PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI METODE “STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION” (STAD) PADA SISWA KELAS V SDN DUKUHAN KERTEN NO. 58 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Oleh : FERIA MEY LESTARI K7106023 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
82
Embed
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA …... · Menurut Leo Sutrisno, dkk ... Hal ini ditunjukkkan dengan perolehan nilai ulangan harian ... memunculkan strategi-strategi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA
MELALUI METODE “STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION”
(STAD) PADA SISWA KELAS V SDN DUKUHAN KERTEN NO. 58
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Disusun Oleh :
FERIA MEY LESTARI
K7106023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa dalam
situasi pendidikan. Melalui proses belajar mengajar inilah siswa akan mengalami
proses perkembangan ke arah yang lebih baik dan bermakna. Agar hal tersebut
dapat terwujud maka diperlukan suasana proses belajar mengajar yang kondusif
bagi siswa dalam melampaui tahapan-tahapan belajar secara bermakna dan efektif
sehingga menjadi pribadi yang percaya diri, inovatif dan kreatif.
Mengenai pendidikan Sains (IPA) dijelaskan di dalam kebijaksanaan umum
kurikulum berbasis kompetensi Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa
“Visi pendidikan Sains (IPA) adalah mempersiapkan siswa yang melek Sains dan teknologi, untuk memahami dirinya dan lingkungan sekitarnya, melalui pengembangan ketrampilan proses, sikap ilmiah, ketrampilan berfikir, penguasaan konsep Sains yang esensial, dan kegiatan teknologi dan upaya pengelolaan lingkungan secara bijaksana yang dapat menumbuhkan sikap pengagungan terhadap Tuhan YME”.
Dapat diartikan disini bahwa tujuan IPA menurut kebijaksanaan umum
kurikulum berbasis kompetensi (2006) dalam (Leo Sutrisno, dkk, 2008:2-29)
adalah agar siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Leo Sutrisno, dkk (2008:1-19) IPA merupakan kemampuan
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct)
pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan
dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul
(truth). Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses adalah aktivitas manusia dalam
memahami alam semesta, prosedur adalah pengetahuan IPA dibangun melalui
pengamatan yang tepat dan prosedur yang benar, produk adalah hasil akhir atau
kesimpulan yang betul.
2
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan melalui observasi kelas dan
hasil wawancara dengan guru kelas V SDN Dukuhan Kerten No.58 Surakarta,
menunjukan bahwa banyak siswa yang belum dapat memahami konsep sifat-sifat
cahaya dengan baik. Permasalahan tersebut timbul karena kedudukan dan fungsi
guru dalam kegiatan pembelajaran masih dominan. Aktifitas guru masih sangat
tinggi dibandingkan dengan aktifitas siswa yang masih rendah kadarnya, di
samping itu guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional.
Dalam hal ini guru mendominasi dalam menyampaikan materi sedangkan siswa
hanya mendengar dan mencatat materi yang disampaikan sehingga siswa lebih
cepat bosan dan informasi yang disampaikan sulit diserap oleh siswa serta tidak
merangsang kreativitas, partisipasi siswa dan kurangnya pelibatan siswa dalam
menentukan suatu konsep dalam proses kegiatan belajar dan mengajar (KBM).
Hal ini ditunjukkkan dengan perolehan nilai ulangan harian siswa tentang sifat-
sifat cahaya masih rendah. Ada 18 siswa yang nilainya masih di bawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yaitu 63 dan 16 siswa lainnya memperoleh nilai di
atas kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pemahaman sifat-sifat cahaya perlu
ditingkatkan, karena konsep sifat-sifat cahaya mendasari materi alat optik.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka seorang guru harus kreatif dalam
memilih dan mengembangkan suatu metode pembelajaran yang mampu
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat
saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya. Salah satu metode
pembelajaran yang dapat diterapkan adalah metode STAD.
Menurut Slavin (2009:143) metode STAD adalah salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan metode yang
paling baik bagi para guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif.
Menurut Isjoni (2009:74) STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang
menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.
Menurut Vygotsky dalam ( Isjoni, 2009:57) implikasi utama dalam
pembelajaran menghendaki seting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif salah
3
satunya adalah dengan metode STAD, dengan siswa berinteraksi dan saling
memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif pada masing-
masing zona perkembangan terdekat mereka. Menurut Sugiyanto (2008:43) dalam
metode STAD siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri
atas 4-6 anggota kelompok, setiap kelompokmemiliki anggota yang heterogen
baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang,rendah) yang
bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggungjawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada orang lain
dalam kelompoknya
Menurut Isjoni (2009:15) pembelajaran kooperatif salah satunya adalah
metode STAD dapat digunakan dalam membuat laporan penelitian pada pelajaran
IPA. Metode STAD dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA yang
sulit serta menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, meningkatkan
pemahaman konsep dan mengembangkan sikap sosial siswa dan dapat diterapkan
untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai
pendapat teman, dan saling menghargai pendapat (sharing ideas). Metode STAD
memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang kurang aktif dalam proses
pembelajaran menjadi lebih aktif karena mereka berdiskusi dangan teman
sebayanya mengenai konsep yang belum dimengerti. Bila diorganisasikan dengan
tepat, siswa dapat bekerja sama dengan teman lainnya untuk memastikan bahwa
setiap siswa dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep yang telah
diajarkan sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Dengan demikian banyak hal yang bisa siswa dapatkan melalui metode
STAD yang akan menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran,
mempermudah siswa dalam memahami konsep sifat-sifat cahaya dan lebih
jauhnya dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar IPA. Untuk itu penelitian
ini diberi judul Peningkatan Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Cahaya Melalui
Metode “Student Team Achievement Division” (STAD) Pada Siswa Kelas V SDN
Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
4
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan yang
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Motivasi siswa kurang dalam mengikuti pelajaran IPA
2. Keaktifan siswa masih rendah dalam mengikuti pembelajaran IPA
3. Rendahnya pemahaman konsep sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA
4. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA
5. Penggunaan metode pembelajaran oleh guru dalam mata pelajaran IPA kurang
variatif, hanya dengan ceramah dan tugas
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, agar dapat
melaksanakan penelitian yang terpusat pada permasalahan maka penulis
memberikan batasan sebagai berikut :
1. Metode STAD dalam penelitian ini adalah suatu metode pembelajaran
kelompok yang terdiri dari beberapa anggota yang heterogen (4-6 orang) yang
bekerjasama saling ketergantungan positif dalam satu kelompok kecil dan
bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada orang lain dalam kelompoknya.
2. Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah konsep sifat-sifat cahaya pada
siswa kelas V SDN Dukuhan Kerten No. 58
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
Apakah penerapan metode “Student Team Achievement Division” (STAD) dapat
meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa Kelas V SDN
Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010?”
5
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
“Untuk meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya melalui penerapan
metode “Student Team Achievement Division” (STAD) pada siswa Kelas V SDN
Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat digunakan sebagai acuan, referensi ataupun rujukan bagi peneliti yang
akan datang yang akan melakuan penelitian yang serupa ataupun yang
berkenaan dengan penerapan metode STAD untuk meningkatkan pemahaman
konsep sifat-sifat cahaya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Adanya kebebasan bagi siswa untuk menemukan hal-hal baru bagi
dirinya di dalam pembelajaran IPA
2) Dapat menghilangkan rasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung
3) Dapat mempermudah penguasaan konsep, memberikan pengalaman
nyata, memberikan dasar-dasar berpikir konkrit serta mengurangi
verbalisme, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat
cahaya.
b. Bagi guru
1) Meningkatnya profesionalisme guru
2) Meningkatnya tingkat kepercayaan diri bagi seorang guru
3) Memberikan pengalaman, memberikan wawasan, pengetahuan dan
ketrampilan dalam merancang metode yang tepat dan menarik untuk
mempermudah proses pembelajaran melalui metode STAD.
c. Bagi sekolah
1) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta
kondusifnya iklim pendidikan di sekolah, khususnya pembelajaran IPA
dan umumnya seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah.
6
2) Dapat memberikan masukan dalam mengefektifkan pembinaan dan
pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan
sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAIKEM).
3) Meningkatnya kualitas pendidikan melalui penerapan metode STAD.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Cahaya
a. Pengertian Pemahaman Konsep
Menurut Nana Sudjana (2005:50) pemahaman memerlukan kemampuan
menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep, untuk itu diperlukan adanya
hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep
tersebut.
Menurut Tim SBM PGSD (2007 : 35) perilaku yang tergolong ke dalam
kategori kemampuan pemahaman dapat dijabarkan ke dalam kata kerja
operasional yang mencerminkan hasil belajar untuk tingkat kemampuan
pemahaman diantarannya adalah membedakan, mengubah, mempersiapkan,
menanyakan, mengatur, menjelaskan, mendemonstrasikan dan memberi
contoh.
Menurut Nana Sudjana (2005:51) ada tiga pemahaman yang berlaku
umum: (1) Pemahaman terjemahan adalah kesanggupan memahami makna
yang terkandung di dalamnya. Misalnya memahami kalimat bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia. (2) Pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan dua
konsep yang berbeda, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.
Misalnya memahami grafik. (3) Pemahaman ekstrapolasi adalah kesanggupan
melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau
memperluas wawasan.
Menurut Driver dalam (http://matematika.upi.edu/index.php/)
pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan situasi atau tindakan yang
meliputi 3 aspek yakni kemampuan mengenal, menjelaskan dan
menginterpretasi atau menarik kesimpulan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) (1990 : 636) pemahaman adalah proses, perbuatan, cara
memahami atau memahamkan. Menurut Tim SBM PGSD (2007 : 34) bahwa
8
hasil dari pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari hasil pengetahuan hafalan.
Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu
konsep, untuk itu diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep
dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Menurut Bloom dalam
(Dimyati dan Mudjiono, 2002:27) pemahaman mencakup kemampuan
menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
Dari pandapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman adalah
proses mengetahui keadaan jiwa melalui ekspresi yang diberikan melalui
indera. Pemahaman yang baik harus disertai pengertian terhadap ekspresi yang
dihadapi. Memahami berarti mengerti benar tentang sesuatu yang dipelajari
sehingga menjadi baik.
Menurut Soedjiran dan Muljono (1989:6) konsep adalah pengertian yang
disimpulkan dari sekumpulan data yang memiliki kesamaan ciri-ciri. Menurut
Nyimas Aisyah, dkk (2008: 8-12) konsep adalah pengertian yang dapat
digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan atau
menggolongkan sesuatu objek. Suatu konsep dapat dibatasi dengan suatu
ungkapan yang disebut definisi. Menurut Tom V. Savage dan David G.
Armstong (2000:25) consepts are labels that help people to make sense of
large quantities of information. Berdasarkan uraian tersebut, konsep adalah
label yang digunakan untuk membantu penalaran terhadap jumlah informasi
yang besar. Konsep adalah sesuatu yang abstrak yang menunjuk pada kategori
atau kelas dari suatu kejadian atau hubungan.(http://id.answers.yahoo.com).
Menurut Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh (1999:6) konsep adalah
kesepakatan bersama untuk penanaman sesuatu dan merupakan alat intelektual
yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan masalah. Menurut Moore
dalam (Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 1999:6) mengungkapkan bahwa
konsep adalah sesuatu yang tersimpan dalam pikiran yang berupa suatu
pemikiran, ide, atau gagasan. Sedangkan menurut Parker dalam (Fakih
Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 1999:6) konsep adalah gagasan tentang
sesuatu yang ada dan dapat diwujudkan dengan contoh. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, edisi tiga 2003) konsep adalah
9
suatu rancangan. Menurut Leo Sotrisno,dkk (2008:1-12) konsep adalah
representasi yang abstrak dan umum tentang sesuatu, karena bersifat umum
dan abstrak maka konsep barsifat mental. Jadi pemahaman konsep adalah
pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak (Sujarwo
dalam http://lib.atmajaya.ac.id/defaultaspx?tabID = 61&src= k&id= 154753).
Menurut Arthur K. Ellis (1997 : 112) concept is an intellectual tool that
provides its user with generalizable ways of dealing with reality. Berdasarkan
uraian tersebut konsep adalah sebuah alat intelektualyang menyediakan
pemakainya cara yang dapatdijabarkanyang berhubungan dengan kenyataan.
Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa konsep adalah
sesuatu yang sifatnya abstrak yang digunakan untuk menggambarkan suatu
kejadian.
Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang pemahaman dan konsep di
atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan
kegiatan lanjutan dari penanaman konsep dengan tujuan agar siswa lebih
memahami sesuatu yang tersimpan dalam pikiran sebagai langkah untuk
memberikan label kepada sesuatu atau sebagai alat untuk berpikir, yang dapat
membantu seseorang untuk mengenal, mengerti, dan memahami terhadap
sesuatu konsep tersebut.
b. Tinjauan Tentang Belajar
1) Pengertian Belajar
Menurut Tim SBM PGSD (2007:2) belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil proses balajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti barubah
pengetahuannya, pemahamannya, sikap, dan tingkah lakunnya. Menurut
Winkel dalam (Inggridwati Kurnia, 2007:1-3) mendefinisikan belajar
sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung
dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga
menghasilkan perubahan yang relatif menetap atau bertahan dalam
kemampuan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Hilgard
10
dalam (Sumadi Suryabrata, 2008 : 232) learning is the process by which an
activity originates or is changed through training procedures (whether in
the laboratory or in the natural environment) as distinguished from change
by factors not attributable to training. Berdasarkan uraian tersebut, belajar
adalah proses dimana kegiatan berasal dari prosedur pelatihan (baik di
dalam laboratorium maupun lingkungan alami) sebagaimana perubahan
ditentukan oleh faktor-faktor bukan disebabkan oleh pelatihan.
Menurut Cronbach dalam (Sumadi Suryabrata, 2008 : 231) lerning is
shown by a change in behavior as a result of experience. Berdasarkan
uraian tersebut, belajar yang sebaik-baiknya adalah yang mengalami, dan
dalam mengalami itu siswa mempergunakan pancainderanya. Menurut
Crow & Crow dalam (Ingridwati Kurnia : 6-4) belajar adalah diperolehnya
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Menurut Slameto dalam
(Ingridwati Kurnia : 1-3) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar dapat disimpulkan
bahwa belajar menyangkut 3 hal yaitu belajar dipandang sebagai suatu
proses, hasil dan fungsi. Belajar yang dipandang sebagai suatu proses dalam
hal ini yang diperhatikan adalah melihat apa yang terjadi selama individu
mengalami dan menjalani belajar untuk mencapai tujuan. Selain itu pola-
pola perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar berlangsung juga
diperhatikan, sehingga perlu ditekankan pada daya yang menyebabkan
proses belajar berkembang dan berlangsung.
Belajar yang dipandang sebagai hasil maksudnya adalah dalam proses
belajar yang diperhatikan yaitu bentuk terakhir dari perubahan tingkah laku,
sehingga dapat dilihat hasil dalam bentuk konsep dan sikap. Jadi individu
dianggap sudah belajar apabila sudah menguasai atau mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan belajar yang dipandang sebagai
suatu fungsi. Dalam hal ini yang diperhatikan adalah aspek-aspek yang
11
menentukan dan memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku individu
di dalam proses belajar.
Dengan demikian seorang guru tidak hanya mengetahui bagaimana
hasil yang telah dicapai oleh siswa tetapi juga mengetahui bagaimana dapat
terjadi perubahan-perubahan dalam diri siswa sebagai hasil pengalaman
proses belajar mengajar.
2) Ciri-ciri Belajar
Menurut Sumadi Suryabrata dalam (Tim SBM PGSD: 3) memberikan
ciri-ciri kegiatan yang disebut “belajar” :
a) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu
yang belajar (dalam arti behavioral changes) baik aktual maupun
potensial.
b) Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru,
yang berlaku dalam waktu yang ralatif lama.
c) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha dari individu itu.
3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Sumadi Suryabrata (2008 : 233) belajar sebagai proses atau
aktivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah :
a) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, dan ini masih dapat
digolongkan menjadi dua yaitu:
1) Faktor-faktor nonsosial, separti keadaan udara, suhu, cuaca, waktu,
tempat, alat yang digunakan untuk belajar.
2) Faktor-faktor sosial, seperti gangguan dari manusia lain.
b) Faktor-faktor yang datang dari dalam diri siswa, dan inipun dapat lagi
digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
1) Faktor-faktor fisiologis, seperti nutrisi kurang cukup sehingga lekas
ngantuk, lesu,dan lelah. Selain itu, beberapa penyakit seperti pilek,
sakit gigi, batuk juga sangat menggagu proses belajar.
2) Faktor-faktor psikologis.
12
Menurut N. Frandsen dalam (Sumadi Suryabrata : 236-237)
mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk balajar adalah :
(a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
(b) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
selalu maju.
(c) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan
teman-teman.
(d) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru.
(e) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran.
(f) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.
c. Tinjauan Tentang Pembelajaran
Menurut Gagne dan Briggs dalam ( Nyimas Aisyah, dkk : 1-3)
pembelajaran adalah upaya orang yang tujuannya adalah membantu orang
belajar, secara lebih terinci Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai
seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung
terjadinya beberapa proses belajaryang sifatnya internal. Sedangkan Menurut
Corey dalam (Nyimas Aisyah, dkk : 1-3) pembelajaran adalah suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respan terhadap
situasi tertentu. Menurut Udin S Winataputra (2007:1.20) pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam ( TIM SBM PGSD : 8)
pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional. Untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar. Menurut UUSPN no. 20 tahun 2003 dalam
(TIM SBM PGSD : 8) pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
13
menurut Gagne dalam (Isjoni, 2009:72), an active process and suggests that
teaching involves facilitating active mental process by students, bahwa dalam
proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan
guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Menurut Oemar
Hamalik (2003:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Tim SBM PGSD (2007 : 7) pembelajaran adalah
membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan pembelajaran diarahkan
untuk membangun kemampuan berfikir dan kemampuan menguasai materi
pembelajaran, dari pengetahuan yang sumbernya dari luar diri siswa kemudian
dikonstruksi dalam diri individu siswa. Pengetahuan tidak diperoleh dengan
cara diberikan atau ditransfer dari orang lain, tetapi dibentuk dan dikonstruksi
oleh individu itu sendiri sehingga siswa itu mampu mengembangkan
intelektualnya. Sedangkan pembelajaran menurut Muhammad Surya dalam
(Isjoni, 2009:72) merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Menurut Robertta H. Barba (1998:96) learning is dependent
upon the external environment, but also on the child’s internal processing of
information. Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran bergantung pada
lingkungan luar, tetapi juga bergantung pada proses pengolahan informasi
anak.
Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik
agar dapat belajar dengan baik.
14
d. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam
1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
IPA merupakan salah satu dari banyak jenis ilmu pengetahuan.
Menurut Leo Sutrisno, dkk (2008:1-19) IPA merupakan kemampuan
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat
(correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan
dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan
kesimpulan yang betul (truth). Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses
adalah aktivitas manusia dalam memahami alam semesta, prosedur adalah
pengetahuan IPA dibangun melalui pengamatan yang tepat dan prosedur
yang benar, produk adalah hasil akhir atau kesimpulan yang betul. Menurut
The Liang Gie dalam (Leo Sutrisno, dkk , 2008 :1-16) menyatakan bahwa
science dalah kumpulan sistematis dari pengetahuan. Menurut Purnell’s
dalam (Srini M Iskandar, 2001 : 2) science is the broad field of human
knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and
explained by means of rules, laws, principles, theories, and hyphotheses.
Berdasarkan uraian tersebut, IPA adalah pengetahuan manusia yang luas
yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik,
serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-
prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis.
Menurut Larasati (http:/www.scribd.com/doc/17087298 /Karakteristik
-Pembelajaran-IPA-SD) IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu
tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar
terdahulu (1994) dijelaskan pengertian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan
manusia berupa pengetahun, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang
alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses
ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-
gagasan. Sedangkan dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai
cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Menurut Hendro
dan Jenny dalam http:// www.scribd.com/doc /17087298 /Karakteristik
Pembelajaran-IPA-SD ucapan Einstein: Science is the atempt to make the
15
chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically uniform
system of thought, mempertegas bahwa IPA adalah suatu bentuk upaya yang
membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir yang
logis tertentu, yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah. Menurut
Webstrer’s dalam (Srini M Iskandar, 2001 : 2) menyatakan natural science
is knowledge concerned with the physical world and its phenomena, yang
artinya IPA adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya.
Disamping itu, menurut Garis-Garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) Kelas V Sekolah Dasar, kurikulum Pendidikan Dasar (1994 : 41),
dijelaskan :
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar,
yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara
lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan. Menurut Srini M.
Iskandar (2001:15) IPA adalah Ilmu Pengetahuan tentang kejadian-kejadian
bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi,
eksperimen dan induksi.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam
sekitar baik biotik maupun abiotik dengan jalan mengadakan pengamatan
langsung dari berbagai jenis dan lingkungan buatan manusia.
2) Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut kebijaksanaan umum kurikulum berbasis kompetensi (2006)
dalam (Leo Sutrisno, dkk, 2008:2-29) mata pelajaran IPA di SD bertujuan
agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
a) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat.
c) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
16
d) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
Menurut GBPP kelas v sekolah dasar (SD), kurikulum pendidikan
dasar (1994 : 146 ) tujuan pembelajaran IPA di kelas v semester II sebagai
berikut :
1. Siswa memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energy serta fungsinya dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Siswa mampu menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat sesuatu karya / model.
3. Siswa mampu memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam dan mampu memanfaatkan sumber daya alam secara tepat.
Dalam penjelasan tersebut jelaslah bahwa dengan diberikannya
pengetahuan ketrampilan proses, berupa percobaan-percobaan konsep IPA
untuk menjelaskan dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
e. Tinjauan Tentang Pembelajaran IPA SD
1) Pengertian pembelajaran IPA
Menurut Srini M. Iskandar (2001: 18-19) pelajaran IPA lebih
mementingkan kemampuan berpikir daripada kemampuan menghafal.
Disamping itu dipentingkan juga kemampuan mengadakan pengamatan
secara teliti, menggunakan prinsip, memecahkan percobaan sederhana,
menyusun data, mengemukakan dugaan .
Pembelajaran IPA merupakan media pengembangan potensi siswa SD
yang didasarkan pada karakteristik psikologis anak, memberikan
kesenangan bermain dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam
membongkar misteri, seluk beluk dan teka-teki fenomena alam di sekitar
dirinya, mengembangkan potensi saintis yang terdapat dalam dirinya,
memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang fenomena alam,
sambil membekali keterampilan dan membangun konsep-konsep baru yang
17
harus dikuasainya (Larasati dalam http://www.scribd.com/ doc/ 17087298/
Karakteristik-Pembelajaran-IPA-SD).
Menurut teori Piaget “Mengenai Perkembangan Kognitif” dalam
(Srini M. Iskandar, 2001:23) berdasarkan jenjang dan karakteristik
perkembangan intelektual anak seusia siswa SD maka penyajian konsep dan
keterampilan dalam pembelajaran IPA harus dimulai dari nyata (konkrit) ke
abstrak; dari mudah ke sukar; dari sederhana ke rumit, dan dari dekat ke
jauh. Dengan kata lain, mulailah dari apa yang ada di sekitar siswa dan yang
dikenal, diminati serta diperlukan siswa. Secara psikologis, anak usia SD
berada dalam dunia bermain. Tugas guru adalah menciptakan dan
mengelompokan suasana bermain tersebut dalam kelas sehingga menjadi
media yang efektif untuk membelajarkan siswa dalam IPA.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA adalah sebagai media pengembangan potensi siswa SD
seharusnya didasarkan pada karakteristik psikologis anak; memberikan
kesenangan bermain dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam
membongkar misteri, seluk beluk dan teka-teki fenomena alam di sekitar
dirinya; mengembangkan potensi saintis yang terdapat dalam dirinya;
memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang fenomena alam;
sambil membekali keterampilan dan membangun konsep-konsep baru yang
harus dikuasainya.
2) Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA SD
Menurut Leo Sutrisno (2008 : 5.3-5.6) ada lima prinsip utama dalam
pembelajaran IPA, yaitu lima pernyataan tentang kebenaran dalam
pembelajaran IPA yang dijadikan anutan untuk melaksanakan pembelajaran
IPA.
a) Pemahaman tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupan noninderawi.
b) Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, sehingga perlu diungkap selama proses pembelajaran.
c) Pengetahuan pengalaman mereka pada umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang anda miliki.
18
d) Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambing dan relasi dengan konsep yang lain.
e) IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur.
f. Tinjauan Tentang Materi Sifat-Sifat Cahaya
Cahaya sangat bermanfaat bagi kehidupan. Cahaya membuat dunia ini
terangbenderang. Cahaya membuat kita dapat melihat benda-benda di sekitar
kita. Menurut Choiril Azmiyawati,dkk (2008 : 111-116) Cahaya memiliki
beberapa sifat yaitu: merambat lurus, menembus benda bening, dapat
dipantulkan dan dapat dibiaskan.
1) Cahaya Merambat Lurus
Cahaya yang masuk melalui celah-celah jendela rumah merambat
lurus.
2) Cahaya Menembus Benda Bening
Kaca yang bening dapat ditembus oleh cahaya matahari. Apabila kaca
jendela rumah ditutup dengan menggunakan karton maka cahaya tidak dapat
masuk ke dalam rumah. Hal ini menunjukkan bahwa cahaya hanya dapat
menembus benda yang bening.
3) Cahaya Dapat Dipantulkan
Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur
(pemantulan difus) dan pemantulan teratur.
Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang
kasar atau tidak rata. Pada pemantulan ini, sinar pantul arahnya tidak
beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai
19
permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang mempunyai
sifat seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini sinar pantul memiliki
arah yang teratur. Bayangan anak di awal bab ini terjadi karena pemantulan
teratur.
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya.
Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar dan cermin lengkung.
Cermin lengkung ada dua macam, yaitu cermin cembung dan cermin
cekung.
a) Cermin Datar
Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya datar
dan tidak melengkung. Cermin datar biasakamu gunakan untuk
bercermin. Pada saat bercermin, kamu akan melihat bayanganmu di
dalam cermin.
Sifat-sifat bayangan pada cermin datar :
1) Ukuran (besar dan tinggi) bayangan sama dengan ukuran benda.
2) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin.
3) Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda. Misalnya tangan
kirimu akan menjadi tangan kanan bayanganmu.
4) Bayangan tegak seperti bendanya.
5) Bayangan bersifat semu atau maya. Artinya, bayangan dapat dilihat
dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar.
20
b) Cermin Cembung
Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya
melengkung ke arah luar. Cermin cembung biasa digunakan untuk spion
pada kendaraan bermotor. Bayangan pada cermin cembung bersifat
maya, tegak, dan lebih kecil (diperkecil) daripada benda yang
sesungguhnya.
c) Cermin Cekung
Cermin cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya melengkung
ke arah dalam. Cermin cekung biasanya digunakan sebagai reflektor pada
lampu mobil dan lampu senter. Sifat bayangan benda yang dibentuk oleh
cermin cekung sangat bergantung pada letak benda terhadap cermin.
1) Jika benda dekat dengan cermin cekung, bayangan benda bersifat
tegak, lebih besar, dan semu (maya).
2) Jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda bersifat nyata
(sejati) dan terbalik.
21
4) Cahaya dapat dibiaskan
Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda,
cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan
cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut
pembiasan. Perhatikan skema pembiasan cahaya berikut!
Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih
rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya
merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat
yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi
garis normal. Misalnya cahaya merambat dari air ke udara.
Pembiasan cahaya sering kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya dasar kolam terlihat lebih dangkal daripada kedalaman
sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada pensil yang
dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air. Pensil tersebut akan tampak
patah.
22
2. Tinjauan Tentang Metode STAD
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok. Menurut Slavin (2009 : 8), pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling berinteraksi antar
anggota kelompok. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Setiap
kelompok yang heterogen yaitu terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis
kelamin dan suku. Menurut Johnson (dalam Isjoni, 2009 : 22) mengemukakan,
“Cooperanon means working together to accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the intructional use of small group that allows students work together to maximize their own and each other as learning”.
Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran kooperatif mengandung arti
bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif adalah
pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar
anggota lainnya dalam kelompok itu. Menurut Sugiyanto (2008 : 35)
pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Robertta H. Barba (1998 : 411) cooperative learning is
arrangement in wich students work in mixed ability groups and are rewarded
on the basis of the success of the group. Berdasarkan uraian tersebut,
pembelajaran kooperatif adalah rangkaian pembelajaran dimana siswa bekerja
dalam grup yang anggotanya memiliki kemampuan yang beragam dan dinilai
atau dihargai berdasarkan keberhasilan grup.
Menurut Davidson dan Warsham dalam (Isjoni, 2009 : 27) pembelajaran
kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil,
siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar baik
pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.
23
Abdulhak dalam (Isjoni, 2009 : 28) menjelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif dilaksanakan melalui berbagai proses antara peserta belajar
sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu
sendiri.
Dalam jurnal internasional yang ditulis Jacobs&Hannah (dalam
http://www.georgejacobs.net/cooperative.html, diakses pada tanggal 5 Januari
2010) menyatakan bahwa “cooperative learning, also known as collaborative
learning, is a body of concepts and techniques for helping to maximize the
benefits of cooperation among students”. Artinya, pembelajaran kooperatif
yang juga dikenal sebagai pembelajaran kolaboratif, adalah suatu bentuk dari
konsep dan tehnik untuk membantu memaksimalkan keuntungan-keuntungan
kerjasama diantara siswa.
Menurut Nurhadi dan senduk dalam (Made Wena, 2009:189)
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan
interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru
dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Sedangkan Abdurrahman dan Bintoro
dalam (Made Wena, 2009:190) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antarsesama siswa sebagai
latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (teman
lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar lainnya dan
menekankan pada penggunaan kelompok kecil untuk bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
1) Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2009 : 27) ciri dari pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut :
a) Setiap anggota memiliki peran.
b) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.
24
c) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
teman-teman sekelompoknya.
d) Guru membantu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan interpersonal
kelompok.
e) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
2) Tujuan Pembelajaran kooperatif
Menurut Ibrahim, et al dalam (Isjoni, 2009 : 39-41) model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya
tiga tujuan pembelajaran, yaitu:
a) Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan
sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis
penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para
pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil
belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan
secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas
sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif
memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi
untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan
melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai
satu sama lain.
25
c) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,
mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat
ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
3) Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (1995:2), pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan
kemampuan siswa, meningkatkan rasa percaya diri, menumbuhkan
keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian yang ada dan
mamperbaiki hubungan antar kelompok. Sedangkan kelemahan
pembelajaran kooperatif adalah memerlukan persiapan yang rumit untuk
melaksanakannya bila terjadi persaingan negatif maka hasilnya akan buruk,
dan bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa maka dalam
kelompok akan terjadi kesenjangan sehingga usa kelompok tidak berjalan
semestinya.
Jarolimek dan Parker dalam (Isjoni, 2009: 36) mengatakan
keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah: 1) saling
ketergantungan yang positif, 2) adanya pengakuan dalam merespon
perbedaan individu, 3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan
kelas, 4) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, 5) terjalinnya
hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, 6)
memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi
yang menyenangkan.
4) Bentuk-Bentuk Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2009 : 73), dalam pembelajaran kooperatif terdapat
beberapa variasi model yang dapat diterapkan , yaitu :
a) Student Team Achievement Division (STAD)
b) Jigsaw
c) Teams Games Tournaments (TGT)
d) Group Investigation (GI)
26
e) Rotating Trio Exchange
f) Group Resume
b. Tinjauan Tentang Metode STAD (Student Team Achievement Division)
Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa aktivitas siswa pada siklus I,
pertemuan pertama skor rata-ratanya yaitu 2,75 (termasuk kategori kurang), pada
pertemuan kedua meningkat menjadi 3,25 (termasuk kategori baik). Pada siklus
II, pertemuan pertama skor rata-ratanya meningkat menjadi 3,75 (termasuk
kategori baik), kemudian meningkat lagi menjadi 3,88 (termasuk kategori baik)
pada pertemuan kedua.
74
Aktivitas guru pada siklus I, pertemuan pertama skor rata-ratanya yaitu
2,60 (termasuk kategori kurang), pada pertemuan kedua meningkat menjadi 2,80
(termasuk kategori kurang). Pada siklus II, pertemuan pertama skor rata-ratanya
meningkat menjadi 3,50 (termasuk kategori baik), kemudian meningkat lagi
menjadi 3,70 (termasuk kategori baik) pada pertemuan kedua.
Hal ini merefleksikan bahwa proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan
oleh guru dapat dinyatakan berhasil karena terjadi peningkatan aktivitas siswa dan
aktivitas guru pada setiap siklusnya.
Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-
beda, antara lain: pada siklus I hambatan yang dijumpai adalah 1) Dengan jumlah
anggota tiap kelompok 5-6 membuat siswa yang malas menggantungkan diri pada
siswa yang mereka anggap lebih pandai dan tidak mau melakukan percobaan,
hanya bermain- main dengan alat-alat parcobaan dan mengganggu teman yang
lain. 2) guru terlalu cepat dalam menyampaikan langkah-langkah percobaan. 3)
Guru belum memberikan motivasi baik pada individu maupun kelompok sehingga
siswa masih belum barani dalam menjawab pertanyaan atau mengungkapkan
gagasannya dalam kelompok, dan belum dapat mengkondisikan siswa ke arah
pembelajaran yang kondusif.
Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang dilaksanakan
di siklus II dalam upaya perbaikan adalah dengan guru mengurangi jumlah
anggota kelompok menjadi 4-5 siswa tiap kelompok. Guru memberikan beberapa
informasi secara tepat dan bertahap, mengarahkan, dan membimbing kegiatan
siswa dalam melakukan percobaan dan memberikan motivasi berupa penghargaan
baik secara verbal maupun non verbal kepada siswa agar mereka lebih berani lagi
dalam menyampaikan pendapat. Pembelajaran pada siklus II sudah tidak ada
hambatan yang berarti.
Jadi pembelajaran dengan menerapkan metode STAD dapat meningkatkan
pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri Dukuhan
Kerten tahun ajaran 2009/ 2010. Hal ini terjadi Karena pembelajaran dengan
metode STAD dapat meningkatkan kerjasama dalam kelompok , sehingga siswa
lebih memahami suatu konsep dengan bertanya dan bertukar pikiran dengan
teman sebayanya dan guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator.
75
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan pada
pembelajaran IPA dengan menerapkan metode STAD, pada siswa kelas V
SDN Dukuhan Kerten No. 58 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta selama dua
siklus dapat ditarik simpulan bahwa penerapan metode STAD terbukti dapat
meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN
Dukuhan Kerten No. 58 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Peningkatan
pemahaman konsep sifat-sifat cahaya tersebut dibuktikan dengan adanya
peningkatan pada rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa
pada setiap siklus. Data awal yang diperoleh sebelum dilaksanakan tindakan
yaitu rata-rata kelas mencapai 61,38 dengan ketuntasan klasikal 47,06%, pada
siklus I rata-rata kelas meningkat menjadi 71,74 dan ketuntasan klasikal
meningkat menjadi 70,59%. Pada siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi
76,79 dan ketuntasan klasikal semakin meningkat menjadi 88,24%.
Bertolak dari uraian di atas, dapat membuktikan kebenaran hipotesis
yang telah dirumuskan sebelumnya. Melalui penerapan metode “Student Team
Achievement Division” (STAD) dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-
sifat cahaya pada siswa kelas V SDN Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun
Ajaran 2009/2010.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa Melalui
penerapan Metode “Student Team Achievement Division” (STAD) dapat
meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN
Dukuhan Kerten No.58 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Sehubungan
dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan beberapa implikasi hasil
penelitian sebagai berikut:
76
1. Memberikan informasi bagi guru bahwa dengan penerapan metode STAD
dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya.
2. Mendorong siswa untuk memiliki keberanian dalam mengungkapkan
pendapat, bekerjasama dengan sesama anggota kelompoknya, dan
mengembangkan kreativitas, serta inisiatifnya untuk menunjang proses
pembelajaran.
3. Menunjukkan pentingnya menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi
dan inovatif, salah satunya adalah metode STAD yang terbukti dapat
menciptakan suasana belajar yang bermakna sehingga meningkatkan
pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran.
4. Menunjukkan peran siswa yang lebih aktif sebagai pusat pembelajaran
dalam mata pelajaran IPA melalui penerapan metode STAD, sehingga
materi yang diperoleh siswa bukan hanya sekedar hafalan tetapi sebuah
pemahaman tentang suatu konsep dalam mata pelajaran IPA.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa
saran yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan atau sosialisasi bagi guru
mengenai metode pembelajaran yang bervariasi dan inovatif untuk dapat
mendukung pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai sesuai dengan harapan.
2. Bagi Guru
a. Hendaknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga peran
siswa lebih besar dan pembelajaran akan menjadi lebih aktif dan
bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap
termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya
dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi pelajaran.
77
b. Hendaknya para guru khususnya guru IPA menggunakan metode STAD
dalam melaksanakan pembelajaran. Karena dengan metode STAD siswa
menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, sehingga menjadikan proses dan
hasil belajar menjadi lebih baik.
c. Hendaknya para guru menumbuhkan kerjasama dan semangat gotong
royong dalam pembelajaran aga terjadi interaksi yang harmonis antara
siswa dengan suiswa, siswa dengan guru, dan guru dengan guru. Karena
dengan kerjasama dan semangat gotong royong akan membentuk
masyarakat belajar yang harmonis.
3. Bagi Siswa
a. Setiap siswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik dengan guru agar
proses belajar mengajar terasa nyaman dan menyenangkan.
b. Siswa hendaknya lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran
di kelas.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti menyadari bahwa penelitian yang sudah dilakukan ini masih
memiliki kekurangan untuk itu bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh
tentang permasalahan yang sama dengan penelitian ini hendaknya lebih
cermat dan mengupayakan pengkajian teori-teori lebih dalam yang
berkaitan dengan metode STAD guna melengkapi kekurangan yang ada
agar diperoleh hasil yang lebih baik.
78
DAFTAR PUSTAKA
Amir. 2007. Dasar-dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: UNS Press
Ahmad Yasin. 2009. (http://fikriam.blogspot.com/2009/05/meningkatkan-pemahaman-konsep-siswa_22.html diakses tanggal 4 Januari 2010
Anita Lie. 2008. Cooperatif Learning.Jakarta: PT. Grasindo
Anwar holil. 2007. Pembelajaran Kooperatif. http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html diakses tanggal 07 Oktober 2009
Arthur K. Ellis. 1998. Teaching and Learning Elementary Social Studies. USA : Viacom Company
Depdikbud. 1994. GBPP Kelas V SD Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : CV. Duta Nusindo
Depdiknas. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdiknas
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh. 1999. Konsep Dasar IPS. Depdikbud
Hairudin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Ina Karlina. 2008. Pembelajaran Kooperatif sebagai Salah Satu Strategi Membangun Pengetahuan Siswa. http://www.sd-binatalenta.com/images/artikel_ina.pdf diakses tanggal 07 Oktober 2009
Inggridwati Kurnia, dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Iskandar, Srini M. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: C.V Maulana
Larasati. (http://www.scribd.com/doc/17087298/Karakteristik-Pembelajaran-IPA-SD diakses tanggal 6 Desember 2009
79
Leo sutrisno, Hery kresnadi dan Kartono. 2007. Pengembangan IPA di SD. Jakarta : Departeman Pendidikan Nasional
Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Linda Lundgren.1994. Cooperative Learning. New York
Nana Sudjana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Made Wena. 2009. Stategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara
Muhammad Faiq Dzaki. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/ diakses tanggal 19 Maret 2009
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Ngalim Purwanto. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Ngadi. 2009. Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Pecahan Bagi Siswa SD Jati 2 kecamatan Jati kabupaten Blora Semesret 2 Tahun Ajaran 2008/2009.
NN. 2009. Pembelajaran Kooperatif. www.ditnaga-dikti.org. diakses tanggal 7 Oktober 2009
NN. (http://matematika.upi.edu/index.php/) diakses tanggal 20 Oktober 2009 NN. (http://id.answers.yahoo.com) diakses tanggal 18 Mei 2010
NN. 2009. (http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/26/pengertian-metode.html diakses tanggal 7 September 2009
Nyimas Aisyah. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Robertta H. Barba. 1998. Science in the Multicultural Classroom. USA : Viacom Company
80
Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta : Depratemen Pendididkan Nasional
Salimatul Hidayah. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan TAI Ditinjau dari Aktivitas Belajar Pada Pokok Bahasan Getaran dan Gelombang untuk Siswa SMP. Skripsi. Surakarta: UNS
Soedjiran dan Mulyono. 1998. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : PT. Sinar Hudaya
Slavin. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media
Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
Suhardjono, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Suharsimi Arikunto, Suharjo dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. bumi Aksara
Sujarwo. ( http :// lib . a t ma jaya. ac. id/ default aspx?tabID = 61&src=k&id=154753) diakses tanggal 25 Mei 2010
Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Sutopo H. B. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Depdikbud UNS.
Tim. 2007. Stategi Belajar Mengajar. Surakarta : Tim FKIP UNS
Toha Anggoro, dkk.2002. metode penelitian. Jakarta :Universitas Terbuka
Tom V. Savage dan David G. Armstrong. 2000. Effective Teching In Elementary Social Studies. New Jersey
Widayati. 2006. Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pokok Bahasan Trigonometri Ditinjau dari Kemampuan awal Siswa Kelas x SMA Negeri 1 Teras Boyolali. Skripsi. Surakarta:UNS
81
Wiwin setyowati. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika di SMAN 8 Surakarta. Skripsi. Surakarta: UNS
Yona Kristianto Mutiasmoro. 2009. Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Pada Pokok Bahasan Perbandingan Dan Fungsi Trigonometri Sub Pokok Bahasan Aturan Sinus Cosinus Dan Luas Segitiga Pada Kelas X-2 Di SMA Masehi 1 PSAK, Jl Pasir Mas Raya No1 Semarang. Skripsi. Semarang : UNNES