1 Penilaian Risiko Kebakaran Pada FPSO (Floating Production, Storage, and Offloading) Guntur Rhoma Dony, Trika Pitana, AAB Dinariyana DP Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected] ; [email protected]Abstrak— Berdasarkan Oil and Gas in Indonesia Investment and Taxation Guide 2010 Indonesia melakukan proses produksi minyak dan gas sebesar rata-rata 108 trillion cubic feet per year. Sebagian cadangan minyak dan gas tersebut berada pada lautan dalam (deepwater sea) seperti halnya Lautan Timor yang menyediakan kebutuhan produksi cadangan minyak dan gas dengan kapasitas produksi minyak hingga 100.000 bpd (barrels per day) dengan data geografis kedalaman di Lautan Timor palung dangkal memiliki kedalaman 90-340 meter. Oleh sebab itu, sarana penunjang penggunaan Floating Production, Storage, and Offloading (FPSO) merupakan pemilihan yang tepat untuk mengeksplorasi minyak dan gas pada lautan dalam (deepwater sea). Dari data-data informasi tersebut diatas maka penilaian risiko (risk assessment) harus dilakukan untuk mengetahui tingkat bahaya serta keandalan pada kapal FPSO tersebut. Terutama penilaian pada bahaya kebakaran (fire hazard) yang terjadi pada bagian topside FPSO yang mengalami kegagalan proses berupa kebocoran peralatan. Langkah pertama yaitu dengan melakukan identifikasi bahaya menggunakan metode HAZOP (Hazard and Operability) sesuai standard BS IEC 61882 dengan data yang dibutuhkan adalah P&ID topside FPSO bagian condensate stabilization system. Setelah itu melakukan analisis frequency bahaya menggunakan Event tree analysis (ETA) dan analisis consequences menggunakan simulasi software ALOHA (Areal Location of Hazardous Atmospheres) yang digunakan untuk fire modeling. Berdasarkan hasil analisis frequency dan consequences maka tingkat risiko di representasikan menggunakan f-N curve yang mengacu pada standar UK Offshore (1991). Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu potensi bahaya yang akan terjadi berupa pool fire dan jet fire. Nilai hazard risk yang didapatkan dari representative risiko f-N curve menunjukkan bahwa potensi bahaya masih dalam kondisi acceptable sehingga tidak memerlukan tindakan mitigasi. Kata kunci: Risk assessment, FPSO topside, fire modeling, f-N curve I. PENDAHULUAN LOATING Production, Storage, and Offloading (FPSO) adalah kapal yang digunakan untuk memproduksi (memisahkan minyak mentah, air, dan gas) dari production well serta untuk menyimpan (menampung hasil produksi) kemudian mentransfer hasil produksi ke kapal trading. Berdasarkan kuliah tamu di ITS pada tanggal 20 Desember 2013 yang bertemakan Indonesian Offshore Shipping Outlook & Opportunities oleh Bapak Achmad Agung P selaku direktur PT Samudera Indonesia menyatakan bahwa aktifitas industri sebagai penunjang sarana eksplorasi minyak sangat meningkat terhitung dari Operational Service pada tahun 2004 sebanyak 312 juta USD menjadi 1113 juta USD pada tahun 2014 [1]. Dengan adanya peningkatan kebutuhan untuk melakukan eksplorasi minyak dan gas tersebut maka juga terdapat proses produksi. Berdasarkan Oil and Gas in Indonesia Investment and Taxation Guide 2010 menyatakan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke 8 dunia sebagai negara yang melakukan produksi minyak dan gas dengan menyediakan rata-rata 108 trillion cubic feet per year[2]. Namun cadangan minyak dan gas tersebut berada pada lautan dalam (deepwater sea) yang letaknya sangat jauh dari daratan. Sehingga dibutuhkan penggunaan alat yang sangat optimal sebagai penunjang untuk melakukan eksplorasi sumber daya alam minyak dan gas di laut dalam tersebut. Dalam konteks ini, lautan yang dibahas yaitu Lautan Timor yang memiliki kapasitas produksi minyak hingga 100.000 bpd (barrels per day). Serta data geografis kedalaman di Lautan Timor palung dangkal memiliki kedalaman 90-340 meter. Oleh sebab itu, sarana penunjang penggunaan FPSO merupakan pemilihan yang tepat untuk mengeksplorasi minyak pada laut dalam tersebut. Selain itu juga bisa digunakan kembali untuk melakukan eksplorasi di tempat lain, biaya pembangunan murah, karena letaknya sangat jauh dari daratan maka penggunaan sistem pipanisasi untuk mentransfer hasil dari production well ke darat sangat tidak effisien, sedikit kendala dalam melakukan proses produksi karena tidak perlu melakukan perijinan ataupun jika isu kondisi ekologis dari masyarakat sekitar yang menolak jika melakukan proses produksi di darat. Dari data-data informasi tersebut diatas serta mengenai keuntungan dan kerugian penggunaan FPSO sebagai media eksplorasi minyak dan gas pada lautan dalam. Maka penilaian risiko (risk assessment) harus dilakukan untuk mengetahui tingkat bahaya serta keandalan pada kapal FPSO tersebut. Terutama penilaian pada bahaya kebakaran (fire hazard). Fire Hazard harus diperhatikan pada FPSO yang disebabkan oleh setiap proses produksi yang berlangsung di topside FPSO karena memiliki senyawa kimia CHx (Hydrocarbon). CHx merupakan salah satu komponen dari segitiga api yang dapat menimbulkan kebakaran jika terdapat O 2 (Oxygen) serta Flash Point [3]. F
6
Embed
Penilaian Risiko Kebakaran Pada FPSO (Floating Production, … · yang menyediakan kebutuhan produksi cadangan minyak dan gas dengan kapasitas produksi minyak hingga 100.000 bpd (
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.