BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Dewasa ini, perkembangan dunia komunikasi berkembang dengan pesat, dimana dapat dirasakan secara langsung pengaruhnya bagi aspek kehidupan sosial manusia dalam menjalin suatu komunikasi sesamanya. Komunikasi sendiri dapat didefinisikan sebagai “process through which individuals in relationships, groups, organizations, and societies create and use information to relate with others” (Edwards, 2007), sedangkan tujuan dari komunikasi menurut Alwi Dahlan adalah pemahaman bersama untuk tujuan bersama, yakni kesejahteraan umum. Saat ini, telah ada berbagai cara dan berbagai macam media untuk berkomunikasi terutama semenjak berkembangnya internet sebagai medium baru dalam berkomunikasi yang bahkan mampu mengaburkan batas negara. Menurut Reddick dan Elliot King, 1996, Internet merupakan suatu jaringan komputer yang memungkinkan pengguna komputer di seluruh dunia untuk saling berkomunikasi dan berbagi informasi dengan cara menghubungkan jaringan komputer satu dengan komputer yang lain, mengirim dan menerima file dalam bentuk teks, audio, video untuk membahas topik tertentu sehingga saling terhubung untuk keperluan komunikasi dan informasi. Perkembangan internet dimanfaatkan pula untuk mengembangkan 1
59
Embed
Pengukuran Perceived credibility berdasarkan profil Facebook
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Dewasa ini, perkembangan dunia komunikasi berkembang dengan pesat, dimana
dapat dirasakan secara langsung pengaruhnya bagi aspek kehidupan sosial manusia
dalam menjalin suatu komunikasi sesamanya. Komunikasi sendiri dapat didefinisikan
sebagai “process through which individuals in relationships, groups, organizations, and
societies create and use information to relate with others” (Edwards, 2007), sedangkan
tujuan dari komunikasi menurut Alwi Dahlan adalah pemahaman bersama untuk tujuan
bersama, yakni kesejahteraan umum.
Saat ini, telah ada berbagai cara dan berbagai macam media untuk
berkomunikasi terutama semenjak berkembangnya internet sebagai medium baru dalam
berkomunikasi yang bahkan mampu mengaburkan batas negara. Menurut Reddick dan
Elliot King, 1996, Internet merupakan suatu jaringan komputer yang memungkinkan
pengguna komputer di seluruh dunia untuk saling berkomunikasi dan berbagi informasi
dengan cara menghubungkan jaringan komputer satu dengan komputer yang lain,
mengirim dan menerima file dalam bentuk teks, audio, video untuk membahas topik
tertentu sehingga saling terhubung untuk keperluan komunikasi dan informasi.
Perkembangan internet dimanfaatkan pula untuk mengembangkan media-media baru
dalam berkomunikasi, seperti Facebook, Twitter, Myspace, Yahoo Messanger, Tumblr
dan sebagainya, yang merupakan bagian dari jejaring sosial yang dikenal dengan istilah
new social media.
New social media atau media sosial baru merupakan suatu media komunikasi
yang saat ini dianggap penting sebagai bagian dari membangun, menjalin atau
memantapkan suatu hubungan intrapersonal maupun interpersonal. Hal ini sesuai
dengan apa yang diungkapkan oleh Ellison, Steinfield, & Lampe (2007) bahwa situs
seperti MySpace dan Facebook sebagai media sosial memungkinkan individu untuk
menampilkan diri, mengartikulasikan jaringan sosial mereka, dan membangun atau
mempertahankan hubungan dengan orang lain. Selain itu, Hampton & Wellman (2003)
1
menguatkan pernyataan ini dengan mengungkapkan bahwa telah ada bukti empiris yang
berulang kali menunjukkan bahwa teknologi komunikasi digunakan untuk
mempertahankan hubungan yang sudah ada. Ellison, Steinfield, dan Lampe (2007) pun
menunjukkan bahwa Facebook digunakan untuk menjaga hubungan online yang ada
atau memperkuat koneksi offline.
Facebook sebagai media sosial yang saat ini telah dilirik oleh perusahaan-
perusahaan sebagai media untuk mengkomunikasi apa yang mereka inginkan kepada
target audience mereka pada awalnya dirancang untuk mendukung jaringan perguruan
yang berbeda saja pada tahun 2004 (Cassidy, 2006), dimana untuk bergabung, pengguna
harus memiliki email harvard.edu terlebih dahulu, namun Dimulai pada bulan
September 2005, Facebook diperluas untuk mencakup siswa sekolah tinggi, profesional
di dalam jaringan perusahaan, dan, akhirnya, semua orang dapat mengaksesnya.
Sehingga saat ini, siapapun dapat mengakses Facebook dan dapat membuat akun
Facebook tanpa harus membayar. Fitur lain yang membedakan Facebook, yaitu
kemampuannya dalam pengembangan membangun "Aplikasi" yang memungkinkan
pengguna untuk mempersonalisasikan profil mereka. Berbicara mengenai pengguna
Facebook yang dapat mempersonalisasikan profil mereka, ini dapat diartikan bahwa ada
konsep diri yang dapat dibentuk atau dibangun oleh para pengguna sebagai identitas diri
yang dibentuk dan dibangun yang mereka tampilkan dalam aplikasi informasi profil
mereka.
Konsep diri sendiri memiliki pengertian persepsi yang stabil dalam diri manusia
mengenai dirinya sendiri. LaRossa dan Reitzes berpendapat bahwa setiap manusia
membangun konsep diri dari sebuah interaksi dan konsep diri memberikan motif
penting dalam perilaku manusia. Konsep diri dalam bahasan kali ini dapat dilihat dari
bagaimana pengguna Facebook menggunakan aplikasi-aplikasi dalam Facebook itu
sendiri. Misalnya aplikasi “Status Update”, dimana pengguna dapat menuliskan atau
mengungkapkan apa yang mereka rasakan tentang kondisi mereka saat itu dengan
meng-update status terbarunya, dan atau dalam penggunaan aplikasi “info Profil”
dimana pengguna dapat mengatur tampilan informasi profil mereka.
Informasi profil terkait dengan konsep keterbukaan identitas atau self disclosure,
yaitu dimana pengguna mengungkapkan identitas mereka dalam profil mereka, apakah
2
pengguna menampilkan seluruh informasi dirinya, atau hanya menampilkan sebagian
informasi dirinya dan atau tidak menampilkan informasi dirinya sama sekali, kemudian
apakah mereka mengungkapkan identitas yang sesungguhnya atau membuat suatu
identitas baru. Hal ini akan dinilai oleh pengguna lainnya sebagai sesame pengguna
Facebook, yang terkait dengan perceived credibility atas pengguna tersebut dimata
pengguna lainnya, sehingga menentukan bagaimana komunikasi yang akan mereka
jalin.
Pengguna Facebook sendiri di Indonesia sampai Maret tahun 2011 telah
mencapai 35 juta pengguna, yaitu menempati posisi atau peringkat kedua dengan
melampaui Inggris dan Jepang sebagai negara pelopor teknologi tak tertandingi.1 Selain
itu, berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan iCrossing, perusahaan konsultan iklan
di Inggris, pengguna Facebook di Indonesia rata-rata paling muda sedunia dimana rata-
rata pengguna Facebook di Indonesia adalah 23 tahun, sedangkan di negara berkembang
lainnya seperti Filipina, India, dan Afrika Selatan sedikit lebih tua yakni 25 tahun, dan
untuk negara maju, Inggris dan Amerika rata-rata pengguna Facebook berusia 31
tahun.2
Melihat jumlah pengguna Facebook yang memberikan informasi tentang diri
mereka sendiri, dengan sifat yang relatif terbuka informasi dan kurangnya kontrol
privasi yang ditetapkan oleh pengguna, Gross dan Acquisti (2005) berpendapat bahwa
pengguna dapat menempatkan diri pada dua risiko, yaitu offline, misalnya menguntit
dan online misalnya, mengidentifikasi pencurian.
Dari sekian banyak pengguna Facebook di Indonesia, berdasarkan pengamatan
awal peneliti terhadap beberapa akun secara acak, ternyata tidak semua akun
menampilkan informasi profil mereka secara lengkap atau terbuka sepenuhnya. Di sisi
lain secara teori, yakni teori interaksi simbolik, konsep diri itu sangatlah penting,
dimana konsep diri terbentuk dari adanya interaksi dengan orang lain, sedangkan
hubungan dapat terjalin ketika masing-masing pihak mengungkapkan identitasnya
sebagai perkenalan atau tahap awal suatu hubungan, yaitu saling mengenal dan
berangkat dari pengenalan tahap awal dengan melihat bagaimana keterbukaan
identitasnya inilah seseorang diharapkan akan mampu melihat gambaran kredibilitas
dari lawan komunikasinya tersebut. Kemudian, hal inilah yang menjadi pertanyaan
dasar bagi kami, apakah keterbukaan indentitas atau self disclosure seperti yang telah
dijelaskan diatas berlaku pula untuk komunikasi dan jalinan hubungan seseorang
dengan orang yang lainnya di dalam Facebook dengan memicu kepada penilaian
mereka terhadap perceived credibility masing-masing.
Melihat hal ini, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara self disclosure
seseorang dalam Facebook dengan perceived credibility mereka dimata pengguna
lainnya. Berdasarkan penelitian sebelum-sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan
oleh Mazer, Murphy & Simonds (2009) bahwa adanya hubungan antara self disclosure
seseorang dalam Facebook dengan perceived credibility mereka dimata pengguna
lainnya. Maka kali ini, peneliti ingin melihat kembali hubungan tersebut, hanya saja jika
Mazer et all membahas memalui hubungan mahasiswa dengan dosennya, maka kami
ingin melihat hubungan tersebut dilihat dari sisi antara seorang pengguna Facebook
dengan pengguna lainnya, dimana melihat bagaiama pengguna Facebook yang lainnya
melihat perceived credibility seseorang melalui Facebook berdasarkan self disclosure
dalam tampilan profil Facebook mereka.
Kemudian kami juga ingin melihat berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu pria dan
wanita karena seperti yang telah diketahui berdasarkan banyaknya penelitian biologis
maupun psikologis bahwa wanita lebih emosional dibandingkan pria, dan pria lebih
rasional dibandingkan wanita.3 Peneliltian yang dilakukan oleh Bukhart (1989)
menemukan bahwa wanita dianggap penulis yang lebih baik, lebih akurat, lebih bisa
dipercaya, dan lebih kredibel serta cerdas dibandingkan dengan pria, sedangkan, Noel
dan Allen (1976) menemukan bahwa wanita untuk kategori menulis dan editorial,
kualitasnya lebih rendah dibandingkan pria, tetapi lebih dapat dipercaya dibandingkan
dengan pria.4 Penelitian lainnya, menunjukan bahwa terdapat perbedaan perceived
credibility antara pria dan wanita, misalnya pria memiliki perceived credibility yang
3 Pease, Allan dan Pease, Barbara (1999) Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps. Australia: Pease International4 Furman, Suzane. “Credibility”. http://www.usability.gov.
Salah satu jejaring sosial yang paling populer dan banyak di gunakan saat ini di
internet adalah Facebook. Facebook awalnya merupakan suatu situs yang dibangun
oleh mahasiswa Universitas Harvard bernama Mark Zuckeberg pada tahun 2004
yang hanya dapat digunakan oleh mahasiswa Harvard. Bulan Maret 2004, Facebook
memperluas diri ke Stanford, Columbia, dan Yale. Setelah itu, Facebook menyebar
ke ribuan kampus-kampus dan sekolah tinggi di seluruh Amerika Serikat dan
menarik lebih dari 9 juta pengguna. 8 Karena situs ini berkembang sangat pesat
dengan peningkatan pengguna yang signifikan, sehingga pada tahun 2006 bulan
September, situs ini pun resmi bisa digunakan bagi masyarakat umum. Sejak saat
itu, pengguna Facebook pun lebih meningkat tajam hingga 116 %. Penetrasi pasar
Facebook sungguh mengesankan hingga dapat menarik lebih dari 80% dari populasi
sarjana di banyak perguruan tinggi.9
Facebook merupakan layanan situs jejaring sosial yang gratis. Untuk mendaftar
individu hanya tinggal mengisi formulir pendaftaran yang berisi nama, tempat
tanggal lahir, tempat tinggal, alamat email, serta password untuk log in ke situs
tersebut. Informasi yang ada bisa ditambahakan maupun dihilangkan setelah akun
baru tersebut diverifikasi.
Facebook memiliki format dan layanan yang terus diperbaharui atau di update
setiap waktu. Para penggunanya bisa membuat profile mereka, memasukkan foto-
foto, data diri, video, tulisan, bermain games, mengirim pesan pribadi dan yang
paling penting, Facebook menghubungkan individu dengan individu lainnya dalam
satu jaringan. Sehingga individu dapat bertukar informasi dan mengetahui informasi
dan kabar atau aktivitas orang lain karena profile yang ada terhubung satu sama lain.
Para pengguna dapat bebas menampilkan atau pun tidak menampilkan profilnya.
Individu bisa berteman dan berkenalan dengan yang lainnya, saling berkomentar
mengenai aktivitas terbaru dan Facebook akan mengirimkan notifikasi setiap kali
ada kegiatan baru yang berhubungan dengan individu tersebut.
8 Acquisti, Alessandro dan Gross, Ralph (2006). Imagined Communities: Awareness, Information Sharing, and Privacy on the Facebook, Pittsburgh: PET.
9 Ibid
9
2.3 The Self
Self terdiri dari dua konsep yakni identitas dan self concept. Secara lahiriah,
identitas dapat dibentuk dari jenis kelamin, ras, status ekonomi dan sebagainya.
Identitas adalah kesadaran diri berdasarkan cara seseorang menegosiasikan
kemampuan, bakat, dan peran yang diberikan oleh masyarakat. (Erickson, 1968).
Selanjutnya perkembangan diri tidak terjadi dengan sendirinya tetapi juga
dipengaruhi proses pengalaman sosial (Mead, 1934). Perkembangan identitas diri
dibagi menjadi dua tahapan yakni play dan games. Kedua tahapan ini bersinergi
dalam membentuk kesadaran diri. Dalam tahapan play seorang anak akan mengikuti
peran yang ada dalam lingkungan sekitarnya. Misalnya menjadi dokter, tentara, guru
dan sebagainya. Berlanjut ke tahap berikutnya, dalam tahap games terdapat
peraturan yang harus diikuti anak. Disini anak sudah mengerti peran orang lain
(generalized others) (Mead, 1925).
Disisi lain, self concept adalah kesadaran seseorang mengenai diri sendiri dan
bagaimana perasaaan mengenai diri sendiri. (McMartin, 1995). Selain itu juga
terdapat konsep I dan me. I adalah bagaimana seseorang berperilaku terhadap orang
lain sedangkan me adalah bagaimana orang lain berperilaku terhadap dirinya.
(Mead, 1934). Kedua konsep ini membentuk bagaimana peran seseorang dalam
bermasyarakat. Terdapat beberapa konsep yang mempengaruhi bagaimana diri
berkembang. Misalnya self appraisal yang melihat terjadinya pelabelan pola
perilaku domain berdasarkan perilaku yang diterima atau ditolak oleh masyarakat.
Konsep lainya adalah looking glass self dimana penilaian orang lain dapat
berpengaruh dalam pembentukan konsep diri. Konsep berikutnya social comparison
yang melihat bahwa konsep diri seseorang tergantung dari bagaimanca cara
seseorang menghubungkan diri mereka dengan orang lain. Konsep terakhir yang
mempengaruhi perkembangan diri adalah biased scanning yakni teori yang melihat
bahwa perkembangan konsep diri yang dipengaruhi cara pandang seseorang dalam
melihat lingkungan sekitarnya untuk mencapai aspirasinya sendiri.6 Dari penelitian-
penelitian tersebut dapat dilihat bahwa kehidupan bermasyarakat sangat
mempengaruhi the self. Selain itu, manusia secara fundamental termotivasi untuk
meningkatkan dan mempertahankan hubungan dengan orang lain. (Cialdini &
Goldstein, 2004) Dari hubungan itu maka akan terbentuk identitas diri tergantung
10
kemampuan mereka dalam menyikapi lingkungan sekitar mereka (Gratz & Salem,
1984). Selanjutnya di dalam suatu kelompok masyarakat konsep diri ini berkembang
definisinya sebagai pengetahuan individu mengenai nilai-nilai dalam kelompok
tersebut. (Tajfel, quoted in Hogg & Abrams, 1988). Keanggotaan seseorang dalam
suatu kelompok bisa jadi memperkuat atau bisa juga malah melemahkan konsep diri
(Ellemers et al., 2002; Cialdini & Goldstein, 2004). Hal ini bisa terjadi tergantung
bagaimana seseorang membandingkan keanggotaannya dalam suatu kelompok
dengan keanggotaan kelompok lain.
2.4 Self disclosure
Dalam berkomunikasi dengan orang lain agar proses komunikasi berlangsung
baik, dibutuhkan latar belakang informasi masing-masing pembicara. Pengungkapan
informasi diri kepada orang lain ini disebut self disclosure. Lebih lanjut self
disclosure merupakan pengungkapan reaksi atau tanggapan diri terhadap lingkungan
sekitarnya (Johnson, 1981). Self-disclosure juga bisa dikatakan sebagai kegiatan
membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain (Morton, 1978).
Informasi ini terbagi dua, yakni deskriptif dan evaluatif. Deskriptif berarti
bagaimana seseorang menggambarkan fakta diri untuk diketahui orang lain.
Sedangkan evaluatif berarti pengungkapan pendapat mengenai kehadiran seseorang.
Self disclosure memilki dua sisi, yakni terbuka kepada orang lain dan terbuka bagi
orang lain. Apabila kedua hal ini dijalankan serentak akan menghasilkan hubungan
relasi yang baik. (Johnson, 1981). Suatu hubungan akan berjalan makin intim
apabila terdapat pembukaan diri (Altman dan Taylor, 1973). Pembukaan diri ini bisa
terjadi dipengaruhi oleh situasi yang menyenangkan (Raven dan Rubin, 2001),
kedekatan hubungan personal yang tak terlalu dekat ataupun terlalu jauh (1988),
ataupun karena perbedaan budaya (Kurt Lewin, 2001).
Dalam pengungkapannya, terdapat lima fungsi pengungkapan yakni ekspresi,
klarifikasi diri, keabsahan sosial, kendali sosial, dan perkembangan hubungan.
(Derlega dan Grzelak, 1989). Kelima fungsi pengungkapan ini berlangsung secara
bertahap. Ekspresi misalnya, saat seseorang mengalami hal yang mengecewakan
atau menyenangkan, seseorang akan menyatakan perasaannya kepada orang lain.
11
Disaat seseorang bercerita untuk mendapatkan penjelasan orang lain mengenai
masalahnya untuk membantu mengatasinya, masuk ke dalam tahapan klarifikasi
diri. Lalu saat seseorang selesai membicarakan masalahnya dan mendengar
pendapat orang lain yang bisa jadi memperkuat kedudukannya atau malah
memperlemah kedudukannya, berarti memasuki tahap keabsahan sosial.
Selanjutnya, ditahap kendali sosial yang merupakan tahapan pembenaran diri, disini
seseorang bisa jadi merahasiakan atau mengungkapkan informasi dirinya untuk
menimbulkan kesan baik yang mata orang lain.
2.5 Perceived Credibility
Perceived credibility sendiri memiliki tiga dimensi yaitu competence,
trustworthiness, dan goodwill. Competence adalah bagaimana persepsi seseorang
mengenai orang lain dilihat dari pengetahuan dan kemampuannya. Trustworthiness
adalah keyakinan seseorang dalam merasakan kebenaran pernyataan yang
diungkapkan oleh seseorang. Sedangkan, goodwill adalah tingkatan dimana
seseorang merasa ada yang peduli dengan mereka sehingga memiliki keterkaitan
yang kuat. (McCroskey dan Teven, 1997). Di sisi lain, terdapat pendapat lain dari
Aristoteles mengenai tiga dimensi dari Perceived Credibility, yakni kecerdasan,
karakter, dan niat baik. Kredibilitas sumber sangat berpengaruh dalam proses
komunikasi (McCroskey dan Young , 1981) Hal ini diperkuat dengan konsep ethos
dimana citra yang diberikan seseorang pembicara akan mempengaruhi audiens.
Untuk membangun Perceived credibility terdapat tiga elemen yang ada dalam
kehidupan sehari-hari yakni kepercayaan, keahlian, dan dinamisme (Larson, 2004).
Kepercayaan muncul dari hal-hal positif yang dilakukan di masa lalu. Kepercayaan
juga bisa muncul dari isyarat semisal kontak mata dan tatapan yang menenangkan.
Selanjutnya untuk menilai keahlian, bisa dilihat dari performa seseorang dalam
menyelesaikan tugasnya di masa lalu, Perceived credibility seseorang dapat
ditentukan dengan melihat gabungan keahlian dan latar belakang seseorang.
Sehubungan dengan kepercayaan yang bisa muncul dengan tanda-tanda non verbal,
keahlian bisa diisyaratkan dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan
memberikan pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan topik. Elemen terakhir dalam
membangun Perceived credibility adalah dinamisme atau bisa juga disebut karisma
12
yang terkadang terkait dengan penampilan fisik dimana orang yang atraktif akan
lebih menarik perhatian dibanding yang kurang atraktif.
2.6 Information Revelation
Dalam sebuah studi Carnegie Mellon, telah dilakukan penelitian pada sebanyak
lima puluh sarjana Universitas yang merupakan pengguna jejaring sosial. Govani
dan Pashley menyimpulkan bahwa pengguna umumnya merasa nyaman berbagi
informasi pribadi mereka dalam lingkungan kampus. Peserta mengatakan mereka
"tidak menyembunyikan apa pun" dan "mereka tidak benar-benar peduli jika orang
lain melihat informasi mereka." Kesamaan latar belakang juga mempengaruhi
keterbukaan informasi dalam pertemanan di jejaring sosial.
Disamping itu, sebuah studi terpisah pada lebih dari empat ribu anggota
Facebook di lembaga yang sama oleh Gross dan Acquisti, telah membandingkan
keterlihatan identitas dalam mesin pencari oleh anggota Facebook, MySpace,
Friendster. University of North Carolina Direktori, Stutzman menemukan bahwa
sejumlah besar pengguna berbagi informasi pribadi mengenai diri mereka sendiri
dalam jaringan sosial online, khususnya Facebook, yang memiliki tingkat tertinggi
dalam partisipasi kampus. Gross dan Acquisti memberikan daftar penjelasan
menunjukkan mengapa anggota Facebook begitu terbuka dalam berbagi informasi
pribadi secara online.
Tiga penjelasan yang sangat meyakinkan adalah bahwa "manfaat yang dirasakan
dari pengungkapan data dan keterlihatan data atau informasi yang lebih besar dirasa
lebih menguntungkan, daripada konsekuensi yang harus dibayar, yaitu kehilangan
privasi ", alasan lain masih berkaitan yaitu "sikap santainya pengguna atau
kurangnya minat pengguna dalam melindungi wilayah privasinya sendiri ", dan
alasan terakhir “para pengguna sangat percaya tehadap layanan jejaring sosial
tersebut dan juga percaya pada anggota atau komunitas pengguna lain di
dalamnya10. "
2.7 Trust and Privacy
10 Charnigo, Laurie dan Barnett-Ellis, Paula. (2007). Checking Out Facebook.com: The Impact of a Digital Trend on Academic Libraries. Alabama: Marchanch.
13
(Mayer, Davis, dan Schoorman, 1995) mendefinisikan kepercayaan sebagai
"kesediaan suatu pihak untuk menjadi rentan terhadap tindakan pihak lain
berdasarkan harapan bahwa yang lain akan melakukan tindakan tertentu yang
penting, terlepas dari kemampuan untuk memantau atau mengontrol pihak lain"(hal.
712). Kepercayaan adalah penentu penting berbagi informasi dan juga penting
dalam mengembangkan suatu hubungan yang baru (Fukuyama, 1995, Lewis dan
Weigert, 1985). Kepercayaan juga penting untuk membangun interaksi online yang
sukses (Coppola, Hiltz, dan Rotter, 2004, Jarvenpaa dan Leidner, 1998, Meyerson,
1996, Piccoli dan Ives, 2003). Pada e-commerce atau perdagangan jual beli melalui
internet, peneliti telah menemukan bahwa tingkat kepercayaan sangat terkait dengan
keterbukaan pengungkapan informasi (Metzger, 2004). Kepercayaan juga
merupakan komponen sentral dari teori pertukaran sosial (Roloff, 1981). Teori
pertukaran sosial menyajikan analisis manfaat interaksi sosial. Jika pertukaran
tersebut dianggap menguntungkan, maka besar kemungkinan individu akan masuk
ke dalam hubungan pertukaran atau jual beli. Kepercayaan yang tinggi akan
mengakibatkan persepsi biaya yang rendah, dan sebaliknya. Studi situasi pertukaran
interpersonal mengkonfirmasi bahwa kepercayaan merupakan prasyarat untuk self-
disclosure, karena mengungkapkan informasi pribadi yang artinya terlibat dalam
mengurangi risiko (Metzger, 2004).
Jutaan orang telah bergabung dalam situs jejaring sosial dengan membuat dan
menambahkan profil yang mengungkapkan informasi pribadi. Reputasi situs jejaring
sosial telah berkurang disebabkan oleh sejumlah insiden yang dipublikasikan oleh
media (Chiaramonte dan Martinez, 2006, Hass, 2006, Mintz, 2005, Baca, 2006).
Saat ini, pergaulan offline terasa semakin tertinggal di belakang seiring dengan
perkembangan pergaulan online dalam teknologi. Sebut saja telepon seluler dan
internet. Dan masalah privasi pun seakan tidak begitu penting dalam kehidupan
online, Privasi dalam situs jaringan sosial sering tidak diharapkan atau tidak
terdefinisi (Dwyer, 2007). Hingga akhirnya muncul insiden tidak menyenangkan
dalam ranah privasi seseorang. Oleh karena itu situs jejaring sosial memerlukan
kebijakan eksplisit dan mekanisme perlindungan data dalam rangka memberikan
14
tingkat privasi yang sama dalam kehidupan sosial offline maupun dalam kehidupan
nyata. 11
2.8 Implikasi Privasi
Setiap jejaring sosial mempunyai sistem keamanannya tersendiri untuk
melindungi si pengguna dari hal-hal yang tidak diinginkan melalui penggunaan
informasi secara tidak bertanggung jawab oleh pihak-pihak tertentu maupun
masalah lainnya. Hal ini terkait dengan masalah privasi. Pada saat mendaftarkan
diri pada akun Facebook atau akun jejaring lainnya, pasti selalu ada perjanjian yang
harus di baca dan disetuji oleh pengguna jaringan untuk dapat tergabung dalam
jejaring tersebut. Seringkali individu yang mendaftarkan dirinya atau membuat akun
baru, merasa malas membaca keseluruh perjanjian karena dirasa “aman-aman” saja
bersosialisasi dan berbagi informasi di situs tersebut. Padahal, jika diperhatikan
lebih lanjut, sebenarnya pihak jejaring sosial sama sekali tidak bertanggung jawab
dalam melindungi informasi dan kejadian tidak dinginkan selama penggunaan situs
mereka. Pihak pengguna pun merasa tidak terlalu peduli dengan informasi yang bisa
di akses orang banyak, tidak peduli siapapun orangnya dan apa niat dibaliknya. Hal
ini karena individu sudah merasa aman, dan layanan yang di sediakan sudah cukup
memfasilitasi individu untuk melakukan proteksi tersendiri terhadap akunnya
mengenai apa yang bisa dilihat di publik, ataupun yang tidak bisa dilihat secara
umum.
Kemudahan bergabung dan memperluas jaringan individu, dan kurangnya
langkah-langkah keamanan dasar di situs jejaring merupakan hal yang paling
membuat mudah untuk pihak ketiga seperti hacker untuk mengakses data pengguna.
Banyak kasus yang terjadi mengenai implikasi dari privasi, contohnya tahun 2003,
LiveJournal menerima setidaknya lima laporan dari ID atau akun yang dibajak per
hari. Suatu informasi akan digunakan tergantung pada informasi yang sebenarnya
disediakan oleh pengguna itu sendiri - yang mungkin, dalam kasus tertentu, sangat
luas dan intim. Risiko yang terjadi pun berkisar dari pencurian identitas, menguntit
11 Dwyer, Catherine, Roxanne H, Starr dan Passerini, Katia. (2007). Trust and privacy concern within social networking sites: A comparison of Facebook and MySpace. Colorado: Proceedings of the Thirteenth Americas Conference on Information Systems.
15
secara online dan fisik; sampai pemerasan. Namun, ada beberapa yang percaya
bahwa situs jejaring sosial juga dapat menawarkan solusi untuk masalah privasi
online. Dalam sebuah wawancara, Tribe.net CEO Mark Pincus mencatat bahwa
“jejaring sosial memiliki potensi untuk membuat perintah cerdas dalam mengatasi
resiko, yaitu dengan membiarkan Anda mengelola dalam menampilkan dan
membuat profile diri secara bijaksana dan mengatur proteksi atas siapa saja yang
bisa berhubungan dan melihat profil Anda12.
2.9 Perbedaan pria dan wanita
Terdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam menilai sesuatu. Hal ini dilihat
dari perkembangan otak mereka yang berbeda. Otak wanita lebih berkembang
dalam kinerja memori, kemampuan mengartikan bahasa tubuh dan perasaan
seseorang. Sedangkan otak pria memiliki kemampuan lebih dalam persepsi, logika,
perkiraan dan kemampuan melihat gambar tiga dimensi13 Wanita lebih emosional
dalam hubungan dibandingkan pria yang lebih egois. Perbedaan ini tidak
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka tapi karena perbedaan biologis
mereka.14 Perbedaan perkembangan otak ini berdampak dalam kehidupan sosial
mereka. Saat melihat permasalahan, pria akan menawarkan penyelesaian tanpa
memperdulikan perasaan orang lain, sedangkan wanita cenderung memberikan
nasihat-nasihat tertentu. Di saat-saat yang penuh ketegangan, pria akan berusaha
menarik diri sedangkan wanita akan berusah membuka diri membicarakan
permasalahan. Pria akan termotivasi saat merasa dibutuhkan sedangkan wanita akan
termotivasi saat dihargai.15 Perbedaan ini juga terbawa dalam kehidupan mereka
dalam penggunaan media sosial. Dominasi wanita di media sosial lebih tinggi
dibanding pria.16 Hal ini diakibatkan oleh keinginan wanita untuk selalu dekat
dengan teman dan keluarga lebih tinggi dibanding pria.
12 Acquisti, Alessandro dan Gross, Ralph. (2005). Privacy and information revelation in online social networks. Pittsburgh: Workshop on Privacy in the Electronic Society.13 Pearlson, Godfrey et al. Sex differences in the inferior parietal lobule. Cerebral Cortex, 1999, 9:896-901.14 Pease, Allan dan Pease, Barbara (1999) Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps. Australia: Pease International 15 Gray, John. (1992). Men from Mars, Woman from Venus, New york: Harper Collins. 16 http://www.prweb.com/releases/2011/9/prweb8819065.htm 12.20 30 oktober2011