Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 161 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL NUMBEREDS HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI GERAK TUMBUHAN DI KELAS VIII SMP SEI PUTIH KAMPAR **Jumiati **Martala Sari *Dian Akmalia **Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan- Universitas Lancang Kuning *Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan- Universitas Lancang Kuning analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah t-Test jika data normal dan homogen Abstract: The purpose of this study was to improved students’ learning outcome at grade VIII of SMP Sei Putih in plant material movement, the research had been conducted from January to February 2011. The data analysis technique used in this study can be a t-test if the data was normal and homogeneous and Mann-Whitney U test if the data was not normal or not homogeneous. The research methodology used was pretest-posttest quasi-experimental Control Group Design. The samples of this research of students’ at grade VIIIA and VIIIB by using saturated sampling technique. The mean pretest the experimental class was 32.84, while the control class was 31.73. After learning using in NHT model in experimental class the mean obtained in posttest was 67.78 while the control class was 60.37. The improved of learning outcomes can be seen from the mean of N -Gain in experimental class was 0.53 in middle category and the control class was 0.42 in middle category. In control class and experiment class had different learning result significantly. So it can be concluded that this model can increased students’ learning outcome in the eighth grade of junior high school of Sei Putih Kampar in Academic Year 2010-2011. Keywords: Model NHT, Learning Outcomes, Plant Material Movement Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Sei Putih Kampar pada materi gerak tumbuhan, dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2011. Teknik dan apabila data tidak normal atau tidak homogen maka digunakan U Mann-Whitney test . Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen Pretest- Posttest Control Group Design. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIIA dan kelas VIIIB dengan teknik sampling jenuh. Rerata pretest pada kelas eksperimen adalah 32,84 sedangkan pada kelas kontrol 31,73. Setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT pada kelas eksperimen diperoleh rerata posttest 67,78 sedangkan pada kelas kontrol 60,37. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari rerata N-Gain pada kelas eksperimen 0.53 kategori sedang dan pada kelas kontrol 0.42 kategori sedang. Pada kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki hasil belajar yang berbeda signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa model ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Sei Putih Kampar Tahun Ajaran 2010-2011.
25
Embed
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN · PDF filemelaksanakan proses belajar mengajar ... untuk meningkatkan kinerja belajar siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik siswa di
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
161
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL NUMBEREDS HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI
GERAK TUMBUHAN DI KELAS VIII SMP SEI PUTIH KAMPAR
**Jumiati
**Martala Sari
*Dian Akmalia
**Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan- Universitas Lancang Kuning
*Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan- Universitas Lancang Kuning
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah t-Test jika data normal dan homogen
Abstract: The purpose of this study was to improved students’ learning outcome at grade VIII of
SMP Sei Putih in plant material movement, the research had been conducted from January to
February 2011. The data analysis technique used in this study can be a t-test if the data was
normal and homogeneous and Mann-Whitney U test if the data was not normal or not
homogeneous. The research methodology used was pretest-posttest quasi-experimental Control
Group Design. The samples of this research of students’ at grade VIIIA and VIIIB by using
saturated sampling technique. The mean pretest the experimental class was 32.84, while the
control class was 31.73. After learning using in NHT model in experimental class the mean
obtained in posttest was 67.78 while the control class was 60.37. The improved of learning
outcomes can be seen from the mean of N -Gain in experimental class was 0.53 in middle
category and the control class was 0.42 in middle category. In control class and experiment
class had different learning result significantly. So it can be concluded that this model can
increased students’ learning outcome in the eighth grade of junior high school of Sei Putih
Kampar in Academic Year 2010-2011.
Keywords: Model NHT, Learning Outcomes, Plant Material Movement
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas
VIII di SMP Sei Putih Kampar pada materi gerak tumbuhan, dilaksanakan pada bulan Januari
hingga Februari 2011. Teknik dan apabila data tidak normal atau tidak homogen maka digunakan
U Mann-Whitney test . Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen Pretest-
Posttest Control Group Design. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIIA dan kelas VIIIB
dengan teknik sampling jenuh. Rerata pretest pada kelas eksperimen adalah 32,84 sedangkan
pada kelas kontrol 31,73. Setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran NHT pada kelas eksperimen diperoleh rerata posttest 67,78 sedangkan pada kelas
kontrol 60,37. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari rerata N-Gain pada kelas eksperimen
0.53 kategori sedang dan pada kelas kontrol 0.42 kategori sedang. Pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen memiliki hasil belajar yang berbeda signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa
model ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Sei Putih Kampar Tahun
Ajaran 2010-2011.
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
162
PENDAHULUAN
Biologi merupakan salah satu ilmu
pengetahuan yang memegang peranan
penting dalam perkembangan teknologi.
Menyadari pentingnya peranan biologi, guru
di dalam proses pembelajaran membutuhkan
teknik penyajian yang tepat agar siswa dapat
memahami ilmu pengetahuan tersebut
dengan baik. Teknik penyajian pelajaran
merupakan pengetahuan tentang cara
mengajar yang digunakan guru untuk
menyampaikan bahan pelajaran kepada
siswa di dalam kelas sehingga dapat
dipahami siswa dengan baik (Azizah, 2007).
Dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran sains, guru hendaknya
memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar baik
secara mental, fisik maupun sosial. Namun
pada kenyataan saat ini secara terus-menerus
sampai sekarang masih berjalan pengajaran
sains tradisional yang terbatas pada produk
atau fakta-fakta, konsep-konsep teori saja
sehingga kurang cocok digunakan untuk
mengembangkan keterampilan berpikir
siswa karena siswa cenderung hanya
menerima materi yang disampaikan guru
tanpa harus berpikir untuk menemukan
konsep dari suatu pokok bahasan. Untuk
menanggulangi kesulitan tersebut di
samping penguasaan materi seorang guru
dituntut memiliki keterampilan
menyampaikan materi yang akan diberikan.
Cara guru menciptakan suasana di kelas
sangat pula berpengaruh pada keadaan yang
ditampilkan siswa dalam pembelajaran.
Apabila guru dapat menciptakan suasana
yang membuat siswa termotivasi dan aktif
dalam pembelajaran kemungkinan hasil
belajar siswa meningkat sesuai dengan yang
diharapkan (Hidayah, 2009).
Sebagai seorang pendidik guru
berupaya untuk meningkatkan kualitas
pengetahuan siswa sehingga dapat
menguasai dan memahami suatu
pembelajaran menjadi lebih bermakna yang
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ditetapkan oleh kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar
sehingga tercipta hasil belajar yang efektif
dan efisisen. Hal ini disebabkan gurulah
yang berada dibarisan terdepan dalam
pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang
langsung mentransfer ilmu pengetahuan dan
teknologi sekaligus mendidk dengan nilai-
nilai positif melalui bimbingan dan
keteladanan (Kunandar, 2007). Menurut
Marthin dalam Nurazizah (2006), seorang
guru yang kreatif tidak hanya semata-mata
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
163
memberikan tugas kepada siswa, tetapi ia
akan mengusahakan berbagai kegiatan yang
bersifat membimbing siswa untuk
memproses perolehan sekaligus
mengaktifkan siswa belajar sambil bekerja.
Selain itu, seorang guru dapat melatih
penelitian yang bersifat sederhana, tetapi
berpola ilmiah.
Rendahnya hasil belajar biologi ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
yaitu: kurangnya antusias siswa untuk
belajar biologi, siswa enggan untuk
mengemukakan pertanyaan maupun
pendapat, selain itu di dalam kelompok
siswa kurang bekerja sama dan kurang
menghargai pendapat orang lain. Dengan
memperhatikan kondisi tersebut, maka perlu
dilakukan perbaikan strategi pembelajaran
yang memungkinkan siswa terlibat secara
aktif dalam belajar, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu
alternatifnya adalah dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif melalui
Numbereds Heads Together (Fitria, 2009).
Teori Belajar
Belajar pada dasarnya merupakan
peristiwa yang bersifat individual yakni
peristiwa terjadinya perubahan tingkah laku
sebagai dampak dari pengalaman individu.
Pengalaman dapat berupa situasi yang
sengaja diciptakan oleh orang lain atau
situasi yang tercipta begitu adanya.
Peristiwa belajar yang terjadi karena
dirancang oleh orang lain di luar diri
individu sebagai pelajar biasa disebut proses
pembelajaran. Belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan guru dalam proses belajar. Definisi
ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah
siswa, yang mengalami proses belajar,
sedangkan guru hanya membimbing,
menunjukkan jalan dengan
memperhitungkan kepribadian siswa
(Slameto, 2003).
Menurut Winkel (1996) belajar
adalah suatu aktifitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah
kegiatan mental yang berhubungan dengan
lingkungan sekitarnya yang dapat mengubah
intelektual.
Teori Piaget berpendapat bahwa
anak membangun sendiri skematikanya dari
pengalamannya sendiri dan lingkungan,
dalam pandangan Piaget pengetahuan datang
dari tindakan, perkembangan kognitif
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
164
sebagian besar tergantung pada seberapa
jauh anak aktif memanipulasi dan anak aktif
berinteraksi dengan lingkungan Skinner
berpandangan bahwa belajar adalah suatu
prilaku. Pada saat orang belajar, maka
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya
bila ia tidak belajar maka responnya
menurun. Rogers berpandangan bahwa
praktek pendidikan memberatkan pada segi
pengajaran, bukan pada siswa yang belajar.
Praktek tersebut ditandai oleh peran guru
yang mendominasi dan siswa hanya
menghafalkan pelajaran (Dimyati dan
Mudjiono, 2006).
Hasil Belajar Biologi
Hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi belajar dan mengajar. Dari
sisi guru, mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan berakhirnya puncak
proses belajar (Dimyati dan Mudjiono,
2006).
Hasil belajar secara umum
dipandang sebagai perwujudan nilai-nilai
yang diperoleh siswa melalui proses belajar
mengajar. Hasil belajar adalah penguasaan
yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti
program belajar mengajar sesuai dengan
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Hasil belajar merupakan gambaran prestasi
belajar siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar sehingga dapat dikatakan belum
atau sudah berhasil. Evaluasi yang menjadi
tolak ukur keberhasilan adalah hasil belajar
siswa. Hasil belajar merupakan suatu
kemampuan internal yang telah menjadi
milik pribadi seseorang dan memungkinkan
orang itu melakukan sesuatu atau
memberikan prestasi tertentu (Pascal dalam
Fitria, 2008).
Dari uraian di atas dapat diambil
pengertian mengenai hasil belajar. Hasil
belajar adalah gambaran prestasi belajar
siswa yang mengakibatkan perubahan
tingkah laku dalam diri siswa sebagai hasil
dari aktifitas dalam belajar. Jadi, hasil
belajar yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran biologi, yang diperoleh melalui tes
yang diberikan pada sampel penelitian.
Menurut Baharudin dan Wahyuni
dalam Fitria (2008) faktor-faktor yang
menpengaruhi hasil belajar dibedakan atas 2
kategori, yaitu:
1. Faktor internal/ endogen
Faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil
belajar individu, yaitu faktor fisiologis
(kondisi fisik) dan psikologis
(kecerdasan, motivasi, minat, sikap,
bakat).
2. Faktor eksternal/ eksogen
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
165
Selain karakteristik siswa atau faktor
endogen, faktor eksternal juga dapat
mempengaruhi proses belajar siswa,
faktor ini digolongkan menjadi 2
golongan yaitu faktor lingkungan sosial
(keluarga, sekolah, teman dan
masyarakat) dan faktor lingkungan non-
sosial (gedung sekolah, tempat tinggal
siswa, alat-alat praktikum,perpustakaan
dan lain-lain).
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan
sebuah kelompok strategi pengajaran yang
melibatkan siswa bekerja sama secara
berkolaborasi untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Keterampilan sosial atau
kooperatif berkembang secara signifikan
dalam pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif sangat tepat
digunakan untuk melatih keterampilan-
keterampilan kerjasama dan kolaborasi dan
juga keterampilan-keterampilan tanya jawab
(Trianto, 2007). Dalam pembelajaran
kooperatif, para siswa dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan
untuk mempelajari materi yang ditentukan.
Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif
adalah untuk memberikan kesempatan
kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif
dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-
kegiatan belajar. Dalam hal ini, sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada
siswa, yakni mempelajari secara
berkelompok serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah.
Menurut Ibrahim (2000)
Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh
struktur tugas, tujuan dan penghargaan
kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi
pembelajaran kooperatif didorong dan
dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu
tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk
menyelesaikan tugas. Model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai
sekurang-kurangnya tiga tujuan, yaitu:
1. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan
untuk meningkatkan kinerja belajar
siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas
akademik siswa di sekolah. Selain itu
pembelajaran kooperatif dapat
membantu siswa dalam memahami
konsep yang sulit dalam materi
pelajaran.
2. Penerimaan pendapat yang
beranekaragam
Penerimaan pendapat yang
beranekaragam yaitu penerimaan yang
luas terhadap orang yang berbeda
menurut ras, budaya dan kemampuan.
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
166
Kontak fisik yang terjadi di antara
orang-orang yang berbeda ras,
kelompok etnis tidak cukup untuk
mengurangi kecurigaan dan perbedaan
ide. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang kepada siswa yang berbeda
latar belakang dan kondisi untuk saling
bekerja sama, saling ketergantungan
atas tugas bersama dan belajar untuk
menghargai satu sama lainnya.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Pengembangan keterampilan sosial yaitu
mengajarkan kepada siswa keterampilan
kerja sama dan berkolaborasi, dimana
keterampilan ini sangat penting untuk
dikembangkan di masyarakat dimana
banyak kerja orang dewasa dilakukan
dalam organisasi yang saling bergantung
satu sama lain, sehingga siswa dituntut
untuk saling bekerja sama dan
mempunyai tanggung jawab terhadap
beban pekerjaan yang dibebankan
kepadanya.
Untuk mencapai keterampilan
tersebut diperlukan enam langkah utama
atau tahapan yang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini (Ibrahim, 2000).
Tabel 1
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dan
memotivasi siswa belajar
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagimana
cara membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar atau
masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberi penghargaan
Guru mencari cara-cara menghargai baik
upaya maupun hasil individu dan kelompok
Sumber: Ibrahim (2000)
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
167
Menurut Lie (2007) lima unsur model
pembelajaran cooperative Learning sebagai
berikut:
a. Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat
bergantung pada usaha setiap
anggotanya. Untuk menciptakan
kelompok kerja yang efektif, pengajar
perlu menyusun tugas sedemikian rupa
sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri agar
yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung
dari unsur yang pertama. Jika tugas dan
pola penilaian dibuat menurut prosedur
model pembelajaran cooperative
learning, setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan
yang terbaik.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan
kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan
memberikan para pelajar untuk
membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Inti
sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi
kekurangan masing-masing.
d. Komunikasi Antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para
pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi. Tidak
semua siswa mempunyai kekeahlian
mendengarkan dan berbicara.
Keberhasilan suatu kelompok juga
bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan
dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu
khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan
hasil kerja sama mereka agar selanjutnya
bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbereds Heads Together (NHT)
Numbereds Heads Together (NHT)
merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional, dimana
guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh
kelas dan siswa memberi jawaban setelah
mengangkat tangan dan ditunjuk. NHT
pertama kali dikembangkan oleh Kagen
(1992) dalam Fitria (2008), untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
168
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.
Dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT, guru
menggunakan empat langkah sebagai
berikut :
1. Penomoran
2. Pengajuan pertanyaan
3. Berpikir bersama
4. Pemberian jawaban.
Sedangkan di dalam proses belajar
mengajar, dilaksanakan melalui tahap
persiapan, penyajian kelas, kegiatan
kelompok, melaksanakan evaluasi,
penghargaan kelompok, dan menghitung
skor dasar setiap kelompok (Suprijono,
2010). Selain itu Hanafiah dan Suhana
(2009) juga menyatakan bahwa langkah-
langkah yang dapat ditempuh dalam model
pembelajaran NHT sebagai berikut:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-
masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban
yang benar dan memastikan setiap
anggota kelompok dapat
mengerjakan atau mengetahui
jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor
siswa di dalam kelompok kemudian
nomor yang dipanggil melaporkan
hasil kerja sama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain,
kemudian guru menunjuk nomor
yang lain di dalam kelompok
6. Guru menanggapi hasil diskusi siswa
dan memberikan informasi yang
sebenarnya
7. Kesimpulan.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan quasi
eksperimen. Kelompok dibagi menjadi 2
kelompok eksperimen yaitu kelompok
eksperimen yang belajar dengan model NHT
dan kelompok yang menggunakan
pembelajaran secara konvensional.
Rancangan penelitian yang digunakan
adalah Pretest – Posttest Control Group
Design (Frankel & Wallen, 1993).
Rancangan tersebut berbentuk bagan seperti
berikut:
Kelompok Pretest perlakuan Posttest
NHT 01 X1 02
kontrol 01 X 2 02
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
169
Keterangan:
X1: Perlakuan dengan perlakuan model
NHT
X2: Perlakuan dengan perlakuan teknik
konvensional
O1: Pemberian pretest
O2: Pemberian posttest
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Januari-Februari 2011 di SMP Sei
Putih Kampar kelas VIII semester II tahun
ajaran 2010/2011. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Sei
Putih Kampar yang terdiri dari 2 kelas.
Kedua kelas ini akan dijadikan sampel
dengan teknik sampling jenuh (Sugiyono,
2007). Parameter pada penelitian ini adalah
1) Hasil belajar siswa, 2) Aktifitas guru, 3)
Aktifitas siswa. Instrumen penelitian ini
terdiri dari perangkat pembelajaran seperti:
1. Silabus
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP)
3. Lembar observasi
4. Lembar tes
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Persiapan
Peneliti mengajar di kelas VII
dengan merancang pembelajaran
yang menggunakan model NHT pada
materi gerak tumbuhan.
2. Pelaksanaan
Guru terlebih dahulu memberikan
pretest sebelum memulai
pembelajaran kepada kedua kelas
tersebut baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Guru
melaksanakan kegiatan model NHT
pada kelas eksperimen dan kemudian
guru melaksanakan kegitan
pembelajaran dengan menggunakan
metode konvensional pada kelas
kontrol. Setelah proses belajar
mengajar berakhir kemudian guru
memberikan posttest kepada kedua
kelas tersebut baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol.
3. Penyusunan laporan
Data hasil pretest dan posttest yang
telah terkumpul kemudian
dilaporkan, selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan statistik uji-t
untuk parametrik jika data
berdistribusi normal dan homogen
dan U Mann-Whitney test untuk non
parametrik jika data tidak
berdistribusi normal atau tidak
homogen (Sugiyono, 2007).
Teknik Analisis data
Data utama yang dipakai untuk
melihat peningkatan hasil belajar adalah
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
170
data hasil pretest dan posttest. Data tersebut
dianalisis untuk melihat skor hasil tes.
Selanjutnya hasil tes tersebut dihitung rata-
ratanya. Serta menghitung N- Gain antara
pretest dan posttest. Untuk menghitung N-
Gain dapat digunakan rumus Hake (Meltzer,
2002; Archambault, 2008):
premaks
prepost
SS
SSGainN
Keterangan:
S post : Skor posttest
S pre : Skor pretest
S maks : Skor maksimum ideal
Kriteria perolehan skor N-Gain dapat dilihat
pada tabel berikut
Tabel 2
Kategori Perolehan Skor N-Gain
Batasan Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
Selanjutnya dilakukan pengolahan
data tes awal, tes akhir dan N-Gain dengan
menggunakan Software Statistical Package
for Sosial Science (SPSS) versi 15.0
Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas distribusi
data dan homogenitas varians data kedua
kelompok. Pengujian normalitas distribusi
data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov (KS
-21) pada program SPSS versi 15.0
sedangkan uji homogenitas varian data
dilakukan dengan Levene Test.
Perbedaan hasil tes pemahaman
konsep menggunakan uji statistik
inferensial. Setelah dilakukan uji normalitas
dan homogenitas dilanjutkan dengan
pengujian hipotesis komparatif. Sugiyono
(2007) mengatakan bahwa hipotesis
komparatif adalah pernyataan yang
menunujukkan hasil dugaan nilai dalam satu
variabel atau lebih pada sampel yang
berbeda. Untuk menguji hipotesis
komparatif digunakan uji-t (t-test) untuk
parametrik (jika data berdistribusi normal
dan homogen) atau U Mann-Whitney test.
1. T-test adalah statistik parameter yang
digunakan untuk menguji hipotesis,
komparatif rata-rata dua sampel, bila
datanya berbentuk interval atau rasio.
Uji t-test digunakan apabila data normal
dan homogen. Untuk menentukan data
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
171
normal dan homogen digunakan uji
normalitas dan homogenitas.
1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas diperlukan untuk
mengetahui distribusi data.
Kenormalan data diketahui
melalui sebaran regresi yang
merata di setiap nilai (Kriswanto,
2008 dalam Wulansari, 2008).
Salah satu metode yang
digunakan untuk menguji
kenormalan data adalah metode
Kolmogorov Smirnov (KS 21).
Rumus uji Kolmogorov Smirnov
menurut Steel, (1991) dalam
Wulandari (2010):
KS = | Fn(Yi-1) – Fo(Yi) |
Keterangan :
KS : Nilai KS hitung
Fn(Yi-1) : Frekuensi persentase
komulatif pada waktu sebelum i
Fo(Yi) : Frekuensi data sebaran
normal pada saat i
Nilai KS hitung yang diperoleh
selanjutnya dibandingkan dengan
nilai KS tabel. Jika nilai KS
hitung < KS tabel maka terima
H0 artinya data model regresi
sederhana atau regresi berganda
mengikuti sebaran normal.
Sebaliknya jika nilai KS hitung >
KS tabel maka tolak H0, artinya
data model regresi sederhana
atau regresi berganda tidak
mengikuti sebaran normal
(Wulandari, 2010).
1.2 Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas
dilakukan untuk mengetahui
keseragaman data penelitian.
Dalam analisis regresi data
penelitian yang baik harus
mempunyai sebaran data yang
homogen dan metode yang
digunakan untuk mengujinya
adalah uji Levene (Levene Test).
Rumus uji Levene (Levene Test)
dalam Sugiyono (2007) adalah
sebagai berikut:
2
2
1 iVVijk
kvVnikN
L
Vij = | Xij – |
Keterangan :
L : Nilai Levene hitung
X : Nilai data residual
: Rata-rata data Residual N : Jumlah sampel
K : Jumlah kelompok
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
172
Nilai Levene hitung yang diperoleh
kemudian dibandingkan dengan Levene
tabel atau dapat juga menggunakan nilai
perbandingan signifikansi dengan α 5%. Jika
nilai Levene hitung < Levene tabel atau P
value > 5%, maka data regresi sederhana
atau regresi berganda mempunyai ragam
yang homogen. Sebaliknya jika nilai Levene
besar Levene tabel atau P Value < 5% maka
data regresi sederhana atau regresi berganda
mempunyai ragam yang tidak homogen.
Shavelon dalam Surbakti (2006)
menyatakan menguji hipotesis dengan
rumus uji-t seperti dibawah ini:
21
2
2
2
1
21
nn
SS
XXt
Keterangan :
: Rata-rata posttest
kelompok eksperimen
: Rata-rata posttest
kelompok kontrol
: Varians posttest kelompok eksperimen
: Varians posttest kelompok
kontrol
: Jumlah sampel
2. U Mann-Whitney test
U test ini digunakan untuk menguji
hipotesis komparatif dua sampel
independen bila datanya berbentuk
ordinal. Bila dalam suatu
pengamatan data berbentuk interval,
maka perlu diubah dulu ke dalam
data ordinal. Bila data masih
berbentuk interval, maka dapat
menggunakan t-test untuk
pengujiannya, tetapi bila asumsi t-
test tidak dipenuhi (misalnya data
harus normal), maka test ini dapat
digunakan (Sugiyono, 2007).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pretest
Dari hasil penelitian yang dilakukan
pada bulan Februari 2011 didapatkan data
pretest pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol sebagai berikut:
Tabel 1
Rekapitulasi Hasil Pretest
No Kelas n
Nilai
Skor
ideal
Nilai
minimum
Nilai
maksimum Rerata
1. Eksperimen 27 100 23,33 43,33 32,84
2. Kontrol 27 100 20,00 40,00 31,73
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
173
Hasil data rerata pretest yang didapatkan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol
dilihat pada diagram batang sebagai berikut:
Gambar 1: Diagram batang skor rerata pretest
Berdasarkan diagram batang di atas
dapat dilihat rerata pretest kelas eksperimen
adalah 32,84 dan kelas kontrol adalah 31,73.
Data pada Tabel 2 kemudian
dianalisis dengan menggunakan program
SPSS (Software Statiticial Package for
Social Science) untuk menguji kenormalan
data, sehingga diperoleh hasil uji normalitas
pretest kelas ekperimen dan kelas kontrol
pada tabel berikut:
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Pretest
Kelas Asymp. Sig(2-
Tailed)
α Keputusan Keterangan
Eksperimen 0,427 0,05 Terima H0 Normal
Kontrol 0,699 0,05 Terima H0 Normal
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa untuk
uji normalitas pretest pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan
5% (α 0,05), nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
untuk kelas kontrol 0,699 > 0,05 dan nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) kelas eksperimen
0,427 > 0,05 diperoleh keputusan untuk
masing-masing kelas terima H0 yang artinya
data berdistribusi normal.
Selanjutnya dilakukan uji
homogenitas dengan menggunakan Levene
test, untuk menentukan kehomogenan
sampel. Berdasarkan hasil uji pretest pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol,
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
174
diperoleh hasil yang tertera dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4
Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Pretest
Jenis Data Based on
trimmed mean
α Keputusan Keterangan
Pretest 0,034 0,05 Tolak H0
Tidak
Homogen
Dari Tabel 4 di atas dapat kita lihat, untuk
uji homogenitas nilai Based on trimmed
mean pretest adalah (0,034) dengan taraf
kepercayaan 5% (α 0,05). Keputusan yang
diperoleh adalah tolak H0 karena nilai Based
on trimmed mean adalah 0,034 < 0,05, maka
dapat dikatakan data pretest baik untuk kelas
kontrol maupun kelas eksperimen berasal
dari varian yang tidak homogen.
Setelah data diketahui normal dan
tidak homogen, maka dapat diambil
keputusan untuk melakukan uji hipotesis
komparatif yaitu uji U Mann-Withney. Uji
hipotesis komparatif ini berguna untuk
mengetahui apakah data berbeda signifikan
atau tidak. Nilai yang dilihat pada uji ini
adalah nilai Sig. (2-tailed) kemudian
dibandingkan dengan taraf kepercayaan 5%
(α 0,05). Jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05
maka data berbeda signifikan, jika nilai sig.
(2-tailed) > 0,05 maka data tidak berbeda
signifikan. Berikut adalah hasil uji U Mann-
Withney data pretest:
Tabel 5
Hasil Uji U Mann-Whitney data Pretest
Jenis data Sig. (2 tailed) α Keputusan Keterangan
Pretest 0,617 0,05 Tolak H0 Tidak berbeda
signifikan
Dari tabel di atas untuk nilai Sig. (2-tailed)
pretest pada kelas kontrol dan eksperimen
diperoleh hasil 0,617 dengan taraf
kepercayaan 5% (α 0,05). Keputusan yang
diperoleh adalah tolak H0, yang artinya
siswa pada kelas kontrol dan pada kelas
eksperimen pada materi gerak pada
tumbuhan tidak berbeda signifikan atau
mempunyai pengetahuan awal yang sama.
Dari hasil pengamatan di atas,
terlihat bahwa pada Tabel 4.1 nilai pretest
minimum kelas kontrol adalah 20,00 dan
nilai pretest minimum kelas eksperimen
adalah 23,33 sedangkan nilai maksimum
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
175
hasil pretest kelas kontrol adalah 40,00 dan
nilai maksimum hasil pretest kelas
eksperimen adalah 43,33. Rerata pretest
pada kelas kontrol adalah 31,73 dan pada
kelas eksperimen adalah 32,84.
Setelah itu dilakukan uji normalitas
dan homogenitas serta uji U Mann-Withney,
hasil yang didapat adalah nilai pretest pada
kelas kontrol dan eksperimen menunjukan
tidak adanya perbedaan yang signifikan. Ini
artinya pada kelas kontrol dan eksperimen
tidak mempunyai kemampuan awal materi
gerak pada tumbuhan yang berbeda.
Tidak adanya perbedaan hasil belajar
disini terjadi karena saat menjawab soal
mereka tidak mengerjakannya dengan
sungguh-sungguh, mereka malah lebih
banyak bertanya kepada teman
disebelahnya, hal ini bisa terjadi karena
mereka belum mempelajari materi yang
mereka kerjakan. Akan tetapi, jika siswa
tersebut bisa mengaitkan materi yang ada
dalam soal pretest tersebut dengan
pengetahuan yang telah mereka dapat
sebelumnya maka siswa akan bisa
menjawab soal tersebut tanpa harus bertanya
kepada temannya.
Di dalam kegiatan belajar mengajar,
kebanyakan guru belum bisa atau kurang
dalam membangun pengetahuan awal pada
siswa. Untuk itu guru harus bisa
memperbanyak pengetahuan awal siswa,
salah satu caranya yaitu dengan apersepsi.
Jika siswa diberi soal yang mereka belum
pelajari maka mereka bisa mengaitkannya
dengan pengetahuan yang mereka dapatkan
sebelumnya. Siswa dituntut untuk aktif dan
kreatif dalam mengembangkan pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga
apabila materi tersebut diberikan siswa
sudah paham tentang apa yang akan
dipelajarinya.
Berdasarkan penelitian dari beberapa
ahli, Pintrinch dalam Astuti (2011)
menyimpulkan pengetahuan awal yang tidak
akurat dapat menghalangi perkembangan
siswa dan kekurangan pengetahuan awal
tidak memungkinkannya untuk maju. Chan,
et al, dalam Astuti (2011) membuktikan
pengetahuan awal memainkan peran mediasi
dalam menggerakkan aktifitas yang
konstruktif. Penelitian Barclay dalam Astuti
(2011) menunjukkan bahwa pemahaman
terhadap suatu teks tergantung pada
penerapan pengetahuan awal yang relevan
yang tidak ada di dalam teks.
Posttest
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan didapatkan data rerata posttest
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
sebagai berikut:
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
176
Tabel 6
Rekapitulasi Hasil Posttest
No Kelas n
Nilai
Skor
ideal
Nilai
minimum
Nilai
maksimum Rerata
1. Eksperimen 27 100 50,00 83,33 67,78
2. Kontrol 27 100 46,67 76,67 60,37
Jika dilihat dengan diagram batang hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
adalah sebagai berikut:
Gambar 3: Diagram batang skor rerata posttest
Dari diagram di atas rerata untuk
kelas eksperimen adalah 67,78, sedangkan
rerata untuk kelas kontrol adalah 60,67. Dari
data tersebut selanjutnya diuji normalitas
untuk data posttest siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol untuk mengetahui
normalitas data. Berikut adalah hasil uji
normalitas data posttest kelas eksperimen
dan kelas kontrol:
Tabel 7
Hasil Uji Normalitas Data Posttest
Kelas Asymp.Sig(2-
tailed) α Keputusan
Keterangan
Eksperimen 0,588
0,05
Terima H0 Normal
Kontrol 0,051 Terima H0 Normal
Dari data di atas dapat dilihat bahwa untuk
uji normalitas keputusan yang didapat
adalah terima H0 untuk kelas kontrol
maupun kelas eksperimen dengan taraf
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
177
kepercayaan 5% (α 0,05). Karena nilai
Asymp.Sig(2-tailed) untuk kelas kontrol
0,051 > 0,05 dan nilai Asymp.Sig(2-tailed)
kelas eksperimen 0,588 > 0,05.
Selanjutnya dilakukan uji
homogenitas dengan menggunakan Levene
test untuk menentukan kehomogenan data.
Berdasarkan hasil uji posttest pada kelas
kontrol maupun kelas eksperimen diperoleh
hasil dalam tabel berikut:
Tabel 8
Hasil uji Homogenitas data Posttest
Jenis Data Based on
trimmed mean α Keputusan Keterangan
Posttest 0,667 0,05 Terima H0 Homogen
Berdasarkan tabel di atas hasil uji
homogenitas didapat nilai Based on trimmed
mean pada levene test adalah 0,667.
Keputusan yang diambil adalah terima H0
karena 0,667 > 0,05. Maka dapat dikatakan
bahwa data posttest kelas kontrol dan kelas
eksperimen berasal dari varian yang
homogen.
Setelah data posttest diketahui data
normal dan homogen, maka dapat diambil
keputusan untuk melakukan uji lanjutan
yaitu uji-t Independent 2 Samples. Uji
lanjutan ini berguna untuk mengetahui
apakah data posttest kelas kontrol dan kelas
eksperimen berbeda signifikan atau tidak.
Hasil uji-t kelas kontrol dan kelas
eksperimen tertera pada tabel berikut:
Tabel 9
Hasil uji-t data posttest
Jenis Data Sig.(2-tailed) α Keputusan Keterangan
Posttest 0,000 0,05 Terima H0 Berbeda
signifikan
Tabel 9 menunjukkan hasil uji-t
dimana nilai Sig. (2-tailed) untuk data
posttest adalah 0,000. Keputusan yang
diperoleh adalah terima H0 karena 0,000 <
0,05, maka data berbeda signifikan. Ini
artinya siswa pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen memiliki hasil belajar tentang
gerak pada tumbuhan yang berbeda.
Setelah dilakukan proses
pembelajaran dengan menggunakan model
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
178
NHT pada kelas eksperimen dan pada kelas
kontrol tetap menggunakan cara
konvensional (ceramah). Dengan adanya
perbedaan metode belajar ini ternyata
memberikan pengaruh yang baik. Hasilnya
terlihat pada Tabel 6 dengan rerata posttest
kelas kontrol 60,37 dan kelas eksperimen
67,78. Setelah dilakukan uji normalitas,
homogenitas dan uji-t keputusan yang
diambil adalah terima H0, ini artinya pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki
hasil belajar pada materi gerak tumbuhan
yang berbeda.
Dengan adanya perubahan strategi
belajar memberikan pengaruh yang baik
bagi hasil belajar siswa. Ini terbukti dengan
naiknya hasil posttest siswa. Ini artinya
terjadi suatu proses yang dinamakan proses
belajar. Menurut Sudjana (2000) belajar
merupakan suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai proses belajar
ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
berubah pengetahuannya, pemahamannya,
sifat dan tingkah lakunya, daya penerimanya
dan pada individu, oleh sebab itu belajar
adalah proses aktif.
Menurut Slameto (2003) belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan Sardiman (2007)
mendefinisikan belajar sebagai suatu
perubahan tingkah laku atau penampilan
dengan serangkaian kegiatan, misalnya
dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan sebagainya.
N-Gain
Di bawah ini merupakan hasil N-
Gain pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol adalah sebagai berikut:
Tabel 10
Rekapitulasi Hasil N-Gain
No Kelas n
Nilai
Skor
ideal
Nilai
minimum
Nilai
maksimum Rerata
1. Eksperimen 27 100 0,29 0,71 0,53
2. Kontrol 27 100 0,24 0,68 0,42
Berdasarkan data yang diperoleh
pada tabel di atas dapat dilihat nilai
minimum, nilai maksimum dan rerata N-
Gain kelas eksperimen lebih tinggi
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
179
dibandingkan dengan kelas kontrol. Dimana
nilai minimum pada kelas eksperimen
adalah 0,29 sedangkan pada kelas kontrol
adalah 0,24. Nilai maksimum pada kelas
eksperimen adalah 0,71 sedangkan pada
kelas kontrol adalah 0,68. Nilai rerata N-
Gain pada kelas eksperimen adalah 0,53
sedangkan pada kelas kontrol adalah 0,42.
Maka dapat disimpulkan bahwa N-Gain
pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan N-Gain pada kelas
kontrol.
Perbandingan hasil data N-Gain
kelas eksperimen dengan kelas kontrol dapat
dilihat dari diagram batang di bawah ini:
00.10.20.30.40.50.6
Eksperimen Kontrol
0.53
0.42
Gambar 4: Diagram batang rerata N-Gain
Berdasarkan Gambar 4 di atas, dapat
dilihat rerata N-Gain kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan dengan rerata N-Gain
kelas kontrol. Rerata N-Gain untuk kelas
eksperimen adalah 0,53 sedangkan rerata N-
Gain kelas kontrol adalah 0,42.
Berikut ini merupakan data hasil N-
Gain per siswa pada kelas eksperimen dan
kontrol yang ditunjukkan oleh gambar
diagram garis berikut :
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
180
Gambar 5: Diagram garis N-Gain per siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol