PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PERANGSANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA DENGAN PENERAPAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) DI KELAS VII C SMP NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: TANTI SETYARINI NIM. K4305043 Pendidikan Biologi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
77
Embed
PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN … · keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI
PERANGSANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA DENGAN PENERAPAN
METODE GROUP INVESTIGATION (GI)
DI KELAS VII C SMP NEGERI 5 SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh:
TANTI SETYARINI
NIM. K4305043
Pendidikan Biologi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai suatu pendidikan formal bertugas untuk menghasilkan peserta didik
yang utuh dan berkualitas agar dapat berperan aktif di dalam masyarakat. Peserta didik yang utuh
dan berkualitas adalah peserta didik yang seimbang antara kemampuan moral, intelektual, sikap,
keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah.
Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan dan mewariskan ilmu pengetahuan akan tetapi juga
harus memberi keterampilan tertentu serta menanamkan budi pekerti dan nilai-nilai siswa. Proses
tersebut harus sesuai dengan kurikulum yang ada.
Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan,
wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada siswa untuk menggali dan
mengembangkan bakat serta kepribadian siswa. Siswa berusaha untuk mengembangkan diri
dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi karena kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta mampu berinteraksi dengan lingkungan melalui pendidikan. Oleh karena itu,
masalah pendidikan perlu mendapatkan perhatian dan penanganan serius yang berkaitan dengan
kualitas, kuantitas, dan relevansinya.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas VII C SMP Negeri 5
Surakarta sebanyak 41 siswa, diketahui bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi
khususnya dalam proses diskusi belum optimal. Proses diskusi yang dimaksud adalah diskusi
kelompok yang kemudian diikuti dengan presentasi kelompok. Siswa cenderung tidak
memberikan perhatian ketika diskusi berlangsung maupun pada saat presentasi, hanya beberapa
siswa yang aktif bertanya, berani menjawab pertanyaan dari guru, menyampaikan pendapat
dalam diskusi dan memberikan masukan pada kelompok lain yang presentasi.
Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang aktif bertanya pada saat pembelajaran
berlangsung sebanyak 15 siswa (36,59%). Siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru
sebanyak 18 siswa (43,90%). Siswa yang memberikan pendapatnya pada saat diskusi kelompok
sebanyak 18 siswa (43,90%). Siswa yang memberikan masukan kepada kelompok lain yang
presentasi sebanyak 10 siswa (24,39%). Siswa yang memberikan perhatian ketika diskusi
kelompok dan ketika kelompok lain presentasi sebanyak 12 siswa (29,27%). Siswa yang
memberi kesempatan kepada teman satu kelompok untuk mengeluarkan pendapat sebanyak 26
siswa (63,41%). Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi dengan baik sebanyak 23
siswa (56,10%).
Suatu pembelajaran dinyatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-
tidaknya 75% siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses
pembelajaran. Siswa yang berpartisipasi aktif di kelas VII C ini masih di bawah 75%. Sebagian
besar siswa (60%) belum berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pada saat diskusi kelompok,
guru hanya berkeliling di deretan kelompok paling depan. Apabila diadakan diskusi kelompok,
sebagian besar siswa (56,10%) tidak setuju jika pembagian kelompok ditentukan oleh guru.
Siswa lebih senang memilih anggota kelompok karena sudah mempunyai kelompok sendiri.
Sebanyak 21 siswa (51,22%) belum bisa menghargai pendapat dari teman lain dalam dalam satu
kelompok.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, angket, dan keterangan dari guru
menunjukkan bahwa partisipasi dan kecerdasan interpersonal siswa masih kurang. Kecerdasan
interpersonal merupakan kemampuan untuk mengorganisasikan orang lain dan
mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati kepada orang lain,
kemampuan untuk mengamati, mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain, peka pada
ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain serta mampu memberikan respon secara
efektif dalam berkomunikasi. Untuk meningkatkan partisipasi siswa diperlukan suatu metode
pembelajaran yang sesuai agar setiap siswa ikut berperan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa
tidak hanya pasif dan mendengarkan penjelasan dari guru. Partisipasi siswa mencakup pada
keterlibatan, dorongan memberikan sumbangan, dan tanggung jawab.
Penelitian dibatasi pada perangsangan kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan
metode pembelajaran Group Investigation (GI) untuk meningkatkan partisipasi siswa.
Perangsangan kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan metode GI diharapkan agar: 1)
siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, 2) siswa mampu berinteraksi dengan
teman kelompok yang baru, 3) mampu membentuk kelompok belajar yang kompak dan tidak
menang sendiri, 4) mengeluarkan pendapat dalam diskusi, 5) memberi masukan pada kelompok
lain yang presentasi, 6) menghargai pendapat teman dalam satu kelompok, 7) memberi
kesempatan kepada teman satu kelompok untuk mengeluarkan pendapat, 8) mampu
mempresentasikan hasil diskusi dengan baik, dan 9) memberikan perhatian ketika kelompok lain
presentasi.
Pusat dari investigasi kelompok adalah perencanaan kooperatif murid dalam
menyelidiki. Anggota kelompok mengambil peran dalam menentukan apa yang akan diselidiki,
siapa yang akan mengerjakan dan bagaimana mereka mempresentasikan hasil secara keseluruhan
di depan kelas. Kelompok pada pembelajaran berbasis investigasi kelompok ini merupakan
kelompok yang heterogen baik dari jenis kelamin maupun kemampuannya. Kelompok terdiri 5-6
orang, setiap siswa dalam kelompok mengerjakan apa yang telah menjadi tugasnya dalam lembar
kerja kegiatan yang telah disiapkan sendiri dan teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk
saling memberi kontribusi, saling tukar menukar dan mengumpulkan ide. Anggota kelompok
merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya. Langkah
terakhir dalam kegiatan ini, salah satu anggota kelompok mengkoordinasikan rencana yang akan
dipresentasikan di depan kelompok yang lebih besar.
Metode GI diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam KBM, dapat
meningkatkan kualitas dalam pembelajaran biologi dan melatih kemandirian siswa di SMP N 5
Surakarta kelas VII C sebanyak 41 siswa tahun ajaran 2008/2009. Penelitian dilakukan pada
materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan judul penelitian sebagai berikut:
“PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
MELALUI PERANGSANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA DENGAN
PENERAPAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) DI KELAS VII C SMP NEGERI
5 SURAKARTA”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas serta untuk memperjelas
masalah maka dirumuskan sebagai berikut:
Apakah perangsangan kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan metode GI dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi di kelas VII C SMP Negeri 5
Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:
Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi melalui perangsangan kecerdasan
interpersonal siswa dengan penerapan metode GI di kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam penerapan metode GI sebagai evaluasi
guru dan siswa dalam meningkatkan partisipasi siswa.
b. Memberikan masukan bagi guru agar lebih memperhatikan masalah-masalah yang terkait
dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar
mengajar.
2. Bagi siswa
a. Dapat mengoptimalkan kecerdasan interpersonal siswa dengan metode pembelajaran yang
tepat.
b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih kooperatif atau
bekerjasama dalam pembelajaran.
3. Bagi sekolah dan instansi pendidikan lainnya
a. Untuk menyusun program peningkatan proses pembelajaran biologi pada tahap berikutnya.
b. Hasil penelitian yang dipaparkan akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah
dalam rangka perbaikan pembelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Partisipasi Siswa
a. Pengertian Partisipasi Siswa.
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan
bagian atau pengikutsertaan. Kata partisipasi mempunyai pengertian yang luas. Menurut
Suryosubroto (1997: 278-279) “partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang di
dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan
perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab terhadap tujuan
tersebut”.
Bloom (1964) dalam Suhaenah Suparno (2001:81) berpendapat bahwa ”Partipasi atau
keterlibatan siswa diartikan sebagai kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta
mempraktekkan sesuatu, baik secara terbuka maupun tertutup. Jumlah keterlibatan siswa yang
aktif dalam kegiatan belajar merupakan indeks yang baik dari kualitas pengajaran”. Sedangkan
partisipasi menurut Huneryager dan Heckmen (1992) dalam Rahmawaty (2006) adalah ”Sebagai
keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya
memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama
mereka”.
Keith Davis (1985) dalam Suryosubroto (1997: 279) menyatakan bahwa “Participation
is defined as a mental and emotional involed at a person in a group situation which encourager
then contribut to group goal and share responsibility in them”. Di sini partisipasi dimaksudkan
sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung
jawab di dalamnya. Dalam definisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan
emosional individu.
Winkel (2005: 276) menyatakan bahwa ”Partisipasi mencakup kerelaan untuk
memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, kesediaan ini dinyatakan
dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan”.
Pendapat tentang partisipasi juga disampaikan oleh Dimyati dan Mudjiono (1994: 26)
mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
Berdasarkan pendapat tersebut, partisipasi memiliki aspek-aspek yaitu kesediaan memperhatikan
dan berpartisipasi atau keterlibatan dalam suatu kegiatan. Kegiatan yang dimaksud disini adalah
kegiatan siswa selama proses pembelajaran.
Adapun konsep partisipasi menurut Ensiklopedi Pendidikan adalah suatu gejala
demokratis dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut
memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya.
Partisipasi itu menjadi lebih baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi serta pisik anggota dalam memberikan inisiatif
terhadap kegiatan-kegiatan yang dilancarkan, serta mendukung pencapaian tujuan dan
bertanggung jawab atas keterlibatannya. Dalam penelitian ini partisipasi yang dimaksud adalah
partisipasi siswa yaitu keikutsertaan atau keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan oleh sekolah, terutama dalam kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Hal
apapun yang dipelajari siswa dalam kegiatan belajar, siswa harus mempelajarinya sendiri. Tidak
ada seorangpun yang dapat menggantikannya.
Dewey (1859-1952) dalam Martinis Yamin (2007: 82) mengemukakan prinsip Learning
By Doing yaitu bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, siswa perlu terlibat dan partisipasi
secara spontan. Keinginan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatan
siswa sacara aktif dalam suatu proses pembelajaran. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang
membantu siswa dalam pembelajaran. Peran serta siswa dan guru dalam pembelajaran aktif akan
menciptakan suatu pengalaman yang bermakna.
Dimyati dan Mudjiono (1994: 43) menjelaskan bahwa keterlibatan siswa di dalam
belajar tidak hanya diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu, terutama adalah
keterlibatan emosional, keterlibatan dalam kegiatan kognitif, dalam pencapaian dan perolehan
pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai, dalam pembentukan sikap dan
nilai, serta pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, keterlibatan siswa dalam pembelajaran mencakup
dua hal pokok yaitu keterlibatan fisik dan psikis siswa. Keterlibatan secara fisik dapat dilihat dari
kegiatan siswa seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan dan sebagainya.
Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil kegiatan belajar dan kegiatan psikis yang lain.
Lebih jauh Dimyati dan Mudjiono (1994: 42-43) juga mengemukakan bahwa belajar
yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui
pengalaman langsung, siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
Dalam kegiatan belajar dan pembelajaran diharapkan adanya keterlibatan langsung dari
setiap siswa. Adanya keterlibatan siswa secara langsung ini secara logis akan menyebabkan
siswa memperoleh pengalaman atau berpengalaman.
b. Manfaat Partisipasi
Suryosubroto (1997: 282) mengemukakan manfaat prinsipil dari partisipasi yaitu: 1)
Memperoleh keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan pikiran, 2) Pengembangan
potensi diri dan kreativitas, 3) Adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang
diberikan dan perasaan yang diperlukan, 4) Melatih bertanggung jawab serta mendorong untuk
membangun kepentingan bersama.
Lebih jauh Heidjrachman Ranupandojo (1986) dalam Suryosubroto (1997: 282)
mengemukakan bahwa dengan dijalankannya partisipasi akan bisa diperoleh beberapa manfaat
seperti bisa dibuatnya keputusan yang lebih baik (karena banyaknya sumbangan pikiran), adanya
penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan.
Partisipasi dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan potensi diri dan
kreativitas siswa, serta dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses dan hasil
belajar yang dijalaninya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya partisipasi
siswa dalam pembelajaran akan memberikan peranan yang penting bagi keberhasilan tujuan dari
proses pembelajaran yang terkait.
c. Pola Partisipasi Siswa
Martinis Yamin (2007: 78-79) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan istilah
yang menggambarkan peran yang lebih banyak terletak pada siswa, guru sebagai pembimbing
dalam terjadinya pengalaman belajar dan tercapainya suatu indikator yang dikehendaki. Maka
siswa sebagai aktor / subyek yang banyak berperan dalam mengembangkan cara-cara belajar
mandiri, tidak hanya sebagai siswa pasif akan tetapi sebagai siswa yang juga berperan membuat
perencanaan, pelaksanaan, dan tercapainya suatu hasil (output) yang bertitik tolak pada
kreativitas dan partisipasinya dalam kegiatan pembelajaran. Skema hubungan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Berdasarkan skema hubungan partisipasi antara guru dan siswa di atas, dapat
disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran seorang guru diharapkan mampu menciptakan
suatu kondisi belajar yang dapat merangsang peran aktif dan partisipasi siswa. Proses
pembelajaran yang berlangsung harus berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut terlibat secara
penuh di dalam kegiatan belajar yang dilakukan.
Guru
Siswa
Merangsang peran aktif
dan partisipasi
Gambar 1. Skema Hubungan Partisipasi antara Guru dan Siswa. (Martinis Yamin, 2007 :79)
Pola aktivitas dan partisipasi siswa ini dijelaskan lebih lanjut oleh Martinis Yamin
(2007: 79) yaitu “Peran aktif dan partisipasi siwa dalam proses pembelajaran adalah untuk
tercapainya suatu indikator dari kompetensi dasar yang telah dikembangkan dari materi pokok”,
digambarkan sebagai berikut :
Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru diharapkan mampu menemukan
kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar) yang dikembangkan dari materi pokok
pembelajaran. Selanjutnya dari kompetensi dasar yang diperoleh, akan dapat dijabarkan beberapa
indikator yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas
dan partisipasi tersebut merupakan penekanan pembelajaran kompetensi, dimana proses yang
dilakukan menekankan tercapainya suatu tujuan (indikator) yang dikehendaki.
d. Syarat Terjadinya Partisipasi Siswa
Martinis Yamin (2007: 80-81) menjelaskan bahwa peran aktif dan partisipasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan apabila tercipta suatu kondisi sebagai berikut:
1) Pembelajaran lebih berpusat pada siswa, 2) Guru sebagai pembimbing agar terjadi
pengalaman belajar, 3) Tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa
(kompetensi dasar), 4) Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa,
meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencipta siswa yang kreatif serta mampu
Indikator Kompetensi Dasar Materi Pokok
Peran Aktif dan Partisipasi Siswa
Gambar 2. Pola Aktivitas dan Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran. (Martinis Yamin, 2007 :79)
menguasai konsep-konsep, 5) Melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Sedangkan menurut Gagne dan Briggs (1979) dalam Martinis Yamin (2007: 83-84)
untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui
9 aspek berikut:
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, 2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa, 3) Mengingatkan kompetensi prasyarat, 4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan dipelajari, 5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya, 6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, 7) Memberikan umpan balik (feed back), 8) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur, 9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran.
Partisipasi siswa dapat terjadi apabila dalam proses pembelajaran tercipta suatu kondisi
yang dapat merangsang tumbuhnya peran serta dan partisipasi siswa. Seorang guru diharapkan
memiliki keterampilan dalam merangsang tumbuhnya partisipasi siswa. Dengan demikian peran
serta dan keterlibatan siswa dalm proses pembelajaran akan meningkat, yang pada akhirnya
kegiatan pembelajaran akan lebih berpusat pada siswa.
e. Jenis-Jenis Partisipasi Siswa
Ada beragam aktivitas dan partisipasi dalam proses pembelajaran yang dapat dilakukan,
di antaranya menurut Paul D. Dierich dalam Martinis Yamin (2007: 84-86) adalah :
1) Kegiatan-kegiatan visual Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral) Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan instrupsi.
3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4) Kegiatan-kegiatan menulis Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket.
5) Kegiatan-kegiatan menggambar Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6) Kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun. 7) Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8) Kegiatan-kegiatan emosional Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Berdasarkan pendapat di atas, partisipasi siswa dalam pembelajaran mempunyai jenis-
jenis kegiatan yang beragam. Partisipasi atau keterlibatan siswa dalam pembelajaran tersebut
tidak hanya dalam hal keterlibatan fisik semata, tetapi juga mencakup keterlibatan mental dan
emosional siswa dalam pembelajaran.
f. Tingkatan Partisipasi
Menurut Parietra Westra (1985) dalam Suryosubroto (1997: 283), tingkatan partisipasi
dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:1) Tingkatan pengertian timbal balik artinya mengarahkan
anggota agar mengerti akan fungsi dan sikap masing-masing, 2) Tingkatan pemberian nasihat
artinya setiap individu saling membantu untuk mengambil keputusan terhadap persoalan yang
dihadapi dengan bertukar ide, 3) Tingkatan kewenangan artinya menempatkan posisi anggota
pada keadaan mereka, sehingga dapat mengambil keputusan pada persoalan yang mereka hadapi.
Pendapat lain dikemukakan oleh Jumrowi (1985) dalam Suryosubroto (1997: 283) yang
menyatakan bahwa tingkatan partisipasi dibedakan menjadi tiga macam yaitu : ”1) Partisipasi
dalam proses perencanaan dan kaitannya dengan progam lain, 2) Partisipasi dalam proses
pengambilan keputusan, 3) Partisipasi dalam pelaksanaan”.
Dengan menyimak beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
mengukur partisipasi siswa dapat dilihat dari seberapa jauh keterlibatannya dalam proses
pembelajaran yang sedang berlangsung. Secara garis besar, tingkatan partisipasi mulai dari
tingkat rendah yaitu berbagi informasi, konsultasi, lalu ke tingkat yang lebih tinggi yaitu
kolaborasi dan pemberdayaan atau keikutsertaan.
2. Pembelajaran Biologi
Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau “pengajaran” yang berarti cara
(perbuatan) mengajar atau diajarkan. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dalam
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran
merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja oleh guru agar siswa belajar yaitu
dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar. Di
dalam pembelajaran terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar. Perubahan yang
terjadi adalah kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan diperoleh
karena adanya usaha (Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan, 2000: 30-33).
Pembelajaran berarti selalu memberikan stimulus kepada siswa agar menimbulkan
respon yang tepat yang kita inginkan, hubungan stimulus S dan respon R bila diulangi akan
menjadi kebiasaan (behavioristik). Pengaktifan indera siswa diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman terhadap sesuatu. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara menggunakan alat bantu
belajar/media, misalnya media cetak, media elektronika, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan
(kognitif). Guru sebagai pembimbing, memberi pengarahan agar siswa dapat mengaktulisasikan
dirinya sesuai dengan potensi-potensi yang ada. Bimbingan dan pengarahan guru diperlakukan
sekali oleh siswa agar siswa tidak merasa terancam oleh perubahan persepsi dari luar datangnya,
dengan demikian siswa memperoleh pengalaman dengan berbagai cara sehingga proses belajar
terjadi (humanistik). Jadi pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk selalu memberikan
stimulus dan mengaktifkan indera siswa agar terjadi perubahan pada diri siswa (Gino dkk, 2000:
33-35).
Ciri-ciri pembelajaran tersebut terletak pada unsur-unsur dinamis dalam proses belajar
yaitu: 1) Motivasi belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak senang atau suka
itu. 2) Bahan belajar, bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. bahan atau materi belajar
perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan memperhatikan karakteristik siswa
agar dapat diminati siswa. 3) Alat bantu belajar, alat bantu belajar atau media belajar merupakan
alat yang dapat membentuk siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar misalnya media cetak,
media elektronika dan lain-lain. 4) Suasana belajar, suasana belajar yang dapat menimbulkan
aktivitas atau kegiatan dalam belajar siswa adalah adanya komunikasi dua arah, kegairahan dan
kegembiraan belajar. 5) Kondisi siswa yang belajar.
Ciri-ciri pembelajaran sebenarnya adalah upaya guru mengatur unsur-unsur dalam
pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi
proses belajar dan tujuan belajar dapat tercapai. Pembelajaran dapat terjadi apabila unsur-unsur
dinamis dapat terpenuhi. Adanya motivasi belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana
belajar, dan kondisi siswa belajar sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Untuk itu,
kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peran dan partisipasi siswa, bukan pera guru yang
dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator (memberi kemudahan pada siswa untuk
belajar), motivator dan sebagai pembimbing (memberi bimbingan kepada siswa yang
memerlukan) (Gino dkk, 2000: 36-39).
Pembelajaran biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai serta tanggung jawab sebagai seorang warga negara yang
bertanggung jawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa, negara yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami
tentang alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.
Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung.
Karena itu, siswa memerlukan bantuan untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses
agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi
keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan
bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan
pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan secara
beragam, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan
atau memecahkan masalah sehari-hari. Pada dasarnya pembelajaran biologi berupaya untuk
membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan
yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam (Edi, 2009).
3. Kecerdasan Interpersonal (Antar Pribadi)
a. Pengertian Kecerdasan Interpersonal
Nuritaputantri (2007) mendefinisikan bahwa “Kecerdasan adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang
budaya atau lebih. Dengan kata lain kecerdasan dapat bervariasi menurut konteksnya”. Setiap
anak bisa memiliki satu atau beberapa kecerdasan yang menonjol dan beberapa kecerdasan lain
yang normal atau bahkan rendah. Dengan beragamnya kecerdasan manusia, menjadikan peran
guru amat penting untuk memberikan arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi para
siswanya. Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses gagalnya
peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di
bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf
kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.
Pengertian tentang kecerdasan juga diungkapkan oleh David Wechsler (1958) dalam
Safaria (2005: 20), yaitu “kecerdasan adalah kumpulan atau totalitas kemampuan individu untuk
bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya
dengan efektif”.
Gardner (1983) dalam Jasmine (2007: 14) mengidentifikasi tujuh kecerdasan pada
manusia yaitu:
1) Kecerdasan linguistik (berkaitan dengan bahasa), 2) Kecerdasan logis-matematis (berkaitan dengan nalar-logika dan matematika), 3) Kecerdasan spasial (berkaitan dengan ruang dan gambar), 4) Kecerdasan musikal (berkaitan dengan musik, irama dan bunyi/suara), 5) Kecerdasan badani-kinestetik (berkaitan dengan badan dan gerak tubuh), 6) Kecerdasan interpersonal (berkaitan dengan hubungan antarpribadi, social), 7) Kecerdasan intrapersonal (berkaitan dengan hal-hal yang sangat pribadi).
Lwin, M., Khoo, A., Lyen, K., & Sim, C (2008: 197), menjelaskan pengertian
kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang yang berada
di lingkungan sekitar. Seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal mempunyai
kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud
dan keinginan orang lain serta bersedia untuk menaggapi secara layak. Kecerdasan interpersonal
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengerti dan menghadapi perasaan orang
lain.
Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami dan bekerjasama
dengan orang lain. Kecerdasan interpersonat menuntut kemampuan untuk tanggap terhadap
suasana hati, perangai, niat dan hasrat dari orang lain. Seseorang yang mempunyai kecerdasan
interpersonal mempunyai rasa belas kasihan dan tanggung jawab sosial yang besar, mampu
memahami orang lain dan melihat dunia dari sudut pandang orang yang bersangkutan
(Armstrong, 2002: 4).
”Kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi
dengan orang lain”. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat
memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya,
kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan interpersonal memiliki
kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi oleh
orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus,
empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini
juga berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan
perselihanan dengan orang lain (Anwarholil, 2008).
Riyadi (2007) juga mendefinisikan pengertian kecerdasan interpersonal. ”Kecerdasan
interpersonal ialah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan
orang lain”. Seseorang yang menpunyai kecerdasan interpersonal akan peka pada ekpresi wajah,
suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam
berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti
dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin
kelompok.
Pendapat lain juga menyebutkan bahwa ”Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan
untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain”. Kemampuan ini melibatkan penggunaan
berbagai keterampilan verbal dan nonverbal, kemampuan kerjasama, menejemen konflik, srategi
membangun konsensus, kemampuan untuk percaya, menghormati, memimpin dan memotivasi
orang lain untu mencapai tujuan umum (Jaisy, 2007).
Kecerdasan interpersonal disebut juga people smart. Kecerdasan interpersonal
melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Selain itu, seseorang
yang cerdas secara interpersonal mempunyai kemampuan dalam hal berteman dan memahami
orang lain (mampu menilai orang lain dalam waktu singkat). Kecerdasan interpersonal penting
bagi setiap orang karena dalam kehidupan pasti melibatkan interaksi dengan orang lain. Manusia
tidak dapat hidup sendiri di dunia. Kecerdasan interpersonal sebenarnya lebih penting bagi
keberhasilan hidup daripada kemampuan membaca buku atau memecahkan problem matematika
(Sri Joko Yunanto, 2004: 52).
b. Ciri-ciri Kecerdasan Interpersonal
Seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal tampak gembira dalam berteman
dan berbagai macam aktivitas sosial, tidak menyukai dalam kesendirian dan menyendiri. Orang
yang mempunyai jenis ini menyukai dan menikmati bekerja secara kelompok (bekerja
kelompok), belajar berinteraksi dan bekerja sama serta mampu bertindak sebagai penengah
dalam sebuah perselisihan (Jasmine, 2007: 26).
Anwarholil (2008) menyatakan bahwa kecerdasan interpersonal sangat penting, karena
pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri (no man is an Island). Ciri-ciri orang yang
memiliki kecerdasan interpersonal antara lain 1) Mudah menyesuaikan diri, 2) Menjadi orang
dewasa yang sadar secara sosial, 3) Berhasil dalam pekerjaan.
Ciri-ciri seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal adalah sebagai berikut :
1) Suka bersosialisasi dengan teman seusianya, 2) Berbakat menjadi pemimpin, 3) Mudah bergaul, 4) Senang mengajari anak-anak lain secara informal, 5) Suka bermain dengan teman seusianya, 6) Mempunyai dua atau lebih teman dekat, 7) Memiliki empati yang baik atau memberi perhatian lebih kepada orang lain, 8) Banyak disukai teman, 9) Berusaha untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan yang terjadi pada orang lain (Meta, 2009).
Kecerdasan interpersonal memiliki ciri antara lain: 1) Mempunyai banyak teman, 2)
Suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya, 3) Banyak terlibat dalam
kegiatan kelompok di luar jam sekolah, 4) Berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik
antartemannya, 5) Berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain, 6) Sangat
menghargai orang lain, 7) Menikmati pekerjaan mengajari orang lain, 8) Berbakat menjadi
pemimpin, 9) Berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial (Henry, 2006).
c. Indikator Kecerdasan Interpersonal
Lwin et al (2008: 205) menjelaskan indikator kecedasan interpersonal pada seseorang.
Beberapa indikator seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal yang tinggi antara lain:
1) Berteman dan berkenalan dengan mudah, 2) Suka berada di sekitar orang lain, 3) Ingin tahu
mengenai orang lain dan ramah terhadap orang asing, 4) Mengalah kepada orang lain, 5)
Mengetahui bagaimana menunggu giliran. Sedangkan indikator kecerdasan interpersonal rendah
pada seseorang adalah: 1) Tidak suka bergaul atau bermain dengan teman, 2) Lebih suka
menyendiri, 3) Menarik diri dari orang lain, 4) Tidak suka bergiliran, 5) Tidak suka berbagi dan
sangat posesif pada barang pibadi.
Sukur (2007) menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal tidak ada hubungannya
dengan IQ. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan dalam memahami perasaan, minat,
keinginan dan maksud seseorang. Kelancaran dalam berkomunikasi dan bergaul dengan
lingkungan cukup dipengaruhi oleh kecerdasan interpersonal ini. Setiap orang mempunyai cara
yang berbeda-beda dalam menyampaikan gagasan atau permasalahannya. Seseorang yang punya
kecerdasan interpersonal tinggi senantiasa berpikir dua kali sebelum mengeluarkan kata-kata
yang ingin diucapkannya. Dia pun tak serta merta menanggapi perkataan orang lain secara
langsung tanpa dicerna, walaupun perkataan itu menurut orang lain cukup menyakitkan. Dan
rata-rata orang seperti ini akan terampil membina hubungan dengan orang lain, pandai
mempengaruhi dan tutur katanya lembut baik dalam lisan ataupun tulisan.
Pendapat lain menyatakan bahwa karakteristik anak yang memiliki kecerdasan
interpersonal tinggi adalah: 1) Mampu menciptakan relasi sosial baru secara efektif, 2) Mampu
berempati dengan orang lain, 3) Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif, 4)
Mampu menyadari komunikasi verbal dan non verbal yang dimunculkan orang lain, 5) Mampu
memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosial, 6) Memiliki keterampilan berkomunikasi
secara efektif (Safaria, 2005: 25-26).
4. Metode Group Investigation (GI)
a. Pengertian Group Investigation (GI)
Group Investigation dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan. Metode GI
merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa bekerja dalam
kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan
proyek kooperatif. Pada metode ini para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri
yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik
dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas
pribadi, dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok.
Setiap kelompok lalu mempresentasikan atau menampilkan hasil penemuan mereka di hadapan
seluruh kelas (Slavin, 2008: 24-25).
Group Investigation memiliki akar filosofis, etis, psikologi penulisan sejak awal tahun
abad ini. Yang paling terkenal di antara tokoh-tokoh terkemuka dari orientasi pendidikan ini
adalah John Dewey. Pandangan Dewey terhadap kooperasi di dalam kelas sebagai sebuah
prasyarat untuk bisa menghadapi berbagai masalah kehidupan yang kompleks dalam masyarakat
demokrasi. Kelas adalah sebuah tempat kreatifitas kooperatif di mana guru dan murid
membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai
pengalaman, kapasitas dan kebutuhan masing-masing. Pihak yang belajar adalah partisipan aktif
dalam segala aspek kehidupan sekolah, membuat keputusan yang menentukan tujuan terhadap
apa yang mereka kerjakan. Kelompok dijadikan sebagai sarana sosial dalam proses ini. Rencana
kelompok adalah suatu metode untuk mendorong keterlibatan maksimal para siswa (Slavin,
2008: 214-215).
Group Investigation adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat
membangun kerja sama antara guru dan siswa dalam pembelajaran. Prosedur dalam perencanaan
bersama didasarkan pada pengalaman masing-masing siswa, sesuai dengan kapasitas dan
kebutuhan. Siswa aktif berpartisipasi dalam semua aspek, membuat keputusan untuk menetapkan
arah tujuan yang mereka kerjakan. Kelompok berfungsi sebagai wahana dalam berinteraksi
sosial. Perencanaan kelompok dapat menjamin keterlibatan semua siswa secara maksimal dalam
penggunaan metode ini.
Metode GI adalah perpaduan antara bidang sosial dan kemahiran berkomunikasi dengan
intelektual pembelajaran dalam menganalisis dan mensintesis. GI tidak dapat diimplementasikan
dalam lingkungan pendidikan yang tidak ada dukungan dialog dari setiap anggota atau
mengabaikan dimensi afektif- sosial dalam pembelajaran kelas (Arends, 1997: 120-121).
b. Karekteristik Group Investigation (GI)
Metode GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam seleksi topik maupun cara
mempelajarinya melalui proses investigasi yang mendalam. Metode ini menuntut siswa untuk
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik maupun dalam ketrampilan proses kelompok
(group process skill). Penggunaan metode GI umumnya kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok dengan anggota 5 sampai 6 orang anggota atau siswa dengan karakteristik yang
heterogen. Pembagian kelompok dapat juga dilakukan berdasarkan atas kesenangan berteman
atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin
dipelajari, mengikuti investigasi yang mendalam terhadap berbagai sub topik yang dipilih,
kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan (Arends,
1997: 121).
Slavin (2008: 215) menyatakan bahwa Group Investigation tidak akan dapat
diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal,
atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas.
Komunikasi dan interaksi kooperatif di antara sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik
apabila dilakukan dalam kelompok kecil, dimana pertukaran di antara teman sekelas dan sikap-
sikap kooperatif bisa terus bertahan. Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran intelektualnya,
dan maksud dari subjek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber
penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar.
Kesuksesan implementasi dari Group Investigation sebelumnya menuntut pelatihan
dalam kemampuan komunikasi dan sosial. Guru dan siswa melaksanakan sejumlah kegiatan
akademik dan non akademik yang dapat membangun norma-norma perilaku kooperatif yang
sesuai di dalam kelas. Secara umum adalah guru merancang sebuah topik yang cakupannya luas,
selanjutnya siswa membagi topik tersebut kedalam subtopik. Subtopik ini merupakan sebuah
hasil perkembangan dari ketertarikan dan latar belakang siswa, yang sama halnya dengan
pertukaran gagasan diantara para siswa. Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari
informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber-sumber seperti
Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai arsip yang digunakan dalam proses
pembelajaran, misalnya dalam penelitian ini adalah hasil diskusi kelompok pada setiap siklus,
buku ajar yang digunakan, rencana pembelajaran silabus penelitian serta presensi siswa.
5. Tes
Tes formatif yang diberikan digunakan sebagai data pendamping.
E. Validitas Data
Untuk menjaga kevalidan dalam penelitian digunakan teknik triangulasi data. Menurut
H. B. Sutopo (2000: 80), teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu. Triangulasi tersebut dilakukan dengan cara
mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan
data yang berbeda dan diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji
kebenaran informasinya. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian adalah triangulasi metode.
Dalam penelitian ini, digunakan metode pengumpulan data yang berupa wawancara, observasi
selama KBM berlangsung dan angket. Skema triangulasi dalam penelitian ini sebagai berikut:
F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya pengumpulan
data (analisis proses dan produk). Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan
dianalisis secara kualitatif. Teknik analisis kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan
Huberman (1992: 16-19) yang dilakukan dalam tiga komponen berurutan yaitu :
1. Reduksi data yaitu meliputi penyeleksian data melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan
atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas.
2. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan
penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data dimulai dari perencanaan,
pelaksaaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya pencarian makna data, mencatat
keteraturan dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan secara sistematis dan
bermakna.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini mengikuti model
yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart dalam Zainal Aqib (2006: 22-23) yang
berupa model spiral yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Kemudian
setelah adanya refleksi maka akan diikuti dengan perencanaan kembali yang merupakan dasar
pemecahan masalah berikutnya.
Secara operasional, langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut :
Angket
Observasi
Wawancara
Data Siswa
Gambar 4. Skema Triangulasi Metode pada Penelitian (H.B. Sutopo, 2002: 81)
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam
tindakan dengan penerapan metode Group Investigation (GI).
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Penentuan materi pembelajaran yakni pada pokok bahasan Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan, sekaligus menyusun perangkat mengajar berupa silabus pembelajaran biologi
untuk kelas VII C semester genap. Silabus sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan), dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk Standar
Kompetensi 4 (SK 4) dengan 1 Kompetensi Dasar.
2) Menyusun instrumen penelitian berupa:
a) Penyusunan angket partisipasi siswa
b) Penyusunan angket kepuasan terhadap rangsangan kecerdasan interpersonal melalui
penerapan metode GI
c) Penyusunan format lembar observasi partisipasi siswa, kecerdasan interpersonal
d) Penyusunan format lembar observasi performance guru
e) Penyusunan pedoman wawancara untuk wawancara metode GI, partisipasi siswa
2. Tahap Pelaksanaan/tindakan
Pada tahap ini dilakukan rangsangan kecerdasan interpersonal melalui penerapan
metode GI untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Pada siklus I
direncanakan terdiri dari 3 kali tatap muka. Pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (lampiran 1).
3. Tahap Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Guru
sebagai pelaksana tindakan pembelajaran. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan
serta pendokumentasian kegiatan selama pembelajaran. Sasaran utama observasi adalah
peningkatan partisipasi siswa setelah dilakukan perangsangan kecerdasan interpersonal siswa
melalui penerapan metode GI yang diamati pada lembar observasi. Selain itu, observasi juga
dilakukan pada keterlaksanaan pembelajaran melalui metode GI (lembar observasi performance
guru). Sebagai data pendukung adalah hasil tes kognitif siswa, angket partisipasi siswa, observasi
kecerdasan interpersonal siswa, angket kepuasan terhadap metode GI, serta kajian dokumen yang
ada.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap ini, diadakan analisis proses dan dampak terjadinya tindakan,
mengemukakan hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan I yang memerlukan perbaikan
pada siklus berikutnya.
Menurut Enco Mulyasa (2005: 102) suatu pembelajaran dinyatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya 75% siswa terlibat secara aktif baik fisik,
mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Untuk mengukur keberhasilan tindakan,
peneliti merumuskan target ketercapaian tiap indikator dalam bentuk persentase. Dengan melihat
dan mempertimbangkan hasil observasi awal dan capaian persentase awal dari angket penelitian
yang diberikan pada subyek penelitian, maka dalam penelitian yang dilakukan ini dapat
dikatakan berhasil atau tercapai tujuan yang diharapkan, apabila masing-masing indikator yang
diukur sudah mencapai target yang telah ditetapkan.
Apabila dalam setiap aspek yang diukur untuk tiap-tiap indikatornya sudah dapat
mencapai target yang ditentukan, maka penelitian dapat dikatakan berhasil dan tidak perlu
melanjutkan ke siklus berikutnya. Sebaliknya, jika masih ada beberapa indikator dari masing-
masing aspek yang diukur belum memenuhi target capaian maka dilakukan pembelajaran siklus
II untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Siklus III dilaksanakan apabila pembelajaran
pada siklus II belum berhasil. Tahapan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus berikutnya
adalah sama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Indikator keberhasilan
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Tabel 3. Daftar Persentase Target Capaian Tiap Indikator pada Masing-masing Aspek Partisipasi Siswa (Angket dan Lembar Observasi) No Indikator Target yang
harus dicapai (%)
Kategori
1. Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan
75 Baik
2. Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan
75 Baik
3. Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup
75 Baik
Secara rinci urutan masing-masing tahap dapat digambarkan dalam skema sebagai
berikut:
Perencanaan Penyusunan instrumen
pembelajaran: angket partisipasi
siswa,agket kepuasan metode GI
Pelaksanaan Penerapan GI dalam KBM IV dan V
Evaluasi II Evaluasi partisipasi siswa dan hasil pelaksanaan
metode GI siswa. Data:
oWawancara Revised
plan
Refleksi Menunggu hasil pelaksanaan
tindakan dari Siklus I.
Perencanaan Penyusunan instrumen pembelajaran: angket partisipasi siswa,agket kepuasan metode GI ,silabus, RPP, media pembelajaran untuk
siklus I, lembar observasi, pedoman
wawancara.
Pelaksanaan Penerapan metode GI dalam KBM I dan KBM
II. Evaluasi I
Evaluasi partisipasi siswa dan hasil pelaksanaan metode GI siswa.
Data: oWawancara oObservasi oAngket
Data pendamping: oHasil tes kognitif
Menunggu hasil pelaksanaan tindakan dari Siklus II.
Plan
Reflect
Act & Observe
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas VII C dalam 2 siklus dengan 6 kali
pertemuan (8 X 40 jam pelajaran). Setiap siklus terdiri dari beberapa langkah yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan
partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. Hasil observasi menunjukkan bahwa partisipasi
siswa dalam pembelajaran biologi di SMP Negeri 5 Surakarta masih rendah. Batas tuntas
pelajaran biologi di SMP Negeri 5 Surakarta adalah 66.
A. Data dan Deskripsi Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah di kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta. Data sekolah dan
data kelas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Data Sekolah
Nama Sekolah : SMP Negeri 5 Surakarta
Alamat Sekolah : Jl. Diponegono 45 Surakarta
Kec/ Kab/ Kota : Banjarsari/ Surakarta
Provinsi : Jawa Tengah
No. Telepon/ Fax : (0271)634930
Kepala Sekolah : Dra. Hj. Muryati
Status Sekolah : Negeri
Standar Sekolah : Akreditasi A
Tahun Didirikan : 1 Mei 1950
Kepemilikan Tanah : Hak Pakai
Status Tanah : Sertipikat
Status Bangunan Tanah : Pemerintah
Luas Tanah : 6. 751 m²
Luas Seluruh Bangunan : 2. 881 m2
Nomor Statistik Sekolah : 201036105005
SMP Negeri 5 Surakarta merupakan salah satu sekolah di kota Surakarta yang letaknya
berbatasan dengan jalan Ronggowarsito di sebelah utara. Sedangkan di sebelah barat berbatasan
dengan SMP N 3 Surakarta dan SMP N 10 Surakarta.
Peserta didik SMP N 5 Surakarta 3 tahun pelajaran terakhir berjumlah 1980 siswa yaitu
tahun pelajaran 2006/2007 berjumlah 647 siswa. Terdiri dari kelas VII sebanyak 207 siswa, kelas
VIII sebanyak 214 siswa dan kelas IX sebanyak 226 siswa. Tahun pelajaran 2007/2008
berjumlah 658 siswa yang terdiri dari 238 siswa kelas VII, 206 siswa kelas VIII dan 214 siswa
kelas IX. Tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 675 siswa yang terdiri dari 243 siswa kelas VII,
235 siswa kelas VIII dan 193 siswa kelas IX. Jumlah seluruh pengajar di SMP 5 adalah 54 guru
yang terdiri dari 51 guru tetap/PNS dan 3 guru bantu/GTT. SMP Negeri 5 Surakarta mempunyai
beberapa lapangan, yaitu lapangan basket berukuran 30,9x16 m, lapangan voli berukuran
19,3x9,3 m, dan lapangan upacara 30x35 m. Ruang kelasnya sebanyak 17 ruang, yaitu kelas VII
sebanya 6 ruang, kelas VIII sebanyak 6 ruang dan kelas IX sebanyak 5 ruang.
(Sumber: Profil Sekolah, 2008-2009)
2. Data Siswa
Penelitian dilakukan di kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009.
Kelas VII C dipilih sebagai subyek penelitian karena terdapat beberapa permasalahan yang
diharapkan dapat diatasi dengan gagasan-gagasan yang dirancang. Permasalahan tersebut adalah
siswa kelas VII C cenderung ramai, sebagian besar siswa (60%) siswa belum berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran. Sebanyak 7 siswa (17,07%) siswa masih di bawah nilai KKM yang
ditetapkan yaitu 66. Ruang kelas VII C SMP Negeri 5 Surakara terletak di lantai 2, berukuran
7x9 m2, lantainya masih tegel dengan dinding yang bercat putih. Ruang kelas tersebut terdapat 1
buah pintu, 8 ventilasi, 6 kaca di sisi kanan.
Kelas VII C menghadap ke arah barat. Pada deretan meja paling barat terdapat satu
meja guru dan sebuah kursi guru. Pada meja guru selalu dilapisi taplak meja dan vas bunga
lengkap. Di ruang kelas terdapat satu whiteboard dan satu OHP. Tepat di samping whiteboard
papan tulis hitam untuk mengisi data siswa. Jumlah siswa sebayak 41 siswa yang terbagi atas 23
siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Masing-masing siswa disediakan satu meja dan satu
kursi. Sehingga jumlah meja dan kursi masing-masing sebanyak 41 buah.
Luas kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta seimbang dengan jumlah siswa. Agar
pembelajaran dapat berjalan lancar posisi tempat duduk diatur sebaik mungkin sehingga dalam
satu deret bangku kebelakang terdapat siswa laki-laki dan siswa perempuan. Hal ini juga
bertujuan untuk mengurangi keramaian pada saat pembelajaran berlangsung, karena biasanya
bila dalam satu baris hanya terdapat siswa laki-laki saja atau sebaliknya hanya perempuan saja
akan menimbulkan suasana yang tidak diinginkan, misalnya ramai. Selain itu, ada beberapa
pasang meja yang terdiri dari siswa perempuan dan laki-laki. Posisi tempat duduk terjadi
pergeseran tiap hari sehingga siswa mendapat suasa yang berbeda dan dapat merasakan duduk di
semua kursi dalam ruang kelas.
B. Kondisi Awal Pembelajaran di Kelas VII C
Kegiatan observasi dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh guru dalam
menyampaikan materi biologi di kelas VII C Negeri SMP Negeri 5 Surakarta. Hasil observasi
menunjukkan bahwa siswa belum berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (60%) dan
beberapa siswa (17,07%) belum memenuhi batas tuntas yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil observasi di kelas VII C sebanyak 41 siswa, diketahui bahwa
partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi khususnya dalam proses diskusi belum optimal.
Proses diskusi yang dimaksud adalah diskusi kelompok yang kemudian diikuti dengan presentasi
kelompok. Siswa cenderung tidak memberikan perhatiannya ketika diskusi berlangsung maupun
pada saat presentasi, hanya beberapa siswa yang aktif bertanya, berani menjawab pertanyaan dari
guru, menyampaikan pendapat dalam diskusi dan memberikan masukan pada kelompok lain
yang presentasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang aktif bertanya pada saat
pembelajaran berlangsung sebanyak 15 siswa (36,59%). Siswa yang berani menjawab
pertanyaan dari guru sebanyak 18 siswa (43,90%). Siswa yang memberikan pendapatnya pada
saat diskusi kelompok sebanyak 18 siswa (43,90%). Siswa yang memberikan masukan kepada
kelompok lain yang presentasi sebanyak 10 siswa (24,39%). Siswa yang memberikan perhatian
ketika diskusi kelompok dan presentasi sebanyak 12 siswa (29,27%).
Siswa yang berpartisipasi aktif di kelas VII C masih di bawah 75%. Berdasarkan angket
yang diberikan dapat diketahui bahwa siswa yang belum aktif bertanya pada saat pembelajaran
berlangsung sebanyak 26 siswa (56,10%). Siswa yang tidak mengajukan pertanyaan karena malu
sebesar 21,95%, siswa yang takut salah dan malas bertanya masing-masing 14,63%. Hanya
43,90% siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru. Sebagian besar siswa (36,59%) siswa
tidak berani menjawab pertanyaan dari guru karena takut salah. Sebesar 31,71% siswa tidak
memperikan pendapatnya dalam diskusi kelompok serta tidak mau memberi masukan pada
kelompok lain yang presentasi karena malu. Selain itu, hanya beberapa siswa (29,27%) yang
memberikan perhatian ketika kelompok lain presentasi. Pada saat presentasi berlangsung, siswa
di deretan belakang tidak memperhatikan, siswa sibuk berbicara dengan teman satu kelompok.
Hal tersebut terjadi karena menurut sebagian siswa (34,15%) presentasi yang belangsung
membosankan. Pada saat investigasi kelompok guru hanya berkeliling di deretan kelompok
paling depan.
Pada saat diskusi kelompok, sebagian besar siswa (63,41%) tidak setuju apabila
pembagian kelompok ditentukan oleh guru. Siswa lebih senang memilih anggota kelompoknya
sendiri karena sudah mempunyai kelompok bermain di sekolah yaitu sebesar 56,10%. Selain itu,
sebanyak 21 siswa (51,22%) belum bisa menghargai pendapat teman lain dalam satu kelompok
karena tidak sesuai dengan pendapatnya. Hasil observasi lain menunjukkan bahwa siswa yang
memberi kesempatan kepada teman satu kelompok untuk mengeluarkan pendapat sebanyak 26
siswa (63,41%). Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi dengan baik sebanyak 23
siswa (56,10%).
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, angket, dan keterangan dari guru
menunjukkan bahwa partisipasi dan kecerdasan interpersonal siswa dalam proses pembelajaran
di kelas VII C masih kurang. Untuk meningkatkan partisipasi siswa diperlukan suatu metode
pembelajaran yang sesuai agar siswa dapat ikut berperan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa
tidak hanya pasif dan mendengarkan penjelasan dari guru. Partisipasi siswa mencakup pada
keterlibatan, dorongan memberikan sumbangan, tanggung jawab. Apabila seluruh siswa
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran maka akan diperoleh suatu pembelajaran yang
berhasil dan berkualitas. Beranjak dari penjelasan diatas dapat dilihat hasil belajar siswa untuk
kemampuan awal sebelum tindakan berdasarkan nilai MID semester. Nilai kognitif siswa pada
pra siklus dapat di lihat pada lampiran 2.
Tabel 4. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus
No Uraian Pencapaian Hasil Persentase 1. 2.
Tuntas Tidak Tuntas
82,93% 17,07%
Nilai rata-rata kelas sebesar 78,61 dengan ketuntasan klasikal sebesar 82,93%. Tabel 4
menunjukkan bahwa masih ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 66. Sebanyak 7 siswa
(17,07%) belum mencapai ketuntasan minimal dengan nilai di bawah 66 dan 34 siswa (82,93%)
mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 66.
Sesuai dengan informasi yang diberikan guru mata pelajaran dan observasi
menunjukkan bahwa siswa belum berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran khususnya
diskusi presentasi. Penerapan pembelajaran GI diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa
kelas VII C dalam pembelajaran biologi. Angket digunakan untuk mengetahui bagaimana
pembelajaran yang berlangsung di kelas VII C. Angket diberikan kepada siswa berfungsi untuk
menggali informasi mengenai proses belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta sebelum
diterapkan metode GI. Angket yang digunakan adalah angket partisipasi siswa. Hasil angket
partisipasi untuk setiap item dapat di lihat pada lampiran 2. Sedangkan hasil angket partisipasi
setiap indikator adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Partisipasi Siswa Pra Siklus
No Indikator Capaian (%) 1.
2.
3.
Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup
73,90
74,51
73,90
Jumlah 222,31 Rata-Rata 74,10
Berdasarkan Tabel 5 diatas, dapat dilihat bahwa persentase partisipasi siswa
berdasarkan angket pada pra siklus masih di bawah 75 %, besarnya persentase indikator 1
“keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan ” adalah 73,90%, indikator 2
“bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan
perintah yang diberikan” sebesar 74,51% dan indikator 3 ”berani menghadapi konsekuensi dari
pilihan hidup” sebesar 73,90% dengan rata-rata kelas sebesar 74,10%.
Hasil observasi partisipasi siswa setiap indikator pada pra siklus adalah:
Tabel 6. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa Pra Siklus No Indikator Capaian (%) 1.
2.
3.
Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup
40,25
34,15
48,78
Jumlah 123,17 Rata-Rata 41,06
Hasil observasi performance guru ditulis pada lembar observasi. Berdasarkan observasi
yang dilakukan pada pra siklus diketahui bahwa guru belum menyampaikan apersepsi, guru
belum dapat memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar, belum
memberikan kesimpulan pada akhir pelajaran, guru belum memberi bantuan kepada siswa yang
membutuhkan karena guru belum menyadari kesulitan yang dihadapi oleh siswa, selain itu guru
belum dapat menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan pada saat pembelajaran. Hasil
observasi Performance guru dapat dilihat pada lampiran 2. Persentase hasil observasi
Performance guru tiap indikator pada pra siklus dapat disajikan pada tabel berikut:
Tabel 7. Persentase Capaian Setiap Indikator Obsevasi Performance Guru Pra Siklus
No. Indikator Pra Siklus(%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan bertanya Keterampilan menggunakan variasi Keterampilan menjelaskan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Keterampilan mengelola kelas Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Keterampilan memberi penguatan
25 50 50 100 0 25 100
33,33
Jumlah 383,33 Rata-rata 47,92
C. Deskripsi Hasil Siklus I
1. Perencanaan Tindakan pada Siklus I
Tahap perencanaan yang dilakukan peneliti adalah menyusun beberapa instrumen
penelitian yang akan digunakan dalam tindakan dengan metode Group Investigation. Instrumen
penelitian terdiri dari silabus mata pelajaran biologi sesuai kurikulum sekolah yaitu KTSP,
kecerdasan interpersonal siswa, lembar observasi performance guru serta angket kepuasan siswa
terhadap penggunaan metode GI.
1) Hasil Tes Kognitif Siswa
Tes kognitif pada akhir pembelajaran siklus I diujikan kepada siswa untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi Kerusakan Hutan. Tes kognitif diberikan dalam bentuk tes
pilihan ganda dengan jumlah soal 15 butir. Setiap pertanyaan disesuaikan dengan materi yang
telah dipelajari sebelumnya, sehingga nantinya diharapkan siswa tidak kesulitan untuk
mengerjakannya. Hasil kognitif seluruh siswa pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 2. Secara
klasikal hasil yang didapatkan dapat disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 8. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I No Uraian Pencapaian Hasil Persentase 1. 2.
Tuntas Tidak Tuntas
92,68% 7,32%
2) Hasil Angket Partisipasi Siswa
Angket partisipasi siswa pada siklus I digunakan untuk mengetahui informasi mengenai
partisipasi siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta setelah diterapkan metode pembelajaran
GI pada siklus I. Hasil angket partisipasi untuk setiap item dapat di lihat pada lampiran 2. Hasil
angket partisipasi siswa untuk setiap indikator adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Partisipasi Siswa Siklus I No Indikator Capaian (%) 1.
2.
3.
Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup
75,69
74,82
74,88
Jumlah 225,39 Rata-Rata 75,13
3) Hasil Observasi Partisipasi Siswa Siklus I
Data observasi partisipasi siswa pada pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 10. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa Siklus I
No Indikator Capaian (%) 1.
2.
3.
Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup
64,63
62,20
73,17
Jumlah 200,00 Rata-Rata 66,67
Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan bahwa siswa belum
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik.
Hal ini terlihat pada saat guru masuk kelas, masih banyak siswa yang belum kembali ke tempat
duduk masing-masing. Selain itu, pada saat siswa diminta membentuk kelompok siswa tidak
segera berpindah mencari anggota kelompoknya berdasarkan pilihan sub pokok bahasan yang
sama. Siswa masih telihat bingung harus melakukan apa dan beberapa siswa masih berbincang-
bincang dengan teman sebangku. Pada saat beranjak dari tempat duduk untuk membentuk
kelompok pun tidak dilakukan dengan cepat, hal ini membuat guru harus mengkomando siswa
dengan suara keras. Hal ini terjadi karena siswa tidak memikirkan bahwa waktu yang tersedia
terbatas sehingga mereka kurang memanfaatkan waktu dengan baik.
Pada saat melakukan investigasi kelompok, hanya sebagian siswa yang aktif berdiskusi
dalam kelompok (70,73%). Siswa yang aktif pada saat presentasi (53,66%).
4) Hasil Observasi Kecerdasan Interpersonal Siswa
Observasi kecerdasan interpersonal siswa pada siklus I dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi. Hubungan interpersonal siswa diharapkan meningkat dengan adanya
penerapan metode pembelajaran GI sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran akan
meningkat. Hasil observasi stimulasi kecerdasan interpersonal siswa tiap indikator pada siklus I
adalah sebagai berikut:
Tabel 11. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa Siklus I
No. Indikator Persentase (%)
1. 2.
3.
Mampu berempati dengan orang lain Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosial Memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif
58,54 70,73
56,10
Jumlah 185,37 Rata-rata 61,79
5) Hasil Observasi Performance Guru Observasi performance guru dituliskan pada lembar observasi. Persentase tiap indikator
observasi performance guru pada siklus I dapat disajikan pada tabel berikut:
Tabel 12. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Performance Guru Siklus I
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan bertanya Keterampilan menggunakan variasi Keterampilan menjelaskan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Keterampilan mengelola kelas Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Keterampilan memberi penguatan
50 100 100 100 50 50 100
33,33
Jumlah 583,33 Rata-rata 72,92
Guru membimbing jalannya kegiatan pembelajaran materi pertemuan ke-1, ke-2 dan ke-
3 dengan baik. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan salam dan
mengabsen siswa. Pada siklus I guru belum menyampaikan apersepsi kepada siswa. Guru masih
kurang dapat mengarahkan siswa untuk dapat memanfaatkan waktu dengan baik, pembagian
kelompok berdasarkan materi yang dipilih oleh siswa memakan waktu yang cukup lama
sehingga ketika jam pelajaran selesai proses pembelajaran belum diakhiri. Peran guru dalam
membangkitkan semangat belajar siswa sudah cukup baik meskipun hal ini belum dapat
ditanggapi siswa dengan baik. Selama kegiatan pembelajaran guru tidak sepenuhnya melepas
siswa untuk belajar sendiri, hal ini mengingat usia dan tingkatan pendidikan mereka. Guru
sebagai fasilitator, tetap memantau kegiatan pembelajaran selama di kelas dan mengarahkan
siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Pada saat presentasi berlangsung, guru berperan
sebagai penasehat dan membimbing jalannya presentasi. Hasil observasi performance guru dapat
dilihat pada lampiran 2.
6) Hasil Angket Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Metode Pembelajaran.
Angket kepuasan siswa terhadap penggunakan metode pembelajaran yang digunakan
dalam penelitian diberikan kepada siswa di akhir siklus I bersamaan dengan angket partisipasi
siswa, yaitu pada akhir pertemuan ke-3. Gambaran hasil skor setiap aspek angket kepuasan
penggunaan metode pembelajaran Group Investigation pada siklus I dapat ditunjukkan pada
Tabel berikut ini:
Tabel 13. Persentase Capaian Setiap Aspek Angket Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Metode GI Siklus I
siswa, tes kognitif siswa, lembar observasi performance guru serta angket kepuasan siswa
terhadap penggunaan metode pembelajaran GI.
Observasi dan evaluasi dilaksanakan terhadap proses dan hasil belajar siswa dengan
menggunakan instrumen penelitian untuk memperoleh data pada siklus II. Hasil observasi pada
pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sudah
meningkat dan mencapai target, siswa terlihat lebih antusias dalam proses pembelajaran dan
interaksi antar siswa dalam kelompok maupun interaksi siswa antar kelompok dalam kelas sudah
tampak. Pelaksanaan siklus II diakhiri dengan tes evaluasi dalam bentuk pilihan ganda sebanyak
20 soal. Dari hasil tes dapat diketahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal dan
sejauh mana penguasaan materi oleh siswa.
1) Hasil Tes Kognitif Siswa
Tes yang diberikan kepada siswa berupa tes kognitif tertulis yang bertujuan untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi Pencemaran Lingkungan. Hasil tes kognitif
seluruh siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 2. Selain itu, data hasil tes juga disajikan
dalam bentuk capaian ketuntasan klasikal.
Tabel 14. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
No Uraian Pencapaian Hasil Persentase 1. 2.
Tuntas Tidak Tuntas
97,56% 2,44%
Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan materi yang
sedang dipelajari. Bentuk pertanyaan berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal, sedikit berbeda
dengan jumlah soal pada siklus I. Dalam mengerjakan soal masih ada 12,20% siswa (± 5 siswa)
yang bingung dengan pertanyaan yang dimaksud dalam soal sehingga beberapa siswa tersebut
bartanya kepada guru mengenai maksud dari soal-soal yang dikerjakan. Dan sesekali terjadi
keributan karena ada siswa yang bertanya jawaban kepada teman lain, namun kondisi tersebut
dapat segera teratasi dengan teguran dari guru.
2) Hasil Angket Partisipasi Siswa
Angket partisipasi siswa pada siklus II berupa angket tertutup yang berfungsi untuk
menggali informasi mengenai peningkatan partisipasi siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta
setelah diterapkan metode pembelajaran GI. Hasil angket partisipasi untuk setiap item dapat di
lihat pada lampiran 2. Berikut ini adalah tabel hasil angket partisipasi siswa untuk setiap
indikator:
Tabel 15. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Partisipasi Siswa Siklus II No Indikator Capaian (%) 1.
2.
3.
Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup
77,07
76,71
76,59
Jumlah 230,67 Rata-Rata 76,89
3) Hasil Observasi Partisipasi Siswa
Data hasil observasi partisipasi siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II setelah
ditabulasikan pada lembar observasi partisipasi tampak pada tabel berikut:
Tabel 16. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa Siklus II
No Indikator Capaian (%)
1.
2.
3.
Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup
76,83
81,71
80,49 Jumlah 239,03
Rata-Rata 79,68
Observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut:
siswa sudah berpartisipasi aktif terhadap kegiatan pembelajaran yang difasilitasi oleh guru yaitu
lebih dari 31 siswa ( 75%) yang aktif bertanya, berani menjawab pertanyaan guru,
menyumbangkan ide/gagasan dalam diskusi, memberikan masukan, saran dan pertanyaan ketika
presentasi serta memperhatikan kelompok lain yang sedang presentasi.
4) Hasil Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa
Hasil observasi stimualsi kecerdasan interpersonal siswa pada siklus II adalah sebagai
berikut:
Tabel 17. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa Siklus II
No. Indikator Persentase (%)
1. 2.
3.
Mampu berempati dengan orang lain Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosial Memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif
87,80 87,80
78,05
Jumlah 253,65 Rata-rata 84,55
5) Hasil Observasi Performance Guru Data observasi Performance guru tiap indikator siklus II dapat disajikan pada tabel
berikut: Tabel 18. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Performance Guru Siklus II
No. Indikator Siklus II (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan bertanya Keterampilan menggunakan variasi Keterampilan menjelaskan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Keterampilan mengelola kelas Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Keterampilan memberi penguatan
100 100 100 100 100 75 100
66,67
Jumlah 741,67 Rata-rata 92,71
Pada pembelajaran siklus II, sudah terlihat adanya perbaikan performance guru. Guru
membimbing jalannya kegiatan pembelajaran dengan baik. Guru mengawali kegiatan
pembelajaran dengan apersepsi dan memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan
belajar mengajar. Pada siklus II ini materi yang disampaikan berbeda dengan siklus I yaitu
Pencemaran Lingkungan. Kegiatan pembelajaran melalui tiga tahap.
Pada tahap pertama, guru membagi materi Pencemaran Lingkungan menjadi 8 sub
topik, selanjutnya setiap kelompok melakukan investigasi materi. Tahap kedua, hasil investigasi
kelompok dipresentasikan di kelas. Sedangkan tahap ketiga adalah tes kognitif. Guru
memberikan kebebasan penuh kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Serangkaian kegiatan guru pada siklus II telah memperlihatkan upaya-upaya peningkatan
partisipasi siswa melalui pemberian rangsangan kecerdasan interpersonal siswa dan
membangkitkan semangat siswa dalam pembelajaran dengan metode GI dengan baik. Guru
memberikan semangat kepada siswa, membangkitkan rasa percaya diri kepada siswa bahwa
setiap siswa mampu untuk mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok, guru memberikan
arahan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan sehingga siswa harus saling bekerja sama
dalam kelompok tanpa memilih-milih teman. Guru lebih memberikan penekanan agar siswa
tidak egois pada kemampuan masing-masing tetapi harus mampu belajar dan bekerja sama dalam
kelompok.
6) Hasil Angket Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Metode Pembelajaran.
Angket kepuasan siswa terhadap penggunakan metode pembelajaran yang digunakan
dalam penelitian diberikan kepada siswa di akhir siklus II bersamaan dengan angket partisipasi
siswa, yaitu pada akhir pertemuan ke-3. Persentase capaian tiap aspek angket kepuasan siswa
terhadap penggunaan metode pembelajaran GI pada siklus II dapat ditunjukkan pada tabel
berikut:
Tabel 19. Persentase Capaian Setiap Aspek Angket Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Metode GI Siklus II
No Aspek Persentase (%) 1. 2. 3. 4.
Respon Evaluasi Harapan Kinerja aktual
83,41 76,91 79,51 81,79
Jumlah 321,62 Rata-rata 80,41
Pada pembelajaran siklus II ini diberikan angket kepuasan terhadap penggunaan metode
pembelajaran GI untuk mengetahui bagaimana tanggapan atau respon siswa terhadap penerapan
metode pembelajaran GI. Hasil observasi berdasarkan angket pada siklus II ini dapat
dideskripsikan bahwa sebagian besar siswa sudah melaksanakan pembelajaran di kelas dengan
baik. Siswa sudah dapat memanfaatkan waktu dengan baik sehingga pembelajaran dapat selesai
sesuai waktu yang telah ditentukan. Siswa antusias dan bersemangat dalam mengikuti setiap
kegiatan yang diperintahkan oleh guru. Baik pada saat investigasi kelompok maupun presentasi
kelompok yang disertai tanya jawab. Pembelajaran berjalan lancar, hanya saja pada saat tanya
jawab terjadi kegaduhan karena siswa berebut untuk mengajukan pertanyaan kepada presentator.
Tetapi kondisi tersebut dapat segera diatasi oleh guru.
4. Analisis dan Refleksi Tindakan pada Siklus II
Observasi menunjukkan bahwa pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan
yang cukup besar. Guru sudah mengerti dan memahami kekurangan-kekurangannya pada
pelaksanaan siklus I dan mempunyai solusinya yaitu pada materi selanjutnya, siswa
melaksanakan investigasi materi dengan lebih lengkap dan jelas untuk selanjutnya
dipresentasikan di depan kelas. Materi yang diberikan pada pembelajaran siklus II ini berbeda
dengan materi pada pembelajaran siklus I. Pada pembelajaran siklus II ini, guru lebih berperan
sebagai fasilitator, membimbing jalannya investigasi kelompok, presentasi kelompok dan tanya
jawab. Guru memberikan petanyaan tambahan kepada seluruh siswa. Guru lebih menekankan
pada pentingnya kerja sama dalam kelompok, menghargai pendapat teman dan saling
menghargai antar kelompok. Tidak saling mengejek maupun merendahkan kelompok lain. Inilah
pentingnya kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan metode GI agar partisipasi siswa
dalam pembelajaran semakin meningkat.
1) Hasil Tes Kognitif Siswa
Tes kognitif siklus II yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Hasil tes kognitif siswa dapat
dijelaskan sebagai berikut: hasil tes pada siklus II menyebutkan rata-rata jumlah jawaban benar
untuk item soal pada tes kognitif siswa sebesar 83,29%. Rata-rata jumlah jawaban benar tersebut
mengalami penurunan sebesar 0,45% dari pembelajaran siklus I. Kemungkinan besar, hal ini
disebabkan karena materi pada pembelajaran siklus II yaitu “pencemaran lingkungan” lebih luas
daripada materi pada siklus I “kerusakan hutan” dan jumlah soalnya juga lebih banyak.
Pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan hasil tes kognitif siswa. Niali rata-
rata kelas mengalami peningkatan sebesar 0,29 pada siklus I dengan rata-rata 83,25 menjadi
83,54. Ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan siklus
sebelumnya. Pada siklus II ini ketuntasan klasikal sebesar 97,56% yang berarti sudah ada 40
siswa dari 41 siswa yang ada di kelas yang mampu mencapai batas ketuntasan minimal yang
ditetapkan sekolah yaitu 66.
2) Hasil Angket Partisipasi Siswa
Berdasarkan pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran
siklus II berkisar antara 76,59% - 77,07%, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 76,89%. Angka ini
menunjukkan bahwa rata-rata persentase indikator partisipasi siswa mengalami peningkatan
sebesar 1,76% dari siklus I (75,13%).
Persentase indikator tertinggi diduduki oleh indikator 1 (keterlibatan siswa dalam
bertanya dan menjawab pertanyaan) yaitu sebesar 77,07%. Indikator terendah diduduki oleh
indikator 3 (berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup). Meskipun demikian, persentase
indikator 3 mengalami peningkatan terbesar yaitu 2,01% dari 74,88% pada siklus 1 meningkat
menjadi 76,59% yang berarti terjadi peningkatan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran.
Walaupun peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II sedikit, tetapi sudah
menunjukkan adanya peningkatan partisipasi siswa. Hal ini menunjukkan bahwa perangsangan
kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan metode pembelajaran GI dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam pembelajaran. Partisipasi siswa dalam pembelajaran GI ditunjukkan
dengan keaktifan siswa dalam investigasi kelompok, saling bertukar pendapat, siswa
memperhatikan dan aktif dalam presentasi kelompok, siswa bertanya kepada kelompok
presentator dan berani menjawab pertanyaan.
3) Hasil Observasi Partisipasi Siswa
Persentase untuk setiap indikator hasil observasi partisipasi siswa pada siklus II ini
berkisar antara 76,83% - 80,49% dengan rata-rata sebesar 79,68%. Indikator yang memiliki
persentase tertinggi adalah indikator 2 yaitu ”bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan” sebesar 81,71%, hal ini
menunjukkan dorongan siswa dalam proses pembelajaran cukup tinggi. Indikator yang memiliki
persentase terendah adalah indikator 1 yaitu “ Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan” sebesar 76,83%. Sedangkan indikator 3 yaitu ”berani menghadapi konsekuensi dari
pilihan hidup” mempunyai persentase sebesar 80,49%. Secara umum semua indikator mengalami
peningkatan dari siklus sebelumnya, ini berarti partisipasi siswa dalam pembelajaran mengalami
peningkatan sejalan dengan kebiasaan pemberian perlakuan dengan metode yang diterapkan,
sehingga kebiasaan belajar siswa lambat laun akan dapat berubah dengan perlakuan yang
diberikan oleh guru.
4) Hasil Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa
Persentase untuk setiap indikator hasil observasi stimulasi kecerdasan interpersonal
siswa pada siklus II berkisar antara 78,05% - 87,80% dengan rata-rata sebesar 84,55%. Pada
siklus II ini, indikator 1 (mampu berempati dengan orang lain) dan indikator 2 (mampu
memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosial) adalah sebesar 87,80%. Untuk indikator 3
(memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif) mempunyai persentase sebesar 78,05%.
5) Hasil Observasi Performance Guru
Performance guru pada pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan metode GI
semakin meningkat. Hasil observasi terhadap performance guru menunjukkan bahwa pada siklus
II memiliki hasil lebih baik bila dibandingkan dengan hasil pada siklus I. Guru membimbing
jalannya kegiatan pembelajaran dengan baik. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan
apersepsi dan memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar.
Tingginya nilai performance guru ditunjukkan dengan semakin tingginya presentase rata-rata
pada siklus II yaitu sebesar 92,71% yang semula pada siklus I sebesar 72,92%. Pesan yang ingin
disampaikan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa pada penerapan metode
pembelajaran GI.
Variasi langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikemas secara menarik
sehingga guru dapat menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan pada saat
pembelajaran. Guru mampu membimbing jalannya diskusi dan presentasi kelompok. Pada saat
pembelajaran berlangsung, guru menghampiri siswa yang membutuhkan bantuan dan juga
menegur siswa yang mengganggu kelas. Guru memberikan pertanyaan yang relevan pada akhir
pembelajaran dan menarik kesimpulan bersama-sama dengan siswa.
6) Hasil Angket Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Metode Pembelajaran Group
Invetigation
Dari hasil angket kepuasan siswa terhadap penggunaan metode GI dapat dijabarkan
sebagai berikut: persentase rata-rata aspek pada angket kepuasan penggunaan metode
pembelajaran pada siklus II sebesar 80,41% dan ini berarti terjadi peningkatan dari siklus I
sebesar 1,46% yang semula pada siklus I sebesar 78,95%. Peningkatan ini memang tidak terlalu
besar, namun begitu hasil dari angket ini dapat dipakai sebagai ukuran bahwa siswa sudah mulai
merasa puas dengan metode pembelajaran yang diterapkan.
Persentase capaian tiap aspek angket kepuasan siswa terhadap penggunaan metode GI
berkisar antara 76,91% - 83,41%, dimana persentase tertinggi pada aspek 4 (kinerja aktual)
sebesar 83,41%, hal ini berarti siswa sudah mampu melaksanakan metode pembelajaran GI
dengan baik yaitu pada saat investigasi kelompok, presentasi dan tanya jawab.
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi maka diberikan tes
kognitif kepada siswa. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa capaian ketuntasan pada siklus
II sebesar 97,56%, yang berarti 1 siswa belum mencapai batas ketuntasan minimal yaitu 66.
Berdasarkan evaluasi dan analisa diketahui bahwa besarnya persentase partisipasi siswa sudah
mencapai target yaitu sebesar 75%, dari hasil angket sebesar 76,77% dan dari hasil observasi
sebesar 79,68%. Persentase hasil observasi performance guru sebesar 92,71%. Hasil angket
kepuasan penggunaan metode pembelajaran pada siklus II menunjukkan persentase skor sebesar
77,49%. Proses pembelajaran secara keseluruhan terlihat telah mencapai target minimal yang
telah ditentukan, sehingga siklus dapat dihentikan. Tindak lanjut berupa perbaikan pembelajaran
dapat dilakukan oleh guru biologi setelah penelitian sehiangga proses belajar siswa menunjukkan
hasil yang lebih baik.
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru, pelaksanaan tindakan pada siklus II
menunjukkan gambaran kondisi pembelajaran yang baik sekali sehingga memberikan hasil yang
positif dalam upaya meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Kegiatan diskusi
presentasi dalam pembelajaran perlu digiatkan agar partisipasi siswa lebih meningkat.
E. Antar Siklus
Observasi dan evaluasi dilakukan terhadap siklus I dan siklus II yang dilaksanakan
dengan menggunakan angket dan lembar observasi partisipasi siswa, tes kognitif untuk
mengetahui hasil belajar siswa, lembar observasi performance guru, serta angket kepuasan siswa
terhadap penggunaan metode pembelajaran menghasilkan perubahan data pada hasil tindakan.
Berikut adalah sajian data antara pra siklus, siklus I dan siklus II serta analisanya:
a. Hasil Tes Kognitif Siswa
Pemahaman siswa terhadap konsep materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
yang telah dipelajari pada tiap siklus dapat diketahui dari hasil tes kognitif dapat dilihat pada
lampiran 2.
Berdasarkan tabel pada lampiran 2 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas semakin
meningkat dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata pra siklus adalah sebesar 78,61
nilai rata-rata siklus I adalah 83,25 dan siklus II sebesar 83,54. Hal ini berarti penerapan metode
pembelajaran GI dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta.
Tabel 20. Persentase Capaian Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif Siswa
No Uraian Pencapaian Hasil Pra Siklus Siklus I Siklus II 1. 2.
Tuntas Tidak Tuntas
82,93% 17,07%
92,68% 7,32%
97,56% 2,44%
Berdasarkan pada Tabel 20, terlihat capaian ketuntasan belajar siswa semakin
mengalami peningkatan. Pada pra siklus capaian ketuntasan sebesar 82,93% sebanyak 7 siswa
belum mencapai batas tuntas minimal, selanjutnya setelah penerapan metode pembelajaran GI
menunjukkan peningkatan pada siklus I sebesar 9,75% menjadi 92,68%, yaitu sebanyak 3 siswa
belum mencapai batas tuntas. Hal ini berarti proses pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari semakin membaik. Begitu pula pada siklus II terjadi kenaikan persentase menjadi
97,56%, hanya 1 siswa yang belum mencapai batas ketuntasan minimal. Hasil capaian
ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif siswa dapat divisualisasikan dalam diagram sebagai
berikut :
Gambar 6. Diagram Persentase Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif Siswa
b. Hasil Angket Partisipasi Siswa
Hasil angket afektif siswa untuk setiap indikator pada pra siklus, siklus I dan siklus II
adalah sebagai berikut:
Tabel 21. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Partisipasi Siswa
No Indikator Capaian (%)
Pra siklus Siklus I Siklus II 1.
2.
3.
Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan. Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup.
73,90
74,51
73,90
75,69
74,82
74,88
77,07
76,71
76,59
Jumlah 222,31 225,39 230,30 Rata-Rata 74,10 75,13 76,77
Partisipasi siswa kelas VII C SMP N 5 Surakarta menurut data angket mengalami
perubahan yaitu mengalami kenaikan persentase. Rata-rata partisipasi siswa pra siklus adalah
sebesar 74,10%, pada siklus I meningkat menjadi 75,13% dan pada siklus II menjadi 76,89%.
Partisipasi siswa sudah mengalami peningkatan meskipun kenaikannya tidak terlalu besar.
Diperlukan waktu yang cukup lama dan proses yang lambat dengan perlakuan secara berulang-
ulang agar seluruh siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran khususnya pada saat
diskusi dan presentasi.
Untuk peningkatan persentase rata-rata setiap indikator angket partisipasi siswa dapat
divisualisasikan dalam diagram sebagai berikut:
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
82,93%
92,68%97,56%
17,07%7,32% 2,44%
Tuntas
Tidak tuntas
Diagram Persentase Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif Siswa
Gambar 7. Diagram Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Partisipasi Siswa
Persentase setiap indikator pada angket partisipasi siswa mengalami peningkatan dari
pra siklus sampai dengan siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam
bertanya dan menjawab, motivasi dan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran meningkat.
Sehingga guru dan siswa harus berusaha untuk mengembangkannya.Pada siklus II masing-
masing indikator sudah mencapai target yang diharapkan.
c. Hasil Observasi Partisipasi Siswa
Observasi secara khusus dilakukan terhadap partisipasi siswa yang hasilnya dituliskan
pada lembar observasi. Data hasil observasi untuk seluruhnya dapat ditunjukkan dalam tabel
berikut:
Tabel 22. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa
No Indikator Capaian (%)
Pra siklus Siklus I Siklus II 1.
2.
3.
Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan. Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup.
40,25
34,15
48,78
64,63
62,20
73,17
76,83
81,71
80,49
Jumlah 123,17 200,00 239,03 Rata-Rata 41,06 66,67 79,68
Hasil observasi yang menunjukkan kenaikan persentase partisipasi siswa pada pra
siklus, siklus I ke siklus II yang cukup besar. Partisipasi siswa baik pada saat diskusi maupun
presentasi meningkat. Aktivitas siswa seperti menjawab pertanyaan guru, bertanya pada
72,00
73,00
74,00
75,00
76,00
77,00
78,00
pra siklus siklus 1 siklus 2
73,90
75,69
77,07
74,51
74,82
76,71
73,9074,88
76,89
indikator 1
indikator 2
indikator 3
kelompok lain yang presentasi serta keterlibatan siswa dalam diskusi dan presentasi juga
menunjukkan kemajuan.
Ada beberapa kondisi yang sering dijumpai pada siswa selama pembelajaran
berlangsung yang kiranya dapat teramati, yaitu: 1) pada saat diskusi beberapa siswa membahas
hal di luar materi yang sedang dipelajari, 2) masih banyak siswa yang melakukan kegiatan yang
tidak jelas, seperti mondar-mandir menuju kelompok lain, 3) pada waktu tanya jawab beberapa
siswa saling berebut untuk menyampaikan pertanyaan sehingga kelas ramai. Data observasi
partisipasi siswa dapat divisualisasikan pada gambar berikut:
Gambar 8. Diagram Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa
d. Hasil Observasi Kecerdasan Interpersonal Siswa
Data persentase hasil observasi kecerdasan interpersonal siswa untuk setiap siklus dapat
Mampu berempati dengan orang lain Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosial Memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif
58,54 70,73
56,10
87,80 87,80
78,05
Jumlah 185,37 253,65 Rata-rata 61,79 84,55
Hasil observasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kecerdasan interpersonal siswa
yang cukup tinggi yaitu sebesar 22,76% pada siklus I sebesar 61,79% menjadi 84,55% pada
siklus II. Setiap indikator pada observasi stimulasi kecerdasan interpersonal siswa terjadi
peningkatan. Peningkatan persentase tetinggi pada indikator 1 (mampu berempati dengan orang
0
20
40
60
80
100
Pra Siklus Siklus I Siklus II
40,2564,63
76,83
34,1562,20 81,71
48,78
73,17 80,49indikator 1
indikator 2
indikator 3
Diagram Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa
lain) yaitu sebesar 29,26%. Terlihat bahwa siswa saling memotivasi untuk mengeluarkan
pendapat dalam diskusi kelompok. Peningkatan terendah pada indikator 2 (mampu memecahkan
masalah yang terjadi dalam relasi sosial) yaitu sebesar 17,07%. Hasil observasi pada siklus I dan
Siklus II dapat disajikan dalam diagram sebagai berikut:
Gambar 9. Diagram Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa
e. Hasil Observasi Performance Guru Data persentase capaian untuk setiap indikator yang diproleh dari hasil observasi
performance guru untuk setiap siklus dapat ditunjukkan dengan tabel berikut:
Tabel 24. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Performance Guru
No. Indikator Pra Siklus (%)
Siklus I (%)
Siklus II (%)
1.
2. 3. 4. 5.
6. 7.
8.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan bertanya Keterampilan menggunakan variasi Keterampilan menjelaskan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Keterampilan mengelola kelas Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Keterampilan memberi penguatan
25
50 50 100
0
25 100
33,33
50
100 100 100 50
50 100
33,33
100
100 100 100 100
75 100
66,67
Jumlah 383,33 583,33 741,67
Rata-rata 47,92 72,92 92,71
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa performance guru semakin terlihat meningkat
seiring dengan pergantian siklus. Guru semakin terampil dalam membuka dan menutup pelajaran
yaitu terjadi kenaikan dari pra siklus sebesar 25% menjadi 100% pada siklus II. Pada indikator 2
0
50
100
IND 1 IND 2 IND 3
58,5470,73
56,10
87,80 87,8078,05
Siklus I
Siklus II
dan 3 mengalami kenaikan yang sama yaitu dari 50% menjadi 100%. Pada indikator 5
(keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan) mengalami juga peningkatan hasil pra
siklus sebesar 0%, untuk siklus I sebesar 50% dan siklus II adalah 100%. Untuk indikator 6
(keterampilan mengelola kelas) pada para siklus 25%, siklus I 50% dan siklus II 75%.
Sedangkan indikator 8 (keterampilan memberi penguatan) pada para siklus menuju ke siklus I
tidak mengalami peningkatan yaitu tetap sebesar 33,33% dan mengalami peningkatan pada
siklus II menjadi 66,67%. Indikator 4 dan indikator 7 sudah mencapai 100% sejak para siklus.
Telah terjadi kenaikan persentase sebesar 19,79% dari siklus I menuju siklus II. Guru
sebagai fasilitator semakin terlatih dalam hal kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan siswa. Kemampuan berkomunikasi guru secara efektif dapat memudahkan siswa
menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Data
tersebut dapat divisualisasikan dengan grafik persentase skor tiap indikator pada masing-masing
siklus seperti tampak pada grafik berikut:
Gambar 10. Grafik Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Performance Guru
f. Hasil Angket Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Metode Pembelajaran Group
Investigation
Gambaran lengkap mengenai hasil angket kepuasan penggunaan metode pembelajaran
pada setiap siklus adalah sebagai berikut:
Tabel 25. Persentase Capaian Setiap Aspek Angket Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan
Metode Pembelajaran Group Investigation
No. Aspek Siklus I (%) Siklus II (%)
25
50 50
100
0
25
100
33,3350
100 100 100
50 50
100
33,33
100 100 100 100 100
75
100
66,67
020406080
100120
Pra siklus
Siklus I
Siklus II
Grafik Persentase Tiap Indikator Observasi PerformanceGuru Tiap Siklus
persentase
1. 2. 3. 4.
Respon Evaluasi Harapan Kinerja aktual
Jumlah Rata-rata
Berdasarkan tabel di atas, angka persentase capaian setiap aspek angket kepuasan siswa
terhadap penerapan metode pembelajaran
besar. Besarnya persentase rata-rata aspek pada siklus I adalah 78,95% mengalami
sebesar 1,46% menjadi 80,41% pada siklus II.
kepuasan siswa terhadap penggunaan
diagram sebagai berikut:
Gambar 11. Diagram Persentase CapaiaPenggunaan Metode
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penerapan metode
GI dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta tahun
ajaran 2008/2009. Hasil pada siklus I menunjukkan sebanyak 92,68% siswa mencapai batas
ketuntasan untuk uji kompetensi kognitif siswa yang berarti masih ada 3 siswa ya
tuntas. Siklus II menunjukkan perbaikan hasil dari siklus sebelumnya. Adanya peningkatan
jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan yaitu menjadi sebesar 97,56%, dan itu berarti
hanya tinggal 1 siswa yang belum tuntas dalam belajar. Selain itu, t
partisipasi siswa dalam pembelajaran. Siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan metode
pembelajaran GI.
70
75
80
85
Aspek 1 Aspek 2
82.44
74.96
83.41
82,44 74,96 76,59 81,79
83,41 76,91 79,51 81,79
315,78 321,62 78,95 80,41
Berdasarkan tabel di atas, angka persentase capaian setiap aspek angket kepuasan siswa
terhadap penerapan metode pembelajaran GI menunjukkan peningkatan meskipun tidak terlalu
rata aspek pada siklus I adalah 78,95% mengalami
sebesar 1,46% menjadi 80,41% pada siklus II. Data persentase capaian setiap aspek pada angket
kepuasan siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran GI dapat divisualisasikan dengan
Gambar 11. Diagram Persentase Capaian Setiap Aspek Angket Kepuasan Siswa terhadap Metode GI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penerapan metode
dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta tahun
ajaran 2008/2009. Hasil pada siklus I menunjukkan sebanyak 92,68% siswa mencapai batas
ketuntasan untuk uji kompetensi kognitif siswa yang berarti masih ada 3 siswa ya
tuntas. Siklus II menunjukkan perbaikan hasil dari siklus sebelumnya. Adanya peningkatan
jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan yaitu menjadi sebesar 97,56%, dan itu berarti
hanya tinggal 1 siswa yang belum tuntas dalam belajar. Selain itu, terlihat adanya peningkatan
partisipasi siswa dalam pembelajaran. Siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan metode
F. Pembahasan
Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4
74.9676.59
81.79
76.91
79.5181.79
Siklus I
Siklus II
Berdasarkan tabel di atas, angka persentase capaian setiap aspek angket kepuasan siswa
menunjukkan peningkatan meskipun tidak terlalu
rata aspek pada siklus I adalah 78,95% mengalami kenaikan
Data persentase capaian setiap aspek pada angket
dapat divisualisasikan dengan
n Setiap Aspek Angket Kepuasan Siswa terhadap
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penerapan metode
dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta tahun
ajaran 2008/2009. Hasil pada siklus I menunjukkan sebanyak 92,68% siswa mencapai batas
ketuntasan untuk uji kompetensi kognitif siswa yang berarti masih ada 3 siswa yang belum
tuntas. Siklus II menunjukkan perbaikan hasil dari siklus sebelumnya. Adanya peningkatan
jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan yaitu menjadi sebesar 97,56%, dan itu berarti
erlihat adanya peningkatan
partisipasi siswa dalam pembelajaran. Siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan metode
Siklus I
Siklus II
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangsangan kecerdasan interpersonal siswa
melalui penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran. Untuk mengetahui adanya peningkatan partisipasi siswa dilihat dengan
menggunakan angket partisipasi siswa, observasi partisipasi siswa pada saat pembelajaran
berlangsung dan wawancara dengan guru dan siswa.
Pada pelaksaan siklus I, dari hasil pengisian angket partisipasi siswa didapat rata-rata
ketiga indikator partisipasi adalah 75,13%. Untuk indikator 1 “keterlibatan siswa dalam bertanya
dan menjawab pertanyaan” sebesar 75,69%, indikator 2 “bentuk motivasi positif yang
bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan” sebesar
74,82% dan indikator 3 “berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup” sebesar 74,88%.
Sedangkan berdasarkan observasi yang dilakukan diperoleh hasil rata-rata ketiga indikator
sebesar 66,67%, yaitu untuk indikator 1 sebesar 64,63%, indikator 2 sebesar 62,20% dan
indikator 3 sebesar 73,17%. Apabila hanya dilihat dari nilai rata-rata ketiga indikator pada
angket partisipasi siswa penelitian ini sudah mencapai target yaitu 75%. Tetapi berdasarkan nilai
masing-masing indikator pada angket partisipasi siswa dan hasil observasi target belum tercapai,
sehingga harus diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya (siklus II).
Pada pelaksaan siklus II, rata-rata ketiga indikator pada angket partisipasi siswa adalah
76,89% yaitu untuk indikator 1 sebesar 77,07%, indikator 2 sebesar 76,71% dan indikator 3
sebesar 76,59%. Berdasarkan hasil observasi, rata-rata ketiga indikator adalah 79,68%, untuk
indikator 1 sebesar 76,83%, indikator 2 sebesar 81,71% dan indikator 3 sebesar 80,49%. Dari
hasil wawancara, siswa yang menyukai adanya perangsangan kecerdasan interpersonal siswa
melalui penerapan metode GI untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi
dan siswa yang setuju bahwa pembelajaran dengan menggunakan GI dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam pembelajaran masing-masing sebanyak 39 siswa (95,12%). Berdasarkan
hasil angket dan observasi pada kedua siklus menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi
peningkatan partisipasi siswa dan target tercapai sehingga siklus dapat dihentikan.
Partisipasi siswa meningkat dengan adanya perangsangan kecerdasan interpersonal
siswa melalui penerapan metode GI. Adanya penerapan metode GI memberikan dampak yang
positif yaitu partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat diantaranya siswa berani menjawab
pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan jika ada hal yang belum dipahami. Siswa aktif
mengungkapkan pendapat dalam diskusi kelompok dan memberi masukan pada kelompok lain
yang presentasi. Selain itu, siswa juga memberikan perhatian ketika kelompok lain presentasi.
Dengan penggunaan metode pembelajaran ini siswa menjadi lebih paham dengan materi
pelajaran yang diberikan oleh guru, karena siswa dituntut bekerjasama dengan teman
sekelompoknya untuk investigasi materi yang telah dipilih dan mempresentasikannya di depan
kelas.
Pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif GI ini dapat melatih siswa
menjadi mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari, mempunyai jiwa
kooperatif yang tinggi, memiliki kemahiran dalam berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran
dalam mensintesis dan menganalisis, meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi. Proses
pembelajaran GI siswa dikelompokkan dalam kelompok kecil, kemudian siswa dituntut untuk
belajar mandiri dengan menginvestigasi materi selengkap-lengkapnya, mencari informasi sebanyak
mungkin dari berbagai media pembelajaran baik dari buku maupun media yang lain bersama
anggota kelompoknya. Sehingga akan terjadi interaksi antar siswa untuk melaksanakan investigasi
dan semua siswa dapat turut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Guru memberikan bimbingan
atau bantuan pada saat siswa mengalami kesulitan selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan penelitian Seifert et al (2009) yang menyatakan bahwa penyelidikan kelompok atau GI
adalah suatu metode belajar kooperatif yang mempunyai karakteristik yaitu siswa bekerja dalam
kelompok kecil, aktif membangun pengetahuan siswa itu sendiri. Pelaksanaan GI dapat
meningkatkan tanggung jawab pribadi, kebebasan untuk merencanakan aktivitas yang akan
dilaksanakan dan mendapatkan pengalaman yang berharga.
Metode pembelajaran GI merupakan metode pembelajaran yang cukup efektif dalam
pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara, siswa yang menyatakan bahwa pembelajaran biologi
dengan menggunakan metode GI sudah cukup inovatif sebanyak 39 siswa (95,12%) dan siswa
yang setuju bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode GI dapat menambah referensi
belajar siswa sebanyak 40 siswa (97,56%). Pembelajaran dengan menggunakan metode GI dapat
meningkatkan partisipasi siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Danielzingaro (2008) yang menyimpulkan bahwa dengan penerapan metode GI siswa lebih
berpartisipasi dalam pembelajaran dan lebih bertanggung jawab.
Selain terjadi peningkatan partisipasi, kecerdasan interpersonal siswa dan hasil belajar
siswa juga meningkat. Siswa tidak hanya berpartisipasi aktif dalam pembelajaran tetapi juga
memperoleh pengalaman belajar yang baru yaitu adanya hubungan interpersonal antar siswa
yang dapat menjalin interaksi yang positif antar siswa dalam satu kelompok maupun dalam
kelas. Rata-rata kecerdasan interpersonal pada siklus I adalah 61,79%, terjadi peningkatan
sebesar 22,76% pada siklus II menjadi 84,55%. Hal ini terjadi karena dalam metode GI, siswa
dilatih untuk saling bekerja dalam satu kelompok sehingga siswa mempunyai jiwa kooperatif
yang tinggi, saling menghormati dan menghargai antar siswa. Nilai rata-rata kelas pada siklus I
adalah 83,25 dan pada siklus II adalah 83,54. Nilai yang diperoleh pada siklus I, masih ada 3
siswa (7,32%) yang belum mencapai batas ketuntasan minimal. Selanjutnya pada siklus II terjadi
peningkatan hasil yaitu hanya 1 siswa yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada
penelitian ini, hasil belajar siswa digunakan sebagai data pendamping.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada siswa diperoleh hasil bahwa siswa
yang setuju jika penggunaan metode GI dapat membuat siswa menjadi lebih paham dalam
mempelajari materi biologi sebanyak 35 siswa (85,37%), siswa setuju bahwa penggunaan
metode GI dapat membantu siswa untuk mempermudah dalam mempelajari materi biologi
sebanyak 34 siswa (82,93%), siswa yang setuju bahwa penggunaan metode GI dapat
membangkitkan semangat untuk mendalami materi biologi sebanyak 35 siswa (85,37%).
Dengan adanya metode GI, siswa menjadi lebih semangat, lebih paham dan lebih
mudah dalam mempelajari materi biologi sehingga prestasi belajar meningkat. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Zingaro (2008) yang menyimpulkan bahwa dalam
pelaksaannya metode GI dapat meningkatkan prestasi, meningkatkan motivasi, membantu
perkembangan hubungan interpersonal siswa, meningkatkan rasa saling menghormati teman
dalam satu kelompok dan antar kelompok. GI dapat mengubah bentuk kelas ke dalam suatu
hubungan sosial. Pada saat investigasi yang diperlukan adalah kepercayaan dan hubungan timbal
balik antar siswa di dalam maupun antar kelompok, meningkatkan hubungan antar pribadi
(interpersonal siswa), mempererat persahabatan siswa yang bersifat heterogen, kepercayaan dan
lebih bersikap positif di dalam pelajaran dan sekolah. Begitu juga dengan penelitian Seifert et al
(2009) yang menyatakan bahwa dengan penerapan metode GI siswa berusaha untuk
meningkatkan hasil belajar.
Proses pembelajaran bukan hanya ditentukan oleh partisipasi siswa dalam pembelajaran,
tetapi juga sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengembangkan berbagai
keterampilan mengajar (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:228). Lembar observasi
performance guru digunakan untuk melihat profesionalitas guru dalam pembelajaran. Rata-rata
performance guru pada siklus I sebesar 72,92%, terjadi peningkatan pada silus II menjadi
92,71%. Setiap siklus guru sudah menunjukkan perbaikan dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Refleksi yang dilakukan oleh guru dapat digunakan untuk perbaikan
pembelajaran.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa perangsangan kecerdasan interpersonal melalui penerapan metode Group Investigation
dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi di kelas VII C SMP Negeri 5
Surakarta. Berdasarkan angket, besarnya partisipasi siswa pada pra siklus adalah sebesar
74,10%, pasca siklus I meningkat menjadi 75,13% dan pasca siklus II meningkat menjadi
76,89%. Besarnya kecerdasan interpersonal siswa juga mengalami peningkatan. Berdasarkan
lembar observasi, kecerdasan interpersonal siswa pasca siklus I adalah sebesar 61,79% dan pasca
siklus sebesar 84,55%.
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa impliklasi yang berguna baik secara
teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran
biologi.
Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:
Memperluas wawasan bagi pembaca mengenai arti pentingnya penggunaan metode
pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran biologi.
Sebagai salah satu sumber acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut.
Sebagai sumbangan pemikiran bagi guru untuk mengembangkan variasi metode pembelajaran.
2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses pembelajaran di SMP N
5 Surakarta dan SMP Negeri lain yang mempunyai kondisi sama dengan SMP N 5 Surakarta,
yakni perangsangan kecerdasan interpersonal siswa melalui penerapan metode Group
Investigation dapat meningkatkan partisipasi siswa yang berpengaruh pada peningkatan kualitas
dalam pembelajaran biologi.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka saran yang dapat diberikan antara lain:
Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan dan mempertimbangkan
pendekatan, model dan metode pembelajaran yang tepat, yaitu metode pembelajaran yang
melibatkan peran serta dan keaktifan siswa sehingga seluruh siswa dapat berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah
dengan menerapkan metode pembelajaran Group Investigation.
Guru hendaknya memahami bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan interpersonal
yang berbeda sehingga diperlukan suatu metode yang dapat merangsang kecerdasan
interpersonal siswa agar seluruh siswa dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Salah
satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan metode
pembelajaran Group Investigation.
Guru hendaknya mengkaji lebih dalam permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran
yang berlangsung di kelas sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena guru
berhadapan langsung dengan siswa.
Siswa :
· Hendaknya tidak tergantung pada materi yang diberikan oleh guru, tetapi lebih aktif
mencari informasi materi dari sumber-sumber lain.
· Bagi siswa yang kurang paham terhadap materi harus selalu aktif bertanya kepada guru
atau kepada teman yang sudah lebih paham.
· Siswa hendaknya tidak malu untuk mengeluarkan pendapat dalam diskusi
· Siswa hendaknya memperhatikan dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan presentasi
misalnya dengan aktif bertanya apabila materi yang disampaikan kelompok presentator
belum jelas.
· Hal-hal yang menjadi kesulitan dalam belajar sebaiknya dikonsultasikan kepada guru.
Semoga hasil penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan penelitian dan pengkajian yang lebih mendalam. Harapan peneliti hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi para pendidik.
DAFTAR PUSTAKA
Anwarholil 2008. Kecerdasan Interpersonal. Tersedia di http://www.anwarholil.blogspot.com/2008/04/kecerdasan_interpersonal.html. Diunduh 24 Februari 2008
Arends, R. I. 1997. Classroom Intruction And Management. USA: The MC. Graw Hill
Companies, Inc. Armstrong, T. 2002. 7 Kinds of Smart. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Enco Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosdakarya. Edi. 2009. Pembelajaran Biologi. Tersedia di www.isekolah.org/file/h_1091244911.rtf.
Diunduh 11 Agustus 2009 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS
Press. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 2000. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta:
UNS Press. Henry. 2007. Ciri-ciri Kecerdasan Interpersonal. Tersedia di http://www.mail-
archive.com/[email protected]/msg02306.html. Diunduh 27 November 2007. H. B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Jaisy. 2007. Kecerdasan Interpersonal. Tersedia di http://jaisy.multiply.com/journal/item/kecerdasan interpersonal. Diunduh 27 November 2007
Jasmine, J. 2007. Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk. Bandung: Nuansa. Joyce. 2000. Models Of Teaching. Boston: Allyn and Bacon. Lwin, M., Khoo, A., Lyen, K., & Sim, C. 2004. How To Multiply Child’s Intelligence.
Yogyakarta: PT Indeks. Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta:Gaung Persada Press. Meta. 2008. Pembelajaran Berbasis Lingkungan. Tersedia di
http://www.google.co.id/search?hl=id&sa=X&oi=spell&resnum=0&ct=result&cd=1&q=%22pembelajaran+berbasis+lingkungan%22&spell=1. Diunduh 5 Agustus 2008
Miles, M.B & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Mulyani Sumantri & Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Rosda Karya. Nuritaputantri. 2007. Kecerdasan-Majemuk-Multiple-Intelligences. Tersedia di
http://nuritaputranti.wordpress.com/2007/11/27/kecerdasan-majemuk-multiple-intelligences/. Diunduh 27 November 2007.
Rahmawaty. 2006. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dusun II Tongkoh Desa Dolat Raya. USU
responsibility. Riyadi. 2009. Multiple Intelligences. Tersedia di
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=2108. Diunduh 21 Maret 2008. Rochiati Wiriaatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja
Rosdakarya. Safaria, T. 2005. Interpersonal Intelligence. Yogyakarta: Amara Books. Seifert, K., Fenster, A., Dilts, J. A., & Temple, L. 2009. An Investigative, Cooperative Learning
Approach to the General Microbiology Laboratory. CBE-Life Sciences Education. Vol.8, 147–153. Diakses 11 Agustus 2009.
Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning Teori Riset Dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sukur. 2007. Kecerdasan Majemuk. Tersedia di http://www.kammi-
jepang.net/sorotan.php?id=432007. Diunduh 27 November 2007. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sri Joko Yunanto. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta: Grasindo. Winkel, W. S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yarama Wida. Zingaro, D. 2008. Group Investigation: Theory and Practice. Journal International of Group
Investigation. Tersedia di http://www.danielzingaro.com/gi.pdf. Diunduh 11 Agustus 2009.
Zyersi Yodarsih. 2008. Penerapan Metode POE (Predict Observe Explain) untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep. Skripsi FKIP: Universitas Sebelas Maret