i PENGUNAAN PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA KOMPETENSI IDENTIFIKASI DAN MERANGKAI SISTEM PENGISIAN SEPEDA MOTOR SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Naufal Farras Sajid 5201410029 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
87
Embed
PENGUNAAN PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL …lib.unnes.ac.id/27516/1/5201410029.pdf · pengisian sepeda motor, siswa hanya mendapat pengenalan dari materi yang disampaikan guru dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PENGUNAAN PERAGA UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PADA KOMPETENSI IDENTIFIKASI
DAN MERANGKAI SISTEM PENGISIAN SEPEDA MOTOR
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Naufal Farras Sajid
5201410029
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
iii
iv
ABSTRAK
Naufal Farras Sajid, 2016, “Penggunaan Peraga Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar pada Kompetensi Identifikasi dan Merangkai Sistem Pengisian Sepeda
Motor”. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada
kompetensi identifikasi dan merangkai sistem pengisian sepeda motor, peningkatan
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian experimental design dengan
pendekatan pre-test post-test control group design, populasi penelitian ini yaitu siswa
kelas XI TSM SMK N 2 Kendal tahun ajaran 2015/2016. Tes digunakan sebagai alat
pengumpulan data penelitian. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple
random sampling dengan metode pengumpulan data menggunakan metode tes, analisis
data menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji t, dan uji gain.
Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran alat peraga meningkat lebih tinggi
dari pada pembelajaran tanpa alat peraga. Berdasarkan pengujian gain sebesar 0.44%
pada kelas eksperimen dengan kategori sedang dan 0.313% untuk kelas kontrol dengan
kategori rendah.
Kata Kunci : alat peraga, sistem pengisian, hasil belajar, troubleshooting sistem
pengisian sepeda motor.
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Tugas manusia adalah berusaha, berdo’a dan pasrah. Hasil adalah tugas Tuhan
Berilmu tidak harus sukses, sukses tidak harus berilmu. Berilmu dan sukses adalah
kunci keselamatan
Persembahan :
1. Untuk Bapak, Ibu dan Adik
2. Untuk keluarga besar ku
3. Kawan-kawan seperjuangan PTM’10
4. Dosen-dosen
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penggunaan Alat Peraga
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Kompetensi Identifikasi dan Merangkai Sistem
Pengisian Sepeda Motor”.
Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1 untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Semarang. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
penelitian ini tidak akan terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Nur Qudus. M. T., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
3. Rusiyanto S.Pd., M. T., Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang.
4. Dr. Abdurrahman, M.Pd., Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Masugino, M.Pd., Dosen penguji I yang telah memberikan waktu dan saran serta
masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
vii
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………… i
PENGESAHAN .................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. iii
ASTRAK ............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 5
C. Batasan Masalah ............................................................................ 6
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .................................................................................... 9
1. Peraga Sistem Pengisian Sepeda Motor ................................... 9
2. Hasil Belajar .............................................................................. 10
ix
3. Kompetensi Identifikasi Sistem Pengisian........................... 11
a. Alternator ......................................................................... 12
b. Regulator/ Rectifier .......................................................... 14
c. Baterai .............................................................................. 15
d. Fuse .................................................................................. 18
e. Kunci kontak.................................................................... 18
f. Cara kerja sistem pengisian......................................... ..... 19
4. Kompetensi Merangkai Sistem Pengisian ............................ 20
Lampiran 15. Lembar Validasi Alat Peraga .............................................. 119
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang mempersiapkan para siswa siap terjun ke dunia kerja setelah
lulus. SMK mempunyai kurikulum khusus yang di dalamnya mencakup
pengetahuan umum dan kejuruan sesuai jurusan masing-masing. Di SMK para
siswa mendapatkan pengetahuan teori dan praktik, praktik sesuai jurusan yang
diambil. Keterampilan pada jurusan-jurusan tersebut yang nantinya menjadi
modal utama para siswa untuk bersaing di bursa kerja.
Dalam suatu lembaga pendidikan, proses belajar bertujuan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar yang mencapai angka ketuntasan. Hasil
belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan sebuah proses belajar. Hasil
belajar digunakan sebagai penilaian tingkat keberhasilan peserta didik menguasai
materi dan sebagai penilaian keberhasilan metode yang dipakai saat proses
belajar.
Dimyati dan Mudjiono (1999) dalam Putrayasa (2012:22) menjelaskan
bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
isntruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar.
Proses pembelajaran adalah proses komunikasi antara peserta didik dengan
pendidik, atau peserta didik dengan peserta didik.
2
Komunikasi dalam pembelajaran bisa dilakukan dengan lisan atau dengan
menggunakan media. Pembelajaran mempunyai beberapa unsur untuk mencapai
tujuan belajar, yaitu materi yang disampaikan, cara penyampaian materi (model
pembelajaran) dan media yang digunakan. Apabila salah satu dari unsur tersebut
tidak berfungsi dengan maksimal, maka proses pembelajaran akan terganggu dan
tujuan pembelajaran sulit tercapai.
Pengamatan peneliti saat menjalani Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
di SMK N 2 Kendal, tenaga pengajar dalam hal ini guru adalah tenaga pendidik
profesional, selain mempunyai predikat sarjana pendidikan, guru SMK N 2
Kendal khususnya guru yang mengajar praktik sudah kenyang dengan pelatihan-
pelatihan guru profesional karena setiap 3 bulan sekali guru-guru didelegasikan
oleh sekolah untuk mengikuti pelatihan guru profesional. Dari pengalaman
mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut, para guru sangatlah paham bagaimana
menjadi guru yang baik dari segi penguasaan disiplin ilmu maupun penguasaan
kelas. Metode pembelajaran yang digunakan fleksibel dan terprogram untuk
peserta didik menyesuaikan dengan pelajaran yang sedang disampaikan. Hal
tersebut membuat metode pembelajaran tidak monoton dan tepat sesuai pelajaran
yang dipelajari.
Profesionalitas guru di SMK N 2 Kendal khususnya Teknik Sepeda Motor
kurang ditunjang dengan tercukupinya media pembelajaran. Media pembelajaran
yang ada kurang memadai dan kurang membantu siswa untuk memahami materi
belajar sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan maksimal. Proses
belajar berjalan secara klasikal, siswa mendengarkan dan menyerap materi dari
3
guru melalui penjelasan di papantulismaupun LCD. Media atau alat praktik masih
terbatas, penggunaan mediasederhanahanyadapatdifungsikan untuk pengenalan
materi, belum cukup untuk pendalaman materi. Melihat fenomena tersebut dapat
disimpulkan bahwa mediapembelajaran menjadi salah satu faktor kurangnya
pemahaman siswa terhadap sebuah materi pembelajaran.Program keahlian Teknik
Sepeda Motor (TSM) di SMK Negeri 2 Kendal merupakan program keahlian
baru, sehingga fasilitas pembelajaran masih kurang memadai karena untuk
tercukupinya media pembelajaran merupakan sebuah proses yang tidak instan.
Pelajaran sistem pengisian sepeda motor membahas tiga kompetensi yaitu
identifikasi, merangkai dan memperbaiki sistem pengisian sepeda motor.
Kompetensi identifikasi dan kompetensi merangkai sistem pengisian menjadi
tujuan dalam penelitian ini, karena kompetensi identifikasi dan merangkai
menjadi dasar untuk mempelajari kompetensi memperbaiki sistem pengisian.
Pada kompetensi identifikasi dan merangkai sistem pengisian merupakan tahap
pengenalan komponen fungsi komponen, cara kerja komponen dan bagaimana
cara melepas serta memasang komponen dengan baik dan benar.
Peneliti selama melaksanakan PPL di SMK N 2 Kendal menemperhatikan
hasil belajar siswa pada bab sistem pengisian sepeda motor. Ketuntasan minimal
kelas XI TSM adalah 75, pada bab sistem pengisian sepeda motor khususnya
kompetensi mengidentifikasi dan merangkai sistem pengisian, hasil belajar belum
memuaskan. Dari keseluruhan jumlah siswa kelas XI TSM, baru 35% siswa yang
hasil belajarnya di atas 75, sisanya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Dari hasil pengamatan tersebut, maka perlu dilakukan upaya untuk
4
meningkatkan hasil belajar siswa agar hasil belajar yang diperoleh memuaskan
yaitudi atas nilaiKKM. Upaya yang perlu dilakukan adalah menganalisis apa
penyebab belum tercapainya nilaa diatas ketuntasan minimal.
Proses pembelajaran yang berjalan selama ini menggunakan mediaberupa
papan tulis, buku, LCD untuk penyampaian teori, ditambah dengan komponen
sistem pengisian untuk praktik. Komponen sistem pengisian yang ada berupa
komponen sistem pengisian yang sudah terpisah-pisah, komponen yang ada hanya
dapat digunakan untuk penyampaian nama komponen saja, sedangkan untuk cara
kerja komponen dan cara kerja sistem tidak dipat dijelaskan menggunakan media
yang ada.
Permasalahan yang terjadi adalah siswa kurang mendalami sistem
pengisian sepeda motor, siswa hanya mendapat pengenalan dari materi yang
disampaikan guru dan komponen sistem pengisian yang sudah terpisah-pisah.
Sehingga rangkaian sistem pengisian hanya dapat ditemui pada sepeda motor
langsung. Masalah ini menjadikan siswa kesulitan untuk memahami dari hal yang
sangat dasar, langsung meloncat ke pendalaman di sepeda motor secara langsung.
Dengan peraga sistem pengisian, diharapkan siswa menjadi lebih mudah
untuk memahami dan mendalami sistem pengisian sepeda motor. Karena rentang
kesulitannya tidak terlalu banyak, dari pengenalan dasar dilanjutkan pada peraga
sistem pengisian dan terakhir terjun pada sepeda motor secara langsung. Siswa
mengenal komponen, fungsi masing-masing komponen, rangkaian sistem
pengisian dan cara kerja sistem pengisian serta mampu melepas serta memasang
komponen dengan baik sesuai standar operasional prosedur.
5
Peraga yang perlu dibuat adalah peraga yang sederhana, komunikatif,
menarik dan dapat mencakup semua aspek pada kompetensi identifikasi dan
merangkai sistem pengisian. Dengan peraga, guru lebih mudah untuk memberikan
penjelasan, siswa lebih termotivasi untuk belajar sehingga mudah menerima dan
memahami informasi yang disampaikan guru. Seberapa besar pengaruh peraga
pada hasil belajar siswa, dapat diketahui melalui persentase peningkatan hasil
belajar siswa. Hasil belajar menggunakan peraga tersebut, apakah hasil belajar
meningkat, tetap atau bahkan turun.
Menurut Wicaksono, dkk. (2013:6) dalam Automotive Science and
Education Journal yang berjudul “ Penerapan panel peraga sistem penerangan
sepeda motor sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMK Negeri
1 Tengaran “ mengatakan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa setelah
menggunakan panel peraga sistem penerangan sepeda motor pada siswa kelas XI
TSM SMK Negeri 1 Tengaran.
Berdasarkan pengamatan tersebut, penulias mempunyai ide dan tertarik
untuk membuat skripsi dengan penelitian yang berjudul “ Penggunaan Peraga
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Kompetensi Identifikasi dan Merangkai
Sistem Pengisian Sepeda Motor“
6
B. Identifikasi Masalah
Hasil belajar merupakan indikator kesuksesan sebuah pembelajaran. Hasil
belajar dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor intern dari peserta didik, faktor
ekstern berupa model pembelajaran, media pembelajaran juga sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Media yang digunakan selama ini berupa
papan tulis, buku, LCD dan komponen sistem pengisian yang kurang lengkap.
Kompetensi identifikasi dan merangkai sistem pengisian mencakup beberapa
kompetensi dasar yaitu siswa memahami nama komponen, siswa memahami
fungsi komponen, siswa memahami cara kerja komponen dan cara kerja sistem
pengisian.
Salah satu media yang dapat digunakan untuk menunjang pemahaman
siswa adalah peraga. Peraga yang digunakan adalah peraga sistem pengisian
sepeda motor, peraga sistem pengisian tidak hanya memberikan penjelasan
tentang nama komponen dan fungsi komponen, akan tetapi dapat memberikan
penjelasan tentang cara kerja komponen, cara kerja sistem, prosedur memongkar,
prosedur memeriksa serta prosedur merangkai sistem pengisia sepeda motor.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang ditentukan, maka
peneliti perlu membuat batasan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
7
1. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
menggunakan peraga pada kompetensi identifikasi dan merangkai sistem
pengisian.
2. Materi kompetensi identifikasi dan merangkai sistem pengisian mencakup
indikator memahami nama komponen, fungsi komponen, cara kerja
komponen, cara kerja sistem pengisian dan membongkar serta merangkai
sistem pengisian.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang
menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berapa persentase siswa yang mendapat nilai dengan kriteria baik yang diajar
menggunakan media papan tulis, spidol, buku dan komponen sistem
pengisian.
2. Berapa persentase siswa yang mendapat nilai dengan kriteria baik yang diajar
menggunakan media peraga sistem pengisian.
3. Berapa perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan media papan
tulis, spidol, buku dan komponen sistem pengisian dibanding dengan media
peraga.
4. Berapa persentase peningkatan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan
media peraga.
E. Tujuan Penelitian
8
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui besar persentase siswa yang mendapat nilai dengan kriteria
baik yang diajar menggunakan papan tulis, buku, LCD dan komponen sistem
pengisian.
2. Untuk mengetahui besar persentase siswa yang mendapat nilai dengan kriteria
baik yang diajar menggunakan media peraga sistem pengisian.
3. Untuk mengetahui perbedaan signifikan dari hasil belajar siswa yang diajar
menggunakan papan tulis, buku, LCDdan komponen sistem pengisian
dibanding dengan media peraga.
4. Untuk mengetahui persentase peningkatan hasil belajar siswa yang diajar
menggunakan media peraga.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk banyak pihak,
diantaranya :
1. Bagi siswa, dapat membantu menambah pemahaman dan pendalaman tentang
sistem pengisisan sepeda motor khususnya kompetensi identifikasi dan
merangkai sistem pengisian.
2. Bagi guru, menambah variasi dalam metode pembelajaran sehingga
diharapkan dengan menggunakan peraga sistem pengisian sepeda motor dapat
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran.
9
3. Bagi sekolah, diharapkan memberikan tambahan pemikiran dan inovasi-
inovasi bagi sekolah untuk memperlancar proses kegiatan belajar mengajar.
4. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan tentang strategi pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, serta menciptakan karya yang bermanfaat
untuk mendukung kemajuan untuk dunia pendidikan.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian teori
1. Peraga Sistem Pengisian Sepeda Motor
Peraga sistem pengisian adalah seperangkat alat pendukung dalam
memudahkan proses pembelajaran sistem pengisian sepeda motor. Peraga
menunjang proses belajar mengajar, materi-materi yang disampaikan guru
dapat diterapkan langsung pada peraga. Siswa dapat mengamati langsung
komponen serta cara kerja komponen serta cara kerja sistem pengisian,
sehingga dapat memahami materi dengan mudah.
Tujuan penggunaan peraga sistem pengisian sepeda motor adalah (1)
Sebagai alat penunjang dalam proses pembelajaran sistem pengisian sepeda
motor, (2) Menjadikan siswa termotivasi dan bersemangat dalam
pembelajaran, (3) sebagai media untuk mempraktikan teori-teori yang telah
disampaikan guru, (4) merangsang siswa untuk aktif dan kreatif.
Kelebihan pembelajaran menggunakan peraga sistem pengisian
sepeda motor adalah (1) penyampaian materi menjadi lebih detail dan
mendalam, (2) guru berperan sebagai monitoring, bukan sebagai instruktur
sehingga siswa dapat mengeksplorasi kemampuanya, (3) proses belajar tidak
menjenuhkan dan menjadi lebih menyenangkan.
11
Selain kelebihan menggunakan peraga sistem pengisian sepeda
motor, juga terdapat kelemahan penggunaan peraga sistem pengisian sepeda
motor yaitu(1) membutuhkan biaya lebih besar jika dibandingkan dengan
pembelajaran ceramah, (2) waktu yang dibutuhkan lebih lama dibanding
metode ceramah, karena perlu waktu untuk menyiapkan peraga, merawat,
memperbaiki jika terjadi kerusakan, menyimpan dengan benar dsb.
2. Hasil Belajar
Sudjana dalam Nursofi dan Budiyono(2011: 27) menyatakan hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia
menerima pengalaman belajarnya.
Setiawan, dkk.(2009: 24) menyatakan“Hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar.
Perolehan aspek pembelajaran perilaku tersebut tergantungpada apa yang
dipelajari oleh pembelajaran. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari
pengetahuan tentang konsep, maka perubahan prilaku yang diperoleh adalah
berupa penguasaan konsep”
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan pembelajaran.
Kemampuan siswa yang berbeda-beda dijadikan acuan berapa persen siswa
yang berhasil dan siswa yang gagal. Hasil belajar meliputi tiga ranah, yaitu
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Ranahkognitif bekenaan
dengankemampuan intelektual yaitu mencakup aspek pengetahuan,
pemahaman,aplikasi, analisis, sintetis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan
12
dengan sikap atau kepribadian siswa. Ranah psikomotor berkenaan dengan
keterampilan dan kemampuan bertindak.
Penelitian ini menggunakan semua ranah tersebut untuk mengetahui
hasil belajar siswa. Ranah kognitif berupa pengetahuan dan pemahaman
siswa tentang sistem pengisian sepeda motor. Ranah afektif berupa sikap
siswa saat melakukan pembelajaran teori sistem pengisian sepeda motor.
Ranah psikomotor berupa kemampuan siswa mengembangkan keterampilan
dalam praktik merangkai sistem pengisian sepeda motor.
3. Kompetensi Identifikasi Sistem Pengisian
Sistem pengisian sepeda motor adalah sistem kelistrikan yang
berfungsi menyuplai energi listrik untuk mengisi kembali dan
mempertahankan kondisi listrik pada baterai tetap stabil. Nugraha, (2005: 16)
memaparkan “kapasitas baterai yang sangat terbatas, sehingga tidak akan
dapat mensuplai kebutuhan tenaga listrik secara terus-menerus.Baterai harus
selalu terisi penuh agar dapat mensuplai kebutuhan listrik setiap waktu yang
diperlukan oleh sistem kelistrikan pada sepeda motor tersebut yaitu
penerangan dan sistem starter. Untuk itu pada sepeda motor diperlukan sistem
pengisian yang memproduksi tenaga listrik untuk mengisi kembali baterai
sekaligus mendukung kinerja baterai untuk mensuplai kebutuhan listrik“.
Kompetensi identifikasi sistem pengisian sepeda motor meliputi
beberapa aspek pemeriksaan dan perawatan, yaitu (1)nama komponen, (2)
fungsi komponen, (3)cara kerja komponen, (4)cara kerja sistem pengisian.
13
Saat pembelajaran identifikasi sistem pengisian , seorang guru
menyampaikan tentang nama-nama komponen yang terdapat pada sistem
pengisian, kemudian menyampaikan fungsi dari masing-masing komponen,
menjelaskan bagaimana cara kerja dari masing-masing komponen dan
terakhir menjelaskan tentang cara kerja sistem pengisian. Berikut ini adalah
nama komponen dan fungsi komponen sistem pengisian :
a. Alternator
Nugraha (2005: 11) menjelaskan bahwa sumber tegangan, berfungsi
sebagai penyedia tegangan yang digunakan untuk mengisi baterai dan
mensuplai kebutuhan sistem-sistemkelistrikan. Sumber tegangan yang
digunakan pada sistem pengisian sepeda motor merupakan sumber
tegangan AC (Alternating Current), yang sering disebut Alternator.
Jama dan Wagino(2008: 136) menjelaskan bahwa generator dengan
flywheel magnet sering disebut sebagai alternator sederhana yang
banyakdigunakan pada scooter dan sepeda motor kecil lainnya. Flywheel
magnet terdiri dari stator dan flywheel rotor yang mempunyai magnet
permanen. Statordiikatkan ke salah satu sisi crankcase (bak engkol).
Dalam stator terdapat generating coils (kumparan pembangkit listrik).
Jama dan Wagino (2008: 136) memaparkan bahwa terdapat
beberapa tipe aplikasi/penerapan pada rangkaiansistem pengisian sepeda
motor yang menggunakan alternator AC dengan flywheel magnet ini,
diantaranya;
14
1) Sepeda motor yang keseluruhan sistem kelistrikannya menggunakan
arus AC memerlukan rectifieruntuk mengubah output pengisian
menjadi arus DC.
2) Sepeda motor yang sebagian sistem kelistrikannya masih
menggunakan arus AC (seperti headlight lamp/lampukepala, tail
light/lampu belakang, dan meterlamp) dansebagian kelistrikan
lainnya menggunakan arus DC (sepertihorn/klakson, turn
signallamp/lampu sein).
Alternator DC akan berfungsi sebagai motor jika dialiri listrik, dan akan
berfungsi sebagai alternator jika diputar oleh gaya luar. Prinsip kerja
alternator DC sama dengan motor atarter, oleh karena itu alternator ini
sering disebut dinamo atarter atau self starter dinamo.
Pada motor keluaran terbaru, terjadi perubahan pada alternator. Pada
motor keluaran lama menggunakan alternator satu phase (satu
gelombang), pada motor keluaran baru dirubah menjadi 3 pashe.
Alternator 3 phase umumnya digunakan pada sepeda motor menengah
dan besar yang kebanyakan sudah menggunakan sistem starter listrik
sebagai pelengkap tambahanya. Output dari alternator membentuk
gelombang yang saling menyusul, sehingga outputnya menjadi lebih
lembut dan stabil. Hal tersebut menjadikan outputnya menjadi lebih
tinggi dibanding alternator 1 phase.
Salah satu alternator 3 phase adalah alternator tipe magnet permanen
yang terdiri dari magnet permanen, rotor yang membentuk cincin dan
15
rotor dengan tutup magnet yang terkait di dalamnya. Tipe lainnya dari
alternator 3 phase adalah tipe elektromagnet seperti alternator pada
mobil.
Gambar 1. Alternator(Dove,2015)
Gambar 2. Alternator(Negoro,2013)
Gambar 3. Alternator(Otomotif, 2010)
16
b. Regulator (rectifier)
Nugraha (2005: 14) menjelaskan rectifier merupakan serangkaian
komponen elektronik. Fungsiutama rectifier adalah sebagai penyearah
arus bolak-balik yang dihasilkan alternator menjadi arus searah. Pada
sistem pengisian sepeda motor, rectifier juga berfungsi sebagai
pengatur/pembatas arus dan tegangan pengisian yang masuk ke baterai
maupun ke lampu-lampu. Regulator tipe 4 terminal merupakan jenis
rectifier yang belakangan ini populer digunakan pada sistem pengisian &
penerangan sepeda motor.
Gambar 4. Regulator (Nurul,2015)
Gambar 5. Skema kumparan regulator(Nugraha, 2005: 4)
17
c. Baterai
Baterai, merupakan penyimpan tenaga listrik yang dihasilkan oleh sistem
pengisian, energi listrik diubah kedalam bentuk energi kimia. Baterai
juga berfungsi sebagai penyedia tenaga listrik sementara (dalam bentuk
tegangan AC) yang diperlukan oleh sistem-sistem kelistrikan sepeda
motor, dengan didukung oleh sistem pengisian. Nugraha(2005:11).
Konstruksi sel baterai dari bak/case, plat positif, plat negatif dan
elektrolit baterai. Setiap sel baterai menghasilkan beda tegangan 2 volt.
Karena pada umumnya sistem kelistrikan sepeda motor menggunakan
referensi tegangan 12 volt, maka sebuah baterai 12 volt didapatkan
dengan menggabungkan 6 sel baterai yang dirangkai secara seri
Gambar 6. Baterai, (Shootamier2011)
Gambar 7. Komponen baterai (J4hanam,2013)
18
Gambar 8. Susunan komponen baterai(Taufik,2014)
Nugraha (2005: 11) menjelaskan kapasitas baterai merupakan
kemampuan baterai menyimpan sejumlah muatan listrik, dinyatakan
dalam satuan amper hour (Ah). Di dalam baterai saat terjadi pengosongan
maupun pengisian terjadi reaksi kimia antara plat positif, elektrolit dan
plat negatif. Reaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar9.Skemakerjabaterai (Nugraha, 2005: 12)
Pada saat kita akan mengisi baterai menggunakan battery charger,besar
arus dan lamanya waktu pengisian tergantung dari kapasitasbaterai dan
prosentase pengosongan baterai yang didapatkan dari hasil pengukuran
berat jenis elektrolit.
Besar arus untuk pengisian normal maksimal 10% dari kapasitasbaterai,
sedangkan untuk pengisian cepat besarnya arus pengisianmaksimal 50%
19
dari kapasitas baterai. Lama waktu pengisian dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Lama pengisian = kondisi pengeluaran x (1,2 s/d 1,5)
Laju pengisian Nugraha, (2005: 13)
d. Fuse
Fuse berfungsi sebagai pengaman sistem jika terjadi konsleting. Dengan
adanya fuse apabila terjadi konsleting, komponen-komponen teahindar
dari kerusakan
Gambar 10. Fuse, (Kosmo 2011)
e. Kunci Kontak
Kunci kontak berfungsi menyambung dan memutus arus untuk
menghidupkan dan mematikan mesin. Saat kunci kontak off maka mesin
tidak bisa hidup dan sistem pengisian pun tidak bekerja. Saat kunci
kontak on maka arus terhubung dan mesi dapat dihidupkan sehingga
sistem pengisian dapat bekerja.
20
Gambar 11. Kunci kontak, (Salam 2012)
(1) Cara kerja sistem pengisian
(a) Saat kunci kontak off
Mesin tidak bekerja sehingga sistem pengisian juga tidak
berfungsi. Sistem pengisian akan bekerja dengan syarat mesin bekerja
dengan memutarkan alternator sebagai sumber arus yang digunakan
untuk menyuplai arus pada sistem pengisian.
(b) Saat putaran rendah/stasioner
Alternator regulator baterai massa
regulator lightmassa
Keterangan :
Saat putaran rendah, arus dari alternator menuju ke regulator, arus
output dari regulator diteruskan dan disimpan di baterai sebagi
cadangan arus. Baterai juga menyuplai arus ke alternator karena
sistem pengisian bekerja secara rotasi (sistem tertutup).
Saat putaran rendah arus yang dihasilkan alternator juga rendah,
dengan kata lain arus yang dihasilkan belum melebihi kapasitas
21
baterai. Arus dari alternator sebelum masuk ke rectifier sama dengan
output setelah melewati rectifier.
(c) Saat putaran menengah-tinggi
Alternator regulator baterai massa
regulator lightmassa
Saat putaran menegah-tinggi, arus dari alternator menuju ke
regulator, arus output dari regulator diteruskan dan disimpan di baterai
sebagi cadangan arus. Baterai juga menyuplai arus ke alternator
karena sistem pengisian bekerja secara rotasi (sistem tertutup).
Semakin tinggi putaran mesin maka alternator juga berputar
semakin tinggi. semakin tinggi alternator berputar maka arus yang
dihasilkan juga semakin tinggi. Arus dari alternator sebelum masuk ke
regulator mempunyai teganggan yang tinggi diatas kapasitas baterai,
sedangkan output dari regulator arus sudah stabil dan tegangganya
sudah sesuai kapasitas baterai karena sudah distabilkan dan diatur oleh
rectifier.
Catatat: Saat putaran rendah, putaran menengah maupun putaran
tinggi sistem pengisian bekerja dengan wiring/alur yang sama, yang
membedakan adalah arus yang dihasilkan berbeda-beda setiap
putaran mesin
4. Kompetensi Merangkai Sistem Pengisian
Kompetensi merangkai sistem pengisian ini terdiri dari aspek : (1)
cara membongkar komponen sesuai prosedur, (2) cara memeriksa komponen
22
sesuai prosedur, (3) cara merakit komponen sesuai prosedur. Membongkar,
memeriksa dan merakit komponen sesuai prosedur bertujuan untuk menjaga
sistem terhindar dari kerusakan sehingga menjaga komponen tetap berfungsi
dengan baikdanusiakomponenmenjadilebih lama.
Jika pembongkaran, pemeriksaan dan perakitan tidak dilakukan
dengan cara yang benar, maka dapat terjadi kerusakan pada komponen
maupun sistem pengisisan itu sendiri. Berikut prosedur pembongkaran,
pemeriksaan dan perakitan sesuai standar operional prosedur (SOP) :
a. Membongkar
Membongkar adalah melepas masing-masing komponen dari sistem. Pada
sistem pengisian, membongkar berarti melepas alternator, melepas
rectifier dan baterai. Berikut prosedur pembongkaran komponen pada
sistem pengisian :
1) Posisikan kendaraan pada posisi tegak dengan standart tengah/stand, dan
tempatkan kendaraan pada tempat yang nyaman dan aman.
2) Kendaraan dalam kondisi mesin mati, dengan cara kunci kontak pada
posisi off dan lepas kabel positif maupun negatif baterai untuk memastikan
tidak ada arus listrik yang bekerja/aktif.
3) Lepas penutup lubang baut alternator yang terhubung dengan crankshaft,
lepas juga penutup atas mesin bagian kiri untuk mencari titik top.
4) Buka penutup rockerarm atas/in dan bawah/ex
5) Posisikan piston pada posisi top kompresi, yaitu dengan cara memutar
alternator menggunakan special tool sebanyak 2x, pada putaran pertama
23
perhatikan katup in naik/membuka, lalu turun/menutup lagi. Setelah katup
menurun itulah cari titik top kompresi dengan cara mencari tanda T pada
alternator. Ciri ciri piston telah berada pada posisi top kompresi adalah
kedua rockerarm (in & ex) bebas atau dapat digerakan dengan tangan.
6) Lepas cover mesin bagian kiri dengan cara melepas seluruh baut pengikat
cover mesin.
7) Lepas soket penghubung kabel sistem pengisian.
8) Lepas alternator menggunakan special tool, gunakan traker penahan untuk
menahan alternator agar tidak ikut berputar saat melepas baut pengikat
alternator.
9) Lepas rectifier dengan melepas baut pengikat. Lepas coket penghubung
rectifier dengan baterai maupun dengan alternator.
10) Lepas baterai dan letakan pada tempat yang aman jauh dari bunga api
dan jangkauan anak-anak.
b. Merangkai
1) Posisikan kontak pada keadaan OFF
2) Posisikan mesin pada top kompresi
3) Pasang lilitan atau spul pada magnet, kemudian kencangkan mur pengikat.
Perhatikan arah pemasangan, jangan sampai kabel-kabel output tidak tepat
pada posisi yang benar.
4) Pasang alternator pada poros crankcase, kencangkan mur pengikat
alternator dengan torsi yang ditentukan.
5) Pasang tutup mesin bagian kiri kemudian kencangkan baut=baut pengikat.
24
6) Pasang penutup lubang mur crankcase menggunakan obeng minus
7) Pasang penutup lubang top kompresi menggunakan obeng minus
8) Pasang rectifier pada dudukan yang berada di rangka, kemudian
kencangkan baut pengikat.
Sambungkan kabel penghubung antara alternator dan rectifier.
9) Pasang baterai pada kotak baterai sepeda motor, sambungkan kabel plus
terlebih dahulu kemudian kabel minus baterai.
5. Belajar
Witherington menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan
dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang
baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.
Putrayasa (2013:9)
Hakim dalam Putrayasa (2013:8) menjelaskan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan
tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitasdan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
Setiap individu dalam keseharian pasti mengalami proses belajar.
Tidak disadari, belajar dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, dengan siapa
saja bahkan dengan apa saja yang ditemui oleh seorang individu. Seorang
siswa dalam proses belajar di sekolah menyerap ilmu dari guru melalui
pengdengaran, penglihatan, penciuman dan perasaan yang kemudian diproses
di dalam otak dan berakhir menjadi sebuah kesimpulan yang ditanamkan
25
dalam otak sehingga menjadi pedoman dalam pemahaman siswa terhadap
materi.
Tiap siswa memiliki karakter dan cara yang berbeda-beda dalam
proses belajar, terbukti materi yang disampaikan sama, tapi penangkapan tiap
siswa berbeda. Beberapa siswa tajam menggunakan penglihatanya
(visual)untuk menyerap materi yang disampaikan guru, tetapi lemah
menggunakan pendengaranya (audio). Begitu pula sebaliknya, beberapa
siswa tajam menggunakan pendengaranya untuk menyerap materi dari guru,
tetapi lemah dalam penglihatanya. Kelebihan tersendiri jika siswa mampu
menggunakan kemampuan penglihatan dan pendengaranya (audio-visual)
bersamaan secara tajam dalam menyerap materi dari guru.
Setelah terjadi proses belajar akan terjadi perubahan pada diri siswa,
diantaranya bertambahnya pengetahuan, perbaikan sikap diri baik di dalam
kelas maupun di luar kelas, motivasi belajar yang meningkat. Perubahan-
perubahan tersebut tidak terjadi dalam waktu singkat dan instan, tapi melalui
proses yang bervariasi tergantung kemampuan individu siswa. Perubahan-
perubahan tersebut bisa permanen dan melekat pada diri siswa, bisa pula
hilang kembali tergantung motivasi siswa untuk mendalami hal-hal tersebut.
Setelah mempelajari beberapa teori dari para tokoh di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa “belajar” merupakan proses penerimaan hal baru yang
diterima melalui indera yang dimiliki yang kemudian diproses di dalam otak
yang menghasilkan ide dan gagasan yang berakhir pada kesimpulan sebuah
hal baru tersebut yang dalam hal ini adalah materi dari guru. Diharapkan
26
peraga yang dibuat dapat membantu siswa untuk mengasah kemampuan
melihat atau mengamati dan mendengarkan (audio-visual) agar seimbang dan
semakin tajam
6. Pembelajaran
Knirk dan Gustafson dalam Putrayasa (2013:22) menyatakan bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap
rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi.
.Gagne dan Briggs mengartikan pembelajaran (instruction) ini
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa,
yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa
untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang
bersifat internal. Putrayasa (2013: 23)
Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan
dimana individu memberikan materi dan individu lain menyerap materi yang
diberikan. Pengajar sebagai sumber informasi dan siswa sebagai penyerap
informasi.
Bentuk pembelajaran beragam jenis, baik tempat, situasi maupun
materi yang diberikan. Misalnya pembelajaran di luar kelas yg bertujuan
untuk mengajak siswa melihat langsung fenomena alam sesuai materi yang
disampaikan. Pembentukan kelompok dengan tujuan untuk menyatukan
bermacam pemikiran yang berbeda menjadi satu pemahaman yang sama.
Kegiatan-kegiatan tersebut bagian dari metode pembelajaran yang bertujuan
menunjang proses belajar.
27
Knirk dan Gustafson dalam Putrayasa (2013:23) mengemukakan
teknologi pembelajaran melibatkan tiga komponen utama yang saling
berinteraksi, yaitu guru (pendidik), siswa (peserta didik), dan kurikulum.
Dunkin dan Biddle mengatakan bahwa “proses pembelajaran akan
berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama,
yaitu: (a) kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi
pelajaran dan (b) kompetensi metodologi pembelajaran“. Putrayasa (2013:13)
Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa suksesnya proses
pembelajaran dan tercapainya tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh banyak
aspek diantaranya yaitu 1). kemampuan penguasaan materi oleh guru, 2).
penguasaan kelas dan keterampilan menyampaikan materi, 3) kemasan dan
suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatis, dan 4) fasilitas berupa
media pembelajaran yang baik. Selain itu dari pihak siswa juga harus
mempunyai motivasi dan semangat untuk belajar, sehingga kedua belah pihak
yaitu pengajar dan siswa mampu menciptakan interaksi yang baik, sehingga
proses pembelajaran berjalan dengan baik pula serta berimbas pada hasil
belajar yang memuaskan.
7. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat yang digunakan sebagai perantara
penyampaian materi dari pendidik kepada peserta didik. Bentuk media
pembelajaran beraneka ragam diantaranya berupa media audio, media visual,
media audio-visual dan sebagainya.
28
Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2009: 3) mengatakan bahwamedia
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini guru, teks buku
dan lingkungan sekolah adalah media.
Menurut Gagne’ dan Briggs dalam Arsyad (2009:4) mengungkapkan
bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari antara lain buku, tape
recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai),
foto, gambar, grafik, televisi dan komputer.
Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media
merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu,
ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media, sebagai
berikut :
a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan
tujuan instruksionalyang telah ditetapkan yang secara umum mengacu
kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik.
b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip
atau generalisasi. Media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhsn tugas
pembelajaran dan kemampuan mental siswa.
c. Praktis, luwes dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana atau sumber
daya lainya untuk memproduksi.
29
d. Guru terampil menggunakanya. Ini adalah kriteria utama, nilai dan
manfaat media sangat ditentukan oleh guru yang menggunakanya.
e. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif digunakan pada kelompok
besar belum tentu efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau
perorangan.
f. Mutu teknis, pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus
memenuhi persyartan teknis tertentu.
Peneliti menyimpulkan bahwa benda apapun dapat digunakan
sebagai media pembelajaran disesuaikan dengan materi belajar dan tujuan
pembelajaran.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti telah
banyak didokumentasikan di perpustakaan. Mahasiswa angkatan terdahulu
melakukan penelitian skripsi dan menyelesaikanya. Penelitian mempunyai banyak
jenis, diantaranya kuantitatif dan kualitatif, tema penelitianya juga beragam.
Perlu menyertakan kajian penelitian yang relevan sebagai penguat untuk
tema skripsi yang diambil, karena penelitian yang relevan dapat dijadikan bukti
kongkrit bahwa ide yang diambil untuk tema skripsi mempunyai peluang berhasil
untuk diteliti dengan valid dan mempunyai manfaat yang tinggi, selain itu kajian
penelitian yang relevan juga dapat dijadikan pembanding dan tambahan referensi.
Berikut beberapa hasil penelitian yang relevan dengan tema skripsi ini.
30
Kartika, dkk.(2012: 23) dalam Automotive Science and Education
Journal yang berjudul “ Penerapan Peraga Untuk Meningkatkan Kompetensi
Mahasiswa Mendiagnosis Sistem Pengapian Sepeda Motor “ pada bagian
pembahasanmemaparkan hasil penelitianya bahwa hasil belajar sebelum dan
sesudah menggunakan alat peraga terdapat perbedaan yang signifikan.”Nilai
mahasiswa setelah menggunakan alat peragasistem pengapian sepeda motor
mengalami peningkatan, dapat dilihat dari hasil nilai minimum dan maksimumnya
mengalami peningkatan dan juga nilai rata-rata mengalami peningkatan yang
tadinya di bawah nilai 61,00 sekarang nilainya telah melebihi nilai 61,00 yaitu
sebesar 75.86. Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan alat peragasistem
pengapian sepeda motor telah berjalan dengan baik karena prestasi belajar
mahasiswa yang mengikuti perkuliahan perakitan otomotif I mengalami
peningkatan 39,15% dari sebelum menggunakan alat peraga sistem pengapian
sepeda motor ” Dalam penelitian ini, hasil belajar mengalami peningkatan dari
sebelum dan sesudah menggunakan alat peraga sistem pengapian. Hal ini terjadi
karena dengan menggunakan alat peraga sistem pengapian proses kegiatan belajar
mengajar menjadikan mahasiswa berminat atau termotivasi untuk mempelajari
sistem pengapian sepeda motor terutama dengan adanya alat peraga dan modul.
Selain itu mahasiswa menjadi lebih aktif dan terfokus. Kelebihan-kelebihan inilah
yang dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang sistem pengapian
sepeda motor.
31
Hasil penelitian Wicaksono, dkk. (2012 :53) dalam Automotive Science
and Education Journal yang berjudul “ Media Peraga Progammed Fuel Injection
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sistem Bahan Bakar “ adalah ada peningkatan
hasil belajar yang signifikan antara nilai atau nilai rata-rata sebelum dan sesudah
menggunakan alat peragasistem bahan bakar Programmed Fuel Injection (Supra
125 PGMFI) terjadi peningkatan kearah positif, sehingga dapat dikatakan ada
peningkatan hasil belajar mahasiswa tentang sistem bahan bakar Programmed
Fuel Injection (Supra 125 PGM-FI) setelah menggunakan alat peraga pada
mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang
Penerapan alat peraga sistem bahan bakar Programmed Fuel Injection (Supra 125
PGM-FI) dapat diterapkan saat perkuliahan berlangsung untuk membantu
mahasiswa dalam penyerapan materi sistem bahan bakar Programmed Fuel
Injection(Supra 125 PGM-FI). Siswa dapat melihat proses kerja injection pada
Supra 125 PGMFI melalui simulasi peraga sistem bahan bakar. Sistem bahan
bakar di dalam mesin bekerja tertutup dan tidak bisa dilihat secara kasat mata,
sehingga proses injeksi bahan bakar tidak dapat dipelajari secara langsung tanpa
media peraga. Dengan peraga bahan bakar Programmed Fuel Injectionsiswa dapat
menyaksikan dan mempelajari proses injeksi bahan bakar di dalam mesin.
Sehingga, materi lebih dalam dikuasai oleh siswa, dan imbasnya pada peningkatan
pemahaman siswa tentang sistem bahan bakar, sehingga hasil belajar meningkat.
32
C. Kerangka Berfikir
Pengamatan peneliti saat menjalani Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
di SMK N 2 Kendal, tenaga pengajar dalam hal ini guru di program keahlian
Teknik Sepeda Motor adalah tenaga pendidik profesional, khususnya guru yang
mengajar praktik sudah kenyang dengan pelatihan-pelatihan guru profesional,
sehingga para guru sangatlah paham bagaimana menjadi guru yang baik dari segi
penguasaan disiplin ilmu maupun penguasaan kelas. Metode pembelajaran yang
digunakan fleksibel dan terprogram untuk peserta didik menyesuaikan dengan
pelajaran yang sedang disampaikan.
Profesionalitas guru di SMK N 2 Kendal khususnya Teknik Sepeda
Motorr kurang ditunjang dengan tercukupinya media pembelajaran. Media
pembelajaran yang ada kurang memadai dan kurang membantu siswa untuk
memahami materi belajar sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan
maksimal. Proses belajar berjalan secara klasikal, siswa mendengarkan dan
menyerap materi dari guru melalui penjelasan di papantulismaupun LCD. Media
atau alat praktik masih terbatas, penggunaan
mediasederhanahanyadapatdifungsikan untuk pengenalan materi, belum cukup
untuk pendalaman materi. Melihat fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa
mediapembelajaran menjadi salah satu faktor kurangnya pemahaman siswa
terhadap sebuah materi pembelajaran.Program keahlian Teknik Sepeda Motor
(TSM) di SMK Negeri 2 Kendal merupakan program keahlian baru, sehingga
fasilitas pembelajaran masih kurang memadai karena untuk tercukupinya media
pembelajaran merupakan sebuah proses yang tidak instan.
33
Kurang memadainya media pembelajaran tersebut menimbulkan
beberapa kekurangan yang salah satunya yaitu hasil belajar siswa pada bab sistem
pengisian sepeda motor kurang memuaskan. Ketuntasan minimal kelas XI
TSMadalah 75, pada bab sistem pengisian sepeda motor khususnya kompetensi
mengidentifikasi dan merangkai sistem pengisian, hasil belajar belum
memuaskan. Dari keseluruhan jumlah siswa kelas XI TSM, baru 35% siswa yang
hasil belajarnya di atas 75, sisanya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM).
Dari fenomena tersebut, peneliti mempunyai ide membuat media
pembelajaran berupa peraga. Peraga ini diharapkan dapat menunjang proses
pembelajaran, menambah motivasi siswa dalam belajar, dengan meningkatnya
motivasi siswa diharapkan meningkat pula pemahaman siswa tentang identifikasi
dan merangkai sistem pengisian sepeda motor, sehingga hasil belajar meningkat.
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, hipotesis yang akan diuji pada
penelitian ini adalah ada peningkatan hasil belajar siswa Teknik Sepeda Motor
pada pembelajaran identifikasi dan merangkai sistem pengisian sepeda motor
dengan menggunakan peraga sistem pengisian sepeda motor.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
eksperimen. Menurut Arikunto (2010:9) “ eksperimen adalah suatu cara untuk
mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja
ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain
yang menghambat. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat
akibat suatu perlakuan ”. Cara mudah untuk memahami metode penelitian ini
adalah membandingkan pengaruh pemberian perlakuan (treatment) antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan mengamati pada besar
pengaruh perlakuan pada suatu objek.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pre experimental design dengan pola
pretest and postest group. Penelitian ini menggunakan dua kelas, kelas
eksperimen dimana pelajaran identifikasi dan merangkai sistem pengisian sepeda
motor menggunakan peraga, kelas kontrol dimana pelajaran identifikasi dan
merangkai sistem pengisian menggunakan modul dan papan tulis.
35
Tabel 1. Rancangan penelitian
Subyek Pre Test Perlakuan Post Test
Kelas Eksperimen X1 Peraga SistemPengisian X2
Kelas Kontrol X3 Papan tulis& LCD X4
Penulis menyertakan alur penelitian yang akan dilaksanakan, agar alur
tersebut dapan dijadikan pedoman sehingga dalam proses penelitian dapat
terarah dan fokus pada objek penelitian. Alur penelitian sebagai berikut :
Tidak
Tidak Ya Ya
Gambar 12. Alur penelitian
Mulai
Indikator soal
Soal
Uji coba soal
Membandingkan hasil pre
test dengan hasil post test
Validasi
ahli
Soal valid
Pembelajaran dengan
media peraga
Membuat peraga
Pre test
Pembelajaran dengan media
modul & papan tulis
Post test
Kesimpulan
Mulai
Soal valid
Kompetensi dasar
Soal
Uji coba soal
Membandingkan hasil pre
test dengan hasil post test
Validasi
ahli
Pembelajaran dengan papan
tulis & LCD + media peraga
Membuat peraga
Pre test
Pembelajaran dengan media
papan tulis & LCD
Post test
Kesimpulan
Mulai
Soal valid
36
Desain peraga yang akan dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
40
cm
60 cm
Gambar 13. Desain peraga sistem pengisian (komponen asli)
Gambar 14. Desain peraga sistem pengisian (running light)
Alternator Regulator/rectifier
penggerak (arus ke lampu)
Battrey
Komponen sistem pengisian sepeda motor
disertai nama dan fungsi komponen
37
C. Pelaksanaan Eksperimen
1. Membuat RPP
RPP dibuat berdasarkan silabus yang dipakai di sekolah tempat
penelitian. RPP yang disusun dikonsultasikan dengan guru pengampu mata
pelajaran terkait untuk mendapat perbaikan dan persetujuan. Kegiatan
pembelajaran dilakukan selama 2 kali pertemuan dengan alokasi 2 x 50 menit
tiap pertemuan.
2. Membuat soal
Soal berupa soal pilihan ganda dan essay, soal berupa gambar
komponen dan rangkaian sistem pengisian sepeda motor yang nantinya akan
dirangkai oleh siswa untuk menjadi rangkaian sistem pengisian yang benar.
Soal tersebut dipakai untuk pre test dan post test. Selain membuat soal, kunci
jawaban dari soal tersebut tidak lupa disertakan untuk menjadi pedoman
penilaian.
3. Uji coba instrumen
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas soal. Soal akan diujicobakan pada siswa kelas XII TSM SMK N 2
Kendal yang sudah menempuh mata pelajaran sistem pengisian sepeda motor.
4. Membuat media peraga
Membuat peraga sistem pengisian yang akan diterapkan pada
pembelajaran. Sebelum diterapkan pada pembelajaran, peraga harus melalui
validasi ahli dalam bidangnya untuk menentukan peraga layak atau tidak
digunakan untuk media pembelajaran.
38
5. Pre test
Pre test diberikan kepada siswa sebelum diberikan perlakuan. Pre test
diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pre test ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa.
6. Perlakuan (treatment)
Perlakuan pada penelitian ini adalah penggunaan media peraga dalam
pembelajaran. Pembelajaran sistem pengisian sepeda motor menggunakan
media peraga diberikan pada kelas eksperimen. Sedangkan perlakuan pada
kelass kontrol pembelajaran tetap menggunakan media modul dan papan tulis.
7. Post test
Post test dilakukan setelah pemberian treatment. Post test dilakukan
pada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Post test dilakukan
untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kelas eksperimen setelah diberikan
perlakuan, yaitu pembelajaran menggunakan media peraga, sedangkan kelas
kontrol dilakukan post test untuk mengetahui hasil belajar tanpa menggunakan
media peraga.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan objek
penelitian. Dalam sebuah populasi, terdiri dari beberapa sampel sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Misalnya dalam sebuah populasi terdiri dari 90 orang,
39
maka dapat dibagi menjadi tiga kelompok sampel yang tiap kelompok
sampelnya terdiri dari 30 orang.
Terdapat bermacam-macam jenis penelitian, bermacam macam pula
objek penelitianya. Objek penelitian tersebut bisa berupa orang,
hewan,tumbuhan, benda maupun objek lain. Misalnya penelitian terhadap
sebuah benda, maka kelompok benda tersebut merupakan populasi. Penelitian
terhadap hewan, maka sekelompok hewan tersebut adalah populasi.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI program keahlian
Teknik Sepeda Motor SMK N 2 Kendal.
2. Sampel
Arikunto (2010:174) mengungkapkan bahwa sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Penelitian ini menggunakan teknik sampling
jenuh, karena populasi yang digunakan hanya terdiri dari dua kelas. Sampling
jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas XI
Teknik Sepeda Motor SMK N 2 Kendal.
Kelas eksperimen pada penelitian ini adalah kelas yang mendapat
pembelajaran dengan tambahan peraga sistem pengisian sepeda motor,
sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang pembelajaranya tanpa
menggunakan peraga sistem pengisian sepeda motor. Jumlah sampel pada
penelitian ini berjumlah 64 siswa terdiri dari 32 siswa kelas eksperimen dan
32 siswa kelas kontrol.
40
E. Variabel Penelitian
Arikunto (2010:161) menyatakan variabel adalah objek penelitian, atau
apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas (independentvariable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
menyebabkan berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah pembelajaran peraga sistem pengisian sepeda motor.
2. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat adalah variabel setelah mendapatkan perlakuan dari
variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa
pada kompetensi identifikasi dan merangkai sistem pengisian sepeda motor.
F. Metode Pengumpulan Data
1. Metode dokumentasi
Arikunto (2010:201) menjelaskan bahwa dokumentasi, dari asal
katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian dan sebagainya. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah
informasi mengenai daftar siswa yang akan menjadi sampel dan
41
memndapatkan perlakuan dan kemudian menghasilkan data nilai yang
kemudian akan dianalisis, serta informasi mengenai pembelajaran identifikasi
dan merangkai sistem pengisian sepeda motor di SMK N 2 Kendal.
2. Metode tes
Arikunto (2010:266) menyatakan tes adalah mengukur ada atau
tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti. Metode test berfungsi
mengukur prestasi siswa setelah menerima materi yang diberikan. Tes berupa
pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa yang dipilih sebagai sampel. Tes
dilakukan dua kali, yaitu sebelum memperoleh perlakuan (pre test), dan yang
kedua adalah setelah memperoleh perlakuan (post test).
3. Data Penelitian
Data yang diperlukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 2. Data penelitian
Kegiatan Data yang
diperlukan Sumber Data Instrumen
Dokumentasi dengan guru
teknik mesin di SMK N 2
KENDAL
Uji coba instrumen tes:
(validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran, dan daya
pembeda soal)
Uji media alat peraga
Menilai hasil belajar siswa
Nilai awal (nilai
ulangan I
kelistrikan)
Skor soal uji coba
Kelayakan alat
peraga
Guru
Daftar nilai
-
Soal uji coba
tes
Lembar
validasi alat
Peraga
Soal pre test
Soal post-test
Nila pre test &
Nilai post-test
42
G. Instrumen Media
Instrumen media diuji oleh dua pihak, yaitu pihak media dan pihak ahli materi.
Instrumen berupa angket yang harus diisi oleh dua pihak tersebut sesuai dengan
media yang telah dibuat. Hasil penelitian tersebut dihitung dan didapat tingkat
kelayakan yang sesuai dengan kriteria
Tabel 3. Instrumen penilaian media peraga
NO Aspek Yang Dinilai Skor
1 Kemampuan alat peraga untuk menunjang satandart kompetensi
yang akan dicapai
2 Kemampuan penyajian untuk memperjelas kompetensi
sistem pengisian
a. Identifikasi sistem pengisian
b. Merangkai sistem pengisian
3 Kesamaan prinsip dan cara kerja komponen sesungguhnya
a. identifikasi sistem pengisian
b. Merangkai sistem pengisian
4 Penyederhanaan dan pemaparan system
a. Identifikasi sistem pengisian
b. Merangkai sistem pengisian
5 Ketersediaan informasi pendukung
Diagram sistem, nama-nama komponen, materi pokok
6 tata letak komponen mudah diamati
7 Konstruksi
a. Ketahanan atau keawetan bahan material yang dipakai
b. Menarik dan inovatif
c. Faktor keamanan (tidak membahayakan pengguna)
d. Mudah dipindahkan
e. Dimensi yang sesuai dengan kondisi fisik pengguna (siswa)
f. Petunjuk perawatan
Total skor Rata-rata skor
43
Tabel 4. Kelayakan menurut Arikunto (2009: 245)
Presentase Klasifikasi Kelayakan
40 - 50 Sangat Layak
30 - 40 Layak
20 - 30 Cukup Layak
10 - 20 Kurang Layak
0 - 10 Tidak Layak
Kriteria kelayakan
Sangat layak : Alat peraga sangat baik dari aspek media dan aspek materi tanpa
ada yang harus diperbaiki
Layak : Alat peraga sangat baik dari aspek media dan aspek materi
dengan beberapa perbaikan
Cukup layak : Alat peraga cukup baik dari aspek media dan aspek materi dengan
banyak perbaikan
Kurang layak : Alat peraga kurang baik dari aspek media dan aspek materi
dengan banyakperbaikan
Tidak layak : Alat peraga sangat kurang baik dari aspek media dan aspek materi
dengan banyakperbaikan
H. Instrumen Penelitian
Pada umumnya penelitian akan membutuhkan instrumen penelitian untuk
mencapai tujuan penelitian, sebab data yang dibutuhkan untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah soal
pilihan ganda dan essay. Dalam pembuatan instrumen ini mengacu pada indikator
pelajaran. Indikator ini meliputi materi yang akan disampaikan kepada siswa,
yaitu nama komponen sistem pengisian, fungsi komponen sistem pengisian, cara
44
kerja sistem pengisian, prosedur membongkar dan prosedur memeriksa serta
prosedur merangkai sistem pengisian sepeda motor. Dalam menyusun instrumen
ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut :
1. Batasan materi
Pembatasan materi perlu dilakukan agar soal yang dibuat tidak
menyimpang atau melebar dari materi yang ditentuakan. Batasan materi juga
berfungsi untuk mengukur tingkat kesulitan soal, karena soal yang dibuat
diluar materi merupakan soal yang sangat sulit dijawab siswa.
Dalam penelitian ini perangkat tes pada kompetensi identifikasi dan
merangkai sistem pengisian sepeda motoar adalah sebagai berikut :
a. Nama komponen sistem pengisian
b. Fungsi komponen sistem pengisian
c. Cara kerja sistem pengisian
d. Membongkar dan merakit komponen
Tabel 5. Kisi-kisi soal
KD Materi Indikator Bentuk soal
45
Identifikasi
sistem pengisian
sepeda motor
Merangkai sistem
pengisian sepeda
motor
Nama
komponen,
fungsi
komponen
dan cara
kerja
Prosedur
melepas,
membongkar,
prosedur
merangkai
komponen
sistem
pengisian
Siswa mampu
mengahafal
komponen,
memahami
fungsi
komponen dan
cara kerja
komponen
Siswa mampu
melepas,
membongkar
dan merangkai
komponen
sistem
pengisian
sesuai SOP
Soal dengan
bentuk pilihan
ganda dengan
jumlah soal 10
butir
Soal dengan
bentuk essay
sejumlah 5
butir soal
2. Menentukan jenis dan jumlah soal
Soal berjumlah 20 butir soal yang terdiri dari 15 soal pilihan ganda dan
5 soal essay.
3. Membuat kunci jawaban
Membuat kunci jawaban sesuai soal yang dibuat, agar ada kesinambungan
antara soal dengan jawaban sehingga ada kriteria untuk memberikan nilai pada
jawabanya
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Soal uji coba c. Soal post test
b. Soal pre-test
5. Rurik penilaian
Tabel 6. Kriteria skor soal pilihan ganda
Pilihan ganda
No Jawaban benar Jawaban salah
1 1 0
2 1 0
46
3 1 0
4 1 0
5 1 0
6 1 0
7 1 0
8 1 0
9 1 0
10 1 0
11 1 0
12 1 0
13 1 0
14 1 0
15 1 0
Tabel 7. Kriteria skor soal pilihan ganda
Essay
No Tepat Kurang tepat Mendekati Sangat kurang Salah
1 20 15 10 5 0
2 10 7, 8 4, 5 2,3 0
3 15 12, 13 7,8,9 4, 5 0
4 25 22, 23 18,19,20 10 0
5 15 12, 13 7,8,9 4, 5 0
I. Uji Coba Instrumen
Sebelum pelaksanaan pre test, dilakukan pengujian soal kepada siswa.
Setelah itu, dilakukan analisis pada soal-soal tersebut untuk mengetahui soal yang
valid dan reliabel. Soal-soal tersebut yang nantinya akan digunakan sebagai soal
pre test dan soal post test. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah soal
instrumen yang dirancang memenuhi syarat tertentu.
1. Validitas
Arikunto (2010:211) menyatakan validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu
47
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Uji coba test
dilakukan dan dapat diperoleh perhitungan validitas menggunakan rumus
korelasi product moment, rumus korelasi product moment sebagai berikut :
rxy=
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel
yang dikorelasikan (Arikunto, 2009 : 72)
n = banyaknya peserta test (subjek)
x = skor item soal
y = skor total
Menggunakan kriteria> 0.30 dipandang sebagai butir tes yang baik
(Surapranata, 2009: 64)
2. Reliabilitas
Arikunto (2010:221) menjelaskan bahwa “reliabilitasmenunjukan satu
pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
48
sebagai alat pengumpul data karena instrumen sudah baik”. Instrumen yang
reliabilitas menghasilkan data yang dapat dipercaya.
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas sebuah instrumen, peneliti
mengggunakan rumus K.R21 untuk menghitung reliabilitas soal pilihan ganda,
yaitu sebagai berikut : r₁₁=
)
Keterangan
r₁₁ = reliabilitas yang dicari
k = banyaknya butir soal
m = skor rata rata
Vt = varians total
Untuk mencari reliabilitassoal essay peneliti menggunakan rumus
koefisien alpha, yaitu sebagai berikut :
r₁₁= (
)(1 -
₁
₁)
Keterangan :
r₁₁ = reliabilitas yang dicari
∑σ²₁ = jumlah varian skor tiap-tiap item
σ²₁ = varian soal Arikunto, 2009 : 109
49
Menurut Nunaly 1972 dan Kaplan dan Saccuzo dalam Surapranata
(2004: 114) menjelaskan bahwa koefisien reliabilitas 0,7cukup tinggi untuk
suatu penelitian dasar.
3. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
susah. Untuk mengetahui taraf kesukaran butir soal dapat menggunakan rumus:
Keterangan:
P = taraf kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes(Arikunto, 2009: 208).
J. Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data terdistribusi
secara normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara
normal atau tidak. Untuk mengetahui distribusi data yang diperoleh dilakukan
uji normalitas dengan rumus chi-kuadrat, yaitu sebagai berikut :
² =
Keterangan : (Sudjana, 2005:273)
X² = Chi kuadrat
50
O¡ = Frekuensi pengamatan/frekuensi yang diperoleh dari data
penelitian
E¡ = Frekuensi yang diharapkan
K = Banyaknya kelas interval
Selanjutnya harga X² data yang diperoleh dibandingkan dengan X² tabel
dengan (dk) = k-3 dan taraf signifikan 0,05. Distribusi data yang diujikan
akan berdistribusi normal jika X² data < X² tabel.
2. Uji homogenitas
Uji homogenenitas digunakan untuk menguji apakah kedua kelompok
(kelompok eksperimen & kelompok kontrol) mempunyai kemampuan dasar
yang sama. Uji homogenitas dilakukan dengan meneliti apakah data data akhir
hasil belajar kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak, sehingga
terpenuhinya syarat matching dimana harga Fhitung lebih kecil dari harga F
tabel.
F =
(Sudjana, 2005:250)
Peluang untuk distribusi adalah ½ α ( α adalah taraf signifikan dalam
hal ini 5%) dan derajat kebebasan untuk pembilang n₁-1 dan derajat kebebasan
untuk penyebut n₂-1. Kriteria pengujianya adalah :
1. Jika F-hitung > F0,5 α (n1-1)(n2-2)tabel, maka varians kedua kelompok
sampel berbeda.
2. Jika F-hitung < F0,5 α (n1-1)(n2-2)tabel, maka varians kedua kelompok
sampel sama.
3. Uji Post Test
51
Uji-t digunakan untuk menguji hipotesis yang akan dibuktikan
kebenarannya dalam penelitian. Berdasarkan hasil uji kesamaan dua varians,
apabila kedua kelompok mempunyai varians yang sama, maka rumus uji-t
bagian kanan yang dapat dipakai untuk menghitung uji-t akhir adalah :
t = ₁ ₂
₁
₂
dengan s² =
₁ ₁ ₂ ₂
₁ ₂
Keterangan : (Sudjana, 2005:239)
x ₁ = Rata-rata kelompok eksperimen
x ₂ = Rata-rata kelompok kontrol
₁ = Jumlah anggota kelompok eksperimen
₂ = Jumlah anggota kelompok kontrol
S₁²= Varians nilai tes kelompok eksperimen
S₂²= Varians nilai tes kelompok kontrol
S= Simpangan
Dalam uji perbedaan dua rata-rata uji satu pihak kanan post test, kriteria
pengujiannya sebagai berikut :
1. Terima Ho jika t-hitung ≤ t(1-α), pada db = ₁ + ₂ - 2 hal ini berarti
tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
2. Tolak Ho jika t-hitung > t(1-α), pada db = ₁ + ₂ - 2 hal ini berarti
ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
52
4. Peningkatan Hasil Belajar
Perhitungan peningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah pembelajaran
pada kedua kelompok (eksperimen&kontrol) dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut:
( Hake, 1998 : 64)
g = besarnya faktor g
Spre = skor rata-rata pre test (%)
Spost = skor rata-rata post test (%)
Besarnya faktor-g dikategorikan sebagai berikut:
Tinggi = g > 0,7
Sedang= 0,3 g 0,7
Rendah =g < 0,3
Hasil yang baik adalah ≥ kategori sedang (≥ 0,3), sedangkan apabila hasil ≤
kategori sedang ( ≤ 0,3) maka hasil dinyatakan kurang baik.
53
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Spesifikasi Alat Peraga
Alat peraga sistem pengisian sepeda motor berbasis LED yang telah
dibuat mempunyai beberapa spesifikasi diantaranya adalah sebagai berikut,
gambar alat peraga dapat dilihat pada Lampiran
a. Ukuran Peraga Simulasi LED
1. Tinggi peraga : 75 cm
2. Lebar peraga : 62 cm
b. Ukuran Peraga Sistem Pengisian Sepeda Motor (Benda Asli)
1. Panjang : 82 cm
2. Lebar : 52 cm
c. Alat dan Bahan
1. Alternator 8. Saklar
2. Regulator 9. Saklar lampu kepala
3. Baterai 10. LED
4. Besi pipa 11. Mur &baut
5. Papan 12. Lampu
6. Besi lubang 13. Soldier
7. Kabel 14. Reflektor lampu kepala
54
Gambar 15. Peraga simulasi LED
Gambar 16. Peraga komponen asli
55
2. Kelayakan Alat Peraga
Alat peraga sebelum digunakan untuk penelitian, harus diuji
kelayakannya.Alat peraga diuji oleh dua orang, satu sebagai uji media dan satu
sebagai uji materi.Data hasil uji kelayakan ditempatkan pada tabel .
Tabel 8. Uji kelayakan peraga
Uji Nilai Keterangan
Uji Materi 4 Layak
Uji Media 4,125 Layak
Kriteria nilai
Nilai Klasifikasi Kelayakan
40 – 50 Sangat Layak
30 – 40 Layak
20 – 30 Cukup Layak
10 - 20 Kurang Layak
0 – 10 Tidak Layak
Terdapat beberapa masukan dari validator untuk peraikan alat peraga,
yaitu 1). Alat terlalu berat sehingga kesulitan untuk membawa saat
memindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain, 2). Cantumkan modul
perawatan alat agar usia alat dapat bertahan lama.
Validator alat peraga adalahBapak Siswanto, beliau adalah ahli media
pembelajaran. Sudah banyak media pembelajaran yang dibuat oleh beliau yang
sering ditampilkan di acara pameran dan media-media peraganya mendapat
apresiasi yang cukup baik oleh guru-guru SMK di Kabupaten Kendal.
Setelah dilakukanvalidasi alat peraga oleh validator, hasil penilaianya
layak dan baik, maka alat peraga ini layak digunakan untuk media pembelajaran.
Nilai hasil uji media dan uji materi dapat dilihat pada lampiran.
56
3. Uji Coba Instrument
a. Validitas
Uji coba test dilakukan dan dapat diperoleh perhitungan validitas
menggunakan rumus korelasi product moment.
Tabel 9. Hasil validitas soal pilihan ganda
no soal r-tabel r hitung Keterangan
1 0,349 0,607 Valid
2 0,349 0,574 Valid
3 0,349 0,035 tidak valid
4 0,349 0,569 Valid
5 0,349 0,552 Valid
6 0,349 0,644 Valid
7 0,349 0,405 Valid
8 0,349 0,453 Valid
9 0,349 0,521 Valid
10 0,349 0,512 Valid
11 0,349 0,485 Valid
12 0,349 0,57 tidak valid
13 0,349 0,662 Valid
14 0,349 0,039 Valid
15 0,349 0,405 Valid
16 0,349 0,515 Valid
17 0,349 0,511 Valid
Tabel 10. Hasil validitas soal essay
no soal r-tabel r hitung Keterangan
1 0,349 0,865 Valid
2 0,349 0,727 Valid
3 0,349 0,833 Valid
4 0,349 0,896 Valid
5 0,349 0,719 Valid
Setelah dihitung aliditasnya, dapat diketahui soal yang valid dan soal
yang tidak valid. Soal valid yaitu soal yang tidak terlalu sulit atau tidak terlalu
mudah, sedangkan soal yang tidak valid adalah soal yang terlalu mudah atau
57
terlalu sulit. Dari perhitungan validitas, terdapat dua soal yang tidak alid,
sehingga dieliminasi dan tidak dipakai untuk pengambilan data. Perhitungan
validitas dapat dilihat pada Lampiran6.
b. Reliabilitas
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas sebuah instrumen, peneliti
menggunakan rumus K.R21 untuk soal pilihan ganda, dan untuk soal essay
menggunakan rumus koefisien alpha.
Tabel 11. Hasil perhitungan reliabilitas
Hasil perhitungan menunjukan angka 0,783 dan 0,839 ≥ 0,7, artinya
tes hasil belajar telah memiliki reliabilitas yang tinggi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa instrument tersebut reliabel. Perhitungan dapat dilihat
pada Lampiran7.
c. Taraf Kesukaran
Tabel 12. Taraf kesukaran
Taraf Kesukaran Soal Kriteria Penilaian
00,00 - 0,30 Soal Sukar
0,31 - 0,70 Soal Sedang
0,71 - 1,00 Soal Mudah
Dari kriteria di atas, dari 22 soal terdiri dari 20 soal sedang dan 2 soal
terlalu mudah.Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10.
Soal r-tabel r-hitung Keterangan
Pilihan
ganda 0,349 0,783 Reliabel
Essay 0,349 0,839 Reliabel
58
4. Analisis data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat distribusi nilai siswa dalam
satu kelas, melihat apakah nilai pre-test dan post-test pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Selain nilai pre-test dan
post-test. Rumus yang digunakan adalah chi kuadrat.
Jika
dengan derajat kebebasan dk = k-3 dengan taraf
signifikan 5% maka akan berdistribusi normal.
Tabel 13.Hasil UjiNormalitas Nilai Pre-test
Kelas 2
hitung 2
tabel Kriteria
Eksperimen 2,96 7,81 Normal
Kontrol 2,51 7,81 Normal
Tabel 14.Hasil UjiNormalitas Nilai Post-test
Kelas 2
hitung 2
tabel Kriteria
Eksperimen 6,35 7,81 Normal
Kontrol 3,27 7,81 Normal
Tabel 13. dan tabel 14. menyajikan hasil perhitungan uji normalitas,
dengan α = 0,05 dan dk = 5 diperoleh 2
hitung untuk setiap data lebih kecil dari
2
tabel yaitu 7,81. Sehingga, diperoleh kesimpulan bahwa kedua data pre-test
dan post-test berdistribusi normal. Perhitungan selanjutnya disajikan pada
Lampiran8 dan 9.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji kesamaan dua varians digunakan untuk
mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas control memiliki varians yang
sama atau tidak. Pengujian ini diperlukan untuk menentukan statistik yang
59
akan digunakan dalam pengujian hipotesis selanjutnya seperti untuk menguji
kesamaan dua rata-rata. Uji kesamaan varians menggunakan uji F.
Rumusan hipotesis uji homogenitas:
H0 :
(varians kelas eksperimen = varians kelas kontrol)
H1 :
(varians kelas eksperimen ≠ varians kelas kontrol)
Kriteria pengujian: tolak hipotesis H0 jika
untuk
taraf nyata , dimana dk pembilang dan dk penyebut
(Sudjana, 2005: 250). Hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh
Fhitung . Derajat kebebasan untuk pembilang adalah 32-1 = 31 dan untuk
penyebut 32-1 = 31. Dengan dari daftar distribusi F didapat
. Seperti yang terdapat dalam Lampiran 13, karena
Fhitung<Ftabel, berarti diterima. Jadi nilai post-test siswa kelas eksperimen
dan kontrol mempunyai varians yang homogen. Perhitungan dapat dilihat
pada Lampiran 11.
c. Uji Post Test
Uji perbedaan dua rata-rata data hasil post-test bertujuan untuk
mengetahui apakah hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari hasil
belajar siswa kelas kontrol. Hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian
ini adalah:
1. Terima Ho jika t-hitung ≤ t(1-α), pada db = ₁ + ₂ - 2 hal ini berarti
tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
60
2. Tolak Ho jika t-hitung > t(1-α), pada db = ₁ + ₂ - 2 hal ini berarti ada
perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
Tabel 15. Hasil Uji t post test
Kelompok t Hitung t Tabel Kriteria
Eksperimen 3,13 2,0 Berbeda Signifikan
Kontrol
Dari perhitungan nilai post-test didapat thitung = 3.13. Daftar distribusi t
dengan peluang 0,95 dan dk 32+32-2 = 62 didapat , karena
, maka ditolak. Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa
rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas
kontrol. Pengujian hipotesis selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 14.
Tabel 11. menunjukkan untuk nilai post-test diperoleh thitung = 3.132
sedangkan harga ttabel= 2,00. Karena harga thitung > ttabel, maka Ho ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hasil perhitungan uji t pihak kanan
nilai post-test dapat dilihat pada Lampiran 12.
3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Peningkatan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapat dilihat melalui nilai pre-test dan post-test. Uji gain digunakan
untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
dan kontrol.
61
Tabel 16. Peningkatan hasil belajar
Kelas Nilai Rata-rata
Peningkatan Peningkatan
Selisih Pre-Test Post-Test dalam %
Eksperimen 64,28 80,00 15,72 19,65 5,48
Kontrol 65,44 76,25 10.81 14,17
4. Hasil Belajar
Pre test sebagai hasil belajar awal sebelum dilakukan perlakuan,
sedangkan post testsebagai hasil belajar akhir setelah dilakukan perlakuan.
Gambar 17. Data Hasil Pre-test Siswa
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai Tertinggi Nilai terendah Rata-rata
75
52
65.44
78
48
64.28
Hasil pre test
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
62
Gambar 18. Data Hasil Post-test Siswa
Diagaram pada Gambar 17. dan Gambar 18. dapat menjelaskan hasil
belajar siswa sebelum dan sesudah melakukan pembelajaran dengan
treatmentpada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai post test pada kedua
kelas mengalami peningkatan, peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen
lebih signifikan dibanding dengan peningkatan hasil belajar pada kelas kontrol.
Peningkatan hasil belajar dapat diketahui dari nilai rata-rata, nilai tertinggi, dan
nilai terendah pada hasil pre-test dan post-test. Peningkatan yang signifikan
dapat dilihat dari nilai rata-rata pre-test pada kedua kelas yang hampir sama,
sedangkan nilai post-test pada kedua kelas sangat berbeda yaitu rata-rata kelas
eksperimen lebih tinggi dibanding rata-rata post-test kelas kontrol.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai Tertinggi Nilai terendah Rata-rata
88
68
76.25
90
72
80
Hasil post test
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
63
5. Pembahasan
Setiap proses pembelajaran pasti mempunyai hambatan-hambatan.
Beberapa kekurangan dalam pembelajaran yang hanya menggunakan metode
ceramah dan media berupa papan tulis, LCD dan alat praktik yang kurang
lengkap. Bebrapa kekurangan tersebut adalah 1). Siswa kurang semangat untuk
mempelajari materi karena proses pembelajaran yang kurang menarik, 2). Siswa
mengerti nama komponen, tetapi tidak tahu bentuk komponen dengan berbagai
jenis, 3). Siswa mampu menyebutkan kata, tetapi tidak mengerti artinya, 4).
Siswa lambat dalam memahami materi yang disampaikan. Terbukti dengan
hasil belajar pada kelas kontrol yang dibandingkan dengan hasil belajar pada
kelas eksperimen.
Sedangkan kemudahan-kemudahan saat pembelajaran menggunakan
peraga diantaranya adalah 1). Siswa antusias mengikuti proses belajar karena
peraga yang menarik, inovatif dan komunikatif, 2). Siswa lebih cepat dalam
memahami materi yang disampaikan guru. Kelebihan-kelebihan pembelajaran
menggunakan peraga tersebut mempermudah proses pembelajaran, sehingga
proses belajar dan hasil belajar lebih maksimal.
Peraga sistem pengisisan sepeda motor menyajikan komponen asli sistem
pengisisan, dan simulai cara kerja sistem pengisian. Siswa dapat mempelajari
nama komponen, fungsi komponen, membongkar dan merangkai komponen
menggunakan peraga komponen asli, sedangkan untuk cara kerja sistem
pengisian siswa dapat mempelajari menggunakan peraga simulasi.
Peraga komponen asli didesain semirip mungkin dengan keadaan yang
64
sebenarnya pada sepeda motor, alternator dipasang pada poros sebagaimana
poros engkol, kemudian output dai alternator diteruskan ke regulator, dan output
dari regulator masuk ke baterai.
Sebagai penyempurna, peraga simulasi menyajikan proses arus berjalan
melalui lampu light yang menyala. Nyala lampu menyimulasikan kabel sebagai
media mengalirnya arus listrik. Jika pada kael yang sesungguhnya, arus mengalir
tidak terlihat oleh mata, sehingga untuk mempelajarinya mendapat sedikit
kesulitan. Dengan peraga simulasi ini, mempermudah mempelajari cara kerja
terutama penjelasan mengalirnya arus dari komponen satu ke komponen lainya.
Kedua peraga tersebut menjadikan siswa lebih detail dalam mempelajari sistem
pengisian, sehingga pemahaman siswa meningkat, maka meningkat pula hasil
belajar.
Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menerapkan model
pembelajaran menggunakan alat peraga meningkat lebih baik dari kelas kontrol
yang menerapkan model pembelajaran tanpa alat peraga. Peningkatan hasil
belajar siswa diukur dari nilai yang diperoleh saat dilakukan pre-test dan post-
test. Hasil belajar kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata pre-test sebesar
64,28, nilai rata-rata post-test sebesar 80. Peningkatan hasil belajar kelas kontrol
dapat dilihat dari nilai rata-rata pre-test sebesar 65.44, nilai rata-rata post test
sebesar 76.25.
Banyak hasil penelitian yang membahas tentang peningkatan hasil belajar
siswa menggunakan alat peraga untuk pembelajaran. Widjanarko, dkk.(2010:10)
memaparkan bahwa panel peraga sistem kelistrikan bodi multi fungsi dapat
65
meningkatkan penguasaan sistem kelistrikan bodi mahasiswa dengan
peningkatan kompetensi sebesar 31.87%. Setiawan, dkk. (2009: 26) menjelaskan
bahwa penggunaan media pembelajaran akan meningkatkan pemahaman peserta
didik, sehingga meningkatkan hasil belajar yang berupa nilai yang sudah
dicapai.
Nopilar dan Saputro(2011:3) menjelaskan bahwa dengan menggunakan
media peraga sistem pengapian dan model pembelajaran cooperatif learning
dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan
membandingkan hasil pre test dan post test. Untuk hasil pre test diperoleh hasil
rata-rata sebesar 49 sedangkan post test diperoleh hasil rata-rata sebesar 75
sehingga peningkatan rata-ratanya sebesar 27.33 atau 57.33
Wahyudin, dkk. (2013:3) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga lebih efektif dan aplikatif untuk mencapai suatu
keberhasilan pembelajaran dibandingkan dengan metode ceramah. Karena
dengan penerapan alat peraga berbasis kerja rangkaian untuk meningkatkan
kemampuan mengatasi gangguan regulator pada sistem pengisian akan lebih
menarik mahasiswa untuk lebih memahami gangguan pada sistem pengisian.
Hasil belajar dipengarauhi banyak aspek, diantaranya yaitu materi yang
diberikan kepada siswa, metode penyampaian materi dan media pembelajaran.
Materi yang disajikan saat pembelajaran harus menarik, komunikatif, dan detail.
Metode pembelajaran juga harus sesuai dengan materi yang diajarkan agar ada
kesinambungan antara materi dan metode belajar. Pembelajaran menggunakan
media yang pada hal ini peraga sistem pengisisan sepeda motor menunjang
66
proses pembelajaran, peraga yang inovatif dan komunikatif menjadikan siswa
semangat belajar, lebih detail memahami materi, sehingga hasil belajar
meningkat.
Peraga sistem pengisian sepeda motor ini mempunyai pengaruh yang
cukup besar dalam proses pembelajaran. Terdapat dua peraga, peraga satu
terdiri dari komponen asli sistem pengisian yaitu alternator, regulator dan
baterai. Sedangkan peraga dua adalah peraga simulasi runing light.
Peraga satu yaitu peraga komponen asli digunakan untuk menjelaskan
nama komponen, fungsi komponen, cara kerja sistem pengisian sepeda motor
dan untuk belajar membongkar, memeriksa dan merakit komponen sistem
pengisian sepeda motor. Siswa dapat melihat komponen secara langsung,
mengamati bentuk dan ukuran, memperlajari struktur komponen dan cara kerja
komponen secara langsung. Komponen-komponen sistem pengisian dirakit
layaknya sistem pengisian yang terdapat pada sepeda motor. Alternator berputar
searah jarum jam dengan variasi kecepatan putaran yang hampir sama dengan
gas atau rpm pada sepeda motor. Alternator yang berputar menghasilkan listrik
diuktikan dengan lampu yang menyala sebagai bentuk bahwa ada arus yang
mengalir. Kecepatan berputar alternator diatur menggunakan dinamo mesin
jahit, kecepatan putaran untuk mensimulasikan putaran mesin pada sepeda
motor. Dengan peraga komponen asli ini siswa dapat memahami identifikasi
sistem pengisian secara menyeluruh dari nama komponen hingga cara kerja
sistem pengisian sepeda motor.
Peraga yang digunakan dalam penelitian ini juga masih mempunyai
67
kekurangan-kekurangan, diantaranya yaitu ada beberapa materi yang kurang
jelas dalam penyampaian menggunakan peraga, jadi perlu dijelaskan secara
detail melalui pemaparan dan simulasi menggunakan perumpamaan-
perumpamaan agar lebih mudah dipahami. Untuk penelitian-penelitian
selanjutnya yang mnggunakan alat peraga, perlu dilakukan penyempurnaan dan
perhitungan yang lebih cermat agar peraga yang digunakan lebih sempurna,
sehingga dapat diterapkan pada lembaga pendidikan untuk penunjang proses
pembelajaran, dan memajukan lembaga pendidikan.
68
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
bahwa pembelajaran menggunakan media peraga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dibanding pembelajaran secara klasikal, berikut hasil data hasil
penelitian :
1) Persentase siswa yang sudah mendapat nilai dengan kriteria baik yang
pembelajaranya menggunakan media papan tulis dan LCD sebesar 31,61%
2) Persentase siswa yang sudah mendapat nilai dengan kriteria baik yang
pembelajaranya menggunakan media video sebesar 77,94%
3) Perbedaan peningkatan hasil belajar siswa pada kompetensi identifikasi dan
merangkai sistem pengisian sepeda motor yang pembelajaranya
menggunakan media papan tulis dan LCD sebesar 10,51 sedangkan yang
pembelajaranya menggunakan media peraga sebesar 15,72.
4) Persentase peningkatan hasil belajar siswa kompetensi identifikasi dan
merangkai sistem pengisian sepeda yang pembelajaranya menggunakan
media papan tulis dan LCD sebesar 14.17%. Sedangkan presentase
peningkatan hasil belajar siswa yang pembelajaranya menggunakan media
peraga sebesar 19,65%
69
B. Saran Pemanfaatan Hasil Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa kekurangan yang menimbulkan sedikit
kendala atau kesulitan pada proses pembelajaran. Untuk penelitian selanjutnya,
pembuatan peraga diharapkan lebih menyetarakan antara pemahaman teori dan
pemahaman aplikasi. Berikut saran terkait dengan penelitian ini, agar penelitian
selanjutnya yang menggunakan alat perga lebih menunjang proses pembelajaran :
1) Perlu dilakukan pemilihan media pembelajaran sesuai kompetensi sistem
pengisian sepeda motor agar pembelajaran dapat berjalan sesuai tujuan.
2) Bagi sekolah, diharapkan dapat menambah alat praktik untuk menunjang
pembelajaran sistem pengisian. Diharapkan komponen-komponen sistem
pengisian lebih lengkap dan up todate agar teknologi terbaru dapat dikenal
oleh siswa.
3) Untuk penelitian selanjutnya, perlu pengembangan dan inovasi peraga sistem
pengisian berupa peningkatan kualitas peraga dengan cara menambah
literatur, kelengkapan komponen sistem pengisian, dan desain perga yang
lebih menarik dan komunikatif, sehingga pemahaman siswa terhadap materi
sistem pengisian sepeda motor lebih baik.
70
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2009. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta : PT. Bumi Aksara
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi
Revisi). Jakarta : PT. Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Rajawali Pers
Dove, Asep. 2015. Tutorial DC Fullwave Sepeda Motor Yang Masih AC. http://www.otomotifdanelektro.com/2011/11/tutorial-dc-fullwave-sepeda-motor-yang.html Diunduh pada 2 Juni Pukul 23.55
Hake, R.R. 1998. Interactive Engagment vs Traditional Methods A Six Tousand-
Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Course.
American Journal of Physics, 66(1): 1.
J4hanam. 2013. Tips Cara Memperaiki Aki Kering. https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=imgres&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiVgsWzqonNAhVKp5QKHV_MBAYQjRwIBw&url=http%3A%2F%2Fwww.kaskus.co.id%2Fthread%2F5154b1bb1ed719857600000
4%2Ftips-tips-cara-memperbaiki-accu-aki. Diunduh pada 2 Juni pukul 19.21
Jama, Jalius. & Wagino. 2008. Teknik Sepeda Motor (Jilid 1). Jakarta : Direktur
Pembinaan SMK
Kartika, Rhino. Hadromi & Winarno. 2012. Penerapan Peraga Untuk
Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa Mendiagnosis Sistem Pengapian
Sepeda Motor. Automotive Science and Education Journal. Volume. 1
No. 1 Hal:23
Kosmo. 2011. Kualitas Perangkat Sekering, Pilih Yang Ga Mudah Terakar. https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=imgres&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjansGurYnNAhUGFpQKHT2VAWcQjRwIBw&url=http%3A%2F%2Fberitahariankosmo.blogspot.com%2F2011%2F12%2Fkualitas-perangkat-sekring-pilih yang.html&psig=AFQjCNE5xIIWJ178d9RIrX2qjtex_Pknhg&ust=1464957300429