perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI TEMBORO III KECAMATAN KARANG TENGAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh: MARINDRA EKA PRAMUDYA X7107040 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
84
Embed
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI CERITA RAKYAT ...... · PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI TEMBORO III ... program semester
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI CERITA
RAKYAT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI TEMBORO III
KECAMATAN KARANG TENGAH KABUPATEN
WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh:
MARINDRA EKA PRAMUDYA
X7107040
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI CERITA
RAKYAT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI TEMBORO III
KECAMATAN KARANG TENGAH KABUPATEN
WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh:
MARINDRA EKA PRAMUDYA
X7107040
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
Peningkatan Keterampilan Bercerita Melalui Cerita Rakyat Pada Siswa Kelas V
SD Negeri Temboro III Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Wonogiri Tahun
Pelajaran 2010/2011
Disusun Oleh:
Nama : Marindra Eka Pramudya
NIM : X7107040
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada hari :
Tanggal :
Oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
Peningkatan Keterampilan Bercerita Melalui Cerita Rakyat Pada Siswa Kelas V
SD Negeri Temboro III Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Wonogiri Tahun
Pelajaran 2010/2011
disusun oleh:
Nama : Marindra Eka Pramudya
NIM : X7107040
telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.
NIP 19600727 178702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Marindra Eka Pramudya. PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI TEMBORO III KECAMATAN KARANG TENGAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari : 2012 Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan bercerita pada siswa kelas V SD Negeri Temboro III Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011 melalui cerita rakyat. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti dengan guru kelas V. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi dan tes. Untuk menguji validitas data penulis menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai rata-rata sebelum tindakan (pra siklus) yaitu 60,79 dengan ketuntasan klasikal 16,66%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 68,41 dengan ketuntasan klasikal 50%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat 80,5 dengan ketuntasan klasikal 87,5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui cerita rakyat, keterampilan bercerita dapat meningkatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT Marindra Eka Pramudya. IMPROVEMENT OF STORYTELLING SKILL BY USING FOLKLORE AMONG OF 5TH GRADE STUDENTS OF SD NEGERI TEMBORO III OF KECAMATAN KARANG TENGAH, WONOGIRI REGENCY OF 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Minithesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, Januari: 2012
Purpose of the research is to improve storytelling skill of 5th grade students of SD Negeri Temboro III of Kecamatan Karang Tengah, Wonogiri Regency of 2010/2011 academic year by using folklore.
This research is classroom action one. The research uses collaboration between author and teacher of class V. Data is collected by using documentation, observation and test techniques. Data validity is examined by using data source and method triangulations. Data analysis of the research uses an interactive-analysis model consisting of three components, namely, data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The research consists of 2 cycles and every cycle comprises four stages, namely: (1) action planning, (2) action implementation, (3) observation and (4) reflection.
The research found that average grade before action (precycle) was 60.79 with classical completeness was 16.66%. At cycle I, classroom average grade achieved 68.41 and classical completeness was 50%. At cycle II, the average grade increased to 80.5 with classical completeness was 87.5%., it can be concluded that the use folklore can improve storytelling skill.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya
(QS. Al-Insyirah : 6-8)
Masa depan kita tergantung pada apa yang kita lakukan saat ini
( Mahodas Gandhi)
mencegah munculnya masalah, tetapi pada waktu menghadapi dan
(David J. Schwartz)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk :
Bapak dan ibuku yang telah memberikan kasih sayang dan menjadi
motivatorku untuk tetap berusaha dan sabar mendapatkan yang terbaik
untukku dan doa yang tulus untukku
Seseorang yang selalu memberi dukungan dan menemaniku dalam susah dan
senang
Sahabat-sahabatku yang selalu memberi dukungan dalam penyusunan ini
Teman-teman di Asrama 7
Keluarga besar PGSD kelas B serta teman-teman seangkatan untuk
kebersamaan yang tak terlupakan
Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret dan almamaterku yang telah
memberikan ilmu dan mengantarku hingga dapat mencapai masa sekarang
ini dan yang selalu ku banggakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Atas kehendak-Nya pula
skripsi dengan judul Peningkatan Keterampilan Bercerita Melalui Cerita Rakyat
Pada Siswa Kelas V SD Negeri Temboro III Kecamatan Karang Tengah
Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011
baik sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai
pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang
terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Kartono M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam
penulisan skripsi ini.
5. Dra. Siti Istiyati, M.Pd selaku pembimbing II yang juga telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu dosen program studi PGSD FKIP UNS yang telah memberikan
motivasi dan pengarahan kepada penulis.
7. Bapak Haryanto, S. Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Temboro III yang
telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
8. Bapak Dwi Nurcahyo, S.Pd selaku guru kelas V SD Negeri Temboro III yang
dengan senang hati membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
9. Guru-guru SD Negeri Temboro III yang telah memberi motivasi dan sebagai
informan terhadap penyusunan skripsi ini.
Penulis telah berupaya untuk berbuat yang terbaik dalam penyusunan
proposal ini. Namun demikian, disadari hasilnya masih jauh dari kesempurnaan.
Semua ini tidak lain karena keterbatasan penulis baik pengatahuan dan
pengalaman. Oleh karena itu, segala saran dan kritik membangun sangat
diharapkan.
Akhirnya, penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut
di atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah SWT.
Surakarta, Agustus 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
.................... i
PENGAJUAN ............................................................................................... ii
PERSETUJUAN ......... ................ iii
PENGESAHAN .......... ........... iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................................ vi
MOTTO ............................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS .......................................................................... 6
A. Landasan Teori ............................................................................... 6
(diakses tanggal 16 maret 2011) menjelaskan bahwa cerita rakyat adalah cerita pada
masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang
beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki bangsa.
Oleh karena itu diharapkan siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai
dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan
penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Atas dasar pemikiran tersebut maka penulis memilih judul "Peningkatan
Keterampilan Bercerita Melalui Cerita Rakyat Kelas V di SD Negeri Temboro III
Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011".
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah tersebut
di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Rendahnya minat siswa terhadap kegiatan bercerita di depan kelas.
2. Kurang antusiasnya siswa terhadap media cerita rakyat yang dipakai guru dalam
peningkatan keterampilan bercerita siswa.
3. Siswa malu dan takut untuk bercerita di depan kelas.
4. Siswa berkesulitan untuk berkomunikasi dalam kegiatan belajar mengajar.
5. Rendahnya kemampuan bercerita siswa.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan mudah dipahami perlu adanya pembatassan
masalah yaitu :
1. Keterampilan bercerita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan
siswa dalam menyampaikan cerita rakyat di depan kelas.
2. Cerita rakyat yang dimaksud adalah cerita rakyat: (1) Asal Usul Nama Wonogiri;
(2) Cerita rakyat yang dbawa oleh siswa.
D. Rumusan Masalah
Berpijak pada latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut : apakah keterampilan bercerita siswa kelas V di
SD Negeri Temboro III Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Wonogiri tahun
pelajaran 2010/2011 dapat ditingkatkan melalui cerita rakyat?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bercerita pada
siswa kelas V SD Negeri Temboro III Kecamatan Karang Tengah Kabupaten
Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011 melalui cerita rakyat.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat kepada semua pihak yang
terlibat dalam dunia pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan adalah :
1. Masalah Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dipakai untuk :
a. Mengetahui secara nyata tentang peningkatan keterampilan bercerita melalui
cerita rakyat.
b. Memberikan sumbangan, pandangan, dan masukan dalam ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang pengajaran Bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Meningkatnya kinerja guru dalam meningkatkan kemampuan bercerita
siswa.
2) Memanfaatkan keterampilan bercerita melalui cerita rakyat sebagai sarana
untuk meningkatkan kemampuan bercerita siswa.
b. Bagi Peserta Didik
1) Dengan menceritakan kembali cerita rakyat dapat meningkatkan kemampuan
berbicara siswa.
2) Meningkatnya keterampilan bercerita siswa dalam kehidupan sehari-hari
baik di sekolah maupun dirumah.
c. Bagi Sekolah
1) Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang inovatif.
2) Meningkatnya inovasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Hakikat Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Keterampilan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1180) terampil adalah
cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan keterampilan
adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas, kecakapan seseorang untuk
memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara.
Soemarjadi dkk, (2001:2) menuliskan bahwa kata terampil sama artinya
dengan kata cekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu
pekerjaan dengan cepat dan benar. Ruang lingkup keterampilan cukup luas
meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengar.
Sejalan dengan hal tersebut Tri Budiharto (2008:1-2) juga
mengungkapkan pengertian keterampilan yaitu keterampilan berasal dari kata
terampil yang artinya adalah mampu bertindak dengan cepat dan tepat. Istilah lain
dari terampil adalah cekatan, cakap mengerjakan sesuatu. Dengan kata lain
keterampilan dapat disebut juga kecekatan, kecakapan, atau kemampuan untuk
melakukan sesuatu dengan baik dan cermat.
Menurut Saiful Muttaqin (2008) dalam
(http:saifulmuttaqin.blogspot.com) keterampilan adalah usaha untuk memperoleh
kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar.
Reber (1988) dalam Muhibbin Syach (1997:119) menuliskan
keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang
kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk
mencapai hasil tertentu.
Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan
adalah kemampuan berbuat atau bertindak yang cepat dan tepat dalam suatu hal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Pengertian Berbicara
Kemampuan berbicara lebih mudah apabila murid-murid memperoleh
kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain,
dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Selama kegiatan belajar di
sekolah guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan
murid-murid mengembankan kemampuan berbicara.
Berbicara dapat dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan ide, perasaan
dan kemauan serta untuk lebih menambah pengetahuan dan cakrawala
pengalaman. (St. Y. Slamet, 2008 : 35)
Menurut Djago Tarigan dalam St. Y. Slamet (2008 : 33) menyatakan
Sedangkan menurut H.G. Tarigan dalam St. Y. Slamet (2008 : 33)
unyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2002: 148)
dijelaskan bahwa berbicara adalah "berkata; bercakap; berbahasa, atau melahirkan
pendapat (dengan perkataan, tulisan, dsb.) atau berunding".
Menurut Mulgrave (dalam H. G. Tarigan, 2008:16) berbicara bukan
sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata tetapi berbicara merupakan suatu
alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun sesuai dengan
kebutuhan pendengar. Melalui berbicara seseorang berusaha untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan. Tanpa
usaha untuk mengungkapkan dirinya, orang lain tidak akan mengetahui apa yang
dipikirkan dan dirasakannya. Tanpa berbicara, seseorang akan mengucilkan diri
sendiri dan akan terkucilkan dari orang di sekitarnya.
Djiwandono (1996:68) mengungkapkan bahwa berbicara merupakan
kegiatan berbahasa yang aktif dari seorang pemakai bahasa, yang menuntut
prakarsa nyata dalam penggunaan bahasa untuk mengungkapkan diri secara lisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8 Dalam hal ini, berbicara merupakan bagian dari kemampuan berbahasa yang aktif
dan produktif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
berbicara adalah suatu keterampilan mengujarkan bunyi-bunyi bahasa untuk
menyampaikan pesan berupa ide, gagasan, maksud atau perasaan kepada orang
lain secara lisan yang bersifat aktif dan produktif.
1) Strategi Pembelajaran Berbicara
Pembelajaran berbicara di sekolah-sekolah pada umumnya
masih mengalami banyak hambatan. Hal tersebut dikarenakan
pembelajaran tersebut merupakan bentuk pembelajaran berbasis
keterampilan yang sulit untuk diajarkan, karena membutuhkan tenaga
pengajar yang terampil dan mampu mengembangkan strategi
pengajaran yang tepat demi keberhasilan pengajaran. Strategi
pengajaran merupakan rumusan tentang cara mengajar yang harus
ditempuh dalam situasi-situasi khusus atau dalam keadaan tertentu
yang spesifik (Oemar Hamalik, 2003: 183). Sedangkan menurut
Muhammad Joko Susilo (2007:147), strategi pembelajaran mencakup
taktik, model pendekatan dan berbagai keterampilan mengajar dalam
proses penyampaian materi kepada siswa. Melengkapi pengertian
tersebut, Soemarsono (2007:1) memberikan pengertian strategi belajar
mengajar, yaitu suatu hal yang menunjuk pada interaksi belajar
mengajar yang direncanakan secara strategis untuk mencapai tujuan
pendidikan khusus secara tepat guna (efisien) dan berhasil guna
(efektif).
Keberhasilan pembelajaran di kelas (termasuk pembelajaran
berbicara) bukan hanya dilihat dan tercapainya tujuan belajar, tetapi
juga dari proses pembelajar itu sendiri. Proses belajar dapat diartikan
sebagai sebuah kegiatan belajar mengajar yang disajikan
(Soemarsono, 2007: 1). Untuk itu di dalam proses belajar mengajar,
guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif
dan efisien, serta mengena pada tujuan yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus
menguasai teknik-teknik atau metode mengajar (Roestiyah N.K. 2001:
1) menyebutkan bahwa teknik penyajian pelajaran adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan dan
dikuasai oleh guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa
agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh
siswa dengan baik. Dalam mencapai tujuan, teknik penyajian
dipandang sebagai suatu alat atau suatu cara yang harus digunakan
oleh guru agar tujuan pengajaran tercapai. Teknik penyajian atau
metode mengajar yang digunakan guru untuk menyampaikan
informasi kepada siswa, berbeda dengan cara yang ditempuh untuk
memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan
serta sikap.
Jadi untuk tujuan yang berbeda, guru harus menggunakan
teknik penyajian yang berbeda pula. Misalnya dalam pembelajaran
berbicara yang dianggap paling sulit, teknik atau metode yang dipilih
harus lebih variatif dan melengkapi ciri pembelajaran PAIKEM
(Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).
Hal ini dimaksudkan agar siswa merasa senang mengikuti
pembelajaran berbicara yang selama ini dikatakan masih sulit untuk
diajarkan, sehingga dapat membawa hasil yang memuaskan. Guru
memiliki peran besar dalam memilih dan menentukan teknik atau
metode mengajar berbicara, karena penggunaan metode yang tepat
dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.
Salah satu teknik penyajian yang dapat digunakan dalam
pembelajaran berbicara adalah dengan metode bercerita. Karena
dengan bercerita siswa telah melakukan semua aspek keterampilan
berbicara. Selain penggunaan metode mengajar yang tepat, ada lagi
beberapa aspek penunjang keberhasilan pembelajaran berbicara, yaitu
: kecakapan atau keterampilan guru serta sikap dan kemampuan siswa.
Seperti yang dikatakan Br. Gerardus Weruin (2009: 29), guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pembelajaran sebab guru
berhadapan langsung dengan siswa di sekolah. Oleh karena itu, peran
guru sangat berpengaruh dalam memberikan kontribusi yang sangat
signifikan bagi keberhasilan siswa. Walaupun sekolah mempunyai
kurikulum yang baik, sarana dan prasarana yang lengkap, serta siswa
yang pandai dan cerdas, tetapi jika guru kurang memiliki kemampuan
dan kecakapan berbicara, pembelajaran itu pun akan gagal. Guru yang
baik tidak anya menguasai konsep, teori dan materi ajar, tetapi guru
juga harus memiliki kemampuan dan kecakapan berbahasa, guru yang
memiliki keterampilan berbahasa (dalam hal ini berbicara) yang baik
akan menjadi model bagi siswa. Selain faktor guru, pembelajaran
berbicara juga akan berhasil jika berpusat pada siswa. Siswa yang
memiliki sikap positif selama mengikuti pembelajaran berbicara di
kelas, kemampuan berbicaranya akan baik pula.
Berdasarkan pendapat diatas strategi pembelajaran berbicara
adalah cara yang dipakai pendidik untuk mewujudkan tujuan
pembelajaran keterampilan berbicara, dan di dalam kegiatan bercerita
siswa telah mencapai semua aspek keterampilan berbicara.
2) Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SD
Pembelajaran keterampilan berbicara merupakan satu dari
empat aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca
dan menulis) yang diajarkan di sekolah-sekolah. Kurikulum berbicara
untuk kelas lima (V), dijabarkan dalam bentuk standar kompetensi
yang harus dikuasai siswa, yaitu : mengungkapkan pikiran, pendapat,
perasaan, fakta secara lisan dengan menanggapi suatu persoalan,
menceritakan hasil pengamatan/kunjungan atau wawancara,
mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan
bernain drama (Depdiknas, 2006: 327-328)
Berbicara merupakan salah satu komperensi dasar mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang harus diajarkan di kelas V sekolah
dasar. Adapun tujuan pengajaran berbicara di sekolah adalah agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat dan pesan secara
lisan. Disamping itu, pengajaran berbicara diarahkan pada
kemampuan siswa untuk berinteraksi dan menjalin hubungan dengan
orang lain secara lisan (Depdikbud, 1994: 2)
Melihat pentingnya tujuan pembelajaran keterampilan
berbicara di sekolah, maka seharusnya pembelajaran tersebut lebih
dioptimalkan dengan mengingat bahwa keterampilan berbicara
bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau keterangan
guru saja. Melainkan siswa harus dihadapkan pada aneka bentuk teks
lisan ataupun kegiatan-kegiatan nyata yang mempergunakan bahasa
sebagai alat komunikasi. Keberhasilan pembelajaran tersebut juga
tidak lepas dari bagaimana cara atau metode yang diterapkan oleh
guru dalam menjalankan tugas pembelajaran keterampilan berbicara.
Untuk mengajar atau melatih kemampuan komunikasi lisan
pada siswa, seorang guru dapat memilih dan menerapkan beberapa
aktivitas-aktivitas komunikasi sebagaimana yang dikemukakan oleh
Sri Untari Subyakto Nababan (1993: 175-180) bahwa aktivitas-
aktivitas komunikatif untuk mencapai kemampuan komunikatif lisan
dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu aktivitas-aktivitas
prakomunikatif dan aktivitas-aktivitas komunikatif.
Dikatakan prakomunikatif karena belum merupakan
komunikasi yang sesungguhnya, belum ada unsure komunikasi yang
wajar dan alamiah. Aktivitas-aktivitas prakomunikatif dapat berupa :
a) Teknik dialog (yaitu menghafalkan kalimat-kalimat dalam suatu
dialog dan mendramatisasikannya secara lancar).
b) Dialog dengan gambar (guru membawa gambar dan
menunjukkannya satu per satu sambil memberikan pertanyaan).
c) Dialog terpimpin (guru memberikan tanya jawab).
d) Dramatisasi suatu tindakan (misalnya dengan guru berjalan, berlari,
maupun tersenyum sambil memberikan pertanyaan tentang apa
yang sedang dilakikannya).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
e) Penggunaan gambar orang yang mencerminkan profesi.
f) Dialog dengan gambar.
g) Teknik Tanya jawab.
h) Guru member kalimat yang belum selesai dan siswa diminta untuk
menyelesaikannya.
Kelemahan aktivitas-aktivitas prakomunikatif tersebut,
yaitu gurulah yang sebagian besar menguasai kelas dan materi.
Berbeda dengan aktivitas komunikatif yang lebih mengutamakan
aktivitas guru dan peserta didik. Guru tidak lagi menguasai kelas
(berperan sebagai fasilitator) dan siswalah yang dibimbing dan diberi
kesempatan lebih banyak untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
yang telah direncanakan sebelumnya. Menurut Sri Untari Subyakto
Nababan (1993: 180), aktivitas-aktivitas komunikatif yang dapat
dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran, yaitu :
a) Diskusi kelompok
b) Bermain peran
c) Melatih berbagai bentuk dialog yang terjadi dalam masyarakat
d) Wawancara
e) Permainan
f) Menceritakan kembali suatu cerita yang sudah dikenal
g) Melaporkan suatu kegiatan
h) Mengadakan debat
i) Mengambil peran dalam drama-drama modern
Dari beberapa aktivitas tersebut, guru seharusnya mampu
memilih dan menerapkan cara/metode mengajar berbicara dengan
menggunakan pendekatan komunikatif yang menitikberatkan pada
keaktifan, kekreatifan dan keterampilan siswa untuk berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa lisan.
c. Pengertian Bercerita
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 201) setiap siswa
dapat bercerita tetapi kemampuan bercerita mereka sangatlah berbeda-beda. Ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13 beberapa pengertian tentang bercerita sebagai : (1) Tuturan yang memberitahukan
bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, kegiatan, dsb); (2) Cerita
adalah karangan yang menuturkan perbuatan atau penderitaan orang, kejadian
tersebut (baik yang sungguh-sungguh terjadi meupun yang hanya rekaan belaka);
(3) Lakon yang diwujudkan atau dipertunjukkan dalam gambar hidup (sandiwara,
wayang, dsb). Sedangkan pengertian bercerita adalah menuturkan cerita.
Menurut Bachtiar S. Bachri (2005: 33) bercerita pada hakikatnya
adalah mengemukakan ide tau gagasan kepada orang lain, untuk itu jika seseorang
akan bercerita penting baginya untuk dapat merumuskan gagasan apa yang akan ia
sampaikan. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 276) bercerita adalah aktivitas
kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas
mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarkan kemudian
manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk bercerita.
Tadkiroatun Musfiroh (2005: 32-33), menyatakan bahwa cerita
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi : digunakan sebagai materi untuk
pengembangan kompetensi dasar berkomunikasi. Djago Tarigan, dkk (1993: 6),
makna cerita sebagai berikut : (1) cerita dengan tuturan yang membentangkan
bagaimana terjadinya sesuatu hal (peristiwa, kejadian), (2) cerita sama dengan
karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang,
kejadian dan sebagainya baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun hanya
rekaan, (3) cerita sama dengan lakon yang diwujudkan dalam gambar hidup
(sandiwara, wayang dan lain-lain). Dengan demikian bercerita dapat diartikan
menuturkan sesuatu hal misalnya terjadinya sesuatu perbuatan kejadian yang
sesungguhnya maupun yang rekaan atau lakon yang diwujudkan dalam gambar.
Kegiatan bercerita banyak dilakukan baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Guru sering menyuruh siswa menceritakan pengalaman, kegiatan, isi
ringkas puisi, cerpen, roman dan drama. Dalam GBPP mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia SD Kurikulum 2006 banyak pembelajaran yang berkaitan dengan
bercerita. Antara lain (1) Menceritakan pengalaman atau keinginan di depan kelas,
(2) Melaporkan hasil pengamatan, dan (3) Menceritakan dari suatu tempat ke
tempat lain berdasarkan denah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Mbak Itadz (2008: 19-177) menyatakan bahwa cerita dapat
digunakan oleh orang tua dan guru sebagaimana sarana mendidik dan membentuk
kepribadian anak melalui pendekatan transmisi budaya atas cultural transmission
approach (Suyanto dan Abbas, 2001). Dalam cerita nilai-nilai luhur ditanamkan
pada diri anak melalui penghayatan terhadap makna dan maksud cerita. Bercerita
menjadi suatu yang penting bagi anak karena beberapa alasan :
1) Bercerita merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah dicerna
anak disamping teladan yang dilihat anak setiap hari.
2) Bercerita merupakan metode dan materi yang dapat diintegrasikan dengan
dasar keterampilan lain, yakni berbicara, membaca, menulis dan menyimak.
3) Bercerita memberi contoh pada anak bagaimana pada anak untuk
mengembangkan kemampuan bersimpati terhadap peristiwa yang menimpa
orang lain.
4) Bercerita memberi ruang lingkup yang bebas pada anak bagaimana
menyikapi permasalahan dengan baik.
5) Bercerita memberi barometer sosial pada anak.
6)
penuturan dan perintah langsung.
7) Bercerita memberikan ruang gerak pada anak, kapan sesuatu nilai yang
berhasil ditangkap akan diaplikasikan.
8) Bercerita memberikan efek psikologis yang positif bagi anak dan guru
sebagai pencerita.
9) Bercerita membangkit rasa tahu anak akan peristiwa.
10) Bercerita memberikan daya tarik bersekolah bagi anak karena di dalam
bercerita ada efek rekreatif dan imajinatif yang dibutuhkan anak.
11)
Manfaat cerita bagi anak :
1) Membantu pembentukan pribadi dan moral anak.
2) Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi.
3) Memacu kemampuan verbal anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4) Merangsang minat menulis anak.
5) Membuka cakrawala pengetahuan anak.
6) Merangsang minat baca anak.
Hakikat bercerita menurut Horatus (dalam Bachtiar S. Bahri 2005: 48)
adalah dulce etutile yang berarti menyenangkan dan bermanfaat. Cerita memang
menyenangkan anak sebagai penikmatnya, karena cerita memberikan bahan lain
dari sisi kehidupan manusia, pengalaman hidup manusia. Bermanfaat karena di
dalam cerita banyak terkandung nilai-nilai kehidupan yang dapat diresapi dan
dicerna oleh siapapun, termasuk oleh anak-anak cerita menjadi sarana penuntun
perilaku yang baik dan sarana kritik bagi perilaku yang kurang baik. Cerita
menjadi sarana penuntun yang halus dan sarana kritik yang tidak menyakitkan
hati. Anak-anak sebagai manusia yang bertumbuh sangat baik menerima suguhan
semacam itu, terutama agar terbentuk pola norma dan perilaku yang halus dan
baik.
Cerita lisan pendengar atau pencerita dapat membuat segala macam efek
erta sikap tubuh. Dengan senjata itu,
pendongeng dapat mengendalikan pengaruh kata-kata yang diucapkannya.
Banyak orang tidak menyadari betapa besar pengaruh cerita terhadap perilaku
manusia, bahkan sampai membentuk budaya. Para psikolog telah mengemukakan
pengaruh positif dari membacakan cerita dan bercerita kepada anak-anak. Ini
merupakan cara yang sangat baik untuk mengajari anak berpikir realistis (Shapiro
dalam Dimyati dan Mudjiono 1999: 91). Aspek perkembangan anak yang perlu
dikembangkan dalam sebuah cerita meliputi : (1) aspek perkembangan bahasa, (2)
aspek perkembangan sosial, (3) aspek perkembangan emosi, (4) aspek
perkembangan moral, dan (5) aspek perkembangan kognisi.
Guru perlu sepenuhnya menyadari bahwa cerita bukanlah materi mengisi
waktu, namun juga materi penting yang memiliki fungsi cukup kompleks.
Karenanya tidak berlebihan jika Jakob Sumardjo dan Saini K.M.1991: 23
mencairkan pendapat para ahli tentang berbagai manfaat dan fungsi cerita : (1)
sebagai pembangkit imajinasi (Egan, 1989), (2) mendorong kecintaan pada bahasa
(Hamilton dan Weiss, 1990), (3) lebih efektif dan mudah diingat daripada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16 informasi dalam bentuk paparan (Brown, Collings dan Duguid, 1989 : Bruner,
1994), (4) materi pembelajaran yang penuh nilai, memegang peranan utama dalam
proses sosialisasi nilai-nilai budaya baru (Vygotsky, 1978), (5) mendorong
munculnya keberaksaraan pada anak atau emergent literacy, membuat suasana
kelas lebih natural (Hamilton dan Weiss, 1990), (6) membuat pembelajaran lebih
bervariasi, (7) sarana ya
perasaan manusia, (8) meningkatkan kedekatan siswa dan guru dan membuat
pelajaran lebih menarik.
Hal-hal di atas seharusnya mampu menggugah para guru untuk tidak setengah hati
memanfaatkan cerita sebagai materi dan sarana pembelajaran.
Kegagalan bercerita dalam Jakob Sumardjo dan Saini K.M. (1991: 26)
Dari pandangan siswa, cerita yang dibawakan guru dikatakan gagal apabila :
1) Anak-anak gaduh, kurang memperhatikan, memiliki kesibukan sendiri, sibuk
berbicara dengan teman atau tidak menghiraukan.
2) Anak-anak terlalu tegang, menangis ketakutan, bereaksi terlalu berlebihan.
3) Anak-
4) Anak-anak melihat kepada guru, diam ketika guru bercerita tetapi tidak dapat
menjawab pertanyaan cerita, serta tidak mampu memberikan tanggapan
apapun.
5) Anak-anak terlihat berpikir terlalu keras, terlihat santai dan akhirnya jenuh.
6) Anak-anak keluar ruangan, melepaskan diri dari area cerita, berjalan-jalan,
mengganggu teman, sesekali mereka melihat kepada guru kemudian kembali
ke aktivitas semula.
Indikator itu merupakan refleksi dorongan hati apabila memilih
berbicara sendiri, hal itu mewujudkan anak tidak begitu tertarik pada cerita
gurunya. Keasyikan berbicara sendiri menunjukkan bahwa anak tidak memiliki
perhatian yang cukup kepada mereka. Lakukan improvisasi seperlunya, dan
berusaha untuk memperbaiki tampilan cerita di lain waktu.
Indikator kegagalan guru-guru dalam bercerita :
1) Guru belum siap bercerita, namun anak-anak memaksa.
2) Guru merasa bosan bercerita, dengan materi-materi itu saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17 3) Guru merasa banyak kehilangan fakta cerita.
4) Guru merasa tidak diperhatikan siswa.
5) Guru merasa terganggu dengan masuknya suasana dari luar.
6) Guru merasa tegang dan kaku dalam bercerita.
7) Guru merasa tidak berbahasa dengan baik.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
bercerita adalah kegiatan menuturkan cerita yang memberitahukan bagaimana
terjadinya suatu hal (Peristiwa,kejadian,kegiatan) yang dapat digunakan oleh
oran tua dan guru sebagaimana sarana mendidik dan membentuk kepribadian
anak serta menanamkan nilai-nilai luhur pada diri anak melalui penghayatan
terhadap makna dan maksut cerita.
d. Pentingnya Bercerita Bagi Anak
Bercerita merupakan salah satu dari sekian banyak teknik untuk
mengajarkan keterampilan berbicara pada anak. Melalui bercerita dapat melatih
keberanian anak di depan umum. Dengan bercerita anak terlatih untuk
menyampaikan gagasan, pendapat atau perasaan secara runtut berdasarkan
kenyataan terhadap apa yang dilihat dan dirasakan.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008:20-21) bercerita menjadi sesuatu
yang penting bagi anak karena beberapa alasan, diantaranya yaitu; a) bercerita
merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah dicerna anak
disamping teladan yang dilihat anak setiap hari, b) bercerita merupakan metode
dan materi yang dapat diintegrasikan dengan dasar keterampilan lain, yakni
berbicara, membaca, menulis, dan menyimak, c) bercerita memberi ruang lingkup
yang jelas pada anak untuk mengembangkan kemampuan bersimpati dan
berempati terhadap peristiwa yang menimpa orang lain. Hal tersebut mendasari
anak untuk memiliki kepekaan sosial, d) bercerita memberi contoh pada anak
bagaimana menyikapi suatu permasalahan dengan baik, e) bercerita memberikan
barometer sosial pada ana
yang diberikan melalui penuturan dan perintah langsung, g) bercerita memberikan
ruang gerak pada anak, kapan sesuatu nilai yang berhasil ditangkap dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18 diaplikasikan, h) bercerita memberikan efek psikologis yang positif bagi anak dan
guru sebagai pencerita, seperti kedekatan emosional sebagai pengganti figur orang
tua, i) bercerita membangkitkan rasa tahu anak akan peristiwa atau cerita, alur,
plot, dan yang demikian itu menumbuhkan kemampuan merangkai hubungan
sebab-akibat dari suatu peristiwa dan memberikan peluang bagi anak untuk
belajar menelaah kejadian- kejadian di sekelilingnya, j) bercerita membuat anak
joy in school dan memiliki kerinduan bersekolah, k) bercerita mendorong anak
anak dapat mengkonkretkan rabaan psikologis mereka.
e. Aspek Perkembangan dalam Bercerita
Melalui becerita seseorang dapat mencurahkan apa yang ada
dipikirannya secara lisan. Kegiatan bercerita ataupun membacakan cerita kepada
anak-anak dapat mengajari anak untuk dapat berpikir secara realistis.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Shapiro (1999:91) dalam Tadkiroatun
Musfiroh (2008:47) cerita dapat menunjukkan bagaimana seseorang secara
realistis memecahkan masalahnya. Dari pendapat yang dituliskan Shapiro
tersebut membawa pengaruh bahwa bercerita perlu dikembangkan. Selain itu
bercerita juga berpengaruh dalam berbagai aspek perkembangan anak. Aspek-
aspek tersebut diantaranya:
1) Aspek perkembangan bahasa
Bahasa diperoleh tidak dengan tiba-tiba melainkan melalui proses.
Perkembangan kemampuan berbahasa berjalan seiring dengan perkembangan
fisik, mental, intelektual dan sosialnya (Solchan T.W 2008:2.17).
Tahap perkembangan bahasa terbagi atas empat tahap yaitu: (1) tahap pralinguistik, pada tahap ini bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan semakin mendekati bunyi vokal atau konsonan tertentu. Tahap ini berlangsung dari anak lahir sampai berumur sekitar 12 bulan atau satu tahun, (2) tahap satu kata atau holofrasis, pada tahap ini anak menggunakan satu kata yang bermakna mewakili keseluruhan ide yang disampiakan. Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 12 sampai dengan 18 bulan. Kata yang diucapkan anak biasanya kata yang sudah dikenal dan dikuasai, (3) tahap dua kata, tahap ini berlangsung dari usia 18 bulan sampai dengan 24 bulan (2 tahun). Tahap ini kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat seiring dengan kematangan otak dan alat ucapnya, dan (4) tahap telegrafis, tahap ini terjadi antara usia 2 sampai dengan 3 tahun. Pada tahap ini anak telah menghasilkan ujaran dalam bentuk kalimat-kalimat pendek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Aspek perkembangan sosial
Aspek perkembangan sosial yang perlu dikembangkan dalam kegiatan
Indikator yang ingin dicapai yaitu meningkatkan kemampuan bercerita
melalui cerita rakyat pada siswa kelas V SD Negeri Temboro III Kecamatan
Karang Tengah Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011. Indikator
tercapainya keterampilan bercerita siswa tersebut pada tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian
No. Aspek yang Dinilai Presentase Pencapaian Cara Mengukur
1. Hasil keterampilan siswa dalam bercerita:
a. Lafal yang jelas saat bercerita.
b. Ketepatan penekanakan suku kata.
c. Ketepatan bahasa dan ketepatan ucapan.
d. Kemampuan mengucapkan kata-kata yang tepat dan urut.
e. Kelancaran atau kewajaran bercerita.
75% dari jumlah siswa mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 65
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti kemudian dihitung dari jumlah skor yang didapat siswa dari aspek bercerita: lafal, intonasi/tekanan, tata bahasa, struktur, kelancaran atau kewajaran dan pemahaman isi cerita yang disajikan. Serta dihitung juga dari jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 65.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
H. Produser Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari
awal sampai akhir. Prosedur penelitian ini meliputi (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Suharsimi Arikunto, dkk 2010:1).
Berikut ini prosedur penelitian yang akan dilaksanakan :
1. Rancangan Siklus Pertama (Siklus I)
a. Perencanaan
Langkah-langkah dalam perencanaan adalah sebagai berikut:
1) Menentukan pokok bahasan yaitu keterampilan bercerita melalui cerita
rakyat pada siswa kelas V SD Negeri Temboro III Kecamatan Karang
Tengah Kabupaten Wonogiri.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia
dengan materi keterampilan bercerita melalui cerita rakyat.
3) Mempersiapkan cerita rakyat untuk pembelajaran yaitu cerita rakyat
dengan judul Asal-Usul Nama Wonogiri.
4) Mempersiapkan cara menganalisis data mengenai proses dan hasil
tindakan perbaikan yaitu dengan menyusun lembar observasi bagi guru
maupun peserta didik selama pembelajaran.
5) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini direncanakan dalam 2x
pertemuan, masing-masing pertemuan mempelajari tentang keterampilan
berbicara.
1) Siswa menyimak penjelasan dari guru terkait materi tentang cerita rakyat.
2) Siswa menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bercerita cerita
rakyat.
3)
4) Guru membacakan dan memberi contoh cara bercerita rakyat Asal Usul
Nama Wonogiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
5) Siswa menyimak dan memperhatikan guru pada saat guru membaca dan
memberi contoh
6) Guru menunjuk siswa untuk bercerita ke depan kelas secara bergiliran
dengan durasi waktu 6 menit tiap siswa.
7) Dengan lembar penilaian, dilakukan penilaian keterampilan bercerita
siswa oleh guru secara individu
8) Siswa yang lain mengamati siswa yang lain saat bercerita cerita rakyat di
depan kelas.
c. Observasi
Melakukan pengamatan/observasi yaitu dengan mengamati proses
pembelajaran aktivitas peserta didik selama pembelajaran. Observasi yang
dilakukan adalah observasi terhadap guru dalam pembelajaran bercerita melalui
cerita rakyat dan observasi terhadap siswa yang meliputi keaktifan dan perhatian
siswa. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan
peneliti. Penilaian obervasi guru antara lain adalah kegiatan pra pembelajaran
yaitu menyiapkan ruang alat bantu belajar dan sumber belajar dan melaksanakan
tugas harian kelas. Kegiatan awal yaitu memulai kegiatan pembelajaran,
melaksanakan KBM yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, melaksanakan
kegiatan pembelajaran dalam urutan yang logis. Kegiatan inti yaitu penguasaan
materi pembelajaran, pendekatan atau strategi yang digunakan, pemanfaatan
sumber atau media pembelajaran, pelibatan siswa pada saat pembelajaran,
penilaian proses, penggunaan bahasa pada dan untuk kegiatan akhir yaitu
melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran, melaksanakan penilaian
pada akhir pembelajaran. Untuk observasi siswa yang dinilai adalah keaktifan
dan perhatian siswa. Keaktifan siswa meliputi mengajukan pertanyaan,
mengajukan pendapat dan mengerjakan tugas. Sedangkan untuk perhatian siswa
meliputi menyimak penjelasan guru, menunjukkan antusias dalam pembelajaran
dan tidak ramai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
d. Refleksi
Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus I melalui pengamatan dan
penilaian hasil keterampilan bercerita kemudian dianalisis. Hal ini digunakan
sebagai langkah yang dilakukan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I ditemukan adanya
permasalahan dalam proses pembelajaran yang perlu dicari solusinya.
Permasalahan tersebut antara lain: 1) pada saat berlangsungnya pembelajaran
bercerita, siswa terlihat belum sepenuhnya aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Mereka lebih banyak bercanda dengan temannya atau melakukan kegiatan lain. 2)
siswa kurang menyimak penjelasan yang diberikan guru, sehingga dalam
pelaksanaan pembelajaran ada beberapa siswa yang bertanya tentang apa yang
harus dilakukan, 3) masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
bercerita, terbukti saat tes unjuk kerja keterampilan bercerita banyak siswa yang
kurang percaya diri. Selain itu, siswa dalam bercerita masih banyak yang
tersendat-sendat bahkan ada pula yang terdiam mengingat-ingat apa yang akan
diutarakan.
Tindakan yang dilakukan pada siklus I dikatakan berhasil mencapai
indikator ketercapaian siklus I yaitu 70 % dari keseluruhan siswa kelas V yang
memperoleh KKM > 65 dari keterampilan bercerita. Dari hasil tes keterampilan
bercerita baru terdapat 12 orang atau 50 % siswa yang memperoleh nilai sesuai
dengan KKM yang ditetapkan. Oleh karena belum tercapainya indikator yang
diharapkan dan ditemukannya hambatan, perlu dilakukan siklus II sebagai
langkah perbaikan dalam proses pembelajaran pada siklus I.
2. Rancangan Siklus Kedua (Siklus II)
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan bercerita cerita
rakyat yang didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I. Rencana perbaikan pada
siklus II ini dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1) Mengidentifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa
Indonesia materi keterampilan bercerita melalui cerita rakyat.
3) Mempersiapkan cerita rakyat.
4) Mempersiapkan menganalisis data mengenai proses dan hasil
tindakan perbaikan yaitu dengan menyusun lembar observasi bagi
guru maupun peserta didik selama pembelajaran
5) Memperbaiki format evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Perbedaan pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah adanya perbaikan
berdasarkan hasil refleksi pada siklus I yaitu pada proses pembelajaran maupun
pada soal instrumennya.
Langkah-langkah yang dilakukan, yaitu:
1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
2) Tanya jawab siswa dengan guru terkait tentang teknik bercerita
cerita rakyat.
3) Siswa ditanya tentang contoh-contoh cerita rakyat.
4) Siswa menyimak penjelasan dari guru terkait materi tentang teknik
bercerita cerita rakyat.
5) Guru menunjuk siswa untuk bercerita ke depan kelas secara
bergiliran dengan durasi waktu 6 menit tiap siswa.
6) Dengan lembar penilaian, dilakukan penilaian keterampilan
berbicara siswa oleh guru secara individu
7) Siswa yang lain mengamati siswa yang lain saat bercerita cerita
rakyat di depan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
c. Observasi
Melakukan pengamatan/observasi yaitu dengan mengamati proses
pembelajaran aktivitas peserta didik selama pembelajaran. Observasi yang
dilakukan adalah observasi terhadap guru dalam pembelajaran bercerita melalui
cerita rakyat dan observasi terhadap siswa yang meliputi keaktifan dan perhatian
siswa. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan
peneliti. Penilaian observasi guru antara lain adalah pada kegiatan pra
pembelajaran yaitu menyiapkan ruang alat bantu belajar dan sumber belajar dan
melaksanakan tugas harian kelas. Kegiatan awal yaitu memulai kegiatan
pembelajaran, melaksanakan KBM yang sesuai dengan tujuan pembelajaran,
melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam urutan yang logis. Kegiatan inti
yaitu penguasaan materi pembelajaran, pendekatan atau strategi yang digunakan,
pemanfaatan sumber atau media pembelajaran, pelibatan siswa pada saat
pembelajaran, penilaian proses, penggunaan bahasa dan untuk kegiatan akhir
yaitu melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran, melaksanakan
penilaian pada akhir pembelajaran. Untuk observasi siswa yang dinilai adalah
keaktifan dan perhatian siswa. Keaktifan siswa meliputi mengajukan pertanyaan,
mengajukan pendapat dan mengerjakan tugas. Sedangkan untuk perhatian siswa
meliputi menyimak penjelasan guru, menunjukkan antusias dalam pembelajaran
dan tidak ramai.
d. Refleksi
Hasil yang diperoleh dari tindakan siklus II melalui pengamatan dan
penilaian hasil keterampilan bercerita kemudian dianalisis. Dari refeksi pertemuan
pertama ditemukan adanya hambatan yaitu dalam bercerita siswa kelihatan seperti
menghafal cerita yang ditulis. Hambatan ini kemudian diperbaiki dalam
pertemuan yang kedua yaitu dengan memaksimalkan waktu siswa dalam bercerita
serta cerita rakyat yang digunakan, yaitu cerita rakyat yang dibawa masing-
masing siswa dari rumah. . Berdasarkan hasil tes unjuk kerja keterampilan
bercerita, dapat dilihat keterampilan bercerita siswa mengalami peningkatan. Dari
hasil pengamatan di siklus II didapatkan hasil siswa sudah berani dan terampil
dalam bercerita. Keterampilan bercerita siswa dinilai berdasarkan aspek penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44 yang ditentukan yang meliputi: 1) lafal, 2) intonasi, 3) tata bahasa 4) struktur dan
5) kelancaran bercerita. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu
KKM > 65 adalah 21 siswa atau 87,5 %. Hal ini berarti tindakan yang dilakukan
peneliti sudah berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil Penelitian
a. Deskripsi Kondisi Awal (Pra siklus)
Pengamatan kondisi awal (pra siklus) dilakukan untuk mengetahui
keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses
penelitian. Pengamatan ini dilakukan dengan cara pengamatan proses
pembelajaran berbicara di kelas.
Pengamatan awal (pra siklus) proses pembelajaran bercerita di kelas V
dilaksanakan pada minggu ke III Mei sampai selesai. Peneliti bertindak sebagai
observer dan guru kelas V (bapak Dwi Nurcahyo, S.Pd) bertindak sebagai