserta didik untuk dapat mengemukakan kembali daya serapnya atas wacana yang telah
ditulis.
Meskipun pembelajaran Membaca Kalimat sudah diajarkan sejak kelas I SMP.
Namun, pada kenyataannya pada semester 1, lebih dari 50% peserta didik kelas VII SMPN 3
Belitang Madang Raya belum bisa Membaca Kalimat dengan lancar. Akibatnya
nilai Membaca Kalimat peserta didik masih rendah, bahkan sebagian besar peserta didik
belum mampu mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan
yaitu sebesar 70.
Page 3
Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka upaya peningkatan kualitas proses
belajar mengajar dalam merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk dilakukan
oleh guru dalam meningkatkan motivasi dan prestasi peserta didik. Salah satu cara yang bisa
dilakukan guru adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang variatif, dan salah satu
model pembelajaran yang bisa diterapkan dan bisa sangat variatif adalah dengan
diterapkannya metode Menyusun Kata. Teknik ini dikemas dalam bentuk permainan yang
sesuai dengan jiwa anak usia sekolah, sehingga diharapkan anak akan termotivasi untuk
belajar Membaca Kalimat dan kegiatan belajar mengajar akan lebih menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas penulis terdorong untuk mengadakan penelitiantindakan
kelas pada SMPN 03 Belitang Madang Raya yang berjudul: Peningkatan prestasi dan minat
belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia aspek Membaca teks berita dengan
menggunakan metode menyusun kata pada siswa kelas VII SMPN 03 Belitang Madang Raya
Tahun pelajaran 2019/2020.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah apakah metode menyusun kata dapat meningkatkan prestasi, minat dan
kemampuan Membaca Kalimat peserta didik kelas VII SMPN 03 Belitang Madang Raya
Tahun Pelajaran 2019/2020 ?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan metode
menyusun kata dapat meningkatkan prestasi,minat dan kemampuan Membaca Kalimat teks
berita peserta didik kelas VII SMPN 03 Belitang Madang Raya Tahun Pelajaran 2019/2020.
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi Siswa, bagi Guru
dan bagi Pihak Sekolah sebagai berikut:
a. Bagi Siswa: Diharapkan dengan menggunakan metode mind map siswa semakin tertarik dan
semakin berminat dalam belajar, sehinggaaktivitas belajar dan hasil belajar siswa menjadi
meningkat.
b. Bagi Guru: Diharapkan dapat membuka cakrawala berpikir bagi guru
dalm upayamemperbaiki proses pembelajaran.
c. Bagi Pihak sekolah: Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah didalam
mengambil kebijakan yang berkenaan dengan peningkatan mutu pembelajaran.
Page 4
II.KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Prestasi
Prestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti hasil bisnis. Prestasi yang
diperoleh dari upaya yang telah dilakukan. Prestasi dapat dicapai dengan mengandalkan
kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual, serta ketahanan dalam menghadapi semua
aspek situasi kehidupan.
1.1.Pengertian Prestasi menurut para ahli
Prestasi adalah sebagai rumus yang diberikan guru mata pelajaran mengenai
kemajuan atau prestasi belajar selama periode tertentu (Sumadi Suryabrata, 1998). Dalam
kamus besar bahasa Indonesia prestasi merupakan hasil yang telah dicapai, dilakukan,
dilakukan, dan sebagainya. Siti Partini, 2005 juga mengatakan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil seseorang dalam kegiatan pembelajaran. Pendapat lain juga mengatakan
bahwa prestasi belajar adalah hasil dari pembelajaran yang ditampilkan oleh siswa
berdasarkan kemampuan internal yang diperoleh sesuai dengan tujuan instruksional. (WS
Winkel, 1989)
1.2.Macam-macam Prestasi
Ada beberapa prestasi yang dapat dicapai oleh setiap orang, diantaranya:
- Prestasi Belajar
Hasil yang diperoleh untuk usaha belajar. Prestasi siswa misalnya disekolah, menjadi
juara umum setiap tahun.
- Prestasi kerja
Adalah hasil yang diperoleh dari usaha kerja yang telah dilakukan. Misalnya promosi
kerja keras mereka selama bertahun-tahun. Contoh penghargaan untuk pencapaian
artistik
- Prestasi Seni
Adalah hasil yang diperoleh dari bisnis seni
- Prestasi Olahraga
Hasil yang diperoleh untuk usaha dan kerja keras dibidang olahraga. Contoh, seorang
atlet mendapat medali emas ditempat pertama diraih saat menghadiri Pekan Olahraga
Nasional (PON)
B. Pengertian Minat Belajar Siswa
Minat merupakan kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995). Seseorang yang berminat
terhadap sesuatu aktivitas maka dia akan memperhatikan aktivitas tersebut secara konsisten
dan dengan rasa senang.
Menurut Kartono (1995), minat merupakan moment-moment kecenderungan jiwa
yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif (perasaan,
emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat. Minat juga
berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (Kognitif),
Page 5
emosi (Afektif), dan kemampuan (Konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang suatu soal
atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi (Buchori, 1985).
Hardjana(1994) juga mengatakan bahwa minat belajar siswa merupakan
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa
atau tidak dirasakan atau keinginan hal tertentu. Minat dapat diartikan kecenderungan untuk
dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang, suatu barang atau kegiatan
dalam bidang-bidang tertentu (Locmono, 1994).
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap
suatu pelajaran, maka ia akan sungguh-sungguh mempelajari pelajaran tersebut. Siswa akan
mudah mempelajari dan menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan
erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga
tepatlah apabila minat menjadi alat ukur. Proses belajar akan menjadi lancar jika disertai
dengan minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang
diberikan mudah siswa mengerti.
Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itu berarti bahwa
minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik tersendiri untuk memperhatikan
suatu objek tertentu.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa
melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan
dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana
pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuanya,
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu
alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting dan bila siswa melihat bahwa
dari hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan
besar siswa akan berminat dan termotivasi untuk mempelajarinya. Konsentrasi itu muncul
jika seseorang.
Minat belajar dapat diingatkan melalui latihan konsentrasi. Konsentrasi merupakan
aktivitas kejiwaan untuk memperhatikan suatu objek secara mendalam. Dapat dikatakan
bahwa konsentrasi itu muncul jika seseorang menaruh minat pada suatu objek, demikian pula
sebaliknya merupakan kondisi psikologis yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar
mengajar disekolah. Kondisi tersebut amat penting sehingga konsentrasi yang baik akan
melahirkan sikap pemusatan perhatian yang tinggi terhadap objek yang sedang dipelajari.
Minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang
sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Dilihat dari dalam diri siswa,
minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasan, kebutuhan, bakat dan kebiasaan. Sedangkan bila
dilihat dari faktor luar tersebut dapat berupa kelengkapan sarana dan prasarana, pergaulan
dengan orang tua dan persepsi masyarakat terhadap suatu objek serta latar belakang sosial
budaya (Slameto,1995).
Menurut Slameto(1995), faktor-faktor yang berpengaruh di atas dapat di atasi oleh
guru di sekolah dengan cara:
1. Penyajian materi yang dirancang secara sistematis, lebih praktis dan penyajiannya
lebih berseni.
2. Memberikan rangsangan kepada siswa agar menaruh perhatian yang tinggi terhadap
bidang studi yang sedang diajarkan
Page 6
3. Mengembangkan kebiasaan yang teratur
4. Meningkatkan kondisi fisik siswa
5. Mempertahankan cita-cita dan aspirasi siswa
6. Menyediakan sarana penunjang yang memadai
C. Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa. Alat ini dapat dipergunakan
untuk mempermudah kita dalam berkomunikasi satu sama lain yang masing-masing
diantaranya memiliki budaya yang berbeda.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus berkomunikasi untuk terus menjaga
komunikasi yang baik dan benar. Karena komunikasi adalah dasar atau langkah awal dalam
manusia bersosialisasi untuk dapat tetap hidup.
Bahasa Indonesia secara umum merupakan bahasa yang dipergunakan sesuai dengan
situasi pembicaraan dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia diresmikan pada tahun 1945 sewaktu Indonesia mencapai kemerdekaan. Bahasa
Indonesia merupakan bahasa yang dinamik yang terus menerus menyerap kata-kata dari
bahasa asing untuk memperkaya perbendaharaan kata dalam Bahasa Indonesia.
Keraf (2005:1)memberikan dua pengertian Bahasa Indonesia. Pengertian yang
pertama menyatakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua bahasa adalah sistem
komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer
D. Pengertian Membaca Kalimat
Pembelajaran Membaca Kalimat di kelas sekolah dasar itu merupakan pembelajaran
Membaca Kalimat permulaan tahap awal. Kemampuan Membaca Kalimat yang diperoleh
anak-anak tersebut akan menjadi dasar pembelajaran Membaca Kalimat di kelas rendah
sekolah dasar.Menurut Ritawati (1996:43) Membaca Kalimat permulaan merupakan
Membaca Kalimat awal yang diberikan kepada anak di kelas I (satu) sebagai dasar untuk
pelajaran selanjutnya. Seiring dengan itu Sahari (1994:11) mengemukakan Membaca Kalimat
adalah kegiatan dalam menerapkan dalam kemampuan berbahasa (linguistik) dengan
melibatkan faktor biologis dan psikis yang di pengaruhi oleh lingkungan denagn huruf, suku
kata, kata dan kalimat sebagai objek bacaan sebagai tingkatan awal dalam belajar Membaca
Kalimat pembelajaran Membaca Kalimat di kelas I (satu) merupakan pelajaran Membaca
Kalimat tahap awal. Kemampuan Membaca Kalimat yang di peroleh anak di kelas I
(satu) tersebut akan menjadi dasar pembelajaran Membaca Kalimat kelas-kelas
berikutnya. Supriyadi (1993) mengemukakan bahwa “ kemampuan Membaca Kalimat yang
di peroleh pada Membaca Kalimat permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan
Membaca Kalimat lanjut”. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya
maka kemampuan Membaca Kalimat permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru,
sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap Membaca Kalimat lanjut anak akan mengalami
kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan Membaca Kalimat yang memadai.
Kegiatan Membaca Kalimat menurut Combs (dalam Slamet, 2007: 138), ada tiga
tahap, yakni (1) tahap persiapan, (2) tahap perkembangan, dan (3) tahap transisi. Tahap
persiapan, anak mulai menyadari tentang barang cetak, konsep tentang huruf, konsep tentang
Page 7
kata. Tahap perkembangan anak mulai memahami pola bahasa yang terdapat dalam barang
cetak. Anak mulai belajar memasangkan satu kata dengan kata lain. Selanjutnya, dalam tahap
transisi, anak mulai mengubah kebiasaan Membaca Kalimat dalam hati. Anak mulai dapat
melakukan kegiatan Membaca Kalimat dengan santai atau tidak tegang.
Pengajaran Membaca Kalimat yang paling baik adalah pengajaran Membaca
Kalimat yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah
dikuasai anak. Rubin (dalam Slamet, 2007: 139) mengemukakan beberapa kegiatan yang
dilakukan dalam pengajaran Membaca Kalimat, sebagaimana dikemukakan berikut ini, yakni
(1) peningkatan ucapan; (2) kesadaran fonemik (bunyi bahasa); (3) hubungan antara huruf-
huruf merupakan prasyarat untuk dapat Membaca Kalimat; (4) membedakan bunyi-bunyi
merupakan hal yang penting dalam pemerolehan bahasa, khususnya Membaca Kalimat; (5)
kemampuan mengingat; (6) membedakan huruf; (7) orientasi ke kiri dan kanan;(8)
keterampilan pemahaman; dan (9) penguasaan kosakata.
Kesulitan- kesulitan umum yang dihadapi anak dalam belajar Membaca Kalimat
pada: (1) praMembaca Kalimat pada umumnya kesulitan anak dalam kurangnya memahami
huruf; (2) Membaca Kalimat suara, kesulitannya pada (a) emmbaca kata demi kata, (b)
pemarafrasean yang salah, (c) miskin pelafalan, atau kesalahan pengucapan, (d)
penghilangan, (e) pengulangan, (f) pembalikan, (g) penyisipan, (h) penggantian, dan (3)
pemecahan kode (dekoding) yang meliputi (a) kesulitan konsonan, (b) kesulitan vokal, (c)
kesuliran kluster, diftong, digraf, (d) kesulitan menganalisis struktur kata, dan (e) tidak
mengenali makna kata dalam kalimat.
Tujuan pembelajaran Membaca Kalimat permulaan pada dasarnya ialah memberi
bekal pengetahuan keterampilan kepada peserta didik untuk mengenalkan tentang teknik-
teknik Membaca Kalimat permulaan dan mengenalkan serta menangkap isi bacaan dengan
baik dan dapat menuliskannya. Secara rinci pembelajaran pengenalan Membaca Kalimat
permulaan bertujuan untuk memupuk kesadaran dan mengembangkan kemampuan anak-anak
untuk memahami dan mengenalkan cara Membaca Kalimat permulaan dengan benar. melatih
dan mengembangkan kemampuan anak untuk mengenal dan menuliskan huruf-huruf. melatih
dan mengembangkan kemampuan anak untuk mengubah tulisan menjadi bunyi bahasa atau
menuliskan bunyi-bunyi bahasa yang didengarnya, memperkenalkan dan melatih anak
mampu Membaca Kalimat sesuai dengan teknik-teknik tertentu, melatih keterampilan anak
untuk memahami kata-kata yang dibaca, didengar, atau ditulisnya dan mengingatnya dengan
baik, Melatih keterampilan anak untuk dapat menetapkan arti tetentu dari sebuah kata dalam
suatu konteks.
a. Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok.Menurut
Slavin (2009 : 8), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana peserta didik
bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda
dan saling berinteraksi antar anggota kelompok. Di dalam pembelajaran kooperatif peserta
didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang peserta
didik. Setiap kelompok yang heterogen yaitu terdiri dari campuran kemampuan peserta didik,
jenis kelamin dan suku.
Page 8
Menurut Sugiyanto (2008 : 35) pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Davidson dan Warsham dalam (Isjoni, 2009 : 27) pembelajaran kooperatif
adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, peserta didik belajar dan
bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar baik pengalaman individu maupun
pengalaman kelompok.
Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (teman lain) sebagai sumber
belajar, di samping guru dan sumber belajar lainnya dan menekankan pada penggunaan
kelompok kecil untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Menurut Isjoni (2009 : 73), dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi
model yang dapat diterapkan , yaitu : a) Student Team Achievement Division(STAD),
2) Jigsaw. 3) Teams Games Tournaments (TGT), 4) Group Investigation (GI), 5) Rotating
Trio Exchange, 6) Group Resume.
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai variasi model dalam cooperative learning,
peneliti akan mengembangkan teknik pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran
Membaca Kalimat, yaitu teknik permainan menyusun kata.
b. Teknik Pembelajaran
Teknik mengandung pengertian berbagai cara dan alat yang digunakan guru dalam
kelas. Dengan demikian, teknik adalah cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan
langsung dalam pelaksanaan pengajaran (Subana dkk, 2005: 20). Teknik ini merupakan
kelanjutan dari metode sedangkan arahnya harus sesuai dengan pendekatan
Semi (1993: 105) menyatakan bahwa teknik merupakan cara khas yang operasional
yang digunakan atau dilalui dalam menggapai tujuan yang telah ditetapkan dan dengan
berpegang pada metode. Oleh sebab itu, teknik lebih bersifat tindakan nyata berupa usaha aau
upaya yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Menurut Suyatno (2004: 15), teknik adalah cara konkret yang dipakai saat proses
pembelajaran langsung. Teknik merupakan suatu alat yang digunakan oleh guru bahasa untuk
menyampaikan bahan-bahan pengajaan yang dipilih untuk pelajar-pelajarnya. Teknik yang
dipilih haruslah sejajar dengan kaidah yang dianut. Teknik adalah suatu muslihat atau strategi
atau taktik yang digunakan oleh guru agar mencapai hasil maksimal pada waktu mengajar
sesuatu bagian bahasan tertentu.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat ditarik simpulan bahwa teknik merupakan
alat yang digunakan guru dalam suatu proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik.
Rini (2005: 6) menyatakan bahwa mengajak peserta didik bermain sambil belajar
ternyata memberi manfaat bagi kedua belah pihak, baik guru maupun peserta didik. Terdapat
tiga manfaat permainan bagi guru.1)Memudahkan guru dalam memberikan penjelasan
mengenai suatu materi pelajaran yang sedang diajarkan dengan menerapkannya dalam bentuk
permainan. 2) Membantu guru membuat suasana kelas menjadi lebih hidup. 3) Memberikan
Page 9
prestasi tersendiri bagi guru karena membuat peserta didik berpartisipasi aktif selama proses
belajar mengajar di kelas.
Selain bermanfaat bagi guru, bermain sambil belajar juga bermanfaat bagi peserta
didik. Terdapat lima manfaat bermain sambil belajar bagi peserta didik. 1) Peserta didik akan
lebih mudah memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari karena disajikan dalam
bentuk permainan yang menyenangkan. 2) Mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa
bosan dalam kelas.3) Membantu peserta didik mengingat materi pelajaran lebih mudah dan
cepat. 4) Peserta didik menjadi aktif di kelas. 5) Menumbuhkan solidaritas dan sportivitas di
kalangan para peserta didik.
Menurut Suyatno (2004: 14) permainan belajar jika dimanfaatkan secara bijaksana
dapat menyingkirkan keseriusan yang menghambat, menghilangkan stress dalam lingkungan
belajar, mengajak orang terlibat penuh, meningkatkan proses belajar, membangun kreativitas
diri, mencapai tujuan dengan pengalaman, meraih makna belajar melalui pengalaman, dan
memfokuskan peserta didik sebagai subjek belajar. Ciri-ciri permainan di antaranya: adanya
seperangkat peraturan yang eksplisit yang harus diperhatikan oleh para pemain dan adanya
tujuan yang harus dicapai atau tugas yang harus dikerjakan. Permainan bisa bersifat individu
atau kelompok.
Terdapat tujuh syarat keberhasilan permainan berbahasa. 1)Permainan merupakan cara
pendekatan untuk mencapai tujuan belajar mengajar. 2) Permainan memiliki peraturan yang
jelas atau tegas sehingga tidak meresahkan peserta. 3) Tiap regu harus seimbang dalam
jumlah dan kekuatannya. 4) Pilihlah permainan yang sesuai dengan kemampuan berbahasa
peserta didik. 5) Jangan melaksanakan permainan pada awal pelajaran pada saat peserta didik
dalam keadaan segar. 6) Guru betul-betul bertindak sebagai pengelola permainan: yaitu
bersikap riang, lincah, tegas, dan tidak memihak. 7) Hentikan permainan pada saat peserta
didik masih asyik ingin melakukannya.
c. Permainan Menyusun Kata
Permainan menyusun kata merupakan permainan yang digunakan khusus untuk
kemampuan Membaca Kalimat. Penerapannya yaitu guru Membaca Kalimatkan kalimat,
peserta didik harus menyusun kata-kata menjadi kalimat yang sesuai kalimat yang dibaca
guru.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik simpulan bahwa permainan bahasa
menyusun kata adalah sebuah permainan bahasa susun kata yang menggunakan kata-kata
sebagai acuan dalam pembelajaran Membaca Kalimat.
Prosedur pada teknik permainan menyusun kata meliputi: a. Guru menyiapkan papan
stereoform beserta paku-paku kecil untuk menempel.b. Peserta didik dibagi menjadi
beberapa kelompok. c. Guru membagikan kertas kata kepada masing-masing peserta didik,
setiap peserta didik menerima lima kata.d. Guru memberi waktu untuk berdiskusi.e. Guru
melafalkan satu persatu kalimat. f. Masing-masing kelompok berlomba untuk menyusun kata
pada papan stereoform hingga membentuk kalimat yang sesuai dengan kalimat yang
dibacakan guru.g. Kelompok yang paling cepat dan paling benar dalam menyusun kata
menjadi pemenangnya.h. Peserta didik diberi tugas untuk Membaca Kalimat bacaan yang
terdapat pada papan stereoform.
Page 10
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah “Ada peningkatan kemampuan
Membaca Kalimat setelah menggunakan teknik permainan menyusun kata pada peserta didik
kelas VII SMPN 3 Belitang Madang Raya Tahun Pelajaran 2019/2020”
5. Penelitian yang relevan
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Elvira Yostasari, dengan judul “Upaya
Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Siswa dalam Membaca Kalimat dan Menulis
dengan menggunakan metode Inkuiri pada siswa kelas II SDN Mohamad Toha Kota
Bandung tahun 2016”. Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan minat dan
prestasi siswa dalam Membaca Kalimat dan menulis dari sebelum menggunakan metode
inkuiri dan setelah menggunakan metode inkuiri.
6. Kerangka Berpikir
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan
tes, wawancara, observasi, dan dokumentasi.Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Belitang
Madang Raya. Subjek Penelitian ini adalah peserta didik kelas VII berjumlah 24 orang.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dua siklus. Secara rinci setiap siklus penelitian tindakan ini
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.Perencanaan yaitu (1) Menyusun rencana pembelajaran Membaca Kalimat dengan
teknik permainan menyusun kata,(2) Membuat dan mempersiapkan instrumen penelitian
berupa : lembar penilaian, pedoman observasi, pedoman dokumentasi, dan pedoman
wawancara, (3) Menyiapkan media pembelajaran berupa kertas kata dan papan stereoform.
Page 11
b. Tindakan adalah proses pembelajaran dalam dua kali petemua yaitu; (1)
Pendahuluan yang meliputi kegiatan guru menyapa peserta didik, menanyakan keadaan
peserta didik, memancing peserta didik menyampaikan hambatan yang dialaminya saat
proses pembelajaran Membaca Kalimat, dan menumbuhkan motivasi untuk belajar Membaca
Kalimat.(2) Kegiatan inti, yaitu tahap melakukan kegiatan pembelajaran Membaca
Kalimat dengan teknik permainan menyusun kata. Kegiatan ini meliputi: Guru menyiapkan
papan stereoform beserta paku-paku kecil untuk menempel; peserta didik dibagi menjadi
beberapa kelompok; guru membagikan kertas kata kepada masing-masing peserta didik, guru
memberi waktu peserta didik untuk berdiskusi; guru Membaca Kalimat kalimat; masing-
masing kelompok berlomba untuk menyusun kata pada papan stereoform hingga membentuk
kalimat yang sesuai dengan kalimat yang dibacakan guru; kelompok yang paling cepat dan
paling banyak dalam menyusun kalimat menjadi pemenangnya; peserta didik diberi tugas
untuk Membaca Kalimat kalimat yang terdapat pada papan stereoform.(3) Kegiatan akhir
atau penutup, merupakan refleksi kegiatan yang telah dilakukan hari itu. Tahap ini meliputi:
guru memberikan hadiah bagi kelompok yang menang, kegiatan guru merefleksikan kegiatan
pembelajaran hari itu, guru menanyakan kesulitan yang dialami peserta didik dalam
Membaca Kalimat. c. Pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Dalam pengamatan ini akan diungkap segala peristiwa yang berhubungan dengan
pembelajaran, baik aktivitas peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran, maupun respon
peserta didik terhadap teknik pembelajaran. Selanjutnya pada pertemuan ke dua dilakukan tes
untuk mendapatkan nilai hasil belajar pada siklus 1. Selanjutnya data yang diperoleh pada
siklus I dijadikan sebagai bahan refleksi.
Demikian seterusnya dilakukan berulang dua kali (semanyak 2 siklus). Proses
tindakan siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I. Hal-hal yang kurang sesuai pada siklus
I diperbaiki pada siklus II.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data siswa dilakukan melelui tes, observasi dan wawancara.
Teknik yang digunakan untuk menjaga validitas data dalam penelitian yaitu teknik
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan
sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu (Lexy J.
Moleong, 2001: 178). Ada pun dari triangulasi yang ada hanya menggunakan 2 teknik, yaitu
triangulasi data (sumber) dan triangulasi metode.
D. Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif. Model
analisis interaktif mempunyai tiga komponen, yaitu: 1) Reduksi Data (Data Reduction), 2)
Penyajian Data (Data Display), 3) Conslucion Drawing(verification).
E. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah capaian peningkatan kemampuan
Membaca Kalimat peserta didik sebesar 80% dan capaian nilai rata-rata kelas sebesar 85.
Penilaian berdasarkan KKM yang sudah ditentukan.
Page 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pra Siklus
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, pembelajaran Membaca Kalimat dilaksanakan
dengan pembelajaran tradisional. Pembelajaran hanya bersifat monoton, guru menyampaikan
materi pelajaran dengan ceramah dan peserta didik cenderung mendengarkan sehingga
peserta didik akan bosan dan tidak tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM yang ditetapkan
sekolah yaitu 70. Dari 24 peserta didik kelas VII SMPN 3 Belitang Madang Raya, pada nilai
ulangan harian sebelum dilakukan penelitian, nilai tertinggi sebesar 80, nilai terendah sebesar
30, dan rata-rata kelas sebesar 58 atau peserta didik yang masih memperoleh nilai < KKM
sebanyak 13 peserta didik atau 54% sedangkan peserta didik yang memperoleh nilai > KKM
sebanyak 11 peserta didik atau 46 %.
Tabel 1
Nilai Pra Siklus
No Nama Siswa Hasil Tes
Akhir
Ketuntasan Belajar Ket
Tuntas Belum
1 AFRIZAL
IKHSAN
50 TT
2 AGENG
PURNOMO
80 T
3 AHMADES
MIQAILA
30 TT
4 AJENG A. 70 TT
5 DINDA AYU 70 T
6 DIMAS F 50 TT
7 EEN MANDA Y. 70 T
8 EFI JUNITA 30 TT
9 EKA YULITA
SARI
45 TT
10 ELVI KURNIATI 30 TT
11 FAJAR
KURNIAWAN
45 TT
12 FELISIA 70 T
13 GHAITSA 70 T
14 HALIM M. 50 TT
15 KELVIN P. 65 TT
16 LARASATI ADI N. 70 T
17 M. KHOIRUL ANAM 75 T
18 M NUR SOLIHIN 70 T
19 M. RIZKY 70 T
Page 13
20 NANDA PANJI M. 50 TT
21 PANCA AHMAD 45 TT
22 RISKA 80 T
23 SYAHRUL 50 TT
24 YUYUN EKA 70 T
Jumlah 1573 11 13
Rata-rata 59,16
46 % 54%
Ulasan hasil belajar dari tabel di atas dapat dilihat pada tabel berikut:
(Hasil Belajar Pra Siklus)
Jumlah Siswa Dibawah KKM Tercapai KKM % Dibawah
KKM
% Tercapai
KKM
24 13 11 54 % 46 %
Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat dilihat bahwa masih rendahnya Hasi belajar
Bahasa Indonesia dalam pembelajaran Membaca Kalimat.
Grafik ketuntasan belajar pra siklus digambarkan pada grafik di bawah ini
Siklus 1
a. Perencanaan
Pada tahap ini dilaksanakan dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Dalam pelaksanakan tindakan siklus I, pembelajaran dilakukan dengan penerapan teknik
permainan menyusun kata. pembagian peserta didik dalam kelompok berdasarkan tempat
duduk yang berdekatan.
b. Tindakan
Pada tahap ini adalah proses pembelajaran pada pada hari selasa Maret 2019, terdiri
dari tiga sesi yaitu:
Page 14
1. Kegiatan Awal, yaitu: mengucapkan salam, mengabsen peserta didik dan menjelaskan
pokok bahasan yang akan dibahas
2. Kegiatan inti, yaitu: menjelaskan materi pelajaran menggunakan metode menyusun kata.
3. Kegiatan akhir, yaitu: menyimpulkan materi pelajaran yang sudah dibahas dan
mengucapkan salam.
Foto kegiatan pembelajaran siklus I
Tabel 2
(Hasil Belajar pada Siklus I)
No Nama Siswa Hasil Tes
Akhir
Ketuntasan Belajar Ket
Tuntas Belum
1 AFRIZAL
IKHSAN
50 TT
2 AGENG
PURNOMO
100 T
3 AHMADES
MIQAILA
50 TT
4 AJENG A. 80 TT
5 DINDA AYU 80 T
6 DIMAS F 50 TT
7 EEN MANDA Y. 80 T
8 EFI JUNITA 70 TT
9 EKA YULITA 65 TT
Page 15
SARI
10 ELVI KURNIATI 80 T
11 FAJAR
KURNIAWAN
85 T
12 FELISIA 80 T
13 GHAITSA 80 T
14 HALIM M. 75 T
15 KELVIN P. 75 T
16 LARASATI ADI N. 80 T
17 M. KHOIRUL
ANAM
75 T
18 M NUR SOLIHIN 80 T
19 M. RIZKY 80 T
20 NANDA PANJI M. 75 T
21 PANCA AHMAD 75 T
22 RISKA 80 T
23 SYAHRUL 75 T
24 YUYUN EKA 80 T
Jumlah 1800 18 6
Rata-rata 75
71 % 29%
Pada hasil tes tindakan siklus I diperoleh nilai tertinggi adalah 100, nilai terendah adalah
40, rata-rata kelas dalam siklus I adalah 75. Peserta didik yang masih memperoleh nilai
<KKM sebanyak 6 peserta didik atau 29% sedangka peserta didik yang memperoleh nilai
>KKM sebanyak 16 peserta didik atau 71%.
Ulasan hasil belajar dari tabel di atas dapat dilihat pada tabel berikut:
Jumlah Siswa Dibawah KKM Tercapai KKM % Dibawah
KKM
% Tercapai
KKM
24 6 18 29 % 71 %
Page 16
Grafik ketuntasan belajar pada siklus I digambarkan pada grafik di bawah ini
Dari tabel di atas dapat dilihat adanya peningkatan kemampuan Membaca Kalimat
peserta didik pada tindakan siklus I dibanding dengan kemampuan Membaca Kalimat
sebelum diadakan tindakan. Namun demikian, hasil belajar tersebut belum tercapai indikator
keberhasilan. Penelitian ini dilanjutkan pada siklus II
c. Observasi
Hasil observasi selama proses belajar mengajar yang dilaksanakan dengan
menggunakanmetode menyusun kata berjalan lancar. Lembar observasi sebagai berikut
No Hal yang diamati pada Siswa Skor
A B C D
1 Keaktifan Siswa:
a. Siswa aktif mencatat materi pelajaran
b. Siswa aktif bertanya
c. Siswa aktif mengajukan ide
2 Perhatian Siswa
a. Diam, Tenang
b. Terfokus pada materi pelaajaran
c. Antusias
3 Kedisiplinan
a. Kehadiran absensi
b. Datang tepat waktu
c. Pulang tepat waktu
Keterangan
A. Sangat baik
B. Baik
C. Kurang Baik
D. Sangat kurang
Page 17
Berdasarkan lembar observasi masih ada sebagian besar peserta didik yang masih kurang
konsentrasi atau tidak aktif dalam kelompok belajar, masih ada siswa yang bercanda dengan
temanya. Hal itu mungkin dikarenakan teman dalam kelompok sudah terbiasa karena
berdekatan tempat duduk.
d. Refleksi
Dengan melihat tabel hasil belajar pada siklus 1 dapat diketahui bahwa hasil belajar
rata-rata 75. Persentase ke memberikan tuntasan belajar tercapai sebesar 71 %, dengan
demikian memberikan gambaran keberhasilan belums bahwa indikator dapat dicapai
sepenuhnya. Penulis akan memperbaiki semua kekurangan pada siklus II.
Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap ini dilaksanakan dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Dalam pelaksanakan tindakan siklus I, pembelajaran dilakukan dengan penerapan teknik
permainan menyusun kata. pembagian peserta didik dalam kelompok berdasarkan tempat
duduk yang berdekatan.
b. Tindakan
Pada tahap ini adalah proses pembelajaran pada pada hari selasa Maret 2019, terdiri
dari tiga sesi yaitu:
1. Kegiatan Awal, yaitu: mengucapkan salam, mengabsen peserta didik dan menjelaskan
pokok bahasan yang akan dibahas
2. Kegiatan inti, yaitu: menjelaskan materi pelajaran menggunakan metode menyusun kata.
3. Kegiatan akhir, yaitu: menyimpulkan materi pelajaran yang sudah dibahas dan
mengucapkan salam.
Foto kegiatan pembelajaran siklus II
Page 18
Tindakan siklus II dilakukan dengan pembagian kelompok berdasarkan Hasi
belajar peserta didik secara merata. Sehingga aktifitas peserta didik pada tindakan siklus II
terlihat sangat aktif. Keaktifan peserta didik dapat dilihat dari antusias peserta didik dalam
menjawab pertanyaan maupun konsentrasi dalam mengerjakan tugas dalam kelompoknya.
Peserta didik yang cenderung pandai dan aktif akan membantu peserta didik yang kurang
aktif, sehingga dalam kelompok akan dapat menunjukkan keaktifan secara menyeluruh.
Kerjasama dalam kelompok akan semakin terlihat dan saling membantu satu dengan yang
lain. Peserta didik saling berlomba saat diminta untuk mengerjakan tugas menyusun kata
pada papan stereoform. Peserta didik akan merasa lebih senang dan termotivasi untuk
menyusun kata secara cepat dan benar sehingga akan memenangkan permainan. Sehingga
proses pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Tabel 3
(Hasil Belajar pada Siklus II)
No Nama Siswa Hasil Tes
Akhir
Ketuntasan Belajar Ket
Tuntas Belum
1 AFRIZAL
IKHSAN
95 t
2 AGENG
PURNOMO
100 T
3 AHMADES
MIQAILA
50 TT
Page 19
4 AJENG A. 100
5 DINDA AYU 90 T
6 DIMAS F 50 TT
7 EEN MANDA Y. 100 T
8 EFI JUNITA 80
9 EKA YULITA
SARI
100 T
10 ELVI KURNIATI 80 T
11 FAJAR
KURNIAWAN
85 T
12 FELISIA 90 T
13 GHAITSA 90 T
14 HALIM M. 95 T
15 KELVIN P. 95 T
16 LARASATI ADI N. 80 T
17 M. KHOIRUL
ANAM
90 T
18 M NUR SOLIHIN 90 T
19 M. RIZKY 90 T
20 NANDA PANJI M. 90 T
21 PANCA AHMAD 95 T
22 RISKA 80 T
23 SYAHRUL 90 T
24 YUYUN EKA 95 T
Jumlah 2100 18 6
Rata-rata 87,5
92 % 8%
Pada hasil tes tindakan siklus II diperoleh nilai tertinggi adalah 100, nilai terendah
adalah 50, rata-rata kelas dalam siklus II adalah 87. Persentase ketuntasan belajar sebesar
92%. Artinya dari 24 peserta didik, terdapat 2 peserta didik yang belum tuntas belajar.
Ulasan hasil belajar dari tabel di atas dapat dilihat pada tabel berikut:
Jumlah Siswa Dibawah KKM Tercapai KKM % Dibawah
KKM
% Tercapai
KKM
24 2 22 8 % 92 %
Page 20
Grafik ketuntasan belajar pada siklus I digambarkan pada grafik di bawah ini
Dari tabel di atas adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan dengan ketuntasan
Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) pada seluruh peserta didik. Meskipun masih terdapar 2
peserta didik yang belum tuntas belajar, namun peningkatan kemampuan Membaca Kalimat
sudah signifikan dan indikator keberhasilan sudah dapat dicapai. Bagi peserta yang didik
yang belum tuntas belajar akan diremidial dan diberi bimbingan khusus.
d. Observasi
Hasil observasi selama proses belajar mengajar siklus II yang dilaksanakan dengan
menggunakan metode menyusun kata berjalan lancar. Lembar observasi sebagai berikut
No Hal yang diamati pada Siswa Skor
A B C D
1 Keaktifan Siswa:
a. Siswa aktif mencatat materi pelajaran
b. Siswa aktif bertanya
c. Siswa aktif mengajukan ide
2 Perhatian Siswa
a. Diam, Tenang
b. Terfokus pada materi pelaajaran
c. Antusias
3 Kedisiplinan
a. Kehadiran absensi
b. Datang tepat waktu
c. Pulang tepat waktu
Keterangan
A. Sangat baik
B. Baik
C. Kurang Baik
D. Sangat kurang
Page 21
d. Refleksi
Dengan melihat hasil siklus II dapat diketahui bahwa hasil belajar rata-rata 87.
Persentase ketuntasan belajar mencapai 92 %. Dengan demikian memberikan gambaran
bahwa indikator keberhasilan sudah dapat dicapai
Antar Siklus
Hasil tes dari pra siklus, siklus I dan siklus II, dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
(Hasil Belajar Antar Siklus)
No Tindakan Banyak Peserta didik Prosentase (%) KKM)
< KKM > KKM < KKM > KKM
1 SSebelum
Tindakan
13 11 54% 46%
2 Siklus I 6 18 29% 71%
3 Siklus II 2 22 8% 92%
Dari tabel 4 di atas dapat diperoleh data sebagai berikut :
Pra Siklus: Siswa yang belum mencapai KKM 13 siswa (54%), siswa yang mencapai KKM
11 siswa (46 %)
Siklus I : Siswa yang belum mencapai KKM 6 siswa (29%, siswa yang mencapai KKM 18
siswa (71%)
Siklus II : Siswa yang belum mencapai KKM 2 siswa (8%, siswa yang mencapai KKM 22
siswa (92 %)
Hasil belajar dari Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 terjadi peningkatan yang signifikan.
Grafik Ketuntasan Belajar Antar Siklus digambarkan pada grafik di bawah ini
Page 22
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus
dapat disimpulkan bahwa kemampuan Membaca Kalimat peserta didik dapat ditingkatkan
melalui penggunaan teknik permainan menyusun kata. Peningkatan kemampuan Membaca
Kalimat dapat dilihat dari peningkatan angka persentase ketuntasan belajar peserta didik pada
kondisi awal yang hanya 46% meningkat menjadi 71% pada siklus I dan mencapai 92% pada
akhir siklus II. Total peningkatan ketuntasan adalah sebesar 46%peningkatan Hasil capaian
rata-rata pada tahap pra siklus sebesar 58 meningkat menjadi 71 pada siklus I dan menjadi 87
pada siklus II. Total peningkatan rata-rata adalah 29 poin.
2. Saran
a. Saran kepada guru
Disarankan kepada guru bahasa indonesia didalam mengajarkan bahasa Indonesia
sebaiknya menggunakan Metode Kooperatif, hal ini terbukti bahwa pembelajaran
bahasa Indonesia dengan Metode Kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar.
b. Saran pada pihak sekolah
Pada pihak Sekolah disarankan untuk dapat meningkatkan sarana dan prasarana yang
terkait dengan media pembelajaran agar semua guru terdorong untuk menggunakan
media dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Buchari. 1985. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru
Dayan, abdi Saka. 2009. “Mengenali Karakter Peserta didik SD”. Bulletin Derap Guru Edisi
113/Th.IX/Juni 2009. Isjoni. 2009. Cooperatif Learning. Bandung:Alfabeta.
Hardjana. 1994. Kiat Sukses di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Kanisius.
Kartono, K. 1995. Bimbingan Belajar di SMU dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja.
Loekmono. 1994. Belajar Bagaimana Belajar. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Rini, Ayu. 2005. Exellent English Games. Jakarta: Kesaint Blanc.
Page 23
Semi, Atar. 1993. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.
Slamet, St. Y dan Suwarto. 2007. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
Sekolah Dasar. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Slameto. 1995. Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Cet. II. Jakarta: Rineka
Cipta.
Slavin. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Soejono. 1975. Petunjuk Membaca Kalimat Menulis Permulaan. Jakarta: Balai Pustaka.
Subana, Dkk..2005. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia
Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru.
Sunardi. 1997. Mengenal Peserta didik Berkesulitan Belajar. Surakarta: UNS.
Supriyadi. 2006. Pembelajaran Sastra yang Apresiatif dan Integratif di sekolah Dasar.
Jakarta: Departemen pendidikan Nasional.
Suryabrata, Sumadhi. 1998. Metodologi Penelitian. Universitas Gajah Mada.
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.