-
“PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK MELALUI
METODE BERCERITA MENGGUNAKAN PAPAN FLANEL DI
PAUD SABELA TANGERANG TAHUN AJARAN 2017/2018”
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh :
EVI ANGGRAENI
NIM. 11140184000026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
-
Lembar Pengesahan Skripsi
Skripsi yang betjudul "Peningkatan Kemampuan Menyimak Anak
Melalui Metode Bercerita
Menggunakan Papan Hanel Kelompok B PAUD Sabela Tahun ajaran
2018/2019", oJeh Evi
Anggraeni, NIM 11140184000026 Program Studi Pendidikan Islam
Anak Usia Dini ,
. Fakultas Hmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif HidayatulJah J~
Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sebagai karya ilmiah yang
berhak untuk dijadikan
sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh
fakultas
Jakarta. 31 Oktober 2018
Yang Mengesahkan Yang Mengesahkan
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Sid Khadijah, MA Dr. Fidrayani, M.Pd
NIP: 197007271997032004 NIP: 197602072015032001
-
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Peningkatan Kemampuan Menyimak Anak Melalui
Metode BerceritaMengguankan Papan Flanel di TK B PAUD Sabela,
Tangerang Tahun Ajaran201812019 disusun oleh Evi Anggraeni, Nomor
Induk Mahasiswa 11140184000026, diajukankepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
telahdinyatakan Lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 12
November 2018 dihadapan dewanpenguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dan bidangPendidikan Islam Anak
Usia Dini (PIAUD).
J akarta, 2 6 Desemb er 20 I I
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panida(Kttur PIA■「D)
Siti Khadiiah,MA
NコP。 197007271997032004
Sekretaris(Sekiur PIAUD)
Miratul Ⅱavati,M.Pd
NIP。 198705242018012001
PenguJI I
Dra Eni Rosda Svarbaini.M.Psi
NIP。 195308131980032001
PenguJI II
η一| _2olう
1_| … 2 οl多
zA - lz -2o18
ひ 昨` あ8NIP.0310127403
u Tarbiy泌
-
No. Dokumen : FITK-FR-A.KI)..089KEMENTERIAN AGAMA
UINJAKARTA Tgl. Terbit I Maret2010 FORM(FR)
No. Rcvisi: : 01FITK .fl. Jr. Il.luatwlo No 95 Ciputol Jj4J2
indonesia Hal : 111 - SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
N a m a : Evi Anggraeni
TempatfrgLLahir : Lamongan, 5 Juli 1994
NIM : 11140 184000026
Jurusan JProdi ; Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Menyimak Anak Melalui
Metode
Bercerita Menggunakan Papan Planel pada Kelompok B di
PAUD Sabela Tangerang
Dosen Pembimbing: t. Siti Khadijah, M.A
2. Dr. Fidrayani, M. Pd
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar
basil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang
saya tulis.
Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian
Munaqasah.
Jakarta, 29 Oktober 2018 Mahasiswa Ybs.
Evi Anggraeni NIM.11140140000038
http:FITK-FR-A.KI
-
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillahirobbil’alaamiin. Puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya dan telah
menciptakan
manusia atas kasih saying dan pengetahuan yang Ia berikan.
Sehingga peneliti dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN
MENYIMAK ANAK MELALUI METODE BERCERITA MENGGUNAKAN
PAPAN FLANEL USIA 5-6 TAHUN DI PAUD SABELA TANGERANG”
Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad
SAW.
sebagai suri tauladan terbaik yang telah membawa kita ke zaman
yang terang
benderang seperti sekarang ini.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka sebagai syarat dalam
pengajuan Gelar
Sarjana Strata Satu (SI) pada jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari, penyusunan penelitian
dari awal hingga
akhir buka sebatas hasil sendiri, melainkan juga atas motivasi
baik secara material dan
non material. Sehingga peneliti ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang
telah
membantu hingga terselesaikanya laporan ini, terutama
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Selaku Dekan Fakultas
Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, beserta
jajaran dekanatnya.
2. Ibu Siti Khadijah, M.A. Sebagai Ketua Jurusan Pendidikan
Islam Anak Usia Dini,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sekaligus menjadi Pembimbing I peneliti
dalam
mengerjakan Skripsi, yang telah banyak memberikan ilmu
pengetahuan, saran,
kritik dan waktu untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini
tanpa lelah. Kebaikan Ibu akan menjadi nasihat yang mulai untuk
peneliti. Semoga
Allah memberikan kebaikan untuk Ibu. Aamiin Ya Robbal
Aalamiin.
-
ii
3. Ibu Dr. Fidrayani, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing II peneliti
dalam skripsi,
yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, saran, kritik dan
waktu untuk
membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini tanpa lelah.
Kebaikan Ibu
akan menjadi nasihat yang mulai untuk peneliti. Semoga Allah
memberikan
kebaikan untuk Ibu. Aamiin Ya Robbal Aalamiin.
4. Para Dosen-dosen Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang
meluangkan
waktunya untuk konsultasi penelitian ini, saya ucapkan
terimakasih dan tidak bias
saya sebutkan satu persatu
5. Tak lupa untuk kedua Orangtua saya Bapak H. Turmudhi dan Ibu
Hj. Muani yang
selalu mendo’akan anaknya dengan tulus memberikan bantuannya,
baik moril
maupun materil, semangat dan dorongan demi keberhasilan anaknya.
Dan untuk
saudara saya Sulistiono, Vivin Vidiawati, Avivatul Maghfiroh
yang sudah
memberikan apapun yang saya butuhkan. Terimakasih atas cinta dan
kasih
sayangnya.
6. Dan untuk keluarga besar saya di Lamongan atau di Bali dan di
Jakarta yang selalu
memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi
ini.
7. Kepada sahabat seperjuangan saya yang selalu memberi semangat
dan motivasi
kepada saya, Nadia Balqies, Anti Ma’rifah, Aenida Yasinta
Rahman, Fita
Nurrahmah, Mira Nurrahmah, Fitri Tadiastuti, Puspa Ayu
Melodyana, Huda, Evi
Rostiana, Selfiana, Rizka Nurafrianti, Rafiatul Jannah, dan
Jihan Anggi Felisia.
Dan juga teman seperjuangan saya di jurusan Pendidikan Islam
Anak Usia Dini
angkatan 2014.
8. Akhirnya, peneliti berharap agar apa yang telah ditulis dapat
bermanfaat bagi
semua kalangan pada umumnya dan dapat memperluas khasanah
keilmuan
Pendidikan Islan Anak Usia Dini. Peneliti menyadari skripsi ini
masih jauh dari
kata sempurna. Kritik dan saran yang sifatnya membangun skripsi
ini sangat
diharapkan. Sebagai penutup, peneliti berharap semoga Allah SWT
selalu
-
iii
membimbing langkah kita menuju jalan yang benar dan lurus.
Aamiin Ya Robbal
Aalamiin.
Jakarta, 5 November 2018
(Evi Anggraeni)
-
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK MELALUI
METODE BERCERITA MENGGUNAKAN PAPAN FLANEL PADA
KELOMPOK B DI PAUD SABELA 2018/2019
Oleh :
Evi Anggraeni (NIM: 11140184000026)
Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan
menyimak anak melalui metode bercerita menggunakan papan flanel
pada
Kelompok B PAUD Sabela, Tangerang. Jenis penelitian yang
digunakan adalah
penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan menggunakan Model
Kemmis dan
Mc Taggart. Subjek penelitian adalah anak didik kelompok B PAUD
Sabela yang
berjumlah 8 anak. Objek penelitian ini adalah kemampuan menyimak
melalui
metode bercerita menggunakan papan flanel. Metode pengumpulan
data yang
digunakan adalah observasi. Instrumen yang digunakan adalah
pedoman
observasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif
kualitatif dan
kuantitatif. Indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu jika
minimal 75% dari 8
anak mennyimak melalui bercerita menggunakan papan flanel dengan
kriteria
sangat baik. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan secara bertahap
pada
kemampuan menyimak melalui metode bercerita menggunakan papan
flanel.
Peningkatan kemampuan menyimak terlihat dari indikator
kemampuan
mendengarkan dan meniru, mendengarkan dan mengulangi,
mendengarkan dan
mengikuti instruksi, mendengarkan dan mencocokkan kata atau
gambar.
Peningkatan kemampuan menyimak anak dalam mendengarkan
cerita
menggunakan papan flanel dalam pelaksanaan Pratindakan 30,85%,
dan pada
Siklus I meningkat menjadi 54,10%, karena masih kurang dari
kriteria
keberhasilan maka dilakukan siklus II meningkat sangat baik
dengan
mendapatkan persentase 85,74%. Dengan perolehan tersebut maka
penelitian
dihentikan karena telah mencapai kriteria keberhasilan.
Kata Kunci: kemampuan menyimak, metode cerita, papan flanel
-
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN JUDUL
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………………..6
C. Pembatasan Fokus Penelitian……………………………………………6
D. Perumusan Masalah Penelitian…………………………………………..7
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian………………………………….7
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti…………………………….10
1. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
a. Pengertian Bahasa…………………………………………….10
b. Fungsi Bahasa bagi Anak Usia Dini ……….………………....15
c. Peranan Bahasa bagi Anak Usia Dini…………………………16
d. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa………….18
e. Aspek-aspek Kemampuan Bahasa……………………………19
f. Perkembangan Bahasa Anak Usia 5-6 Tahun…………………21
g. Karakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia 5-6 Tahun…….22
h. Tujuan Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini………………23
2. Kemampuan Menyimak
a. Pengertian Kemampuan Menyimak……...…………………...24
b. Tujuan Menyimak………………………………………….…26
c. Indikator Kemampuan Menyimak Anak……………………..28
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menyimak
Anak………………………….………………………………15
e. Pengembangan Kemampuan Menyimak di Taman
Kanak-Kanak…………………………………………………30
-
v
f. Strategi Pengembangan Kemampuan Menyimak…………….32
3. Metode Bercreita Anak Usia Dini
a. Definisi Metode……………………………………………….34
b. Definisi Metode Bercerita……………………………………..35
c. Tujuan Metode Bercerita……………………………………...39
d. Manfaat Metode Bercerita…………………………………….39
e. Langkah-langkah Pembelajaran Melalui Bercerita……………40
f. Teknik Pembelajaran Melalui Bercerita………………………41
4. Papan Flanel
a. Pengertian Papan Flanel……………………………..………..42
b. Kegunaan Papan Flanel……………………………………….43
c. Penggunaan Papan Flanel dalam Pembelajaran…..…………..45
d. Tujuan Penggunaan Papan Flanel……………………….........46
e. Langkah-langkah Bercerita melalui Papan Flanel…………….49
B. Hasil Penelitian yang Relevan………………………………………...50
C. Hipotesis Tindakan……………………………………………………51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian…………………………………………….52
2. Waktu Penelitian………….…………………………………....52
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
1. Metode Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus………………...53
2. Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus
Penelitian……...53
C. Subjek Penelitian………………...…………………………………...56
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
1. Peran Peneliti……….……………………………………………56
2. Posisi Peneliti…………………………………………………….57
E. Tahap Intervensi Tindakan
1. Kegiatan Pra Penelitian…………………………………………..57
2. Kegiatan Siklus I………………………………………………....58
3. Kegiatan Siklus II………………………………………..………...71
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan…………………………78
G. Data dan Sumber Data……………………………………………….79
H. Teknik Pengumpulan Data……………………………..…….………80
1. Jenis Instrumen…………………………………………………...80
2. Kisi-kisi Instrumen……….……………………………………....81
I. Teknik Pemeriksaan Keterpecayaan
-
vi
1. Kepercayaan (credibility)………….……………………………..94
2. Keteralihan atau pengalihan
(transferability)………………….....94
3. Kebergantungan (dependability)…………..……………………..95
4. Kepastian (confirmability)………………………………………..95
J. Analisis Data dan Interpretasi Data
1. Analisis Data…………………………….……………………….95
2. Interpretasi Hasil Analisis………………….…………………….97
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Penelitian
1. Pra Penelitian
a. Pengamatan Pra Penelitian……………………………………98
b. Pelaksanaan Pengamatan Pra Penelitian 101
c. Refleksi Pra Penelitian 106
B. Hasil Penelitian
1. Latar Belakang Penelitian…………………………………..108
2. Penelitian Tindakan
a. Perencanaan Tindakan Siklus I…………………………110
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I……………………………111
c. Pengamatan Tindakan Siklus I ……………………………135
d. Refleksi Tindakan Siklus I …………………………………140
e. Hasil Wawancara Guru Siklus I…………………………….141
f. Perencanaan Tindakan Siklus II ……………………………144
g. Pelaksanaan Tindakan Siklus II …………………………146
h. Pengamatan Tindakan Siklus II ……………………………172
i. Refleksi……………………………………………………..178
C. Analisis Data
1. Analisis Data Kuantitatif…………………………………………182
2. Analisis Data Kualitatif…………………………………………..184
D. Reduksi Data………………………………………………………..186
E. Temuan Penelitian………………………………………………….199
F. Keterbatasan Penelitian……………………………………………..200
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………201
B. Implikasi……………………………………………………………202
C. Saran………………………………………………………………..202
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................204
LAMPIRAN
-
vii
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian………………………………………….52
TABEL 3.1 Desain Perencanaan Tindakan Siklus
I…………………………………59
TABEL 3.2 Desain Perencanaan Tindakan Siklus
II…………………………………71
TABEL 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kemampuan
Menyimak……………......82
TABEL 3.4 Penilaian Instrumen……………………………………………………..83
TABEL 3.5 Rubrik…………………………………………………………………...84
TABEL 3.6 Kisi-Kisi Pemantau Tindakan…………………………………………...91
TABEL 3.7 Instrumen Penelitian untuk Evaluasi Metode
Bercerita…………………93
TABEL 3.8 Kisi Pedoman Wawancara Guru dalam Penggunaan Metode
Bercerita..93
TABEL 4.1 Data Sampel Anak Kelompok B.1……………………………………...98
TABEL 4.2 Data Kemampuan Menyimak Anak pada Pra
Penelitian………………107
TABEL 4.3 Nama Tenaga Kependidikan Guru PAUD Sabela Tahun
2018/2019…110
TABEL 4.4 Hasil Temuan Observasi Instrumen Pemantau Tindakan
……………..136
TABEL 4.5 Data Kemampuan Menyimak Anak pada Siklus
I……………………..138
TABEL 4.6 Butir Instrumen Wawancara Guru Penggunaan Metode
Bercerita…….141
TABEL 4.7 Rencana Pelaksaan Siklus 2……………………………………………145
TABEL 4.8 Hasil Temuan Observasi Instrumen Pemantau
Tindakan.……………..174
TABEL 4.9 Data Perbandingan Skor dan Presentase Asessmen Awal
sampai Akhir175
TABEL 4.10 Butir Instrumen Wawancara Guru Penggunaan Metode
Bercerita …..179
TABEL 4.11 Data Hasil Pra-Tindakan dan Akhir
Tindakan……………………….182
-
viii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1.1 Catatan Foto 1…………………………………………………………5
GAMBAR 3.1 Tahapan PTK Kemmis dan Mc Taggart……………………………..55
GAMBAR 3.2 Komponen dalam Analisis Data Model Miles dan
Huberman………96
GAMBAR 4.1 Kegiatan Belajar Mengajar PAUD
Sabela………………………….102
GAMBAR 4.2 Kegiatan Belajar Mengajar PAUD
Sabela………………………….104
GAMBAR 4.3 Kegiatan Belajar Mengajar menggunakan Papan
Flanel……………106
GAMBAR 4.4 Kondisi PAUD Sabela Tangerang…………………………………..109
GAMBAR 4.5 Anak Bercerita Menggunakan Papan
Flanel………………………..114
GAMBAR 4.6 Anak Bercerita Menggunakan Papan
Flanel………………………..118
GAMBAR 4.7 Anak Bercerita Menggunakan Papan
Flanel………………………..122
GAMBAR 4.8 Anak Bercerita Menggunakan Papan
Flanel………………………..126
GAMBAR 4.9 Anak Bercerita Menggunakan Papan
Flanel………………………..130
GAMBAR 4.10 Anak Bercerita Menggunakan Papan
Flanel………………………134
GAMBAR 4.11 Perbadingan Kemampuan Menyimak pada Pra Siklus dan
Siklus I.139
GAMBAR 4.12 Presentase Kenaikan Kemampuan Menyimak Siklus
I……………140
GAMBAR 4.13 Anak Bercerita Menggunakan Papan Flanel
……………………...149
GAMBAR 4.14 Anak Bercerita Menggunakan Papan Flanel
……………………..154
GAMBAR 4.15 Anak Bercerita Menggunakan Papan Flanel
……………………...159
GAMBAR 4.16 Anak Bercerita Menggunakan Papan Flanel
……………………...162
GAMBAR 4.17 Anak Bercerita Menggunakan Papan Flanel
……………………..166
GAMBAR 4.18 Anak Bercerita Menggunakan Papan Flanel
……………………..171
GAMBAR 4.19 Presentase Kenaikan Kemampuan Menyimak Pra
Siklus-Siklus II.177
GAMBAR 4.20 Peningkatan Kemampuan Menyimak dari Assesmen
Awal-Akhir.178
GAMBAR 4.21 Presentase Kenaikan Kemampuan Menyimak dari
Assesmen
Awal-Akhir ………………………………………………………………………...183
-
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Wawancara
Lampiran Dokumentasi
Lampiran Rubrik Penilaian Instrumen
Lampiran Penilaian Instrumen Pra Penelitian
Lampiran Penilaian Instrumen Penelitian I
Lampiran Penilaian Instrumen Penelitian II
Lampiran Penilaian Instrumen Siklus I Setiap Anak
Lampiran Penilaian Instrumen Siklus II Setiap Anak
Lampiran RPPH
Lampiran Surat-Surat Pendukung Penelitian
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini merupakan masa kritis pada sebuah periode
perkembangan
manusia. Perkembangan pada masa ini begitu fenomental terkait
syaraf dan otak,
jasmani, organ-organ vital dan berbagai aktivitas mental
sehingga masa ini
dikenal sebagai masa emas dalam rentang kehidupan manusia.
Berbagai
perkembangan termasuk di dalamnya perkembangan bahasa menjadi
cukup
fenomental, hal ini karena berbagai kompetensi berbahasa anak
yang berkembang
pada masa ini mempengaruhi kualitas diri seorang anak pada
periode pendidikan
dasarnya nanti yang berkaitan dengan kegiatan literasi dan
berbagai kegiatan
akademik lainnya. Erikson dikutip Vebriaroto berpendapat bahwa
“Masa
kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia sebagai seseorang
manusia,
tempat dimana kebaikan dan mewujudkan dirinya. Jadi pola sikap
dan perilaku
yang diajarkan pada masa kanak-kanak sebagai peletak dasar bagi
perkembangan
dirinya. Pada saat itu, telah terbentuk dasar yang demikian kuat
sehingga setiap
perubahan yang akan terjadi akan sedikit pengaruhnya.1
Pembentukan kemampuan anak perlu mendapat stimulasi yang
sesuai
dengan tahap perkembangannya. Stimulasi paling awal dalam
konteks pendidikan
di Indonesia dikenal sebagai pendidikan anak usia dini yang
menurut UU no. 20
tahun 2003 adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.2
Penjelasan selanjutnya dari undang-undang ini adalah pemerintah
lewat
kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun standar
perkembangan anak
1 ST. Vembriarato, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta: Andi offset
Tahun 2009), h. 26
2 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009
tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini. (Tanggal 17 September 2009),
h.56.
-
2
usia dini dari beragam usia dengan mengedepankan pada lima
aspek
perkembangan seperti; Perkembangan nilai agama dan moral,
perkembangan
motorik, perkembangan bahasa, perkembangan kognitif dan
perkembangan sosial
emosional. Bahwa pemerintah lewat kementerian Pendidikan Anak
Usia Dini
yang mengedepankan pada aspek lima perkembangan anak.
Kemampuan bahasa merupakan faktor yang penting diperhatikan
sebab
berbahasa tidak lepas dari kehidupan manusia sebagai makhluk
sosial. Oleh
karena itu, pembelajaran bahasa perlu diberikan secara serius
efektif dan efisien.
Dalam bahasa Indonesia mengenal empat keterampilan berbahasa
yaitu menyimak,
menulis, membaca dan berbicara. Dalam berkomunikasi kita
mengenal bahasa
sebagai alatnya. Pada saat menggunakannya dapat dilakukan
melalui bahasa
reseptif, yaitu melalui menyimak dan membaca sedangkan bahasa
ekspresive
menyimak dan berbicara adalah melalui keluarga dan masyarakat
atau non formal.
Sedangkan keterampilan membaca dan menulis pemerolehannya di
sekolah atau
pendidikan formal.
Salah satu kemampuan yang sangat mendasar adalah menyimak
seperti
yang diungkapkan oleh Jalongo “Listening is the foundation for
speaking, reading,
and writing in children without hearing impairments”.3
“Mendengarkan adalah
fondasi untuk berbicara, membaca, dan menulis pada anak-anak
tanpa gangguan
pendengaran”. Keterampilan menyimak salah satu komunikasi yang
sangat
penting dimiliki setiap orang terutama dalam menjalankan kontak
social dengan
orang lain. Kepandaian menyimak tidak terbatas hanya dalam
pengertian pandai
atau terampil saja, melainkan kepandaian itu harus dikaitkan
dengan sopan santun
dan sesuai dengan tata cara atau tata nilai yang kita anut
sebagai bangsa yang
memiliki moral agama dan moral kebangsaan.
Dalam pendidikan formal keterampilan menyimak sudah dilatihkan
mulai
dari jenjang TK sampai pendidikan tinggi. Saat melatihnya
keterampilan itu
dimulai dari hal yang paling mudah sampai yang sukar, karena
dengan
3 Mary Renck Jalongo, Early Childood Language, Arts Fourh
Edition (Boston Pearson
Education, 2007), h. 75.
-
3
kemampuan menyimak yang baik maka kemampuan menulis dan
berbicara
diharapkan akan baik. Menyimak sangat berpengaruh terhadap
kemampuan
membaca berbicara dan menulis oleh sebab itu, apabila terjadi
kesalahan dalam
kemampuan menyimak akan berakibat buruk dalam kemampuan
lainnya.
Kemampuan menyimak sebagai salah satu kemampuan berbahasa awal
yang
harus dikembangkan, memerlukan dukungan pendengar yang baik agar
makna
dari pesan yang disampaikan dapat dipakai dan mengandung makna,
ketika anak
sebagai pendengar secara aktif memproses dan memahami apa yang
didengar.
Fungsi menyimak dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu proses
dalam
hubungan antar manusia. Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri
karena sifat
manusia adalah sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan
kehadiran
orang lain. Mereka saling menghargai, memahami, bertegur sapa,
beramah-ramah
kepada orang lain. Melatih mendengarkan pada anak dipengaruhi
oleh
kematangan belajar. Anak pada usia dini masuk pada usia emas, di
mana anak siap
untuk dikembangkan secara maksimal melalui stimulus-stimulus.
Kemampuan
menyimak anak tidak hanya perlu dikembangkan di rumah tetapi di
sekolah.
Orang tua dan guru ikut mengembangkan kemampuan menyimak
anak
semaksimal mungkin, karena menyimak memiliki banyak manfaat bagi
anak.
Melalui menyimak anak akan mendapatkan informasi baru dan
dapat
menghubungkan informasi tersebut lewat pengalaman yang
dimilikinya. Hal ini
dikarenakan pengetahuan yang didapatkan dari mendengar tersimpan
dalam
memori jangka panjang anak, selain itu menyimak sebagai
kemampuan bahasa
pertama yang dimiliki anak akan mengembangkan kemampuan bahasa
yang lain
seperti berbicara, membaca dan menulis.
Ternyata masih banyak anak yang tidak mendapatkan
pembelajaran
menyimak di sekolah. Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh
Gregg, bahwa
Less than 2 percent of population has had any formal educational
experience with
listening, yet as much as 80 percent of the information we
obtain is the resuld of
listening.4 “Kurang dari 2 persen populasi telah memiliki
pengalaman pendidikan
4 Ibid, h. 76.
-
4
formal dengan mendengarkan, namun sebanyak 80 persen dari
informasi yang
kami peroleh adalah hasil dari mendengarkan”. Hal ini
menunjukkan bahwa
masih banyak sekolah yang belum memahami pentingnya
mengembangkan
kemampuan menyimak. Walaupun telah diketahui bahwa informasi
yang
diperoleh seseorang umumnya didapat dari menyimak. Seorang anak
umumnya
mendapatkan informasi dari menyimak. Awalnya anak menyimak lalu
menirukan
ucapan yang pernah didengarnya baru menghubungkan lagi dengan
ucapan
bermakna. Kemudian mencoba menggunakannya saat berbicara dengan
orang
lain.
Kemampuan menyimak semestinya sudah dilatih sedini mungkin
dimulai
pada usia 4-6 tahun. Kemampuan menyimak akan mendukung anak
untuk
menambah perbendaharaan kata. Kondisi ini berlangsung secara
terus-menerus.
Semakin anak banyak belajar untuk menyimak, maka semakin
bertambah
perbendaharaan kata yang dimilikinya. Kegiatan menyimak bisa
mencakup semua
aspek pembelajaran di sekolah. Kemampuan bahasa menjadi dasar
bagi anak
untuk mengungkapkan ide dan pengetahuan yang menjadi
pemikirannya. Ketika
kemampuan berbahasa lemah maka kemampuan berfikirnya juga akan
lemah.
Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan
Noviana di desa
Wotansari Gresik terdapat 30% anak masih kurang dalam
kemampuan
menyimaknya, anak mengalami kesulitan dalam pengembangan
bahasanya
khususnya perkembangan menyimak.5
Selain itu penelitian Mamonto di
kecamatan kota selatan kota Gorontalo masih terdapat beberapa
anak-anak usia
4-5 tahun belum memiliki kemampuan menyimak yang baik, seperti
kurangnya
perhatian anak pada guru saat kegiatan pembelajaran berlangsung,
anak belum
mampu mengungkapkan ide-ide dari cerita yang dibacakan guru,
serta anak
kurang merespon pada saat pembelajaran.6
5 Ejounal.ac.id/article/1636/19/.pdf.S-1 PG-PAUD UN Surabaya Lia
Noviana. Pada
tanggal 29 Mei 2018 pukul 05.00
6 Eprint.ung.ac.id/10139 Ertiwi Mamonto S-1 PG-PAUD UN Gorontalo
pada tanggal
29 Mei 2018 pukul 05.00
-
5
Pada saat peneliti melakukan observasi ke sekolah TK melihat
ketika guru
menyampaikan cerita tentang Sejarah Nabi Ismail, anak didik
tidak
memperhatikan guru bercerita dengan baik. Masih ditemukan bahwa
sebagian
besar anak didik kurang memiliki keterampilan menyimak. Hal ini
ditunjukkan
dengan sebanyak 7 anak dari total 8 anak belum muncul indikator
keterampilan
menyimak, seperti mendengarkan dan meniru, mendengarkan dan
mengulangi,
mendengarkan dan mengikuti instruksi, mendengarkan dan
mencocokkan kata
atau gambar.7 Sebagaimana juga dinyatakan oleh kepala sekolah
dan beberapa
guru pengajar, bahwa rendahnya keterampilan menyimak anak didik
terlihat dari
komunikasi yang mereka gunakan sehari-hari di sekolah, kadang
juga ada anak
yang tidak mau menjawab jika ada pertanyaan dari guru atau dalam
kegiatan lain.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut peneliti
menggunakan
media papan flanel, dengan menggunakan media papan flanel
diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan menyimak anak. Papan flanel adalah papan
yang
berlapis kain flanel, disertai dengan gambar-gambar, sehingga
gambar yang akan,
sehingga gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dilepas
dengan mudah
dan berfungsi sebagai pendukung pembelajaran yang dapat membantu
proses
pemahaman anak.
Dengan media papan flanel ini peneliti berusaha menarik
perhatian anak dan
menciptakan suasana yang menyenangkan serta membangun hubungan
yang
akrab antara anak dan guru, saat menggunakan media papan flanel
tersebut, anak
ikut memasang, menempel, mencopot, dan menyusun huruf hingga
berbentuk kata.
Anak yang mengikuti pembelajaran ini dengan tertib peneliti
memberikan reward
berupa ucapan seperti “pintar”, “hebat”, “bagus”. Dari kegiatan
ini anak akan
merasa senang dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran
khususnya
pembelajaran menyimak. Diharapkan dapat membuat anak tidak bosan
dan anak
mau memperhatikan apa yang disampaikan gurunya. Sehingga
upaya
meningkatkan kemampuan menyimak anak dapat dikembangkan dengan
kegiatan
pembelajaran melalui media papan flanel.
7 Catatan Foto No.1
-
6
Berdasarkan kondisi dan masalah-masalah yang telah
dikemukakan
sebelumnya, penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan
Menyimak
Melalui Metode Bercerita menggunakan Papan Flanel” penting untuk
dilakukan
karena rata-rata anak yang bermasalah yang kemampuan menyimak.
Pada saat
guru menanyakan kembali pembelajaran yang dilakukan, anak tidak
dapat
menjawab pertanyaan guru dengan tepat, masih banyak terdapat
anak yang tidak
dapat menyebutkan kembali hal-hal yang diterangkan oleh guru,
anak tidak dapat
menceritakan kembali cerita yang telah diceritakan oleh guru.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kemampuan menyimak anak masih rendah
karena
kurangnya perhatian anak dalam kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah
penelitian
antara lain:
1. Masih rendahnya keterampilan menyimak anak.
2. Masih kurangnya perhatian anak dalam kegiatan pembelajaran
yang
dilaksanakan.
3. Guru kurang memanfaatkan kegiatan yang menarik minat anak
untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Sebagian besar anak mengalami kesulitan menjawab pertanyaan
dan
menceritakan isi kembali cerita di PAUD Sabela Tangerang.
5. Guru belum memanfaatkan papan flanel dalam kegiatan menyimak
di
PAUD Sabela Tangerang.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini
dibatasi pada
Peningkatan Kemampuan Menyimak anak usia 5-6 tahun melalui
metode
bercerita menggunakan papan flanel di Kelompok-B PAUD Sabela
Tangerang.
Kegiatan dengan menggunakan papan flanel bertujuan untuk
mempermudah anak
-
7
dalam menangkap dan memahami isi pesan atau informasi yang
disampaikan guru
dalam suatu pembelajaran, selain itu anak juga dapat
mengembangkan
kemampuan lain seperti berbicara, membaca dan menulis.
Kemampuan menyimak yang akan diteliti meliputi:
a) Kesanggupan anak untuk mendengar agar dapat meniru,
mengulangi,
mengikuti instruksi dan mencocokkan gambar atau kata yang
sesuai
b) Mengintepretasikan peristiwa selama pembelajaran
Papan flanel yang digunakan dalam penelitian ini adalah papan
berlapis kain
flanel yang dapat dilipat sehingga praktis, gambar-gambar yang
akan disajikan
dapat dipasang dan dicopot dengan mudah sehingga dapat dipasang
berkali-kali.
Selain gambar, papan flanel ini dipakai untuk menempelkan huruf,
angka, kata,
kalimat sederhana.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, masalah
yang dapat
peneliti rumuskan, yaitu:
1. Bagaimana implementasi pembelajaran yang memanfaatkan
metode
cerita menggunakan papan flanel pada anak usia 5-6 tahun di
PAUD
Sabela Tangerang?
2. Bagaimana peningkatkan kemampuan menyimak anak usia 5-6 tahun
di
PAUD Sabela Tangerang setelah digunakan papan flanel?
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini
untuk
mendeskripsikan:
1. Implementasi pembelajaran yang memanfaatkan metode cerita
menggunakan papan flanel pada usia 5-6 tahun di PAUD Sabela
Tangerang.
2. Peningkatan kemampuan menyimak anak usia 5-6 tahun di PAUD
Sabela
-
8
Tangerang setelah diterapkannya pembelajaran dengan papan
flanel.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan penggunaan papan
flanel
pada pengembangan bahasa terutama kemampuan menyimak anak
melalui
metode cerita menggunakan papan flanel dapat meningkatkan
kemampuan
menyimak anak.
2. Secara Praktis
a. Bagi guru, sebagai saran dan evaluasi untuk merancang
kegiatan
pembelajaran Anak Usia Dini di kelas, terutama guru-guru di
Taman
Kanak-Kanak diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas guru
dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya dalam
mengembangkan kemampuan menyimak anak. Salah satu kegiatan
yang dapat digunakan dalam pembelajaran kemampuan menyimak
anak dengan papan flanel.
b. Bagi anak, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan menyimak anak usia 5-6 tahun melalui metode cerita
menggunakan papan flanel sehingga diharapkan dengan adanya
papan flanel ini akan dapat menarik minat anak untuk
mendengarkan
dan memahami isi cerita dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan menyimak anak.
c. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
masukan bagi
sekolah-sekolah anak usia dini guna memperkaya ilmu dan
informasi
mengenai pengembangkan kemampuan menyimak anak, selain itu
pihak sekolah dapat menyediakan media-media pendukung yang
dapat mengembangkan kemampuan menyimak anak.
d. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan
-
9
bagi penelitian lanjutan yang berhubungan dengan keakrifan
anak
dan memberi masukan kepada peneliti sebagai pengajar supaya
dapat
menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik bagi anak
dengan memanfaatkan papan flanel dalam proses pembelajaran.
-
10
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI
TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
a. Pengertian Bahasa
Bahasa dapat didefinisikan sebagai ucapan manusia,
simbol-simbol yang ditulis untuk berbicara, atau cara
berkomunikasi.
Perkembangan bahasa mengikuti urutan yang dapat diprediksi.
Bahasa meliputi berbicara, menyimak, menulis dan
keterampilan
membaca. Bahasa memungkinkan anak untuk menterjemahkan
pengalaman mentah ke dalam simbol-simbol yang dapat
digunakan
untuk berkomunikasi dan berfikir, dengan demikian bahasa
merupakan alat untuk berfikir, mengekspresikan diri dan
berkomunikasi.
Dalam berbahasa seorang anak diharapkan dapat memenuhi
kemampuan yang berhubungan dengan (1) pemahaman kemampuan
memahami makna ucapan orang lain, (2) pengembangan
perbendaharaan kata, berkembangnya kemampuan anak untuk
berkomunikasi dengan orang lain diharapkan dapat menambah
berbendaharaan katanya, (3) penyusunan kata-kata menjadi
kalimat,
semakin banyak perbendaharaan kata uang dimiliki anak,
diharapakan Ia mampu menyusun kata-kata tersebut dalam
kalimat-kalimat yang sederhana, (4) ucapan, dengan
bertambahnya
usia dan melalui proses belajar menirukan dan mencontoh orang
lain
disekitarnya, anak akan mampu mengucapkan dengan benar dan
jelas lafal kata-kata tertentu pada mulanya dirasakan sulit
seperti
huruf R, Z, W, G.
-
11
Bahasa merupakan salah satu elemen penting dalam
perkembangan berpikir. Semua manusia berpikir menggunakan
bahasa. Manusia dapat mengungkapkan apa yang ada dalam
pikirannya melalui bahasa. Bahasa adalah pembeda antara
manusia
dan makhluk lain. Makhluk lain seperti tanaman dan hewan
tidak
mempunyai bahasa lisan dan tulisan seperti manusia. Menurut
Santrock, bahasa adalah suatu bentuk komunikasi baik lisan,
tertulis,
maupun isyarat yang berdasarkan pada sistem dari
simbol-simbol.
Bahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Apabila
dalam
kehidupan sehari-hari tidak pernah mempelajari bahasa, maka
akan
kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.8 Bahasa
sangat
diperlukan untuk berbicara, mendengarkan orang lain, membaca,
dan
menulis. Selain diperlukan untuk berbicara, mendengarkan,
membaca, dan menulis, bahasa juga dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi dari satu generasi ke generasi yang
lain.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Yusuf menyatakan bahwa
bahasa
merupakan sarana berkomunikasi untuk menyatakan pikiran dan
perasaan dalam bentuk tulisan, lisan maupun isyarat.9
Bahasa
merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak.
Anak
akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang dapat
bersosialisasi di lingkungan sekitar dengan menggunakan
bahasa.
Menurut Santrock, bahasa ditata dan diorganisasikan dengan
sangat
baik. Organisasi tersebut melibatkan lima sistem aturan, antara
lain:10
a) Fonologi
Kemampuan fonologi merupakan sistem suara dalam
8 Santrock John W, Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi kesebelas,
(Jakarta: PT. Erlangga 2007) Hal.
353
9 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,
(Bandung: Remaja Rosdakarya
2006) Hal. 106
10 Santrock John W, Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi kesebelas,
(Jakarta: PT. Erlangga 2007)
Hal. 353
-
12
sebuah bahasa. Sistem aturan tersebut termasuk suara-suara
yang digunakan dan bagaimana suarasuara tersebut
dikombinasikan.
b) Morfologi
Morfologi dalam bahasa berkenaan dengan organisasi
kata-kata secara internal. Kata-kata tersebut terdiri dari
satu
unit atau lebih yang disebut dengan morfem. Morfem adalah
sebuah unit terkecil yang harus dikombinasikan dengan kata
lain sehingga unit terkecil tersebut mempunyai makna.
c) Sintaksis
Sintaksis adalah sistem aturan yang melibatkan
bagaimana kata-kata dikombinasikan sehingga membentuk
frasa-frasa dan kalimat yang dapat dipahami. Penggabungan
kata-kata tersebut berdasarkan aturan sistematis yang
berlaku pada bahasa tertentu. Setiap bahasa mempunyai
aturan sistematis yang berbeda-beda.
d) Semantik
Semantik adalah sistem yang mempelajari arti dan
makna kata-kata yang dibentuk dalam suatu kalimat. Setiap
kata memiliki sekumpulan makna semantik atau atribut
penting terkait dengan makna kata. Misalnya, kata anak
laki-laki dan pria. Keduanya memiliki kesamaan ciri
semantik akan tetapi berbeda secara semantik dalam hal
usia.
e) Pragmatik
Pragmatik adalah sistem yang menggunakan
percakapan ataupun pengetahuan yang tepat terkait dengan
penggunaan bahasa secara efektif. Sistem ini merupakan
perangkat terakhir dari aturan bahasa. Bahasa sudah
digunakan secara tepat. Misalnya, pada saat berbicara
dengan seorang guru, anak harus menggunakan bahasa yang
-
13
lebih sopan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi. Anak dapat
berkomunikasi dengan lingkungannya melalui bahasa. Apabila
anak mampu berkomunikasi dengan baik, maka anak dapat
mengungkapkan pikiran dan perasaannya dalam bentuk lisan
maupun tertulis. Sistem aturan dalam bahasa meliputi
perkembangan fonologi, morfologi, sintaksis, sematik dan
pragmatik.
Tujuan mengembangkan kecerdasan berbahasa menurut Nurani
yaitu:
(1) Agar anak mampu berkomukasi baik lisan maupun tulisan dengan
baik, (2) memiliki kemampuan bahasa untuk meyakinkan
orang lain, (3) mampu mengingat dan menghafal informasi, (4)
mampu memberikan penjelasan dan (5) mempu untuk membahas
bahasa itu sendiri.11
Kegiatan mengembangkan bahasa pada anak usia dini menurut
Yuliani Nurani, antara lain dapat dilakukan dengan cara: (1)
Mengajak
anak berbicara, untuk berkomunikasi dan keterampilan sosial,
(2)
Membacakan cerita, dapat mengarahkan anak menjadi lebih
mandiri
dalam mengeksplorasikan bacaan, (3) Bermain huruf, dapat
menambah
pembendaharaan kata-katanya, penambahan kosa kata sangat
membantu
anak dalam berbicara agar ia tidak sering kehilangan kata-kata,
(4)
Merangkai cerita, dapat melatih anak menuliskan buah
pikirannya
dengan runtut karena kemampuan berbahasanya tidak cuma
berbicara
tetapi juga menulis, (5) Berdiskusi atau bercakap-cakap, dapat
melatih
anak untuk mengendalikan emosi, semakin anak terampil
mengemukakan
perasaannya semakin tinggi kemampuannya dalam penggunaan kosa
kata
menjadi suatu kalimat dan berkomunikasi dengan orang lain,
(7)
11
Yuliani Nurani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,
(Jakarta: Indeks 2013), h.
185
-
14
Memperdengarkan lagu anak-anak, selain mempertajam
pendengaran
anak, dapat menambah kosa kata dan pemahaman arti kata bagi
anak.
Dari pemahaman di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan yang harus
dikembangkan pada anak usia dini yang bertujuan membantu
mereka
dalam berkomunikasi, berinteraksi, bertukar pikiran,
menyampaikan
pendapat, serta mengutarakan perasaanya baik lisan maupun
tulisan yang
didalamnya adalah membaca, menulis, menyimak dan berbicara.
Pengembangan bahasa anak usia dini sangat penting karena
dapat
mengembangkan berpikir lancar melalui kata-kata, mengekspresikan
ide
yang kompleks melalui kata-kata, dan dapat memahami arti dan
urutan
kata.
Pembelajaran bahasa untuk anak usia dini diarahkan pada
kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis
(simbolis).
Anak secara alami belajar bahasa dari interaksinya dengan orang
lain
untuk berkomunikasi.
Menurut Suyanto dalam Susanto, Melatih anak belajar bahasa
dapat dilakukan dengan cara berkomunikasi melalui berbagai
kegiatan, antara lain: (1) Kegiatan bermain bersama,
berkomunikasi
dengan temannya sambil bermain bersama, (2) Cerita, baik
mendengar cerita maupun menyuruh anak untuk bercerita, (3)
Bermain peran, (4) Bermain boneka tangan, (5) Belajar dan
bermain
dalam kelompok.
Otto juga mengatakan bahwa bahasa terbagi menjadi bahasa
reseptif
dan bahasa ekspresif:
Receptive language refers to a child’s comprehension of
words
(verbal symbols): when a specific word is used, the child knows
what
if refers to or represents. Expressive language develops during
social
interactions and as a child’s speech mechanisms mature and
the
child begins to gain control over producing specific speech
sounds.12
12
Beverly Otto, Language Development in Early childhood (Pearson
Education, 2010),
h. 3.
-
15
Bahasa reseptif lebih kepada kata-kata percakapan anak atau
(symbol
dari verbal): secara spesifik itu adalah kata-kata yang
digunakan, anak
tahu dan dapat merepresentasikannya. Bahasa ekspresif adalah
bagaimana cara anak berinteraksi secara sosial dan mekanisme
berbicara
kematangan anak dimulai pada masa ini serta dapat mengontrol
secara
spesifik suara dalam percakapannya. Kedua kompetensi ini
saling
berkaitan, dalam percakapan anak akan menggunakan kata-kata
(symbol
dari verbal), kemudian presentasikan melalui interaksi
sosial.
Menyimak dan membaca adalah merupakan bahasa reseptif.
“Listening and reading are receptive in nature-receiving and
comprehending a message created by another orally (i.e.,
listening) or in
written language”.13
“Mendengarkan dan membaca menerima alam
menerima dan memahami pesan yang dibuat oleh orang lain secara
lisan
(yaitu, mendengarkan) atau dalam bahasa tertulis”. Menerima
pesan yang
diciptakan oleh orang lain secara percakapan bahasa lisan atau
tulisan.
Dapat dideskripsikan bahwa, menyimak dan membaca merupakan
bahasa reseptif yang didalamnya terdapat proses acuity,
auditory
discrimation dan auding, karena anak adalah sebagai penyimak
aktif.
Karena ketika anak sebagai pendengar menggunakan acuity dan
auditory
dalam mengidentifikasi suara-suara dan berbagai kata,
kemudian
menterjemahkannya menjadi kata yang bermakna melalui auding
atau
pemahamannya.
b. Fungsi Bahasa Bagi Anak Usia Dini
Bahasa dapat digunakan anak untuk berinteraksi dengan
lingkungan.
Menurut Ahmad Susanto fungsi pengembangan bahasa bagi anak
usia
dini yaitu:14
13
Ibid, h. 18.
14 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam
Berbagai Aspeknya,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2011) Hal. 81
-
16
a) Sebagai alat komunikasi dengan lingkungan
b) Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual
anak
c) Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak
d) Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran
kepada
orang lain.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Syaodih mengatakan bahwa
fungsi
bahasa bagi anak usia dini adalah sebagai alat untuk menyatakan
ataupun
memahami pikiran dan perasaan kepada orang lain.15
Selain untuk
menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain, bahasa
juga
merupakan pintu gerbang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan,
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi
bahasa
bagi anak usia dini adalah sebagai alat komunikasi dengan
lingkungan.
Anak dapat menyatakan pikiran dan perasaannya kepada orang
lain
melalui bahasa. Bahasa juga merupakan pintu gerbang ilmu
pengetahuan.
Dengan memperoleh ilmu pengetahuan, anak dapat mengembangkan
kemampuan intelektual dan kemampuan yang lain seperti sosial
emosional, fisik motorik, dan sebagainya.
c. Peranan Bahasa Bagi Anak Usia Dini
Dalam kehidupan sehari-hari anak tidak terlepas dengan
bahasa.
Anak harus mampu menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
Apabila anak mampu menggunakan bahasa dengan baik, maka ia
akan
mudah dalam bergaul dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Dengan demikian bahasa mempunyai peranan penting bagi anak usia
dini.
Menurut Suhartono peranan bahasa bagi anak usia dini antara
lain:16
15 Ernawulan Syaodih, Bimbingan di Taman Kanak-kanak, (Jakarta:
Depdiknas, 2005) Hal. 48
16 Suharsono, Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia
Dini, (Jakarta: Depdiknas,
2005) Hal. 13-14
-
17
a) Sarana untuk berpikir
Bahasa dapat berperan sebagai sarana untuk berpikir. Seorang
anak biasanya akan menangis apabila menginginkan sesuatu.
Suara
tangisan tersebut, membuat anak berpikir bahwa akan ada orang
lain
yang mendekatinya. Dengan demikian, anak berusaha untuk
mengatakan apa yang ada dalam pikirannya dengan
kalimat-kalimat
pendek.
b) Sarana untuk mendengarkan
Anak belum mengenal bahasa pada masa awal kelahirannya.
Seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai mengenal
bahasa.
Anak mendengarkan bunyi bahasa dari keluarga atau orang
terdekatnya. Secara perlahan anak mampu memahami maksud dari
apa yang ia dengar sehari-hari. Dengan demikian bahasa
berperan
sebagai sarana untuk mendengarkan. Anak mampu mendengarkan
dan memahami maksud dari bahasa yang ia dengar melalui
bahasa.
c) Sarana untuk berbicara
Setelah anak dapat dan mampu mendengarkan bunyi bahasa,
anak berusaha untuk belajar berbicara. Anak dapat berbicara
dengan
bahasa yang ia kenal dalam kehidupannya sehari-hari. Bahasa
yang
mereka dapat di luar rumah akan ia gunakan setelah ia
bergaul
dengan lingkungan disekitar.
d) Sarana untuk membaca dan menulis
Bahasa mempunyai peranan untuk membaca dan menulis. Anak
dapat belajar membaca dan menulis setelah memasuki sekolah.
Anak
mendapatkan pengetahuan ataupun informasi melalui membaca.
Hal
tersebut akan memudahkan anak untuk dapat berkomunikasi baik
lisan maupun tulisan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa
sangat berperan penting bagi anak usia dini. Bahasa dapat
digunakan
-
18
sebagai sarana untuk berfikir, mendengarkan, berbicara, membaca,
dan
menulis. Dengan demikian, peranan bahasa harus dapat diterapkan
oleh
anak dalam kehidupannya sehari-hari dengan baik dan optimal.
d. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Bahasa yang dimiliki oleh anak adalah bahasa yang telah
dimiliki
dari hasil pengolahan dan telah berkembang. Anak banyak
mendapatkan
masukan ataupun pengetahuan bahasa dari beberapa faktor.
Menurut
Ahmad Susanto ada tiga faktor yang paling dominan yang
mempengaruhi
anak dalam berbahasa, yaitu:17
a) Faktor biologis
Faktor biologis yaitu adanya evolusi biologis yang menjadi
salah satu landasan perkembangan bahasa seorang anak. Setiap
anak mempunyai language acquisition device (LAD). LAD
merupakan kemampuan gramatikal yang dibawa sejak lahir yang
mendasari semua bahasa sehingga anak dapat mendeteksi
kategori bahasa tertentu, seperti fonologi, sintaksis, dan
sematik.
b) Faktor kognitif
Faktor kognitif individu merupakan satu hal yang tidak
dapat dipisahkan pada kemampuan bahasa anak. Menurut Piaget
awal perkembangan intelektual anak terjadi pada usia 0-2
tahun.
Pada masa ini anak mengenal dunianya melalui panca indra,
sehingga akan membentuk persepsi mereka tentang hal yang
berada di luar dirinya. Hal tersebut secara tidak langsung
akan
membentuk suatu simbol dalam proses mental anak. Perekaman
simbolis tentunya berkaitan dengan memori asosiatif yang
nantinya akan memunculkan logika anak.
c) Faktor lingkungan
17 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam
Berbagai Aspeknya,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2011) Hal. 36
-
19
Faktor lingkungan juga mempengaruhi perkembangan
bahasa anak. Proses penguasaan bahasa tergantung dari
stimulasi yang diberikan dari lingkungan. Anak belajar
bahasa
melalui proses imitasi dan perulangan dari orang dewasa di
lingkungannya. Setelah anak sering mendengar dan
mengulanginya, akhirnya anak mampu menggunakan bahasa
dengan tepat.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan bahasa dapat dipengaruhi dari beberapa faktor.
Ada
tiga faktor yang paling dominan mempengaruhi anak dalam
berbahasa yaitu: a) faktor biologis, b) faktor kognitif, dan c)
faktor
lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling mendukung untuk
menghasilkan kemampuan bahasa yang baik. Walaupun pada
dasarnya anak mempunyai kemampuan untuk bersuara sejak
lahir,
akan tetapi kemampuan bahasa anak tidak akan berkembang
dengan
baik tanpa adanya stimulasi dari lingkungan dan perkembangan
intelektualnya yang optimal.
e. Aspek-Aspek Kemampuan Bahasa
Seseorang dapat dikatakan terampil berbahasa dengan baik,
apabila orang itu mampu menguasai beberapa aspek dalam
bahasa
dengan sama baiknya. Menurut Nurjamal kemampuan berbahasa
terdiri dari empat aspek yaitu:18
a) Menyimak
Menyimak merupakan kemampuan yang pertama kali yang
dikuasai oleh anak. Anak sudah mulai belajar menyimak sejak
dalam kandungan. Proses belajar menyimak terus-menerus
dilakukan dengan mendengarkan ataupun merekam kata-kata
18 Daeng Nurjamal, Terampil Berbahasa, (Jakarta: Alfabeta, 2011)
Hal. 2
-
20
yang didengarnya dalam kehidupan sehari-hari. Anak belajar
berbicara melalui proses mendengarkan, tepatnya mengulang
ucapan sebuah kata bermakna yang sederhana. Proses
pembelajaran berbahasa mulai dari menyimak sampai dengan
berbicara awal merupakan proses alamiah-universal. Hal itu
berarti bahwa anak mengalami proses pembelajaran
menyimak-berbicara dari orang disekelilingnya.
b) Berbicara
Berbicara merupakan kemampuan yang harus dikuasai
setelah anak belajar menyimak. Berbicara merupakan
kemampuan untuk mengungkapkan gagasan atau pikiran kepada
orang lain secara lisan. Anak sebaiknya memperbanyak
aktivitas
menyimak dan membaca supaya dapat berbicara dengan baik.
c) Membaca
Membaca merupakan kemampuan setelah anak belajar
menyimak dan berbicara. Menyimak dan membaca merupakan
aktivitas yang merupakan kunci di mana anak dapat
mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan. Hal tersebut
akan memudahkan anak untuk belajar menulis.
d) Menulis
Menulis merupakan kemampuan akhir dalam kemampuan
berbahasa. Anak akan belajar menulis setelah anak belajar
menyimak, berbicara, dan membaca. Membaca dan menulis
mempunyai hubungan yang sangat erat. Pada saat anak belajar
menulis, secara tidak langsung anak akan belajar membaca.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
aspek kemampuan bahasa ada empat yaitu, menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Kemampuan menyimak merupakan
salah satu aspek kemampuan bahasa yang paling awal harus
dikuasai agar dapat menguasai aspek kemampuan bahasa yang
-
21
lain seperti, berbicara, membaca dan menulis. Dengan adanya
proses menyimak secara terus-menerus anak mulai belajar
berbicara, membaca, dan menulis. Oleh karena itu, kemampuan
bahasa anak usia dini perlu dibina dan dikembangkan terutama
kemampuan menyimak.
f. Perkembangan Bahasa Anak Usia 5-6 tahun
Bahasa telah memberikan sumbangan yang besar dalam
perkembangan anak. Dengan menggunakan bahasa, anak akan
tumbuh
dan berkembang menjadi manusia dewasa yang dapat bergaul
ditengah-tengah masyarakat. Keberagaman bahasa dipengaruhi
oleh
faktor kemampuan anak dan lingkungan yang digunakan dalam
keseharian anak pada usia ini telah dapat mengungkapkan
keinginannya,
penolakannya, maupun pendapatnya dengan bahasa lisan. Bahasa
lisan
sudah dapat digunakan anak sebagai alat berkomukasi.
Menurut Syaodih dalam Susanto, bahwa aspek bahasa berkembang
dimulai dengan penuruan bunyi dan meraba. Perkembangan
selanjutnya
berhubungan erat dengan perkembangan selanjutnya berhubungan
erat
dengan perkembangan kemampuan intelektual dan sosial. Bahasa
merupakan alat untuk berfikir. Berfikir merupakan suatu
proses
memahami dan melihat hubungan yang membutuhkan alat bantu
yaitu
bahasa, melalui berkomunikasi dengan orang lain yang
berlangsung
dalam susatu interaksi sosial.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
bahasa anak adalah pemahaman dan komunikasi melalui kata,
ujaran, dan
tulisan. Pemahaman kata-kata yang di komunikasi melalui ujaran
berupa
aktivitas menyimak dan berbicara, sedangkan
mengkomunikasikan
kata-kata melalui kegiatan berbentuk membaca dan menulis.
Dalam
penelitian ini perkembangan bahasa anak dapat dilakukan
dengan
kegiatan membaca melalui penggunaan media pembelajaran.
-
22
Sedangkan perkembangan kemampuan menyimak sebagai salah satu
kemampuan berbahasa awal yang harus dikembangkan, memerlukan
kemampuan reseptif dan pengalaman, dimana anak sebagai
penyimak
secara aktif memproses dan memahami apa yang didengar.
Perkembangan keterampilan menyimak pada anak berkaitan erat
satu
sama lain dengan keterampilan berbahasa khususnya berbicara.
Anak
yang berkembang keterampilan menyimaknya, akan berpengaruh
terhadap perkembangan keterampilan berbicaranya. Kedua
keterampilan
berbahasa tersebut merupakan kegiatan komunikasi dua arah
yang
bersifat langsung dan merupakan komunikasi yang bersifat tatap
muka
(Brooks dalam Tarigan).
Kemampuan menyimak melibatkan proses menginterpretasi dan
menerjemahkan suara yang didengar sehingga memiliki arti
tertentu.
Kemampuan ini melibatkan proses kognitif yang memerlukan
perhatian
dan konsentrasi dalam rangka memahami arti informasi yang
disampaikan. Sebagian besar anak dapat menyimak informasi
dengan
tigkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuannya
dalam
membaca.
g. Karakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia 5-6 tahun
Menurut Jamaris karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5-6
tahun adalah sebagai berikut:19
(1) Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2500 kata, (2) Lingkup
kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran,
bentuk rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan,
perbandingan, jarak, dan permukaan (halus-kasar), (3) anak usia
5-6
tahun sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang baik,
(4)
dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan, anak sudah
dapat
mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan
tersebut, (5) percakapan yang dilakukan oleh anak 5-6 tahun
telah
19
Martini Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman
Kanak-Kanak.
(Grasindo: Jakarta), h. 32
-
23
menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan
oleh
dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya, anak
pada
usia 5-6 tahun ini sudah dapat melakukan ekspresi diri,
menulis,
membaca dan bahkan berpuisi.
Dapat dideskripsikan pada usia ini terjadi perkembangan yang
cepat
dalam kemampuan bahasa anak, anak usia dini dapat mengucapkan
lebih
dari 2500 kosakata, dapat melakukan peran sebagai pendengar yang
baik,
dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan, anak sudah
dapat
mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan
orang
lain, anak usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan ekspresi diri,
menulis,
membaca dan berpuisi.
h. Tujuan Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini
Menurut, Early Learning Goals dalam Susanto. Dapat
dijelaskan
sebagai berikut:
(1) Menyenangi, mendengarkan, menyimak, menggunakan bahasa
lisan dan lebih siap dalam bermain dan belajarnya, (2)
Menyelidiki dan mencoba dengan suara-suara, kata-kata, dan
teks, (3) Mendengar dengan kesenangan dan merespons cerita,
lagu, irama, dan sajak-sajak dan memperbaiki sendiri cerita,
lagu,
musik, dan irama, (4) Menggunakan bahasa untuk mencipta,
melukiskan kembali peran, dan pengalaman, (5) Menggunakan
pembicaraan, untuk mengorganisasi, mengurutkan, berfikir
jelas,
ide-ide, perasaan, dan kejadian-kejadian, (6) Mendukung,
mendengarkan dengan penuh perhatian, (7) Merespons terhadap
yang mereka dengan komentar, pertanyaan, dan perbuatan yang
relevan, (8) Interaksi dengan orang lain, merundingkan
rencana
dan kegiatan, dan menunggu giliran dalam percakapan, (9)
Memperluas kosakata mereka, meneliti arti dan suara dari
kata-kata baru, (10) Mengatakan kembali cerita-cerita dalam
urutan yang benar menggambarkan pola bahasa pada cerita,
(11)
Berbicara lebih jelas dan dapat didengar dengan kepercayaan
dan
-
24
pengawasan dan bagaimana memperlihatkan kesadaran pada
pendengar, (12) Mendengar dan berkata, ciri, memberi nama,
mengarahkan huruf-huruf dalam alphabet, (14) Membaca
kata-kata umum yang sudah dikenal dan kalimat sederhana.
2. Kemampuan Menyimak
a. Pengertian Kemampuan Menyimak
Menyimak merupakan proses pendengaran, mengenal dan
menginterpretasikan lambang-lambang lisan, sedangkan
mendengar
adalah suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa
banyak
memperhatikan makna itu. Kemampuan menyimak melibatkan
proses
mengintepretasi dan menerjemahkan suara yang didengar
sehingga
memiliki arti tertentu. Kemampuan ini melibatkan proses kognitif
yang
memerlukan perhatian dan konsentrasi dalam memahami arti
informasi
yang disampaikan. Sebagian besar anak dapat menyimak
informasi
dengan tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kemampuannya
dalam membaca.
Dalam kaitannya dengan mendengar dan mendengarkan. Bromley
dalam Dhieni, mengemukakan bahwa proses menyimak aktif
terjadi
ketika anak sebagai pendengar menggunakan auditory discrimation
and
aculity dalam mengidentifikasi suara-suara dan berbagai kata,
kemudian
menerjemahkannya menjadi kata yang bermakna melalui auding
atau
pemahaman.20
Menyimak juga merupakan keterampilan berbahasa yang
setiap hari kita lakukan, seseorang yang melakukan kegiatan
menyimak
memungkinkan untuk biasa memperoleh informasi baru lebih
lancar
berkomunikasi. Menyimak yang sering dilakukan dalam
kehidupan
sehari-hari adalam menyimak pembicaraan orang lain.
20
Nurbiani Dhieni, Metode Pengembangan Bahasa, (Universitas
terbuka 2013), h. 4.4.
-
25
Berdasarkan penjelasalan di atas dapat dideskripsikan bahwa
anak
mendengar aktif ketika menyimak, anak menggunakan pendengaran
dan
kejataman dalam mengidentifikasi suara-suara atau bunyi-bunyi
dan
berbagai kata atau kalimat, kemudian diterjemahkan menjadi kata
yang
mempunyai makna melalui pendengaran.
Malley dan Vaidez-pierce dalam Lems mengemukakan bahwa
“Propositions are the way the brain processes inpus and stores
it ini
memory, focusing on the predicate, or verb, of the message and
the
information attached to it”.21
Artinya menyimak adalah cara otak
memproses masukan atau pesan dan disimpan dalam memori,
fokus
kepada kata-kata atau pesan yang diterima oleh otak. Dapat
dideskripsikan bahwa menyimak adalah cara otak memproses pesan
dan
menyimpannya kedalam memori untuk menyimpan pesan. Atau
dengan
kata lain menyimak adalah menyimpan informasi yang baru
didengarnya
kemudian disimpan didalam memorinya.
Dapat dideskripsikan bahwa pengertian menyimak bukan sekedar
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan saja, tetapi
mendengarkan dengan penuh perhatian, membuat komentar,
mengajukan
pertanyaan sampai pada tahap pemahaman akan makna yang
didengarkan
baik pesan secara verbal maupun non-verbal.
Mendengarkan sebagai salah satu keterampilan berbahasa
reseptif
yang melibatkan beberapa faktor berikut. (1) Acuity, yaitu
kesadaran akan
adanya suara yang diterima oleh telinga, misalnya mendengar
suara anak
lain yang sedang bermain, (2) Auditory, Discrimination,
yaitu
kemampuan membedakan persamaan dan perbedaan suara atau
bunyi,
misalnya suara hujan berbeda dengan suara anak menangis (3)
Auding,
yaitu suatu proses yang didalamnya terdapat asosiasi antara arti
dengan
pesan yang diungkapkan, proses ini melibatkan pemahaman terhadap
isi
21
Kristin Lems, Teaching Reading to English Language Learner (New
York:The
Guilford, 2010), h. 49.
-
26
dan maksud kata-kata yang diungkapkan. Sebagai contoh
memahami
pernyataan “kamu boleh berlari-lari ditaman”, “gerakan badan mu
kekiri
dan kekanan” (Buttery dan Anderson dalam Bromley). Auding
melibatkan aspek perkembangan semantik dan sintaksis. Dengan
memahami. Semantik, berarti anak memiliki pengetahuan
tentang
berbagai arti kata, sedangkan sintaksis berkaitan dengan
pemahaman
anak terhadap aturan dan fungsi kata.
Menyimak merupakan proses aktif dalam pembelajaran. Dalam
pembelajaran anak harus berpikir aktif selama mereka
melakukan
kegiatan menyimak. Menyimak dilibatkan dalam berbagai
aktivitas
dalam pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas.
Keterampilan
menyimak akan menjadi dasar bagi pengembangan keterampilan
berbahasa lainnya.22
Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa
menyimak adalah kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif
untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami
makna komunikasi yang disampaikan secara lisan yang mengarah
pada
pencapaian kompetensi pembelajaran untuk peserta didik.
b. Tujuan Menyimak
Menyimak merupakan proses mendengarkan untuk mendapatkan
sesuatu informasi yang diperlukan, menyimak mempunyai tujuan
yang
berbeda-beda, menurut Tarigan dalam Nurbiana Dhieni tujuan
menyimak
sebagai berikut:23
a) Untuk belajar, b) Untuk memecahkan masalah, c) Untuk
mengevaluasi, d) Untuk mengapresiasi, e) Untuk
mengkimunikasikan ide-ide, f) Untuk membedakan bunyi-bunyi,
g)
22 Putu Aditya Antara, “Penggunaan Media Animasi Audio Visual
dalam Pembelajaran
Menyimak Cerita Anak”, Jurnal Pendidikan Usia Dini, Vol. 6 No.
1, 2012, h. 96
23 Nurbiani Dhieni, Metode Pengembangan Bahasa, (Universitas
terbuka 2013), h.
4.18.
-
27
Untuk meyakinkan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sabarti
juga
mengemukakan beberapa tujuan menyimak, yaitu: a) Menyimak
untuk belajar, b) Menyimak untuk menghibur diri, c) Menyimak
untuk menilai, d) Menyimak untuk mengapresiasi, e)
Memecahkan
masalah.
Dapat dideskripsikan bahwa menyimak dapat memperoleh
pengetahuan, menyimak untuk menikmati audial, menyimak untuk
mengapresiasi materi, anak mengkomunikasikan idenya sendiri
dengan
maksud dan tujuannya, anak dapat memecahkan masalah dengan
kreatif
terhadap pendapat yang selama ini anak ragukan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan
menyimak adalah memperoleh pengetahuan, menikmati keindahan
audial,
mengevaluasi, mengapresiasi materi simakan,
mengkomunikasikan
ide-ide sendiri, membedakan bunyi-bunyi dengan tepat,
memecahkan
masalah, mendengarkan perintah untuk melakukan sesuatu,
perlu
memperoleh pesan atau berita serta cerita yang disampaikan
secara lisan.
Menurut Bromley dalam Dhieni menjelaskan tujuan menyimak
pada
anak sebagai berikut:
a) Memberikan kesempatan pada anak untuk mengapresiasikan
dan
menikmati lingkungan sekitar mereka
b) Membantu anak memahami keinginan dan kebutuhan mereka
sehubungan dengan kebutuhannya untuk bersosialisasi
c) Mengubah dan mengontrol perilaku maupun sikap pembicara,
dimana
cara menyampaikan pesan akan berdampak pada isi dan bentuk
pesan
yang diterima
d) Membantu perkembangan kognitif anak, melalui belajar
menerima
informasi dan mendapatkan pengetahuan baru
e) Memberikan pengalaman pada anak untuk berinteraksi secara
langsung dengan orang lain
-
28
f) Membantu anak mengekspresikan keunikan dirinya sebagai
individu
yang berfikir dan memperhatikan orang lain.
c. Indikator Kemampuan Menyimak Anak
Menyimak adalah suatu kegiatan yang sulit karena kosakata
mereka
masih sangat terbatas. Kesulitan mereka akan terbantu jika apa
yang
disampaikan guru diiringi dengan gerakan tangan, ekspresi wajah,
dan
gerak tubuh. Anak-anak dapat lebih memusatkan perhatian terhadap
apa
yang mereka dengarkan jika disertai kegiatan yang melibatkan
mereka.
Kemudahan ini akan membuat termotivasi dari pada mereka
disuruh
mendengar kemudian menulis apa yang didengar.
Contoh kegiatan menyimak menurut Suyanto adalah: (a) Listen
and
Imitate (mendengar dan meniru), (b) Listen and Repeat (mendengar
dan
mengulangi), (c) Listen and Follow Instruction (mendengar
dan
mengikuti instruksi), (d) Listen and Match (mendengar dan
mencocokkan).24
Dari penjelasan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Listen and Imitate (mendengar dan meniru), mempelajari kosa
kata
baru dengan menggunakan gambar, anak mendengarkan terlebih
dahulu apa yang diucapkan yang benar.
b) Listen and Repeat (mendengar dan mengulangi), permainan
dengan
materi berupa serangkaian kalimat yang sudah dipersiapkan
guru.
c) Listen and Follow Instruction (mendengar dan mengikuti
instruksi),
anak harus mendengarkan dengan seksama instruksi yang
diberikan
guru kemudian diikuti dengan mengerjakan tugas sesuai
instruksi
guru.
d) Listen and Match (mendengar dan mencocokkan), guru
membacakan
24
Kasihani K. E. Suyanto, English For Young Learners, (Jakarta:
Aksara, 2008), h. 23.
-
29
kalimat dan anak menghubungkan gambar yang tepat dengan
kalimat yang baru.
Jadi dapat disimpulkan tahapan menyimak terlebih dahulu
mendengarkan setelah dilihat kemudian menirukan dengan ucapan
yang
benar, mendengar atau menyimak apa yang didengar kemudian
mengulangi kalimat tersebut, mendengar atau menyimak dengan
seksama
sesuai instruksi yang diberikan kemudian mengerjakan kegiatan
yang
telah di instruksikan, mendengar kalimat kemudian mencocokkan
atau
menghubungkan.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menyimak Anak
Bromley dalam Dhieni menjelaskan beberapa jenis faktor yang
mempengaruhi kemampuan menyimak anak yaitu (1) faktor
menyimak;
(2) faktor situasi; (3) faktor pembicara.25
Dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Faktor menyimak berkaitan erat dengan tujuan, tingkat
pemahaman, pengalaman, dan strategi anak dalam memonitor
pemahaman mereka terhadap informasi yang disampaikan, anak
yang tidak memiliki motivasi atau alasan kuat untuk menyimak
informasi, sering kali mengalami masalah dalam memahami
informasi tersebut. Anak yang memiliki banyak pemahaman dan
pengalaman dalam belajar menyimak secara langsung, memiliki
kemampuan memahami informasi secara lebih efektif
dibandingkan dengan anak yang memiliki keterbatasan
pengalaman dalam menyimak. Anak yang terlibat secara aktif
dalam menyimak, juga aktif terlibat dalam mengonstruksi arti
informasi yang diberikan. Mereka akan memonitor pemahaman
mereka akan informasi yang diperoleh dengan berbagai cara,
25 Nurbiana Dhieni, Metode Pengembangan Bahasa, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2005) Hal.
3.16
-
30
mengasosiasikan informasi baru dengan informasi yang telah
mereka terima sebelumnya, menanyakan tentang ketepatan
informasi yang mereka peroleh, dan mengulang maupun
menanyakan informasi yang telah diberikan dengan
menggunakan kata-kata mereka sendiri.
2) Faktor Situasi berkaitan erat dengan lingkungan sekitar anak
dan
stimulus visual yang diberikan. Lingkungan yang kondusif
bagi
anak untuk menyimak adalah lingkungan yang bebas dari
berbagai gangguan termasuk suara atau bunyi-bunyian. Dengan
situasi ruangan yang tenang anak dapat memusatkan
perhatiannya pada informasi yang diberikan. Stimulus visual
seperti papan tulis, gambar, maupun diagram.
3) Faktor pembicara juga berperan penting terhadap kegiatan
menyimak pada anak. Guru perlu mengkomunikasikan pesan
dengan berbagai cara (redundancy). Sehingga anak dapat
menyimak secara efektif. Pesan yang disampaikan juga perlu
diperkuat dengan gerakan (gesture), ekspresi wajah, bahasa
tubuh, dan paraphrase (mengulang pesan secara verbal dengan
menggunakan bahasa yang berbeda), penggunaan
pronounciation (pengucapan) yang melibatkan ketepatan dalam
pitch, juncture (titik), dan penekanan dalam kalimat sangat
mendukung ketepatan menerima pesan yang disampaikan.
Adanya kontak mata antara pembicara dan penyimak juga turut
berpengaruh terhadap keefektifan menyimak. Anak akan lebih
mudah menangkap dan menghargai informasi yang disampaikan
jika pembicara melakukan kontak mata terhadap mereka.
e. Pengembangan Kemampuan Menyimak di Taman Kanak-kanak
Kemampuan berbahasa merupakan salah satu kemampuan dasar
yang dikembangkan di Taman Kanak-kanak. Kemampuan bahasa
lisan
-
31
adalah kemampuan berbahasa yang diprioritaskan untuk
dikembangkan di
lembaga ini. Adapun jenis-jenis menyimak yang dapat
dikembangkan
untuk anak Taman Kanak-kanak menurut Bromley dalam Dhieni
adalah
sebagai berikut:26
1. Menyimak Informatif
Ada beberapa kegiatan yang dapat direncanakan atau
ditugaskan
kepada anak untuk mengembangkan kemampuan menyimak
informatif.
1) Membiarkan/menyuruh anak menutup mata lalu menundukkan
kepalanya di atas meja, kemudian suruh mereka membedakan
bunyi (meraut pensil, mendorong buku, membuka pintu,
mendorong kursi) lalu tanyakan kepada mereka untuk menebak
suara apa yang muncul.
2) Mengajarkan kepada anak-anak bagaimana menerima pesan
telepon secara singkat.
3) Mengajak anak-anak berjalan-jalan.
2. Menyimak Kritis
Beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan
menyimak kritis pada anak adalah sebagai berikut.
1) Membacakan cerita pendek lalu ajak anak untuk
mengungkapkan
ide utama dari cerita yang mereka dengar. Untuk membantu
anak
usia Taman Kanak-kanak mengungkapkan ide cerita bisa dipandu
dengan pertanyaan dari guru.
2) Membacakan teka-teki dan mengajak anak menebak berbagai
jawaban.
3) Mengajak anak-anak membuat teka-teki sendiri lalu
membacakan
pada teman-temannya.
3. Menyimak Apresiatif
Ada tiga media yang dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan menyimak ini, yaitu:
26 Ibid, Hal. 4.11
-
32
1) Musik, merupakan media yang paling nyata untuk membantu
anak
menghargai dan menikmati apa yang didengar.
2) Bahasa yang berirama, meliputi semua sajak Taman
Kanak-Kanak.
Membacakannya dengan lantang di depan anak membantu mereka
memahami dan merasakan irama dan ritme bahasanya.
3) Patung visual, berhubungan dengan musik yang menciptakan
atmosfer khusus atau irama yang membuat pesan yang
disampaikan diperkirakan dapat lebih menambah ketertarikan
anak
dalam mendengarkan.
Adapun beberapa kegiatan yang dapat diberikan untuk
meningkatkan
kemampuan menyimak apresiatif pada anak adalah sebagai
berikut.
1) Membacakan anak koleksi cerita, seperti cerita binatang atau
cerita
lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak untuk
mengenalkan anak pada pengulangan kata dan nyanyian yang
berulang. Bicarakan tentang perasaan, suasana hati, atau
gambaran
yang muncul dalam cerita.
2) Mengundang seorang pencerita untuk mengunjungi kelas,
sehingga
anak dapat belajar untuk menikmati bentuk kesenian khusus.
F. Strategi Pengembangan Kemampuan Menyimak
Beberapa strategi dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan
menyimak. Paley dalam Bromley mengemukakan bahwa ada
beberapa
cara yang dapat dilakukan oleh orang dewasa sebagai contoh pada
anak
agar menjadi pendengar aktif. Cara-cara tersebut diantaranya
adalah:
a) Tetap diam. Artinya penyimak tidak menambahkan kata-kata
sewaktu terjadi keragu-raguan ketika seorang pembicara
sedang
berhenti. Jadi, di sini guru harus menjadi contoh penyimak
yang
baik. Jika anak mengajukan pertanyaan, guru jangan langsung
menjawab sebelum pertanyaan itu selesai diajukan anak.
b) Teori dan penelitian membuktikan bahwa anak akan belajar
lebih
banyak jika guru mendengarkan lebih banyak (Bromley).
c) Partisipasi Kelompok. Kegiatan yang dapat dilakukan
secara
-
33
berkelompok yang dapat meningkatkan kemampuan menyimak
anak adalah seperti bekerja berpasangan, bermain peran atau
dramatisasi dan lain-lain.
Secara lebih khusus metode-metode yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan menyimak pada anak Taman Kanak-kanak
adalah sebagai berikut.
a) Simak - Ulang Ucap
Metode simak-ulang ucap biasanya digunakan dalam
memperkenalkan bunyi-bunyi tertentu seperti bunyi kendaraan,
suara
binatang, bunyi pintu ditutup atau juga bunyi bahasa.
b) Simak - Kerjakan
Model ucapan guru berisi kalimat perintah. Anak mereaksi
atas
perintah guru. Reaksi anak dalam bentuk perbuatan. Penggunaan
metode
ini bisa dilakukan dalam bentuk permainan atau perlombaan.
c) Simak - Terka
Guru menyiapkan benda-benda yang tidak diketahui atau tidak
diperlihatkan kepada anak. Lalu menyebutkan ciri-ciri benda
tersebut dan
anak ditugaskan untuk menerka benda yang dimaksud.
d) Menjawab Pertanyaan
Guru menyiapkan bahan simakan berupa cerita. Sangat
diharapkan
taraf kesukaran cerita baik dari segi isi maupun bahasanya
disesuaikan
dengan kemampuan anak. Cerita tersebut juga cerita yang actual
dan
menarik bagi anak. Kemudian guru menyampaikan bahan tersebut
secara
lisan, baik dengan menceritakan maupun dengan membacakannya.
Lalu
guru mengajukan pertanyaan sehubungan dengan cerita
tersebut.
e) Parafrase
Guru mempersiapkan sebuah puisi yang cocok untuk anak. Guru
membacakan puisi tersebut. Anak menyimak dan kemudian
ditugaskan
menceritakan kembali isi puisi tersebut dengan kata-kata
tersendiri.
f) Merangkum
Guru menyiapkan bahan simakan berupa cerita yang tidak
terlalu
-
34
panjang. Isi dan bahasanya juga disesuaikan dengan kemampuan
anak.
Setelah guru bercerita anak ditugaskan untuk menceritakan isi
cerita
tersebut dengan kalimat sendiri.
g) Bisik Berantai
Metode ini juga dapat anda gunakan di Taman Kanak-kanak.
Guru
membisikkan suatu pesan kepada seorang anak. Atau, yang
dibisikkan
juga bisa berupa tiga kata berurutan sesuai tema tertentu.
h) Mengidentifikasi Kata Kunci
Metode identifikasi kata kunci ini sebetulnya lebih cocok
diberikan
untuk anak usia SD artinya untuk anak yang sudah memiliki
pengetahuan
tentang struktur kalimat.27
3. Metode Bercerita Anak Usia Dini
a. Definisi Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang
berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan
upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja
untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Menurut Ruslan, Metode merupakan kegiatan
ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis)
untuk
memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya
untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.28
Sedangkan
menurut Nasir, Metode adalah cara yang digunakan untuk
memahami sebuah objek sebagai bahan ilmu yang
bersangkutan.29
27 Nur Mustakim, Peranan Cerita dalam Pembentukan Perkembangan
Anak TK. (Jakarta:
Departemen Pendidikan, 2005), hal. 135-140
28 Rosady Ruslan, Metode penelitian PR dan komunikasi. (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada,
2003), hal. 24
29 Mohammad Nasir, Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1988), hal. 51
-
35
b. Definisi Metode Bercerita
Metode bercerita berarti penyampaian cerita dengan cara
bertutur. Yang membedakan antara bercerita dengan meted
penyampaian cerita lain adalah lebih menonjol aspek teknis
penceritaan lainnya. Sebagaimana phantomin yang lebih
menonjolkan gerak dan mimik, operet yang lebih menonjolkan
music dan nyanyian, puisi dan deklamasi yang lebih
menonjolkan syair, sandiwara yang lebih menonjol pada
permainan peran oleh para pelakunya, atau monolog (teater
tunggal) yang mengoptimalkan semuanya. Jadi tegasnya metode
bercerita lebih menonjolkan penuturan lisan materi cerita
dibandingkan aspek teknis yang lainnya.
Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik
berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata
(fiksi).
Metode bercerita merupakan salah satu cara dalam memberikan
pengalaman belajar bagi Anak Usia Dini, dengan membawakan
cerita kepada anak secara lisan dapat berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Harus diingat dalam bercerita yang
dibawakan oleh guru adalah membawakan cerita dengan cerita
yang menarik dan mampu mengundang perhatian anak, karena
bercerita adalah suatu metode komunikasi universal yang
sangat
berpengaruh kepada jiwa manusia.30
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat
tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan,
informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan
dengan rasa menyenangkan oleh karena orang yang menyajikan
cerita tersebut menyampaikan dengan menarik. Menikmati
sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak ia mengerti
akan
30 Sabil Risaldy, Bermain, Bercerita & Menyanyi bagi Anak
Usia Dini (Jakarta: PT Luxima
Metro Media, 2014), hal. 64-65
-
36
peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya
merekam beberapa kabar berita masa pada usia 4-6 tahun.
Menurut Tampubolon, “bercerita kepada anak memainkan
peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan
kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan Bahasa
dan fikiran anak”.31
Dengan demikian, fungsi kegiatan bercerita
bagi anak 4-6 tahun adalah membantu perkembangan Bahasa
anak. Dengan bercerita pendengaran anak dapat difungsikan
dengan baik untuk membantu kemampuan bercerita, dengan
menambah pembendaharaan kosakata, kemampuan
mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai
dengan tahap perkembangan anak, karena tiap anak berbeda
latar belakang dan cara belajarnya.32
Di samping itu sebuah cerita atau dongeng kepada anak
umumnya mneyajikan alur dan tutur Bahasa yang ringan dan
menyenagkan, sehingga mudah dipahami anak. Gaya bercerita,
intonasi, ekspresi dan pelafalan yang jelas merupakan bagian
penting dalam bercerita yang dapat memudahkan penyerapan
dan pemahaman anak akan nilai yang terkandung dalam cerita
atau dongeng tersebut, serta berkembangnya imajinasi anak.
Efek fun and learning yang terkandung dalam sebuah cerita
atau
dongeng merupakan energy, gambaran kekuatan sebuah cerita