Peningkatan Nilai Tukar Petani..... 199 PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI MELALUI INTENSIFIKASI TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN TOLITOLI IMPROVED EXCHANGE RATE FARMERS THROUGH RICE FIELD CROP INTENSIFICATION IN TOLITOLI Hasia Marto & Nursida K Bantilan, Email. [email protected]Badan Diklat Litbang Kabupaten Tolitoli. Sulawesi Tengah Kode Post 9451 ABSTRACT Farmer Trade Rate (NTP) is a comparison of the price index received by farmers at the price paid by farmers, is one indicator measure the welfare of farmers. NTP analysis in general has been conducted in various regions but the specific NTP Anesthesia of Rice Fields has not been studied in Indonesia including in Central Sulawesi, which only counts NTP food crops with the acquisition of NTP <100. The purpose of this study is to know and analyze (a) factor cost of seed, fertilizer, pesticide, labor wage, clothing, board, health, education, food, acceptance and use of fertilizer applied to Farmer Farmer Value, (b) Farmer Value of Farmer by applying intensification system of paddy rice, (c) Differences in NTP of paddy field of organic and inorganic fertilizer users The type of this research is descriptive quantitative approach, do in 2015 until 2016. The sample of 234 farmers of the total 4600 rice farmer population in Tolitoli using Slovenian formula. The results showed that all the factors studied had significant effect on NTP, except the cost of pesticide and health. The value of NTP by using organic fertilizer 116.73 so that farmers classified prosperous. Be found significant difference between the value of NTP using organic fertilizer with an-organic (116.73 > 113.18). Keywords: Farmers Exchange Rate, Agricultural Intensification, Organic Fertilizer ABSTRAK Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbadingan indeks harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator mengukur kesejahteraan petani. Analisis NTP secara umum telah dilakukan di berbagai daerah namun anasilis NTP khusus Padi Sawah belum ada yang meneliti di Indonesia termasuk di Sulawesi Tengah, yang ada hanya menghitung NTP tanaman pangan dengan perolehan NTP < 100. Tujuan penelitian ini, mengetahui dan menganalisis (a) faktor biaya bibit, pupuk, pestisida, upah kerja, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, pangan, penerimaan dan penggunaan pupuk yang digunakan terhadap Nilai Tukar Petani (NTP), (b) Besar Nilai Tukar Petani dengan menerapkan sistem intensifikasi pertanian padi sawah, (c) Perbedaan NTP padi sawah pengguna pupuk organik dan an-organik. Jenis penelitian ini deskriktif pendekatan kuantitatif, dilakukam pada tahun 2015 sampai 2016. Sampel penelitian 234 orang petani dari total 4600 populasi petani padi sawah di Kabupaten Tolitoli menggunakan rumus Sloven. Hasil penelitian menunjukkan Semua faktor yang diteliti berpengaruh nyata dan signifikan terhadap NTP, kecuali biaya
13
Embed
PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI MELALUI … · indikator tingkat kesejahteraan petani produsen dari sisi pendapatan. ... berdasarkan kemampuan kelompok tani, pembagian kelas kemampuan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
199
PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI MELALUI
INTENSIFIKASI TANAMAN PADI SAWAH
DI KABUPATEN TOLITOLI
IMPROVED EXCHANGE RATE FARMERS THROUGH RICE FIELD CROP
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbadingan indeks harga yang diterima petani dengan
harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator mengukur kesejahteraan petani.
Analisis NTP secara umum telah dilakukan di berbagai daerah namun anasilis NTP khusus
Padi Sawah belum ada yang meneliti di Indonesia termasuk di Sulawesi Tengah, yang ada
hanya menghitung NTP tanaman pangan dengan perolehan NTP < 100. Tujuan penelitian ini,
mengetahui dan menganalisis (a) faktor biaya bibit, pupuk, pestisida, upah kerja, sandang,
papan, kesehatan, pendidikan, pangan, penerimaan dan penggunaan pupuk yang digunakan
terhadap Nilai Tukar Petani (NTP), (b) Besar Nilai Tukar Petani dengan menerapkan sistem
intensifikasi pertanian padi sawah, (c) Perbedaan NTP padi sawah pengguna pupuk organik
dan an-organik. Jenis penelitian ini deskriktif pendekatan kuantitatif, dilakukam pada tahun
2015 sampai 2016. Sampel penelitian 234 orang petani dari total 4600 populasi petani padi
sawah di Kabupaten Tolitoli menggunakan rumus Sloven. Hasil penelitian menunjukkan
Semua faktor yang diteliti berpengaruh nyata dan signifikan terhadap NTP, kecuali biaya
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
200
pestisida dan kesehatan. Besarnya nilai NTP dengan menggunakan pupuk organik 116.73
sehingga petani tergolong sejahtera. Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai NTP
yang menggunakan pupuk organik dengan an-organik (116.73>113.18).
Kata kunci: Nilai Tukar Petani, Intensifikasi Pertanian, Pupuk Organik
PENDAHULUAN
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor atau lapangan usaha pendukung
perekonomian Indonesia. Berdasarkan hasil sensus pertanian (ST) 2013 oleh Badan Pusat
Statistik (BPS: 2013) mencatat bahwa kontribusi sektor pertanian selama sepuluh tahun
terakhir mengalami penurunan dan menempati peringkat ketiga setelah sektor industri
pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Dalam pembangunan nasional
peranan sektor pertanian antara lain sebagai penyedia kebutuhan pangan pokok, pembentuk
devisa (melalui ekspor), dan penampung tenaga kerja khususnya di daerah pedesaan.
Target pembangunan pertanian pusat / nasional, yakni: pencapaian swasembada
pangan dan swasembada berkelanjutan, peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan nilai
tambah, daya saing, ekspor, dan peningkatan kesejahteraan petani.
Sektor pertanian padi sawah merupakan sektor yang menentukan perekonomian di
Indonesia demikian halnya di Kabupaten Tolitoli, karena sebagian besar mempunyai mata
pencaharian dengan bercocok tanam (profil daerah Kabupaten Tolitoli, 2014). Kebijakan
pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan petani mempunyai arti yang sangat strategis.
Salah satu alat ukur daya beli petani yang mencerminkan tingkat kesejahteraan petani, telah
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan diformulasikan dalam bentuk Nilai
Tukar Petani (NTP), indeks NTP merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk
mengukur nilai tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam
berproduksi dan mengkonsumsi barang dan jasa untuk keperluan rumah tangga. NTP
berdampak ganda (Supriyati et al., 2001) tidak saja dalam peningkatan partisipasi petani dan
produksi dalam menggairahkan perekonomian pedesaan, penciptaan lapangan pekerjaan di
pedesaan dan menumbuhkan permintaan produk nonpertanian, tetapi juga diharapkan akan
mampu mengurangi perbedaan (menciptakan keseimbangan) pembangunan antar daerah
(desa-kota), maupun antar wilayah serta optimalisasi sumber daya nasional. Upaya
peningkatan NTP telah dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yakni
melalui subsidi pupuk, penyuluhan, dan juga pemberian modal. Namun semua itu belum
dapat meningkatkan NTP sesuai yang diharapkan.
Kajian tentang NTP telah dilakukan
Orientasi pembangunan pertanian ke arah perbaikan kesejahteraan petani, maka sangat
relevan untuk mengkaji nilai tukar petani (NTP) sebagai salah satu indikator tingkat
kesejahteraan petani dan keadaan perekonomian pedesaan serta usaha-usaha perbaikan NTP.
(Setiani, et al, 2007). Nilai Tukar Petani (NTP) ditafsirkan sebagai penanda (indikator)
kesejahteraan petani. Konsep pengukuran NTP memang amat sederhana, diukur sebagai rasio
indeks harga yang diterima dan indeks harga yang dibayar petani, sehingga mudah dipahami
masyarakat umum. NTP sama dengan perbandingan indeks harga yang di terima petani
dengan indeks harga yang dibayar petani artinya indeks yang diterima petani (it) dengan
indeks harga yang dibayar petani di daerah pedesaan (ib). Hubungan NTP dengan tingkat
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
201
kesejahteraan petani sebagai produsen secara nyata terlihat pada posisi (it) yang berada pada
pembilang (enumator) dari angka NTP. Apabila harga produk pertanian naik, dengan asumsi
volume produksi tidak berkurang, maka penerimaan atau pendapatan petani dari hasil
panennya juga akan bertambah. Perkembangan harga yang ditunjukan itu merupakan sebuah
indikator tingkat kesejahteraan petani produsen dari sisi pendapatan.
Oleh karena itu untuk melihat tingkat kesejahteraan petani secara utuh perlu juga
dilihat sisi yang lain yaitu perkembangan jumlah pengeluaran/pembelanjaan, baik untuk
kebutuhan konsumsi maupun produksi, petani sebagai produsen dan juga sebagai konsumen
dihadapkan pada pilihan dalam mengalokasikan pendapatannya, yaitu pertama untuk memenuhi
kebutuhan pokok (konsumsi) demi kelangsungan hidup petani beserta keluargannya. Kedua
pengeluaran untuk produksi pertanian yang merupakan ladang penghidupannya yang mencakup
biaya operasional produksi dan investasi dan pembentukan pasar modal. Untuk ini hanya
mungkin dilakukan apabila kebutuhan pokok petani telah terpenuhi, dengan demikian investasi
dan pembentukan barang modal merupakan faktor penentu bagi tingkat kesejahteraan petani
ditinjau dari NTP.
NTP dapat digunakan sebagai: (1) alat ukur kesejahteraan petani, (2) alat ukur daya
beli petani, (3) penentu harga yang diterima dan penentu harga yang dibayarkan petani. Alat
ukur daya beli petani selintas dapat menunjukkan tingkat kesejahteraannya dirumuskan dalam
bentuk Nilai Tukar Petani (NTP) yang terbentuk oleh keterkaitan yang kompleks dari suatu
sistem pembentuk harga, baik yang harga yang diterima maupun harga yang dibayar petani.
Tingkat kesejahteraan petani yang dipublikasikan oleh badan Pusat Statistik (BPS)
diformulasikan dalam bentuk Nilai Tukar Petani (NTP). Istilah nilai tukar sesungguhnya
mempunyai arti yang luas. Secara umum nilai tukar dapat digolongkan dalam empat
kelompok (Ruauw. E 2010 ), yaitu: (a) Nilai tukar Barter (Barter Terms of Trade), (b) Nilai
Tukar Faktorial (Factorial Term of Trade), (c) Nilai Tukar Pendapatan (IncomeTerms of
Trade) dan (d) Nilai Tukar Petani (Farmers Term of Trade). (Setiani, et al, 2007)
Berdasarkan data Dinas tanaman pangan dan holtikulturan kabupaten Tolitoli 2015
NTP bulan Mei 2015 terjadi penurunan untuk sektor tanaman pangan, holtikultura, dan
perkebunan rakyat. NTP tanaman pangan turun sebesar 3,44 persen, penurunan tajam NTP
tanaman pangan dari 100,80 menjadi 97,33 disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima
oleh kelompok petani padi sawah. Selanjutnya dituliskan bahwa periode waktu antara panen
dan musim gadu (kemarau) menjadi periode transisi bagi petani.
Selanjutnya secara khusus NTP tanaman pangan di Kabupaten Tolitoli bulan
Nopember 2014 mencapai 98,71. Angka ini masih digolongkan belum mencapai tingkat
kesejahteraan petani yang dimaksud (BPS, 2014), hal ini sejalan berdasarkan hasil sensus
pertanian (2013) bahwa kontribusi sektor pertanian mengalami penurunan.
Kajian tentang NTP telah banyak dilakukan di daerah lain bahkan di luar negeri,
peningkatan NTP merupakan penanda dari kesejahteraan petani, namun peningkatan NTP
dengan menggunakan pupuk organik belum pernah dilakukan. Sehingga Intensifikasi
pertanian dengan menggunakan pupuk organik dijadikan pilihan guna meningkatkan NTP,
karena sebagian besar masyarakat di kabupaten Tolitoli merupakan masyarakat agraris yang
berbasis pada sektor pertanian. Maka perlu kajian secara mendalam tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi NTP, besarnya kenaikan NTP dengan insentifikasi menggunakan pupuk
organik, dan mengetahui perbedaan NTP pengguna pupuk organik dan an-organik di
Kabupaten Tolitoli.
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
202
METODE
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Tolitoli yang terdiri dari 3 Kecamatan yaitu
Kecamatan Galang, Kecamatan Tolitoli Utara dan Kecamatan Dampal Selatan. Ketiga
kecamatan ini dipilih karena merupakan sentra produksi tanaman padi sawah di kabupaten
Tolitoli, letak geografis ketiga kecamatan tersebut masing-masing, Dampal Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Donggala, Tolitoli Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol, dan
Kecamatan Galang terletak pada bagian tengah wilayah kabupaten Tolitoli. Penelitian ini
direncanakan akan dilaksanakan pada musim tanam tahun 2015 – 2016 selama 3 kali musim
panen.
Jumlah populasi 4600 petani padi sawah baik yang menggunakan pupuk organik
ataupun non organik. responden yang akan dijadikan sampel sebanyak 117 orang untuk petani
padi sawah (diberi treatment dengan menggunakan pupuk organik) dan 117 orang petani padi
sawah yang menggunakan pupuk an-organik, pengambilan sampel dengan menggunakan
rumus Slovin (Robert Asnawi., 2014), sebagai berikut:
Dimana
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Dalam pengambilan sampel ini menetapkan batas toleransi kesalahan (error tolerance)
sebesar 0,15 (e =15%) untuk tiap-tiap kecamatan.
Penelitian ini menggunakan data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung
terhadap responden dan skunder data yang di peroleh dari literature pendukung lainnya. Data
dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner, wawancara, observasi/pengamatan dan
dokumentasi serta data sekunder yang ada di kelompok tani. Pengamatan pada proses
produksi digunakan untuk mencocokan kebenaran data yang telah diberikan atau diperoleh
sebelumnya. Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi umum
selama proses produksi sesuai dalam ketentuan sapta usaha tani yang dipilih sebagai sampel.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi data panel.
dengan menggunakan cross section dummy variabel (dummy wilayah) yang menjadi sampel
penelitian untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap NTP. Jika NTP < 100
menurun, NTP = 100 impas, NTP>100 surplus.
Estimasi terhadap hubungan satu variabel dependen dengan dua variabel independen dengan
rumus umum: Y = a + bDi +
Dituliskan kembali dengan belas variable independen sebagai berikut:
Y = ao + b1 X1 + b2 X2 +…+b11 X 11D
Keterangan :
Y : Nilai Tukar Petani
X1 : biaya bibit
X2 : biaya pupuk
X3 : biaya pestisida
X4 : biaya upah kerja
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
203
X5 : biaya sandang
X6 : biaya papan
X7 : biaya kesehatan
X8 : biaya pendidikan
X9 : biaya pangan
X10 : biaya penerimaan petani
X11 : penggunaan pupuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil data skunder, petani di kabupaten Tolitoli dikelompokkan
berdasarkan kemampuan kelompok tani, pembagian kelas kemampuan kelompok tani per 1
Januari 2016 data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura dari 10 kecamatan.
Pembagian tersebut yakni, pemula sebanyak 948 kelompok, lanjut 232 kelompok, madya 25
kelompok, dan utama tidak ada di kabupaten Tolitoli. Jumlah petani yang ada di kabupaten
Tolitoli sebanyak 26.283 dengan jumlah gapoktan sebanyak 91 kelompok. Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi dan penyebaran angket
kepada subjek penelitian yang terdapat di kecamatan Tolitoli Utara sebanyak 34 orang,
Galang 43 orang, dan Dampal Selatan 40 orang petani dengan jumlah subjek 234 orang, 117
orang menggunakan pupuk organik dan 117 orang pengguna pupuk an-organik. Analisis
faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan NTP di kabupaten Tolitoli disajikan dalam tabel
berikut:
No Variabel Symbol Koefisien regresi (b) T hitung Probability (𝜌) 1 Intercept A 146 6.382 003
2 Bibit X1 227 2.240 .016
3 Pupuk X2 244 2.219 .024
4 Pestisida X3 -153 .896 .371
5 Upah kerja X4 388 2.415 .017
6 Sandang X5 427 2.652 .009
7 Papan X6 276 2.706 .007
8 Kesehatan X7 -195 1.093 .276
9 Pendidikan X8 147 2.822 .012
10 Pangan X9 409 5.631 .009
11 Penerimaan X10 3.297 9.746 .000
12 Dummy X11 509 4.188 .000
R = 0.893
R2
= 0.797
F hitung = 22.02
F Tabel =1.8319
T Tabel =1.9707
Hasil analisis diperoleh nilai F hitung sebesar 22.02. sedangkan nilai F Tabel dengan nilai
1.832 dengan derajat kebebasan (df) residual (sisa) 222 dan df regression (perlakuan) 11,
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
204
probability (𝜌) 0.000. Karena F hitung (22.02) > F Tabel (1.832). dengan nilai probability (𝜌) 0.000 < 0.05 itu berarti probabilitas 0.000 < 0.05 maka Ho diTolak dan H1 diterima. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen (Xi) yaitu terdiri dari biaya