PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING COMPOSITION (CIRC) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEJI KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh YULIANA ASTUTI NIM K7106049 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
89
Embed
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN … · dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan ... membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE COOPERATIVE
INTEGRATED READING COMPOSITION (CIRC) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEJI KECAMATAN
ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh YULIANA ASTUTI
NIM K7106049
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa mempunyai peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari
semua bidang studi. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh
karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai
alat komunikasi. Seseorang belajar bahasa karena didorong oleh kebutuhan untuk
berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu sejak dini anak diajarkan dan
diarahkan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar untuk
dapat berkomunikasi dalam berbagai situasi melalui bahasa baik secara lisan maupun
tulis.
Sasaran dari pembelajaran bahasa Indonesia adalah siswa terampil dalam
menggunakan bahasa (Subana dan Sunarti, 2009: 267). Pembelajaran bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar (SD) mempunyai tujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi
secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar
peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) berkomunikasi secara efektif
dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis, (2)
menghargai bahasa dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
dan bahasa negara, (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakanya dengan tepat
dan kreatif untuk berbagai tujuan, (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosianal dan sosial, (5)
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus
budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6)
menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia (Depdiknas, 2007: 6).
Untuk dapat mengembangkan pembelajaran bahasa dan mencapai hasil yang
maksimal guru harus dapat menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kualitas dan hasil pembelajaran. Penggunaan tipe model pembelajaran yang tepat akan
meningkatkan efektifitas dan kualitas dalam pembelajaran.
Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran keterampilan berbahasa
yang meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat
aspek tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Membaca
merupakan salah satu keterampilan reseptif yang memerlukan pemahaman dari pembaca.
Membaca adalah salah satu komunikasi tulis yang tidak hanya sekedar melafalkan huruf
atau lambang bunyi, tetapi juga memahami dan memberikan tanggapan terhadap apa
yang telah dibacanya. Membaca merupakan keterkaitan antara aktivitas fisik dan mental.
Secara fisik membaca memerlukan indera visual dan secara mental membaca
memerlukan intensif dan daya ingat.
Pembelajaran membaca di SD menjadi bagian penting dari pembelajaran
bahasa Indonesia (Syafi’ie dalam Hairuddin 2007: 3.23). Kemampuan membaca selalu
ada dalam setiap tema pembelajaran. Hal tersebut membuktikan pentingnya penguasaan
kemampuan membaca karena kemampuan membaca merupakan salah satu standar
kemampuan bahasa dan sastra Indonesia yang harus dicapai pada semua jenjang,
termasuk di jenjang Sekolah Dasar. Melalui kemampuan membaca tersebut diharapkan
siswa mampu membaca dan memahami teks bacaan dengan ketepatan yang memadai.
Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa sendiri,
tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain.
Kemampuan membaca bagi seorang siswa sangat penting karena merupakan
salah satu dasar untuk memahami dan menambah pengetahuan mata pelajaran yang lain.
Oleh karena itu anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar (Lerner
dalam Mulyono 2003: 200). Burns dalam Farida Rahim (2008: 1) mengemukakan bahwa
kemampuan membaca merupakan sesuatu yang sangat penting dalam suatu masyarakat
terpelajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-anak yang
melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar
dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan
membaca. Dengan demikian pembelajaran membaca mempunyai kedudukan yang
strategis dalam pendidikan dan pengajaran.
Meskipun tujuan akhir dari membaca adalah memahami isi bacaan, tujuan
tersebut ternyata tidak semua siswa dapat mencapainya. Banyak anak yang dapat
membaca dengan lancar tetapi tidak memahami isi bacaan tersebut (Mulyono 2003: 201).
Membaca pemahaman merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa berbahasa
yang harus dikuasai oleh siswa kelas V SD. Melalui kegiatan inilah siswa memperoleh
berbagai informasi secara aktif reseptif. Dengan memiliki kemampuan membaca
pemahaman yang tinggi, siswa dapat memperoleh berbagai informasi dalam waktu yang
relatif singkat. Di kelas V SD kemampuan membaca pemhaman siswa ditandai dengan
kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan berdasrkan teks dan menceritakan
kembali isi bacaan.
Di SD Negeri Beji, kemampuan siswa kelas V dalam membaca khususnya
membaca pemahaman masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru,
rendahnya kemampuan siswa dalam membaca ditandai dengan kurangnya siswa dalam
memahami bacaan. Hal ini terlihat ketika siswa ditanya mengenai apa dan bagaimana
cerita yang dibacanya siswa bingung dalam menjawab dan harus membaca kembali apa
yang telah dibaca. Menurut pengamatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran
membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali cerita yang
dibaca secara runtut, 40% yang mampu menyimpulkan isi bacaan dan hanya 25% yang
mampu mengajukan pertanyaan dari bacaan tersebut. Sedangkan jika diberi tes
pemahaman, dari siswa yang berjumlah 30 siswa hanya 16 siswa yang mendapatkan nilai
diatas 60. Artinya baru 53% dari siswa yang menguasai bahan pembelajaran dan nilainya
diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat
kemampuan membaca pemahaman siswa masih rendah.
Rendahnya kemampuan siswa dalam membaca pemahaman disebabkan karena
beberapa faktor baik itu faktor dari guru maupun siswa sendiri. Salah satu faktor
penyebab rendahnya tingkat membaca pemahaman adalah metode yang digunakan guru
masih konvensional. Dalam pembelajaran membaca pemahaman biasanya siswa
diberikan bacaan yang kemudian disuruh membaca dalam hati dilanjutkan dengan
menjawab pertanyaan–pertanyaan berkaitan dengan bacaan yang diberikan. Sehingga
tidak jarang siswa menjadi bosan dan kurang memperhatikan. Apabila salah satu siswa
diminta membaca, siswa lain banyak yang gaduh bermain sehingga apa yang dibaca
siswa kurang disimak. Guru hanya menyuruh siswa membaca sendiri tanpa adanya
pengamatan dari guru, dan guru terkadang tidak ikut membaca. Akibatnya siswa kurang
bersungguh-sungguh ketika disuruh membaca sendiri bahkan ada juga siswa yang
membacanya hanya sekilas saja.
Salah satu tipe model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
membaca pemahaman adalah model pembelajaran tipe Cooperative Integreted Reading
Composition (CIRC). Model pembelajaran tipe CIRC adalah model pembelajaran yang
dirancang khusus untuk pembelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa. Rahim
(2008: 35) mengatakan bahwa “pendekatan pembelajaran kooperatif yang lebih cocok
dengan pembelajaran membaca ialah metode Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC)”. Menurut Slavin (1995), tujuan utama CIRC khususnya dalam
menggunakan tim kooperatif ialah membantu siswa belajar membaca pemahaman yang
luas untuk kelas-kelas tinggi SD. Model pembelajaran tipe CIRC ini mengintegrasikan
antara pembelajaran membaca dan menulis secara bersamaan, sehingga tepat dengan
karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia yaitu terpadu. Selain itu model pembelajaran
tipe CIRC ini bersifat kooperatif dimana dapat meningkatkan kerjasama antar siswa
sehingga semua siswa diarahkan untuk bekerja dan waktu pembelajaran menjadi lebih
efektif.
Model pembelajaran tipe CIRC terdiri dari tiga unsur penting yaitu kegiatan
dasar terkait, pengajaran langsung pelajaran memahami bacaaan dan seni berbahasa
menulis terpadu. Dalam model pembelajaran tipe CIRC siswa bekerjasama dalam
kelompok untuk mencari ide pokok, pikiran utama dan hal-hal yang berkaitan dengan
teks bacaan. Dalam model pembelajaran tipe CIRC ini salah satu siswa membacakan
cerita untuk kelompok, kemudian mengerjakan tugas kelompok bersama-sama dan
mempresentasikan hasilnya ke depan kelas. Hasil penelitian tentang pembelajaran
struktur cerita mengidentifikasikan bahwa CIRC bisa meningkatkan hasil belajar siswa
yang rendah dan meringkas unsur-unsur cerita dimana kedua kegiatan ini untuk
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa (Rahim, 2008: 35). Sehingga
model pembelajaran tipe CIRC sesuai untuk pembelajaran membaca pemahaman.
Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman peneliti merasa perlu mengadakan penelitian mengenai Peningkatan
Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Model Pembelajaran Tipe Cooperative
Integrated Reading Composition (CIRC) Pada Siswa Kelas V semester II SD Negeri Beji
Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/ 2010.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka
rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca
pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri Beji ?
2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC) dalam pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas V
SD negeri Beji?
3. Hambatan apakah yang dihadapi dalam pembelajaran membaca pemahaman melalui
model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) pada
siswa kelas V SD Negeri Beji?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui model pembelajaran
tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) siswa kelas V SD Negeri
Beji.
2. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading
Composition ( CIRC) dalam pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas V
SD Negeri Beji.
3. Mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran membaca pemahaman melalui
penggunaan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition
(CIRC) pada siswa kelas V SD Negeri Beji.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran mengenai
perbaikan metode pembelajaran pada umumnya, dan penggunaan model pembelajaran
tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) pada khususnya dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan refleksi dan perbaikan bagi pengembangan
dan peningkatan hasil pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
1) Memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.
2) Memberikan pengalaman langsung bagi guru khususnya peneliti yang terlibat
dalam memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan metode yang lebih
inovatif dalam pembelajaran bahasa indonesia.
3) Meningkatnya profesionalisme guru.
b. Bagi siswa
1) Meningkatnya motivasi siswa dalam membaca pemahaman.
2) Meningkatnya keaktifan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman.
3) Meningkatnya kemampuan siswa dalam membaca pemahaman.
c. Bagi Sekolah
1) Akan mendapatkan siswa yang berkualitas dan berprestasi dalam pelaksanaan
pembelajaran sehingga meningkatnya mutu siswa dan sekolah sesuai dengan
tuntunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2) Meningkatnya kualitas pembelajaran yang dapat membawa nama baik sekolah
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Hakekat Kemampuan Membaca Pemahaman
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang
dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.
Kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai hal tertentu (Robbins
dalam http:/jiunkpe/s1/eman/2008/). Robbins menjelaskan bahwa kemampuan terdiri atas
kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Selain itu, Davis juga mengungkapkan
bahwa kemampuan terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality yaitu
pengetahuan dan keterampilan (hhtp:/jiunkpe/s1/eman/2008/).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah kecakapan atau kesanggupan seseorang dalam melakukan suatu hal tertentu.
b. Membaca
1) Pengertian membaca
Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari,
karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat
untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Membaca adalah “suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh informasi, yang ingin
disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis” (Tarigan, 1979: 7).
Membaca adalah suatu alat komunikasi antara penulis dan pembaca tulisan. Membaca
adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam
kegiatan membaca, pembaca memproses informasi dari teks yang dibaca untuk
memperoleh makna.
Membaca adalah proses melisankan dan atau memahami bacaan atau sumber
tertulis untuk memperoleh pesan atau gagasan yang ingin disampaikan penulisnya
(http://wyw1d.wordpress.com/). Membaca pada hakekatnya adalah ”suatu proses yang
dilakukan oleh pembaca untuk membangun makna dari suatu pesan yang disampaikan
melalui tulisan” (http://tarjo2009.blogspot.com/).
Dilain pihak, Gibbon dalam Tarigan (1993: 70-71) mendefinisikan membaca
sebagai proses memperoleh makna dari cetakan. Kegiatan membaca bukan sekedar
aktivitas yang bersifat pasif dan reseptif saja, melainkan mengehendaki pembaca untuk
aktif berpikir. Untuk memperoleh makna dari teks, pembaca harus menyertakan latar
belakang bidang pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu
sendiri. Tanpa hal-hal tersebut selembar teks tidak berarti apa-apa bagi pembaca.
Membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang melibatkan berbagai
hal. Membaca tidak hanya sekedar melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan aktivitas
visual dan juga pikiran. Sebagai proses visual membaca merupakan proses
menerjemahkan simbol tulis atau huruf ke dalam kata-kata lisan. Sebagai proses
berpikir, membaca mencakup aspek pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi,
membaca kritis dan pemahaman kreatif (Rahim, 2008: 2). Hal senada juga
diungkapkan oleh Slamet (2008: 72) bahwa kegiatan membaca terkait dengan: (1)
pengenalan huruf, (2) bunyi dan huruf, (3) makna atau maksud, dan (4) pemahaman
terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana. Sedangkan Klein dalam
Rahim (2008: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup (1) membaca
sebagai suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan
interaktif.
Membaca sebagai suatu proses adalah informasi dari teks dan pengetahuan
yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.
Rosenbalt dalam Cuero (2008) mengungkapkan bahwa:
“how a reader responds to the text with use of a continumm. One end of the continuum consist of the efferent response where the “ meaning results from an abstracting-out and analytic structuring of the ideas, information, directions, conclusions to be retained, used, or acted after reading event. According to Rosenbalt, the efferent response to the text is predominately public due to the reader’s focus on the more literal and conventional aspects of meaning”.
Pendapat diatas jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah: bagaimana
seorang pembaca bereaksi terhadap teks dengan menggunakan suatu rangkaian. Suatu
rangkaian tersebut terdiri dari menanggapi maksud/arti diakibatkan oleh suatu abstrak
luar dan struktur analitik yang menyangkut gagasan, informasi, arah, kesimpulan,
menggunakan, atau bertindak setelah pembacaan peristiwa. Menurut Rosenbalt, tujuan
menjawab teks secara umum mendominasi dalam kaitan dengan fokus pembaca pada
aspek maksud/arti yang konvensional dan harfiah.
Pressley (2000) mengatakan bahwa “Reading is often thought of as a
hierarchy of skills, from processing of individual letters and their associated sounds to
word recognition to text processing competencies” (www.readingonline.org). Apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: membaca sering
disebut sebagai keterampilan sesungguhnya dari seorang individu dalam memproses
huruf dan bunyi yang dihubungkan ke dalam pengenalan kata dan kemampuan untuk
memproses suatu teks.
Membaca merupakan suatu strategis yaitu pembaca yang efektif
menggunakan berbagai strategi untuk membaca yang sesuai dengan teks dan konteks
dalam rangka membangun makna ketika membaca. Strategi atau metode ini bisa
bervariasi tergantung dengan jenis teks dan tujuan membaca. Sedangkan membaca
adalah interaktif yaitu keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks.
Orang yang senang membaca teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan
yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga
terjadi interaksi antara pembaca dan teks.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa membaca adalah proses
interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Pembaca berusaha memahami isi bacaan
berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kompetensi kebahasaannya. Dalam proses
pemahaman bacaan tersebut, pembaca pada umumnya membuat ramalan-ramalan
berdasarkan sistem semantik, sintaksis, grafologis, dan konteks situasi yang kemudian
diperkuat atau ditolak sesuai dengan isi bacaan yang diperoleh.
2) Tujuan Membaca
Seseorang melakukan aktivitas membaca pasti mempunyai tujuan atau alasan
mengapa ia membaca. Secara garis besar kegiatan membaca mempunyai dua maksud
utama, yaitu:
(1) tujuan behavioral, dan (2) tujuan ekspresif. Tujuan behavioral biasanya diarahkan pada kegiatan membaca untuk memahami makna kata, keterampilan-keterampilan studi dan pemahaman. Sedangkan tujuan ekspresif terkandung dalam kegiatan-kegiatan membaca pengarahan diri sendiri, membaca penafsiran dan membaca kreatif ( Tarigan 1994: 3).
Secara umum tujuan seseorang membaca adalah: (1) mendapatkan informasi,
(2) memperoleh pemahaman, (3) memperoleh kesenangan. Secara khusus, tujuan
seseorang membaca adalah: (1) memperoleh informasi faktual, (2) memperoleh
keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberikan penilaian
kritis terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5)
mengisi waktu luang (Nurhadi dalam http://wyw1d.wordpress.com/).
Hal menarik juga diungkapkan oleh Nurhadi bahwa ”tujuan membaca akan
mempengaruhi pemerolehan pemahaman bacaan”. Artinya, semakin kuat tujuan
seorang dalam membaca maka semakin tinggi pula kemampuan orang itu dalam
memahami bacaanya. Sedangkan tujuan membaca menurut Rahim (2008: 11) adalah
sebagai berikut:
(1) kesenangan, (2) menyempurnakan bacaan nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi unuk laporan lisan atau tertulis, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, (8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
3) Aspek Membaca
Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan
serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainya. Secara garis besar terdapat dua aspek
penting dalam membaca yaitu:
a) Keterampilan yang bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Aspek ini meliputi: (1) pengenalan bentuk huruf, (2) pengenalan unsur-unsur kebahasaan (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain), (3) pengenalan hubungan/koresponden pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis), dan (4) kecepatan membaca bertaraf lambat.
b) Keterampilan yang bersifat intensif yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup: (1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), (2) memahami signifikansi atau makna (maksud, tujuan pengarang, keadaan budaya, reaksi pembaca), (3) evaluasi dan penilaian (isi, bentuk), (4)
kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan (Tarigan 1979: 11). Selain aspek diatas, Burns dalam Rahim ( 2008: 11) mengemukakan bahwa
proses membaca terdiri atas sembilan aspek yaitu:
a) Aspek sensori
Proses membaca dimulai dari sensori visual yang diperoleh dari huruf atau kata
melalui indra penglihatan. Anak belajar membedakan secara visual di antara
simbol-simbol grafis yang digunakan untuk mempresentasikan bahasa lisan.
b) Aspek perseptual
Aspek perseptual yang dimaksud adalah aktivitas mengenal suatu kata sampai
pada makna berdasrkan pengalaman yang lalu. Pembaca satu dengan yang lain
dalam memberikan persepsi suatu teks mungkin tidak sama. Meskipun membaca
teks yang sama, mungkin mereka memberikan makna yang berbeda.
c) Aspek urutan
Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian
tulisan yang tersusun secara linear, yang umumnya tampil pada satu halaman dari
kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
d) Aspek pengalaman
Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Seseorang yang
mempunyai pengalaman banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas
dalam mengembangkan pemahaman kosakata.
e) Aspek pikiran
Membaca merupakan proses berfikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca
terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui
proses asosiasi. Kemudian membuat simpulan dengan menghubungkan isi yang
terdapat dalam materi bacaan. Oleh karena itu ia harus berfikir logis, sistematis
dan kreatif.
f) Aspek pembelajaran
Untuk meningkatkan kemampuan membaca, guru dapat membimbing siswa
melalui pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
memungkinkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikirnya.
g) Aspek asosiasi
Aspek asosiasi dalam membaca adalah mengenal hubungan antara simbol dengan
bunyi bahasa dan makna. Tanpa adanya kedua kemampuan asosiasi tersebut siswa
tidak mungkin dapat memahami suatu teks yang ia baca.
h) Aspek sikap
Aspek sikap merupakan kegiatan membaca yang berkenaan dengn kegiatan
memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca, dan menumbuhkan
motivasi ketika sedang membaca.
i) Aspek gagasan
Aspek pemberian gagasan dapat dimulai dengan penggunaan sensori dan
perseptual deng latar belakang pengalaman dan tanggapn afektif serta
membangun makna teks yang dibaca secara pribadi.
4) Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca adalah kemampuan seseorang dalam menemukan
informasi dari setiap bacaan. Kemampuan membaca merupakan proses kognitif.
Meskipun pada taraf penerimaan lambang-lambang tulisan diperlukan kemampuan
gerakan mata, kebanyakan kegiatan dalam membaca adalah kegitan pikiran dan
penalaran. Tampubolon ( 2008: 7) menyatakan bahwa kemampuan membaca adalah
pemahaman isi secara keseluruhan.
Kathleen Kitao dan Kenji Kitao mengemukakan tentang kemampuan-
kemampuan yang berhubungan dengan kegiatan membaca sebagai berikut:
(1) menghubungkan simbol-simbol grafis dengan bunyi dan kata, (2) memahami hubungan antara penggalan informasi dalam sebuah kalimat, termasuk elemen dari struktur kalimat, negasi atau yang tersirat, (3) menarik kesimpulan dari makna kata-kata dari akar kata dan imbuhannya, (4) menarik kesimpulan dari makna kata-kata dari konteksnya, (5) memahami preposisi, (6) memahami hubungan antar bagian teks, yang ditandai dengan sejumlah istilah, seperti istilah leksikal (sinonim, pengulangan, d1l) referensi anaphora (kata ganti orang) dan kata sambung, (7) memahami hubungan temporal danan spatial (8) memahami hubungan-hubungan seperti sebab-akibat; generalisasi dan contoh; persamaan; perbandingan; dan opini dan dukungan, (9) mengantisipasi apa yang akan terjadi, (10) mengidentifikasi pikiran utama dan pikiran-pikiran pendukung, (11) memahami gaya bahasa dan alegori, (12) memahami kesimpulan, (13) skimming (memahami keseluruhan ide dari sebuah wacana),
(14) scanning (mencari informasi tertentu), (15) membaca kritis, dan (17) Menerapkan berbagai macam strategi membaca sesuai dengan jenis wacana dan tujuan membaca.( http://nengwika.wordpress.com) Nurhadi mengemukakan kemampuan yang berhubungan dengan membaca
sebagai berikut: (1) kemampuan menafsirkan ide pokok paragraf, (2) kemampuan
menafsirkan gagasan utama gagasan, (3) kemampuan menafsirkan ide penunjang, (4)
kemampuan membedakan fakta-fakta atau detail bacaan, (5) kemampuan memahamai
secar kritis hubungan sebab akibat, (6) kemampuan memahami secara kritis unsur-
unsur perbandingan (http://nengwika.wordpress.com).
5) Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca setiap orang tidaklah sama. Kemampuan membaca
tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
a) Kompetensi kebahasaan, yaitu hal-hal yang diketahui oleh pembaca tentang bahasa
yan digunakan penulis. Meliputi tata bahasa, kosakata, ejaan, dan tanda baca.
b) Kemampuan mata adalah keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang efisien. Gerakan yang dimaksud adalah jangkauan penglihatan, jangkauan pemahaman.
c) Penentuan informasi fokus. Menentukan lebih dahulu informasi yang akan
diperoleh dari bacaan sebelum memulai membaca umumnya dapat meningkatkan
efisiensi membaca.
d) Teknik dan metode membaca, yaitu cara yang digunakan untuk menemukan
informasi dari bacaan dengan efektif dan efisien.
e) Fleksibilitas membaca, yaitu kemampuan menyesuaikan strategi membaca (teknik,
metode, dan gaya membaca) dengan kondisi baca.
f) Kebiasaan membaca, kebiasaan membaca yang dimaksud adalah minat dan
keterampilan membaca yang baik dan efisien ( Tampubolon, 2008: 241-243).
Selain faktor diatas, menurut Lamb dan Arnold dalam Rahim (2008: 16)
faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah sebagai berikut:
a) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, perkembangan neurologis dan alat
kelamin. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran dan alat penglihatan bisa
memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Kelelahan juga merupakan kondisi
yang tidak menguntungkan bagi anak untu belajar membaca.
b) Faktor intelektual
Rubin dalam Rahim (2008: 17) mengemukakan bahwa banyak hasil penelitian yang
memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi
menjadi pembaca yang baik. Secara umum, intelegensi anak tidak dapat dijadikan
satu-satunya ukuran keberhasilan membaca. Masih ada faktor yang lain seperti cara
mengajar guru, prosedur dan kemampuan guru sendiri.
c) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan mencakup latar belakang pengalaman siswa dirumah dan faktor
sosial ekonomi keluarga siswa.
d) Faktor psikologi
Faktor lain yang juga mempengaruhi kemampuan membaca anak adalah faktor
psikologis. Faktor psikologis ini mencakup (1) motivasi, (2) minat, dan (3)
kematangan sosial, emosi dan penyesuaian diri.
6) Jenis - jenis Membaca
Ada beberapa jenis membaca, menurut tataranya kegiatan membaca terutama
di Sekolah Dasar dapat dibagi dua, yaitu:
a). Membaca permulaan
Membaca permulaan biasa dilakukan di kelas satu dan 2 SD yang
mempertimbangkan atau mementingkan kelancaran.
b). Membaca lanjut
Membaca lanjut ini dilaksanakan mulai dari kelas tiga sampai dengan perguruan
tinggi. Dalam membaca lanjut yang dipentingkan bukan hanya kelancaran tetapi
juga pemahaman dan penerapan dalam praktek sehari-hari sesuai dengan situasi
dan kondisi ( Suyatmi, 1996: 39).
Sedangkan Tarigan (1979: 12) mengklasifikasikan jenis-jenis membaca
sebagai berikut:
a). Membaca nyaring
Membaca nyaring adalah membaca dengn menggunakan suara sehingga orang lain
bisa mendengar apa yang kita baca.
b). Membaca dalam hati
(1) Membaca ekstensif
Membaca ekstensif terdiri atas membaca survei, membaca sekilas dan membaca
dangkal.
(2) Membaca Intensif
(a) Membaca telaah isi
Membaca telaah isi terdiri dari membaca teliti, membaca pemahaman,
membaca kritis dan membaca ide-ide.
(b) Membaca telaah bahasa
Membaca telaah bahasa terdiri atas membaca bahasa dan membaca sastra.
Menurut tujuanya, membaca dibagi menjadi tujuh yaitu:
a). Membaca intensif adalah salah satu jenis membaca yang dilakukan dengan hati-hati dan teliti dengan titik berat untuk memahami isi keseluruhan bacaan sampai pada hal yang sekecil-kecilnya.
b). Membaca kritis adalah perbuatan membaca untuk menggali fakta yang dituangkan dalam bacaan dan memberikan penilaian terhadap fakta itu.
c). Membaca cepat adalah salah satu jenis membaca yang menitik beratkan pada kecepatan menangkap gagasan pokok bacaan dengan tepat dalam waktu yang relatif singkat.
d). Membaca indah adalah salah satu jenis membaca yang menitikberatkan pada penggunaan segi keindahan yang terdapat dalam suatu karya sastra.
e). Membaca teknik adalah salah satu jenis membaca yang menitikberatkan pada keterampila dan ketepatan melafalkan fonem, kata, melagukan kalimat, pemenggalan kata dan kalimat. Dengan kata lain membaca kalimat dengan lancar dan tepat tanpa adanya cacat baca.
f). Membaca untuk keperluan praktis adalah salah satu jenis membaca dengan tujuan untuk memahami hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari secra cepat dan tepat.
g). Membaca untuk keperluan studi adalah salah satu jenis membaca yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu guna menambah pengetahuan (Suyatmi, 1996: 58)
c. Membaca Pemahaman
1) Pengertian Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman adalah memahami secara langsung apa yang ada dalam
teks bacaan tersebut dan memahami informasi yang tidak secara langsung dalam teks
(http: one.indoskripsi.com/). Membaca pemahaman adalah proses pemikiran yang
kompleks untuk membangun sejumlah pengetahuan. Yant Mujiyanto dalam Siti
Khuzaimatun (2009: 11) mengatakan bahwa membaca pemahaman adalah membaca
yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman ide-ide naskah dari ide pokok sampai
ke ide-ide penjelas dan dari hal-hal yang global sampai ke hal-hal yang rinci. Tarigan
(1994: 9), menyebutkan bahwa kegiatan membaca ialah memahami pola-pola bahasa
dari gambaran tertulisnya. Seseorang yang melakukan kegiatan membaca pemahaman
harus menguasai bahasa serta tulisan agar memahami isi bacaan tersebut. Membaca
pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah
memahami bacaan secara tepat dan cepat (http://wyw1d.wordpress.com/)
Pemahaman atau komprehensi merupakan kemampuan membaca untuk
mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian. Girgin (2006)
mengatakan bahwa:
“Reading comprehension is the process of combining the cue systems of the language, namely, syntax, semantics, pragmatics and graphophnonics with the prior knowledge and experiences. If readers have a purpose to read and if the material interests them, they involve their background knowledge in the process, too, which facilitates reading comprehension”.
Menurut pendapat Girgin diatas membaca pemahaman adalah suatu proses
yang mengkombinasikan isyarat atau sistem bahasa yang meliputi sintaksis, semantik
dan grafem serta pengalaman sebelumnya. Jika seseorang pembaca mempunyai tujuan
dan melibatkan pengetahuan yang telah mereka miliki maka seseorang tersebut akan
lebih mudah dalam membaca pemahaman.
Pemahaman merupakan hal yang penting dalam membaca karena dengan
pemahaman kita dapat mengetahui informasi dari bacaan secara keseluruhan.
Pemahaman sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan pembaca. Pembaca
yang mempunyai pengetahuan yang dan penglaman yang lebih luas berpeluang lebih
besar untuk dapat mengembangkan pemahaman kata dan konsep daripada yang lainya (
Burns dalam Slamet, 2008: 72). Selanjutnya keterampilan membaca pun dapat
meningkat. Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu
kemampuan membaca untuk memahami isi atau informasi dari suatu bacaan dengan
tepat.
2) Tujuan Membaca Pemahaman
Tujuan yang ingin dicapai melalui membaca pemahaman, yaitu: a) mengenal
ide pokok suatu bacaan, b) mengenal detail atau bagian yang penting, c) meramalkan
hasil, d) mengikuti petunjuk, e) mengenal organisasi dari karangan, dan f) membaca
kritis (http://one.indoskripsi.com/).
Tujuan membaca pemahaman juga dipaparkan oleh Tarigan (1993: 37) yaitu:
a) menemukan ide pokok, b) memilih butir-butir penting, c) mengikuti petunjuk-petunjuk, d) menentukan organisasi bahan bacaan, e) menemukan citra visual dan citra lainya, f) menarik simpulan, g) menduga makna dan merangkaikan dampaknya, h) menyusun rangkuman, dan i) membedakan fakta dari pendapat. Sedangkan tujuan dari pengajaran membaca pemahaman adalah: (1) siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai isi wacana yang diberikan, (2) siswa dapat meringkas isi wacana berdasrkan paragraf yang ada, (3) siswa dapat meringkas isi keseluruhan paragraf di dalam wacana tersebut, dan (4) siswa dapat mengungkapkan kembali isi wacana dengan kata-kata sendiri secara sistematis dan tepat (Suyatmi, 1996: 68).
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan membaca
pemahaman adalah membaca secara detail dengan menekankan pada pengenalan ide
pokok, pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman
keseluruhan isi wacana. Selain itu siswa juga diharapkan dapat menceritakan kembali
apa yang telah dibaca serta menjawab pertanyaan berkaitan dengan isi bacaan.
3) Tingkat Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman menurut Hairuddin dkk, (2008) terdiri dari empat
tingkatan yaitu:
a) Pemahaman Literal
Pemahaman terhadap apa yang dikatakan atau disebutkan penulis dalam teks
bacaan. Pemahaman ini diperoleh dengan memahami arti kata, kalimat dan paragraf
dalam konteks bacaan itu seperti apa adanya. Dalam pemahaman literal ini yang
terjadi hanya mengenal dengan mengingat apa yang tertulis dalam bacaan. Untuk
membangun pemahaman literal, pembaca dapat menggunakan kata tanya apa, siapa,
kapan, bagaimana, mengapa.
b) Pemahaman Interpretatif
Membaca interpretatif merupakan kegiatan membaca yang berusaha memahami apa
yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks bacaan. Kegiatan ini lebih dalam lagi
bila dibandingkan dengan membaca literal karena dalam membaca literal pembaca
hanya mengenal apa yang tersurat saja, tetapi dalam membaca interpretatif,
pembaca ingin juga mengetahui apa yang disampaikan penulis secara tersirat.
Menurut Syafi’ie (1999: 36) pemahaman interpretatif harus didahului pemahaman
literal yang aktivitasnya berupa: menarik kesimpulan, membuat generalisasi,
memahami hubungan sebab-akibat, membuat perbandingan-perbandingan,
menemukan hubungan baru antara fakta-fakta yang disebutkan dalam bacaan.
c) Pemahaman Kritis Membaca kritis merupakan membaca yang bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu teks bacaan dengan jalan melibatkan diri sebaik-baiknya ke dalam teks bacaan itu.
d) Pemahaman Kreatif
Membaca kreatif merupakan tingkatan membaca pemahaman pada level yang
paling tinggi. Pembaca dalam level ini harus berpikir kritis dan harus menggunakan
imajinasinya. Dalam membaca kreatif, pembaca memanfaatkan hasil membacanya
untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan emosionalnya. Kemampuan itu
akan bisa memperkaya pengetahuan-pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan
ketajaman daya nalarnya sehingga pembaca bisa menghasilkan gagasan-gagasan
baru.
Berdasarkan kajian diatas, membaca pemahaman pada penelitian ini
menekankan pada pemahaman literal yaitu pemahaman terhadap apa yang dikatakan
atau disebut penulis dalam teks bacaan.
4) Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman
Menurut McLaughlin dan Allen (2002) dalam Farida Rahim (2008: 3)
a) Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.
Anak-anak terus membangun makna baru pada dasar pengetahuan sebelumnya
yang mereka miliki untuk proses komunikasi (Cox dalam Rahim, 2008: 4). Maksud
dari konsep ini adalah belajar terjadi apabila informasi baru diintregasikan dengan
apa yang telah diketahui sebelumnya. Seorang anak yang mempunyai lebih banyak
pengalaman suatu topik tertentu akan lebih mudah untuk mamahami dan
mempelajari apa yang dibacanya.
b) Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu
perkembangan pemahaman.
Keseimbangan kemahiraksaraan memberikan kedudukan yang sama antara
membaca dan menulis. Selain itu juga mengenal dimensi afektif dan kognitif
berkaitan dengan tulisan.
c) Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa.
Peranan guru dalam proses membaca siswa diantaranya adalah menciptakan
pengalamn yang memperkenalkan dan memperluas kemmapuan siswa dalam
memahami suatu teks. Sehingga guru harus melaksanakan pembelajaran langsung,
memodelkan, membantu, memfasilitasi, dan mengikutsertakan dalam belajar.
d) Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam
proses membaca.
Siswa belajar pentingnya membaca, menulis dan berpikir kritis untuk keefektifan
belajar mandiri. Pembaca yang baik adalah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam
proses membaca. Mereka mempunyai tujuan dan menggunkan strategi tertentu
untuk mempermudah membangun makna.
e) Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.
Siswa perlu mengenal teks dengan tingkat kesukaran yang berbeda. Guru harus
memberikan dukungan yang penuh sesuai dengan tingkat kesukaran membaca
tersebut tergantung pada tujuan dan setting pengajaran.
f) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai
tingkat kelas.
Siswa perlu membaca teks dari tingkat yang berbeda. Apabila tingkat teks akan
digunakan, guru hendaknya memberikan bantuan untuk memperluas dan
meningkatkan kemampuan siswa.
g) Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.
Kosakata yang dimilki siswa mempengaruhi tingkat pemahaman membaca.
Pengajaran membaca bagi siswa sebaiknya bermakna bagi siswa, mencakup makna
kata dari bacaan dan menetukan suatu strategi untuk menentukan makna kata yang
belum diketahui oleh siswa.
h) Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.
Keterlibatan pembaca berinteraksi dengan cetakan membangun pemahaman
berdasarkan pada hubungan antara pengetahuan sebelumnya dengan inforamsi yang
baru diterima.
i) Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.
Siswa yang mengalami strategi pemahaman langsung dapat meningkatkan
pemahaman teks tentang topik yang baru. Mengaitkan antara keterampilan atau
kemampuan dan strategi bisa membuat siswa lebih mudah memahami pemahaman.
j) Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.
Menilai kemampuan dan kemajuan siswa sangat penting karena memungkinkan
guru untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran.
Selain itu dapat digunkan untuk merencanakan pengajaran yang tepat dan
mengevaluasi keefektifan strategi mengajar.
5) Aspek Membaca Pemahaman
Dalam membaca ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Sejumlah aspek
dalam membaca pemahaman menurut Kamidjan (1996), adalah: (a) mempunyai
kosakata yang banyak, (b) mempunyai kemampuan menafsirkan makna kata, frasa,
kalimat dan wacana, (c) memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide
penunjang, (d) memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian, (e) memiliki
kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan (http: wyw1d.wordpress.com).
6) Tahapan Membaca Pemahaman
Dalam kegiatan membaca pemahaman meliputi beberapa tahapan, yaitu: (1)
menentukan tujuan, (2) memilih bahan, (3) menentukan cara penyajian (mengajarkan),
(4) menentukan hal-hal yang akan dilatih (tema), dan (5) evaluasi
(http://one.indoskripsi.com/).
Penentuan tujuan dari membaca pemahaman akan membuat aktivitas
membaca menjadi lebih terarah. Apakah tujuan yang ingin dicapai mencari hiburan,
untuk keperluan studi atau yang lain. Bahan bacaan hendaknya disesuaikan dengan
tujuan membaca. Cara penyajian atau pengajaran dalam membaca pemahaman dapat
menentukan seseorang dalam memahami isi bacaan. Kemudian ditentukan apa yang
akan dicari dari bacaan tersebut, hal ini akan mempermudah dalam memahami bacaan.
Tahap yang terakhir adalah evaluasi, evaluasi ini digunkan untuk mengetahui sejauh
mana pembaca memahami apa yang telah dibaca.
d. Kemampuan Membaca Pemahaman
Berdasarkan kajian tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan membaca pemahaman adalah kesanggupan seseorang untuk menangkap
informasi atau ide-ide yang disampaikan oleh penulis melalui bacaan sehingga ia dapat
menginterpretasikan ide-ide yang ditemukan, baik makna yang tersirat maupun tersurat
dari teks tersebut.
Kemampuan siswa dalam kemampuan membaca pemahaman ditandai dengan:
(1) kemampuan siswa dalam menangkap isi wacana baik tersirat maupun tersurat, (2)
kemampuan menceritakan kembali isi wacana dengan bahasa atau kata-kata sendiri, (3)
kemampuan menemukan pokok pikiran setiap paragraf, (4) kemampuan menemukan ide
atau pengertian pokok wacana.
2. Hakekat Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition
(CIRC)
a. Model Pembelajaran
1) Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Winataputra dalam Sugiyanto (2008: 7) mengungkapkan bahwa
model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan suatu pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar
dalam membuat rencana dan melakukan kegiatan pembelajaran.
Joyce (Isjoni, 2009: 50) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pola atau pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dalam tutorial dan dalam menentukan suatu perangkat
termasuk buku-buku, film, komputer, kurikulum.
Toeti Sukamto dan Udin Saripudin (Anton Sukarno, 2006:144) menjelaskan
bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dalam
mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang,
pembelajar, dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu rancangan atau prosedur yang sistematis yang dapat
digunakan sebagai panduan dalam merencanakan pembelajaran dengan
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu.
2) Ciri-ciri Model Pembelajaran
Kardi dan Nur (Arief grahadi Jayantio, 2009: 10) menyatakan bahwa model-
model pembelajaran mempunyai ciri-ciri khusus, antara lain:
(a) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pengembangnya.
(b) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
(c) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat diterapkan
dengan sukses.
(d) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3) Hal Yang Diperhatikan Dalam Memilih Model Pembelajaran
Sugiyanto (2008: 8) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran yaitu: 1) tujuan pembelajaran
2) sifat bahan 3) kondisi siswa 4) ketersediaan sarana prasarana belajar.
Killen (2008: 8) menjelaskan ada beberapa prinsip dalam memilih strategi
pembelajaran yakni: berorientasi pada tujuan, mendorong aktivitas siswa,
memperhatikan aspek individual siswa, mendorong proses interaksi, menantang siswa
dalam berpikir, menimbulkan inspirasi untuk berbuat dan menguji, menimbulkan
proses belajar yang menyenangkan, dan memberikan motivasi siswa dalam belajar.
4) Macam-macam Model Pembelajaran
Joice dan Weil (Anton Sukarno, 2007: 145) membagi model pembelajaran
dalam empat orientasi yaitu: orientasi informasi, orientasi interaksi sosial, orientasi
pribadi, dan orientasi modifikasi tingkah laku.
Sedangkan Sugiyanto (2008: 7) menjelaskan bahwa ada beberapa model
atau strategi pembelajaran dalam mengoptimalkan hasil belajar siswa antara lain:
(a) Model pembelajaran kontekstual
Merupakan konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk
menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-harinya.
(b) Model pembelajaran kooperatif
Model kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan.
(c) Model pembelajaran kuantum
Model ini merupakan ramuan dari berbagai teori pandangan psikologi
kognitif dan pemrograman neurologi yang mengandung konsep-konsep teori otak
kiri/kanan, teori otak truine pilihan modalitas, teori kecerdasan ganda, pendidikan
holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol, dan
simulasi/permainan.
(d) Model pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,
menggali, menemukan konsep serta prinsip secara holistik dengan memadukan
beberapa pokok bahasan.
(e) Model pembelajaran berbasis masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran
berbasis masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa belajar
untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
b. Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)
Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) adalah salah satu tipe
model pembelajaran kooperatif yang mengintregasikan antara pengajaran membaca dan
menulis. Tujuan utama dari penggunaan model pembelajaran tipe CIRC adalah
menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan
memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas (Slavin, 2008: 203).
CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif, dalam kelompok 2-6 orang. Sintaksnya adalah membentuk kelompok, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil diskusi kelompok, dan yang terakhir adalah refleksi dari pembelajaran (http://www.ed.gov/pubs/EPTW/eptw4/eptw4c.html).
“Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) is a comprehensive program for teaching reading and writing/language arts. It has three principle elements: story-related activities, direct instruction in reading comprehension, and integrated language arts/writing. In CIRC, teachers use anthologies basal readers and/or novels, much as they would in traditional reading programs. Students are assigned to teams composed of pairs of students from the same or different reading groups. Students work in pairs on a series of cognitively engaging activities, including reading to each other; predicting how stories will end; summarizing stories to each other; writing responses to stories; and practicing spelling, decoding, and vocabulary. Students work in teams to understand the main idea and master other comprehension skills. During language arts periods, students also write drafts, revise and edit one another's work, and prepare to "publish" their writing” (http://www.ed.gov/pubs).
Jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC) adalah suatu program menyeluruh untuk pengajaran
membaca dan seni seni menulis. CIRC mempunyai tiga elemen penting yaitu: aktivitas
terkait dengan cerita, mengarahkan instruksi dalam pengertian pembacaan, dan
mengintegrasikan bahasa secara tertulis. Di dalam CIRC, para guru menggunakan
kumpulan puisi roman atau cerita, seperti/ketika mereka di dalam program pembacaan
tradisional. Para siswa ditugaskan ke regu yang terdiri atas para siswa dari kelompok
pembacaan berbeda atau yang sama. Para siswa bekerja berpasangan pada satu rangkaian
secara teori melibatkan aktivitas, termasuk membacakan untuk satu sama lain,
penggambaran kesimpulan bagaimana cerita akan berakhir, peringkasan cerita ke satu
sama lain, penulisan menjawab cerita, dan praktek mengeja, memecahkan kode, dan
kosakata. Para siswa bekerja di dalam regu untuk memahami gagasan yang utama dan
ketrampilan pemahaman yang lain. Selama periode seni bahasa, para siswa juga menulis
rancangan, meninjau kembali dan mengedit pekerjaan satu sama lain, dan bersiap-siap
untuk " menerbitkan" apa yang mereka mereka tulis.
Pengembangan model pembelajaran tipe CIRC dilaksanakan untuk mengatasi
permasalahan membaca, menulis dan pembelajaran sastra tradisional. Prinsip
pengembangan model pembelajaran tipe CIRC didasarkan pada beberapa alasan yaitu:
1) Tindak lanjut. Salah satu fokus utama aktivitas CIRC menentukan isi cerita adalah
membuat agar lebih efektif melalui waktu tindak lanjut. Siswa akan termotivasi
bekerja dengan yang lain dengan menggunakan kooperatif reward dimana mereka
mendapat sertifikat atau mereka saling mengenal anggota kelompoknya.
2) Membaca oral. Salah satu tujuan program CIRC adalah untuk meningkatkan
keuntungan siswa membaca dengan suara keras dan mendapat umpan balik dari
kegiatan membacanya dalam kelompok dan dari latihan merespon satu sama lain
dalam membaca.
3) Keterampilan membaca komprehensif. Tujuan utama CIRC adalah menggunakan
kelompok koperatif untuk membantu siswa untuk mengaplikasikan lebih luas
keterampilan membaca komprehensif. Dalam tindak lanjut, siswa bekerja secara
berpasangan untuk mengidentifikasi lima kritikan setiap teks cerita: karakter, seting,
masalah, solusi awal dan solusi akhir.
Salah satu fokus dari kegiatan CIRC sebagai cerita dasar adalah membuat
penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif. Para siswa yang bekerja di dalam
tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini, yang dikoordinasikan dengan pengajaran
kelompok membaca supaya dapat memenuhi tujuan dalam bidang lain seperti
pemahaman membaca, kosakata, dan membuat kesimpulan.
CIRC terdiri dari 3 prinsip elemen yaitu: aktivitas mencari hubungan dasar,
pembelajaran langsung dalam membaca komprehensif serta bahasa sastra dan menulis
terpadu. Sonia Casal menyatakan bahwa “Key features of CIRC are heteregenous groups
with different reading to each other, predicting, spelling and
vocabulary“(http://gretajournal.com/wordpress/wp). Apabila diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia ialah: kunci utama CIRC adalah kelompok dengan golongan yang
heterogen yang saling membacakan satu sama lain, meramalkan, mengeja dan kosa kata.
Slavin (2010: 31) menyatakan bahwa:
“All but one of the cooperative learning studies evaluated Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC), which involves students in well-structured
cooperative groups within they help each other master and aply metacognitive learning strategis. CIRC was the basic for middle school reading programs called Student Team Reading and The Reading Edge”.
Menurut pendapat Slavin diatas salah satu dari evaluasi pembelajaran kooperatif adalah
Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) yang melibatkan para siswa dalam
susunan yang baik, yang mana mereka saling membantu satu sama lain dan menerapakan
strategi pembelajaran metakognitif. CIRC adalah adalah dasar untuk program membaca
sekolah tingkat menengah yang disebut dengan Kelompok Membaca Siswa dan
Membaca Tepi.
Komponen utama CIRC menurut Slavin (2008: 205) terdiri dari:
1) Kelompok membaca. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 2 - 4
orang siswa sesuai dengan tingkat kemampuan membacanya.
2) Tim. Siswa disusun berpasangan (atau berempat) di dalam kelompok, kemudian saling
berinteraksi dengan kelompok serta saling membantu antara kelompok tinggi dan
kelompok rendah.
3) Kegiatan yang berhubungan dengan cerita. Dalam hal ini siswa menggunakan novel.
Urutan aktivitas ini meliputi: partner reading (saling koreksi), tata bahasa cerita dan
menulis hubungan cerita, mencari kata-kata sulit, makna kata, rangkuman cerita dan
pengejaan.
4) Pemeriksaan tugas bersama teman sejawat.
5) Tes. Setelah akhir kegiatan siswa diberi tes pemahaman terhadap cerita yang telah
dibaca. Pada tes ini siswa bekerja secara individu.
6) Pembelajaran langsung di dalam membaca komprehensif.
7) Seni berbahasa dan menulis terintregasi. Setelah membaca siswa dapat menuangkanya
ke dalam bentuk tulisan.
8) Membaca mandiri dan buku laporan. Para siswa diminta membaca buku di rumah dan
keesokan harinya membuat laporan tentang apa yang dibacanya. Membaca mandiri
dan buku laporan ini sebagai salah satu pengaganti pekerjaan rumah.
Kegiatan model pembelajaran tipe CIRC tidak berbeda dengan kegiatan belajar
model pembelajaran kooperatif sebelumnya, seperti tahap-tahap pembelajaran yang
terdapat pada model Investigasi Kelompok. Tahap pembelajaranya adalah sebagai
berikut:
Tahap 1: Mengidentifikasi Topik dan Mengorganisasikan ke dalam masing-masing
kelompok kerja.
Siswa membaca cepat berbagai sumber, mengajukan topik dan
mengkategorikan saran-saran. Siswa bergabung dalam kelompok yang sedang
mempelajari topik yang mereka pilih. Komposisi kelompok didasarkan pada
minat dan bersifat heterogen. Guru membantu dalam mengumpulkan
informasi dan memfasilitasi organisasi.
Tahap 2: Merencanakan Kegiatan Kelompok
Siswa membuat perencanaan bersama: Apa yang akan kita kaji? Bagaimana
kita mengkaji? Siapa yang melakukannya? (pembagian kerja) dan Apa tujuan
atau maksud kita menyelidiki topik ini?
Tahap 3: Melaksanakan Pembelajaran
Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data-data dan mencapai
kesimpulan. Masing-masing anggota kelompok berkontribusi terhadap usaha
kelompok. Siswa saling menukarkan, mendiskusikan, menjelaskan dan
mensistesiskan gagasan-gagasan.
Tahap 4: Mempersiapkan Laporan Akhir
Para anggota kelompok menentukan hal-hal yang sangat penting dari pesan
pembelajaran yang telah dipelajari.
Para anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan
bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.
Para wakil kelompok membentuk steering committee untuk
mengkoordinasikan rencana-rancana untuk presentasi.
Tahap 5: Menyajikan Laporan Akhir
Presentasi dilakukan terhadap seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
Presentasi harus melibatkan khalayak(audience) secara aktif.
Khalayak mengevaluasi kejelasan dan daya tarik presentasi menurut kriteria-
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh kelas.
Tahap 6: Evaluasi
Siswa saling tukar umpan balik tentang topik, tentang hasil bacaan, dan
tentang pengalaman-pengalaman afektif mereka tentang bacaan tersebut.
Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah
berlangsung.
Dalam penilaian siswa mendapatkan nilai pribadi dan nilai kelompok. Mereka
saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes dan kemudian masing-masing
mengerjakan tes sendiri dan menilai nilai pribadi ( Lie, 2010: 88).
Sedangkan menurut Agus Supriyono (2009: 45) langkah pembelajaran dengan
model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) adalah
sebagai berikut:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana/ kliping dan ditulis pada lembar kertas
4) Mempresentasikan / membacakan hasil kelompok
5) Guru membuat kesimpulan bersama
6) Penutup
c.Langkah-langkah Penggunaan Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC) dalam Membaca Pemahaman
Langkah kegiatan CIRC dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah
sebagai berikut:
1) Guru menerangkan secara singkat mengenai pembelajaran membaca pemahaman.
2) Guru menyampaikan judul teks bacaan sesuai topik pembelajaran
3) Siswa memprediksi awal mengenai cerita.
4) Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok secara heterogen
5) Guru membagikan teks cerita
6) Guru menginformasikan kepada tiap kelompok mengenai langkah pembelajaran
CIRC yang akan dilaksanakan.
7) Setiap kelompok ada yang membacakan untuk kelompoknya bacaan yang telah
dibagikan
8) Seiap kelompok membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan teks bacaan seperti
ide pokok, pikiran utama dan lain-lain yang berkaitan dengan teks.
Kemmudian mereka menuliskan hasilnya secara tertulis pada kertas.
9) Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok.
10) Secara bergiliran, wakil dari setiap kelompok membacakan hasil diskusinya di depan
kelas
11) Kelompok yang lain memberikan tanggapan dan guru memberikan umpan balik serta
atas materi yang telah dipresentasikan siswa secara singkat.
12) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil dengan baik.
13) Pada akhir kegiatan guru bisa memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa.
B. Penelitian Relevan
Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah:
a. Penelitian yang dilakukan Suwarto, Tesis UNS “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Membaca dan Menulis Permulaan Dengan Metode Kooperatif Intregasi Membaca
dan Komposisi (CIRC)” (PTK pada Siswa Kelas I SD Negeri Eromoko Kecamatan
Eromoko Kabupaten Wonogiri).
Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan metode Kooperatif
Intregasi Membaca Komposisi (CIRC) dapat meningkatkan proses pembelajaran
membaca menulis permulaan, baik pada siswa maupun guru.. Hal ini dapat dilihat
dari ketuntasan pembelajaran pada siklus I sebanyak 53,38%, siklus II sebanyak
71,43%, dan siklus III sebanyak 100%.
b. Penelitian oleh Siti Khuzaimatun, Skripsi FKIP UNS 2009. Upaya Meningkatkan
Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan Metode SQ3R Pada Siswa Kelas X.3
SMA Negeri 1 Sumberlawang. Berdasarkan hasil penelitian terjadi peningkatan
kemampuan membaca pemahaman pada siklus I 32,5%, siklus II 60%, dan siklus III
87,5%.
C. Kerangka Berfikir
Pada kondisi awal terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami apa yang telah dibaca, yaitu pada saat membaca pemahaman. Hal ini terjadi
karena dirasa guru kurang inovatif dalam melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu
diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman siswa. Diantara berbagai tipe model pembelajaran, model
pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) adalah suatu tipe
model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman pada siswa. Melalui model pembelajaran tipe Cooperative
Integrated Reading Composition (CIRC) dapat membawa siswa menjadi lebih tertarik
dan berminat untuk belajar membaca pemahaman. Dan melalui model pembelajaran tipe
CIRC ini diharapkan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa dan akhirnya
kemampuan membaca pemahaman pun akan meningkat.
Gambar 1: Bagan Kerangka Berfikir
Guru belum menggunakan model pembelajaran tipe
CIRC
Dalam pembelajaran guru menggunakan model
pembelajaran tipe CIRC
Penggunaan model pembelajaran tipe CIRC
dapat meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Kemampuan membaca
pemahaman masih rendah
D. Hipotesis
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
Penggunaan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition
(CIRC) dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD
Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten
Boyolali. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di SD Negeri Beji, yaitu:
a. Pembelajaran dengan CIRC belum pernah diteliti di SD Negeri Beji
b. Penghematan waktu dan biaya, karena lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal
peneliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan
dilakukan selama 6 bulan, yakni mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Juni 2010.
Tahap perencanaan dilaksanakan bulan Januari dan tahap pelaksanaan dimulai bulan
Maret, dengan jadwal pada tabel:
Tabel 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian
No Jenis Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni
1 Penyusunan proposal
XXX
2 Seminar proposal
X
3 Perbaikan proposal
XX
4 Perizinan XX
5 Penyusunan RPP
X
6 Pelaksanaan penelitian
XXX
7 Anlisis data XX
8 Penyusunan hasil laporan
XX
9 Revisi hasil laporan dan ujian
XX
10 Penggandaan, pengiriman laporan
XX
Adapun rincian pelaksanaan tindakan siklus I sampai siklus III dilakukan
sebagai berikut:
a. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan 17 April 2010.
b. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 sampai dengan 22 April 2010.
c. Siklus III dilaksanakan pada tanggal 23 sampai dengan 25 April 2010.
B. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri
Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali yang berjumlah 30 siswa. Dengan rincian
siswa laki-laki 20 siswa dan siswa perempuan 10 siswa.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas dengan bentuk metode
yang digunakan adalah deskriftif kualitatif. Karena data yang dipergunakan adalah
data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung tercatat dari kegiatan lapangan.
2. Strategi Penelitian
Strategi yang dipilih dalam penelitian ini adalah strategi tindakan kelas model spiral
Kemmis dan Taggart dalam Rochiati (2009: 66). Setiap siklus ditempuh melalui empat
fase yaitu: perencanaan (plan), tindakan (act), observasi (observe), dan refleksi
(reflect).
Perencanaan
Tindakan Refleksi
Gambar 2: Model strategi penelitian
C. Sumber Data
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam
penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali dari berbagai
macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini
antara lain:
1. Informasi data dari nara sumber yaitu guru dan siswa kelas V SD Negeri Beji.
2. Arsip nilai ulangan siswa
3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe
Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)
D.Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang dipergunakan adalah:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang
diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien.
Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-
Observasi
Observasi
Refleksi Perencanaan
Ulang
Tindakan
peristiwa yang melingkupinya. Dilihat dari jenis pelaksanaanya obsevasi dibedakan
menjadi empat yaitu: (1) observasi terbuka yaitu tidak menggunakan lembar observasi
melainkan hanya kertas kosong untuk merekam apa yang diamati, (2) observasi terfokus
yaitu observasi yang secara khusus ditujukan untuk ,mengamati aspek-aspek tertentu dari
pembelajaran, (3) observasi terstuktur, dan (4) observasi sistematik yang lebih rinci dari
observasi terstruktur dalam kategori dat yang diamati. Langkah-langkah observasi
meliputi perencanaan, pelaksanaan observasi kelas dan pembahasan balikan (Wardani
dan Kuswaya, 2008: 2.26). Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati
kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman,
sebelum tindakan maupun setelah tindakan yang sedang berlangsung di kelas. Melalui
observasi ini diharapkan gejala ketidakberhasilan maupun kekeliruan dalam perencanaan
tindakan dapat diketahui lebih awal sehingga dapat dilakukan perbaikan atau modifikasi
perencanaan tindakan sebelum berjalan lebih lanjut.
2. Tes
Tes adalah suatu alat yang digunakan oleh pengajar untuk memperoleh
informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi yang telah
diberikan oleh pengajar (Iskandarwassid 2008: 180). Tes ini dilakukan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam membaca
pemahaman. Dengan diketahui hasil tes ini maka peneliti dapat merencanakan kegiatan
yang akan dilakukan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran. Selain itu tes
digunakan untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan
berupa tes kemampuan membaca pemahaman.
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai (yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu) Moloeng dalam Slamet dan Suwarto (2007: 34). Wawancara
dapat dilakukan untuk mengungkapkan pendapat siswa tentang pembelajaran. Dalam hal
ini wawancara dapat terjadi antara guru dan siswa, pengamat dan siswa, serta siswa dan
siswa. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada guru kelas V dan siswa kelas V
SD Negeri Beji untuk mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan dan
kemampuan membaca pemahaman sebelum pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC).
4. Metode Dokumentasi
Digunakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Dokumen merupakan
bahan tertulis atau film yang digunakan sebagai sumber data. Dokumentasi yang
digunakan dapat berupa nama responden penelitian dan dokumen lain yang diperlukan,
misalnya hasil pekerjaan siswa, daftar nilai, foto pembelajaran dan lain-lain.
E.Validitas Data
Di dalam suatu penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah
semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur
atau diteliti. Di dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakan triangulasi
data dan triangulasi metode.
Adapun yang dimaksud ketiga hal tersebut adalah:
1. Validitas isi adalah validitas yang berhubungan dengan kemampuan instrumen untuk
menggambarkan atau melukiskan secara tepat domain perilaku yang akan diukur.
Dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan membaca pemhaman siswa kelas
V SD Negeri Beji digunakan instrumen tes yang sesuai dengan materi membaca
pemahaman yang harus dikuasai siswa.
2. Trianggulasi data
Trianggulasi data atau yang sering disebut trianggulasi sumber adalah data atau
informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi
lain, baik dari segi koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Dalam
mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang
tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenaranya bila
digali dari beberapa sumber data yang berbeda (Slamet dan Suwarto 2007: 54).
Dalam penelitian ini dicapai dengan cara data hasil wawancara dengan siswa dan
guru kelas V SD Negeri SD Negeri Beji serta membandingkan data hasil evaluasi
kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V sebelum tindakan dengan data hasil
evaluasi kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V setelah dilakukan tindakan.
3. Trianggulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Dalam trianggulasi
metode ini yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode pengumpulan data
yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data
yang sama untuk menguji kemantapan informasinya (Slamet dan Suwarto 2008: 54).
Peneliti bisa menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi
kemudian dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan
hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data yang diperoleh dari yang diperoleh
lewat beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya
dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya. Dalam
penelitian ini dicapai dengan cara membandingkan data hasil observasi kegiatan
pembelajaran siswa kelas V SD Negeri Beji dengan data hasil wawancara dengan
siswa dan guru kelas V SD Negeri Beji serta membandingkan data hasil evaluasi
kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri Beji.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif interaktif. Tahapan yang terdapat pada analisis interaktif yaitu reduksi data,
sajian data dan penarikan kesimpulan. Adapun yang dimaksud dengan ketiga hal tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Reduksi data
Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Reduksi
data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan
pengabstraksian data mentah menjadi informan yang bermakna. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajmakan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengn cara sedemikian rupa
sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Sajian data
Setelah data direduksi langkah selanjutnya yaitu diadakan penyajian data.
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adnya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data adalah proses
penampilan data secara sederhana dalam bentuk paparan naratif, representatasi
tabular termasuk format matriks, representasi grafis, dan sebagainya.
3. Penyimpulan
Data-data dari hasil penelitian setelah direduksi, disajikan langkah terakhir
adalah kesimpulan. Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dan sajian data
yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan/ atau formula
yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas.
E. Indikator Kinerja
Rumusan kinerja penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan
membaca pemahaman siswa, yaitu memperoleh nilai minimal 60 (KKM). Penelitian
tindakan kelas ini berhasil jika 75% siswa mendapatkan nilai ≥ 60.
H. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk
siklus yang tercakup empat kegiatan, yaitu rencana, tindakan, observasi, evaluasi, dan
refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu
siklus ada 2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan 2 x 35 menit.
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan ini adalah:
1) Merencanakan pembelajaran CIRC yang akan diterapkan dalam pembelajaran.
2) Menyusun rencana pembelajaran untuk pembelajaran membaca pemahaman
3) Membuat media dan menentukan sumber belajar yang akan digunakan
4) Membuat format observasi dan penilaian yang akan digunakan
5) Menyusun tes yang akan diberikan kepada siswa
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Guru menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC yang telah
direncanakan pada pembelajaran membaca pemahaman. Dengan langkah-langkah
pembelajaranya sebagai berikut:
Kegiatan Awal
(a) Apersepsi berkaitan dengan materi yang akan dipelajari
Dari tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa nilai tertinggi dari hasil kemampuan
membaca pemahaman oleh siswa adalah 100 dan nilai terendah adalah 35. Kemudian
hasil perhitungan mean nilai rata-rata 77,76 dengan kategori nilai cukup.
fx
X = ∑
N
= 2339
30
= 77,76
Keterangan:
∑ f x = Jumlah skor seluruh siswa N = Jumlah siswa
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman pada Kompetensi Dasar Membaca Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus II.
No. Interval Frekuensi Prosentase
(%)
Kategori
1 31-40 1 3,33 Kurang sekali
2 41-50 1 3,33 Kurang
3 51-60 4 13,33 Hampir cukup
4 61-70 1 3,33 Cukup
5 71-80 7 23,33 Lebih dari cukup
6 81-90 9 30 Baik
7 91-100 7 23,33 Baik Sekali
Jumlah 30 100
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nilai Membaca Pemahaman
Jum
lah
Sis
wa
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-100
Gambar 7. Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa kelas V SD Negeri Beji Siklus II
Dari data interval nilai kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri Beji,
kualitas baik sekali sebanyak 7 siswa atau 23,33% kualitas baik sebanyak 9siswa atau
30%, kualitas lebih dari cukup 7 siswa atau 23,33% kualitas cukup sebanyak 1 siswa atau
3,33 %, kualitas hampir cukup sebanyak 4 siswa atau 13,33%, kualitas kurang sebanyak
1 siswa atau 3,33 %, dan kualitas kurang sekali sebanyak 1 siswa atau 3,33%.
Dari hasil kemampuan membaca pemahaman siklus I menunjukkan 1 siswa
mendapatkan nilai 35, 1 siswa mendapatkan nilai 45, 1 siswa mendapatkan nilai 53, 1
siswa mendapatkan nilai 55, 1 siswa mendapatkan nilai 58, 1 siswa mendapatkan nilai 65,
1 siswa mendapatkan nilai 68, 2 siswa mendapatkan nilai 74, 4 siswa mendapatkan nilai
76, 1 siswa mendapatkan nilai 79, 2 siswa mendapatkan nilai 82, 1 siswa mendapatkan
nilai 84, 2 siswa mendapatkan nilai 85, 1 siswa mendapatkan nilai 89, 2 siswa
mendapatkan nilai 92, 1 siswa mendapatkan nilai 93, 2 siswa mendapatkan nilai 94, 1
siswa mendapatkan nilai 95 dan 1 siswa mendapatkan nilai 100.
Berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan, peneliti dikatakan berhasil bila
prestasi belajar siswa secara individu menunjukkan sekurang-kurangnya 60 dan klasikal
menunjukkan 75%. Jadi kesimpulanya hasil penelitian siklus II sudah dapat dikatakan
berhasil, sebab jumlah siswa secara individu yang mendapatkan nilai sekurang-
kurangnya 60 sudah mencapai 75% dan secara klasikal nilai rata-rata siswa
dikategorikan lebih dari cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus II
adalah sebagai berikut:
n
r% = x 100%
N
24
= x 100%
30
= 80%
Keterangan:
n = Jumlah siswa yang mendapat nilai sekurang-kurangnya 60
N = Jumlah siswa
Berdasarkan perhitungan di atas, kelas V SD Negeri Beji sudah dapat dikatakan
tuntas karena 80% siswa telah mendapatkan nilai di atas ketuntasan, dan hanya 20%
siswa masih mendapatkan nilai di bawah ketuntasan yaitu kurang dari 60.
Untuk mengetahui perkembangan peningkatan kemampuan membaca
pemahaman dengan metode CIRC pada siswa kelas V dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Rekapitulasi nilai rata-rata membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Beji sebelum dan sesudah tindakan Siklus I-II
No Rata-rata sebelum tindakan
Rata-rata siklus I
Rata-rata siklus II
Keterangan
1 54,00 67,27 77,76 Meningkat
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata kemampuan membaca
pemahaman dengan model pembelajaran tipe CIRC mengalami peningkatan. Nilai rata-
rata sebelum tindakan hanya 54, nilai rata-rata pada siklus I adalah 67,27, dan nilai rata-
rata pada siklus II adalah 77,76.
Tabel 11. Prosentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari ≥ 60 sebelum dan sesudah tindakan siklus I-II
Jumlah siswa yang
memperoleh nilai ≥ 60 Prosentase No
Sebelum Siklus I
Siklus II
Sebelum Siklus I
Siklus II
Keterangan
1 16 20 24 53,33% 66,67% 80% Meningkat
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa prosentase siswa yang mendapatkan nilai
kurang dari 60,00 menurun dan prosentase siswa yang menapatkan nilai lebih dari 60,00
mengalami peningkatan. Prosentase jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih dari
60,00 adalah sebagai berikut: sebelum tindakan 53,33%, pada siklus pertama 66,67%,
dan pada siklus kedua 80%. Jika disajikan dalam bentuk grafik perbandingan nilai antara
Gambar 10. Grafik Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Pra Siklus, Siklus I, Siklus
II dan Siklus III
D. Temuan dan Hasil Tindakan
Data yang berhasil dikumpulkan dianalisis berdasarkan hasil temuan yang dikaji
sesuai dengn rumusan masalah yang selanjutnya dikaitkan dengan teori yang ada.
Proses analisis data ditujukan untuk menemukan suatu hasil atau hal apa saja
yang terjadi di lokasi penelitian, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan dari
penelitian tersebut yang pada akhirnya peneliti dapat mengambil pelajaran dan
memberikan masukan kepada pihak yang terkait di dalamnya.
1. Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Model Pembelajaran
Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)
a. Hasil Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah siswa lebih aktif dalam
memperhatikan penjelasan dari guru, siswa lebih aktif dalam mengerjakan tugas-tugas
dari guru, keberanian siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapat meningkat,
siswa mulai dapat mengembangkan keterampilan dalam melaksanakan diskusi,
kreativitas dan inisiatif siswa berkembang, dan siswa lebih aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran sehingga timbul kemauan untuk menerapkan hasil dan
pemahaman siswa terhadap materipun meningkat. Adapun hasilnya sebagai berikut:
Tabel. 16: Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas V SDN Beji Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Membaca Pemahaman
Jumlah Prosentase (%)
I II III I
II III
No
Kategori
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 Sangat
kurang 4 2 1 0 0 0 13,3 6,6 3,3 0 0 0
2 Kurang 6 5 4 4 3 3 20 16,6 13,3 13,3 10 10
3 Cukup 14 13 4 3 3 2 46,6 43,3 13,3 10 10 6,6
4 Baik 6 10 19 19 18 18 20 33,3 63,3 63,3 60 60
5 Sangat baik
0 0 2 4 5 7 0 0 6,6 13,3 16,6 23,3
Berdasarkan hasil olahan observasi dari pengamatan di atas dapat kita lihat
prosentase hasil aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca
pemahaman dengan menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC) secara individual dan kelompok, dari siklus I sampai
dengan siklus III mengalami peningkatan aktivitas yang cukup baik. Peningkatan
aktivitas ini mengakibatkan peningkatan hasil evaluasi belajar siswa sehingga
kemampuan membaca pemahaman mengalami peningkatan.
b. Hasil Evaluasi Belajar
Hasil evaluasi belajar mengalami peningkatan dibuktikan dengan adanya
peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan hasil yang disajikan dalam
bentuk rata-rata nilai dan ketuntasan belajar. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
1) Sebelum Tindakan
Rata-rata nilai adalah 54,00
Nilai lebih dari 60,00 adalah 16 siswa
Nilai kurang dari 60,00 adalah 14 siswa
2) Siklus I
Rata-rata nilai adalah 67,27
Nilai lebih dari 60,00 adalah 20 siswa
Nilai kurang dari 60,00 adalah 10 siswa
3) Siklus II
Rata-rata nilai adalah 77,67
Nilai lebih dari 60,00 adalah 24 siswa
Nilai kurang dari 60,00 adalah 6 siswa
4) Siklus III
Rata-rata nilai adalah 83,2
Nilai lebih dari 60,00 adalah 27 siswa
Nilai kurang dari 60,00 adalah 3 siswa
Dari hasil evaluasi yang dilaksanakan terbukti adanya peningkatan kemampuan
membaca pemahaman antara sebelum tindakan, siklus I, siklus II, dan siklus III terus
adanya peningkatan yang signifikan. Akan tetapi kenyataan di lapangan, pembelajaran
membaca pemahaman dengan model pembelajaran tipe CIRC mengalami beberpa
hambatan.
2. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading
Composition (CIRC) Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman.
Pelaksanaan membaca pemahaman dengan model pembelajaran tipe
Cooperative Intregated Reading Composition (CIRC) yang dilaksanakan di SD Negeri
Beji kecamatan Andong kabupaten Boyolali merupakan suatu pembelajaran dari
rangkaian kurikulum SD Negeri Beji yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam membaca pemahaman.
Adapun penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan pada
siklus I adalah sebagai berikut:
a. Guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok. Lima kelompok beranggotakan 4
siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa.
b. Setiap kelompok mendapatkan satu lembar teks cerita.
c. Guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan langkah kegiatan.
d. Setiap kelompok, ada satu siswa yang membacakan cerita untuk anggota
kelompoknya, sedangkan anggota kelompok yang lain menyimak.
e. Siswa dalam kelompok berdisiskusi tentang tugas yang diberikan yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan cerita.
f. Perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas
g. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang hasilnya paling baik.
Penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan pada siklus II
adalah sebagai berikut:
a. Guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok. Lima kelompok beranggotakan 4
siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa.
b. Setiap kelompok mendapatkan satu lembar teks cerita.
c. Guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan langkah kegiatan.
d. Setiap kelompok, siswa bergiliran membacakan cerita untuk anggota kelompoknya,
sedangkan anggota kelompok yang lain yang tidak membaca menyimak.
e. Siswa dalam kelompok berdiskusi tentang tugas yang diberikan yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan cerita.
f. Perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas.
g. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang hasilnya paling baik.
Penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan pada siklus III
adalah sebagai berikut:
a. Guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok. Lima kelompok beranggotakan 4
siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa. Pada siklus III ini anggota
kelompoknya berbeda dengan siklus I dan II.
b. Setiap kelompok mendapatkan dua lembar teks cerita.
c. Guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan langkah kegiatan.
d. Setiap kelompok, siswa berpasangan 2 atau 3 saling membacakan cerita untuk anggota
pasangannya, sedangkan anggota yang tidak membaca menyimak.
e. Siswa dalam kelompok pasangan berdisiskusi tentang tugas yang diberikan yaitu hal-
hal yang berkaitan dengan cerita.
f. Pasangan-pasangan dalam kelompok mendiskusikan hasil kerja dalam pasangan
mereka, sehingga diambil jawaban yang menurut mereka benar.
g. Perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas
h. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang hasilnya paling baik.
3. Hambatan-hambatan Dalam Penelitian
Hambatan-hambatan yang ditemui dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Siklus I
1) Ketika pembagian kelompok, siswa yang tidak terbiasa dengan pembelajaran
kelompok mengalami kesulitan dan memerlukan waktu untuk penyesuaian.
2) Sikap individual siswa dalam kelompok masih tinggi, sehingga berakibat kurangnya
kerjasama dalam kelompok.
3) Pada saat dibacakan cerita, siswa yang tidak membaca mayoritas tidak menyimak
tetapi malah ramai sendiri.
4) Teks yang terlalu panjang membuat siswa sedikit kesulitan memahami isi bacaan.
5) Kata-kata sukar atau yang asing bagi siswa membuat siswa keliru menafsirkan isi
bacaan.
b. Siklus II
1) Siswa merasa bosan dengan kelompok yang sama pada siklus I dan siklus II.
2) Pada saat dibacakan cerita, meskipun pembacaan sudah dilakukan secara bergiliran
masih ada siswa yang tidak siap saat tiba giliranya untuk membaca karena tidak
memperhatikan.
3) Perbendaharaan kata yang sedikit dan kata-kata yang belum dimengerti oleh siswa,
membuat siswa kesulitan memahami isi bacaan.
c. Siklus III
Untuk siklus ketiga ini dapat dikatakan sudah tidak ada hambatan dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC). Siswa sudah terbiasa dengan aktivitas belajar
kelompok sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
Adapun cara untuk mengatasi hambatan-hambatan selama proses pembelajaran
tersebut adalah:
a. Siklus I
1) Menjelaskan kepada siswa alasan pemilihan anggota kelompok.
2) Menjelaskan bahwa aktivitas dalam kelompok juga dinilai.
3) Pembacaan cerita dilakukan secara bergiliran dengan anggota kelompok yang lain.
4) Teks yang diberikan dipilih yang lebih pendek dan mudah dimengerti siswa.
5) Guru memberikan kesempatan siswa untuk menanyakan kata-kata yang masih
dianggap sukar dan menjelaskan arti kata tersebut kepada siswa.
b. Siklus II
1) Mengadakan pergantian kelompok dengan anggota yang berbeda dari kelompok
sebelumnya.
2) Pembacaan cerita dilakukan secara berpasangan dan bergiliran dalam satu
kelompok, sehingga siswa lebih memperhatikan. Selain itu siswa diminta
mengoreksi pembacaan cerita siswa yang lain.
3) Guru memberikan penjelasan mengenai kata-kata yang masih dianggap asing bagi
siswa.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus
tersebut di atas, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Dengan
menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition
(CIRC) dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD
Negeri Beji kecamatan Andong kabupaten Boyolali tahun ajaran 2009/2010. Hal ini
terbukti pada siklus I nilai rata-rata kelas 67,27, siklus II nilai rata-rata kelas meningkat
menjadi 77,76, dan siklus III nilai rata-rata kelas menjadi 83,2. Dengan demikian
penerapan metode pembelajaran tipe CIRC dapat dilaksanakan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran membaca di kelas V sehingga dapat meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman siswa.
Adapun langkah penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut: (1) guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok, 5 kelompok
beranggotakan 4 siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa, (2) setiap kelompok
mendapatkan teks cerita, (3) guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan
langkah kegiatan, (4) setiap kelompok ada satu siswa yang membacakan cerita untuk
anggota kelompoknya, sedangkan anggota kelompok yang lain menyimak dan
pembacaan teks ini dapat dilakukan secara bergiliran atau berpasangan, (6) siswa dalam
kelompok berdisskusi tentang tugas yang diberikan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
cerita, (7) perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas sedangkan
kelompok yang lain menanggapi, (8) guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang
hasilnya paling baik, dan (9) setelah selesai siswa mengerjakan evaluasi secara individu.
Hambatan-hambatan yang ditemui dalam penerapan model pembelajaran tipe
CIRC ini adalah sebagai berikut: (1) ketika pembagian kelompok, siswa yang tidak
terbiasa dengan pembelajaran kelompok mengalami kesulitan dan memerlukan waktu
untuk penyesuaian, (2) pada saat dibacakan cerita, siswa yang tidak membaca mayoritas
tidak menyimak tetapi malah ramai sendiri, (3) teks yang terlalu panjang membuat siswa
sedikit kesulitan memahami isi bacaan, (4) kata-kata sukar yang belum dimengerti siswa
membuat siswa sulit memahami isi bacaan, dan (5) siswa kurang memperhatikan pada
saat perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Cara untuk mengatasi hambatan atau kendala yang terjadi selama proses
pembelajaran melalui model pembelajaran tipe CIRC adalah sebagai berikut: (1)
membiasakan siswa untuk segera berkelompok dan memberikan penjelasan, (2)
pembacaan teks dilakukan bergiliran dan siswa diminta mengoreksi pembacaan teks yang
dilakukan siswa lain, (3) teks yang diberikan dipilih yang lebih pendek dan lebih mudah
dipahami siswa, (4) guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan memberikan
penjelasan mengenai kata-kata sukar yang belum dimengerti siswa, dan (5) menyuruh
siswa memberikan tanggapan dan memberikan pertanyaan terhadap presentasi yang
dilakukan temanya.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC) dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia
kompetensi dasar membaca. Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti model
pembelajaran tipe CIRC dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa.
Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian
sebagai berikut:
1. Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan model pembelajaran yang tepat
dengan model pembelajaran tipe CIRC untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman pada pelajaran bahasa Indonesa kompetensi membaca khususnya dan
pelajaran lain pada umumnya.
2. Mendorong siswa untuk memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapat dan
mengembangkan kreativitas serta inisiatifnya untuk menunjang proses
pembelajaran.
3. Menunjukkan pentingnya menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dan
inovatif, salah satunya adalah model pembelajaran tipe CIRC yang terbukti dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga terjalin hubungan yang
hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa saran
yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat mendukung
pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan
harapan.
2. Bagi Guru
a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan merancang
proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa menjadi lebih tertarik
dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan bermakna. Hal ini membuat
siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep pada
materi pelajaran.
b. Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated
Reading Composition (CIRC) pada mata pelajaran yang lain tidak hanya pada
pembelajaran membaca saja.
3. Bagi Siswa
Siswa harus lebih mengembangkan inisiatif, kreativitas, keaktifan, motivasi
belajar dan mengembangkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses
pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan prestasi belajar.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih
cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan
pembelajaran kooperatif tipe CIRC guna melengkapi kekurangan yang ada serta
sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan siswa yang belum
tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Supriyono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anita Lie. 2010. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-
ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Anton Sukarno. 2006. Pelayanan dan Model Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar. Surakarta: UNS Press
2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/ MI. Jakarta. Cuero, K.K. 2008. Venturing into Unknown Territory: Using Aesthetic Representation to
Understanding Reading Comprehension. International Journal of Education & the Arts. Volume 9 Number 1.
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). 1995.
http://www.ed.gov/pubs/EPTW/eptw4/eptw4c.html diakses 23 desember 2009 DP. Tampubolon. 2008. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien.
Bandung: Angkasa.
Farida Rahim. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hairuddin dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Direktorat Pendidikan Tinggi. Henry Guntur Tarigan. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa 1994. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa. I G A K Wardani & Kusmaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Remaja Rosdakarya. Pressley, Michael. 2000. Comprehension Instruction: What Makes Sense Now, What
Might Make Sense Soon. Kamil, Monsethal& Bar volume III. http: readingonline.org diakses tanggal 17 Januari 2010.
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahmat Widodo. 2009. Pembelajaran Membaca di SD. http://wyw1d.wordpress.com/. Diakses tanggal 22 Desember 2009.
Rochiati Wiriaatmadja. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan praktik. Terjemahan Nurlita. Bandung: Nusa Media.
2010. Effective Reading Programs for the Elementry Grades: A Best-Evidence Synthesis. Johns Hopkins University School of Education’s Center Siti Khuzaimatun. 2009. Peningkatan Membaca Pemahaman dengan Metode SQ3R
Siswa Kelas X SMA N 1 Sumberlawang. Skripsi: UNS Sonia Casal. Cooperative Learning in CLIL Contexts: Ways to improve Students,
Competences in the foreign Language Clasroom. (Sevilla-Spain Universidad Pablo de Olavide).
St. Y Slamet. 2008. Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Sekolah Dasar.
Surakarta: UNS Press. 2008. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press St. Y Slamet & Suwarto. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif.
Suarakarta: UNS Press.
Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13
Suwarto. 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis Permulaan
Dengan Metode Kooperatif Integrasi Membaca dan Komposisi (CIRC). Tesis : UNS.
Suyatmi. 1996. Membaca I. Surakarta: UNS. Girgin, Umit. 2006. Evaluation Of Turkish Hearing Impaired Students’ Reading
Comprehension With The Miscue Analysis Inventory. Journal Of Special Education. Vol 21 No.3
(http://endonusa.wordpress.com). Diakses tanggal 14 Desember 2010
http://ulyssesonline.com/. Pembelajaran Bahasa Indonesia. diakses tanggal 15 Desember
2009
http://one.indoskripsi.com/. Korelasi Antara Kebiasaan Membaca Dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kealas XI SMA Taman Islam Bogor. diakses 12 Desember 2009
http:/jiunkpe/s1/eman/2008/. Definisi Kemampuan. Diakses tanggal 16 Desember 2009