PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 KASIHAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: Noviani Kumalasari NIM: 131314048 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
Embed
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH …repository.usd.ac.id/11882/2/131314048_full.pdf · siswa selama penerapan model pembelajaran Talking Stick dan (2) prestasi belajar
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SISWA
KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 KASIHAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
Noviani Kumalasari
NIM: 131314048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SISWA
KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 KASIHAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
Noviani Kumalasari
NIM: 131314048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Kedua orang tua saya ”Subarjono dan Sugiyanti” dan adik saya “Gustamara
Ardianta” yang senantiasa memberi dukungan dan doa tiada henti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Sesunguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah
selesai (dari suatu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan
hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.
(QS. Al-Insyirah 6-8)
Barang siapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam.
(Ir. Soekarno)
Hidup tidak akan menghadiahkan apapun kepada manusia tanpa kerja keras.
(Noviani Kumalasari)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Juli 2017
Penulis,
Noviani Kumalasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Noviani Kumalasari
NIM : 131314048
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SISWA
KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 KASIHAN”
Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain dan
mempublikasikannya di internet untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian peryataan ini, saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 24 Juli 2017
Yang menyatakan,
Noviani Kumalasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SISWA
KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 KASIHAN
Noviani Kumalasari
Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) minat belajar sejarah
siswa selama penerapan model pembelajaran Talking Stick dan (2) prestasi belajar
sejarah siswa setelah penerapan model pembelajaran Talking Stick.
Metode Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model
Kurt Lewin yang dilakukan dalam dua siklus dengan empat tahapan, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan yang berjumlah 29 siswa. Objek
penelitian adalah minat belajar siswa, prestasi belajar siswa dan model
pembelajaran Talking Stick. Instrumen penelitian adalah observasi, wawancara,
kuesioner dan tes. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif
komparatif dengan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terjadi peningkatan minat belajar
sejarah siswa selama penerapan model pembelajaran Talking Stick, hal ini
berdasarkan skor rata-rata minat belajar sejarah pada keadaan awal adalah 75,60
meningkat menjadi 80,90 atau 5,30% pada siklus II. (2) Terjadi peningkatan
prestasi belajar sejarah ditunjukkan rata-rata keadaan awal yaitu 73,45, pada
siklus I menjadi 77,16 atau 3,71% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi
81,15 atau 3,99%. Dari segi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada keadaan
awal siswa yang mencapai KKM sebesar 44,83%, pada siklus I meningkat
menjadi 65,52% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 96,55%.
Kata kunci: Minat Belajar, Prestasi Belajar dan Talking Stick
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
IMPROVING INTEREST AND LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH
TALKING STICK LEARNING MODEL ON CLASS STUDENTS XI IPS 2
SMA NEGERI 1 KASIHAN
Noviani Kumalasari
Sanata Dharma University
2017
This study aims to improve: (1) students’ interest in learning history
during the implementation of Talking Stick learning model and (2) student’s
learning achievement after the application of Talking Stick learning model.
This Research Method was Kurt Lewin’s Classroom Action Research
(PTK) model which was conducted in two cycles with four stages, namely
planning, action implementation, observation and reflection. The subjects of this
study were students of class XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan which consist of 29
students. The object of research are the students’ interest, students’ learning
achievement and Talking Stick learning model. The research instruments are
observation, interview, questionnaire and test. The data analysis was conducted
using comparative descriptive analysis technique with percentage.
The results of this research show that (1) there is an increase of students’
interest in learning history during the implementation of Talking Stick learning
model; it is based on the average score of students’ interest in learning history at
the beginning was 75,60 to increase 80,90 or 5,30% in cycle II. (2) The increase
of students’ achievement in learning history indicated the average of initial
condition that was 73,45, in cycle I to became 77,16 or 3,71% and in cycle II
increasing again to 81,15 or 3,99%. In terms of Minimum Exhaustiveness Criteria
(KKM), in the initial state, students who reached KKM of 44,83%, in the first
cycle increased to 65,52% and in the second cycle increased to 96,55%.
Keyword: Interest Learning, Learning Achievement and Talking Stick
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran
Talking Stick Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana (S1) di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan
dan kemudahan bagi penulis selama belajar di Program Studi Pendidikan
Sejarah.
3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah
membantu, membimbing dan memberikan dorongan kepada penulis dengan
segala kasih, perhatian, kesabaran hingga skripsi ini selesai.
4. Seluruh dosen dan sekretariat Progam Studi Pendidikan Sejarah yang telah
memberi dukungan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata
Dharma.
5. Kepala SMA Negeri 1 Kasihan yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Bapak Drs. Sugiharja selaku guru mata pelajaran sejarah SMA Negeri 1
Kasihan yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis
ketika penelitian berlangsung.
7. Seluruh siswa SMA Negeri 1 Kasihan khususnya siswa kelas XI IPS 2.
8. Kedua orang tua dan adik saya yang memberikan semangat, doa serta
dukungan untuk saya.
9. Teman-teman angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah
mendukung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Yogyakarta, 24 Juli 2017
Penulis,
Noviani Kumalasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
MOTTO ................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 5
C. Batasan Masalah .................................................................................................. 6
D. Rumusan Masalah ............................................................................................... 6
E. Pemecahan Masalah............................................................................................. 6
F. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 7
Lampiran 16a Validitas Soal PG Siklus I ............................................................ 185
Lampiran 16b Validitas Soal Essay Siklus I ........................................................ 186
Lampiran 16c Validitas Soal PG Siklus II ........................................................... 187
Lampiran 16d Validitas Soal Essay Siklus II ....................................................... 188
Lampiran 17a Reliabilitas Soal PG Siklus I ......................................................... 189
Lampiran 17b Reliabilitas Soal Essay Siklus I .................................................... 190
Lampiran 17c Reliabilitas Soal PG Siklus II ....................................................... 191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Lampiran 17d Reliabilitas Soal Essay Siklus II ................................................... 192
Lampiran 18 Foto Kegiatan Penelitian ................................................................ 193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin maju dan berinovasi. Oleh karena itu, setiap manusia sebagai individu
dituntut mampu bersaing demi memajukan kehidupannya. Salah satu cara yang
ditempuh adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Di dalam pendidikan terdapat suatu proses mendidik siswa. Menurut Ki
Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.1 Penyelenggaraan
pendidikan untuk anak dapat dimulai dari lingkungan keluarga dan pendidikan
formal. Masyarakat Indonesia mengenal pendidikan formal di mana pendidikan
tersebut secara resmi diakui oleh pemerintah.
Sekolah Menengah Atas yang disingkat SMA adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan sebagai lanjutan
setelah menempuh jenjang SMP atau sederajat. Setiap sekolah memiliki sejarah
yang panjang dan mempunyai ciri khas tersendiri, seperti halnya SMA Negeri 1
Kasihan. Resmi berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0292/0/1978 pada tanggal 2 September
1Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya, Jakarta,
Rajawali Pers, 2012, hlm. 9-10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
1978 terhitung mulai tanggal 1 April 1978, sekolah ini memiliki profil yang
menarik dari sekolah lain.
Lingkungan yang asri dan bersih menjadi ciri khas SMA Negeri 1 Kasihan
sehingga tidak dipertanyakan lagi jika sekolah tersebut meraih Juara Terbaik
Sekolah Sehat Tingkat Nasional 2016. Selain itu, SMA Negeri 1 Kasihan
dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang mendukung untuk proses pembelajaran.
Taman juga disediakan agar siswa dapat belajar dengan nyaman dan dekat dengan
alam. SMA Negeri 1 Kasihan terus berupaya memajukan sekolah mulai dari
bidang akademik maupun non akademik termasuk pengembangan dalam bidang
keagamaan.
SMA Negeri 1 Kasihan telah membuktikan eksistensinya dengan berbagai
prestasi yang ditorehkan pada bidang akademik maupun non akademik. Pada
bidang akademik prestasi yang dicapai adalah juara debat Bahasa Inggris tingkat
propinsi, juara pertama Karya Ilmiah Remaja (KIR) tingkat nasional dan
pertukaran pelajar ke Australia pada tahun 2010. Prestasi non akademik juga
mewarnai perjalanan SMA Negeri 1 Kasihan seperti juara pertama renang tingkat
provinsi, juara tenis meja dan sebagainya.
Suatu keberhasilan yang telah dicapai oleh SMA Negeri 1 Kasihan
menunjukkan bahwa proses mendidik siswa berjalan dengan baik. Namun, tidak
dapat dipungkiri terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran di SMA Negeri
1 Kasihan. Hasil wawancara dengan guru sejarah kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1
Kasihan menyatakan bahwa sebagian siswa cenderung kurang berminat dalam
proses pembelajaran sejarah dikarenakan faktor perpindahan kelas yang semula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dari kelas IPA menjadi IPS. Kurangnya kedisiplinan seperti terlambat masuk
kelas juga menjadikan proses pembelajaran terganggu. Menyikapi hal ini, guru
mencoba menerapkan metode pembelajaran yang bisa membuat proses
pembelajaran efektif seperti misalnya meringkas materi, membuat makalah,
sistem penghargaan bagi siswa yang aktif saat pembelajaran dan sebagainya.
Metode konvensional seperti ceramah juga tetap diterapkan oleh guru untuk
memberi penguatan pada siswa.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti di kelas XI IPS 2
terlihat kurang adanya ketertarikan terhadap mata pelajaran sejarah yang
merupakan mata pelajaran wajib di sekolah. Pada saat proses pembelajaran
sejarah berlangsung hanya beberapa siswa saja yang mengikuti proses
pembelajaran dengan serius, sedangkan sebagian siswa lainnya masih sibuk
dengan kegiatannya sendiri. Banyak siswa yang bermain handphone, bercermin,
melamun, mengobrol hingga tidur saat proses pembelajaran. Tingkat keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah juga cenderung kurang. Terdapat
siswa yang tidak mencatat hal penting terkait materi sejarah dan tidak aktif
bertanya maupun mengungkapkan pendapat. Hal ini dikarenakan siswa
meremehkan mata pelajaran sejarah. Keadaan tersebut diperkuat berdasarkan hasil
kuesioner minat belajar sejarah yang menunjukkan skor rata-rata yaitu 75,60.
Berdasarkan hasil wawancara kepada tiga siswa kelas XI IPS 2
menyatakan bahwa kurang tertariknya siswa terhadap pelajaran sejarah
dikarenakan suasana kelas yang kurang mendukung seperti terlalu ribut. Suasana
kelas yang tidak kondusif dikarenakan siswa mencari kesibukannya sendiri. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
sisi lain kesempatan untuk aktif bekerja sama dengan kelompok kurang dan
cenderung lebih bekerja secara individu saat proses pembelajaran. Siswa berharap
agar pembelajaran sejarah dapat memberikan kesempatan untuk aktif di dalam
kelompok sehingga suasana pembelajaran di kelas menjadi hidup dan
menyenangkan.
Minat dan prestasi belajar memiliki korelasi sangat erat, siswa yang
memiliki minat tinggi tentu akan berdampak positif bagi prestasi belajarnya tetapi
apabila minat cenderung rendah akan berdampak negatif pada prestasi belajar.
Adapun prestasi belajar sejarah di kelas XI IPS 2 masih perlu ditingkatkan.
Keadaan ini diperkuat berdasarkan pada hasil ulangan terakhir yang diberikan
oleh guru menunjukkan bahwa masih ada siswa yang belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75 pada mata pelajaran sejarah meskipun nilai
rata-rata kelas mencapai 73,4. Dari 29 siswa yang mencapai KKM baru 13 siswa
dengan persentase 44,83% dan siswa yang belum mencapai KKM berjumlah 16
siswa dengan persentase 55,17%. Data tersebut menunjukkan perlu diadakan
perbaikan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada pada pembelajaran
sejarah, peneliti menawarkan gagasan yaitu menerapkan model pembelajaran
Talking Stick yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan terutama untuk
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Talking Stick merupakan model
pembelajaran kooperatif yang mendorong peserta didik untuk berani
mengemukakan pendapat dan mendorong untuk saling membantu satu sama lain
dalam menguasai materi pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Pada proses pembelajaran siswa dituntut untuk bekerja sama dalam
kelompok. Siswa juga berusaha meningkatkan pemahamannya terhadap materi
pembelajaran sekaligus untuk meningkatkan kecapakan serta tanggung jawab
individu dan kelompok. Model pembelajaran Talking Stick juga akan
menghidupkan suasana pembelajaran menjadi menyenangkan.
Model pembelajaran Talking Stick memiliki kelebihan yaitu dapat menguji
kesiapan peserta didik dalam pembelajaran, melatih peserta didik memahami
materi dengan cepat, memacu agar peserta didik lebih giat belajar yakni dengan
belajar terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai dan meningkatkan keberanian
peserta didik dalam mengungkapkan pendapat.2 Berdasarkan pada kelebihan yang
dipaparkan, model pembelajaran Talking Stick dapat memecahkan masalah yang
ditemukan pada pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan.
Selanjutnya model pembelajaran ini juga diharapkan dapat meningkatkan minat
dan prestasi belajar sejarah.
Dari latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul “Peningkatan
Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Talking
Stick Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan”.
B. Identifikasi Masalah
Beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya minat yang dimiliki siswa untuk belajar sejarah.
2 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta, Pustaka belajar, 2010,
hlm. 199.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Prestasi belajar siswa yang rendah dan belum mencapai KKM
3. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi.
C. Batasan Masalah
Pada batasan masalah ini penulis memfokuskan untuk meningkatkan minat
dan prestasi belajar sejarah melalui penerapan model pembelajaran Talking Stick.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah penerapan model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan
minat belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan
prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA NegeriI 1 Kasihan?
E. Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick dalam proses
pembelajaran sejarah. Hal ini dikarenakan melalui model pembelajaran tersebut
siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran, sehingga diyakini dapat
meningkatkan minat dan prestasi belajar sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
F. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk:
1. Meningkatkan minat belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1
Kasihan dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick.
2. Meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1
Kasihan dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick.
G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif mengajar di sekolah
dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.
2. Manfaat bagi guru
Penelitian ini dapat dijadikan alternatif seorang guru sejarah dalam
memilih model pembelajaran yang efektif serta efisien dan mendukung
kreatifitas guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik sehingga
siswa memiliki ketertarikan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
3. Manfaat bagi siswa
Manfaat bagi siswa dalam penerapan model pembelajaran Talking Stick ini
adalah untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran sejarah.
4. Manfaat bagi peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan peneliti dalam
menerapkan model pembelajaran Talking Stick pada pembelajaran sejarah serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
menambah pengalaman peneliti sebagai calon guru sejarah dalam memilih model
pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Selanjutnya manfaat
bagi peneliti untuk mengembangkan penelitian karya ilmiah di masa yang akan
datang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Konsep Minat
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat sama halnya
dengan kecerdasan dan motivasi karena memberi pengaruh terhadap aktivitas
belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak
bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks
belajar di kelas, seorang guru atau pendidik perlu membangkitkan minat siswa
agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.3
Menurut Sukardi yang dikutip oleh Ahmad Susanto minat dapat diartikan
sebagai kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Adapun menurut
Sardiman dalam Ahmad minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang
melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-
keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Minat pada dasarnya timbul tidak
secara tiba-tiba atau spontan melainkan timbul akibat dari partisipasi,
pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi jelas bahwa minat
akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan dan keinginan.4
3 Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2015, hlm.29. 4 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta, Kencana, 2013,
hlm.57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Slameto menyatakan bahwa ciri-ciri siswa yang berminat dalam belajar
adalah sebagai berikut5:
1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari;
2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati;
3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang diminati.
Ada rasa ketertarikan pada suatu aktivitas-aktivtas yang diminati;
4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya;
5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan;
Rosyidah menjelaskan bahwa timbulnya minat pada diri seseorang pada
prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: minat yang berasal dari
pembawaan dan minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar. Pertama,
minat yang berasal dari pembawaan, timbul karena berasal dari pembawaan,
timbul dengan sendirinya dari setiap individu hal ini biasanya dipengaruhi oleh
faktor keturunan atau bakat ilmiah. Kedua, minat yang timbul karena adanya
pengaruh dari luar diri individu, timbul seiring dengan proses perkembangan
individu bersangkutan. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan
orang tua atau kebiasaan (adat).6
Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa.
Suatu kegiatan belajar yang dilakukan tidak sesuai dengan minat siswa akan
memungkinkan berpengaruh negatif terhadap hasil belajar siswa yang
bersangkutan. Dengan adanya minat dan tersedianya rangsangan yang ada sangkut
pautnya dengan diri siswa maka siswa akan mendapat kepuasan batin dari
kegiatan belajar tadi.
5 Suyono dan Hariyanto, Implementasi Belajar dan Pembelajaran, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, hlm.177. 6 Ahmad Susanto, op.cit., hlm.60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Pada dunia pendidikan di sekolah, minat memegang peranan penting
dalam belajar. Karena minat merupakan suatu kekuatan motivasi yang
menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap seseorang, suatu benda,
atau kegiatan tertentu. Dengan demikian, minat merupakan unsur yang
menggerakkan motivasi seseorang sehingga orang tersebut dapat berkonsentrasi
terhadap suatu kegiatan tertentu.
Adanya unsur minat pada diri siswa maka siswa akan memusatkan
perhatiannya pada kegiatan pembelajaran.7 Penting bagi guru untuk mengenal
minat-minat muridnya karena ini penting bagi guru untuk memilih bahan
pelajaran, merencanakan pengalaman-pengalaman belajar, menuntun mereka ke
arah pengetahuan dan untuk mendorong motivasi belajar mereka.8
2. Konsep Belajar
Belajar adalah proses melibatkan manusia secara orang per orang sebagai
satu kesatuan organisme sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan,
ketrampilan dan sikap.9 Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung
sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan,
kegemaran dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena
belajar. Dengan demikian belajar merupakan proses penting yang terjadi dalam
kehidupan setiap orang. Karenanya pemahaman yang benar tentang konsep
belajar sangat diperlukan.10 Cronbach dalam bukunya yang berjudul Educational
7 Ibid, hlm.66. 8 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2007, hlm. 105. 9 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 2002, hlm.159. 10 Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo, 2014, hlm. 47.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Psychologi menyatakan bahwa learning is shown by a change in behavior as
result of experience (belajar ditunjukan oleh perubahan perilaku sebagai hasil
pengalaman). Definisi tersebut menekankan pada perubahan akan tetapi juga
bahwa perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku.11
Winkel menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan
dan nilai sikap.12 Belajar menurut Wasty Soemanto merupakan proses dasar dari
pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan
perubahan-perubahan untuk menjadi lebih baik sehingga tingkah lakunya
berkembang.13 Di dalam proses belajar terdapat berbagai aktivitas seperti
mendengarkan, memandang, menulis, membaca, membuat ringkasan, mengingat
dan sebagainya.
Dengan demikian belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
oleh seseorang atau individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu
baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung sebagai
pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Dapat dikatakan juga bahwa
belajar sebgai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan
pemahaman, ketrampilan serta nilai-nilai dan sikap.
11 Ibid, hlm. 48. 12 Jamil, Suerihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta, Ar-Ruzz
nasionalisme dan kewarganegaraan serta nilai-nilai demokratis yang
berwawasan nasional penting dalam penyajian pembelajaran sejarah.
10) Pembelajaran sejarah tidak hanya mendasari pembentukan kecerdasan dan
intelektualitas tetapi pembentukan martabat manusia yang tinggi.
11) Relevansi pembelajaran sejarah dengan orientasi pembangunan nasional
berwawasan kemanusiaan dan kebudayaan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
sejarah merupakan sub sistem dari pendidikan. Pembelajaran sejarah memiliki
peran penting dalam pembentukan nasionalisme dan membuat siswa untuk
berpikir kritis serta mengambil makna dari setiap peristiwa sejarah. Selain itu,
pembelajaran sejarah berperan dalam membentuk karakter peserta didik yang
nantinya dapat mewujudkan pribadi berkualitas.
5. Pendekatan Saintifk dalam Pembelajaran Sejarah
a. Pendekatan Saintifik
Pendekatan dalam konteks pembelajaran adalah perspektif (sudut
pandang) teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam memilih model,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
metode dan teknik pembelajaran.20 Pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah di mana informasi searah dari
guru.21
Pendekatan saintifik memberikan pedoman bagi guru agar memberikan
arahan kepada peserta didik untuk mandiri dan aktif di kelas. Peserta didik diajak
untuk mandiri dalam mencari sumber-sumber belajar berkaitan dengan materi
sehingga siswa tidak terpaku pada guru. Adapun langkah-langkah dalam
pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran yaitu22:
1) Melakukan pengamatan atau observasi
Observasi adalah menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi.
Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan
kualitatif mengandalkan panca indera dan hasilnya dideskripsikan secara naratif.
sementara itu kuantitatif untuk melihat karakteristik benda menggunakan alat ukur
karena menggunakan angka. Pengamatan yang cermat sangat dibutuhkan untuk
dapat menganalisis suatu permasalahan.
20 Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21: Kunci Sukses
Implementasi Kurikulum 2013, Bogor, Ghalia Indonesia, 2014, hlm. 32. 21 Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, Yogyakarta, Penerbit Gava
Media, 2014, hlm.51. 22 Ridwan Abdullah Sani, 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013,
Jakarta, PT Bumi Aksara, hlm. 52-74.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2) Mengajukan pertanyaan
Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan topik
yang akan dipelajari. Aktifitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan
keingintahuan (curiosity) dalam diri siswa dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk belajar. Dengan demikian dapat terbentuk pemikiran maupun sikap
kritis peserta didik. Dalam hal ini guru perlu mengajukan pertanyaan dalam upaya
memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan.
3) Melakukan eksperimen/ percobaan/memperoleh informasi
Belajar dengan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam
melakukan aktifitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu
permasalahan. Guru perlu mengarahkan siswa dalam merencanakan aktivitas,
melaksanakan aktivitas dan melaporkan aktivitas yang telah dilakukan.
4) Mengasosiasi/menalar
Kemampuan mengelola informasi melalui penalaran dan berpikir rasional
merupakan kompetensi penting yang harus dimilki oleh siswa. Informasi yang
diperoleh oleh pengamatan atau percobaan yang dilakukan akan diproses dan
untuk menemukan keterkaitan informasi dan mengambil berbagai kesimpulan dari
pola yang telah ditemukan.
5) Membangun jaringan dan komunikasi
Pada dasarnya setiap orang memiliki jaringan, jaringan sangat dibutuhkan
dalam belajar yang berasal dari berbagai macam sumber. Sebuah jaringan
terbentuk ketika siswa berpartisipasi dalam kegiatan diskusi. Kemampuan untuk
membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena
kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman. Bekerja sama dalam kelompok merupakan salah satu cara
membentuk kemampuan siswa untuk dapat membangun jaringan dan komunikasi.
b. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah
Kurikulum 2013 mendefinisikan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL)
sesuai dengan yang seharusnya yakni sebagai kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencangkup sikap, pengetahuan dan ketrampilan.23
Selain itu, Kurikulum 2013 menekankan pendekatan saintifik. Pendekatan
saintifik sangat perlu diterapkan di dalam pembelajaran sejarah. Hal ini berkaitan
dengan masih banyaknya siswa yang mengesampingkan pelajaran sejarah karena
23 Ibid, hlm.45.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
berbagai alasan seperti tidak menarik, membosankan hingga kurang relevan
dipelajari pada masa sekarang.
Oleh karena itu, pendekatan saintifik diperlukan dalam penerapan
pembelajaran sejarah. Pendekatan saintifik memberikan hal-hal baru dalam proses
pembelajaran sejarah seperti menanya, mengeksplorasi, menalar, menemukan
keterkaitan antar infomasi dari pengamatan peristiwa-peristiwa sejarah dan
membentuk jejaring komunikasi.
6. Prestasi Belajar Sejarah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).24 Belajar adalah suatu aktivitas
atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan,
memperbaiki perilaku, sikap dan mengkokohkan kepribadian.25 Prestasi belajar
menurut Oemar Hamalik merupakan sesuatu yang dibutuhkan seseorang untuk
mengetahui kemampuan setelah melakukan kegiatan yang bersifat belajar karena
prestasi adalah hasil belajar yang mengandung unsur penilaian, hasil usaha kerja
dan ukuran kecakapan yang dicapai siswa.26
Prestasi belajar yang diberikan oleh siswa berdasarkan kemampuan
internal yang diperolehnya sesuai dengan tujuan instruksional, dan diperlihatkan
dengan hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai
24 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua, Jakarta, Balai Pustaka, hlm.12. 25 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2011 hlm. 9. 26 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajran, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2005, hlm.68.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
hasil dari kegiatan belajar. Ahmad Susanto menyatakan bahwa prestasi belajar
dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenai sejumlah meteri pelajaran tertentu.27
Berdasarkan penjelasan di atas prestasi belajar sejarah yaitu keberhasilan
dan penguasaan siswa terhadap pemahaman, pengetahuan serta ketrampilan mata
pelajaran sejarah yang ditunjukkan dengan prestasi (hasil yang telah dicapai)
siswa melalui nilai angka yang diberikan oleh guru. Keberhasilan dari prestasi
belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern28:
1) Faktor Intern adalah faktor yang berasal dari individu
Faktor yang berasal dari dalam individu meliputi Need do Achievement
yakni dorongan atau motif intrinsik untuk mencapai prestasi dalam hal tertentu.
Kemudian faktor intern yang bisa mengahambat tercapainya prestasi adalah takut
gagal, berupa perasaan cemas apabila menempuh ujian mempelajari sesuatu yang
baru. Takut gagal mempengaruhi seseorang untuk mencapai kesuksesan.
2) Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu
Faktor ekstern meliputi faktor lingkungan yang ada di sekitar individu
tersebut, baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sekitar.
7. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah
Menurut Von Glaserfeld konstruktivisme adalah salah satu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstuksi
(bentukan) kita sendiri. Von Glaserfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah
suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan selalu merupakan akibat dari
suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.29
27 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta, Kencana Prenada
Media Group, 2013, hlm. 5. 28 Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan, Jakarta, Depdikbud, 1990,
hlm. 84-85. 29 Paul Suparno. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta, Penerbit Kanisus, 1997,
hlm.18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan
kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas melalui konteks terbatas. Manusia harus mengkonstruksi
pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata.30 Konstruktivisme
juga memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia, membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada
pengetahuan sesuai pengalamannya.31
Pada proses pembelajaran, guru atau pendidik tidak secara langsung
mentransferkan pengetahuan kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna.
Namun, peserta didik harus membangun pengetahuan tersebut berdasarkan
pengalamannya. Konstruktivisme dapat mendukung proses pembelajaran dalam
mencapai tujuan pembelajaran karena konstruktivisme memiliki prinsip yaitu: (1)
pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, (2) tekanan pada proses
pembelajaran terletak pada siswa, (3) mengajar adalah membantu siswa belajar,
(4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir, (5)
kurikulum menekankan partisipasi siswa, (6) guru adalah fasilitator.32
Pembelajaran sejarah berdasarkan konstruktivisme membuat siswa dapat
berpikir secara kritis atas masalah-masalah yang ada di sekitarnya. Dengan
menggali informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber, menganalisis
30Trianto Ibnu Badar Al Tabani, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan
Kontekstual: Konsep Landasan dan Implementasi pada Kurikulum 2013, Jakarta, Prenadamedia
Group, 2014. hlm. 146. 31 Esa Nur Wahyuni Baharudin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media,
hlm. 164. 32 Paul Suparno, op.cit, hlm. 73.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
masalah-masalah kemudian dapat membuat konsep pemahaman siswa sendiri
dalam mempelajari sejarah.
8. Pembelajaran Kooperatif
Secara sederhana kata “kooperatif” berarti mengerjakan sesuatu secara
bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim. Jadi,
pembelajaran kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu
antara satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang
dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.33
Menurut Slavin yang dikutip oleh Isjoni, pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok
heterogen.34
Menurut pendapat Anita Lie, model pembelajaran kooperatif tidak sama
dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dalam pembelajaran
cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan
benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.35
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran
kooperatif bukanlah bentuk kerja kelompok yang memiliki taraf sederhana akan
tetapi bentuk kerja kelompok yang mengutamakan proses antar peserta didik serta
33 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik,
Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2013, hlm. 8. 34 Ibid, hlm.15. 35 Anita Lie, Cooperative Learning, Jakarta, Grasindo, 2002, hlm. 29.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
memiliki tujuan untuk mewujudkan pemahaman bersama antar sesama.
Pembelajaran kooperatif juga menuntut peserta didik untuk saling bertanggung
jawab dan saling peduli.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam
kelas kooperatif siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan
dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan
menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.36
Lungdren menjelaskan terdapat unsur-unsur pembelajaran kooperatif
menurut yaitu37:
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang
bersama.”
2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik
lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam
mempelajari materi yang dihadapi.
3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang
sama.
4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota
kelompok.
5) Para siswa diberikan penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap
evaluasi kelompok.
6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
ketrampilan bekerja sama selama belajar.
7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara
peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara
peserta belajar itu sendiri. Terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik
36Robert E Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung, Penerbit Nusa Media,
2008, hlm. 4. 37 Isjoni, op.cit., hlm.16-17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pembelajaran kooperatif yakni penghargaan kelompok, pertanggungjawaban
individu dan kesempatan yang sama untuk berhasil38:
1) Penghargaan kelompok, dalam pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-
tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan
kelompok diperoleh jika kelompok mancapai skor di atas kriteria yang
ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu
sebagai anggota kelompok.
2) Pertanggungjawaban individu, dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan
kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota
kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas
anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap
untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri.
3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan, pembelajaran
kooperatif menggunakan nilai yang mencangkup nilai perkembangan
berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu.
Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa sama-sama
memperoleh kesempatan untuk berhasil, baik di kelompok maupun secara
individu.
Berdasarkan penjelasan di atas pembelajaran kooperatif sebenarnya
merupakan pembelajaran yang begitu inovatif dan efektif. Pembelajaran
kooperatif dapat membantu keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Hal ini didasarkan pada prosesnya yaitu memusatkan
perkembangan peserta didik dalam belajar dan juga mendorong untuk mengasah
kemampuan bersosialisasi.
9. Model Pembelajaran Talking Stick
Model pembelajaran adalah cara atau teknik penyajian yang digunakan
guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran.39 Model
pembelajaran memiliki peran penting terhadap jalannya proses pembelajaran.
Dalam hal ini model pembelajaran memberikan pedoman kepada guru untuk
mengajar di kelas agar pembelajaran berjalan secara terstruktur. Berbagai model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar salah satunya
adalah model pembelajaran Talking Stick. Pembelajaran dengan model Talking
Stick mendorong pesserta didik untuk berani mengemukakan pendapat.40
Talking stick (tongkat berbicara) merupakan cara yang pada mulanya
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara
atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku). Talking
stick (tongkat berbicara) telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku
Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak.41 Tongkat berbicara
sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak
berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah ia
harus memegang tongkat. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin
berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah
dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan
pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu
dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai sebagai tanda seseorang memiliki hak
suara (berbicara) yang diberikan secara bergantian.
40 Agus Suprijono, Cooperative Learning:Teori dan Aplikasi, Yogyakarta, Pustaka belajar, 2010,
hlm. 109. 41 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014, hlm. 197.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Model pembelajaran Talking Stick termasuk salah satu model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik atau
indikator yaitu bekerja sama, mendengarkan teman, menghargai pendapat teman,
memberikan pendapat, mengkomunikasikan jawaban, membantu anggota
kelompok, mengambil giliran dan bertanggung jawab. Dari penjelasan di atas
mengidentifikasikan Talking Stick adalah model pembelajaran kooperatif hal ini
berdasarkan ciri-ciri yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif yaitu:
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang
heterogen
3) Bila dimungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis
kelamin yang berbeda.
4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu
Sebagai model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran Talking Stick
ini bertujuan untuk meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar yang lebih
baik dan sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Pembelajaran
dengan model Talking Stick juga bertujuan untuk mendorong peserta didik untuk
berani mengemukakan pendapat. Tujuan selanjutnya untuk mengembangkan sikap
saling menghargai pendapat dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara
kelompok.42 Model pembelajaran Talking Stick memiliki tujuan untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, memberikan
42 Isjoni, Cooperative Learning, Bandung, Alfabeta, 2010, hlm. 21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan
siswa yang berbeda latar belakangnya.
Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik
mempelajari materi pokoknya. Pada saat penerapan model pembelajaran Talking
Stick dapat diiringi musik saat stick (tongkat) bergulir dari peserta didik ke peserta
didik lainnya.43 Model pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi
pesrta didik SD, SMP dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara,
pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan. Penerapan
model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut44:
1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.
2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
3) Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga kelompok
mendapat tugas satu materi atau tugas yang berbeda dari kelompok lain.
4) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara
kooperatif.
5) Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan pembahasan
kelompok.
6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.
7) Evaluasi
8) Penutup
Menurut Ramdhan langkah-langkah pembelajaran Talking Stick adalah
sebagai berikut45:
1) Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang;
2) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm;
3) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari
materi pelajaran;
4) Peserta didik berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana;
43 Agus Suprijono, op.cit, hlm. 110. 44 Ibid, hlm. 198-199. 45 http://tarmizi.wordpress.com/2010/02/15/talking-stick/, Diakses pada tanggal 3 Maret 2017,
Observasi merupakan pengamatan yang digunakan untuk melihat aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Alat-alat untuk mengobservasi
yaitu lembar observasi kegiatan siswa dan lembar observasi terkait dengan
pembelajaran kooperatif. Observasi terkait dengan pembelajaran kooperatif
dilakukan dengan mengamati indikator yang telah dibuat oleh peneliti seperti
bekerjasama, peduli, partisipasi, tanggung jawab dan menghargai.
b) Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengetahui keadaan minat dan prestasi
siswa. Wawancara ini dilakukan kepada guru mata pelajaran sejarah dan beberapa
peserta didik yang telah ditunjuk oleh peneliti.
c) Tes hasil belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum
dan sesudah diterapkannya model pembelajaran Talking Stick. Adapun alat-alat
dalam tes hasil belajar (prestasi) yaitu soal-soal pilihan ganda dan uraian (essay)
serta tugas diskusi di kelas.
d) Kuesioner minat belajar
Kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat minat belajar sejarah
siswa. Alat dalam kuesioner ini adalah lembar kuesioner minat belajar sejarah
siswa, yang dibagikan pada siswa sebanyak dua kali yakni pada pra siklus dan
siklus II. Penentuan skor menggunakan skala likert yang terdiri dari lima kategori.
Pada pernyataan positif, pilihan jawaban “Sangat Setuju” (SS) diberi skor 5,
“Setuju” (S) skor 4, “Ragu-ragu” (R) skor 3, “Tidak Setuju” (TS) skor 2 dan
“Sangat Tidak Setuju” (STS) skor 1. Sebaliknya untuk pernyataan negatif yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
“Sangat Setuju” (SS) diberi skor 1, “Setuju” (S) skor 2, “Ragu-ragu” (R) skor 3,
“Tidak Setuju” (TS) skor 4 dan pernyataan “Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi
skor 5.54
e) Dokumentasi
Data nilai ulangan harian siswa digunakan untuk mengetahui prestasi
belajar sejarah siswa. Selain itu, foto dan video proses pembelajaran digunakan
sebagai bukti pelaksanaan penelitian.
2. Validitas dan Reliabilitas
a) Validitas
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat sahihnya sebuah
tes. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria dalam
arti memiliki kesejajaran antara hasil tes dengan kriteria.55 Sebuah instrumen atau
tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang
membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti ingatan
(pengetahuan), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Dengan kata
lain sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya
mengukur setiap aspek berpikir seperti yang diuraikan dalam standar kompetensi,
KD, maupun indikator yang terdapat dalam kurikulum.56
Untuk mengetahui tingkat validitas atas uji coba instrumen maka peneliti
menggunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson
yaitu:
54Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Penerbit Alfabeta, 2012,
hlm. 93. 55Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua, Jakarta, Bumi Aksara,
2013, hlm. 65. 56 Ibid., hlm. 58-59.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Keterangan :
rXY = Koefisienkorelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan.
N = Jumlah peserta tes
X = Skor item
Y = Skor total
X2 = Kuadrat dari X
Y2 = Kuadrat dari Y
Ydengan Xperkalian Jumlah XY
Untuk mengetahui besar taraf signifikan butir soal digunakan rumus57:
Keterangan: t = taraf signifikan
r = korelasi skor item dengan skor total
n = jumlah butir item
Setelah didapat taraf signifikannya, kemudian dikonsultasikan pada tabel t
signifikan.58
b) Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan
yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.59 Dapat dikatakan reliabilitas adalah
tingkat keajegan (konsistensi) dari suatu tes.
Rumus Alpha atau Koofesien Alpha merupakan rumus dasar untuk
menerapkan koofesien reliabilitas dalam pendekatan konsistensi-internal, dan
rumus ini menghasilkan suatu estimasi reliabilitas yang tepat dalam semua
57 Nana Sudjana, Metode Statistika, Bandung, Tarsito, 2002, hlm. 380. 58 Ibid, hlm. 491. 59 Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 100.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
situasi.60 Selain itu, teknik Koofesien Alpha sangat cocok digunakan pada skor
berbentuk skala (misalnya 1-4 atau 1-5) dan skor (0-20 dan 0-50). Teknik
Koofesien Alpha dapat juga digunakan pada skor dikotomi (0 dan 1) seperti soal
tes pilihan ganda.61 Dalam mencari reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan
rumus sebagai berikut62:
Keterangan:
σ2 = Standar Deviasi
x = Simpangan X dari X, yang di cari dari X - X
S2 = Varians, selalu dituliskan dalam bentuk kuadrat, karena
standar deviasi kuadrat
N = Banyaknya subjek pengikut tes
Keterangan:
= Reliabilitas yang di cari.
= Jumlah varians skor tiap-tiap item
= Varians total
3. Hasil Uji Coba Instrumen
Berikut ini merupakan hasil pengujian instrumen penelitian yang terdiri
dari kuesioner minat dan soal uji kompetensi (tes) yang dilakukan oleh peneliti.
a) Validitas
Instrumen dinyatakan valid jika mencapai taraf signifikan 0,70 ke atas.
Bila taraf signifikan intrumen tersebut berada di bawah 0,70 maka instrumen
dinyatakan gugur. Berikut ini merupakan hasil pengujian validitas di lapangan.
60 Samsi Haryanto, Pengantar Teori Pengukuran Kepribadian, Surakarta, Sebelas Maret
University Press, 1994, hlm. 35. 61 Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008, hlm. 77. 62 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta, Bumi Aksara,
1999, hlm. 110.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
1) Minat
Berdasarkan hasil pengujian instrumen di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1
Kasihan, dari 40 item kuesioner yang valid berjumlah 40 atau tidak ada yang
gugur.
2) Prestasi
Berdasarkan hasil pengujian soal tes (instrumen) di lapangan pada siklus I
terdapat 30 item dan item yang valid berjumlah 25, sedangkan item yang gugur
berjumlah 5 item, yaitu nomor 2, 6, 13, 22 dan 23. Pada siklus II terdapat 30 item
dan item yang valid berjumlah 25 item, sedangkan item yang gugur berjumlah 5
item, yaitu nomor 2, 7, 8, 11, dan 23.
b) Reliabilitas instrumen
Instrumen dinyatakan tetap atau reliabel jika taraf signifikan mencapai
0,70 ke atas. Bila taraf signifikan instrumen tersebut dibawah 0,70 maka
instrumen dinyatakan tidak reliabel. Berikut ini merupakan hasil pengujian
reliabel di lapangan.
1) Minat
Berdasarkan hasil pengujian instrumen di lapangan tingkat reliabilitas
instrumen minat adalah r= 0,885 dengan taraf signifikan 0,993 dari 40 item.
2) Prestasi
Berdasarkan hasil pengujian instrumen prestasi di lapangan, tingkat
reliabilitas soal pilihan ganda siklus I adalah r= 0,568 dengan taraf signifikan
0,993 dan tingkat reliabilitas soal esai adalah r= 0,623 dengan taraf signifikan
0,975. Tingkat reliabilitas instrumen prestasi pada siklus II pilihan ganda adalah
r= 0,469 dengan taraf signifikan 0,99 dan untuk soal esai adalah r= 0,178 atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
signifikan adalah 0,95. Berdasarkan hasil dari pengujian instrumen di atas dapat
disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini layak digunakan untuk melakukan
penelitian.
I. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Desain yang
digunakan pada penelitian ini diadaptasi dari desain penelitian Suharsimi
Arikunto sebagai berikut:
Gambar II: Bagan Siklus Penelitian63
J. Analisis Data
Setelah pengumpulan data, hal yang perlu dilakukan adalah analisis data.
Analisis data memiliki peran penting dalam penelitian tindakan kelas. Analisis
data ini dilakukan dalam setiap aspek penelitian. Analisis data yang digunakan
yaitu menggunakan teknik analisis deskriptif dan teknik analisis komparatif.
63 Suharsimi dkk, op.cit., hlm.42.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Teknik analisis deskriptif digunakan untuk data kualitatif yaitu dengan
mengungkapkan kelemahan dan kelebihan proses pembelajaran mulai dari pra
siklus, siklus I dan siklus II. Sedangkan teknik komparatif digunakan pada data
kuantitatif yaitu dengan membandingkan hasil dari pra siklus, siklus I dan siklus
II. Pada penelitian tindakan kelas, pengumpulan data yang berupa data kuantitatif
dan data kualitatif dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif dilakukan pada data hasil observasi kegiatan
belajar, minat dan prestasi belajar sejarah siswa. Data kuantitatif ini dinyatakan
dalam bentuk angka dan dianalisis dengan teknik statistik.64
Data observasi kegiatan belajar, minat dan prestasi belajar sejarah siswa
dianalisis menggunakan PAP I (Penilaian Acuan Patokan). PAP I digunakan
untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan sebagai
kriteria keberhasilan.65 Berikut ini tabel PAP I (Penilaian Acuan Patokan):
Tabel 1: Keterangan Penilaian Acuan PAP I
Tingkat Kegiatan Belajar Kriteria
90% -100% Sangat Tinggi
80% - 89% Tinggi
70% -79% Cukup
60% -69% Kurang
0% - 59% Sangat Kurang
64 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2011, hlm. 199. 65Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2009, hlm. 235.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
a. Data observasi kegiatan siswa
Untuk mengetahui tingkat kegiatan belajar siswa maka data kegiatan
belajar siswa dianalisis dengan menggunakan persentase. Kegiatan belajar siswa
merupakan salah satu bagian dalam penilaian karena melalui kegiatan belajar
siswa dapat menujang peningkatan minat dan prestasi belajar sejarah siswa.
Aspek yang diamati berupa on task, off task dan kooperatif dalam pembelajaran,
untuk melihat lembar observasi dapat dilihat pada lampiran. Adapun cara
menghitung nilai kegiatan belajar siswa adalah:
N = Nilai hasil pengamatan
= Hasil perolehan dari aspek yang dinilai
= Hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspek
yang diamati
b. Data minat belajar siswa
Pada penelitian ini, data minat belajar siswa baik keadaan awal sebelum
tindakan maupun sesudah tindakan yaitu pada siklus II dianalisis dengan
menggunakan PAP I (Penilaian Acuan Patokan). Minat belajar sejarah siswa
diukur berdasarkan kuesioner atau angket minat belajar sejarah yang diisi siswa.
Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis data minat belajar siswa
adalah sebagai berikut:
N = Nilai hasil pengamatan
= Hasil perolehan dari aspek yang dinilai
= Hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspek
yang diamati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Selanjutnya pada tahap analisis dimasukkan dalam tabel analisis minat belajar
sejarah siswa yang sesuai dengan kriteria PAP I seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 2: Analisis Minat Belajar Sejarah Siswa
No. Kriteria Skala
Minat Frekuensi
Persentase
(%) Rata-rata
1. Sangat Tinggi 90-100
2. Tinggi 80-89
3. Cukup 70-79
4. Rendah 60-69
5. Sangat Rendah 0-59
Jumlah
c. Data prestasi belajar sejarah siswa
Pada data prestasi belajar sejarah siswa, pada kondisi awal sebelum
tindakan maupun siklus I dan siklus II dianalisis dengan menggunakan PAP I
seperti yang digunakan pada observasi kegiatan dan minat belajar sejarah siswa.
Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis data prestasi belajar siswa
adalah sebagai berikut:
N = Nilai hasil pengamatan
= Hasil perolehan dari aspek yang dinilai
= Hasil kali skor kriteria maksimal dengan jumlah aspek
yang dinilai
1) Menghitung tingkat prestasi belajar siswa
Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa pada kondisi awal
maupun siklus I dan siklus II, peneliti menggunakan PAP I dengan KKM 75.
Berikut cara untuk menentukan tingkat prestasi belajar sejarah siswa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 3: Analisis Prestasi Belajar Sejarah Siswa
No. Kriteria Skala
Minat Frekuensi
Persentase
(%) Rata-rata
1. Sangat Tinggi 90-100
2. Tinggi 80-89
3. Cukup 70-79
4. Rendah 60-69
5. Sangat Rendah 0-59
Jumlah
2) Menghitung persentase
Peningkatan prestasi belajar sejarah siswa dapat dilihat melalui persentase
siswa yang mencapai KKM dan tidak mencapai KKM. Adapun rumus yang
digunakan sebagai berikut:
Menghitung persentase jumlah siswa mencapai KKM
Menghitung persentase jumlah siswa yang tidak mencapai KKM
2. Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif adalah analisis data yang dilakukan secara
deskriptif untuk memaknai dan menjelaskan hal-hal apa saja yang diamati. Data
kualitatif dinyatakan secara deskriptif atau dalam bentuk verbal tanpa
menggunakan teknik statistik.66 Data kualitatif pada dasarnya digunakan untuk
menjelaskan atau memaparkan data tentang suatu gejala yang diamati ketika
66 Sugiyono, op.cit., hlm. 306.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
penelitian dilakukan dan digunakan untuk memaknai tingkat kategori minat serta
prestasi belajar sejarah siswa.
a. Kegiatan pra penelitian yang meliputi kegiatan guru dan kegiatan siswa
selama pembelajaran berlangsung.
b. Kegiatan siklus I dan siklus II yang meliputi tahap perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung
dan tingkat keberhasilan dari penerapan model pembelajaran Talking Stick
pada pelajaran sejarah.
3. Analisis Komparatif
Analisis komparatif, yaitu analisis yang membandingkan hasil pengamatan
kegiatan belajar, minat belajar dan prestasi belajar siswa antara pra tindakan
dengan pada saat tindakan menggunakan model pembelajaran Talking Stick.
Analisis komparatif ini bertujuan untuk melihat peningkatan kegiatan belajar,
minat dan prestasi belajar siswa sebelum dan setelah penerapan model Talking
Stick dengan menggunakan analisis persentase.
a. Tabel analisis komparatif aktivitas belajar siswa
Tabel 4: Analisis Komparatif Aktivitas Belajar Siswa
No. Aspek Kooperatif
yang Diamati
Pra
Siklus Siklus I Siklus II
Selisih Ket.
Jml % Jml % Jml % Naik Turun
1. Bekerja sama dalam
kelompok
2.
Mendengarkan
teman saat diskusi
kelompok
3. Menghargai
pendapat teman
4.
Memberikan
pendapat, gagasan
saat diskusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
5.
Mengkomunikasikan
jawaban kepada
anggota kelompok
6.
Membantu anggota
kelompok dalam
memecahkan
masalah saat
pembelajaran
7. Mengambil giliran
saat diskusi
8. Bertanggung jawab
terhadap kelompok
b. Tabel analisis komparatif minat belajar sejarah siswa
Tabel 5: Analisis Komparatif Minat Belajar Siswa
No. Nama Minat
Selisih Ket Persentase Pra Siklus Siklus II
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah
Rata-rata
Tertinggi
Terendah
c. Tabel analisis komparatif prestasi belajar sejarah siswa
Tabel 6: Analisis Komparatif Prestasi Belajar Sejarah Siswa
No. Nama
Pra Siklus Siklus I Persentase
Nilai Tuntas Tidak
Tuntas Nilai Tuntas
Tidak
Tuntas Naik Turun
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah
Persentase
Rata-rata
Tertinggi
Terendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
K. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Proses Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan melalui dua siklus pada
setiap siklusnya terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
pengamatan (observasi), dan refleksi (reflection). Prosedur pelaksanaan penelitian
diuraikan sebagai berikut:
1. Pra Siklus
a. Permintaan Izin
Permintaan izin kepada Ketua Jurusan PIPS Universitas Sanata Dharma,
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) DIY, Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga (DIKPORA) DIY, Kepala SMA Negeri 1 Kasihan.
b. Observasi
Kegiatan observasi bertujuan untuk mengumpulkan data dan mengamati
situasi maupun kondisi di dalam kelas. Observasi dilakukan di kelas XI IPS 2
SMA Negeri 1 Kasihan yang berjumlah 29 siswa. Observasi ini digunakan untuk
memperoleh hasil belajar siswa sebelum dilakukan penelitian dan untuk
mengetahui model pembelajaran serta media yang digunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran, sebelum peneliti menerapkan model pembelajaran Talking
Stick.
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti dalam melakukan penelitian tindakan kelas terlebih dahulu
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan memperhatikan
materi pokok beserta indikatornya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
d. Menyiapkan Media Pembelajaran
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah power point dan
tongkat (stick) yang terbuat dari bambu.
e. Menyiapkan Instrumen penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen yaitu soal tes, lembar
pengamatan kegiatan belajar siswa, kuesioner minat belajar, lembar diskusi dan
lembar untuk wawancara.
2. Rencana Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam dengan proses
empat tahapan yaitu merencakan, melakukan tindakan, observasi dan refleksi.
Tahap-tahap tersebut diterapkan pada setiap siklus. Siklus yang dilakukan
minimal dua siklus dan PTK ini masih bisa dilanjutkan ke siklus berikutnya jika
hasil yang diharapkan belum menunjukkan kemajuan yang signifikan.
a. Siklus I
1) Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan persiapan untuk melaksanakan penelitian
tindakan kelas (PTK). Peneliti menyusun semua instrumen yang dibutuhkan
untuk melakukan penelitian, seperti bahan ajar, alat peraga maupun media
pembelajaran.
2) Tindakan
Setelah melakukan perencanaan, langkah selanjutnya guru melaksanakan
tindakan penelitian di kelas. Pada pelaksanaan tindakan, pertama guru melakukan
apersepsi dengan mengulas materi yang dipelajari sebelumnya, kemudian guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
menyampaikan tujuan pembelajaran dan model pembelajaran yang akan
digunakan. Guru menyampaikan materi pengantar kepada siswa yang selanjutnya
pada kegiatan inti pembelajaran membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.
Setiap kelompok diberi tugas yang harus didiskusikan secara kooperatif. Setelah
semua kelompok menyelesaikan tugas, guru meminta siswa untuk menutup
semua buku dan catatan. Tongkat diberikan kepada salah satu siswa yang
kemudian tongkat tersebut bergulir dengan diiringi lagu kebangsaan. Siswa yang
mendapat tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru. Guru memberikan
kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya dan memberikan tanggapan.
Pada kegiatan penutup siswa dibantu dengan guru melakukan refleksi serta
menyimpulkan materi yang sudah dipelajari beserta nilai-nilai yang dapat
diambil.
3) Observasi (Pengamatan)
Peneliti melakukan pengamatan terhadap kerja sama kelompok yang
terkait dengan pembelajaran kooperatif. Selain itu, peneliti mengamati kegiatan
belajar siswa dengan menggunakan instrumen observasi meliputi on task dan off
task.
4) Refleksi
Pada tahap ini, peneliti dan guru bersama-sama melakukan refleksi,
analisis, penyimpulan atas hasil penelitian yaitu prestasi belajar dan proses
pembelajaran. Peneliti kemudian membuat rencana untuk mengadakan perbaikan
pada siklus kedua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
b. Siklus II
Kegiatan dan tahap-tahap yang dilakukan pada siklus kedua pada dasarnya
sama dengan siklus pertama. Namun, tindakan pada siklus dua ini ditentukan
berdasarkan hasil dari refleksi yang dilakukan pada siklus pertama.
1) Perencanaan
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus pertama dan merupakan rencana tindakan selanjutnya pada siklus kedua.
2) Tindakan
Peneliti melaksanakan model pembelajaran Talking Stick berdasarkan
rencana pembelajaran atas hasil refleksi pada siklus pertama. Pada kegiatan
pendahuluan guru melakukan apersepsi dengan mengulas materi yang dipelajari
sebelumnya, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan model
pembelajaran yang akan digunakan. Guru menyampaikan materi pengantar
kepada siswa yang selanjutnya pada kegiatan inti pembelajaran membagi siswa ke
dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok diberi tugas yang harus didiskusikan
secara kooperatif. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas, guru meminta
siswa untuk menutup semua buku dan catatan. Tongkat diberikan kepada salah
satu siswa yang kemudian tongkat tersebut bergulir dengan diiringi lagu
kebangsaan. Siswa yang mendapat tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru.
Pada sesi tongkat bergulir, guru mengarahkan dan membimbing siswa agar dapat
dikondisikan. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
bertanya dan memberikan tanggapan. Pada kegiatan penutup siswa dibantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dengan guru melakukan refleksi serta menyimpulkan materi yang sudah dipelajari
beserta nilai-nilai yang dapat diambil.
3) Observasi (Pengamatan)
Peneliti yaitu melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa di
kelas yang terkait dengan pembelajaran kooperatif atas hasil refleksi pada siklus
pertama.
4) Refleksi
Peneliti dan guru bersama-sama melakukan refleksi terhadap pelaksanaan
siklus kedua, menganalisis sejauh mana peningkatan kualitas proses
pembelajaran yang kemudian berpengaruh pada peningkatan prestasi dan minat
belajar sejarah siswa dibandingkan dengan siklus pertama.
L. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat
tingkat keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk
melakukan perbaikan mutu atau kualitas proses pembelajaran di kelas. Terdapat
target keberhasilan yang dicapai sebagai berikut:
Tabel 7: Indikator Keberhasilan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah
Variabel Pra Siklus Siklus I Siklus II
Minat 44,83% - 80%
Prestasi (KKM 75) 44,80% 75% 95%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kasihan kelas XI IPS 2 pada
mata pelajaran sejarah yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Pada setiap siklus
terdapat tiga kali pertemuan di mana pertemuan pertama dan kedua digunakan
untuk kegiatan pembelajaran di dalam kelas sedangkan pertemuan ketiga
digunakan untuk uji kompetensi atau tes.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan
observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran sejarah
berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi awal aktivitas siswa
di kelas. Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan selama enam minggu
yaitu tanggal 8 April 2017 sampai dengan 20 Mei 2017. Hasil observasi pra
penelitian hingga penerapan model pembelajaran Talking Stick pada siklus I dan
siklus II diuraikan sebagai berikut:
1. Observasi Pra Siklus
Observasi pra siklus dilakukan pada tanggal 8 April 2017 pada jam
pelajaran ke lima dan enam sesuai dengan jadwal pelajaran sejarah di kelas XI IPS
2 SMA Negeri 1 Kasihan. Adapun jumlah siswa kelas XI IPS 2 secara
keseluruhan berjumlah 29 siswa. Guru mata pelajaran sejarah di kelas ini adalah
Bapak Drs. Sugiharja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Sebelum pelajaran sejarah dimulai, guru mengucapkan salam dan menyapa
siswa. Guru kemudian mengadakan presensi kehadiran siswa dan meminta siswa
untuk membuka buku paket pelajaran sejarah. Selanjutnya, guru memberi arahan
bahwa pembelajaran akan di dominasi penjelasan dari guru yang dibantu dengan
media power point yang kemudian dilanjutkan dengan tugas meringkas materi
sejarah yang ada di buku pelajaran. Selama siswa menyiapkan diri untuk proses
pembelajaran, guru juga mempersiapkan media pembelajaran dengan
menggunakan media power point. Namun, dikarenakan pada saat itu terjadi
pemadaman listrik maka guru beralih menggunakan metode ceramah dan
penugasan.
Pada saat pembelajaran dimulai masih terdapat beberapa siswa yang belum
masuk kelas dan guru tetap melanjutkan proses pembelajaran dengan apersepsi
untuk mengingat kembali materi minggu lalu. Selanjutnya guru mulai
menjelaskan materi mengenai Proklamasi Kemerdekaan dengan metode ceramah.
Ketika guru menjelaskan materi terdapat siswa yang mencatat hal-hal penting dari
penjelasan guru dan memperhatikan guru secara seksama. Di sisi lain terdapat
juga siswa yang sibuk dengan kegiatannya sendiri seperti bermain handphone,
bercermin dan mengobrol dengan teman.
Setelah materi dijelaskan, guru bertanya kepada siswa berkaitan dengan
materi untuk sejauh mana siswa sudah memahami penjelasan yang disampaikan.
Guru mencoba berinteraksi dengan siswa melalui beberapa pertanyaan untuk
mengajak siswa aktif saat pembelajaran dan terdapat empat siswa yang menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
pertanyaan dari guru. Selain itu, terdapat dua orang siswa yang mengungkapkan
pendapatnya.
Proses pembelajaran dilanjutkan kembali dengan penjelasan dari guru dan
kemudian guru memberikan tugas untuk meringkas buku pelajaran terkait materi
yang sedang dipelajari. Beberapa siswa langsung mengerjakan tugas dengan
semangat akan tetapi siswa yang bermalas-malasan lebih mendominasi proses
pembelajaran. Ada beberapa siswa yang keluar kelas namun meminta izin kepada
guru terlebih dahulu. Tugas meringkas dilakukan secara individu dan tidak ada
kerja kelompok yang untuk dipresentasikan. Berikut ini adalah tabel hasil
observasi kegiatan pembelajaran siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan
sebelum melakukan tindakan penelitian.
a. Keadaan Awal Kegiatan Belajar Sejarah Siswa
Tabel 8: On Task
No Aspek yang Diamati Jumlah Persentase
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru 14 48,28%
2. Siswa membaca LKS/ buku pelajaran yang relevan 25 86,21%
3. Siswa aktif bertanya 4 13,79%
4. Siswa mengemukakan pendapat 2 6,90%
4. Siswa menjawab pertanyaan 4 13,79%
6. Siswa mencatat materi yang diajarkan guru 8 27,59%
7. Siswa mengerjakan tugas dengan baik 17 58,62%
8. Siswa mengikuti proses pembelajaran dengan baik 10 34,48%
Tabel 9: Off Task
No Aspek yang Diamati Jumlah Persentase
1. Siswa mengobrol dengan teman 12 41,38%
2. Siswa tidak mencatat materi penting 21 72,41%
3. Siswa tidur di kelas 6 20,69%
4. Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru 15 51,72%
4. Siswa keluar masuk kelas 5 17,24%
6. Siswa bermain Hand Phone (HP) 9 31,03%
7. Siswa melamun saat pembelajaran 3 10,34%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Dari hasil observasi pra penelitian di atas menunjukkan bahwa 14 siswa
atau 48,28% memperhatikan penjelasan guru, 25 siswa atau 86,21% membaca
buku pelajaran, 4 siswa atau 13,79% aktif bertanya, 2 siswa atau 6,90%
mengemukakan pendapat, 4 siswa atau 13,79% menjawab pertanyaan dari guru.
Selanjutnya terdapat 8 siswa atau 27,59% mencatat materi, 17 siswa atau 58,62%
mengerjakan tugas dari guru dan 10 siswa atau 34,48% yang mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Berdasarkan hasil observasi tersebut kegiatan belajar
siswa yang paling menonjol adalah siswa membaca buku pelajaran dan
mengerjakan tugas.
Hasil observasi off task menunjukkan ada 12 siswa atau 41,38%
mengobrol saat pelajaran, 21 siswa atau 72,41% tidak mencatat materi, 6 siswa
atau 20,69% tidur di kelas, 15 siswa atau 51,72% tidak memperhatikan penjelasan
guru, 5 siswa atau 17,24% keluar masuk kelas, 9 siswa atau 31,03% bermain
Hand Phone (HP), 3 siswa atau 10,34% melamun saat pembelajaran. Dari hasil
yang dipaparkan tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar siswa kelas
XI IPS 2 sebelum penerapan model Talking Stick masih perlu ditingkatkan.
Pada observasi pra siklus, peneliti juga melakukan pengamatan untuk
kegiatan belajar siswa dalam aspek pembelajaran kooperatif. Indikator yang
digunakan untuk menilai aspek pembelajaran kooperatif diantaranya adalah
bekerja sama dalam kelompok, mendengarkan penjelasan teman saat diskusi,
menghargai pendapat teman, memberikan gagasan saat diskusi kelompok,
mengkomunikasikan jawaban kepada anggota kelompok, membantu sesama
anggota kelompok, mengambil giliran saat diskusi dan bertanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
terhadap kelompoknya. Namun, dikarenakan tidak adanya kegiatan dalam
pembelajaran kooperatif maka peneliti hanya melakukan observasi terhadap
kegiatan belajar siswa yang meliputi on task dan off task.
b. Minat Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus
Pada tahap pra siklus, peneliti melakukan pengamatan terhadap minat
belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan dengan membagikan
kuesioner. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan awal minat belajar sejarah
siswa. Berikut ini tabel keadaan awal minat belajar sejarah siswa:
Tabel 10: Data Minat Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus
No. Nama Skor
1. AF 81,50
2. ANN 81,50
3. AKR 74,00
4. APD 89,00
5. AIS 80,00
6. APP 71,50
7. DR 80,00
8. DZ 91,00
9. FS 73,00
10. FDU 73,50
11. FMP 64,50
12. FIF 73,50
13. HHZ 67,50
14. HRA 70,50
15. HSW 69,50
16. IA 87,50
17. JJ 78,50
18. KEA 72,00
19. MIZ 80,50
20. NKP 68,00
21. RJT 75,00
22. REM 72,50
23. RM 76,00
24. SDA 80,00
25. SSN 71,50
26. SS 71,00
27. WSD 69,50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
28. WI 72,00
29. YM 78,00
Rata-rata 75,60
Skor Tertinggi 91,00
Skor Terendah 64,50
Untuk melihat tinggi atau rendahnya minat belajar siswa digunakan skala
kriteria penelitian sebagai berikut:
Tabel 11: Data Kriteria Minat Belajar Siswa Pra Siklus
No. Kriteria Skala
Minat Frekuensi
Persentase
(%) Rata-rata
1. Sangat Tinggi 90-100 1 3,45
75,60
2. Tinggi 80-89 8 27,59
3. Cukup 70-79 15 51,72
4. Rendah 60-69 5 17,24
5. Sangat Rendah 0-59 0 0
Jumlah 29 100
Berdasarkan tabel di atas, minat awal belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2
menunjukkan terdapat 1 siswa atau 3,45% pada kategori sangat tinggi, kategori
tinggi 8 siswa atau 27,59%, kategori cukup terdapat 15 siswa atau 51,72%,
kategori rendah ada 5 siswa atau 17,24% dan kategori sangat rendah adalah 0%.
Dapat disimpulkan bahwa minat belajar sejarah siswa masih perlu untuk
ditingkatkan. Berikut ini adalah diagram keadaan awal minat belajar sejarah:
Gambar III: Diagram Minat Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
c. Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus
Pada pra siklus selain melakukan observasi terhadap kegiatan belajar siswa
dan minat belajar sejarah siswa, peneliti juga melihat keadaan awal prestasi siswa
kelas XI IPS 2. Data prestasi belajar sejarah diperoleh berdasarkan nilai ulangan
harian terakhir yang diberikan oleh guru mata pelajaran sejarah pada semester
genap. Hasil prestasi tersebut digunakan peneliti untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa setelah melakukan penelitian siklus I dan siklus II. Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan pihak sekolah adalah 75. Berikut ini
merupakan tabel keadaan awal prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA
Negeri 1 Kasihan:
Tabel 12: Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus
No. Nama Nilai Ketuntasan
Tuntas Tidak Tuntas
1. AF 82 √
2. ANN 80 √
3. AKR 72 √
4. APD 76 √
5. AIS 70 √
6. APP 64 √
7. DR 68 √
8. DZ 76 √
9. FS 60 √
10. FDU 60 √
11. FMP 76 √
12. FIF 70 √
13. HHZ 70 √
14. HRA 66 √
15. HSW 74 √
16. IA 86 √
17. JJ 80 √
18. KEA 68 √
19 MIZ 84 √
20. NKP 72 √
21. RJT 70 √
22. REM 78 √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
23. RM 76 √
24. SDA 70 √
25. SSN 82 √
26. SS 84 √
27. WSD 76 √
28. WI 72 √
29. YM 68 √
Jumlah 2130 13 16
Persentase 44,83 55,17
Nilai Tertinggi 86
Nilai Terendah 60
Rata-rata 73,45
Berdasarkan tabel di atas, keadaan awal prestasi belajar sejarah siswa kelas
XI IPS 2 sebelum diterapkan model pembelajaran Talking Sitck menunjukkan
siswa mencapai KKM adalah 13 siswa atau 44,83% sedangkan siswa yang
memperoleh nilai di bawah KKM berjumlah 16 siswa atau 55,17%. Rata-rata nilai
siswa adalah 73,45 dengan nilai tertinggi 86 dan nilai terendah 60. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA
Negeri 1 Kasihan masih perlu ditingkatkan untuk menjadi lebih baik. Hal ini
dikarenakan masih terdapat beberapa siswa yang belum mencapai KKM yang
sudah ditentukan oleh sekolah. Untuk mengetahui kriteria keadaan awal prestasi
belajar siswa ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 13: Data Kriteria Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus
No. Kriteria Skala
Minat Frekuensi
Persentase
(%) Rata-rata
1. Sangat Tinggi 90-100 0 0
73,45
2. Tinggi 80-89 7 24,14
3. Cukup 70-79 15 51,72
4. Rendah 60-69 7 24,14
5. Sangat Rendah 0-59 0 0
Jumlah 29 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan siswa dengan kriteria prestasi
sangat tinggi adalah 0. Kriteria tinggi berjumlah 7 siswa atau 24,14%. Selanjutnya
siswa dengan kriteria prestasi cukup berjumlah 15 siswa atau 51,72% dan kriteria
rendah berjumlah 7 atau 24,14%. Untuk mengetahui jumlah persentase keadaaan
awal tingkat prestasi belajar sejarah siswa dapat dilihat pada diagram di bawah
ini:
Gambar IV: Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus
2. Siklus I
Siklus I dilaksanakan sebanyak tiga pertemuan. Pertemuan pertama dan
kedua digunakan untuk mengajar yang dimulai pada tanggal 15 April dan 22 April
2017, sedangkan pertemuan ketiga pada tanggal 29 April 2017 digunakan untuk
ujian atau tes. Materi pembelajaran tentang “Pembentukan Pemerintahan Pertama
RI” dan “Tokoh Proklamator dan Tokoh Lainnya Sekitar Proklamasi”. Pada
pertemuan pertama materi yang dibahas tentang “Pembentukan Pemerintahan
Indonesia dan Sistem Pemerintahan Masa Awal Kemerdekaan”. Pertemuan 2
materi yang dibahas tentang “Meneladani Para Tokoh Proklamasi”. Pada siklus I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
ini, peneliti mulai menerapakan model pembelajaran Talking Stick yang akan
dijelaskan sebagai berikut ini:
a. Perencanaan Siklus I
Pada tahap perencanaan ini, peneliti melakukan penyusunan tindakan
berupa perangkat pembelajaran. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap
perencanaan siklus I, yaitu:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan rancangan kegiatan yang berisikan langkah-langkah dalam
melakukan proses pembelajaran di kelas. RPP dibuat dengan menerapkan
model pembelajaran Talking Stick. Peneliti menyusun RPP untuk dua
pertemuan di siklus I. Dalam menyusun RPP ini peneliti melakukan konsultasi
dengan dosen pembimbing dan guru pelajaran sejarah yang bersangkutan.
2) Mempersiapkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang digunakan pada siklus I ini mencakup Pembentukan
Pemerintahan Indonesia dan Tokoh Proklamator serta Tokoh Lainnya Sekitar
Proklamasi yang diambil dari Kompetensi Dasar (KD) 3.8 Menganalisis
peristiwa pembentukan pemerintahan pertama RI pada awal kemerdekaan
hingga perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu dan
Belanda.
3) Membuat Lembar Kerja Siswa
Pada penelitian ini, lembar kerja siswa yang digunakan siswa yaitu berupa
pertanyaan atau soal yang harus didiskusikan dalam kelompok yang nantinya
dapat dipertanggung jawabkan oleh setiap anggota kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
4) Membuat Media Pembelajaran
Media pembelajaran dalam penelitan ini dibuat oleh peneliti dengan
menggunakan media pembelajaran berupa power point yang berisi poin-poin
materi pembelajaran. Selain itu, juga digunakan tongkat atau stick yang
terbuat dari bambu untuk proses pembelajaran sejarah dengan model Talking
Stick.
b. Tindakan Siklus I
Pada tahap ini, pelaksanaan tindakan mengacu pada RPP yang telah dibuat
peneliti dengan menerapkan model pembelajaran Talking Stick. Pada siklus I
tindakan dilakukan sebanyak dua kali. Berikut ini uraian pelaksanaan tindakan
yang dilakukan pada siklus I:
1) Tindakan Pertemuan 1
Pada tindakan pertemuan 1 ini, penerapan model pembelajaran Talking
Stick mulai diterapkan. Tindakan 1 ini dilakukan pada hari Sabtu, 15 April 2017
pukul 10.30-12.00 WIB. Materi yang diajarkan adalah Pembentukan
Pemerintahan Indonesia dan Sistem Pemerintahan Masa Awal Kemerdekaan.
Pertemuan 1 ini diawali dengan mengucapkan salam serta menanyakan
kabar siswa kemudian dilanjutkan dengan menanyakan kehadiran siswa dalam
bentuk presensi. Guru juga mengkondisikan kesiapan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran. Pada kegiatan awal, guru melakukan apresepsi dengan
mengulas kembali materi yang telah dipelajari satu minggu yang lalu dan materi
yang akan dipelajari hari ini. Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Ketika kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
apersepsi terdapat beberapa siswa yang aktif menjawab pertanyaan, tetapi tidak
sedikit siswa yang tidak memperhatikan dan terkesan kurang tertarik.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan secara singkat tentang materi
Pembentukan Pemerintahan Indonesia dan Sistem Pemerintahan Masa Awal
Kemerdekaan. Setelah guru menjelaskan materi, selanjutnya guru menugaskan
siswa untuk membentuk kelompok beranggotakan 5-6 siswa secara acak. Setelah
semua siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing, guru menjelaskan
dalam menjawab pertanyaan yang disediakan, setiap anggota kelompok harus
bekerja sama secara kooperatif dan bertanggung jawab dalam memahami materi.
Pada saat diskusi, terdapat sebagian siswa yang kurang berpartisipasi
dalam kelompok dan hanya beberapa siswa yang memiliki antusias dalam proses
pembelajaran. Setelah diskusi, guru memberi arahan untuk menutup buku
pelajaran dan catatan hal ini untuk mengetahui apakah setiap anggota kelompok
memahami materi dengan bekerja sama secara kooperatif. Guru kemudian
memberikan tongkat bambu kepada salah satu siswa yang kemudian tongkat
tersebut bergulir. Saat tongkat tersebut bergulir seluruh siswa secara bersama-
sama menyanyikan lagu nasional yaitu Halo-halo Bandung.
Guru membimbing proses pembelajaran dengan model Talking Stick
dibantu dengan peneliti dan kolaborator dalam mengoprasikan perangkat laptop.
Pada saat kolaborator menghentikan lagu, tongkat juga berhenti bergulir di salah
satu siswa. Siswa yang mendapat tongkat kemudian mengambil giliran untuk
menjawab pertanyaan dengan dibantu oleh anggota kelompok. Pada sesi ini
kebanyakan siswa cenderung gugup karena takut mendapat giliran, akan tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
suasana pembelajaran yang menyenangkan sudah terlihat di kelas tersebut. Tidak
dapat dipungkiri terdapat siswa yang cenderung tidak memperhatikan ketika siswa
lain menjawab pertanyaan. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti
mengamati kegiatan siswa yang bersifat kooperatif.
Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa menarik kesimpulan terkait
materi yang sudah dipelajari. Selain itu, guru dan siswa bersama-sama
menemukan nilai-nilai kehidupan yang diperoleh selama pembelajaran
berlangsung. Penguatan materi juga dilakukan guru kepada siswa.
2) Tindakan Pertemuan 2
Tindakan pertemuan 2 pada siklus I dilaksanakan pada 22 April 2017, hari
dan jam yang sama dengan pertemuan pertama. Tindakan pada pertemuan 2
sebagian besar hampir sama dengan pertemuan 1 dan mencoba melakukan
perbaikan berdasarkan hasil evaluasi pada pertemuan 1. Materi yang dibahas pada
pertemuan 2 ini adalah “Meneladani Tokoh Proklamasi Kemerdekaan”. Pada awal
pembelajaran, guru memberi salam dan menanyakan kehadiran siswa yang
selanjutnya mengkondisikan kesiapan untuk proses pembelajaran. Guru
memberikan apersepsi berkaitan materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Selanjutnya guru menayangkan gambar yang berkaitan dengan Tokoh Proklamasi
Kemerdekaan serta menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan secara garis besar tentang Tokoh
Proklamasi Kemerdekaan. Selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa. Setelah semua siswa bergabung dengan
kelompoknya masing-masing, guru memberikan soal yang telah dipersiapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
kepada setiap kelompok. Selama diskusi berlangsung siswa terlihat aktif dalam
menjawab soal. Siswa saling mengungkapkan pendapat dan bersama-sama untuk
memahami materi. Namun, masih terdapat siswa yang masih pasif atau tidak aktif
di dalam kelompok.
Setelah diskusi kelompok, guru mulai membimbing siswa dalam model
pembelajaran Talking Stick. Pada saat tongkat bergulir kebanyakan siswa sudah
terlihat antusias. Siswa bersemangat menyanyikan lagu nasional Dari Sabang
Sampai Merauke dan Garuda Pancasila. Pada saat giliran menjawab pertanyaan,
siswa sangat antusias dan berusaha untuk menjawab dengan benar. Anggota
kelompok juga membantu anggota yang mendapati giliran menjawab. Siswa yang
lain sudah mulai berani untuk berpendapat dan mengajukan pertanyaan, sehingga
dapat dikatakan proses pembelajaran sudah cukup meningkat.
Saat kegiatan penutup, guru bersama siswa menarik kesimpulan terkait
materi yang sudah dipelajari. Selain itu, guru juga memberi tugas kepada siswa
untuk belajar di rumah karena minggu depan akan dilaksanakan ujian atau tes
tentang materi-materi yang sudah diajarkan.
c. Observasi Kegiatan Belajar Siswa
Observasi atau pengamatan belajar siswa dilakukan untuk mengetahui
aktivitas atau kegiatan siswa pada proses pembelajaran sejarah. Peneliti juga
melakukan pengamatan terhadap prestasi belajar sejarah siswa dan berikut ini
merupakan uraian dari hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
1) Aktivitas Siswa Kelas XI IPS 2 Siklus I
Observasi atau pengamatan aktivitas siswa dilakukan pada pertemuan
pertama dan kedua dengan digunakannya lembar observasi kooperatif yang
didalamnya terdapat indikator yang sudah dibuat oleh peneliti. Hasil observasi
aktivitas belajar sejarah siswa selama pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan model pembelajaran Talking Stick pada siklus I adalah sebagai
berikut:
Tabel 14: Data Kegiatan Kooperatif Belajar Siswa Pertemuan 1 Siklus I
No. Aspek Kooperatif yang Diamati Jumlah Persentase
%
1. Bekerja sama dalam kelompok 13 44,83
2. Mendengarkan teman saat diskusi kelompok 14 48,28
3. Menghargai pendapat teman 12 41,38
4. Memberikan pendapat, gagasan saat diskusi 9 31,03
5. Mengkomunikasikan jawaban kepada anggota
kelompok 10 34,48
6. Membantu anggota kelompok dalam
memecahkan masalah saat pembelajaran 11 37,93
7. Mengambil giliran saat diskusi 10 34,48
8. Bertanggung jawab terhadap kelompok 7 24,14
Pada pertemuan 1 di siklus I, siswa yang bekerja sama dalam kelompok
terdapat 13 siswa atau 44,83%, mendengarkan teman saat diskusi kelompok
sebanyak 14 siswa atau 48,28%, menghargai pendapat teman 12 siswa atau
41,38%, memberikan pendapat saat diskusi 9 siswa atau 31,03%. Selanjuntnya,
siswa yang mengkomunikasikan jawaban terdapat 10 siswa atau 34,48%, siswa
yang membantu memecahkan masalah berjumlah 11 siswa atau 37,93%,
mengambil giliran saat diskusi terdapat 10 siswa atau 34,48% dan siswa yang
bertanggung jawab terhadap kelompoknya berjumlah 7 siswa dengan persentase
24,14%. Aspek kooperatif yang dominan pada pertemuan ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
mendengarkan teman saat diskusi kelompok dengan jumlah 14 siswa atau
48,28%, sedangkan yang paling rendah adalah bertanggung jawab terhadap
kelompok dengan jumlah 7 siswa atau 24,14%.
Tabel 15: Data Kegiatan Kooperatif Belajar Siswa Pertemuan 2 Siklus I
No. Aspek Kooperatif yang Diamati Jumlah Persentase
%
1. Bekerja sama dalam kelompok 20 68,97
2. Mendengarkan teman saat diskusi kelompok 14 48,28
3. Menghargai pendapat teman 9 31,03
4. Memberikan pendapat, gagasan saat diskusi 21 72,41
5. Mengkomunikasikan jawaban kepada anggota
kelompok 17 58,62
6. Membantu anggota kelompok dalam
memecahkan masalah saat pembelajaran 15 51,72
7. Mengambil giliran saat diskusi 13 44,83
8. Bertanggung jawab terhadap kelompok 10 34,48
Berdasarkan data di atas terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa yang
bersifat kooperatif. Pertemuan 2 siklus I ini terdapat 20 siswa dengan persentase
68,97 % yang mau bekerja sama dalam kelompok, mendengarkan teman saat
diskusi kelompok sebanyak 14 siswa atau 48,28%, menghargai pendapat teman 9
siswa atau 31,03%, memberikan pendapat saat diskusi 21 siswa atau 72,41 %.
Siswa yang mengkomunikasikan jawaban berjumlah 17 siswa atau 58,62%, siswa
yang membantu anggota kelompok memecahkan masalah berjumlah 15 siswa atau
51,72%, mengambil giliran saat diskusi terdapat 13 siswa atau 44,83% dan siswa
yang bertanggung jawab terhadap kelompoknya berjumlah 10 siswa atau 34,48%.
Aspek kooperatif yang meningkat secara signifikan adalah aspek memberikan
pendapat, gagasan saat diskusi, di mana pada pertemuan 1 terdapat 9 siswa atau
31,03% kemudian meningkat menjadi 21 siswa atau 72,41%. Hal ini dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
siswa mulai terlibat aktif pada proses pembelajaran dan timbul ketertarikan untuk
belajar sejarah dengan model pembelajaran yang diterapkan.
2) Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I
Prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan
diukur berdasarkan hasil evaluasi berupa soal pilihan ganda dan soal essay yang
dilakukan setelah penerapan model pembelajaran Talking Stick. Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan adalah 75. Prestasi belajar sejarah
siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 16. Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I
No. Nama Nilai Ketuntasan
Tuntas Tidak Tuntas
1. AF 80 √
2. ANN 69 √
3. AKR 82 √
4. APD 82 √
5. AIS 73 √
6. APP 78 √
7. DR 80 √
8. DZ 87 √
9. FS 67 √
10. FDU 80 √
11. FMP 87 √
12. FIF 78 √
13. HHZ 73 √
14. HRA 67 √
15. HSW 76 √
16. IA 84 √
17. JJ 84 √
18. KEA 69 √
19 MIZ 80 √
20. NKP 67 √
21. RJT 76 √
22. REM 80 √
23. RM 73 √
24. SDA 80 √
25. SSN 67 √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
26. SS 87 √
27. WSD 82 √
28. WI 82 √
29. YM 69 √
Jumlah 2238 19 10
Persentase 65,52% 34,48%
Nilai Tertinggi 87
Nilai Terendah 67
Rata-rata 77,16
Berdasarkan data prestasi belajar sejarah siswa pada siklus I, siswa yang
mencapai KKM berjumlah 19 siswa atau 65,52% dan siswa yang belum mencapai
KKM berjumlah 10 siswa atau 34,48%. Rata-rata yang dicapai pada siklus I ini
adalah 77,16, sehingga pada siklus I ini telah terjadi peningkatan terhadap prestasi
belajar sejarah siswa. Berikut ini tabel yang merupakan kriteria prestasi belajar
sejarah siswa:
Tabel 17: Data Kriteria Prestasi Belajar Siswa Siklus I
No. Kriteria Skala
Minat Frekuensi
Persentase
(%) Rata-rata
1. Sangat Tinggi 90-100 0 0
77,16
2. Tinggi 80-89 15 51,72
3. Cukup 70-79 7 24,14
4. Rendah 60-69 7 24,14
5. Sangat Rendah 0-59 0 0
Jumlah 29 100
Pada siklus I ini terjadi peningkatan prestasi belajar sejarah siswa setelah
diterapkan model pembelajaran Talking Stick. Prestasi siswa yang pada siklus I
kriteria tinggi mengalami kenaikan yaitu 51,72%. Kriteria cukup mengalami
penurunan menjadi 24,14% dan kriteria rendah masih tetap sama dengan prestasi
pra siklus. Untuk melihat prestasi belajar sejarah siswa pada siklus I dapat dilihat
pada diagram dibawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Gambar V: Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I
d. Refleksi Siklus I
Refleksi siklus I dilakukan terhadap proses pembelajaran sejarah di kelas,
hasil observasi dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran
Talking Stick. Refleksi ini memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan yang diperoleh pada siklus I.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick pada siklus I ini berjalan
dengan baik dan lancar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada
proses pembelajaran serta pada hasil belajar sejarah siswa. Peningkatan proses
pembelajaran sejarah ditunjukkan dalam hal kegiatan belajar siswa di mana pada
aspek mengemukakan pendapat di pra penelitian berjumlah 2 siswa atau 6,90%
menjadi 9 orang atau 31,03% pada pertemuan 1 siklus I dan meningkat lagi
menjadi 21 siswa atau 72,41% pada pertemuan 2 siklus I. Siswa yang bekerja
sama dengan kelompok juga meningkat di setiap pertemuan pada siklus I.
Terdapat 13 siswa atau 44,83% yang bekerjasama dalam kelompok pada
pertemuan 1 siklus I kemudian meningkat pada pertemuan 2 siklus I yaitu 20
siswa dengan persentase 68,97%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Peningkatan prestasi belajar sejarah siswa ditunjukkan pada nilai rata-rata
keseluruhan siswa XI IPS 2 dari 73,45 pada pra penelitian menjadi 77,16 pada
siklus I. Selain itu, siswa yang mencapai KKM juga mengalami peningkatan yang
awalnya hanya 13 siswa atau 44,83% menjadi 19 siswa atau 65,52% sedangkan
siswa yang tidak mencapai KKM mengalami penurunan yaitu pada pra penelitian
terdapat 16 siswa atau 55,17% menjadi 10 siswa atau 34,48% pada siklus I.
Penerapan model pembelajaran Talking Stick ini bertujuan untuk
meningkatkan minat dan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA
Negeri 1 Kasihan. Pada awal penerapan model Talking Stick siswa masih
kebingungan tetapi setelah diberi penjelasan dan dibimbing saat proses
pembelajaran, siswa dapat memahami dengan baik. Pada pertemuan 2 mulai
terlihat minat belajar sejarah siswa dan siswa mulai banyak yang aktif dalam
kegiatan diskusi. Dari hasil refleksi, peneliti menyimpulkan bahwa pada siklus I
penerapan model pembelajaran Talking Stick mampu meningkatkan proses
pembelajaran sejarah dan prestasi belajar sejarah siswa meskipun hasil yang
diperoleh dapat dikatakan belum maksimal. Secara umum hal tersebut disebabkan
oleh beberapa hal yang diantaranya:
1) Masih ada siswa yang pasif saat proses pembelajaran.
2) Siswa masih tergantung dengan teman di dalam kelompok ketika mengerjakan
tugas kelompoknya.
3) Beberapa siswa masih ada yang bermain handphone saat proses pembelajaran.
4) Siswa masih meremehkan terhadap tugas kelompok yang diberikan.
5) Siswa belum serius dan masih sering bercanda gurau pada saat diskusi
kelompok.
6) Pengelolaan waktu yang kurang sesuai dengan yang direncanakan.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut minat dan prestasi belajar sejarah
siswa menujukkan peningkatan secara signifikan. Namun, minat dan prestasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
belajar sejarah siswa yang dicapai belum memenuhi target keberhasilan yaitu
75%, sehingga perlu melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran di siklus
I ini dengan melanjutkan ke siklus II. Diharapkan pada siklus II minat dan prestasi
belajar sejarah dapat ditingkatkan lagi dengan menggunakan model pembelajaran
Talking Stick.
3. Siklus II
Pada siklus kedua ini dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I.
Siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan 1 digunakan
untuk mengajar yang dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2017 dan pertemuan 2
digunakan untuk ujian atau tes yang kedua pada tanggal 20 Mei 2017. Tahap-
tahap yang dilaksanakan pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I di
mana terdapat tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Berikut ini
merupakan tahap pelaksanaan siklus kedua dengan menggunakan model
pembelajaran Talking Stick diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan Siklus II
Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, dilakukan
tindakan selanjutnya yaitu siklus II. Perencanaan pada siklus II hampir sama
dengan siklus I, yakni menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP, materi
pembelajaran, media pembelajaran dan kuesioner minat.
b. Tindakan Siklus II
Tindakan pada siklus II pada dasarnya sama dengan tindakan yang
dilaksanakan pada siklus I. Pelaksanaan tindakan siklus II ini hanya satu kali
pertemuan dikarenakan bertepatan dengan libur awal puasa dan persiapan Ujian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Kenaikan Kelas. Hal tersebut disesuakan dengan kalender akademik SMA Negeri
1 Kasihan dan peraturan dari pihak sekolah, sehingga tindakan pada siklus II ini
dilakukan sebanyak satu kali pertemuan kemudian pertemuan berikutnya
digunakan untuk ujian atau tes.
Tindakan siklus II ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Mei 2017 pukul
10.30-12.00 WIB. Materi pembelajaran pada siklus II melanjutkan materi minggu
lalu. Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini guru menggunakan model
pembelajaran Talking Stick. Proses pembelajaran diawali dengan kegiatan
pendahuluan di mana guru mengucapkan salam, menanyakan kabar siswa,
presensi dan mengkondisikan kesiapan siswa untuk proses pembelajaran. Tahap
selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan mengulas materi terakhir yang
sudah dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru
menayangkan video terkait dengan materi yang dipelajari.
Tahap berikutnya guru menjelaskan secara singkat mengenai materi
Kedatangan Sekutu Serta Memperjuangkan Kemerdekaan. Selanjutnya guru
membagi siswa dalam kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa.
Setelah semua siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing, guru
memberikan soal yang telah dipersiapkan kepada setiap kelompok. Pada saat
diskusi kelompok, siswa berdiskusi secara serius dan saling membantu untuk
menjawab persoalan. Selain itu, siswa saling mengungkapkan pendapat dan secara
kooperatif memahami materi pembelajaran.
Setelah diskusi kelompok, siswa diarahkan dan dibimbing dalam model
pembelajaran Talking Stick seperti pada siklus I. Selama proses pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
berlangsung terutama saat diskusi kelompok dan mengutarakan jawaban setelah
tongkat bergulir, siswa sudah aktif dan ikut berpartisipasi. Saat tongkat bergulir
dan berhenti di salah satu siswa, siswa tersebut mejawab dan mengemukakan
pendapatnya secara baik dan siswa yang lain antusias mendengarkan dan
menambahkan gagasan sehingga proses pembelajaran berjalan aktif.
Pada bagian penutup, guru meminta siswa menarik kesimpulan serta
menemukan nilai-nilai yang diperoleh selama pemebelajaran berlangsung baik
yang berkaitan dengan materi yang sudah dipelajari maupun pada saat proses
pembelajaran. Selain itu, guru memberikan pengutan atas materi serta kesimpulan
dan nilai-nilai yang telah disampaikan siswa.
c. Observasi Kegiatan Belajar Siswa
Observasi yang dilakukan pada siklus kedua hampir sama dengan yang
dilakukan pada siklus I. Peneliti melakukan pengamatan pada aktivitas siswa di
kelas, melihat tingkat minat belajar sejarah dan melihat hasil prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa. Berikut ini merupakan deskripsi hasil pengamatan atau
observasi terhadap siklus kedua:
1) Aktivitas Siswa Kelas XI IPS 2 Siklus II
Observasi atau pengamatan aktivitas siswa diukur dengan menggunakan
lembar observasi kooperatif yang didalamnya terdapat indikator yang sudah
dibuat oleh peneliti. Hasil observasi aktivitas belajar sejarah siswa selama
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran Talking
Stick pada siklus II adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tabel 18: Data Kegiatan Kooperatif Belajar Siswa Siklus II
No. Aspek Kooperatif yang Diamati Jumlah Persentase
%
1. Bekerja sama dalam kelompok 24 82,76
2. Mendengarkan teman saat diskusi kelompok 22 75,86
3. Menghargai pendapat teman 18 62,07
4. Memberikan pendapat, gagasan saat diskusi 20 68,97
5. Mengkomunikasikan jawaban kepada anggota
kelompok 20 68,97
6. Membantu anggota kelompok dalam
memecahkan masalah saat pembelajaran 17 58,62
7. Mengambil giliran saat diskusi 15 51,72
8. Bertanggung jawab terhadap kelompok 22 75,86
Berdasarkan data di atas aktivitas atau kegiatan belajar siswa yang bersifat
kooperatif menunjukkan bahwa pada siklus II ini terdapat 24 siswa atau 82,76 %
bekerja sama dalam kelompok, mendengarkan teman saat diskusi kelompok
sebanyak 22 siswa atau 75,86%, menghargai pendapat teman 18 siswa atau
62,07%, memberikan pendapat saat diskusi 20 siswa atau 68,97%. Siswa yang
mengkomunikasikan jawaban berjumlah 20 siswa atau 68,97%, siswa yang
membantu anggota kelompok memecahkan masalah berjumlah 17 siswa atau
58,62%, mengambil giliran saat diskusi terdapat 15 siswa atau 51,72% dan siswa
yang bertanggung jawab terhadap kelompoknya berjumlah 22 siswa dengan
persentase 75,86%. Aktivitas belajar siswa yang paling dominan pada siklus II
adalah aspek bekerja sama dalam kelompok yitu sebanyak 24 siswa atau 82,76%.
Hal ini dikarenakan siswa memiliki kesadaran untuk ikut terlibat aktif dalam
proses pembelajaran agar dapat memahami materi dengan baik.
2) Minat Belajar Sejarah Siswa Siklus II
Pada siklus II peneliti melakukan pengamatan kembali terhadap minat
belajar sejarah siswa XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan. Hasil perolehan minat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
belajar sejarah didapatkan dengan membagikan kuesioner. Berikut ini merupakan
tabel minat belajar sejarah siswa:
Tabel 19: Data Minat Belajar Siswa Siklus II
No. Nama Skor
1. AF 85,50
2. ANN 86,00
3. AKR 82,50
4. APD 92,50
5. AIS 83,00
6. APP 72,50
7. DR 85,50
8. DZ 90,00
9. FS 81,00
10. FDU 80,00
11. FMP 76,50
12. FIF 81,00
13. HHZ 76,00
14. HRA 80,50
15. HSW 82,00
16. IA 88,00
17. JJ 85,50
18. KEA 72,50
19. MIZ 78,00
20. NKP 74,00
21. RJT 76,00
22. REM 82,50
23. RM 82,00
24. SDA 78,00
25. SSN 71,50
26. SS 80,00
27. WSD 81,50
28. WI 82,00
29. YM 80,00
Rata-rata 80,90
Skor Tertinggi 92,50
Skor Terendah 71,50
Untuk mengetahui tinggi atau rendahnya minat belajar siswa digunakan
skla kriteria penelitian sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Tabel 20: Data Kriteria Minat Belajar Siswa Siklus II
No. Kriteria Skala
Minat Frekuensi
Persentase
(%) Rata-rata
1. Sangat Tinggi 90-100 2 6,90
80,90
2. Tinggi 80-89 18 62,07
3. Cukup 70-79 9 31,03
4. Rendah 60-69 0 0
5. Sangat Rendah 0-59 0 0
Jumlah 29 100
Berdasarkan tabel di atas, minat belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2
sesudah dilaksanakan siklus II menunjukkan bahwa pada kriteria sangat tinggi
terdapat 2 siswa atau 6,90%, kriteria tinggi 18 siswa atau 62,07%, kriteria cukup
terdapat 9 siswa atau 31,03%. Kriteria rendah dan sangat rendah adalah 0%. Dapat
dikatakan bahwa minat belajar sejarah siswa setelah siklus II terjadi peningkatan.
Berikut ini adalah diagram keadaan minat belajar sejarah siklus II:
Gambar VI: Diagram Minat Belajar Sejarah Siswa Siklus II
3) Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II
Prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan
diperoleh setelah dilakukuan tindakan pada siklus II. Prestasi belajar sejarah siswa
pada dasarnya diukur berdasarkan hasil evaluasi berupa soal pilihan ganda dan
soal essay sesuai materi yang sudah diajarkan. Kriteria Ketuntasan Minimal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
(KKM) yang ditentukan pada siklus II ini sama dengan siklus I yaitu 75. Prestasi
belajar sejarah siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 21. Data Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II
No. Nama Nilai Ketuntasan
Tuntas Tidak Tuntas
1. AF 82 √
2. ANN 60 √
3. AKR 82 √
4. APD 87 √
5. AIS 80 √
6. APP 82 √
7. DR 80 √
8. DZ 76 √
9. FS 80 √
10. FDU 80 √
11. FMP 76 √
12. FIF 87 √
13. HHZ 93 √
14. HRA 80 √
15. HSW 82 √
16. IA 80 √
17. JJ 76 √
18. KEA 87 √
19 MIZ 76 √
20. NKP 91 √
21. RJT 78 √
22. REM 87 √
23. RM 78 √
24. SDA 80 √
25. SSN 84 √
26. SS 91 √
27. WSD 80 √
28. WI 78 √
29. YM 82 √
Jumlah 2353 28 1
Persentase 96,55% 3,45%
Nilai Tertinggi 93
Nilai Terendah 60
Rata-rata 81,15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Berdasarkan data prestasi belajar sejarah siswa pada siklus II, siswa yang
mencapai KKM berjumlah 29 siswa atau 97% dan siswa yang belum mencapai
KKM berjumlah 1 siswa atau 3,4%. Rata-rata nilai siswa secara keseluruhan yang
dicapai pada siklus II ini adalah 81,15. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu
93 dan nilai terendah adalah 60, sehingga dapat dikatakan bahwa pada siklus II ini
terjadi peningkatan terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Berikut ini tabel yang
merupakan kriteria prestasi belajar sejarah siswa:
Tabel 22: Data Kriteria Prestasi Belajar Siklus II Siswa
No. Kriteria Skala
Minat Frekuensi
Persentase
(%) Rata-rata
1. Sangat Tinggi 90-100 3 10,34
81,15
2. Tinggi 80-89 18 62,07
3. Cukup 70-79 7 24,14
4. Rendah 60-69 1 3,45
5. Sangat Rendah 0-59 0 0
Jumlah 29 100
Pada siklus II ini terjadi peningkatan prestasi belajar sejarah siswa setelah
diterapkan model pembelajaran Talking Stick. Prestasi belajar sejarah siswa pada
siklus II kriteria sangat tinggi mengalami peningkatan menjadi 3 siswa atau
10,34%. Kriteria tinggi mengalami peningkatan di mana pada siklus I yaitu
terdapat 15 siswa atau 51,72% menjadi 18 siswa atau 62,07% pada siklus II dan
kriteria rendah mengalami penurunan sebesar 20,69% di mana hanya terdapat 1
siswa atau 3,45%. Untuk melihat prestasi belajar sejarah siswa pada siklus I dapat
dilihat pada diagram dibawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Gambar VII: Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus II
d. Refleksi Siklus II
Refleksi pada siklus II dilakukan terhadap proses pembelajaran sejarah di
kelas, hasil observasi, minat dan prestasi belajar sejarah siswa dengan menerapkan
model pembelajaran Talking Stick. Refleksi siklus II bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan yang diperoleh baik itu berupa proses maupun hasil.
Observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti menjadi dasar untuk
melakukan refleksi pada siklus II. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan
peneliti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Talking
Stick pada siklus II berlangsung lebih baik dari siklus I. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya peningkatan proses pembelajaran maupun pada hasil belajar
sejarah siswa pada siklus II. Peningkatan proses pembelajaran sejarah terlihat
dalam hal kegiatan belajar siswa di mana pada aspek bekerja sama dengan
kelompok mengalami peningkatan di setiap pertemuan pada siklus I dan siklus II.
Terdapat 13 siswa atau 44,83% yang bekerjasama dalam kelompok pada
pertemuan 1 siklus I kemudian meningkat pada pertemuan 2 siklus I yaitu 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
siswa dengan persentase 68,97%. Selanjutnya terjadi peningkatan menjadi 24 atau
82,76% pada siklus II.
Siswa yang mendengarkan teman saat diskusi juga mengalami
peningkatan di mana pada pertemuan 1 dan 2 siklus I berjumlah 14 siswa atau
44,28% meningkat menjadi 22 siswa atau 75,86% pada siklus II. Kegiatan siswa
aspek bertanggung jawab juga terjadi peningkatan yang ditunjukkan dari
pertemuan 1 siklus I terdapat 7 siswa atau 24,14% kemudian meningkat pada
pertemuan 2 siklus I menjadi 10 siswa atau 34,48% dan pada siklus II mengalami
peningkatan yang signifikan menjadi 22 siswa atau 75,86%.
Minat belajar sejarah siswa XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan pada siklus II
mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dari hasil kuesioner yang telah
dibagikan pada siklus II terlihat bahwa rata-rata skor yang diperoleh siswa XI IPS
2 lebih tinggi dibandingkan dengan pra siklus. Pada pra siklus rata-rata skornya
adalah 75,60 yang kemudian meningkat menjadi 80,90 pada siklus II. Peningkatan
minat belajar sejarah terlihat pada suasana di kelas saat proses pembelajaran.
Siswa sangat antusias untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan diskusi. Siswa
juga sudah memiliki kepercayaan diri untuk berargumentasi dan bertanya,
sehingga dapat dikatakan suasana pembelajaran sejarah menjadi aktif dan efektif.
Peningkatan prestasi belajar sejarah siswa ditunjukkan dari nilai rata-rata
keseluruhan siswa XI IPS 2 yaitu 76,55 pada siklus I menjadi 81,15 pada siklus II.
Siswa yang mencapai KKM juga mengalami peningkatan yang awalnya
berjumlah 18 siswa atau 62,07% menjadi 28 siswa atau 96,55%. Siswa yang tidak
mencapai KKM mengalami penurunan yaitu pada siklus I terdapat 10 siswa atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
34,48% menjadi 1 siswa atau 3,45% pada siklus II. Berdasarkan observasi yang
kemudian direfleksikan peneliti, menujukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Talking Stick terbukti mampu meningkatkan
minat dan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan.
B. Komparasi Aktivitas Belajar, Minat dan Prestasi Belajar Sejarah
Komparasi merupakan perbandingan hasil pengamatan kegiatan belajar,
minat dan prestasi belajar sejarah siswa pra tindakan dengan saat tindakan
menggunakan model pembelajaran Talking Stick. Berikut ini merupakan
penjabaran komparasi aktivitas belajar siswa, minat dan prestasi belajar sejarah
siswa:
1. Komparasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas
Peningkatan aktivitas belajar siswa di kelas sebelum dan sesudah
diterapkan model pembelajaran Talking Stick dapat dilihat melalui perbandingan
di setiap siklusnya. Berikut merupakan hasil komparasi atau perbandingan
aktivitas belajar siswa di kelas.
a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I
Komparasi aktivitas belajar siswa pra siklus dengan siklus I sebagai
berikut:
Tabel 23: Komparasi Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus dengan Siklus I
No. Aspek Kooperatif
yang Diamati
Pra Siklus Siklus I Selisih
Keterangan
Jmh % Jmh % Naik Turun
1. Bekerja sama dalam
kelompok 0 0 17 58,62 17 58,62% -
2.
Mendengarkan
teman saat diskusi
kelompok
0 0 14 48,28 14 48,28% -
3. Menghargai
pendapat teman 7 24,13 11 37,93 4 13,80% -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
4.
Memberikan
pendapat, gagasan
saat diskusi
0 0 15 51,72 15 51,72% -
5.
Mengkomunikasikan
jawaban kepada
anggota kelompok
0 0 14 48,28 14 48,28% -
6.
Membantu anggota
kelompok dalam
memecahkan
masalah saat
pembelajaran
0 0 13 44,83 13 44,83% -
7. Mengambil giliran
saat diskusi 0 0 12 41,38 12 41,38% -
8. Bertanggung jawab
terhadap kelompok 0 0 9 31,03 9 31,03% -
Berdasarkan tabel komparasi di atas menunjukkan terjadi peningkatan
terhadap aktivitas belajar di kelas. Peningkatan terjadi setelah diterapkannya
model pembelajaran Talking Stick pada setiap aspek kegiatan kooperatif saat
pembelajaran sejarah. Perbandingan pada aktivitas belajar sejarah siswa di kelas
pada pra siklus dengan siklus I terlihat pada seluruh aspek kooperatif yang
diamati. Peningkatan yang paling besar adalah bekerja sama dengan kelompok
yang pada pra siklus tidak ada kerjasama dalam kelompok atau 0% menjadi
58,62%. Aspek menghargai pendapat teman pada pra siklus adalah 24,13% menjadi
37,93% pada siklus I, hal ini berarti pada aspek menghargai pendapat teman terjadi
peningkatan sebesar 13,80%. Secara umum peningkatan pada aktivitas belajar siswa
terjadi karena pada siklus I diterapkan model pembelajaran Talking Stick yang
membuat aktivitas belajar siswa berjalan dengan aktif. Selain itu, terdapat
peningkatan yang cenderung rendah yaitu aspek menghargai pendapat teman
dengan persentase kenaikan 13,80%. Keadaan tersebut dikarenakan siswa masih
memiliki sisi individual dan cenderung untuk mencari aktivitas lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II
Komparasi aktivitas belajar siswa di kelas pada siklus I dan siklus II
adalah sebagai berikut:
Tabel 24: Komparasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II
No. Aspek Kooperatif
yang Diamati
Siklus I Siklus II Selisih
Keterangan
Jmh % Jmh % Naik Turun
1. Bekerja sama dalam
kelompok 17 58,62 24 82,76 7 24,14% -
2.
Mendengarkan
teman saat diskusi
kelompok
14 48,28 22 75,86 8 27,58% -
3. Menghargai
pendapat teman 11 37,93 18 62,07 7 24,14% -
4.
Memberikan
pendapat, gagasan
saat diskusi
15 51,72 20 68,97 5 17,25% -
5.
Mengkomunikasikan
jawaban kepada
anggota kelompok
14 48,28 20 68,97 6 20,69% -
6.
Membantu anggota
kelompok dalam
memecahkan
masalah saat
pembelajaran
13 44,83 17 58,62 4 13,79% -
7. Mengambil giliran
saat diskusi 12 41,38 15 51,72 3 10,34% -
8. Bertanggung jawab
terhadap kelompok 9 31,03 22 75,86 13 44,83% -
Berdasarkan tabel komparasi di atas menujukkan terjadi peningkatan
terhadap aktivitas belajar sejarah siswa di kelas pada saat diterapkannya model
pembelajaran Talking Stick. Peningkatan pada setiap siklusnya yang paling
menonjol adalah pada aspek bertangung jawab terhadap kelompok di mana pada
siklus I adalah 31,03% menjadi 75,86%, peningkatan pada aspek ini adalah
44,83%. Aspek mendengarkan teman saat diskusi kelompok mengalami
peningkatan sebesar 27,58%, yang awalnya pada siklus I adalah 48,28% menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
75,86%. Adapun peningkatan yang rendah terlihat pada aspek mengambil giliran
dengan persentase kenaikan 10,34%. Peningkatan yang rendah tersebut
dikarenakan pada proses pembelajaran siswa cenderung memanfaatkan temannya
untuk mengerjakan soal dan masih enggan untuk mengambil giliran.
2. Komparasi Minat Belajar Sejarah Siswa
Peningkatan minat belajar sejarah siswa sebelum dan sesudah penerapan
model pembelajaran Talking Stick dapat dilihat menggunkan analisis komparatif.
Komparasi atau perbandingan minat belajar sejarah siswa dilakukan untuk
mengetahui adanya peningkatan minat belajar sejarah siswa pada pra siklus dan
setelah diterapkannya model pembelajaran Talking Stick. Berikut ini merupakan
penjelasan analisis komparatif minat belajar sejarah siswa pada pra siklus dengan
siklus II:
Tabel 25: Komparasi Minat Belajar Sejarah Siswa Pra Siklus dan Siklus II
No. Nama Minat
Selisih Ket Persentase Pra Siklus Siklus II
1. AF 81,50 85,50 4,00 Meningkat 4,00%
2. ANN 81,50 86,00 4,50 Meningkat 4,50%
3. AKR 74,00 82,50 8,50 Meningkat 8,50%
4. APD 89,00 92,50 3,50 Meningkat 3,50%
5. AIS 80,00 83,00 3,00 Meningkat 3,00%
6. APP 71,50 72,50 1,00 Meningkat 1,00%
7. DR 80,00 85,50 5,50 Meningkat 5,50%
8. DZ 91,00 90,00 -1,00 Menurun 1,00%
9. FS 73,00 81,00 8,00 Meningkat 8,00%
10. FDU 73,50 80,00 6,50 Meningkat 6,50%
11. FMP 64,50 76,50 12,00 Meningkat 12,00%
12. FIF 73,50 81,00 7,50 Meningkat 7,50%
13. HHZ 67,50 76,00 8,50 Meningkat 8,50%
14. HRA 70,50 80,50 10,00 Meningkat 10,00%
15. HSW 69,50 82,00 12,50 Meningkat 12,50%
16. IA 87,50 88,00 0,50 Meningkat 0,50%
17. JJ 78,50 85,50 7,00 Meningkat 7,00%
18. KEA 72,00 72,50 0,50 Meningkat 0,50%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
19. MIZ 80,50 78,00 -2,50 Menurun 2,50%
20. NKP 68,00 74,00 6,00 Meningkat 6,00%
21. RJT 75,00 76,00 1,00 Meningkat 1,00%
22. REM 72,50 82,50 10,00 Meningkat 10,00%
23. RM 76,00 82,00 6,00 Meningkat 6,00%
24. SDA 80,00 78,00 -2,00 Menurun 2,00%
25. SSN 71,50 71,50 0,00 Tetap 0,00%
26. SS 71,00 80,00 9,00 Meningkat 9,00%
27. WSD 69,50 81,50 12,00 Meningkat 12,00%
28. WI 72,00 82,00 10,00 Meningkat 10,00%
29. YM 78,00 80,00 2,00 Meningkat 2,00%
Jumlah 2192,5 2346
Rata-rata 75,60 80,90
Tertinggi 91,00 92,50
Terendah 64,50 71,50
Berdasarkan tabel di atas analisis komparatif minat belajar sejarah siswa
secara perorangan menunjukkan bahwa secara keseluruhan mengalami
peningkatan meskipun terdapat penurunan minat yang terjadi pada perbandingan
pra siklus dengan siklus II. Pada pra siklus di mana sebelum diterapkannya model
pembelajaran Talking Stick rata-rata yang diperoleh adalah 75,60 dengan skor
tertinggi 91,00 sedangkan skor terendah 64,50. Minat belajar sejarah siswa pada
siklus II rata-rata yang diperoleh adalah 80,90 dengan nilai tertinggi 92,50 dan
terendah 71,50. Siswa yang mengalami peningkatan minat belajar sejarah
berjumlah 25 siswa, sedangkan yang mengalami penurunan berjumlah 3 siswa dan
yang tetap berjumlah 1 siswa. Peningkatan minat belajar sejarah tertinggi adalah
12,50%, sedangkan penurunan minat belajar sejarah paling rendah dengan
persentase 2,50%. Untuk mengetahui secara rinci skala minat belajar sejarah
siswa pada pra siklus dan siklus II dapat dilihat melalui tabel berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Tabel 26: Komparasi Tingkat Minat Belajar Pra Siklus dengan Siklus II
No. Kriteria Skala
Minat
Pra Siklus Siklus II
F % Rata-
rata F %
Rata-
rata
1. Sangat Tinggi 90-100 1 3,45
75,60
2 6,90
80,90
2. Tinggi 80-89 8 27,59 18 62,07
3. Cukup 70-79 15 51,72 9 31,03
4. Rendah 60-69 5 17,24 0 0
5. Sangat Rendah 0-59 0 0 0 0 Jumlah 29 100 29 100
Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan minat
belajar sejarah siswa. Peningkatan minat belajar sejarah ini ditunjukkan dengan
rata-rata yang diperoleh pada keadaan awal atau pra siklus yaitu 75,60 meningkat
menjadi 80,90 pada siklus II. Selanjutnya peningkatan minat belajar sejarah siswa
terlihat pada kriteria rendah pada pra siklus jumlahnya mencapai 17,24%
kemudian setelah diterapkannya model pembelajaran Talking Stick berkurang
menjadi 0% pada siklus II. Peningkatan pada kriteria tinggi pada pra siklus adalah
27,59% menjadi 62,07% pada siklus II. terjadinya Untuk mengetahui peningkatan
minat belajar siswa dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Gambar VIII: Diagram Komparasi Minat Belajar Pra Siklus dengan Siklus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
3. Komparasi Prestasi Belajar Siswa
Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah
dilakukan penerapan model pembelajaran Talking Stick perlu dianalisis
menggunakan analisis komparatif pada setiap siklusnya. Berikut ini merupakan
penjelasan mengenai analisis komparatif prestasi belajar siswa.
a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I
Komparasi hasil penelitian pra siklus dengan siklus I digunakan untuk
melihat sebuah peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya model
pembelajaran Talking Stick. Berikut ini merupakan hasil komparasi prestasi
belajar siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan:
Tabel 27: Komparasi Prestasi Belajar Siswa Pra Siklus dengan Siklus I
No. Nama
Pra Siklus Siklus I Persentase
Nilai Tuntas Tidak
Tuntas Nilai Tuntas
Tidak
Tuntas Naik Turun
1. AF 82 √ 80 √ 2%
2. ANN 80 √ 69 √ 11%
3. AKR 72 √ 82 √ 10%
4. APD 76 √ 82 √ 6%
5. AIS 70 √ 73 √ 3%
6. APP 64 √ 78 √ 14%
7. DR 68 √ 80 √ 12%
8. DZ 76 √ 87 √ 11%
9. FS 60 √ 67 √ 7%
10. FDU 60 √ 80 √ 20%
11. FMP 76 √ 87 √ 11%
12. FIF 70 √ 78 √ 8%
13. HHZ 70 √ 73 √ 3%
14. HRA 66 √ 67 √ 1%
15. HSW 74 √ 76 √ 2%
16. IA 86 √ 84 √ 2%
17. JJ 80 √ 84 √ 4%
18. KEA 68 √ 69 √ 1%
19. MIZ 84 √ 80 √ 4%
20. NKP 72 √ 67 √ 5%
21. RJT 70 √ 76 √ 6%
22. REM 78 √ 80 √ 2%
23. RM 76 √ 73 √ 3%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
24. SDA 70 √ 80 √ 10%
25. SSN 82 √ 67 √ 15%
26. SS 84 √ 87 √ 3%
27. WSD 76 √ 82 √ 6%
28. WI 72 √ 82 √ 10%
29. YM 68 √ 69 √ 1%
Jumlah 2130 13 16 2238 19 10
Persentase 44,83 55,17 65,52 34,48
Rata-rata 73,45 77,16
Tertinggi 86 87
Terendah 60 67
Berdasarkan hasil perbandingan di atas, terlihat terjadi peningkatan dan
sebagian kecil terjadi penurunan terhadap nilai siswa kelas XI IPS 2. Pada pra
siklus rata-rata nilai adalah 73,45 dengan nilai tertinggi 86 dan nilai terendah 60.
Kemudian siswa yang mencapai KKM berjumlah 13 atau 44,83%, sedangkan
yang belum mencapai KKM adalah 16 siswa atau 55,17%. Setelah di terapkan
model pembelajaran Talking Stick pada siklus pertama terjadi peningkatan
terhadap prestasi belajar siswa. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada siklus I
adalah 77,16. Nilai tertinggi yang diporleh siswa adalah 87 dan nilai terendah 67.
Selain itu, siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan pada siklus I
menjadi 19 siswa atau 65,52%, sedangkan yang belum mencapai KKM jumlahnya
berkurang menjadi 10 siswa 34,48%. Untuk melihat perbandingan dari pra siklus
dengan siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 28: Komparasi Tingkat Prestasi Siswa Pra Siklus dengan Siklus I
No. Kriteria Skala
Minat
Pra Siklus Siklus I
F % Rata-
rata F %
Rata-
rata
1. Sangat Tinggi 90-100 0 0
73,45
0 0
77,16
2. Tinggi 80-89 7 24,14 15 51,72
3. Cukup 70-79 15 51,72 7 24,14
4. Rendah 60-69 7 24,14 7 24,14
5. Sangat Rendah 0-59 0 0 0 0
Jumlah 29 100 29 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Berdasarkan tabel di atas, peningkatan cukup mencolok terlihat pada
kriteria prestasi belajar tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah persentase yang
mencapai 51,72% pada siklus I sedangkan pada pra siklus hanya 24,14%.
Peningkatan yang signifikan juga terlihat pada kriteria cukup, di mana pada pra
siklus berjumlah 51,72% dan mengalami penurunan menjadi 24,14%. Sedangkan
pada kriteria rendah tergolong tetap yaitu 24,14%. Untuk dapat mengetahui
peningkatan prestasi belajar pada pra siklus dan siklus I dapat dilihat pada
diagram di bawah ini:
Gambar IX: Diagram Komparasi Prestasi Belajar Pra Siklus dengan Siklus I
b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II
Komparasi hasil penelitian siklus I dengan siklus II digunakan untuk
melihat sebuah peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya model
pembelajaran Talking Stick. Berikut ini merupakan hasil komparasi prestasi
belajar siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan:
Tabel 29: Komparasi Prestasi Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II
No. Nama
Siklus I Siklus II Persentase
Nilai Tuntas Tidak
Tuntas Nilai Tuntas
Tidak
Tuntas Naik Turun
1. AF 80 √ 82 √ 2%
2. ANN 69 √ 60 √ 9%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
3. AKR 82 √ 82 √ 0%
4. APD 82 √ 87 √ 4%
5. AIS 73 √ 80 √ 7%
6. APP 78 √ 82 √ 4%
7. DR 80 √ 80 √ 0%
8. DZ 87 √ 76 √ 11%
9. FS 67 √ 80 √ 13%
10. FDU 80 √ 80 √ 0%
11. FMP 87 √ 76 √ 11%
12. FIF 78 √ 87 √ 9%
13. HHZ 73 √ 93 √ 20%
14. HRA 67 √ 80 √ 13%
15. HSW 76 √ 82 √ 7%
16. IA 84 √ 80 √ 4%
17. JJ 84 √ 76 √ 9%
18. KEA 69 √ 87 √ 18%
19. MIZ 80 √ 76 √ 4%
20. NKP 67 √ 91 √ 24%
21. RJT 76 √ 78 √ 2%
22. REM 80 √ 87 √ 7%
23. RM 73 √ 78 √ 4%
24. SDA 80 √ 80 √ 0%
25. SSN 67 √ 84 √ 18%
26. SS 87 √ 91 √ 4%
27. WSD 82 √ 80 √ 2%
28. WI 82 √ 78 √ 4%
29. YM 69 √ 82 √ 13%
Jumlah 2238 19 10 2353 28 1
Persentase 65,52 34,48 96,55 3,45
Rata-rata 77,16 81,15
Tertinggi 87 93
Terendah 67 60
Berdasarkan hasil perbandingan di atas, terjadi peningkatan dan penurunan
terhadap nilai siswa kelas XI IPS 2. Namun, secara keseluruhan mengalami
peningkatan hal ini terlihat pada rata-rata nilai siswa. Pada siklus I rata-rata nilai
adalah 77,16 dengan nilai tertinggi 87 dan nilai terendah 67. Kemudian siswa
yang mencapai KKM berjumlah 19 atau 62,07%, sedangkan yang belum
mencapai KKM adalah 10 siswa atau 33,93%. Selanjutnya, rata-rata nilai yang
diperoleh siswa pada siklus II adalah 81,15. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
adalah 93 dan nilai terendah 60. Selain itu, siswa yang mencapai KKM
mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 28 siswa atau 96,55%, sedangkan
yang belum mencapai KKM jumlahnya berkurang menjadi 1 siswa atau 3,45%.
Perbandingan dari pra siklus dengan siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 30: Komparasi Tingkat Prestasi Siswa Siklus I dengan Siklus II
No. Kriteria Skala
Minat
Siklus I Siklus II
F % Rata-
rata F %
Rata-
rata
1. Sangat Tinggi 90-100 0 0
77,16
3 10,34
81,15
2. Tinggi 80-89 15 51,72 18 62,07
3. Cukup 70-79 7 24,14 7 24,14
4. Rendah 60-69 7 24,14 1 3,45
5. Sangat Rendah 0-59 0 0 0 0
Jumlah 29 100 29 100
Berdasarkan tabel di atas, terjadi peningkatan secara signifikan pada
kriteria tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah persentase yang mencapai
51,72% pada siklus I menjadi 62,07% pada siklus II. Selain itu, terjadi
peningkatan pada kriteria sangat tinggi, di mana pada siklus I berjumlah 0%
meningkat menjadi 10,34%. Sedangkan pada kriteria rendah mengalami
penurunan yaitu pada siklus I sebesar 24,14% menjadi 3,45% pada siklus II.
Untuk dapat mengetahui peningkatan prestasi belajar pada siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Gambar X: Diagram Komparasi Prestasi Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II
C. Pembahasan
1. Minat Belajar Sejarah Siswa
Minat merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat sama halnya dengan kecerdasan dan
motivasi karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Oleh karena itu,
jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar.67 Menurut Sukardi yang dikutip oleh Ahmad minat
dapat diartikan sebagai kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu.
Minat pada dasarnya timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan melainkan timbul
akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.
Jadi jelas bahwa minat akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan dan
keinginan.68
Minat memiliki korelasi terhadap suatu pencapaian prestasi belajar siswa.
Dapat dikatakan minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan
belajar siswa. Adanya unsur minat pada diri siswa maka siswa akan memusatkan
67 Baharuddin, op.cit., hlm.29. 68 Ahmad Susanto, op.cit., hlm. 57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
perhatiannya pada kegiatan pembelajaran.69 Pada penelitian ini peningkatan minat
belajar sejarah siswa difokuskan untuk mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran yang nantinya juga akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Peningkatan minat belajar sejarah siswa dapat diamati pada saat proses
pembelajaran berlangsung di dalam kelas serta dengan kuesioner yang diberikan
kepada siswa.
Minat belajar sejarah siswa selama proses pembelajaran sejarah pada pra
siklus tergolong rendah yang dibuktikan pada kegiatan siswa masih pasif saat
proses pembelajaran. Keterlibatan siswa masih kurang terlihat yang kemudian
menimbulkan ketidaktertarikan pada proses pembelajaran sejarah. Hal ini
mendorong siswa untuk mengesampingkan pembelajaran sejarah dengan mencari
kesibukannya sendiri. Keadaan tersebut diperkuat dengan perolehan skor rata-rata
dari data kuesioner pra siklus, yaitu 75,60 yang didominasi kriteria cukup dengan
frekuensi 15 atau 51,72%. Setelah diterapkan model pembelajaran Talking Stick,
pada siklus II mengalami peningkatan rata-rata skor minat belajar siswa menjadi
80,90 dengan dominasi kriteria tinggi sebesar 18 atau 62,07%.
Pada siklus II setelah diterapkan model pembelajaran Talking Stick, proses
pembelajaran berjalan dengan aktif dan diikuti dengan peningkatan minat belajar
sejarah yang ditunjukkan dari aktivitas belajar sejarah siswa aspek kooperatif.
Terjadi peningkatan terhadap aktivitas belajar siswa aspek bekerja sama dengan
kelompok dengan persentase kenaikan sebesar 58,62%, kemudian meningkat
kembali menjadi 82,76% pada siklus II. Keadaan tersebut dikarenakan model
69 Ibid, hlm. 66.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
pembelajaran yang diterapkan menekankan untuk kerja sama, sehingga siswa
diberikan ruang untuk aktif dalam proses pembelajaran. Namun demikian, pada
aspek menghargai pendapat teman peningkatan tidak terlalu signifikan yaitu
13,80% menjadi 24,14%. Hal tersebut dikarenakan secara umum siswa memiliki
karakteristik yang memang sulit untuk menghargai dan mendengarkan pendapat
teman yang lain.
Adanya peningkatan minat belajar sejarah setelah diterapkan model
pembelajaran Talking Stick dikarenakan dalam pelaksanaanya mengedepankan
siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diajak untuk aktif
dalam memahami materi dengan cara bekerja sama dalam kelompok, bertanggung
jawab terhadap kelompok, mengemukakan pendapat dan mengambil giliran pada
proses pembelajaran berlangsung.
Penerapan model pembelajaran Talking Stick terbukti dapat meningkatkan
minat belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan. Terjadinya
peningkatan minat belajar tersebut tidak terlepas dari faktor dari dalam dan faktor
dari luar. Menurut Rosyidah timbulya minat pada diri seseorang pada prisipnya
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu minat yang berasal dari pembawaaan dan
minat yang timbul dari luar.70 Peningkatan minat belajar sejarah yang terjadi pada
siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan disebabkan rangsangan dari dalam
diri siswa dan dari luar diri siswa.
Faktor pendorong peningkatan minat belajar dalam diri siswa tersebut
disebabkan oleh keinginan belajar yang ada di dalam dirinya untuk aktif dalam
70Ahmad Susanto, op.cit, hlm. 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
mengikuti pembelajaran. Di sisi lain, faktor pendorong di luar diri siswa
disebabkan oleh kondisi atau situasi lingkungan siswa yang mendukung
timbulnya ketertarikan dalam proses pembelajaran. Dapat dikatakan cara
mengajar dengan student centered seperti model pembelajaran Talking Stick yang
mengutamakan kerja kelompok secara kooperatif dapat merangsang keinginan
serta ketertarikan untuk belajar yang kemudian dapat meningkatkan minat belajar
siswa tersebut.
2. Prestasi Belajar Sejarah Siswa
Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil
tes mengenai sejumlah meteri pelajaran tertentu.71 Prestasi belajar ini diukur
berdasarkan nilai yang dicapai siswa pada saat penelitian berlangsung dari siklus I
hingga siklus II dengan menggunakan tes.
Berdasarkan hasil komparasi prestasi belajar siswa pada penelitian ini
dapat dilihat adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan pada
nilai rata-rata prestasi belajar siswa pra siklus adalah 73,45 dengan 13 siswa yang
mencapai KKM dan 16 siswa belum mencapai KKM. Setelah diterapkan model
pembelajaran Talking Stick pada siklus I nilai rata-rata prestasi belajar siswa
terjadi peningkatan menjadi 77,16 atau 3,71% dengan 19 siswa yang mencapai
KKM dan 10 siswa belum mencapai KKM. Selanjutnya pada siklus II nilai rata-
rata prestasi belajar siswa meningkat lagi menjadi 81,15 atau 3,99% dengan 28
siswa mencapai KKM dan hanya 1 siswa yang belum mencapai KKM.
71 Ahmad Susanto, op.cit., hlm. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Peningkatan prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor intern (yang berasal dari dalam individu) dan faktor ekstern (yang berasal
dari luar individu).72 Faktor yang berasal dari dalam diri siswa pada umumnya
akan mendorong untuk semakin mendalami materi pelajaran yang disampaikan
guru. Selain itu, siswa semakin antusias untuk memperoleh nilai yang lebih baik
agar dapat mencapai prestasi yang tinggi. Sedangkan faktor dari luar lebih
ditekankan kepada penerapan model pembelajaran Talking Stick.
Model pembelajaran Talking Stick pada dasarnya mengarahkan siswa agar
lebih siap dalam mengikuti proses pembelajaran. Model pembelajaran Talking
Stick juga memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih aktif dengan cara
saling bekerja sama secara kooperatif dalam kelompok untuk memahami materi
serta menyelesaikan persoalan. Di sisi lain model ini juga mengajak siswa untuk
berani mengungkapkan pendapat dan aktif bertanya. Keadaan ini memungkinkan
setiap siswa untuk saling bertukar informasi mengenai materi yang dipelajari,
sehingga memberi peluang kepada semua siswa untuk berpartisipasi aktif pada
proses pembelajaran. Siswa juga lebih mudah dalam memahami materi pelajaran
yang diberikan yang kemudian berdampak pada peningkatan prestasi belajar
sejarah siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar sejarah
siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan. Berdasarkan penjelasan di atas,
penerapan model pembelajaran Talking Stick secara baik dan benar telah
memberikan kontribusi terhadap peningkatan prestasi belajar sejarah.
72 Dimyati Mahmud, op.cit., hlm. 84-85.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas XI IPS 2
SMA Negeri 1 Kasihan dengan diterapkannya model pembelajaran Talking Stick
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan minat
belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan. Peningkatan
minat tersebut ditunjukkan dari keadaan awal pra siklus di mana skor rata-rata
minat belajar sejarah siswa adalah 75,60. Selanjutnya pada siklus II
mengalami peningkatan skor rata-rata menjadi 80,90 dengan persentase
peningkatan sebesar 5,30%.
2. Penerapan model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan prestasi
belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan. Peningkatan
prestasi ini dapat dilihat dari nilai rata-rata prestasi belajar sejarah siswa dan
jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Prestasi
belajar sejarah pada keadaan awal diperoleh dari nilai rata-rata siswa yaitu
73,45 kemudian meningkat menjadi 77,16 atau 3,71% pada siklus I dan
mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus II yaitu 81,15 atau 3,99%.
Siswa yang mencapai atau memenuhi KKM juga mengalami peningkatan
pada setiap siklusnya. Pada pra siklus siswa yang mencapai KKM berjumlah
13 siswa dengan persentase 44,83%. Pada siklus I mengalami peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
menjadi 19 siswa atau 65,52% dan pada siklus II menjadi 28 siswa atau
96,55%.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran Talking Stick terbukti dapat meningkatkan minat dan prestasi
belajar sejarah siswa baik dari proses pembelajaran maupun hasil yang diperoleh
siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kasihan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disampaikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memilih model
pembelajaran untuk diterapkan di kelas. Melalui penerapan model
pembelajaran Talking Stick ini, siswa akan menjadi aktif dalam proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Bagi Guru
Model pembelajaran Talking Stick ini dapat digunakan sebagai alternatif bagi
guru dalam mengajar agar dapat mengembangkan serta melatih keaktifan,
keberanian berpendapat dan kerja sama siswa dalam pembelajaran sejarah.
Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, guru perlu
memilih model pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran sejarah sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
3. Bagi Siswa
Siswa diharapkan untuk aktif dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan
akademik dan non akademik.
4. Bagi Peneliti Berikutnya
Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai pijakan dalam
melakukan penelitian selanjutnya dengan model pembelajaran yang lain untuk
meningkatkan minat dan prestasi belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Agus Suprijono. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Al Tabani dan Trianto Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif, Progresif dan Kontekstual: Konsep Landasan dan Implementasi