Top Banner

of 36

PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG PUTIH” PADA ANAK USIA DINI KELOMPOK B TK BAITUL MU’MIN – SURABAYA

Jul 08, 2018

Download

Documents

Novia Solichah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    1/93

    PENELITIAN KUANTITATIF

    PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA

    SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG PUTIH” PADA ANAK USIA DINI

    KELOMPOK B

    TK BAITUL MU’MIN – SURABAYA

    UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

    2015

    PM

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    2/93

    PENELITIAN KUANTITATIF

    PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA

    SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG PUTIH” PADA ANAK USIA DINI

    KELOMPOK B

    TK BAITUL MU’MIN - SURABAYA

    Oleh:

    1. Novia Solichah (B77212110)

    2. Siti Maisyaroh (B07212030)

    3. Siti Auliyatus Sholawati (B07212029)

    4. Fitri Yanuar Aini (B07212050)

    JURUSAN PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

    UIN SUNAN-AMPEL SURABAYA

    2015

    PM

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    3/93

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Emosi merupakan perasaan yang selalu menyertai perbuatan yang ditandai oleh

    perubahan-perubahan fisik manusia. Seperti gembira, cinta, marah, takut, cemas, malu,

    kecewa, dan benci. Setiap manusia dalam segala rentang usia, pada umumnya selalu

    menyertakan emosi dalam setiap tindakannya.

    Sering kali ketika manusia berbuat sesuatu kurang dapat mengendalikan

    emosinya, sehingga emosi negatiflah yang digunakan dalam menyelesaikan suatumasalah. Emosi negatif itu seperti : marah, benci, dendam, tempramen. Emosi negatif itu

    menyebabkan akibat yang buruk, seperti: perkelahian antar pelajar, bullying, kekerasan

    dalam rumah tangga, dan lain-lain.

    Akhir-akhir ini banyak pemberitaan tentang kenakalan pelajar karena

    ketidakmampuan mereka dalam mengendalikan emosi negatifnya. Seperti dilansir pada

    Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) oleh Davit Setyawan mengatakan

    bahwa tawuran pelajar memprihatinkan di dunia pendidikan. 1

    Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar.

    Bahkan bukan hanya antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-

    kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja.

    Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini sering

    terjadi. Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157

    kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan

    1Davit Setyawan. KPAI.com yang diakses tanggal 9 April 2015 jam 12:33.

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    4/93

    menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13

    pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15

    pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban

    tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat.

    Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat

    sekaligus.

    Selain emosi negatif yang banyak terjadi pada pelajar, para orang tua sering kali

    tidak bisa mengontrol emosi negatif yang ada pada dirinya. Hal ini sesuai dengan berita

    yang dilansir pada Komisi Nasional Perlindungan Anak 2

    oleh Samsul Ridwanmengatakan bahwa Merujuk data layanan pengaduan masyarakat melalui Hotline

    Service dalam bentuk pengaduan langsung, telephone, surat menyurat maupun elektronik,

    sepanjang tahun 2011 KomNas Anak menerima 2.386 kasus. Sama artinya bahwa setiap

    bulannya KomNas Anak menerima pengaduaan masyarakat kurang lebih 200 (dua ratus)

    pengaduan pelanggaran terhadap hak anak. Angka ini meningkat 98% jika dibanding

    dengan pengaduan masyarakat yang di terima Komisi Nasional Perlindungan Anak pada

    tahun 2010 yakni berjumlah 1.234 pengaduan. Dalam laporan pengaduan

    tersebut, pelanggaran terhadap hak anak ini tidak semata-mata pada tingkat kuantitas

    jumlah saja yang meningkat, namun terlihat semakin komplek dan beragamnya modus

    pelanggaran hak anak itu sendiri. Pengaduan hak asuh (khususnya perebutan anak pasca

    perceraian) misalnya, mendominasi pengaduan sepanjang tahun 2011 ini.

    Sepanjang tahun 2011 ini, kasus tawuran cukup banyak mendapat sorotan dan

    menjadi topik hangat ditengah-tengah masyrakat. Maraknya peristiwa kekerasan antar

    sesama anak sekolah merupakan fenomena sosial yang berkembang ditengah-tengah

    2Samsul Ridwan. KNPA.com yang diakses tanggal 9 April 2015 jam 12:35.

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    5/93

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    6/93

    anak akan memperlihatkan kasih sayang kepada orang tuanya, lancar berkomunikasi, dan

    mudah menerima stimulasi lingkungan untuk membentuk multitalentanya.

    "Stimulasi kecerdasan emosi pada masa 1.000 hari kehidupan awal anak tentu

    akan mempersiapkan landasan emosi anak yang lebih stabil pada masa mendatang.

    Dengan begitu, anak sudah terbiasa mempergunakan kecerdasan emosi itu," ujar Romi.

    Hal ini dikuatkan dengan pemberitaan di Indosiar.com yang menyatakan

    Kecerdasan Emosi Bekal Terpenting Anak. 4 indosiar.com - Kecerdasan emosi kini

    menjadi perhatian dan prioritas. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam

    mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil

    secara akademis. Selain itu, kecerdasan emosi juga sangat penting dalam hubungan pola

    asuh anak dengan orang tua. Hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of

    Missouri-St. Louis, yang diterbitkan dalam sebuah sebuah buletin, Character Educator,

    oleh Character Education Partnership, dijelaskan tentang keberhasilan kecerdasan emosi

    terhadap keberhasilan akademik.

    Kecerdasan emosi hendaknya diterapkan sejak dini, karena menurut pendapat

    Rosmalia Dewi (2005: 3) menyebutkan bahwa Masa usia dini sering disebut sebagai

    golden age (masa emas). Pada masa emas ini anak sedang dalam masa sangat mudah

    untuk mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri mereka.Masa setiap aspek

    pengembangan seperti sosial emosional, kognitif, bahasa, motorik halus, motorik kasar,

    dankreativitas yang ada dalam diri anak dapat berkembang dengan pesat.

    Perkembangan emosi anak hingga usia 6 tahun ialah anak dapat mengekspresikan

    reaksi terhadap orang lain, dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang

    4Indosiar.com yang diakses tanggal 9 April 2015 jam 12:35.

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    7/93

    tua, dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya

    anak usia TK/RA ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi,

    mengelompokkan objek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya

    perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat, dan berkembangnya

    pemahaman terhadap ruang dan waktu. 5

    Namun dalam kenyataan yang diperoleh peneliti, di TK Baitul Mu’min,

    perkembangan emosi siswa kelompok B masih belum sesuai dengan teori. Sebagian

    siswa masih belum mampu berpisah dengan orang tua, kira-kira ada 12 siswa. Sebagian

    lain masih belum mampu mengontrol emosinya, sering bertengkar dan mengejek antarteman. Bahkan ada yang sampai saling memukul sehingga keduanya terluka parah hingga

    di bawa rumah sakit. Para siswa masih belum mampu membedakan perbuatan yang benar

    dan yang salah.

    Kecerdasan emosi anak perlu ditingkatkan dan dikembangkan sejak dini. Banyak

    metode yang dapat di aplikasikan dalam pembelajaran di kurikulum TK, salah satu

    metode yang digunakan adalah metode simulasi. Metode simulasi merupakan salah satu

    metode mengajar yang cara penyajiannya menggunakan situasi tiruan yakni

    memperagakan proses terjadinya suatu cerita. Metode simulasi memiliki beberapa jenis,

    antara lain: sosiodrama, psikodrama, role playing, per teaching , dan simulasi game.

    Namun dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan teknik

    sosiodramadalam meningkatkan kecerdasan emosi anak, karena berdasarkan penelitian

    terdahulu teknik sosiodrama sangat efektif untuk meningkatkan keccerdasan emosi.

    5Trianto. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Kelas Awal SD/MI.

    Kencana. Jakarta : 2011. Hal 9

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    8/93

    Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah metode

    pembelajaran simulasi yang berupa sosiodrama dapat meningkatkan kecerdasan emosi

    anak, dan penelitian yang akan dilakukan ini berjudul “Peningkatan Kecerdasan Emosi

    Melalui Metode Simulasi Berupa Sosiodrama Bawang Merah Bawang Putih pada Anak

    Usia Dini Kelompok B TK Baitul Mu’min - Surabay a”.

    B. Rumusan Masalah

    Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar penelitian ini tidak terjadi

    kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan

    diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana Peningkatan Kecerdasan EmosiMelalui Metode Simulasi Berupa Sosiodrama Bawang Merah Bawang Putih pada Anak

    Usia Dini Kelompok

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peningkatan Kecerdasan

    Emosi Melalui Metode Simulasi Berupa Sosiodrama Bawang Merah Bawang Putih pada

    Anak Usia Dini Kelompok B.

    D. Manfaat Penelitian

    Dari tujuan diadakanannya penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka adapun

    manfaat penelitian, yaitu :

    a. Manfaat secara teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembelajaran, dalam rangka

    mengembangkan ilmu, khususnya PG-PAUD, Psikologi Perkembangan dan

    Psikologi Pendidikan.

    b. Manfaat secara praktis

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    9/93

    1. Penelitian ini juga menjadi masukan agar para guru dapat meningkatkan

    kecerdasan emosi anak melalui metode simulasi berupa sosiodrama.

    2. Bagi para orang tua, diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosi anak

    dengan mengajak si anak menggunakan metode simulasi berupa sosiodrama

    kepada anaknya sejak dini.

    3. Bagi para mahasiswa yang menempuh pendidikan guru PAUD, psikologi

    perkembangan, dan Psikologi pendidikan agar menjadi pengetahuan baru

    tentang metode simulasi berupa sosiodrama yang dapat meningkatkan

    kecerdasan emosi anak.E. Penelitian Terdahulu

    Penelitian ini membahas tentang peningkatan kecerdasan emosi melalui metode

    simulasi berupa sosiodrama bawang merah dan bawang putih pada anak usia dini

    kelompok B. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan memahami perasaan dan emosi,

    baik pada diri sendiri maupun orang lain. Metode simulasi dapat diartikan cara penyajian

    pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,

    prinsip, atau keterampilan tertentu. Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain

    peran untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan

    yang menyangkut hubungan antarmanusia.

    Kecerdasan emosi dapat ditingkatkan melalui metode simulasi berupa

    sosiodrama, ini dibuktikan dari beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

    Alfasnur (2013) berjudul “Upaya Meningkatkan Kecerdasan Emosional Melalui Metode

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    10/93

    Sosiodrama Pada Siswa Kelas VIII Smp Negeri 1 Sleman” mengatakan bahwa

    kecerdasan emosional dapat ditingkatkan melalui metode Sosiodrama. 6

    Selain itu, dalam penelitian Darmansyah (2007), terungkap bahwa siswa yang

    diberikan perlakuan pembelajaran dengan sisipan huor, ternyata kecerdasan

    emosionalnya lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar yang dilaksanakan secara

    normal. 7 Nurnaningsih (2011), hasil penelitian enunjukkan bahwa bimbingan kelompok

    efektif untuk meningkatkan kcerdasan emosional siswa. Program bimbingan kelompok

    ini direkomendasikan untuk dipertimbangkan sebagai salah satu kerangka kerja dalam

    pngembangan program bimbingan dan konseling unuk meningkatkan kecerdasanemosional siwa. 8

    Baskara dkk (2011), telah melakukan penelitian tentang pengaruh dari

    keikutsertaan individu dalam program meditasi terhadap kecerdasan emosi. 9Ada juga

    yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan Emosi dengan

    kemampuan coping adaptif, yang dibuktikan dalam penelitiannya Saptoto (2010), based

    on these minor hipotesis, it is concluded hat generally there is correlation between

    emotional intelligence and adaptive coping ability. 10

    Dari beberapa penelitian terhadulu tentang upaya meningkatkan kecerdasan emosi

    di atas, peneliti lebih tertarik dengan upaya meningkatkan kecerdasan emosional melalui

    metode sosiodrama. Karena menurut teori Albert Bandura telah dijelaskan bahwa anak

    6 Darmansyah. Trategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2012. Hlm.134

    7 Darmansyah. Trategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2012. Hlm.1348 Nurnaningsih. Bimbingan Kelompok untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa . Edisi khusu no.1, Agustus

    2011.9 Baskara dkk. Kecerdasan Emosi ditinjau dari keikutsertaan dalam program meditasi. Jurnal psikologi vol. 35, No.

    2,juni 2011. 101-11510 Saptoto. Hubungan kecerdasan emosi dengan kemampuan coping adapatif . Junal Psikologi. Volume 37, no. 1,

    Juni 2010: 13-22

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    11/93

    usia dini adalah masa meniru, sehingga pengoptimalan kognitif-emosional anak usia dini

    dapat dioptimalkan dengan metode sosiodrama.

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah dari segi

    subjek, penelitian kami menggunakan subjek yang berusia prasekolah 6-7, dan dari segi

    metodenya, meskipun penelitian ini menggunakan metode sosiodrama, namun drama

    yang akan ditirukan oleh subjek berbeda yakni drama “bawang merah bawang putih”, hal

    ini dipilih karena dari cerita ini, siswa akan mendapatkan nilai-nilai moral yang baik

    untuk meningkatkan kecerdasan moralnya.

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    12/93

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Definisi PAUD

    Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan

    kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian

    rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

    rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. 11

    Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini

    merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian

    anak. Usia dini merupakan usia ketika anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan

    yang pesat. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam

    sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia.

    Sejak dipublikasikannya hasil riset mutakhir dibidang neuroscience dan

    psikologi, fenomena Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan keniscayaan

    alasannya perkembangan otak pada anak usia dini (0-6 tahun) mengalami percepatan

    hingga 80% dari keseluruhan otak orang dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh

    potensi dan kecerdasan serta dassar-dasar perilaku seseorang telah mulai terbentuk pada

    usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut the golden age

    (usia emas). Atas dasar ini, disimpulkan bahwa untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak dini, yaitu melalui PAUD.

    Merujuk pada undang-undang nomer 20 tahun2003 tentang sistem Pendidikan

    Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan terdiri atas Pendidikan Anak Usia Dini,

    Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi, yang keseluruhannya

    merupakan kesatuan yang sistematik. Artinya, pendidikan harus dimulai dari usia dini yaitu

    pendidikan anak usia dini (PAUD). Dengan demikian, PAUD diselenggarakan sebelum

    jenjang pendidikan dasar. Dalam penjelasan selanjutnya, PAUD dapatdiselenggarakn

    melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan informal. PAUD pada jalur pendidikan

    formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), RaudhatulAthfal (RA) atau bentuk lain yang

    sederajat. PAUD pada jalur non formal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman

    Penitipan Anak(TPA) atau benuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan

    11 Novan Ardy Wiyani & Barnawi. FORMAT PAUD. (2012, Hal 100) Jogjakarta : AR-RUZ MEDIA. Hal 13

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    13/93

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    14/93

    1. Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2, yang menyatakan “setiap

    anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta

    berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.” 15

    2. UU NO.23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1tentang Perlindungan Anak.

    “Setiap anak berhak memperolleh pendidikan dan pe ngajaran dalam

    rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai

    dengan minat dan bakatnya.”

    3. UU NO.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1,

    pasal 1, butir 14, yang menyatakan:

    “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pemb inaan yang

    ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang

    dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

    kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.”

    b. Landasan Filosofis

    Pendidikan adalah suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya,

    melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang lebih

    baik. Standar manusia yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau

    negara, karena perbedaan pandangan filsafat yang menjadi keyakinannya.

    Perbedaan filsafat yang dianut oleh suatu bangsa akan membawa perbedaan

    dalam orientasi atau tujuan pendidikan. 16

    c. Landasan Keilmuan

    Landasan keilmuan yang mendasari Pendidikan Anak Usia Dini

    adalah penemuan para ahli tentang tumbuh-kembang anak. Pertumbuhan dan

    perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan

    struktur otak dan kecerdasan. Menurut Wittrock, sebagaimana diikuti Tim

    Pengembang Kurikiulum PAUD, ada perkembanga wilayah otak yang

    mengalami peningkatan pesat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit,

    15Novan Ardy Wiyani & Barnawi. FORMAT PAUD. (2012, Hal 9) Jogjakarta : AR-RUZ MEDIA.16 Ibid Hal 10

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    15/93

    kompleksitas hubungan sinepsis, dan pembagian sel saraf. Ketiga wilayah

    otak tersebut sangat penting untuk dikembangkan sejak usia dini.

    Hal yang sama juga dikemukakan oleh Jean Piaget (1972). Ia

    menyatakan “Anak belajar melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak

    seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Guru bisa

    menentukan anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat. Tetapi

    yang terpenting agar ana dapat memahami sesuatu, ia harus membangun

    pengertian itu sendiri, dan ia harus menemukannya sendiri.“ 17

    3. Tujuan

    Secara garis besar, tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan

    berbagai potensi sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapt menyesuaikan

    diri dengan lingkungannya.4. Prinsip-prinsip dalam Pendidikan Anak usia Dini (PAUD)

    Dalam melaksanakan pendidikan anak usia dini, terdapat prinsip-prinsip utama

    yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

    a. Mengutamakan kebutuhan anak

    b. Belajar melalui bermain atau bermain seraya belajar

    c. Lingkungan yang kondsif dan menantang

    d. Menggunakan pembelajaran terpadu dalam bermain

    e. Mengembangkan berbagai kecakapan atau ketrampilan hidup ( life skills )

    f. Menggunakan berbagai media atau permainan edukatif dan sumber belajar

    g. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang 18

    5. Standar kompetensi Anak Usia Dini

    Standar kompetensi anak usia dini terdiri atas, pengembangan aspek-

    aspek sebagai berikut.

    a. Moral dan nilai-nilai agama

    b. Sosial, emosional, dan kemandirian

    c. Bahasa

    d. Kognitif

    17 Ibid Hal 11

    18 Ibid Hal 13

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    16/93

    e. Fisik-Motorik

    f. Seni 19

    6. Urgensi pendidikan anak usia dini

    Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pemberian layanan pendidikan

    bagi anak sejak usia dini (0-6 tahun) masih sangat rendah. Hal itu disebabkan

    antara lain karena kurangnya sosialisasi kepada masyrakat tentang pentingnya

    pendidikan anak usia dini.

    Meskipun selama ini pemerintah dan masyarakat telah

    menyelenggarakan berbagai program layanan pendidikan bagi anak usia dini,

    namun kenyataannya hingga saat ini masih banyak anak usia dini yang belum

    memperoleh layanan pendidikan.

    Banyak anggapan sebelumnya yang mengatakan bahwa pendidikan yangtepat diberikan kepada anak adalah pada saat anak mulai masuk usia kematangan

    yang siap untuk bersekolah yaitu antara 5-7 tahun. Sedangkan, yang sebenarnya

    adalah bahwa pendidikan bisa dimulai dari usia 0-6 tahun.

    Dengan demikian, urgensi pendidikan anak usia dini adalah untuk

    mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan

    kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial, dan emosional.

    Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat

    kuat antara perkembangan yang dialami anak pada usia dini dan keberhasilan

    mereka dalam kehidupan selanjutnya. 20

    II. Pembentukan Karakter Anak Usia Dini

    a. Karakter sebagai esensi pendidikan anak usia dini

    Ada empat pilar yang menopang pembangunan bangsa, antara lain pilar

    ekonomi, pilar politik, pilar kesehatan, dan pilar kesehatan. Dari keempat pilar

    tersebut, pendidikan merupakan pilar yang paling utama di antara tiga pilar

    19 Ibid Hal 1320Novan Ardy Wiyani & Barnawi. FORMAT PAUD. (2012, Hal 100) Jogjakarta : AR-RUZ MEDIA. Hal 77

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    17/93

    lainnya. Kuatnya pilar pendidikan akan menguatkan pilar ekonomi, pilar politik,

    dan pilar kesehatan.

    Dalam konteks kenegaraan, penyelenggaraan pendidikan secara yuridis

    formal di atur dalm Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 2004. Dalam

    Undang-undang tersebut, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana

    untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

    secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

    keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

    keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

    Dengan demikian, pendidikan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia

    merupakan upaya untuk membangun bangsa yang cerdas secara fisik, intelektual,

    emosional, dan spiritual. Hal ini selaras dengan pendapat Muhammad Roqib yang

    menyatakan bahwa pendidikan sebagai upaya sadar dan terencana terkait dengan

    gerak dinamis, positif,dan kontinu setiap individu menuju idealitas kehidupan

    manusia agar mendapatkan milai terpuji. Aktivitas individu tersebut meliputi

    pengembangan kecerdasan pikir (rasio, kognitif), dzikir (afektif, rasa, hati,

    spiritual), dan keterampilan fisik (psikomotorik).

    Sementara itu, dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003

    disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

    dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka

    mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

    didik agar menjadi manusia yang berimna, dan bertakwa kepada Tuhan Yang

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    18/93

    Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

    warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

    Dari deskripsi tentang fungsi dan tujuan pendidikan di atas, maka dapat

    kita simpulkan bahwa dalam pendidikan terdapat proses transformasi pengetahuan

    dan transformasi nilai. Transformasi pengetahuan akan menghasilkan peserta

    didik yang cerdas secara intelektual, sedangkan transformasi nilai menghasilkan

    peserta didik yang berkarakter. Dalam perjalannnya, terjadi perdebatan antarpakar

    pendidikan tentang mana yang lebih utama, menghasilkan anak yang pintar atau

    menghasilkan anak yang berkarakter?.

    Disadari ataupun tidak, bangsa Indonesia sedang menuai akibat dari

    dilakukannya praktik pendidikan yang mengabaikan aspek afektif (karakter).

    Maka, kini dekadensi moral menimpa bangsa kita. Data hasil survei mengenai

    seks bebas di kalangan remaja Indonesia menunjukkan 63% remaja Indonesia

    telah melakukan seks bebas. Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian Gangguan

    Sosial DKI Jakarta, pelajar SD, SMP, SMA, yang terlibat tawuran mencapai 0,08

    persen atau sekitar 1.318 persen peserta didik dari total 1.647.835 peserta didik di

    DKI Jakarta, bahkan akibat dari tawuran tersebut, 26 peserta didik meninggal

    dunia.

    Untuk mengatasi problematika di atas, pendidikan di Indonesia harusdiarahkan pada pembentukan karakter. Bung Karno, Bapak pendiri bangsa

    menegaskan bahwa “Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan

    pembentukan karakter karena pembentukan karakter inilah yang akan membuat

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    19/93

    Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju, dan jaya serta bermartabat. Jika

    pembentukan karakter tidak dilakukan, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa

    kuli. 21

    Yahya Khan mengartikan karakter dengan sikap pribadi yang stabil dari

    hasil konsolidasi secara progresif dan dinamis yang mengintregasikan antara

    pernyataan dan tindakan. Sementara menurut penulis, karakter adalah cara brpikir

    dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja

    sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

    Pendidikan karakter sendiri merupakan usaha untuk mendidik anak agar

    mereka dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam

    kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif

    kepada lingkungannya. Dalam pendidikan karakter, ada tiga gagasan penting,

    yaitu proses tranformasi nilai-nilai, ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan

    menjadi satu dalam perilaku.

    Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan

    dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter anak

    didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan

    anak didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan

    pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasikan serta mempersonalisasi

    nilai-nilai karakter yang terwujud dalam perilaku sehari-hari.

    21 Wiyani, Novan Ardy. Bina Karakter Anak Usia Dini . Ar-Ruzz Media. Yogyakarta : 2013.

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    20/93

    Dari deskripsi di atas, pendidikan karakter dapat dilaksanakan dalam

    lingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, pendidikan

    karakter dapat dilaksanakan sedini mungkin, bukan hanya dimulai ketika anak

    belajar di SD, SMP, dan SMA saja, melainkan pula sudah dilaksanakan sejak

    anak belajar pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini atau yang sering kita kenal

    dengan akronim PAUD. Ada dua tujuan diselenggarakannya PAUD, sebagai

    berikut :

    1. Membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan

    berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki

    kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi

    kehidupan di masa dewasa.

    2. Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik di

    sekolah).

    PAUD menyelenggarakan pendidikan yang menitikberatkan pada

    peletakan dasar ke beberapa arah berikut ini.

    1. Pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar).

    2. Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan

    spiritual).

    3. Sosioemosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi yang

    disesuaikan dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan anak usia dini.

    B. The Golden Ages

    Salah satu periode yang menjadi cirri masa usia dini adalah The Golden Ages atau

    periode keemasan. Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan

    periode keemasan pada masa usia dini ketika semua potensi anak berkembang paling cepat.

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    21/93

    Beberapa konsep yang disandingkan untuk masa anak usia dini adalah masa eksplorasi,

    masa identifikasi/imitasi, masa peka,masa bermain,dan masa trozt alter 1 (masa

    membangkang tahap 1). 22

    Periode emas adalah masa dimana otak anak mengalami perkembangan paling

    cepat sepanjang sejarah kehidupannya. Periode ini hanya berlangsung pada saat anak

    dalam kandungan hingga usia dini, yaitu 0-6 tahun. Namun, masa bayi dalam kandungan

    hingga lahir, sampai usia 4 (empat) tahun adalah masa-masa yang paing menentukan.

    Periode ini pula yang disebut-sebut sebagai epriode emas atau yang lebih dikenal sebagai

    The Golden Ages .

    Mengapa periode itu disebut sebagai masa keemasan?Sebab, pada masa itu otak

    anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.Dan, otak

    merupakan kunci utama bagi pembentukan kecerdasan anak. Setelah lahir hingga usia 2tahun, sel-sel saraf pada bayi yang belum matang dan jaringan urat saraf yang masih lemah

    terus tumbuh dengan cepat dan dramatis mencapai kematangan seiring dengan

    pertumbuhan fisiknya. Pada saat lahir, berat otak bayi seperdelapan dari berat totalnya atau

    sekitar 25% dari berat otak dewasanya.Pada ulang tahun ke dua, otak bayi sudah mencapai

    kira-kira 75% dari otak dewasanya. Sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi

    ketika usia 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berusia 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi

    100% ketika anak berusia 8 sampai 18 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel otak tersebut

    membutuhkan berbagai situasi pendidikan yang mendukung, baik dalam situasi pendidikan

    keluarga, masyarakat, maupun sekolah.

    Para ahli sepakat bahwa periode keemasan tersebut hanya berlangsung 1 kali

    sepanjang rentang kehidupan manusia. 23

    Oleh karena itu, kunci pembentukan kecerdasan otak anak adalah pada usia dini

    atau periode emas ini. Berkaitan dengan periode emas sebagai kunci pembentukan

    kecerdasan anak tersebut, Deborah Stipek menyatakan bahwa anak usia dini menaruh

    harapan yang tinggi untuk berhasil dalam mempelajari segala hal, meskipun dalam

    praktiknya selalu buruk. Artinya, pada usia ini, anak dapat dididik untuk melalukan apa

    22Novan Ardy Wiyani & Barnawi. FORMAT PAUD. (2012, Hal 100) Jogjakarta : AR-RUZ MEDIA. Hal 3323 Ibid Hal 34

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    22/93

    saja (segala hal) dan mereka mempunyai kepercayaan diri yang tinggi untuk berhasil,

    meskipun dalam praktiknya sangat buruk bahkan terkesan mustahil. 24

    C. Perkembangan Kognitif

    I. Definisi Kognitif

    Manusia adalah makhluk Tuhan yang telah diciptakan secara sempurna dan

    istimewa, serta dikaruniai akal dan pikiran. Melalui akal dan pikiranlah manusia dapat

    hidup dan bersosialisasi dengan sesama serta makhluk lainnya. Kemampuan kognitif

    ini berisikan akal dan pikiran manusia yang harus dikembangkan bersamaan dengan

    kemampuan lainnya (bahasa,sosial – emosional,moral dan agama).Pamela Minet

    mendefinisikan bahwa perkembangan intelektual adalah sama dengan perkembangan

    mental, sedangkan perkembangan kognitif adalah perkembangan pikiran. Pikiranadalah bagian dari proses berpikir otak.

    Memahami psikologi perkembangan kognitif pada anak usia dini tidak bisa

    dilepaskan dari tokoh psikologi terkemuka yang telah mencurahkan tenaga dan

    pikirannya guna mengkaji hal ini. Tokoh ini adalah Jean Piaget (1896-1980).Salah satu

    teori Piaget menyatakan bahwa pengetahuan dibangun melalui kegiatan atau aktivitas

    pembelajaran.Piaget menolak paham lama yang menyatakan bahwa kecerdasan adalah

    bawaan secara genetis.Ini terjadi pada setiap manusia, termasuk anak-anak.

    Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal didalam pusat penyusunan

    syaraf pada waktu manusia sedang berpikir ( Gagne,1967) . Kemampuan kognitif ini

    berkembang secara bertahap sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf

    yang berada dipusat susunan syaraf. Beberapa ahli psikologis yang berkecimpung

    dalam pendidikan mendefinisikan intelektual atau kognitif dengan berbagai

    peristilahan:

    1. Terman mendefinisikan bahwa kognitif adalah kemampuan untuk berpikir secara

    abstrak.

    2. Colvin mendefinisikan bahwa kognitif adalah kemampuan untuk menyesuaikan

    diri dengan lingkungan.

    24Ibid Hal 24

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    23/93

    3. Henman mendefinisikan bahwa kognitif adalah intelektual ditambah dengan

    pengetahuan.

    4. Hunt mendefinisikan bahwa kognitif adalah teknik untuk memproses informasi

    yang disediakan oleh indra.

    Sementara itu yang dimaksud dengan intelek adalah berpikir, sedangkan yang

    dimaksud dengan intelegensi adalah kemampuan kecerdasan.Gardner dalam

    Munandar (2000), mengemukakan bahwa pengertian intelegensi sebagai kemampuan

    untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu

    kebudayaan atau lebih. 25

    Dalam rangka mengoptimalkan potensi kognitif pada seseorang, kita dapat

    melihat dari Teori Kognitif Jan Piaget

    Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat komulatif, artinya perkembangan terdahulu akan menjadi dasar perkembangan selanjutnya. Dengan

    demikian apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan

    selanjutnya akan mengalami hambatan.

    Piaget membagi kognitif kedalam empat fase, yang diantaranya (Piaget,

    1972:49-91):

    1. Fase sensori motor (usia 0-2 tahun)

    Dua tahun pertama kehidupan seorang anak berinteraksi dengan dunia

    sekitarnya, terutama melalui aktifitas sensori( melihat, meraba, merasa, mencium

    dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik dan aktivitas yang

    berkaitan dengan sensori tersebut. Koordinasi aktivitas ini disebut dengan istilah

    sensori motor.

    Fase sensori motor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki

    anak sejak lahir. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini anak mulai

    membangun pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorik

    motorik. Seperti: menggenggam, menghisap, melihat, melempar dan secara

    perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan

    lingkungannya atau dapat dipisahkan dari lingkungan dimana benda itu berada.

    Anak pada masa ini juga mulai membangun pemahaman terhadap aspek-aspek

    25PLPG. Hal 1

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    24/93

    yang berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk dan ukuran, sebagai hasil

    pemahamannya terhadap aktivitas sensorimotor yang dilakukannya.

    Pada akhir anak usia 2tahun anak sudah menguasai pola-pola

    sensorimotor yang bersifat kompleks seperti bagaimana cara menapatkan benda

    yang diinginkannya ( menarik, mengggemnggam atau meminta), menggunakan

    suatu benda dengan tujuan yang berbeda. Dengan benda yang ada ditangannya, ia

    mampu melakukan apa yang diinginkannya. Kemampuan ini merupakan awal

    kemampuan berpikir simbolik, kemmapuan memikirkan suatu objek tanpa

    kehadiran objek tersebut secara empirik.

    2. Fase Praoperasional (2-7 tahun)

    Pada fase ini anak mulai menyadari bahwa pemahamannya terhadap

    benda-benda yang ada disekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui aktifitas sensorimotor akan tetapi dapat juga dilakukan melalui aktifitas yang bersifat

    simbolik . Kegiatan simbolik ini dapat berupa percakapan melalui telepon mainan

    atau berpura-pura menjadi bapak atu ibu dan kegiatan simbolik lainnya.Fase ini

    memberikan andil besar dalam kognitif anak. Fase ini aka sudah tidak berpiir

    secara operasinal yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan cara

    menginternalisasikan suatu aktivitas anak yang memungkinkan anak mengaitkan

    dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya.

    Fase ini merupakan permulaan bagi anak untuk membangun

    kemampuannya dalam menyusun pikirannya.Oleh karena itu cra berfikir ada pada

    saat fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional

    dapat dibagi kedalam tiga sub fase, antara lain;

    a. Sub fase fungsi simbolik

    Fase ini terjadi pada saat anak usia 2-4 tahun. Masa ini anak telah

    mempunyai kemampuan untuk menggambarkan suatu objen secara fisik tidak

    hadir.Kemampuan ini membuat anak dapat menggunakan balok-balok kecil

    untuk membangun rumah, menyusun puzzle, anak juga dapat menggambar

    manusia secara sederhana.

    b. Sub fase berpikir egosentris

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    25/93

    Fase ini terjadi pada saat anak usia 2-4 tahun, anak mulai berpikir

    secara egosentris ditandai ketidak mampuan anak untuk memahami perspektif

    atau cara berpikir orang lain. Benar atau tidak benar, bagi anak pada fase ini

    ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang disebut dengan istilah

    egosentris.

    c. Sub fase berpikir secara intuitif

    Fase ini terjadi pada anak usia 4-7 tahun, fase ini disebut fase

    berpikir secara intuisi karena pada saat ini anak kelihatannya mengerti dan

    memahami sesuatu, seperti menyusun balok menjadi rumah, akan tetapi pada

    hakikatnya ia tidak mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok-balok

    itu dapat disusun menjadi rumah. Dengan kata lain anak belum memiliki

    kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada dibalik suatukejadian. 26

    II. Teori Dasar Perkembangan Kognitif

    Pada rentang usia 3-4 sampai 5-6 tahun, anak mulai memasuki masa pra

    sekolah yang merupakan masa kesiapan untuk memasuki pendidikan formal yang

    sebenarnya di sekolah dasar. Menurut Montessori masa ini ditandai dengan masa peka

    terhadap segala stimulasi yang diterimanya melalui panca indera.Masa peka memiliki

    arti penting bagi perkembangan setiap anak. Itu artinya bahwa apabila orang tua

    mengetahui anaknya telah memasuki masa peka dan mereka segera member stimulasi

    yang tepat, maka akan mempercepat penguasaan terhadap tugas-tugas perkembangan

    pada usianya. 27

    Pieget berpendapat bahwa, anak pada rentang usia ini, masuk dalam

    perkembangan berpikir pra-operasional konkret.(Bryden&Vos, 2000). Hurlock (1999)

    menyatakan bahwa anak usia 3-5 tahun adalah masa permainan. Bermain dnegan

    benda atau alat permainan dimulai sejak usia satu tahun pertamadan akan mencapai

    puncaknya pada usia 5-6 tahun. Menurut Pieget, usia 5-6 tahun ini merupakan pra-

    operasional konkret. Pada tahap ini anak dapat memanipulasi objek symbol, termauk

    26PLPG. Hal 427Ahmad Susanto, PerkembanganAnakUsiaDini: PengantarDalamBerbagai Aspeknya, Jakarta:Kencana.2011. hal49)

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    26/93

    kata-kata yang merupakan karakteristik penting dalam tahapan ini.Hal ini dinyatakan

    dalam peniruan yang tertunda dan dalam imajinasi pura-pura dalam bermain.

    Menurut Montessori dalam Patmonodewo (2000), masa peka anak yang

    berada pada usia 3,5 tahun ditandai dengan suatu keadaan dimana potensi yang

    menunjukkan kepekaan (sensitif) untuk berkembang. Maka masa peka ini merupakan

    masa yang efektif bagi orang tua atau pendidik dalam memberikan pemahaman atau

    pembelajaran kepada anak melalui pemberian contoh-contoh konkrit atau berupa

    peragaan yang mendidik akan lebih efektif diterima oleh anak. Dalam kaitan itu,

    menurut Dewey dalam Soejono (1960), pendidik atau orang tua harus memberikan

    kesempatan pada setiap anak untuk dapat melakukan sesuatu, baik secara individual

    maupun kelompok sehingga anak akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan.

    Sekolah harus dijadikan laboratorium bekerja bagi anak-anak. 28 Memahami psikologi perkembangan kognitif pada anak usia dini tidak bisa

    dilepaskan dari tokoh psikologi terkemuka yang telah mencurahkan tenaga dan

    pikirannya guna mengkaji hal ini. Tokoh ini adalah Jean Piaget (1896-1980).Salah satu

    teori Piaget menyatakan bahwa pengetahuan dibangun melalui kegiatan atau aktivitas

    pembelajaran.Piaget menolak paham lama yang menyatakan bahwa kecerdasan adalah

    bawaan secara genetis.Ini terjadi pada setiap manusia, termasuk anak-anak.

    Khususnya ada anak usia dini, Piaget menyatakan bahwa pengetahuan dapat

    diperoleh melalui eksplorasi, manipulasi, dan konstruksi secara elaboratif. Lebih dari

    itu, Piaget juga menjelaskan bahwa karekterisasi aktivitas anak-anak juga berdasarkan

    pada tendensi-tendensi biologis yang terdapat pada semua organisme.Tendensi-

    tendensi tersebut mencakup tiga hal, yaitu asimilasi, akomodasi dan ekuilibrium. 29

    III. Teori Kognitif Sosial Bandur

    Teori kognitif sosial (social cognitive theory) menyatakan bahwa faktor

    sosial dan kognitif , dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam

    pembelajaran. Faktor mungkin kognitif mungkin berupa ekspektasi murid untuk

    28Ahmad Susanto, PerkembanganAnakUsiaDini: PengantarDalamBerbagai Aspeknya, Jakarta:Kencana.2011. hal50) 29Suyadi. PSIKOLOGI BELAJAR PAUD. (2010, Hal 79) jogjakarta : PT PUSTAKA INSAN MADANI

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    27/93

    meraih keberhasilan, faktor sosial mungkin mencakup pengamatan murid terhadap

    perilaku orang tuanya. 30

    Albert bandura (1986,1997,2000,2001)adalah salah satu arsitek utama teori

    kognitif sosial. Dia mengatakan bahwa ketika murid belajar, mereka dapat

    mempresentasikan atau mentransformasi pengalaman mereka secara kognitif. Ingat

    bahwa dalam pengkondisian operan,hubungan terjadi hanya antara pengalaman

    lingkungan dengan perilaku.

    Bandura mengembangkan model determinisme resiprokal yang terdiri dari

    tiga faktor utama: perilaku, person/kognitif, dan lingkungan. Seperti ditunjukkan

    dalam gambar 7.7, faktor-faktor ini bisa saling berinteraksi untuk memengaruhi

    pembelajaran: faktor lingkungan memengaruhi perilaku, dan sebagainya. Bandura

    menggunakan istilah person, tetapi kita memodifikasinya menjadi person (cognitive)

    karena banyak faktor orang yang dideskripsikannya adalah faktor kognitif. Faktor

    person bandura yang tak punya kecenderungan kognitif terutama adalah pembawaan

    personalitas dan temperamen. Ingat dalam Bab 4, ”variasi individual”, dikatakan

    bahwa faktor-faktor tersebut mungkin mencakup sikap introvert atau ekstravert, aktif

    atau inaktif(pasif), tenang atau cemas, dan ramah atau bermusuhan. Faktor kognitif

    mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi, pemikiran, dan kecerdasan.

    Perhatikan bagaimana model bandura dalam kasus perilaku akademik murid

    sekolah menengah yang kita sebut saja sebagai Nila.

    30 John W Santrock. Psikologi Pendidikan. Kencana. Jakarta : 2008. Hal 285.

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    28/93

    1. Kognisi memengaruhi perilaku. Nilamenyusun strategi kognitif untuk berpikir

    secara lebih mendalam dan logis tentang cara menyelesaikan suatu masalah.

    Strategi kognitif meningkatkan perilaku akademiknya.

    2. Perilaku memengaruhi kognisi. Proses (perilaku) belajar Nila membuatnya

    mendapat nilai baik, yang pada gilirannya menghasilkan ekspektasi positif tentang

    kemampuannya dan membuat dirinya percaya diri (kognisi).

    3. Lingkungan memengaruhi perilaku. Sekolah tempat Nila belajar baru-baru ini

    mengembangkan proram percontohan keterampilan-belajar untuk membantu murid

    belajar cara membuat catatan, mengelola waktu, dan mengerjakan ujian secara

    lebih efektif. Program keterampilan-belajar ini meningkatkan perilaku akademik

    Nila.

    4. Perilaku memengaruhi lingkungan. Program keteranpilan-belajar ini berhasil

    meningkatkan perilaku akademik banyak murid dikelas Nila. Perilaku akademik

    yang meningkat ini memicu sekolah untuk mengembangkan program itu sehingga

    semua murid di sekolah itu bisa turut serta.

    5. Kognisi memengaruhi lingkungan. Ekspektasi dan perencanaan dari kepala

    sekolah dan para guru memungkinkan program keterampilan-belajar itu terwujud.

    6. Lingkungan memengaruhi kognisi. Sekolah tersebut mendirikan pusat sumber

    daya di mana murid dan orang tua dapat mencari buku dan materi tentang

    peningkatan keterampilan belajar. Pusat sumber daya ini juga memberikan layanan

    tutoring keterampilan-belajar untuk murid. Nila dan orang tuanya memetik

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    29/93

    keuntungan dari tutoring dan pusat sumber daya ini. Layanan ini meningkatkan

    keterampilan berpikir Nila.

    Dalam model pembelajaran bandura, faktor person (kognitif) memainkan

    peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan bandura (1997, 2001) pada

    masa belakangan ini adalah self-efficacy, yakni keyakinan bahwa seseorang bisa

    menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif. Bandura mengatakan bahwa self-

    efficacy berpengaruh besar terhadap perilaku. Misalnya, seseorang murid yang self-

    efficacy-nya rendah mungkin tidak mau berusaha belajar untuk mengerjakan ujian

    karna dia tidak percaya bahwa belajar akan bisa membantunya mengerjakan soal. Kita

    akan membahas lebih banyak tentang self- efficacy ini dia Bab 13, “motivasi,

    pengajaran, dan pembelajaran”. 31

    IV. Perkembangan Intelegensi

    Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi

    ilmiah untuk mendeskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan

    intelektual.Dalam mengartikan intelegensi (kecerdasan) ini para ahli mempunyai

    pengertian yang beragam. 32

    Deskripsi perkambangan fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif dapat

    dikembangkan berdasarkan hasil laporan berbagai hasil studi pengukuran dengan

    menggunakan tes intelegensi sebagai alat ukurnya yang dilakukan secara longitudinal

    terhadap sekelompok subjek dari dan sampai ke tingkat usia tertentu secara test-retest ,

    yang alat ukurnyadisusun secara skuensial ( Standfort Revision Benet Test ).

    Dengan menggunakan hasil pengukuran tes intelegensi yang mencakup general( Information and Verbal Analogies, Jones and Conrad ) (Loree,1970: 78), telah

    mengembangkan sebuah kurva perkembangan intelegensi, yang dapat ditafsirkan

    antara lain:

    31 Ibid Hal 28632Ahmad Susanto, PerkembanganAnakUsiaDini: PengantarDalamBerbagai Aspeknya, Jakarta:Kencana.2011. hal33)

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    30/93

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    31/93

    V. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif

    1. Faktor hereditas / keturunan

    Teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh seorang ahli

    filsafat. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi

    tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan. Berdasarkan teorinya, taraf

    intelegensi anak sudah ditentukan sejak anak dilahirkan, sejak faktor lingkungan

    tak berarti pengaruhnya.

    Para ahli psikologi Loehlin, Lindzey dan Spuhler berpendapat bahwa

    taraf intelegensi 75-80% merupakan warisan atau faktor keturunan.Pembawaan

    ditentukan oleh ciri-ciri sejak lahir (batasan kesanggupan).

    2. Faktor Lingkungan

    Teori lingkungan atau emirisme dipelopori oleh John Locke.Dia berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau tabularasa.Menurut

    pendapatnya, perkembangan manusia sangatlah ditentukann oleh

    lingkungannya.Berdasarkan pendapat John Locke tersebut perkembangan taraf

    intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang

    diperolehnya dari lingkungan hidupnya.

    3. Kematangan

    Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika telah

    mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan

    berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).

    4. Pembentukan

    Pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang

    mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibendakan

    pembentukan sengaja (sekolah/formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh

    alam sekitar/informal), sehingga manusia berbuat intelegen karena untuk

    mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian hidup.

    5. Minat dan Bakat

    Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan

    dorongan bagi perbuatan itu.Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya

    untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Sedangkan bakat diartikan sebagai

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    32/93

    kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih

    agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya.

    Artinya, seseorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah dan

    cepat mempelajari hal tersebut.

    6. Kebebasan

    Kebebasan yaitu kebebasan manusia berpikir divergen (menyebar) yang

    berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam

    memecahkan masalah-masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai

    kebutuhannya.

    VI. Prinsip-prinsip perkembangan Kognitif

    Perkembangan kognitif anak pada hakikatnya merupakan hasil proses asimilasi

    (assimilation), akomodasi (accomodation), dan ekuilibrium (aqulibrim).1. Asimilasi dan Akomodasi

    Asimilasi berkaitan dengan proses penyerapan informasi baru kedalam

    informasi yang telah ada dalam skemata (struktur kognitif) anak. Akomodasi

    adalah proses menyatukan informasi baru dengan infromasi yang telah ada

    didalam skema sehingga perpaduan antara informasi tersebut dapat memperluas

    skemata anak. Sebagai contoh seorang anak yang pertama kali diberikan jeruk

    oleh Ibunya, ia tidak tahu kalau buah yang diberikan kepadanya itu bernama jeruk

    karena diberi tahu oleh Ibunya. Pada waktu itu anak telah mempunyai skemata

    tentang jeruk yaitu bentuknya bulat dan namanya.Setelah itu anak menggenggam

    jeruk dan menggigitnya. Pada saat bersamaan Ibunya mengatakan “ Sayang jeruk

    dikupas dulu baru dapat dimakan ” lalu ibunya memperlihatkan bagaimana

    mengupas jeruk dan memberikan jeruk yang sudah dikupas itu kepada anaknya.

    Pada fase ini terjadi proses asimilasi yaitu proses penyerapan informasi baru

    kedalam informasi yang telah ada dalam skemata anak, sehingga anak memahami

    bahwa jeruk harus dapat dikupas dan baru dapat dimakan. Pada tahap ini telah

    terjadi proses akomodasi karena pengetahuan anak tentang jeruk telah diperluas,

    yaitu jeruk kalau dimakan harus dikupas terlebih dahulu.

    2. Ekuilibrium

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    33/93

    Ekuilibrium berkaitan dengan usaha anak untuk mengatasi konflik yang

    terjadi pada dirinya pada waktu ia menghadapi suatu masalah. Untuk

    memecahkan masalah tersebut ian menyeimbangkan informasi yang baru yang

    berkiatan dengan masalah yang dihadapinya dengan informasi yang telah ada

    didalamskematanya secara dinamis. Sebagai contoh pada waktu anak diberi buah

    lain yang berkulit maka anak akan menyeimbangkan pengetahuannya tentang

    jeruk dengan cara-cara yang harus dilakukannya agar buah tersebut dapat

    dimakan. 34

    VII. Urgensi Perkembangan Kognitif

    Pada dasarnya perkembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu

    melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melaluli panca inderanya, sehingga

    dnegan pengetahuan yang didapatkannya tersebut anak akan dapat melangsungkanhidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk

    Tuhan yang harus memberdayakan apa yang ada di dunia untuk kepentingan dirinya

    dan orang lain. 35

    Adapun proses kognisi meliputi berbagai aspek, seperti persepsi, ingatan,

    pikiran, symbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Sehubungan dengan hal ini

    Pieget berpendapat, bahwa pentingnya guru mengembangkan kognitif pada anak,

    adalah:

    1. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang

    dilihat, didengar dan dirasakan, sehingga anak akan memiliki pemahaman yang

    utuh dan komprehensif;

    2. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan kejadian

    yang pernah dialaminya;

    3. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam rangka

    menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya;

    4. Agar anak mampu memahami symbol-simbol yang tersebar di dunia sekitarnya.

    5. Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi secara

    alamiah (spontan), maupun melalui proses ilmiah (percobaan);

    34PLPG. Hal 835Ahmad Susanto, PerkembanganAnakUsiaDini: PengantarDalamBerbagai Aspeknya, Jakarta:Kencana.2011. hal48)

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    34/93

    6. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya, sehingga pada

    akhirnya anak akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri.

    Menurut Sunaryo Kaartadinata, dalam jurnal ilmu pendidikan Pedagogia Vol.

    1 April 2003, menyebutkan bahwa, perkembangan otak, struktur otak anak tumbuh

    terus setelah lahir. Sejumlah riset menunjukkan bahwa pengalaman usia dini, imajinasi

    yang terjadi, bahasa yang didengar, buku yang ditunjukkan, akan turt membentuk

    jaringan otak.

    Dengan demikian, melalui pengembangan kognitif, fungsi pikir dapat

    digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan

    suatu masalah. 36

    VIII. Klasifikasi Pengembangan Kognitif

    Dengan pengetahuan pengembangan kognitif akan lebih mudah untuk orangdewasa lainnya dalam menstimulasi kemampuan kognitif anak, sehingga akan tercapai

    optimalisasi potensial pada masing-masing anak. Adapun tujuan pengembangan

    kognitif diarahkan pada pengembangan kemampuan auditory, visual, taktik, kinestetik,

    aritmetika, geometri, dan sains permulaan.(Susanto,Ahmad. Perkembangan Anak

    Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya, Jakarta:Kencana.2011.h 61) Salah

    satu uraian dari bidang pengembangan kemampuan yaitu Pengembangan Sains

    Pemulaan sebagai berikut: (Susanto,Ahmad, Perkembangan Anak Usia Dini:

    Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya, Jakarta:Kencana.2011. h 63)

    Kemampuan ini berhubungan dengan berbagai percobaan atau demonstrasi

    sebagai suatu pendekatan secara saintifik atua logis, tetapi tetap dengan

    mempertimabangkan tahapan berfikir anak. Adapun kemampuan yang dikembangkan,

    yaitu: a) mengeksplorasi berbagai benda yang ada disekitar; b) mengadakan berbagai

    percobaan sederhana; c) mengomunikasikanapa yang telah diamati dan diteliti. Contoh

    kegiatan yang dapat dikembangkan melalui permainan, sebagai berikut: proses

    merebus atau membakar jagung, membuat jus, warna dicampur, mengenal asal mula

    sesuatu, balon ditiup laluldilepas,benda kecil dilihat dengan kaca pembesar, besi

    berani didekatkan dengan macam-macam benda, biji ditanam, benda-benda

    36Ahmad Susanto, PerkembanganAnakUsiaDini: PengantarDalamBerbagai Aspeknya, Jakarta:Kencana.2011. hal48)

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    35/93

    dimasukkan ke dalam air, mengenal sebab akibat mengapa sakit gigi, dan mengapa

    lapar. 37

    D. Kecerdasan Emosi

    Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi

    diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan, dorongan hari, dan tidak

    melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak

    melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdo’a.

    Menurut shapiro, istilah kecerdasan emosio pertama kali dilontarkan pada tahun 1990

    oleh dua orang ahli, yaitu Peter Salovey dan John Mayer untuk menerangkan jenis-jenis

    kualitas emosi yang dimaksudkan antara lain : (1) empati, (2) mengungkapkan dan

    memahami perasaan, (3) mengendalikan amarah, (4) kemampuan kemandirian, (5)

    kemampuan menyesuaikan diri, (6) diskusi, (7) kemampuan memecahkan masalah

    antarpribadi, (8) ketekunan, (9) kesetiakawanan, (10) karamahan, dan (11) sikap hormat.

    Teori lain dikemukakan oleh Ruven Bar-On, sebagaimana dikutip oleh Steven J.

    Stein dan Howard E. Book, ia menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian

    kemampuan, kompetensi, dan kecakapan nonkognitif, yang memengaruhi kemampuan

    seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Selanjutnya, Steven J.

    Stein dan Howard E. Book menjelaskan pendapat Peter Salovey dan John Mayer, pencipta

    istilah kecerdasan emosional, bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk

    mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran,

    memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga

    membantu perkembangan emosi ddan intelektual.

    37 Ibid hlm 63

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    36/93

    Dengan kata lain, menurut Stein dan Book, EQ adalah serangkaian kecakapan yang

    memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang rumit, mencakup aspek pribadi, sosial,

    dan pertahanan diri seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang

    penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari. dalam bahasa sehari-hari, kecerdasan

    emosional biasanya kita sebut sebagai “ Street Smarts (pintar)”, atau kemampuan khusus

    yang kita sebut “akal sehat”, terkait dengan kemampuan membaca lingkungan politik dan

    sosial, dan menatanya kembali, kemampuan memahami dengan spontan apa yang diinginkan

    dan dibutuhkan orang lain, kelebihan dan kekurangan mereka, kemampuan untuk tidak

    terpengaruh tekanan, dan kemapuan untuk menjadi orang yang menyenangkan, yangkehadirannya didambakan orang lain.

    Ketrampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan keterampilan kognitif,

    orang-orang yang berprestasi tinggi memiliki keduanya. Makin kompleks pekerjaan, makin

    penting kecerdasan emosi . emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi

    bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan mampu menggunakan kemampuan

    kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum. Kemudian, Doug Lennick

    menegaskan, “ yang diperlukan untuk sukses dimulai dengan keterampilan intelektual, tetapi

    orang memerlukan kecakapan emosi untuk memanfaatkan potensi bakat mereka secara

    penuh. Penyebab kita mencapai potensi maksimum adalah ketidakterampilan emosi.

    Cooper dan sawaf menegaskan bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan-

    kecerdasan lain sebetulnya saling menyempurnakan dan saling melengkapi. Emosi menyulut

    kreativitas, kolaborasi, inisiatif dan transformasi, sedangkan penalaran logis berfungsi

    mengatasi dorongan yang keliru dan menyelaraskan tujuan dengan proses, teknologi dengan

    sentuhan manusiawi.

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    37/93

    Dengan demikian, seseorang yang memiliki IQ saja belum cukup, yang ideal adalah

    IQ yang dibarengi dengan EQ yang seimbang. Pemahaman ini didukung oleh pendapat

    Goleman yang dikutip oleh Patton, bahwa para ahli psikologi sepakat kalau IQ hanya

    mendukung sekitar 20 persen faktor yang menentukna keberhasilan. Sedangkan 80 persen

    sisanya berasal dari faktor lain. Termasuk kecerdasan emosional.

    Selanjutnya, Patton menyebutkan bahwa EQ mencakup semua sifat seperti : (1)

    kesadaran diri, (2) manajemen suasana hati, (3) motivasi diri, (4) mengendalikan impulsi

    (desakan hati), (5) keterampilan mengendalikan orang lain. Dengan demikian, jelaslah bahwa

    IQ bukan satu-satunya faktor yang dapat membuat seseorang berhasil, tetapi paduan EQ dan

    IQ dapat meraih keberhasilan di tempat kerja.

    Terdapat beberapa manfaat dari keselarasan IQ dan EQ, yaitu seseorang akan mampu

    : (1) bekerja lebih baik dari pekerja lainnya, (2) menjadi anggota kelompok yang lebih baik,

    (3) merasa percaya diri dan diberdayakan untuk mencapai tujuan, (4) mennagani masalah

    dengan lebih efektif, (5) memberikan pelayanan lebih baik, (6) berkomunikasi dengan lebih

    efektif, (7) memimpin dan mengelola pekerjaan dengan falsafah hati dan kepala, dan (8)

    menciptakan perusahaan (organisasi) yang memiliki integritas, nilai, dan standar perilaku

    yang tinggi.

    Patton berpendapat bahwa hubungan IQ dan EQ sebagai berikut. IQ adalah faktor

    genetik yang tidak dapat berubah yang dibawa sejak lahir. Sedangkan EQ tidak demikian,

    karena dapat disempurnakan dengan kesungguhan, pelatihan, pengetahuan, dan kemauan.

    Dasar untuk memperkuat EQ seseorang adalah dengan memahami diri sendiri.

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    38/93

    Kesadaran diri adalah bahan baku penting untuk menunjukkan kejelasan dan

    pemahaman tentang perilaku seseorang. Kesadaran diri juga menjadi titik tolak bagi

    perkembangan pribadi, dan pada titik inilah pengembangan EQ dapat dimulai. Saluran

    menuju pada kesadaran diri adalah rasa tanggung jawab dan keberanian. Faktor-faktor inilah

    yang sangat penting artinya pada saat mengahdapi berbagai aspek diri sendiri yang tidak

    menyenangkan. Pada saat ini pula diperlukan suatu jembatan, yakni EQ yang berfungsi untuk

    menjelaskan apa yang sewajarnya dilakukan. Semakin tinggi derajat EQ seseorang, semakin

    terampil ia melakukan mengetahui mana yang benar.

    Semakin tinggi kecerdasan emosional kita, semakin besar kemungkinan untuk sukses

    sebagai pekerja, orang tua, manajer, anak dewasa bagi orang tua kita, mitra bagi pasangan

    hidup kita, atau calon untuk suatu posisi jabatan.

    Penting untuk diketahui, bahwa kecerdasan emosi adalah dasar bagi lahirnya

    kecakapan emosi yang diperoleh dari hasil belajar, dan dapat menghasilkan kinerja menonjol

    dalam pekerjaan. Inti dari kecakapan emosi ini adalah dua kemampuan (1) empati, yang

    melibatkan kemampuan membaca perasaan orang lain, (2) keterampilan sosial, yang berarti

    mampu mengelola perasaan orang lain dengan baik.

    Mlengkapi pendapat tersebut, Patton mengingatkan bahwa keberhasilan antarpribadi

    yang berasal dari kecerdasan emosional akan menjadi salah satu keterampilan penting dalam

    hidup. Emosi menambah kedalaman dan kekayaan dalam kehidupan seseorang. Tanpa

    perasaan, tindakan seseorang akan lebih menyerupai komputer, berpikir namun tanpa gairah.

    Begitu pula dukungan bagi suatu proyek penting, dan bisa menyatu dengan emosi orang lain

    akan menjadi keterampilan yang penting ditempat kerja.

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    39/93

    Kecerdasan emosional bukanlah muncul dari pemikiran intelek yang jernih, tetapi

    dari pekerjaan hati manusia. Emotionnal Inteligensi (EI) bukanlah trik-trik tentang penjualan

    atau menata sebuah ruangan, dan bukan tentang memakai topeng kemunafikan atau ke

    psikologi untuk mengendalikan, mengeksploitasi, atau memanipulasi seseorang.

    Kecerdasan emosionalah yang memotivasi seseorang untuk mencari manfaat dan

    mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah apa yang dipikirkan

    menjadi apa yang dijalani. Kecerdasan emosional menuntut seseorang untuk belajar

    mengakui dan mengahargai perasan pada dirinya dan orang lain untuk menganggapi dengan

    tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi, emosi dalam kehidupan dan

    pekerjaan sehari-hari. Jadi , kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan,

    memahami, dan secara efekktif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagia sumber

    informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.

    Berkaitan denganpekerjaan, seseorang yang bekerja tentu saja penting memiliki

    pengetahuan teknis atau pengetahuan praktis dalam melukan tugas-tugasnya, namun

    demikian, faktor lingkungan dengan kenyataan di tempat kerja juga harus menjadi

    pertimbangan, terutama yang berkaitan dengan orang-orang yang ada di tempat kerja tersebut

    atau dengan siapa kita bekerja. Dalam hubungan ini, Patton mengemukakan adanya beberapa

    masalah umum yang mungkin dihadapi seseorang atau organisasi, yaitu (1) seseorang merasa

    tidak senang terhadap dirinya atau tempat kerjanya, (2) seseorang tidak bertanggung jawab

    secara pribadi atas apa yang ia kerjakan, (3) sesorang menjadi sakit karena merasa tidak

    mampu menyeseuaikan diri ditempat kerja, (4) seseorang merasa tertekan dan kurang

    berminat dalam pekerjaannya, (5) seseorang kehilangan gairah, semangat dan motivasi diri,

    (6) seseorang membuat suasana tidak menyenangkan bagi teman-teman karena perilakunya,

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    40/93

    (7) seseorang memberi umpan balik yang tidak efektif kepada orang lain, (8) seseorang

    merasa sukar membentuk kelompok yang sinergis, (9) orang-orang tidak merasa puas dengan

    pelayanan dan mencari yang lain, (10) keluarga menderita akibat tekanan pekerjaan,(11)

    munculnya masalah ketahanan dan moral karyawan, (12) kreativitas dan inovasi.

    Dengan demikian, kecerdasan emosi atau emotional Intelegensi merunjuk pada

    kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan

    memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengna baik pada diri sendiri dan

    dalam hubungan dengan orang lain.

    Selanjutnya, dijelaskan bahwa kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan

    yang berbeda tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan akademik (akademik Intelegensi),

    yaitu kemampuan-kemampuan kognitif murni yan di ukur dengan IQ dan EQ. Banyak orang

    yang cerdas dalam arti terpelajar, tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi. Sehingga, saat

    bekerja menjadi bawahan dari orang yang ber iQ lebih rendah, tetapi unggul dalam

    keterampilan kecerdasan emosi.

    kecerdasan akademis praktis tidak meawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak-

    atau kesempatan-yang ditimbulkan oleh kesulitan hidup. Sebaliknya, keterampilan emosional

    merupakan meta-ability, yang menentukan beberapa baik kita mampu menggunakan

    keterampilan-keterampilan lain manapun yang kita miliki, termasuk intelektual yang belum

    terasah. Kecerdasan emosional merupakan kecakapan utama, kemampuan yang secara

    mendalam memengaruhi semua kemampuan lainnya, baik memperlancar maupun

    menghambat kemampuan itu.

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    41/93

    Lebih lanjut, Goleman menjelaskan bahwa orang yang secara emosional cakap-yang

    mengetahui dan menangani perasaan mereka dengan baik, yang mampu membaca dan

    menghadapi perasaan orang lain dengan efektif-memiliki keuntungan dalam setiap bidang

    kehidupan,entah itu dalam hubungan asmara dan persahabatan atau dalam mnangkap aturan-

    aturan tidak tertulis yang menentukan keberhasilan dalam politik organisasi. Orang dengan

    keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia

    dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas

    mereka. Sementara, orang yang tidak dapat menghimpunkendali tertentu atas kehidupan

    emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untukmemusatkan perhatian pada pekerjaan pada pekerjaan dan memiliki pikiran yang jernih.

    Kecakapan emosi yang paling sering mengantar orang ke tingkat keberhasilan ini

    antara lain:

    1. Inisiatif, semangat juang, dan kemampuan menyesuaikan diri:

    2.

    Pengaruh, kemampuan memimpin tim, dan kesadaran politis:

    3. Empati, percaya diri, dan kemampuan mengembangkan orang lain.

    Sebaliknya, dua pembawaan yang paling lazim dijumpai pada mereka yang gagal adalah

    4. Bersikap kaku: mereka tidak mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam

    budaya perusahaan, atau mereka tidak mampu menerima atau menanggapi dengan baik

    umpan balik tentang sikap mereka yang perlu diubah atau diperbaiki. Mereka tidak

    mampu mendengarkan atau belajar dari kesalahan.

    5. Hubungan yang buruk: faktor yang paling sering disebut, seperti terlalu mudah

    melancarkan kritik pedas, tidak peka, atau terlalu menuntut sehingga mereka cenderung

    dikucilkan oleh rekan-rekan kerja.

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    42/93

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    43/93

    dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam

    kehidupan.

    3. Memotivasi diri sendiri. Termasuk dalam hal ini adalah kemampuan menata emosi

    sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk

    memotivasi diri sendiri, dan untuk berkreasi. Begitu juga dengan kendali diri emosional

    menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati merupakan landasan

    keberhasilan dalam berbagai bidang. Kmudian, mampu menyesuaikan diri dalam “flow”

    memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang

    memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa punyang mereka kerjakan.

    4. Mengenali emosi orang lain. Yaitu empati, kemampuan yang juga bergantung pada

    kesadaran diri emosional, yang merupakan “keterampilan bergaul “ dasar. Kemampuan

    berempati yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain ikut

    berperan dalam pergulatan dalam arena kehidupan. Menurut teori Titchener, emapati

    berasal dari semacam peniruan secara fisik atas beban orang lain, yang kemudian

    menimbulkan perasaan yang serupa dalam diri seseorang. Orang yang empatik lebih

    mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa

    yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.

    5. Membina hubungan. Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan

    mengelola orang lain. Dalam hal ini ketrampilan dan ketidakterampilan sosial, serta

    keterampilan-keterampilan tertentu yang berkaitan adalah termasuk di dalamnya. Ini

    merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan

    antarpribadi. Keterampilan sosial adalah unsur untuk menajamkan kemampuan

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    44/93

    antarpribadi, unsur pembentuk daya tarik, keberhasilan sosial, bahkan karisma. Orang-

    orang yang terampil dalam kecerdasan sosial dapat menjalin hubungan dengan orang

    lain dengan cukup lancar, peka membaca reaksi dan perasaan mereka, mampu

    memimpin dan mengorganisasi, dan pintar menangani perselisihan yang muncul dalam

    setiap kegiatan manusia. Mereka adalah pemimpin pemimpin alamiah, orang yang

    mampu menyuarakan perasaan kolektif serta merumuskannya dengan jelas sebagai

    penduan kelompok untuk meraih sasaran. Mereka adalah jenis orang yang disukai oleh

    sekitarnya karena secara emosional mereka menyenangkan, mereka membuat orang lain

    merasa tenteram. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apa pun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain, mereka

    adalah bintang-bintang pergaulan. 38

    I. Kecerdasan emosional pada anak

    Lawrence E. Shapiro memaparkan berbagai pemikirannya tentang bagaimana

    mengajarkan Emotional Inteligence pada anak. Berbagai penelitian para ahli

    menunjukkan bahwa kecerdasan emosional keterampilan sosial dan emosional yang

    membentuk “karakter” lebih penting bagi kebe rhasilan anak dibandingkan kecerdasan

    kognitif yang diukur melalui IQ. Tidak seperti IQ, kecerdasan emosional dapat

    diajarkan pada setiap tahap perkembangan anak. Lawrence E. Shapiro memberikan

    saran praktis yang dilaksanakan untuk mengajarkan kecerdasan emsional bagi anak

    terutama bagaimana (a) membina hubungan persahabatan, (b) bekerja dalam

    kelompok, (c) berbicara dan mendengarkan secara efektif, (d) mencapai prestasi lebih

    tinggi, (e) mengatasi masalah dengan teman yang nakal, (f) berempati pada sesama, (g)

    38 Hamzah B Uno. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta : November 2006. Hal 68.

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    45/93

    memecahkan masalah, (h) mengatasi konflik, (i) membnagkitkan rasa humor, (j)

    memotivasi diri apabila menghadapi rasa sulit, (k) menghadapi situasi sulit dengan

    percaya diri, (l) menjalin keakraban, dan (m) memanfaatkan komputr untuk

    meningkatkan keterampilan emosional.

    Kecerdasan emosional merupakan cara baru untuk membesarkan anak.

    Mempelajari perkembangan kepribadian anak, Inteligence Quotient (IQ) merupakan

    salah satu alat yang banyak digunakan untuk mengetahuinya. Namun, belakangan

    berkembang suatu alat yang disebut dengan Emotional Quotient (EQ) yang oleh para

    pakar dianggap sebagai salah satu alat yang baik untuk mengukur kecerdasanemosional anak. Menurut Lawrence, kecerdasan emosional anak dapat dilihat pada (a)

    keuletan, (b) optimisme, (c) motivasi diri, dan (d) antusiasme. Lebih lanjut Lawrence

    mengemukakan kecerdasan emosional (EQ) pengukurannya bukan didasarkan pada

    kepintaran seseorang anak, tetapi melalui suatu yang disebut dengan karakteristik

    pribadi atau “karakter”

    Berbagai penelitian menemukan ketrampilan sosial dan emosioanl akan

    semakin penting peranannya dalam kehidupan daripada kemampuan intelektual. Atau

    dengan kata lain, memiliki EQ tinggi mungkin lebih penting dalam pencapaian

    keberhasilan ketimbang IQ tinggi yang diukur berdasarkan uji standar terhadap

    kecerdasan kognitif verbal dan nonverbal.

    Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa keterampilan EQ yang sama

    dapat membuat anak atau siswa bersemangat tinggi dalam belajar, dan anak yang

    memiliki EQ yang tinggi disukai oleh teman-temannya di arena bermain, juga akan

    membantunya dua puluh tahun kemudian ketika sudah masuk ke dunia kerja atau ketika

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    46/93

    sudah berkeluarga. Para peneliti mempelajari pola Email yang dibuat oleh semua

    ilmuwan itu, dan menemukan bahwa ilmuwan-ilmuwan yang tidak disukai karena

    rendahnya keterampilan emosional dan sosialnya cenderung disisihkan oleh rekan-

    rekannya, sebagaimana halnya anak yang tidak bisa bekerja sama dalam permainan di

    arena bermain. Namun, arena bermain di Bell Labs adalah ruang mengobrol elektronik,

    yang selain digunakan untuk bergosip, juga sebagai tempat orang bertukar informasi

    profesional yang penting dan mencari pemecahan ketika proyek yang dihadapi sedang

    macet. Studi tersebut menyimpulkan bahwa isolasi sosial dapat dianggap sebagai salah

    satu penyebab rendahya EQ yang berakibat menurunnya prestasi kerja.

    E. Model Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini

    Berdasarkan teori perkembangan Piaget (dalam Trianto 2011), maka anak yang

    berada di TK/RA dan usia kelas awal SD/MI adalah anak yang berada pada rentangan usia

    dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat

    penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang

    dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal. 39

    Karakteristik perkembangan anak TK/RA biasanya pertumbuhan fisiknya mencapai

    kematangan, mereka mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka dapat

    melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat

    menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang

    pensil ataupun gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia TK/RA

    ialah mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai

    39 Trianto. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Kelas Awal SD/MI.Kencana. Jakarta : 2011. Hal 9

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    47/93

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    48/93

    anak dan kompetensi yang akan dicapai, interaksi dalam proses pembelajaran, alat/media,

    dan penilaian. 43

    I. Karakteristik perkembangan anak usia dini

    Karakter perkembangan anak pada masa prasekolah(TK/RA) dapat dilihat dari

    empat ciri khas, yaitu : (1) jasmani, (2) mental, (3) emosi, dan (4) sosial. Berikut akan

    dipaparkan ke empat karakter tersebut :

    1. Perkembangan jasmani (fisik dan motorik)

    Perkembangan fisik dan motorik mengikuti pola perkembangan yang sama,

    yaitu hukum cephalocaudal dan hukum proximodistal. Oleh karena itu,

    perkembangan fisik dan motorik anak dapat diramalkan, apakah normal ataukah

    mengalami hambatan.

    Perkembangan motorik pada kematangan otot dan syaraf. Oleh karena itu, anak

    akan sulit menunjukkan suatu keterampilan motorik tertentu bila yang

    bersangkutan belum mengalami kematangan.

    Terdapat berbagai cara anak belajar keterampilan motorik, yaitu trial and error,

    meniru, dan pelatihan yang memberikan hasil berbeda. Oleh karena itu, diperlukan

    perhatian yang besar terhadap metode/cara yang digunakan anak untuk belajar

    keterampilan motorik.

    2. Perkembangan kognitif

    Kemampuan kognitif yang memungkinkan pembentukan pengertian,

    perkembangan dalam 4 tahap, yaitu tahap sensori motor (0-24 bulan), tahap pra-

    operasional (24 bulan-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan tahap

    43 ibid Hal 10

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    49/93

    operasional normal (dimulai usia 11 tahun). Tahap-tahap ini merupakan pola

    perkembangan kognitif yang berkesinambungan, yang akan dilalui oleh semua

    orang. Oleh karena itu, perkembangan kognitif seseorang dapat diramalkan.

    Tahap pra-operasional merupakan tahap perkembangan kognitif anak usia pra-

    sekolah, yang berciri adanya penguasaan bahasa, kemampuan menggunakan

    simbol, meniru, sekalipun cara berpikirnya sangat egosentris, memusat, dan tidak

    bisa dibalik.

    3. Perkembangan berbicara

    Bicara merupakan keterampilan mental motorik. Bicara tidak hanya melibatkankoordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai

    aspek mental yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan.

    Jadi, sebelum anak cukup dapat mengendalikan mekanisme otot syaraf untuk

    menimbulkan bunyi yang jelas, berbeda, dan terkendali, ungkapan suara hanya

    merupakan bunyi artikulasi. Lebih lanjut, sebelum mereka mampu mengaitkan arti

    dengan bunyi yang terkendali itu, pembicaraan mereka hanya “mambeo” karena

    kekurangan unsur mental dari makna yang dimaksud.

    Isi bicara diklasifikasikan dalam dua golongan besar, yaitu bicara yang

    berpusat pada diri sendiri (egosentris) dan bicara yang berpusat pada orang lain

    (sosialisasi). Pada awal masa kanak-kanak isi bicara banyak berpusat pada diri

    sendiri.

    4. Perkembangan emosi

    Setiap orang mengikuti pola perkembangan emosi yang sama, sekalipun dalam

    variasi yang berbeda. Variasi tersebut meliputi segi frekuensi, intensitas, dan

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    50/93

    jangka waktu dari berbagai macam emosi, serta usia pemunculannya yang

    disebabkan oleh beberapa kondisi yang memengaruhi perkembangan emosi. Oleh

    karena itu, emosi anak kecil tampak berbeda dari emosi anak yang lebih tua atau

    orang dewasa.

    Faktor kematangan dalam belajar memiliki peran penting dalam perkembangan

    emosi, akan tetapi faktor belajar mengajar merupakan faktor yang dapat

    dikendalikan. Dengan demikian pengendalian pola belajar adalah positif dan

    merupakan tindakan preventif.

    Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi adalah trial and error,meniru, pengondisian, dan pelatihan. Metode belajar yang digunakan anak dapat

    memengaruhi perkembangan emosinya, termasuk penyesuaian pribadi dan

    sosialnya. Oleh karena itu, sering dikatakan awal masa kanak-kanak merupakan

    periode kritis bagi perkembangan emosi anak.

    Ciri khas emosi anak adalah emosinya kuat, emosi sering kali tampak,

    emosinya bersifat sementara labil, dan emosi dapat diketahui melalui perilaku

    anak.

    5. Perkembangan sosial

    Perkembangan sosial mengikuti suatu pola, yaitu suatu urutan perilaku sosial.

    Pola ini sama pada semua anak di dalam suatu kelompok budaya. Maka, ada pola

    sikap anak tentang minat terhadap aktifitas sosial dan pilihan teman. Oleh karena

    itu, memungkinkan untuk meramalkan perilaku sosial yang normal pada usia

    tertentu. Juga memungkinkan perencanaan jadwal waktu pendidikan sikap dan

    keterampilan sosial.

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    51/93

    Masa prasekolah disebut juga usia pra gang, karena pada saat ini anak belajar

    menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya dan mengembangkan pola

    perilaku yang sesuai dengan harapan sosial. Oleh karena itu, salah satu keuntungan

    pendidikan prasekolah yaitu dapat memberikan pengalaman sosial dibawah

    bimbingan guru yang terlatih, yang membantu mengembangkan hubungan sosial

    yang menyenangkan.

    Masa prasekolah anak berada pada tingkatan pertama yang disebut dengan

    “moralitas prakonvensional”. Dalam hal ini, anak berorientasi pada kepatuh an dan

    hukuman. Moralitas suatu tindakan dinilai atas dasar akibat fisiknya. anak hanyamengetahui bahwa aturan-aturan di tentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak

    dapat diganggu gugat. Selanjutnya anak masih mendasarkan di luar individu,

    namun sudah memerhatikan alasan perbuatannya. Oleh karena itu, kondisi moral

    anak yang seperti ini memungkinkan para pendidik dapat menerapkan perilaku

    disiplin pada anak usia prasekolah sebagai upaya membimbing anak untuk

    mengetahui perilaku mana yang baik dan mana yang buruk, serta mendorongnya

    untuk berperilaku sesuai dengan standar-standar ini.

    Perilaku moral merupakan perilaku yang dipelajari. Dalam memperajari

    perilaku moral, terdapat empat pokok utama yaitu (a) mempalajari apa yang

    diharapkan oleh kelompok sosial terhadap anggotanya sebagaimana di cantumkan

    dalam hukum, kebiasaan, dan peraturan; (b) mengembangkan hati nurani; (c)

    belajar mengalami perasaan malu dan bersalah bila perilakunya tidak sesuai

    dengan harapan kelompok. Oleh karena itu, diperlukan adanya kesempatan untuk

  • 8/19/2019 PENINGKATAN KECERDASAN EMOSI MELALUI METODE SIMULASI BERUPA SOSIODRAMA “BAWANG MERAH BAWANG P…

    52/93

    interaksi sosial pada anak agar dapat belajar tentang apa saja yang diharapkan oleh

    kelompoknya.

    II. Pembelajaran Observasional

    Pembelajaran observasional, juga dinamakan imitasi atau modeling, adalah

    pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku