Laporan Praktikum Fisika Dasar Pengukuran Tegangan, Arus, dan Hambatan Listrik Hari, Tanggal : Rabu, 15 April 2015 Nama Asisten : 1. Afiq H.Sulistya 2. Ria Mustika Rekan Kerja : 1. Desiana P. S 2. Rizki Dewanto Nama : Indra Hartono NIM : 1400510033 LABORATORIUM FISIKA DASAR PHYSICS-ENERGY ENGINEERING SURYA UNIVERSITY 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Laporan Praktikum Fisika Dasar
Pengukuran Tegangan, Arus, dan Hambatan Listrik
Hari, Tanggal : Rabu, 15 April 2015
Nama Asisten :
1. Afiq H.Sulistya
2. Ria Mustika
Rekan Kerja :
1. Desiana P. S
2. Rizki Dewanto
Nama : Indra Hartono
NIM : 1400510033
LABORATORIUM FISIKA DASAR
PHYSICS-ENERGY ENGINEERING
SURYA UNIVERSITY
2015
Tujuan Praktikum
Mengukur tegangan dan arus
Dapat menggunakan multimeter dengan baik
Mengukur hambatan
Mengetahui cara kerja Dioda
Mengetahui pengaruh resistor
Mengetahui perbedaan arus AC/DC
Membandingkan arus dan tegangan antara AC/DC
Prinsip Praktikum
Alat dan Bahan
1. Catu daya
2. Resistor (50, 100, dan 500)
3. Kabel jumper
4. Lampu 12V
5. Dioda beserta konektor
6. Penjepit
7. Multimeter analog dan digital
Landasan Teori
Multimeter
Multimeter adalah alat pengukur listrik yang sering dikenal sebagai VOM (Volt/Ohm
meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun
arus (amper-meter). Ada dua kategori multimeter: multimeter digital atau DMM (digital
multi-meter), dan multimeter analog. Masing-masing kategori dapat mengukur listrik
AC, maupun listrik DC.
Arus
Arus listrik (electric current) dapat didefinisikan sebagai jumlah muatan listrik yang
mengalir tiap satuan waktu. Biasanya arus memiliki satuan A (Ampere) atau dalam
rumus terkadang ditulis I. Arus listrik merupakan gerakan kelompok partikel bermuatan
listrik dalam arah tertentu.
Arah arus listrik yang mengalir dalam suatu konduktor adalah dari potensial tinggi ke
potensial rendah (berlawanan arah dengan gerak elektron). Satu ampere sama dengan 1
couloumb dari elektron melewati satu titik pada satu detik. Pada kasus ini, besarnya
energi listrik yang bergerak melewati konduktor (penghantar).
Muatan listrik bisa mengalir melalui kabel atau penghantar listrik lainnya. Pada zaman
dulu, Arus konvensional didefinisikan sebagai aliran muatan positif, sekalipun kita
sekarang tahu bahwa arus listrik itu dihasilkan dari aliran elektron yang bermuatan
negatif ke arah yang sebaliknya.
Hambatan
Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen
elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yang melewatinya. Hambatan
dinyatakan dalam satuan ohm. Elektron bebas cenderung bergerak melewati konduktor
dengan beberapa derajat pergesekan, atau bergerak berlawanan.
Gerak berlawanan ini yang biasanya disebut dengan hambatan. Besarnya arus didalam
rangkaian adalah jumlah dari energi yang ada untuk mendorong elektron, dan juga
jumlah dari hambatan dalam sebuah rangkaian untuk menghambat lajunya arus.
Tegangan
Tegangan listrik (Voltage) adalah perbedaan potensi listrik antara dua titik dalam
rangkaian listrik. Tegangan dinyatakan dalam satuan V (Volt). Besaran ini mengukur
energi potensial sebuah medan listrik untuk menyebabkan aliran listrik dalam sebuah
konduktor listrik. Tergantung pada perbedaan potensi listrik satu tegangan listrik dapat
dikatakan sebagai ekstra rendah, rendah, tinggi atau ekstra tinggi.
Tenaga (the force) yang mendorong elektron agar bisa mengalir dalam sebuah
rangkaian dinamakan tegangan. Tegangan adalah nilai dari beda potensial energi antara
dua titik. Pada sebuah rangkaian, besar energi potensial yang ada untuk menggerakkan
elektron pada titik satu dengan titik yang lainnya merupakan jumlah tegangan.
Hukum Ohm
Pada dasarnya, bunyi dari Hukum Ohm adalah :
“Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau Konduktor akan
berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan kepadanya
dan berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”.
Secara Matematis, Hukum Ohm dapat dirumuskan menjadi persamaan seperti dibawah
ini :
V = I x R
I = 𝑉
𝑅
R = 𝑉
𝐼
Dimana :
V = Voltage (Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V))
I = Current (Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
R = Resistance (Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω))
Dalam aplikasinya, Kita dapat menggunakan Teori Hukum Ohm dalam Rangkaian
Elektronika untuk memperkecilkan Arus listrik, Memperkecil Tegangan dan juga dapat
memperoleh Nilai Hambatan (Resistansi) yang kita inginkan.
Hal yang perlu diingat dalam perhitungan rumus Hukum Ohm, satuan unit yang dipakai
adalah Volt, Ampere dan Ohm. Jika kita menggunakan unit lainnya seperti milivolt,
kilovolt, miliampere, megaohm ataupun kiloohm, maka kita perlu melakukan konversi
ke unit Volt, Ampere dan Ohm terlebih dahulu untuk mempermudahkan perhitungan
dan juga untuk mendapatkan hasil yang benar.
Langkah Kerja
Arus DC
Dengan fungsi voltmeter diset ke dc+, sentuhkan kontak probe ke "common" atau
"ground" dari meter dan sesuaikan meter ke nol menggunakan kontrol ZERO-ADJUST.
Percobaan 1: Pengukuran tegangan 1. Rangkailah seperti ini :
2. Kalibrasi multimeter ke angka 0
3. Ukur tegangan di resistor dengan multimeter dengan arus DC
4. Gunakan pengukuran terbesar, jika tidak terbaca turunkan 1 tingkat sampai terbaca
5. Ukur setiap skala arus (2V, 4V, 6V, 8V, 10V, dan 12V).
6. Setiap arus masing-masing menggunakan resistor berbeda, yaitu 50Ώ dan 500Ώ
7. Catat tegangan yang tertera di multimeter.
Percobaan 2: Pengukuran Arus
1. Rangkailah sirkuit seperti ini :
2. Kalibrasi multimeter ke angka 0
3. Ukur arus dengan tegangan 2V-12V, catat angka yang ditunjukkan oleh multimeter
4. Ulangi pengukuran dengan menggunakan 3 resistor berbeda (50Ώ, 100Ώ, dan 500Ώ)
Percobaan 3 : Pengukuran Hambatan
1. Ganti fungsi multimeter ke fungsi OHMS
2. Kalibrasi multimeter ke angka 0
3. Hubungkan resistor ke multimeter, dan gunakalah skala x1 x10 x100 pada multimeter
menggunakan resistor yang berbeda (50Ώ dan 500Ώ)
4. Catat hambatan yang tertera di multimeter
Percobaan 4: Hambatan Filamen Tungsten
1. Susun sirkuit seperti ini :
2. Kalibrasi multimeter ke angka 0
3. Dengan skala tertentu, ukur V1 dan V2 menggunakan multimeter dari tegangan 2V-
12V, lalu catat angka yang ditunjukkan oleh multimeter
4. Ulangi pengukuran dengan menggunakan 2 resistor berbeda (50Ώ dan100Ώ)
Percobaan 5: Dioda
1. Kalibrasi multimeter ke angka 0
2. Dengan skala tertentu, ukur V1 dan V2 menggunakan multimeter dari tegangan 2V-
12V, lalu catat angka yang ditunjukkan oleh multimeter
3. Ulangi pengukuran dengan menggunakan 2 resistor berbeda (50Ώ dan100Ώ)
Arus AC
Percobaan 1: Pengukuran tegangan
1. Ubah output catu daya ke tegangan AC
2. Kalibrasi multimeter ke angka 0
3. Dengan menggunakan skala pada multimeter, ukurlah tegangan yang diberikan oleh
catu daya
4. Catat tegangan yang ditunjukkan multimeter
5. Ubah skala multimeter dua kali, dan catat masing-masing tegangan yang terbaca dari
skala berbeda
6. Ulangi langkah diatas 2 kali dengan mmengubah tegangan yang diberikan
Percobaan 2 : Kontrol Output
1. Ubah output catu daya ke tegangan AC
2. Kalibrasi multimeter ke angka 0
3. Dengan menggunakan multimeter, ukurlah tegangan yang diberikan oleh catu daya dari
2V-12V
4. Catat tegangan yang ditunjukkan multimeter
5. Plot tegangan yang terukur terhadap tegangan catu daya
Percobaan 3 : Karakteristik Resistor 1. Atur output catu daya ke tegangan DC
2. Kalibrasi multimeter ke angka 0
3. Gunakan hambatan 50Ώ pada rangkaian
4. Catat tegangan yang ditunjukkan oleh multimeter yang menggunakan tegangan 2V-
12V dari catu daya
5. Ulangi langkah diatas dengan menggunakan hambatan 500Ώ
6. Ubah output catu daya ke tegangan AC
7. Kalibrasi multimeter ke angka 0
8. Gunakan hambatan 50Ώ pada rangkaian
9. Catat tegangan yang ditunjukkan oleh multimeter yang menggunakan tegangan 2V-
12V dari catu daya
Percobaann 4 : Impedansi
1. Ubah output catu daya ke tegangan AC
2. Kalibrasi multimeter ke angka 0
3. Gunakan hambatan 50Ώ pada rangkaian
4. Dengan menggunakan multimeter digital, ukurlah arus yang diberikan oleh catu daya
dari 2V-12V
5. Hitung impedansi internal catu daya
Pengolahan Data
Percobaan arus DC
Pengukuran Tegangan DC
50 Ω
Nomor Volt (Catu Daya) Volt Terbaca (V) Selisih V
1 2 1,96 0,04
2 4 3,8 0,2
3 6 5,76 0,24
4 8 7,2 0,8
5 10 9,4 0,6
6 12 11,8 0,2
500 Ω
Nomor Volt (Catu Daya) Volt Terbaca (V) Selisih V
1 2 1,96 0,04
2 4 3,84 0,16
3 6 5,8 0,2
4 8 7,2 0,8
5 10 9,6 0,4
6 12 11,2 0,8
Maka Hambatan dari percobaan ini adalah R= 1
𝑚 R=
1
0,0183 = 54,64 Ω
Nomor Volt (Catu Daya) Arus Terbaca (A)
1 2 0,0375
2 4 0,075
3 6 0,1125
4 8 0,1465
5 10 0,185
6 12 0,2215
Nomor Volt (Catu Daya) Arus Terbaca (A)
1 2 0,02
2 4 0,039
3 6 0,06
4 8 0,078
5 10 0,0965
6 12 0,1155
Nomor Volt (Catu Daya) Arus Terbaca (A)
1 2 0,0041
2 4 0,008
3 6 0,012
4 8 0,0159
5 10 0,02
6 12 0,024
Pengukuran Arus untuk Mencari Hambatan
100 Ω
500 Ω
50 Ω
Maka Hambatan dari percobaan ini adalah R= 1
𝑚 R=
1
0,0095 = 105,26 Ω
Maka Hambatan dari percobaan ini adalah R= 1
𝑚 R=
1
0,002 = 500 Ω
Maka Hambatan lampu dari percobaan ini adalah R= 1
𝑚 R=
1
0,022 = 45,45 Ω
Skala Terbaca Hambatan Ω
1 500 500
10 49 495
100 5 500
Skala
1 49 49
10 5 50
100 0,5 50
Pengukuran Resistor dengan Skala Berbeda
500 Ω
50 Ω
Nomor Volt (Catu Daya) V1 (V) V2 (V) Selisih V (V) Arus (A)
1 2 2,16 0,1 2,06 0,0412
2 4 4,04 0,5 3,54 0,0708
3 6 6,02 1,2 4,82 0,0964
4 8 8,02 2,36 5,66 0,1132
5 10 10 3,5 6,5 0,13
6 12 12 4,5 7,5 0,15
Nomor Volt (Catu Daya) V1 V2 Selisih V Arus (A)
1 2 2,12 0,1 2,02 0,0202
2 4 4,1 0,2 3,9 0,039
3 6 6,12 0,38 5,74 0,0574
4 8 8 0,58 7,42 0,0742
5 10 10,1 1,1 9 0,09
6 12 12 1,8 10,2 0,102
Percobaan Keempat Hambatan Lampu
50 Ω
100 Ω
Maka Hambatan lampu dari percobaan ini adalah R= 1
𝑚 R=
1
0,0438 = 22,83 Ω
Nomor Volt (Catu Daya) V1 (V) V2 (V) Arus
1 2 2,2 0,6 0,032
2 4 4,12 0,7 0,0684
3 6 6,04 0,74 0,106
4 8 8 0,78 0,1444
5 10 10 0,8 0,184
6 12 12 0,84 0,2232
Nomor Volt (Catu Daya) V1 (V) V2 (V) Arus
1 2 2,12 0,58 0,0154
2 4 4,1 0,62 0,0348
3 6 6,04 0,68 0,0536
4 8 8,02 0,74 0,0728
5 10 10 0,78 0,0922
6 12 11,9 0,82 0,1108
Percobaan Kelima (Dioda)
50 Ω
100 Ω
Maka Hambatan Dioda dari percobaan ini adalah R= 1
𝑚 R=
1
0,809 = 1,23 Ω
Maka Hambatan Dioda dari percobaan ini adalah R= 1
𝑚 R=
1
0,3817 = 2,62 Ω
Percobaan arus AC
Nomor Skala Volt (Catu Daya) Volt Terbaca Volt (V) Selisih V
1 2 2,2 2,2 0,2
2 4 4,4 4,4 0,4
3 6 6,5 6,5 0,5
4 8 8,98 8,98 0,98
Nomor Skala Volt (Catu Daya) Volt Terbaca Volt (V) Selisih V
1 2 0,42 2,1 0,1
2 4 0,9 4,5 0,5
3 6 1,38 6,9 0,9
4 8 1,8 9 1
50
50 Ω
Pengukuran Tegangan AC
10
Nomor Volt (Catu Daya) Volt Terbaca Log V
1 2 1,96 0,292256
2 4 3,8 0,579784
3 6 5,76 0,760422
4 8 7,2 0,857332
Nomor Volt (Catu Daya) Volt Terbaca Log V
1 2 2,1 0,322219
2 4 4,5 0,653213
3 6 6,9 0,838849
4 8 9 0,954243
Perbandingan Pengukuran Tegangan AC & DC
Pengukuran Tegangan DC
50 Ω
50 Ω
Pengukuran Tegangan AC
Hambatan Internal Catu Daya
50 Ω
Nomor Skala Catu Daya (V) Vopen (V) Arus Terbaca (A) Rint ∂ Rint
1
20
2 2,1 0,038 5,263158 0,13178
2 4 4,4 0,081 4,320988 0,061819
3 6 6,5 0,12 4,166667 0,041728
4 8 8,98 0,1622 5,363748 0,030873
5 10 10,8 0,199 4,271357 0,025163
6 12 13 0,239 4,393305 0,020951
Rata" 4,62987 0,052052
Standar Deviasi 0,535554 0,041707
Analisa
Pada pengukuran tegangan DC, tegangan yang terbaca didapatkan lebih rendah dari pada
tegangan yang tertera di catudaya, sedangkan pada pengukuran tegangan AC didapatkan
lebih besar dari tegangan pada catudaya. Hal ini membuktikan karakteristik arus AC dan DC,
pada arus DC, walaupun didapatkan lebih rendah dari catudaya, selisih tegangan antara DC
dan Catudaya relatif tetap dan tidak terlalu jauh, ini membuktikan bahwa Arus DC lebih
stabil dan hal ini sesuai dengan yang sudah diketahui, yaitu arus DC adalah arus searah.
Sebaliknya, saat pengukuran tegangan arus AC di dapatkan selisih yang jauh dari Tegangan
catu daya, hal ini berarti Arus AC tidak stabil yang menyebabkan tegangan yang diukur lebih
besar dan selisihnya jauh dengan tegangan pada catudaya.
Pengukuran hambatan dengan nilai arus yang diukur memiliki hasil yang lebih besar daripada
yang tertera pada resistor yang kita pakai dalam percobaan. Karena terjadi penyimpangan
garis yang disebabkan pengukuran arus dengan multimeter.
Pada percobaan pengukuran tegangan dengan Arus AC dan DC, ketika menggunakan resistor
tegangan AC lebih besar dari tegangan DC.
Pengukuran Resistor dengan perbedaan skala tidak ada masalah, yang terpenting ketepatan
dan ketelitian dalam mengukur dan membaca angka yang tertera pada multimeter, maka akan
didapatkan hasil yang sama dengan nominal angka resistor yang tertera.
Pada percobaan mengukur tegangan hambatan lampu, kami mendapatkan hambatan yang
berubah-ubah saat kita memakai resistor 50Ω dan 100Ω. Hambatan lampu yang didapat pada
saat menggunakan resistor 50Ω lebih besar daripada saat menggunakan resistor 100Ω. Pada
data yang didapat menunjukkan bahwa ketika menggunakan resistor 100Ω, arus yang
dihasilkan lebih kecil dari pada saat menggunakan resistor 50Ω. Tegangan lebih besar pada
saat menggunakan resistor 50Ω.
Pada percobaan dioda, sifat dioda tidak ideal dimana seharusnya tidak menghambat arus.
Dari data yang didapat dioda memiliki hambatan walaupun kecil. Ini yang membuat grafik
arus dan tegangan terjadi penyimpangan garis.
Perbandingan pengukuran tegangan arus AC dan DC didapatkan bahwa pengukuran
tegangan pada saat arus AC(menggunakan resistor) lebih besar dari pengukuran tegangan
pada saat arus DC(menggunakan resistor). Perbedaan hasil kedua pengukuran berbeda
dengan tegangan yang tertera pada catudaya. Kesamaan kedua arus ini, bisa dilihat dari
grafik yang membentuk garis linear, yang berarti semakin besar tegangan, semakin besar
juga kenaikan tegangan arus AC maupun DC.
Dari hasil percobaan mencari Rinternal, perubahan penghitungan Rinternal tidak bergantung
pada kenaikkan tegangan yang diberikan. Pada data arus dan tegangan yang diukur terdapat
ketidaktelitian pada alat ukur, sehingga menyebabkan terjadi perbedaan hasil penghitungan
Rinternal.
Kesimpulan
Arus DC atau Direct Current adalah arus yang stabil, sehingga bisa disebut juga Arus yang
Searah.
Arus AC atau Alternating Current adalah arus yang berubah – ubah, sehingga bisa disebut
juga Arus Bolak-Balik.
Pada penggunaan Resistor, tegangan yang dihasilkan dari Arus AC lebih besar dari Arus DC.
Kalibrasi setelah satu kali pengukuran saat meggunakan multimeter analog sangat penting
untuk mendapatkan hasil yang sebagaimana mestinya.
Dioda memiliki hambatan tersendiri dan fungsi dioda jika searah adalah menghantarkan arus
listrik.
Multimeter analog memiliki banyak celah untuk terjadinya kesalahan dalam melakukan
pengukuran.
Tegangan dan Arus berbanding lurus.
Orang yang membaca angka tertera dalam mengukur dengan meggunakan multimeter harus
sangat teliti dan tepat.
Saran
Penggunaan multimeter digital bisa meminimalkan kesalahan dalam membaca hasil
pengukuran dan data yang diperoleh bisa lebih akurat.