PENILAIAN AUTENTIK HASIL BELAJAR DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SDN 2 KETANGGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018” SKRIPSI DisusunOleh: ROHANA NIM: 151. 149. 126 PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM 2019/2020
79
Embed
PENILAIAN AUTENTIK HASIL BELAJAR DALAM PENERAPAN KURIKULUM …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENILAIAN AUTENTIK HASIL BELAJAR DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SDN 2 KETANGGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018”
SKRIPSI
DisusunOleh:
ROHANA NIM: 151. 149. 126
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2019/2020
PENILAIAN AUTENTIK HASIL BELAJAR DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SDN 2 KETANGGA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018”
SKRIPSI
DisusunOleh:
ROHANA NIM: 151. 149. 126
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2019/2020
DAFTAR ISI
MOTTO
Kegagalan terjadi karena terlalu banyak berencana, tapi sedikit berpikir
Jika orang lain bisa, maka aku juga termasuk bisa
Bejalar dari kegagalan adalah hal yang bijak
Kesuksesan tidak akan bertahan jika dicapai dengan jalan pintas
(Kata Hikmah)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga kepada
keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.
Penulis menyadari bahwa proses menyelsaikan proposal ini tidak akan
sukses tanpa bantuan dan tanpa keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu,
peneliti memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan trimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu ,yaitu mereka antara lain adalah:
1. Ibu Dra. Rabiatul Adawiyah.M.Ag sebagai pembimbing I dan Bapak Ar Rasikh. M. Fil. I. sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan,motivasi, dan koreksi menditail,terus menerus, dan tanpa bosan ditengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan proposal ini lebih matang dan cepat selsai.
2. Dr. Ahmad Sulhan, M.Pd. sebagai ketua jerusan dan ahmad Khalakul khair, M.Ag. sebagai sekretaris jurusan yang telah memberi tempat bagi peneliti untuk menuntut ilmu, member bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama dikampus tanpa pernah selesai.
3. Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguguran; 4. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram. 5. Orang tua dan keluargaku yang selalu mendukung dan selalu memberikan
semangat sehingga proposal ini bisa diselesaikan dengan lancar.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang
berlipat-ganda dari Allah swt. dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
semesta. Amin.
Mataram,...................2019
Peneliti,
Rohana NIM. 151.149.126
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL . .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL . ...................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING . ..................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI . ........................................................ v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ............................................................. vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
ABSTRAK ...................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
C. Tujuan dan Manfaaat Penelitian .................................................... 5
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ......................................... 6
E. Telaah Pustaka .............................................................................. 7
F. Kerangka Teori. ............................................................................. 10
G. Metode Penelitian .......................................................................... 23
H. Sistematika Penulisan ................................................................... 32
BAB II PAPARAN DAN TEMUAN DATA
A. Gamabar Umum dan Lokasi Penelitian ....................................... 34
B. Penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan kurikulum 2013 di SDN 2 Ketangga ............................................................................ 38
C. Faktor penghambat dalam penerapn penilaian autentik hasil belajar kurikulum 2013 .............................................................................. 48
D. Solusi untuk mengatasi hambatan dalam penerapan penilaian autentik hasil belajar kurikulum 2013 .......................................... 52
BAB III PEMBAHASAN
A. Penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan kurikulum 2013 di SDN 2 Ketangga ............................................................................ 54
B. Faktor penghambat dalam penerapn penilaian autentik hasil belajar kurikulum 2013 .............................................................................. 58
C. Solusi untuk mengatasi hambatan dalam penerapan penilaian autentik hasil belajar kurikulum 2013 .......................................... 60
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Penilaian Autentik Hasil Belajar Dalam Penerapan Kurikulum 2013 di SDN
2 Ketangga Tahun Pelajaran 2017/2018
Oleh:
Rohana NIM: 151. 149. 126
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan penilaian autentik
hasil belajar dalam penerapan Kurikulum 2013 di SDN 2 Ketangga tahun
pelajaran 2018/2019 dan faktor penghambat dalam pelaksanaan penilaian autentik
hasil belajar kurikulum 2013 dan solusinya di SDN 2 Ketangga tahun pelajaran
2018/2019.
Penelitian yang telah dilakukan termasuk dalam penelitian kualitatif, dengan
teknik pengumpulan data yaitu dengan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Adapun objek dalam penyusunan penelitian ini yaitu pelaksanaan
penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan Kurikulum 2013 di SDN 2
Ketangga desa Ketangga, kecamatan Suela, Lombok Timur.
Pendistribusian dana zakat produktif BAZNAS Lombok Tengah memilih
mustahik yang sesuai dengan asnaf dan belum menerima bantuan dari dinas atau
instansi pemerintah. adanya penambahan modal dari BAZNAS Lombok Tengah
mampu meningkatkan pendapatan mustahik dan kesejateraan mustahik.
Kata kunci: Pengelolaan Dana Zakat, Perkembangan Usaha.
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
sebagai dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem
penilaian. Dalam penilaian proses dan hasil belajar siswa di sekolah, aspek-
aspek yang berkenaan dengan pemilihan alat penilaian, penyusunan soal,
pengolahan dan interpretasi data hasil penilaian, analisis butir soal untuk
memperoleh kualitas soal yang memadai, serta pemanfaatan data hasil
penilaian sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan. Oleh sebab itu,
kemampuan para guru dan calon guru dalam aspek-aspek tersebut mutlak
diperlukan.1
Upaya melaksanakan penilaian hasil belajar secara tepat dan baik
merupakan hal yang cukup, persiapan dan perencanaan yang optimal perlu
dilakukan terlebih dahulu. Agar dalam melakukan penilaian hasil belajar dapat
terlaksana dengan baik, maka guru dituntut memiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan penilaian tersebut. Dalam perencanaan
penilaian, ada beberapa kegiatan yang mesti dilaksanakan terlebih dahulu,
yaitu menetapkan apa yang akan dinilai, menentukan metode dan instrumen
penilaian, metode penskoran dalam menentukan nilai akhir. Kalau guru telah
melakukan perencanaan penilaian tersebut sebelum melakukan penilaian,
maka hasil nilai akhir terssebut bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dan
selanjutnya dapat dilakukan tindak lanjut dari pelaksanaan penilaian tersebut.2
1 Nana Sudjana, Penilaian hsil Proses Belajar Mengajar, Bandung PT Remaja Rosdakarya
Offset, tahun 1990 , hlm. 1. 2 Agustian. Evaluasi Sistem Penilaian Hasil Belajar pada Program Keahlian Mekatronika
di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-Kota Palembang dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), hlm. 4-5
2
2
Atas dasar itu maka lingkup sasaran penilaian mencakup tiga sasaran pokok,
yaitu program pendidikan, proses belajar-mengajar, dan hasil-hasil belajar.
Penilaian program pendidikan atau penilaian kurikulum menyangkut
penilaian terhadap tujuan pendidkan, isi program, strategi pelaksanaan
program, dan sarana pendidikan penilaian proses belajar-mengajar menyangkut
penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola intraksi guru-siswa, dan
keterlaksanaan program belajar-mengajar. Sedangkan penilaian hasil belajar
menyangkut hasil belajar jangka pendek dan hasil belajar jangka panjang3.
Suatu pendidikan tidak akan berjalan baik tanpa adanya kurikulum. Yang
dimana kurikulum adalah suatu kumpulan mata pelajaran dan program-
program pendidikan yang diberikan untuk setiap lembaga sekolah, untuk di
terapkan kepada peserta didik. Terdapat banyak pengertian tentang kurikulum,
“kurikulum merupakan seperangkat rencana dan cara mengadministrasikan
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk pedoman
penyelenggaraan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan”. Dengan
kurikulum dapat menjadikan pelaksanaan pembelajaran lebih terstruktur dan
sistematis.4
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia
ataupun binatang, yang memiliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau
komponen-komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah
tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta
evaluasi. Keempat kompenen tersebut berkaitan erat satu sama lain. Suatu
kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi
dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan,
kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antar komponen-
3 Ibid,hlm.2. 4Herry Widyastono, Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2014), hlm. 1.
3
3
komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi
dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan
kurikulum.5
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap peserta didik secara holistic (seimbang). Kompetensi
pengetahuan, keterampilan dan sikap ditagih dalam raport dan merupakan
penentu kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik. Kompetensi pengetahuan
peserta didik dapat dikembangkan meliputi mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi agar menjadi pribadi yang
mengusai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan berwawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban. 6
Diantara keunggulan penerapan kurikulum 2013 yang didasarkan
pengembangan karakter dan kompetensi peserta mampu mewujudkan individu
yang beriman, memiliki karakter berbudi pekerti yang luhur, memiliki
tanggung jawab, produktif, kreatif dan memiliki ketrampilan yang sesuai
dengan pengetahuan yang relevan. Ada beberapa perubahan pada kurikulum
2013 diantaranya: 1) untuk standar kelulusan disesuaikan dengan kebutuhan
mendasar, karakteristik dan perkembangan siswa, yang berdampak pada
berkurangnya beban belajar; 2) seluruh mata pelajaran bergantung dan
berkaitan erat dengan kompetensi inti dan berkontribusi untuk membentuk
sikap spritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan siswa; 3) pada
kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa melalui pendekatan ilmiah; 4)
proses dan hasil dari penilaian tertuju pada pembentukan sikap spritual,m sikap
sosial, pengetahuan dan keterampilan.7
5Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan…, hlm. 102. 6Herry Widyastono,Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah (Jakatra: Bumi
Aksara, 2014), hlm. 119. 7 Wiranti, Penerapan Penilaian Hasil Belajar dalam Kurikulum 2013 di SMP (Studi Kasus
di MTs Negeri Yogyakarta II) ( Universitas Negeri Yogyakarta, 2015). hlm.2
4
4
Pada kurikulum 2013, penilaian hasil belajar terdiri dari penilaian
autentik dan penilaian non-autentik, dimana pada penilaian autentik dilakukan
selama proses pembelajaran berlangsung, baik proses maupun hasil dengan
berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi
yang ada di standard kompetensi (SK) atau kompetensi inti (KI) dan
kompetensi dasar (KD). Kalau penilaian non-autentik didapatkan berdasarkan
hasil tes, ulangan, dan ujian setelah selesainya proses pembelajaran. penilaian
dilaksanakan secara menyeluruh dalam upaya mengetahui perkembangan
peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya meliputi
kompetensi sikap spritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan yang
dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus secara
berkesinambungan dan terus-menerus.8
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliiti lakukan terhadap beberapa
guru diketahui bahwa salah satu kendala yang dihadapi oleh guru-guru di SDN
2 Ketangga adalah mengenai penilaian autentik. Terdapat beberapa guru
mata pelajaran penjas, mulok, agama dan guru kelas yang belum sepenuhnya
memahami tentang penilaian autentik, terutama pada aspek sikap spritual dan
sosial, apa yang harus dinilai dan bagaimana cara menetukan kriteria
penilaiannya, sementara guru diminta memperhatikan keseharian siswa untuk
mendapatkan penilaian secara utuh. Hal tersebut disebabkan kurang
optimalnya sosialisasi dan pelatihan kurikulum 2013 khususnya metode
penilaian sehingga para guru dituntut belajar sendiri metode pelaksanaan
penilaian autentik sesuai prosedur yang ditentukan. Di samping itu, masalah
yang muncul terkait dengan ketidaksiapan guru secara mental dalam
menerapkan penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan kurikulum 2013
pada pembelajaran, hal ini disebabkan penerapan kurikum 2013 tergolong baru
38Misbahuddin, Analisis, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara,2004), hlm. 32.
34
34
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja, seperti yang
disarankan oleh data.39
Dalam upaya menganalisa data guna memperoleh data yang valid
maka yang harus dilakukan peneliti adalah mengorganisasikan data,
mengurutkan data dan mengelompokkannya yang terdiri dari hasil observasi,
wawancara ataupun dokumentasi bahan komentar peneliti dilapangan dan
lain sebgainya. Pengroganisasian dan pengolahan data tersebut bertujuan
untuk menemukan tema yang terdiri dari hipotesisi kerja yang akhirnya
diangkat menjadi teori subtantif.
Karena keseluruhan langkah penelitian ini merupakan proses yang
berjalan secara serentak dan stimulan, maka secara teoritis analisa dan
pengumpulan data dilakukan secara berulang-ulang, karena dalam penelitian
kualitatif dikenal dengan adanya analisa data lapangan kendati analisa harus
dilaksanakan secara intuitif setelah pengumpulan data terakhir.
7. Keabsahan Data
Untuk mendapatkan keabsahan data atau kredibitas data, diperlukan
teknis pemeriksaan keabsahan. Hal ini dimaksudkan agar informasi yang
disimpulkan mengandung kebenaran.
Adapaun teknik yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
sebgai berikut :
a. Teknik Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi
dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan
39Ibid., hlm. 33.
35
35
atau tentatif. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu
yang sedang dicari kemudian memusatkan pada hal-hal tersebut secara
rinci.40
b. Teknik Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi yang paling
banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Triangulasi dibedakan menjadi empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik
dan teori. Teknik triangulasi yang digunakan oleh peneliti untuk
memeriksakan keabsahan data di sini adalah triangulasi sumber data dan
triangulasi metode.
1) Triangulasi sumber data
Triangulasi sumber data berarti membandingkan dan mengecek balik
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
2) Triangulasi metode
Dalam triangulasi metode terdapat dua strategi yaitu : pertama,
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan
40Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya:
2007),hlm. 329-330.
36
36
bebrapa teknik pengumpulan. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber metode data yang sama.41
H. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dan penulisan dalam skripsi ini menjadi terarah, utuh
dan sistematis. Maka penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab, antara lain:
Bab pertama pendahuluan, meliputi : latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat peneitian, ruang lingkup dan setting penelitian,
telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sistematika pembahasan.
Bab kedua diungkapkan seluruh data dan temuan yang diperoleh dalam
penelitian yang meliputi : gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data dan
hasil wawancara tentang bagaimanakah penerapan kurikulum 2013.
Bab keempat yakni bab penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran.
41Ibid., hlm. 331.
37
37
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
1. Keadaan Guru
Berdasarkan hasil wawancara dengan waka kurikulum menjelaskan
guru di SDN 2 Ketangga keseluruhan berjumlah 11 guru yang semuanya
PNS, dengan rincian 1 orang kepala sekolah, 1 orang waka kurikulum, 6
orang guru kelas, 1 orang guru penjaskes, 1 orang guru mulok dan 1 orang
guru Pendidikan Agama Islam.
Berdasarkan hasil dokumentasi data guru dapat dilihat dari latar belang
pendidikan terakhir seluruhnya dengan S1 pendidikan. Dilihat dari data
tersebut, guru-guru di SDN 2 Ketangga memiliki kemampuan mengajar yang
cukup mumpuni.
2. Kurikulum yang digunakan
SDN 2 Ketangga saat ini menggunakan Kurikulum 2013 sesuai dengan
Peraturan Pemerintah tahun 2016 tentang kurikulum 2013 (k-13) Tahun
2016.
Di SDN 2 Ketangga Kurikulum 2013 diterapkan di seluruh kelas dari
kelas I sampai kelas VI yang dimulai pada tahun pelajaran 2017/2018, yang
sebelumnya masih menggunakan KTSP. Data diperoleh berdasarkan hasil
wawancara dengan waka kurikulum.
38
38
B. Penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan kurikulum 2013 di SDN 2 Ketangga
Berikut paparan hasil penelitian mengenai penilaian autentik hasil belajar
dalam penerapan kurikulum 2013 SDN 2 Ketangga tahun pelajaran 2019/2020.
Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru
bekerjasama dengan siswa. Dalam penilaian autentik keterlibatan siswa sangat
penting. Asumsinya peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar secara
lebih baik jika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Berikut hasil wawancara dengan beberapa guru di SDN 2 Ketangga
mengenai penilaian autentik sebagaimana dinyatakan oleh guru kelas I berikut:
Menurut saya penilaian autentik itu penilaian yang fokus pada penilaian kelas terhadap siswa secara keseluruhan baik ketika menyampaikan materi maupun ketika melakukan pengamatan terhadap gerak gerik siswa per individu42
Begitu pula pendapat guru kelas IV pada salah satu wawancara sebagai
berikut:
Menurut saya penilaian autentik itu lebih memfokuskan hanya pada penilaian ketika proses belajar mengajar berlangsung di kelas, yang menuntut guru lebih cermat dalam melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa disamping melakukan penilaian pengetahuan dan keterampilan dalam bentuk tes43
Sejalan dengan pendapat di atas, guru Mulok juga memberikan
pernyataan dalam wawancara berikut
Menurut saya penerapan penilaian autentik mampu meningkatkan kualitas pembelajaran pada banyak hal, sebab menilai 3 aspek yaitu sikap spritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan, dan dilakukan secara serempak baik ketika menerangkan pelajaran sekaligus guru dituntut
42 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas II, di SDN 2 Ketangga pada tanggal 21 Juni 2019
43 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas IV di SDN 2 Ketangga pada tanggal 21 Juni
2019
39
39
melakukan pengamatan terhadap sikap siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung.44
Dapat disimpulkan, bahwa menurut pemahaman para guru mengenai
penilaian autentik, dalam menerapkan penilaian autentik ialah guru dituntut
harus lebih memahami mengenai penerapan penilaian autentik pada penerapan
kurikulum 2013. Guru mesti melaksanakan penilaian autentik guna
memberikan penilaian terhadap peserta didik sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki siswa serta harus secara tepat dan sesuai menurut kondisi dalam
keseharian.
Ada empat komponen yang dinilai oleh guru dalam penilaian autentik
hasil belajar pada penerapan kurikulum 2013 secara berkesinambungan yakni
kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Data
diperkuat oleh pernyataan dari waka kurikulum, beliau menjelaskan bahwa
untuk penilaian raport ada 4 macam kompetensi yang dinilai yakni sikap
spritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan, sesuai dengan pernyataan
guru Waka kurikulum sebagai berikut:
“Kompetensi yang dinilai dalam Kurikulum 2013 seperti kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.”45 Guru Pendidikan Agama Islam juga menambahkan sebagai berikut:
“...memang ada aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.”46
44 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Mulok di SDN 2 Ketangga pada tanggal 21 Juni
2019
45 Hasil Wawancara peniliti dengan Waka Kurikulum SDN 2 Ketangga pada tanggal 18
Juni 2019
46 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Pendidikan Agama Islam SDN 2 Ketangga pada
tanggal 18 Juni 2019
40
40
Selain dengan wawancara, peneliti juga melakukan analisis
menggunakan dokumen dari guru. Dokumen tersebut merupakan dokumen
raport yang meunjukan adanya 4 kompetensi yang dinilai, yaitu kompetensi
sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.
Aspek sikap spiritual yang dinilai guru mengacu pada Kompetensi Inti
I (KI I), yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan KI I tersebut aspek sikap spiritual yang diamati, yaitu menilai
ketika peserta didik berdoa baik sebelum dan sesudah belajar di kelas, serta
menilai perilaku peserta didik ketika membaca Yasin, asmaul husna dan
surat pendek/tadarusan baik ketika IMTAQ atau ketika pelajaran agama.
Data tersebut diperkuat dengan hasil observasi pada 21 Juni 2019 di
musholla, pukul 07.00 WIB semua peserta didik melaksanakan rutinitas
IMTAQ membaca surat Yasin, do’a, asma’ul husna yang dipandu oleh guru
agama melalui pengeras suara/speaker dan sholat Dhuha bersama. Begitu
juga di dalam kelas masing-masing yang dipandu oleh guru kelas masing-
masing membaca do’a sebelum kegiatan belajar dimulai dan beberapa ayat
pendek. Selama peserta didik membaca do’a dan ayat pendek, guru
mengamati sikap peserta didik sambil ikut membaca dengan suara pelan.
Selesai membaca do’a dan ayat pendek, dilanjutkan berdoa sebelum
memulai pembelajaran.47
Hasil observasi pada tanggal 20,21-22 Juni 2019 menunjukan bahwa
aspek sikap spiritual yang dinilai meliputi guru menilai saat peserta didik
terlihat melaksanakan shalat berjama’ah dan melaksanakan shalat Dhuha dan
47 Hasil Observasi peniliti di SDN 2 Ketangga pada tanggal 21 Juni 2019
41
41
baca yasin bersama ketika IMTAQ. Hal ini ditunjukan dengan kegiatan guru
sebelum memulai pembelajaran selalu menanyakan kepada peserta didik
sudah melaksanakan Shalat Subuh atau belum. Selain itu guru juga
mengamati kegiatan peserta didik di lingkungan sekolah pada jam 12.00
WIB. Guru mengamati peserta didik yang pergi ke mushola untuk sholat
dengan berjama’ah.48
Guru Pendidikan Agama Islam menjelaskan aspek sikap spiritual
mencakup beberapa indikator meliputi keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan YME seperti berdoa sebelum dan sesudah belajar, ketaatan dalam
beribadah, Sholat Zhuhur berjamaah di mushola, kegiatan IMTAQ yang diisi
dengan membaca Yasin dan diikuti dengan Sholat Dhuha setiap hari
Jum’at.49
Pernyataan guru kelas V menambahkan bahwa aspek yang diamati
seperti ketertiban dalam shalat, mentaati tata tertib ibadah dan sebagainya. 50
Sependapat dengan guru kelas VI menjelaskan bahwa aspek sikap spiritual
yang diamati seperti sikap berdoa, sikap membaca al-qur’an, dan sebagainya.
Beliau menambahkan bahwa masih mengalami kesulitan dalam menilai
aspek sikap spiritual, karena masih belum memahami bagaimana cara
menilai sikap spiritual yang tercermin pada perilaku peserta didik.51
Aspek sikap sosial yang dinilai guru mengacu pada Kompetensi Inti II
(KI II), yaitu menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung
48 Hasil Observasi peniliti di SDN 2 Ketangga pada tanggal 20,21-22 Juni 2019
49 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Pendidikan Agama Islam SDN 2 Ketangga pada
tanggal 22 Juni 2019
50 Hasil Wawancara peniliti dengan guru V SDN 2 Ketangga pada tanggal 22 Juni 2019
51 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas VI SDN 2 Ketangga pada tanggal 22 Juni
2019
42
42
jawab, toleransi, gotong royong, santun, dan percaya diri. Guru kelas IV
menjelaskan dalam suatu wawancara bahwa:
Aspek yang dilihat pada saat pelajaran matematika misalnya yakni semangat dalam mengerjakan tugas, cepat tidaknya mengerjakan tugas (daya tanggap), percaya diri tampil di depan kelas, tidak mudah putus asa, berani berpendapat dan bertanya. Beliau juga menambahkan bahwa pelaksanaan penilaian tidak harus melihat perkembangan kognitif peserta didik saja, pengelompokan juga dapat mengasah keterampilan peserta didik.52
Data di atas didukung hasil observasi pada hari Sabtu, 22 Juni 2019,
terlihat peserta didik sangat antusias dalam mengerjakan soal yang diberikan
guru. Semua peserta didik mengerjakan bersama-sama kelompoknya saling
bantu ketika ada peserta didik dalam kelompok yang tidak dapat
mengerjakan.53 Dari hasil observasi tersebut, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa guru menilai semangat belajar peserta didik ketika diberi materi, guru
menilai kerjasama kelompok yang ditunjukan oleh peserta didik dalam
mengerjakan tugas, guru menilai rasa ingin tahu yang ditunjukan peserta
didik ketika mengerjakan tugas, guru menilai rasa percaya diri yang
ditunjukan peserta didik.
Guru Mulok menjelaskan dalam suatu wawancara sebagai berikut :
Aspek sikap sosial yang diamati seperti pada waktu ulangan peserta didik tidak mencontek, gotong royong membersihkan kelas, kepeduliannya terhadap kelasnya, selalu hadir tepat waktu dan sikap terhadap guru di dalam kelas.54
Data di atas didukung oleh hasil observasi pada hari Senin, 24 Juni
2019 di kelas V. Guru membuat kelompok dan memberikan tugas kepada
52 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas IV SDN 2 Ketangga pada tanggal 22 Juni
2019
53 Hasil Observasi peniliti di SDN 2 Ketangga pada tanggal 22 Juni 2019
54 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Mulok SDN 2 Ketangga pada tanggal 22 Juni
2019
43
43
peserta didik, dari tugas kelompok tersebut guru menilai sikap peserta didik
ketika mempresentasikan di depan kelas, menilai kerjasama kelompok ketika
mengerjakan tugas, dan menilai sikap tanggung jawab terhadap tugas
masing-masing peserta didik yang ditunjukan dengan patisipasinya ketika
kerja kelompok. Di tengah pembelajaran guru memberikan hukuman kepada
salah satu kelompok, karena kelompok tersebut tidak mendengarkan ketika
guru menjelaskan tugas yang diberikan. 55
Selain menilai aspek sikap sosial yang tercermin ketika mengikuti
pembelajaran guru juga menilai aspek yang tercermin di lingkungan sekolah
seperti menilai kehadiran peserta didik, terlambat atau datang tepat waktu.
Data sesuai dengan hasil observasi pada bulan Juni tanggal 3-8 Juni 2019.
Pukul 07.00 WIB gerbang utama sekolah ditutup dan semua peserta didik
yang datang tepat waktu melaksanakan rutinitas membaca do’a dan surat
pendek bersama di dalam kelas masing-masing. Bagi peserta didik yang
datang lebih dari jam 07.00 WIB, peserta didik wajib melapor ke guru piket
atau ke wali kelas masing-masing, agar dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran.56
Guru Penjas dalam suatu wawancara menjelaskan sebagai berikut:
Tidak semua aspek sikap sosial diambil penilaiannya. Kita hanya mengambil beberapa aspek yang disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari, misalnya di dalam RPP hanya diambil nilai kejujuran, disiplin, bertanggungjawab dan kerjasama. Namun, untuk penilaian raport harus mencakup semua aspek pada KI II yang diserahkan pada wali kelas.57
55 Hasil Observasi peniliti di SDN 2 Ketangga pada tanggal 24 Juni 2019
56 Hasil Observasi peniliti di SDN 2 Ketangga pada tanggal 3-8 Juni 2019
57 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Penjaskes SDN 2 Ketangga pada tanggal 24 Juni
2019
44
44
Pernyataan tersebut ditambahkan oleh waka kurikulum sebagai
berikut:
“Untuk aspek sikap tidak semua KD diambil penilaiannya dalam satu penilaian, jadi setiap materi aspek sikap yang diambil dapat hanya 1 saja, atau dua atau tiga saja, tetapi kalau di blangko raport yang diserahkan ke bapak ibu guru wali kelas kan harus ada 10 item, mau tidak mau dalam satu semester harus dinilai semua 10 item itu. 10 item itu mencakup sikap spiritual dan sikap sosial. Sikap spiritual ada dua ketaqwaan dan ketaatan kepada Tuhan YME.”58
Sesuai dengan pernyataan Mulok dan Penjas bahwa aspek penilaian
sikap sosial seperti tanggung jawab, disiplin, dan sebagainya, tidak semua 8
aspek diterapkan pada satu Kompetensi Dasar (KD). Misalnya untuk
membuat work dest kerja kelompok yang dinilai hanya kerjasama,
kedisiplinan, atau tanggung jawabnya saja. Pernyataan tersebut sebagai
berikut:
“Menilai sikap sosial seperti tanggungjawab, disiplin, dan sebagainya, saya terapkan pada KD, tetapi tidak semuanya 8 aspek di dinilai pada satu KD. Misalnya membuat work desk kerja kelompok hanya dinilai kerjasamanya atau kedisiplinannya atau mungkin tanggung jawabnya saja.” 59
Pada ranah sikap (spritual dan sosial) pribadi siswa yang dinilai
melalui pengamatan secara langsung baik di dalam dan di luar kelas
ditentukan secara sepintas dan secara umum. Yang dilihat guru siswa yang
paling menonjol di kelas maupun di laur kelas, sedangkan yang lainnya
dinilai sama. Meskipun pengamatan dilakukan guru setiap hari selama
pembelajaran, ini disebabkan guru belum leluasa dan gagap dan belum
58 Hasil Wawancara peniliti dengan Waka Kurikulum SDN 2 Ketangga pada tanggal 24
Juni 2019
59 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Mulok dan penjas SDN 2 Ketangga pada tanggal
24 Juni 2019
45
45
begitu paham harus diapakan penilaiannya. Selain itu, membutuhkan waktu
yang banyak untuk mencermatinya. Seperti pernyataan guruPAI:
“Dalam menilai sikap (spritual dan sosial) kita melakukan secara sekilas saja, menilainya diambil umum saja. Seperti menilai sikap spiritual, aspek yang diamati seperti mengamalkan ajaran agama agama diamati secara sepintas. Seringnya sebelum memberi materi saya menanyakan sudah shalat subuh atau belum, jika siswa A menjawab belum berarti nilainya kurang. Siswa B menjawab sudah berarti nilainya baik. Anak yang tidak menjawab akan disama ratakan untuk penilaiannya, hanya melihat beberapa yang sangat baik dan beberapa yang kurang baik. itu masuk dalam observasi saya. Observasi kepada siswa tidak memungkinkan dilakukan satu persatu mbak. Jadi pengamatan hanya saya lakukan sepintas saja. Dipilih secara global, kalau dipilih secara satu-satu tidak mampu.”60
Dari hasil wawancara dan observasi di atas dapat disimpulkan bahwa
rata-rata semua guru masih mengalami kesulitan dan kebingungan ketika
menentukan penilaian terhadap sikap spritual dan sosial berdasarkan
indikator yang telah ditentukan pada form yang tersedia. Jadi, para guru
masih belum optimal dalam melakukan penilaian pada aspek sikap baik
sikap spritual maupun sikap sosial karena keterbatasan alat penilaian dan
waktu.
Selanjutnya untuk menilai kompetensi pengetahuan menggunakan
tes lisan, tertulis, dan penugasan. Tes tertulis dalam bentuk soal esai dan
pilihan ganda. Tugas diberikan misalnya membuatr makalah, kemudian
dibahas bersama-sama atau dibaca di depan kelas, dan simpulkan bersama.
Disamping itu, menerapkan pengamatan seprti saat siswa mampu
menyimpulkan suatu materi pada pembelajaran.
60 Hasil Wawancara peniliti dengan Waka Kurikulum SDN 2 Ketangga pada tanggal 25
Juni 2019
46
46
Hasil wawancara dengan guru kelas II sebagai berikut:
“Kalau pengetahuan menggunakan ulangan harian baik bentuk teori atau praktek. Terkadang saya lontarkan pertanyaan, anak yang menjawab akan mendapat nilai tambahan.” 61 Guru kelas III menjelaskan juga dalam sebuah wawancara sebagai
berikut:
“Pengetahuan menggunakan tes tertulis dan pertanyaan langsung/tanya jawab di dalam kelas, namun saya lebih mengutamakan pertanyaan langsung di dalam kelas.”62
Guru kelas IV menjelaskan dalam wawancara bahwa untuk menilai
kompetensi pengetahuan menggunakan tes, tugas mandiri, dan tugas
terstruktur. Tes menggunakan pilihan ganda dan esai, untuk menilai ini
hampir mirip seperti ujian, tes, tugas, ulangan, Uts, Uas, yang disesuaikan
dengan indikatornya. Sebagaimana dijelaskan :
“Menilai kompetensi pengetahuan mengunakan tes biasa berupa pilihan ganda dan essay, ada juga tugas mandiri dan terstruktur. Menilai pengetahuan sekarang sebenarnya hampir-hampir sama seperti ujian, tes, ulangan, tugas, UTS, UAS. Untuk nilainya dilihat dari indikatornya.”63
Data diperkuat oleh pernyataan guru kelas V bahwa menilai
pengetahuan menggunakan tes tertulis, lisan, dan tugas. Pernyataan
sebagai berikut:
61 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas II SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
62 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas III SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
63 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas IV SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
47
47
“Kalau pengetahuan menggunakan tes tertulis, lisan, dan tugas. Tes tertulis seperti ulangan harian, biasanya dilakukan setelah semua KD terselesaikan.”64
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan dinilai menggunakan tes dan lisan. Tes tertulis menggunakan
pilihan ganda dan esai yang biasa dilakukan setelah semua KD
terselesaikan. Sedangkan untuk tes lisan tidak diadministrasikan menjadi
nilai rapor, hanya saja digunakan untuk menambah nilai yang kurang atau
kalau ada yang remidi atau nilainya di bawah KKM.
Selanjutnya untuk menilai kompetensi keterampilan berbeda pada
masing-masing mata pelajaran, sebagaimana hasil wawancara dengan guru
kelas V sebagai berikut:
“Kalau mata pelajaran Bahasa Indonesia misalnya, untuk keterampilan saya nilai keterampilan berbicara, saya ambil penilaian menceritakan kembali. Kemarin masih banyak yang tidak bisa menceritakan kembali. Begini mbak, anak yang sering berkomunikasi di depan kelas saja kadang untuk berpidato atau presentasi masih bingung dan takut. Apa lagi anak yang tidak pernah berkomunikasi, jadi saya bingung mbak, harus menilainya bagaimana.”65
Hasil wawnacara di atas sesuai dengan pernyataan dari guru
Pendidikan Agama Islam berikut ini:
“Nilai praktek dilihat dari indikator penilaiannya. Misalnya masalah shalat, tadi niatnya sesuai dengan indikator tidak, kalau sesuai dinilai 10, tatacara berwudunya sesuai atau tidak, kalau sesuai dinilai 10. Nilai pada indikator tidak semua dinilai 10, tapi disesuaikan dengan pencapaian indikator yang dilakukan anak ketika praktek, dapat dinilai 8, 7, semua dirata-rata menjadi nilai raport.”66
64 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas V SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
65 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas V SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
66 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Pendidikan Agama Islam SDN 2 Ketangga pada
tanggal 25 Juni 2019
48
48
Berdasarkan wawancara dan didukung oleh hasil observasi pada hari
Senin, 25 Juni 2019. Peneliti mengamati guru membentuk kelompok
diskusi dengan jumlah anggota sekitar 4-5 orang dalam pembelajaran.
Guru memberikan tugas pada masing-masing kelompok tentang teks
bacaan cerpen. Kemudian tugas kelompok tersebut akan dipresentasekan
di depan kelas menurut kelompok yang paling awal menyelesaikan tugas
kelompoknya. Melalui observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas
diskusi diadakan untuk menilai keterampilan peserta didik dalam
menyajikan hasil dikusisnya di depan kelas secara lisan. Peneliti
mengamati bahwa guru belum menggunakan lembar observasi diskusi
kelompok dalam menilai unjuk kerja dalam diskusi kelompok dan
presentasi secara lisan. Guru hanya mengamati dan mendokumentasikan
siswa saat melakukan diskusi dan menampilkannya di depan kelas.67
C. Faktor penghambat dalam penerapn penilaian autentik hasil belajar
kurikulum 2013
Sebelum dipaparkan sosulis terlebih dahulu dipaparkan beberapa
kendala yang dihadapi guru dalam penilaian autentik pada penerapan
kurikulum 2013. Berikut ini penjelasan dari salah seorang guru kelas III di
SDN 2 Ketangga menyatakan bahwa :
“Kami mengalami kendala dalam melaksanakan penilaian autentik yaitu: a) belum meratanya kegiatan pelatihan dan kesempatan mengikuti seminar kurikulum 2013; b) belum mampu mengelolah waktu melakukan penilaian sesuai dengan kurikulum 2013; 3) kurang lengkap jenis penilaian yang digunakan dan d) belum terbiasa menyusun rubrik penilaian.”68
67 Hasil Observasi peniliti di SDN 2 Ketangga pada 25 Juni 2019
68 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas III SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
49
49
Sejalan dengan pernyataan salah satu guru kelas II berdasarkan hasil
wawancara sebagai berikut:
“Sebagai guru dalam melaksanakan penilaian autentik, ada beberapa kendala yang kami hadapi seperti : a) perencanaan yang rumit; b) banyaknya komponen yang diperhatikan guru secara bersamaan dalam melaksanakan penilaian; c) penilaian sikap yang harus memperhatikan secara detail dengan jumlah siswa yang banyak dalam satu ruangan.”69 Demikian juga pernyataan guru Mulok dalam suatu wawancara
menjelaskan sebagai berikut:
“Khusus penilaian kendalanya di penilaian sikap sosial yang harus dituntut ada 7 aspek yang dinilai, seperti gotong royong dan sebagainya. Kendalanya belum begitu memahami sikap gotong royong yang dimaksud seperti apa, saling komunikatif seperti apa tidak begitu jelas selama ini untuk penjelasannya. Gotong royong dan kerjasama itu hampir mirip, pembedanya dimana. Penilaian dilakukan pada saat diskusi saja. Kendalanya ketika menilai sikap sosial, selama ini tidak sampai benar-benar valid hanya sebatas waktu pelajaran matematika.” 70
Sesuai dengan pernyataan guru kelas I menjelaskan bahwa:
“Terus terang secara pribadi belum dapat menilai secara objektif. Misalnya ketika mengamati ada satu atau dua peserta didik terlihat ngeyel (tidak menurut), sehingga jugdment terhadap peserta didik tersebut bersikap tidak patuh. Selain itu, ketika diadakan pengamatan peserta didik bersikap baik dan bagus, akan tetapi ketika di luar sekolah sikap peserta didik menyimpang. Hal ini karena tidak dapat melihat secara langsung sikap peserta didik di luar sekolah.”71 Guru kelas IV juga menambahkan sebagai berikut: “Sebagai guru mengharapkan peserta didik tidak hanya tertib ketika diamati atau ketika ada guru saja, akan tetapi ketika di luar sekolah
69 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas II SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
70 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Mulok SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
71 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas I SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
50
50
peserta didik mampu menjadi pribadi yang disiplin tidak menyimpang”72 Dari beberapa paparan wawancara di atas, kendala yang dihadapi oleh
para guru dalam pelaksanaan penialain autentik dalam penerapan kurikulum
2013 yaitu seputar kurangnya pemahaman guru dalam menerapkan penilaian
autentik, terutama dalam kendala penilaian sikap, baik sikap spritual maupun
sikap sosial, komponen yang terlalu banyak untuk dinilai sedangkan waktu
terbatas dengan jumlah siswa yang banyak. Sementara tuntutan harus
memerhatikan secara detail per individu siswa yang diamati, ditambah lagi
karena keterbatasan dalam mengikuti pelatihan kurikulum 2013.
Seperti penjelasan dari Kepala Sekolah SDN 2 Ketangga yang
menyatakan:
“Kurangnya sosialisasi kurikulum 2013 di desa-desa sehingga saya bisa mengatakan bahwa kurikulum 2013 belum bisa dikatakan cukup memadai. Adapun alokasi waktu pembelajaran dalam seminggu cukup menguras waktu dan tenaga (padat), dan banyaknya jumlah peserta didik dalam 1 ruangan menyebabkan pembelajaran kurang efektif karena kesulitannya si pendidik dalam mengatasi siswa siswi. Selain itu masih kurangnya fasilitas yang memadai karena masih terdapat beberapa bangunan yang perlu direnovasi dan kurangnya beberapa media pembelajaran untuk menunjang keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar.”73 Hal serupa ditambahkan oleh Waka Kurikulum SDN 2 Ketangga yang
menyatakan sebagai berikut:
“Kendala dalam penerapan penilaian pada kurikulum 2013 diantaranya partisipasi orang tua peserta didik salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik, dan salah satu faktor pendukung untuk bisa memahami penilaian autentik tidak lepas dari dorongan kepala sekolah yang selalu berusaha mencapai maksimal dalam meningkatkan
72 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas IV SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
73 Hasil Wawancara peniliti dengan Kepala Sekolah SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
51
51
kemampuan atau kompetensi para peserta didik di SDN 2 Ketangga untuk dapat menjalankan kurikulum 2013 dengan menggali informasi melalu media dan melakukan pelatihan secara inten.”74
Sama halnya sebagaimana yang dijelaskan oleh salah seorang guru
Pendidikan Agama Islam berikut dari hasil wawancara:
“Kepala sekolah sudah berusaha semaksimal mungkin dalam meningkatkan kompetensi peserta didik, siapapun yang akan menjadi pemimpin kita harus bekerja sama demi kemajuan sekolah dan adapun faktor penghambat yang saya temui dalam melakukan penilaian autentik yaitu: a) sosialisasi kurikulum 2013 belum berjalan dengan sehingga menghambat pemahaman guru tentang penilaian autentik; b) alokasi waktu pembelajaran dalam seminggu cukup padat, sehingga menguras tenaga waktu dan fikiran selain itu memerlukan staminah yang kuat; c) jumlah peserta didik dalam ruangan sekitar 30-35 orang itu cukup banyak sehingga kita sebagai pendidik sangat kewalahan dan mempengaruhi proses belajar mengajar yang kurang efektif atau kurang maksimal.”75
Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menghambat pada
pelaksanaan penilaian autentik hasil belajar begitu berpengaruh terhadap
proses pemahamna guru dalam melaksanakan penilaian autentik. Dari uraian
di atas terdapat beberapa faktor penghambat dalam menerapkan penilaian
autentik penilaian hasil belajar di SDN 2 Ketangga yaitu :
2. Terlalu padatnya alokasi waktu pembelajaran dalam seminggu.
3. Cukup banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas.
4. Fasilitas di sekolah yang masih kurang memadai
Beberapa masalah yang merupakan kendala dalam penilaian autentik
hasil belajar di atas mestilah segera dicari solusinya guna memecahkan
74 Hasil Wawancara peniliti dengan Waka Kurikulum SDN 2 Ketangga pada tanggal 25
Juni 2019
75 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Pendidikan Agama Islam SDN 2 Ketangga pada
tanggal 25 Juni 2019
52
52
masalah yang sedang dihadapi oleh para guru sehingga para guru lebih faham
dan mampu melaksanakan tugasnya dalam evaluasi pembelajaran pada akhir
kegiatan pembelajaran di kelas maupun akhir semester.
Solusi untuk mengatasi hambatan dalam penerapan penilaian autentik hasil belajar kurikulum 2013
Solusi timbul dari adanya kendala yang disebabkan dari penerapan suatu
model atau kebijakan. Dengan adanya solusi diharapkan mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi paling tidak mengurangi sehingga apa
yang menjadi tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Ada beberapa solusi yang dapat dilaksanakan oleh pihak sekolah di
SDN 2 Ketangga sebagaimana pemaparan hasil wawancara sebagai berikut.
Pernyataan Kepala Sekolah SDN 2 Ketangga:
“Kita sudah melakukan sosialisasi tentang penilaian dengan mengundang narasumber untuk workshop. Untuk workshop RPP, narasumber dari pengawas dinas maupun pengawas kemenag. Mengadakan sosialisasi dengan mengundang narasumber dari dinas dan kemenag adalah hal pertama kali yang kami lakukan untuk memberikan penyuluhan kepada para guru terkait penilaian autentik hasil belajar pada penerapan kurikulum 2013 ini.”76 Pernyataan ini diperkuat oleh Waka Kurikulum sebagai berikut: “Memang benar sekali, sosialisasi tentang penilaian pada penerapan kurikulum 2013 pihak sekolah telah berkoordinasi dengan pihak dinas ataupun kemenag agar didatangkan narasumberr untuk workshop RPP, evaluasi dan lainnya”77 Demikian juga dengan pernyataan guru kelas V sebagai berikut:
76 Hasil Wawancara peniliti dengan Kepala Sekolah SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
77 Hasil Wawancara peniliti dengan Waka Kurikulum SDN 2 Ketangga pada tanggal 25
Juni 2019
53
53
“Kami dibekali dengan berbagai pelatihan baik dari dinas maupun dari kemenag berupa workshop. Awalnya guru mengikuti bimtek/sosialisasi selama 4 hari.”78 Hal senada diungkapkan oleh gru Pendidikan Agama Islam dan
Penjaskes
“Bimbingan dan pelatihan atau sosialisasi dilakukan secara umum bagi semua guru bukan hanya untuk guru mata pelajaran atau guru kelas saja. Untuk bimbingan dan latihan pembuatan perangkat pembelajaran seperti RP diadakan dua kali dalam satu semester, sedangkan untuk bimbingan dan latihan penilaian dan pengisian raport dilaksanakan dua kali juga. Dengan adanya Bimteg ini kami merasa beryukur, karena sedikit demi sedikit kebingungan kami berkurang’79
Selanjutnya wawancara dengan guru kelas I, II, dan III sebagai berikut:
“ Berangkat dari keluhan para guru akhirnya kami mengadukan kepada Kepala Sekolah agar mengundang narasumber untuk mengadan Bimtek/sosialisasi secara berkala dan berkelanjutan mengenai penerapan kurikulum 2013 baik penyusunan RPP hingga evalasui. Kami bersyukur sekolah kami mengadakan sosialisasi RPP 2 kali dalam 1 semester, kalau untuk penilaian dan raport dilakukan 2 kali juga. Sekarang permasalah sudah menjadi jelas, kami tidak bingung lagi.”80
Dari pemaran hasil wawancara di atas bahwa berbagai permasalahan
sebagai kendala bagi para guru dalam melakukan penilaian autentik hasil
belajar khususnya sudah mampu teratasi meski tidak sekaligus. Solusi yang
diberikan pihak sekolah dengan menkoordinasikan kepada pihak dinas dan
kemenag agar mengutus narasumber yang mumpuni untuk memberikan
bimteg atau sosialisasi dalam workshop. Secera berkala bimteg/ sosialisasi
dilakukan mengenai penerapan kurikulum 2013 terutama pada aspek penilaian
78 Hasil Wawancara peniliti dengan guru kelas V SDN 2 Ketangga pada tanggal 25 Juni
2019
79 Hasil Wawancara peniliti dengan guru Pendidikan Agama Islam dan Penjas SDN 2
Ketangga pada tanggal 25 Juni 2019
80 Hasil Wawancara peniliti dengan kelas I, II dan III SDN 2 Ketangga pada tanggal 25
Juni 2019
54
54
autentik hasil belajar. Setelah melalui pelatihan secara berkala menyangkut
penerapan penilaian autentik hasil belajar pada kompetensi sikap spritual,
sikap sosial, kompetensi pengetahuan dan keterampilan, segala permasalahan
mampu terselesaikan dengan baik dan tuntas.
55
55
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan kurikulum 2013
Kegiatan menilai adalah satu kesatuan dari sebuah pembelajaran yang harus
dilaksanakan untuk mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran yang telah
dilasanakan, baik dalam bentuk ujian lisan maupun tulisan. Pada tiap kegiatan
pembelajaran, penilaian bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa mampu
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan sebelumnya.
Kegiatan penilaian pada setiap pembelajaran yang mencakup kompetensi
pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa menolong para guru untuk
mengevaluasi efektif atau tidaknya kurikulum, metode, media dan instrumen.
Tujuan penilaian autentik hasil belajar dipakai oleh guru adalah untuk
mengamati kemajuan belajar siswa, perkembangan kemampuan belajar, serta
tingkat pemahaman siswa. Penilaian autentik hasil belajar menurut kurikulum
2013 meliputi empat kompetensi inti yaitu penilaian sikap spritual (KI I), sikap
sosial (KI II), penilaian pengetahun (KI III), penilaian keterampilan (KI IV) sesuai
dengan pedoman yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar dijelaskan
bahwa penilaian hasil belajar merupakan proses mengumpulkan informasi
mengenai pencapaian pembelajaran yang sudah dilaksanakan oleh siswa dalam
mengembangkan kompetensi sikap spritual, sikap sosial, pengetahuan dan
keterampilan yang laksanakan secara sistematis selama dan setelah proses
pembelajaran.
56
56
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan dapat diketahui bahwa
pelaksanaan penilaian autentik hasil belajar dalam penerapan kurikulum 2013 di
SDN 2 Ketangga adalah belum optimal karena ada sebagian guru di SDN 2
Ketangga belum memahami mengenai prosedur pelaksanaan penilaian autentik
hasil belajar apalagi seluruh sekolah dasar negeri yang berada di bawah naungan
kementerian pendidikan nasional itu mesti menggunakan kurikulum 2013. Hal ini
menyebabkan guru-guru di SDN 2 Ketangga harus bekerja ekstra dalam
melaksanakan kurikulum 2013 termasuk memberikan penilaian kepada siswa
yang disebut dengan penilaian autentik.
Menurut pengertian global penilaian autentik didefinisikan sebagai penilaian
yang dilakukan secara menyeluruh untuk menilai sejak dari masukan, proses dan
keluaran.81 Penilaian autentik dilakukan untuk menilai sikap, kompetensi
pengetahuan ataupun kompetensi ketrampilan.
Adapun cakupan penilaian autentik hasil belajar siswa meliputi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang. Penilaian
autenti hasil belajar siswa meliputi sikap (spritual dan sosial) siswa, pengetahuan,
dan keterampilan. Keterangan tersebut sebagaimana dijelaskan pada salinan
lampiran Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar
oleh peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah bahwa ruang lingkup
dalam penilaian autentik meliputi kompetensdi sikap spritual dan sikap sosial,
pengetahuan dan keterampilan.82
81 Peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 66 Tahun 2013
82 Putri, A.D. Pelaksanaan Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik pada Siswa
Kelas IV A SDN 4 Wates Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo. Yogyakarta, 2015 hlm. 5
57
57
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penilaian autentik merupakan
penilaian yang sesungguhnya, yaitu proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi mengenai perkembangan belajar dan perubahan tingkah
laku yang dimiliki siswa setelah suatu kegiatan belajar mengajar selesai.
Dilakukannya penilaian autentik untuk mengetahui apakah terjadi perubahan
tingkah laku siswa, apakah siswa menerapkan pengalaman belajar atau tidak serta
apakah proses belajar mengajar yang sudah berlangsung bernilai positif atau tidak.
Menurut data hasil penelitian, bahwa masing-masing guru menilai aspek
sikap spritual dan aspek sikap sosial berbeda-beda, aspek sikap spritual dan sikap
sosial sesuai dengan indikator pencapaian yang diinginkan. Untuk menentukan
penilaian pada aspek sikap spritual guru mengacu pada pedoman penilaian hasil
belajar kurikulum 2013 yang termuat pada Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 bahwa aspek sikap spritual berhubungan
dengan pembentukan siswa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, sedangkan aspek sikap sosial berhubungan dengan menghargai dan