PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL, PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN DAN KINERJA BANK DI INDONESIA Daissy Erdianthy Dr. Chaerul D. Djakman, S.E., Ak., MBA Universitas Indonesia Kampus UI Depok 16424, Phone: +62-21-727 2425, 727 2646, Fax: +62-21-727 0024 E-mail: [email protected]Abstract The new economic era has changed the business which was originally based on workforce into a business based on knowledge (Petty and Guthrie, 2000) and caused to a hidden value in the form of intellectual capital. This study aimed to determine the effect of Intellectual Capital Disclosure and the independent commissioner as the tendency of corporate governance mechanisms either individually or jointly against Bank Performance and to determine whether the independent commissioner as the tendency of corporate governance mechanisms will strengthen the effect of intellectual capital disclosure against Bank performance. This study will explore more about the influence of sub-sub-components of intellectual capital disclosures on bank performance. Intellectual capital disclosure is measured by level of disclosure of intellectual capital in firms annual reports using the word count method. This method counts the number of words that describes the items of intellectual capital disclosure in annual reports of previous observations. The results showed that in general 1) the disclosure of intellectual capital significantly have negatively associated with bank performance 2) the proportion of independent commissioner significantly have positively associated with bank performance 3) intellectual capital disclosure and the proportion of independent directors jointly affect the performance of the Bank 4) interaction between the proportion of independent directors to the effect of intellectual capital disclosure on performance produced mixed results. Keywords: intellectual capital disclosure, value added, VAIC TM , word count, firm performance.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL, PROPORSI KOMISARIS INDEPENDEN DAN KINERJA BANK DI INDONESIA
Daissy Erdianthy
Dr. Chaerul D. Djakman, S.E., Ak., MBA Universitas Indonesia
Abstract The new economic era has changed the business which was originally based on workforce into a business based on knowledge (Petty and Guthrie, 2000) and caused to a hidden value in the form of intellectual capital. This study aimed to determine the effect of Intellectual Capital Disclosure and the independent commissioner as the tendency of corporate governance mechanisms either individually or jointly against Bank Performance and to determine whether the independent commissioner as the tendency of corporate governance mechanisms will strengthen the effect of intellectual capital disclosure against Bank performance. This study will explore more about the influence of sub-sub-components of intellectual capital disclosures on bank performance. Intellectual capital disclosure is measured by level of disclosure of intellectual capital in firms annual reports using the word count method. This method counts the number of words that describes the items of intellectual capital disclosure in annual reports of previous observations. The results showed that in general 1) the disclosure of intellectual capital significantly have negatively associated with bank performance 2) the proportion of independent commissioner significantly have positively associated with bank performance 3) intellectual capital disclosure and the proportion of independent directors jointly affect the performance of the Bank 4) interaction between the proportion of independent directors to the effect of intellectual capital disclosure on performance produced mixed results.
Keywords: intellectual capital disclosure, value added, VAICTM, word
count, firm performance.
1. Introduction
Information and communication technology mewarnai era ekonomi baru yang
ditandai dengan globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan, serta merubah bisnis
yang semula berdasarkan tenaga kerja menjadi bisnis berdasarkan pengetahuan (Petty
dan Guthrie, 2000). Perubahan ini menyebabkan adanya hidden value yang
diindikasikan sebagai intangible asset berupa modal intelektual (intellectual capital
(IC)). Tetapi menurut Lev dan Zarowin (1999) laporan keuangan gagal menggambarkan
luas cakupan intangible asset.
Sebagian besar literatur mengenai modal intelektual mengungkapkan bahwa modal
intelektual dianggap sebagai sumber penciptaan nilai jangka panjang perusahaan
(Edvinsson dan Malone (1997)). Modal intelektual dibagi menjadi tiga elemen utama
(Sveiby, 1997; Stewart, 1999; Meritum, 2002 dalam Oliveira et al., 2008), yaitu: human
capital, structural capital atau organizational capital, dan relational capital. Jensen dan
Meckling (1976) dalam Agency theory menunjukkan adanya konflik kepentingan antara
manajer dengan pemegang saham yang dapat dijembatani oleh pengungkapan sebagai
mekanisme untuk mengontrol kinerja manajer. Pelaporan modal intelektual sebagai
intangible assets dari perusahaan sangat penting dalam menjembatani information gap
yang mungkin timbul antara manajer dan pemilik perusahaan (White et al., 2007).
Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai modal intelektual dan pengungkapannya
berkisar antara faktor-faktor apa yang menjadi pemicu pengungkapan sukarela modal
intelektual, pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan, dan pengaruh
kinerja modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan penelitian
mengenai pengaruh corporate governance terhadap kinerja perusahaan baik sebagai
variabel moderasi maupun pengaruh langsung telah banyak dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pengungkapan Modal
Intelektual dan Proporsi Komisaris Independen sebagai kecenderungan salah satu
praktik Corporate Governance baik secara masing-masing maupun secara bersama-
sama terhadap Kinerja Bank dan menguji pengaruh Proporsi Komisaris Independen
sebagai faktor moderator di dalam pengaruh Pengungkapan Modal Intelektual terhadap
Kinerja Perbankan di Indonesia. Penelitian ini juga akan mengeksplorasi lebih lanjut
mengenai pengaruh sub-subkomponen pengungkapan modal intelektual sebagai
variabel penjelas di dalam tujuan penelitian di atas.
Sektor perbankan dipilih karena adanya pendapat dari Firer dan William (2003)
bahwa sektor perbankan memiliki modal intelektual yang paling intensif dan dari sisi
sumber daya manusia, karyawan perbankan lebih homogen (Kubo dan Saka, 2002).
Bank yang menjadi sampel penelitian terdiri dari bank Pemerintah dan bank Swasta
sehingga dapat menggambarkan kondisi good governance secara umum pada perbankan
Indonesia. Pemilihan sektor perbankan ini juga sekaligus merupakan keterbatasan
penelitian karena hanya menggunakan satu sektor industri.
Metode word count digunakan untuk mengukur pengungkapan modal intelektual di
dalam laporan tahunan bank. Penggunaan metode word count masih jarang dilakukan
dalam penelitian pengungkapan modal intelektual di Indonesia. Diharapkan metode
dapat memberi kontribusi penelitian pengungkapan modal intelektual. Data yang
dipergunakan diambil dari laporan tahunan bank tahun 2008 sampai dengan tahun 2010
dari website perusahaan dan bank data reuters dari perpustakaan UI dengan fokus pada
Bank Go Public di Indonesia yang memiliki informasi lengkap yang dibutuhkan dalam
penelitian ini. Sampel akhir terdiri dari 48 sampel tahun buku Bank.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong Perusahaan untuk
mempertimbangkan pengungkapan modal intelektual sebagai informasi yang diperlukan
bagi stakeholder. Bagi peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan model dari
penelitian ini dan menggunakan sampel dari berbagai industry. Bagi pembuat
aturan/standard diharapkan untuk mengatur pencatatan intangible value ini sebagai
bentuk trasparansi pada pengguna laporan keuangan.
Penelitian ini akan terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama yaitu introduction,
akan membahas mengenai latar belakang, tujuan penelitian, dan ruang lingkupnya.
Sedangkan bagian kedua adalah landasan teori dan pengembangan hipotesis yang akan
membahas teori yang berkaitan dengan pengungkapan modal intelektual, proporsi
komisaris independen dan kinerja. Pada bagian tiga akan dibahas mengenai metodologi
penelitian yang berkaitan dengan pemilihan sampel, model empiris yang digunakan,
operasionalisasi variabel, dan pengujian modelnya. Sedangkan pada bagian empat akan
membahas mengenai hasil penelitian ini. Akhirnya, di bagian lima akan dibahas
mengenai kesimpulan, keterbatasan, dan implikasi bagi riset di masa mendatang.
2. Theoretical Framework and Hypothesis Development
Hubungan keagenan menurut Jensen & Mecling (1976) merupakan kontrak antara
shareholder (principal) dengan manajer (agent) untuk melakukan jasa sesuai
kepentingan principal. Timbul konflik ketika masing-masing pihak berusaha
memaksimalkan kepentingan masing-masing melalui hidden action maupun hidden
information. Pengungkapan dianggap oleh teori ini sebagai mekanisme yang dapat
mengurangi biaya yang dihasilkan dan konflik serta mengontrol kinerja manajer,
sehingga manajer didorong untuk mengungkap voluntary information seperti
intellectual capital disclosure. Independent directors (komisaris independen untuk
Indonesia) sebagai salah satu mekanisme corporate governance dapat menambah
effectivitas dari board of directors dalam melakukan mekanisme kontrol (Jensen and
Meckling, 1976).
Signaling theory menyatakan bahwa perusahaan dengan kinerja yang tinggi
menggunakan informasi keuangan untuk mengirim sinyal kepada pasar (Spence, 1973).
Biaya atas sinyal bad news adalah lebih tinggi daripada good news, oleh karena itu
manajer lebih termotivasi untuk mengungkapkan intellectual capital sebagai private
information secara sukarela. Ekspektasi manajer bahwa menyediakan sinyal yang bagus
mengenai kinerja perusahaan kepada pasar akan mengurangi asimetri informasi
(Oliveira et al., 2008).
Dalam pandangan stakeholder theory, perusahaan memiliki stakeholders, bukan
sekedar shareholder (Riahi-Belkaoui, 2003), meliputi pemegang saham, karyawan,
pelanggan, pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat. Kelompok stakeholder
inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam pengungkapan suatu
informasi di dalam laporan keuangan dimana laba akuntansi hanyalah merupakan
ukuran return bagi pemegang saham (shareholder), sementara value added adalah
ukuran yang lebih akurat yang diciptakan oleh stakeholders dan kemudian
didistribusikan kepada stakeholders yang sama (Meek dan Gray, 1988 dalam Riahi-
Belkaoui, 2003).
Manajer memiliki dorongan untuk membuat voluntary disclosure ketika manfaat
yang dihasilkan melebihi biaya yang terjadi (Cost and Benefit Theory). Pengungkapan
wajib maupun sukarela termasuk intellectual capital disclosure mengurangi asimetri
informasi dan membantu memperbaiki beberapa mis-evaluation perusahaan, membantu
mengurangi capital cost, meningkatkan permintaan investor, dan mengurangi bid-ask
spread (Oliveira et al., 2008).
Resource based theory menyatakan bahwa sumber daya perusahaan yang terdiri
dari tangible dan intangible assets, yang digunakan secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan perusahaan adalah sumber utama dibalik kemampuan bersaing dan
kinerja perusahaan (Belkaoui, 2003; Firer and William, 2003). Sehingga terdapat
kekurangan dari pengukuran kinerja tradisional yang tidak mencerminkan sepenuhnya
sumberdaya intangible yang dimiliki perusahaan dalam laporan keuangannya.
Kinerja perusahaan go public diukur dari laporan keuangan perusahaan dan nilai
pasar sahamnya. Market player biasanya mempertimbangkan faktor-faktor seperti
perkiraan kondisi ekonomi dan prediksi mengenai kemampuan perusahaan untuk
menciptakan nilai (Goh, 2005). Tetapi seringkali nilai buku maupun nilai pasar tidak
mencerminkan nilai yang sesungguhnya dari perusahaan secara tepat. Penelitian Chen et
al. (2005) mengindikasikan bahwa hampir 50% nilai pasar perusahaan tidak tercermin
di dalam laporan keuangan perusahaan. Selisih ini mungkin disebabkan karena
intangible asset berupa modal intelektual seperti kompetensi karyawan, hubungan
dengan pelanggan, sistem dan prosedur kerja, sistem komputer dan administrasi tidak
dicatat dalam model pelaporan akuntansi dan manajemen tradisional (Stewart, 1997).
Akibat tidak memasukan faktor-faktor modal intelektual dalam laporan keuangan maka
laporan keuangan secara umum gagal mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan
sehinga keputusan yang diambil investor dan stakeholder lain berdasarkan informasi ini
bisa jadi kurang tepat.
2.1. Pengungkapan Modal Intelektual
Sampai saat ini belum ada definisi modal intelektual yang diterima secara umum
atau universal. Namun demikian sebagian besar definisi mengungkapkan hal yang mirip
yaitu modal intelektual dianggap sebagai sumber penciptaan nilai jangka panjang
perusahaan (Edvinsson dan Malone (1997)). Demikian juga dengan klasifikasi modal
intelektual, tidak ada klasifikasi modal ntelektual yang universal. Sebagian besar
peneliti membagi modal intelektual menjadi tiga elemen utama (Sveiby, 1997; Stewart,
1999; Meritum, 2002 dalam Oliveira et al., 2008), yaitu: human capital, structural
capital, dan relational capital.
Pengungkapan dianggap oleh teori agensi sebagai mekanisme yang dapat
mengurangi biaya yang dihasilkan dan konflik serta mengontrol kinerja manajer,
sehingga manajer didorong untuk mengungkap voluntary information seperti
intellectual capital disclosure. Sesuai signaling theory, ekspektasi manajer bahwa
menyediakan sinyal yang bagus mengenai kinerja perusahaan kepada pasar akan
mengurangi asimetri informasi (Oliveira et al., 2008) sehingga manajer lebih
termotivasi untuk mengungkapkan intellectual capital sebagai private information
secara sukarela. Dalam pandangan stakeholder theory, perusahaan memiliki
stakeholders, bukan sekedar shareholder (Riahi-Belkaoui, 2003), Manajer memiliki
dorongan untuk membuat voluntary disclosure ketika manfaat yang dihasilkan melebihi
biaya yang terjadi (Cost and Benefit Theory). Pengungkapan wajib maupun sukarela ter-
masuk intellectual capital disclosure mengurangi asimetri informasi dan membantu
memperbaiki beberapa mis-evaluation perusahaan, membantu mengurangi capital cost,
meningkatkan permintaan investor, dan mengurangi bid-ask spread (Oliveira et al.,
2008).
Bontis et al. (2000) menyatakan bahwa secara umum para peneliti
mengidentifikasi tiga konstruk utama dari modal intelektual, yaitu: structural capital
(SC), customer capital (CC) dan human capital (HC). SC meliputi seluruh non-human
storehouses of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database,
organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang
membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya. Sedangkan tema
utama dari CC adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan
customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkannya melalui proses
berjalannya bisnis. HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi
yang direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari genetic
inheritance, education, experience, and attitude tentang kehidupan dan bisnis. (Bontis
et al., 2000 dalam Ulum et al., 2008 ).
Item-item pengungkapan modal intelektual yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada penelitian Ulum (2008) yaitu sebanyak 25 item, yaitu:
Structural capital atau organizational capital merupakan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya, yang mendukung usaha
karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis
secara keseluruhan yang mencakup dua elemen penting, yaitu intellectual property dan
infrastructure asset. Elemen pertama, intellectual property dilindungi oleh hukum
(paten, hak cipta, dan merk dagang). Sedangkan elemen kedua adalah infrastructure
asset, merupakan elemen intellectual capital yang dapat diciptakan di dalam perusahaan
atau dimiliki dari luar (budaya perusahaan, management process, sistem informasi,
networking system). Di dalam kategori ini, elemen research project ditambahkan
sebagai akun inovasi yang dikembangkan oleh perusahaan. Relational capital
merupakan komponen intellectual capital yang memberikan nilai secara nyata, yaitu
berupa hubungan baik antara perusahaan dengan stakeholder ekternal yang berbeda,
meliputi elemen-elemen seperti pelanggan, jaringan distribusi, kolaborasi bisnis,
perjanjian franchise, dan sebagainya. Human capital merupakan lifeblood dalam
intellectual capital dan sumber inovasi dan pengembangan, meliputi sumber daya
manusia dan mencakup beberapa hal seperti pendidikan, pengetahuan dan kompetensi
yang berhubungan dengan pekerjaan, dan karakteristik lainnya (misal: umur, turnover)
yang dimasukkan dalam elemen “karyawan”.
Penjelasan untuk masing-masing item pengungkapan modal intelektual tersebut
sesuai dengan penelitian Li et al (2008), yaitu:
No. Item IC Disclosure
Item IC Explanation
1 Patents it covers the asseets of a company which is protected by Law 2 Copyrights
3 Trademarks 4 Management
Philosophy the way leaders in th firm thin about the firm and its employees (Brooking, 1996: 62), i.e. The way a firm's managed
5 Corporate Culture
the set of key values, beliefs, attitudes and understanding shared by people and groups in an organization, which controls the way members of the organization interact with each other and with other stakeholders.
6 Information Systems
These encompass enterprise-wide systems designed to manage all major functions of the firm and general purpose database product targeted towards specific users (Dewett and Jones, 2001, p.313-314
7 Management Processes
it normally refers to a company's managements (sales tools, company co-operation forms, corporate specialization, operational or administrative processes).
8 Networking Systems
the system available in a firm that allows interaction of people via a broad array of communication media and devices.
9 Research Projects
it refers to future-oriented, longer term activities in bussiness practice, which can achieve higher levels of knowledge and improvement in bussiness .
10 Brands information about, eg. Brand names, brand images, brand awareness, brand loyalty (eg. World of mouth advocacy), brand-building strategies and activities and brand related sales
11 Customers general customer information, eg. Type of customer, customer names, reputation of customers, customer base, knowledge of markets/customers, and customer purchasing histories.
12 Customer Loyalty
is used to describe the behavior of repeat customers, as well as those that offer good ratings, reviews, or testimonials.
13 Company Names
The evaluation of a firm by its stakeholders in terms of their affect, esteem, and knowledge (Deephouse 2000, p.1093
14 Distribution Channels
defined as appropriate mechanisms of getting products and services into the market (Brooking, 1996). It refers to various third party distribution channels, eg. Distribution, agents, dealers
15 Business Collaboration
collaboration established with other business partners (Brooking 1996, p.31
16 Favourable Contracts
the contract obtained because of the unique market position hold by the firm (Brooking 1996, pp.33-34)
17 Financial Contracts
defined as the favorable relationships the firm has with investors, banks and other financiers, financial ratings, financial facilities available, and listings
18 Licensing Agreements
defined as written agreement entered into by the contractual owner of a property or activity giving permission to another to use that property or engage in an activity in relation to that property.
19 Franchising Agreements
defined as legally binding agreement which outlines the franchisor's terms and conditions for the franchisee.
20 Know How disclosure can be description of knowledge, know how, expertise or skills of directors and other employees.
21 Education education of directors asa well as other employees. Employees profesional recognition is classified under employee work relaed competences
22 Vocational Qualification
it refers to education, managed and monitored by trade and professional organizations (Brooking, 1996), received by an employee for particular vacation that proves the skill, knowledge and understanding he/she has to do
23 Work-related Knowledege
what is acquired during the job in term of tacit, explicit and implicit knowledge.
24 Work-related Competence
The knowledge and skills that can be usefull to accomplish jobs.
25 Enterpreneurial Spirit
it refers to e.g. Employee engagement , empowerment , creativity , innovativeness, knowledge sharing, and employee proactive/reactive ability
2.2. Komisaris Independen
Dewan komisaris merupakan salah satu mekanisme di dalam Corporate
Governance (CG). CG merupakan sekumpulan mekanisme yang mempengaruhui
keputusan yang akan diambil oleh manajer ketika ada pemisahan antara kepemilikan
dan pengendalian, beberapa dari pengendalian ini terletak pada fungsi dari dewan
direksi, pemegang saham institusional, dan pengendalian dari mekanisme pasar
(Wardhani, 2007). Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa dengan
meningkatkan praktek governance dalam perusahaan maka meningkatkan kinerja
perusahaan (Black et al. (2003). Gompers et al. (2003) dan Drobetz (2003). Klapper
dan Love (2003) menegaskan bahwa ada tingkat korelasi yang tinggi antara indikator
mekanisme corporate governance dengan kinerja dan market valuation. Hasil-hasil
penelitian tersebut secara empiris menjelaskan bahwa corporate governance yang
diukur secara berbeda-beda sama-sama berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan.
Dewan memegang peranan yang sangat signifikan bahkan peran yang utama
dalam penentuan strategi perusahaan tersebut. Allen dan Gale (2000) menegaskan
bahwa dewan merupakan indikator mekanisme governance yang penting, karena dewan
dapat memastikan bahwa manajer mengikuti kepentingan dewan. Struktur governance
di Indonesia memisahkan antara dewan komisaris dengan dewan direksi. Dalam hasil
penelitian yang dilakukan di Amerika, yang dimaksud dengan dewan (board) adalah
dewan komisaris. Mizruchi (1983) menjelaskan bahwa dewan merupakan pusat dari
pengendalian dalam perusahaan, dan dewan ini merupakan penanggung jawab utama
dalam tingkat kesehatan dan keberhasilan perusahaan secara jangka panjang (Louden,
1982).
Menurut agency theory, independent directors dapat menambah effectivitas dari
board of directors (Jensen and Meckling, 1976) dalam melakukan mekanisme kontrol.
Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil
atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang.
Sedangkan peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi
monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Peran komisaris ini diharapkan akan
meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan
pemegang saham. Oleh karena itu dewan komisaris seharusnya dapat mengawasi
kinerja dewan direksi sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan kepentingan
pemegang saham. Efektivitas dewan komisaris dalam menyeimbangkan kekuatan CEO
tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat indepedensi dari dewan komisaris tersebut
Kinerja perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price to Book
Value (PBV). PBV menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai
perusahaan terhadap besarnya modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi
mengindikasikan kemampuan perusahaan yang tingi pula dalam menciptakan nilai bagi
pemegang saham. Ini berarti PBV dapat juga merupakan sinyal positif bagi return
saham (Sidharta, 1998) dan apabila PBV rendah maka hal ini mengindikasikan
kemampuan perusahaan yang rendah pula dalam menciptakan nilai bagi pemegang
saham (sinyal negatif).
PBV juga menggambarkan penilaian pasar keuangan terhadap managemen dan
organisasi dari perusahaan yang sedang berjalan. PBV dirumuskan sebagai berikut
(Harahap, 2002):
PBV = Harga pasar/lembar saham
Nilai buku/lembar saham
Dari rumus di atas tercermin seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu
perusahaan. Makin tinggi rationya, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan
tersebut. PBV mencerminkan kinerja perusahaan dari sudut pandang stake holder
perusahaan.
2.4. Hypothesis Development
2.4.1. Pengungkapan Modal Intelektual dan Kinerja Perusahaan
Pengungkapan faktor-faktor modal intelektual terbukti memberikan manfaat yaitu
untuk mengurangi cost of equity, meningkatkan kinerja saham yang tidak berhubungan
dengan laba sekarang dan laba yang diharapkan, serta menghasilkan korelasi harga
saham yang tinggi dengan laba masa depan ketika dibandingkan dengan perusahaan
yang tingkat pengungkapannya lebih rendah (Bozzolan et. al. (2003)).
Penelitian tentang praktik pengungkapan modal intelektual dan pengaruhnya
terhadap kinerja perusahaan menarik dilakukan karena survey global yang dilakukan
oleh Price Waterhouse-Coopers (Eccles et al., 2001 dalam Bozzolan et al., 2003) dan
Taylor and Associates pada tahun 1998 (Williams, 2001). Hasil survey tersebut
menunjukkan bahwa ternyata informasi mengenai ”intellectual capital” perusahaan
merupakan 5 dari 10 jenis informasi yang dibutuhkan user. Namun, pada kenyataannya
tipe informasi yang dipertimbangkan oleh investor tersebut tidak diungkapkan sehingga
menyebabkan terjadinya “information gap” (Bozzolan et al., 2003). Oleh karena itu
perlu diteliti bagaimanakah praktik pengungkapan intellectual capital di Indonesia.
Hubungan modal intelektual dengan dengan kinerja perusahaan telah dibuktikan
secara empiris oleh beberapa peneliti dalam berbagai pendekatan di beberapa negara.
Dari beberapa penelitian terdahulu tentang pengaruh modal intelektual terhadap kinerja
perusahaan, terdapat beberapa perbedaan hasil. Misalnya hasil penelitian yang
dilakukan Firrer dan Williams (2003) yang menyatakan bahwa dari ketiga komponen
modal intelektual tidak satupun yang berpengaruh terhadap Return On Asset, tetapi
beberapa komponen modal intelektual tersebut berpengaruh (ada positif dan ada negatif)
terhadap Market Book. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulum, Ghozali, dan Chariri
(2008) menyatakan bahwa salah satu komponen IC berpengaruh positif terhadap ROA.
Berdasarkan hasil beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum
intellectial capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan tidak semua
komponen IC berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Hipotesa 1a: pengungkapan modal intelektual periode (t-1) akan berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja bank periode t
Hipotesa 1b: pengungkapan Structural Capital, Customer Capital, Human Capital
periode t-1 akan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja bank
periode t
2.4.2. Proporsi Komisaris Independen dan Kinerja Perusahaan
Penelitian mengenai dampak dari independensi dewan terhadap kinerja
perusahaan masih beragam. Ada penelitian yang menyatakan bahwa tingginya proporsi
dewan luar berhubungan positif dengan kinerja perusahaan (Yermack, 1996; Daily &
Dalton, 1993; Strearns & Mizruchi, 1993). Penelitian lain menyatakan bahwa tingginya
proporsi dewan luar bukan merupakan faktor dari kinerja perusahaan (Kesner &
Johnson, 1990). Ada pula penelitian yang menyatakan bahwa tingginya proporsi dewan
luar berhubungan negatif dengan kinerja (Baysinger, Kosnik & Turk, 1991; Goodstein
& Boeker, 1991).
Menurut agency theory, independent directors dapat menambah effectivitas dari
board of directors (Jensen and Meckling, 1976) dalam melakukan mekanisme kontrol.
Dewan komisaris mengawasi kinerja dewan direksi sehingga kinerja yang dihasilkan
sesuai dengan kepentingan pemegang saham, maka hipotesis penelitian berikutnya
adalah:
Hipotesa 2: proporsi komisaris independen periode t akan berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja bank periode t
2.4.3 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Pengaruh antara
Pengungkapan Modal Kapital Terhadap Kinerja Perusahaan
Hubungan keagenan menurut Jensen & Mecling (1976) merupakan kontrak antara
shareholder (principal) dengan manajer (agent) untuk melakukan jasa sesuai
kepentingan principal. Timbul konflik ketika masing-masing pihak berusaha
memaksimalkan kepentingan masing-masing melalui hidden action maupun hidden
information. Pengungkapan dianggap oleh teori ini sebagai mekanisme yang dapat
mengurangi biaya yang dihasilkan dan konflik serta mengontrol kinerja manajer,
sehingga manajer didorong untuk mengungkap voluntary information seperti
intellectual capital disclosure.
Komisaris independen merupakan mekanisme kontrol, tidak saja untuk
meyakinkan perilaku perusahaan terhadap keinginan dari shareholder, tetapi juga untuk
kepentingan stakeholder lain dengan menyediakan lebih banyak informasi terkait
aktivitas dan kinerja perusahaan (Haniffa and Cooke, 2005)
Eng and Mak (2003) menyatakan bahwa komisaris independen dapat
mempengaruhi perusahaan untuk lebih men-disclose lebih banyak informasi bagi
outside investors. Penelitian Haniffa and Cooke (2005) dan Hossain (2008) menemukan
hubungan substitusi antara information disclosure dan komisaris independen. Nasir and
Abdullah (2004); Lim, Matolcsy, and Chow (2007) menemukan adanya hubungan
positif significant antara independent directors dan information disclosure. Cerbioni
and Parbonetti (2007) menemukan bahwa independent directors memiliki positive
impact pada internal capital disclosure. Sedangkan Li et al., (2008) juga menemukan
bahwa terdapat hubungan positif significant antara independent directors dan
intellectual capital disclosure.
Hipotesa 3a: pengungkapan modal intelektual periode t-1 dan proporsi komisaris
independen periode t secara bersama-sama akan berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja bank periode t
Hipotesis 3b: pengungkapan Structural Capital, Customer Capital, Human Capital
periode t-1 dan proporsi komisaris independen periode t secara bersama-
sama akan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja bank periode t
Hipotesa 4a: proporsi komisaris independen periode t akan memperkuat pengaruh
pengungkapan modal intelektual periode t-1 terhadap kinerja bank periode
t
Hipotesa 4b: proporsi komisaris independen pada periode t-1 akan memperkuat
pengaruh pengungkapan Structural Capital, Customer Capital, Human
Capital pada periode t-1 terhadap kinerja bank periode t
2.5. Rerangka Model Penelitian
Berdasarkan kepada rerangka teoritis, penelitian terdahulu serta pengembangan
hipotesis yang disampaikan maka disusun rerangka model penelitian dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Rerangka Model Penelitian
Proporsi Komisaris Independen
Kinerja Bank
Pengungkapan Modal Intelektual
- Structural Capital - Customer Capital - Human Capital
Variabel Kontrol: - Size - Age
- Leverage
3. Research Method
3.1 Data dan Pemilihan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2010. Data yang digunakan adalah laporan tahunan tahun 2008 dan 2009 dan
laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit dan dipublikasikan di BEI
tahun 2009 dan tahun 2010. Data diperoleh dengan mengakses database reuters milik
perpustakaan Universitas Indonesia, situs milik Indonesian Stock Exchange, situs milik
Bank Indonesia dan website bank sampel.
Bank yang dijadikan sampel penelitian sebanyak 24 bank atau 48 sampel tahun
bank dengan kriteria sebagai berikut: 1) bank telah terdaftar penuh di BEI sebelum
tahun 2009; 2) bank mempublikasikan annual report secara lengkap untuk tahun 2008
sampai dengan 2010; 3) bank tidak melaporkan rugi dan memiliki tanggal tutup buku 31
Desember; 4) bank melaporkan informasi bersifat moneter dalam satuan mata uang
Rupiah; 5) terdapat data-data yang diperlukan untuk penelitian.
Prosedur Pemilihan Sampel
Prosedur Pemilihan Jumlah Perusahaan Bank terdaftar di BEI periode 2010 31 Baru terdaftar di BEI setelah tahun 2009 5 Melaporkan rugi 1 Data tidak lengkap 1 Jumlah bank sebagai sampel penelitian 24
3.2. Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel
3.2.1. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengungkapan modal intelektual dan
proporsi komisaris independen. Proporsi komisaris independen dalam penelitian ini juga
sekaligus sebagai variable moderasi. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kinerja bank dengan menggunakan proksi PBV (Chen et al., 2005; Shiu, 2006;
Tan et al., 2007; Kamath, 2008). Selain itu penelitian ini juga menggunakan variabel
kontrol yaitu Size, Age dan Leverage.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Variabel bebas pengungkapan modal intelektual (ICD) diukur dengan
menggunakan metode word count, yaitu menghitung jumlah kata yang menjelaskan
item-item pengungkapan modal intelektual di dalam annual report tahun pengamatan
sebelumnya. Kemudian dengan alat bantu yang ada pada program Microsoft Word yaitu
word count, dihitung jumlah kata yang menjelaskan pengungkapan masing-masing item
tersebut pada laporan tahunan perusahaan. Setelah semua sampel bank dihitung masing-
masing item pengungkapannya kemudian dijumlah berdasarkan kelompok Structural
Capital, Customer Capital dan Human Capital serta total keseluruhan jumlah kata
pengungkapan merupakan ukuran dari pengungkapan modal intelektual (ICD)
perusahaan. Untuk kepentingan penelitian, jumlah kata tersebut kemudian di
naturalisasikan dengan Log. Sedangkan proporsi komisaris independen diukur dengan
cara membagi jumlah komisaris independen dengan jumlah total anggota dewan
komisaris seperti penelitian yang dilakukan Li et al (2008).
Variabel terikat kinerja bank diukur dengan menggunakan Price to Book Value
(PBV). PBV mencerminkan kinerja perusahaan dari sudut pandang stakeholder
perusahaan. PBV dihitung dengan cara membagi harga perlembar saham pada akhir
tahun dengan nilai buku per lembar saham perusahaan. Dalam penelitian ini, nilai PBV
didapat dari harga penutupan saham bank sampel periode observasi (data didapat dari
situs duniainvestasi) dibagi dengan nilai buku per lembar saham (data didapat dari bank
data reuters).
Untuk variabel kontrol, Size diukur dari logaritma nilai total aset, Age diukur dari
lamanya suatu perusahaan berada di bursa saham, sedangkan Leverage diukur dengan
cara membagi total utang dengan total ekuitas.
3.3. Model Persamaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa model persamaan regresi linier berganda
untuk menguji hipotesis yang telah diuraikan pada subbab sebelumnya. Model
persamaan tersebut mengacu kepada beberapa penelitian terdahulu yang menguji
pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan (Bontis et al., 2000; Firrer dan
Williams, 2003; Chen et al., 2005; Astuti dan Sabeni, 2005; Tan et al., 2007).
Sedangkan pengaruh proporsi komisaris independen terhadap hubungan modal
intelektual dengan kinerja perusahaan diperlakukan sebagai variabel moderating dan
dimasukkan dalam persamaan sehingga persamaan menjadi sebagai berikut:
Untuk mengetahui pengaruh pengungkapan modal intelektual secara parsial
terhadap kinerja Bank digunakan model persamaan berikut:
PBVit : Price to Book Value perusahaan i pada periode t ICDi(t-1) : Log total pengungkapan modal intelektual pada periode t-1 INDEP i(t) : proporsi komisaris independen dibagi dengan jumlah komisaris
keseluruhan pada periode t
ICD i(t-1)*INDEP i(t) : moderasi dari proporsi komisaris independen pada periode t dengan pengungkapan modal intelektual pada periode t-1
SIZEit : Size perusahaan i pada tahun ke t diukur dengan Log total aset AGEit : Age of listing perusahaan pada bursa saham LEVit : Leverage perusahaan i pada tahun ke t diukur dengan proporsi
total debt dibagi dengan total equity β : koefisien εit : error term perusahaan i pada tahun ke t
Pengujian Tambahan
Untuk mengetahui lebih jauh tentang variabel penjelas mana yang berpengaruh
terhadap kinerja bank, maka dilakukan pengujian tambahan dengan menggunakan
SCi(t-1) : Log total pengungkapan structural capital pada periode t-1 CCi(t-1) : Log total pengungkapan customer capital pada periode t-1 HCi(t-1) : Log total pengungkapan human capital pada periode t-1 SC i(t-1)*INDEP i(t) : moderasi dari proporsi komisaris independen dengan
pengungkapan structural capital pada periode t-1 CC i(t-1)*INDEP i(t) : moderasi dari proporsi komisaris independen dengan
pengungkapan customer capital pada periode t-1 HC i(t-1)*INDEP i(t) : moderasi dari proporsi komisaris independen dengan
pengungkapan human capital pada periode t-1
Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan pengujian
hipotesis. Pengujian Statistik dilakukan dengan menggunakan program eviews6 dengan
data panel, dimana model regresi menggunakan data 24 sampel Bank selama dua tahun.
Metode pengolahan data adalah pooled least square dengan menguji terlebih dahulu
asumsi-asumsi Ordinary Least Square (OLS) yang diperlukan seperti uji normalitas,
multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Setelah tidak ada masalah dengan metode
regresi, maka hasil regresi ini akan diuji siginifikansi pengaruh masing-masing varibale,
dan akan ditentukan apakah hipotesis penelitian ditolak atau tidak. Hasil yang disajikan
dalam penelitian ini adalah hasil regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi tersebut.
Analisis sensitivitas
Analisis sensitifitas dilakukan untuk menguji robustness dari hasil penelitian. Analisis
sensitivitas dilakukan terhadap model pengujian utama dan pengujian tambahan. Dalam
analisis sensitivitas ini pengungkapan modal intelektual (ICD) diukur dengan metode
content analysis, yaitu menghitung jumlah item-item pengungkapan modal intelektual
di dalam annual report tahun pengamatan sebelumnya, baik berdasarkan kelompok
Structural Capital, Customer Capital dan Human Capital serta total item pengungkapan
modal intelektual (ICD) perusahaan.
4. Result
4.1. Analisa Deskriptif
Analisa Deskriptif untuk pengungkapan structural capital
human capital dan proporsi komisaris independen secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap kinerja bank. pengungkapan structural capital, dan
pengungkapan consummer capital berpengaruh negatif terhadap kinerja bank
sedangkan pengungkapan human capital dan proporsi komisaris independen
berpengaruh positif terhadap kinerja bank. Hasil pengujian ini memperkuat hasil
pengujian persamaan 2 yang menunjukkan bahwa secara bersama-sama
pengungkapan modal intelektual dan proporsi komisaris independen berpengaruh
terhadap kinerja Bank.
i. Hasil pengujian persamaan 7 yang menguji pengaruh interaksi proporsi komisaris
independen dengan structural capital disclosure, custommer capital disclosure dan
human capital disclosure terhadap kinerja Bank menunjukkan bahwa hanya proporsi
dewan komisaris dan interaksi antara pengungkapan human capital dengan proporsi
dewan komisaris yang berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Bank. Hasil
pengujian analisis sensitifitas menunjukkan hal yang berbeda dimana pengungkapan
structural capital dan proporsi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja
bank, sedangkan interaksi antara structural capital dengan proporsi komisaris
independen dan interaksi antara customer capital dengan proporsi komisaris
independen berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja bank. Jika kita
bandingkan dengan pengujian persamaan 4 maka dapat disimpulkan bahwa
pengujian adanya interaksi antara pengungkapan modal intelektual terhadap
pengaruh proporsi komisaris independen terhadap kinerja menghasilkan hasil yang
beragam dilihat dari signifikansi dan arah koefisiennya.
j. Dari keseluruhan pengujian termasuk pengujian analisis sensitifitas, Size dan
Leverage menunjukkan pengaruh signifikan sesuai prediksi terhadap kinerja Bank,
sedangkan Age berhubungan negatif signifikan terhadap kinerja Bank. Hal ini
menunjukkan bahwa bank yang telah lama listing justru memiliki kinerja yang lebih
rendah.
k. Dilihat dari besar R2–nya, persamaan regresi dengan metode content analysis
terbukti lebih baik daripada metode word count, meskipun secara umum kedua
persamaan regresi tersebut memiliki R2 yang cukup tinggi dibandingkan penelitian
akuntansi biasanya sehingga dapat disimpulkan model penelitian ini cukup baik
untuk menjelaskan tujuan penelitian.
5.2. Limitation and Implication
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang mungkin dapat disempurnakan
dalam penelitian selanjutnya, yaitu:
a. Item-item pengungkapan yang dipakai dalam penelitian ini tidak ditujukan khusus
untuk sektor perbankan saja sementara sampel yang digunakan adalah Bank
sehingga terdapat kemungkinan adanya item-item pengungkapan lain yang
seharusnya dimasukkan dalam penelitian ini. Sebaiknya penelitian mengenai
pengungkapan modal intelektual berikutnya dapat membangun item-item sesuai
sampel penelitian yang digunakan sehingga hasil penelitian dapat dianalisis lebih
akurat dan menghasilkan simpulan yang relevan.
b. Penelitian ini hanya menggunakan satu sektor industri yaitu perbankan di Indonesia
sehingga hasil penelitian ini daya bandingnya dengan industri lain dan Negara
terbatas. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat memperluas sampel penelitian baik
dari sisi jumlah industry maupun ruang lingkup penelitian hingga ke manca Negara.
c. Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel moderasi sebagai kecenderungan
dari corporate governance yaitu komisaris independen. Mengingat nilai R2 yang
tinggi dari model penelitian ini, diharapkan peneliti lain dapat memperluas model
penelitian ini dengan memasukkan variable-variabel corporate governance lainnya
baik sebagai variabel moderasi maupun intervening.
References
Andriessen, D., M. Frijlink, I.V. Gisbergen, and J. Blom. 1999. “A core competency approach to valuing intangible assets“. Paper presented at the International Symposium Measuring and Reporting Intellectual Capital: Experiences, Issues and Prospects. June. Amsterdam.
Astuti, P.D. dan A. Sabeni. 2005. “Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance”. Proceeding SNA VII. Solo. pp. 694-707
Bontis, N. 1998a. “Intellectual capital questionnaire”. Available online at: www.bontis.com. (accessed November 2006).
Brennan, N. 1999. “Reporting and managing intellectual capital: evidence from Ireland”, Paper presented at the International Symposium Measuring and Reporting Intellectual Capital: Experiences, Issues and Prospects. June. Amsterdam.
Chen, M.C., S.J. Cheng, Y. Hwang. 2005. “An empirical investigation of the relationship between intellectual capital and firms’ market value and financial performance”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6 N0. 2. pp. 159-176
Firer, S., and S.M. Williams. 2003. “Intellectual capital and traditional measures of corporate performance”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4 No. 3. pp. 348-360.
Goh, P.C., and K.P. Lim. 2004. “Disclosing intellectual capital in company annual reports; Evidence from Malaysia”. Journal of Intellectual Capital Vol. 5 No. 3. pp. 500-510.
Guthrie, J., and L.D. Parker. 1989. “Corporate social reporting: a rebuttal of legitimacy theory”. Accounting and Business Research. Vol. 19 No. 76. pp. 343-52.
Harrison, S., and P.H. Sullivan. 2000. “Profitting form intellectual capital; Learning from leading companies”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1 No. 1. pp. 33-46.
Kamath, G.B. 2007. “The intellectual capital performance of Indian banking sector”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 8 No. 1. pp. 96-123.
Kubo, I., and A. Saka. 2002. “An inquairy into the motivations of knowledge workers in the Japanese financial industry”. Journal of Knowledge Management. Vol. 6 No. 3. pp. 262-271.
Mavridis, D.G. 2004. “The intellectual capital performance of the Japanese banking sector”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 5 No. 3. pp. 92-115.
Miller, M., B.D. Du Pont, V. Fera, R. Jeffrey, B. Mahon, B.M. Payer, and A. Starr. 1999. “Measuring and reporting intellectual capital from a diverse Canadian industry perspective”. Paper presented at the International Symposium Measuring and Reporting Intellectual Capital: Experiences, Issues and Prospects. June. Amsterdam.
Mizruchi, M. S. “Who Control Whom? An Examination of the Relation between Management and boards of Directors in Large American Corporation” Academy of Management Review 8 (1983): 426-435
Petty, P. and J. Guthrie. 2000. “Intellectual capital literature review: measurement, reporting and management”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1 No. 2. pp. 155-75.
Pulic, A. 1998. “Measuring the performance of intellectual potential in knowledge economy”. Paper presented at the 2nd McMaster Word Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential.
Sawarjuwono, T. 2003. “Intellectual capital: perlakuan, pengukuran, dan pelaporan (sebuah library research)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 5 No. 1. pp. 35-57.
Suhardjanto, et al. 2010: Praktik IC Disclosure perusahaan yang terdaftar di Bursa efek Indonesia
Sullivan Jr., P.H. and P.H. Sullivan Sr. 2000. “Valuing intangible companies, an intellectual capital approach”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1 No. 4. pp. 328-340.
Syaipudin, Usep. 2008. “Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Perusahaan” Tan, H.P., D. Plowman, P. Hancock. 2007. “Intellectual capital and financial returns of
companies. Journal of Intellectual Capital. Vol. 8 No. 1. pp. 76-95. Ulum, Ihyaul. 2009. “Intellectual Capital. Konsep dan Kajian Empiris”. Graha Ilmu.
Yogyakarta Wardhani, Ratna, 2007. Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan Yang
Mengalami Permasalahan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol.4, No.1, p.95-114
White, G., A. Lee, G. Tower. 2007. “Drivers of voluntary intellectual capital disclosure in listed biotechnology companies”. Journal of Intellectual Capital. Vol.8 No.3. pp. 517-537.
Yi An, et al., 2011 : the effects of Industry Type, Company Size and Performance on Chinese Companies’ IC Disclosure
Appendix
Lampiran 1
DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL
No Stock Company name
1 BABP Bumi Putera
2 BACA Bank Capital
3 BAEK Bank Ekonomi
4 BBCA BCA
5 BBKP Bukopin
6 BBNI BNI
7 BBNP Nusantara Parahyangan
8 BBRI BRI
9 BCIC Bank Mutiara
10 BDMN Bank Danamon
11 BKSW Bank Kesawan
12 BMRI Bank Mandiri
13 BNGA CIMB Niaga
14 BNLI Bank Permata
15 BSWD Bank Swadesi
16 BTPN Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN)
17 BVIC Bank Victori
18 INPC Bank Arta Graha Int'l
19 MAYA Bank Mayapada
20 MCOR Bank Windu
21 MEGA Bank Mega
22 NISP Bank NISP
23 PNBN Bank Panin
24 SDRA Bank Saudara
Lampiran 2
HASIL APLIKASI STATISTIK
PBV INDEP ICD ICDINDEP CC CCINDEP HC HCINDEP SC SCINDEP SIZE AGE LEVERAGE
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.457986 Prob. F(2,41) 0.6358
Obs*R-squared 1.048924 Prob. Chi-Square(2) 0.5919
Lebih besar dari 5% jd tidak ada autocorrelation
Nilai DW diantara 1,54 dan 2,46 bebas autocorrelation
HASIL PERSAMAAN 2 Dependent Variable: PBV Method: Least Squares Date: 09/29/13 Time: 12:59 Sample: 1 48 Included observations: 48 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
HASIL PERSAMAAN 4: Dependent Variable: PBV Method: Least Squares Date: 09/29/13 Time: 13:49 Sample: 1 48 Included observations: 48 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
HC 2.164471 0.756039 2.862907 0.0066 SC -1.859750 0.729493 -2.549372 0.0146 SIZE 1.198841 0.212595 5.639089 0.0000 AGE -0.026361 0.018507 -1.424378 0.1619 LEVERAGE -0.104834 0.034327 -3.053998 0.0040 C -2.896505 2.113362 -1.370568 0.1780
R-squared 0.466980 Mean dependent var 2.112392
Adjusted R-squared 0.388977 S.D. dependent var 1.058207 S.E. of regression 0.827179 Akaike info criterion 2.592446 Sum squared resid 28.05320 Schwarz criterion 2.865329 Log likelihood -55.21869 Hannan-Quinn criter. 2.695569 F-statistic 5.986699 Durbin-Watson stat 1.656754 Prob(F-statistic) 0.000147
Correlation test PBV CC HC SC SIZE AGE LEVERAGE PBV 1.000000 0.083774 0.266861 0.258002 0.456072 -0.027797 -0.347132 CC 0.083774 1.000000 0.618320 0.514383 0.568399 0.286371 0.020868 HC 0.266861 0.618320 1.000000 0.732823 0.471848 -0.028124 -0.049484 SC 0.258002 0.514383 0.732823 1.000000 0.701752 0.177240 -0.211525 SIZE 0.456072 0.568399 0.471848 0.701752 1.000000 0.370045 -0.099212 AGE -0.027797 0.286371 -0.028124 0.177240 0.370045 1.000000 -0.103276 LEVERAGE -0.347132 0.020868 -0.049484 -0.211525 -0.099212 -0.103276 1.000000
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.654282 Prob. F(2,39) 0.2044
Obs*R-squared 3.753638 Prob. Chi-Square(2) 0.1531
HASIL PERSAMAAN 7: Dependent Variable: PBV Method: Least Squares Date: 09/29/13 Time: 14:02 Sample: 1 48 Included observations: 48 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
D(CCINDEP) -0.365218 0.588074 -0.621042 0.5385 CC 0.160649 0.460623 0.348764 0.7293
AGE -0.046430 0.022685 -2.046764 0.0480 C -4.310555 2.013768 -2.140542 0.0392 R-squared 0.585732 Mean dependent var 2.133689
Adjusted R-squared 0.470658 S.D. dependent var 1.059198 S.E. of regression 0.770629 Akaike info criterion 2.518236 Sum squared resid 21.37927 Schwarz criterion 2.951249 Log likelihood -48.17855 Hannan-Quinn criter. 2.681182 F-statistic 5.090033 Durbin-Watson stat 1.855167 Prob(F-statistic) 0.000130
HASIL PENGUJIAN SENSITIVITAS Dependent Variable: PBV Method: Least Squares Date: 09/29/13 Time: 21:00 Sample: 1 48 Included observations: 48 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Method: Least Squares Date: 09/29/13 Time: 21:05 Sample: 1 48 Included observations: 48 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Method: Least Squares Date: 09/29/13 Time: 21:12 Sample: 1 48 Included observations: 48 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Method: Least Squares Date: 09/29/13 Time: 21:18 Sample: 1 48 Included observations: 48 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance