Departemen Pendidikan Nasional Fakultas Ekonomi Universitas Lampung Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedongmeneng Bandar Lampung PENGUJIAN FENOMENA JANUARY EFFECT DI BURSA EFEK INDONESIA ( Ringkasan Skripsi ) Oleh : TOMI WARDOYO JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012
30
Embed
PENGUJIAN FENOMENA JANUARY EFFECT DI BURSA EFEK …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/27042012-0641031109.pdf · A. Definisi Efisiensi Pasar Secara umum efisiensi pasar (market
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Departemen Pendidikan Nasional
Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1
Gedongmeneng Bandar Lampung
PENGUJIAN FENOMENA JANUARY EFFECT DI BURSA EFEK
INDONESIA
( Ringkasan Skripsi )
Oleh :
TOMI WARDOYO
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
2
ABSTRACT
JANUARY EFFECT PHENOMENON IN INDONESIAN STOCK
EXCHANGE
By:
Tomi Wardoyo
In the world of stock investing known as a phenomenon of the rise in stock prices
in January, this phenomenon is known as the January Effect. The increase is
expected due to an increase in purchases by investors who have sold shares in
December in order to reduce taxes or to realize capital gains. January Effect is a
part of the seasonal anomaly. This anomaly states that stock prices tend to rise in
January or stock returns are significantly positive in January. Research on the
January Effect has been done on the stock exchange in developed and developing
countries. The research results proved that the January Effect mostly happen in
the world of stock exchange. January Effect phenomenon is a quite interesting
study material for all circles, especially for academics.
The issue which being address in this study is: "Is January Effect phenomenon
occurred in the Indonesian Stock Exchange, where stock returns in January was
the highest compared with the return in other months". The objective of this
research is to test whether the January Effect phenomenon occurred in Indonesian
Stock Exchange. Theory Market Efficient is developed as reference and this study
emphasize the analysis of stock returns.
The data is secondary data that used the Purposive Judgement Sampling as data
collection methods. The sample is taken from 30 companies in sector LQ 45 index
from 2005 until 2010. The method used to test the hypothesis in this study is
Independent Sample T-Test.
This study result show that statistically the average return in January, being
compared with 11 other months, had no significant difference and based on the
results of the calculation of the overall return from 2005 to 2010 the average,
return in January is not the highest. In conclusion, the anomalous January effect
does not occur in the Indonesia Stock Exchange as well as in other developed
countries.
Key Word : Return, January Effect, Market Anomalies.
3
ABSTRAK
PENGUJIAN FENOMENA JANUARY EFFECT DI BURSA EFEK
INDONESIA
Oleh :
TOMI WARDOYO
Didalam dunia investasi saham dikenal suatu fenomena mengenai kenaikan harga
saham pada bulan Januari, fenomena ini dikenal dengan istilah January Effect.
Efek Januari (January Effect) merupakan bagian dari anomali musiman. Anomali
ini menyebutkan bahwa harga saham cenderung naik pada bulan Januari atau
return saham secara signifikan positif pada bulan Januari. Penelitian
mengenai January Effect sudah banyak dilakukan di bursa negara negara maju
maupun berkembang. Fenomena January Effect merupakan bahan kajian yang
cukup menarik bagi setiap kalangan terutama bagi kalangan akademisi.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : ” Apakah fenomena
January Efect terjadi di Bursa Efek Indonesia, dimana return saham pada bulan
Januari adalah yang tertinggi dibandingkan dengan return pada bulan-bulan
lainnya?”. Selanjutnya tujuan dari peneltian ini yaitu untuk menguji apakah
fenomena January Effect terjadi di Bursa Efek Indonesia. Kemudian teori yang
digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah teori pasar efisien (theory
market efficient). Fokus analisis penelitian ini ditekankan pada return saham. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode Purpusive Judgement
Sampling, sehingga deperoleh data sebanyak 30 perusahaan sampel dari sektor
indeks LQ 45 dari tahun 2005 sampai dengan 2010. Metode yang digunakan
untuk uji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan Independent–Sample T Test
(Uji T Sample Independen).
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, secara statistik rata-rata return
pada bulan Januari dengan 11 bulan lainnya tidak memiliki perbedaan yang
signifikan dan dengan melihat hasil perhitungan return secara keseluruhan dari
tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 rata-rata return pada bulan Januari bukan
merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan 11 bulan lainnya sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi anomali January Effect di Bursa Efek Indonesia
seperti halnya di negara-negara maju lain.
Kata Kunci : Return, January Effect, Market Anomalies.
4
Nama : Tomi Wardoyo
NPM : 0641031109
No. Telp. : 085269714262
Pembimbing I : Dr. Einde Evana S.E., M.Si., Akt.
Pembimbing II : Ninuk Dewi K., S.E., M.Si., Akt.
5
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah pasar modal tentu sudah tidak terdengar asing lagi bagi sebagian besar
masyarakat di Indonesia saat ini terlebih bagi dunia usaha. Pasar modal adalah
tempat untuk mempertemukan permintaan dan penawaran sekuritas jangka
panjang baik yang bentuk modal sendiri (saham) maupun obligasi baik yang
diterbitkan pemerintah atau oleh perusahaan swasta. Pasar modal merupakan
salah satu media yang menghubungkan setiap kalangan secara global yang
memiliki tujuan dan kepentingan masing-masing. Bagi dunia usaha sudah tentu
pasar modal merupakan salah satu media yang digunakan untuk mengembangkan
dan memajukan perusahaan dengan lebih terbuka, sehat, dan profesional.
Sedangkan bagi para investor pasar modal merupakan alternatif investasi yang
mampu memberikan keuntungan dengan resiko yang bisa diperhitungkan melalui
informasi yang tersedia.
Keberadaan pasar modal di Indonesia ternyata cukup memberikan maanfaat yang
cukup signifikan. Hal ini terlihat dalam beberapa waktu terakhir nampak pasar
modal indonesia telah menunjukan perkembangan yang cukup menggairahkan.
Hal ini tentu saja berdampak pula pada peningkatan jumlah investor yang tertarik
untuk melakukan investasi di pasar modal Indonesia seiring dengan
perkembangan yang cukup menggairahkan tersebut. Dalam praktiknya, investor
menggunakan informasi sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan
keputusan investasi. Ketersediaan informasi yang benar, dapat dipercaya, lengkap
dan tepat waktu memungkinkan investor dapat mengambil keputusan dan
menyusun strategi investasi secara rasional.
Terkait dengan hal tersebut Fama (1970) dalam Gumanti dan Utami (2002)
menyatakan pasar modal yang efisien adalah sebagai “Salah satu pasar harga
yang selalu mencerminkan informasi yang tersedia secara penuh”. Suatu pasar
dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun
6
investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal
return), setelah disesuaikan dengan risiko, dengan menggunakan strategi
perdagangan yang ada. Artinya, harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan
cerminan dari informasi yang ada.
Namun pada kenyataannya kemudian muncul suatu penyimpangan-
penyimpangan yang melanggar konsep dari pasar efisien. Apa yang seharusnya
tidak terjadi di pasar efisien ini kemudian secara terus-menerus hadir dan
memberikan dampak yang cukup besar di pasar modal, hal ini disebut sebagai
anomali pasar (market anomalies). Anomali pasar mengindikasikan adanya
abnormal return yang diperoleh investor. Anomali tersebut melanggar konsep
efisiensi pasar yang menyebabkan return tidak random, karena dapat diprediksi
berdasarkan kejadian atau pengaruh kalender tertentu Delia (2009).
Dalam dunia investasi saham terdapat suatu fenomena mengenai kenaikan harga
saham pada bulan Januari, yang dikenal dengan istilah January Effect. Kenaikan
tersebut diduga karena adanya peningkatan pembelian oleh para investor yang
telah melakukan penjualan saham pada Desember dalam rangka mengurangi pajak
atau merealisasikan capital gain. Efek januari (January Effect) merupakan bagian
dari anomali musiman. Anomali ini menyebutkan bahwa harga saham cenderung
naik pada bulan januari atau return saham secara signifikan positif pada bulan
januari. Penelitian mengenai January Effect sudah banyak dilakukan di bursa
negara negara maju maupun berkembang. Hasil penelitian tersebut membuktikan
bahwa January Effect banyak terjadi di bursa-bursa dunia. Fenomena January
Effect merupakan bahan kajian yang cukup menarik bagi setiap kalangan terutama
bagi kalangan akademisi.
Cukup banyak peneltian-penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan
secara empiris apakah January Effect memang terjadi di pasar modal ataukah
hanya sekedar wacana belaka. Sampai dengan sekarang berbagai pendapat yang
mendukung maupun yang membantah akan adanya fenomena January Effect di
pasar modal masih terus berlanjut. Salah satu acuan teori yang sering kali
digunakan untuk menjelaskan fenomena ini adalah teori pasar efisien (theory
7
market efficient) yang petama kali dikemukakan dan dipopulerkan oleh Fama
(1970).
Berbagai hasil penelitian yang sangat beragam mengenai pola return saham yang
dihasilkan dari penelitian terdahulu baik di pasar modal luar negeri maupun
penelitian di Bursa Efek Indonesia menjadi bahan kajian yang cukup menarik
untuk diteliti. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang
“Pengujian Fenomena January Effect di Bursa Efek Indonesia”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
“Apakah fenomena January Efect terjadi di Bursa Efek Indonesia, dimana return
saham pada bulan Januari adalah yang tertinggi dibandingkan dengan return pada
bulan-bulan lainnya?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk menguji apakah fenomena January Effect terjadi di Bursa Efek
Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Investor
Sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam melakukan
keputusan dalam melakukan perdagangan di Bursa Efek Indonesia.
b. Bagi Akademisi
penelitian diharapkan dapat dijadikan dukungan empiris berkaitan
dengan penelitian sejenis.
8
II. KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Definisi Efisiensi Pasar
Secara umum efisiensi pasar (market efisiensi)1 didefinisikan oleh Beaver (1989)
dalam Jogiyanto (2007) sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas dengan
informasi. Secara detail, efisiensi pasar dapat didefinisikan dalam beberapa
macam definisi, yaitu definisi efisiensi pasar berdasarkan akurasi ekspektasi
harga, definisi efisiensi pasar berdasarkan distribusi informasi dan, definisi
efisiensi pasar berdasarkan proses dinamik.
B. Bentuk-bentuk Efisiensi Pasar
Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersedian informasinya dan dari
segi kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis
dari informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasinya
disebut dengan efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market),
sedangkan pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku pasar dalam
pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang tersedia disebut dengan
efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market).
B.1 Efisiensi Pasar Secara Informasi
Fama (1970) dalam Jogiyanto (2007) menyajikan tiga macam bentuk utama dari
efisiensi berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu informasi masa
lalu, informasi sekarang yangdipublikasikan, dan informasi privat sebagai berikut.
a. Efisiensi Pasar Dalam Bentuk Lemah (Weak Form Efficiency)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah bila harga-harga dari sekuritas
mencerminkan (fully refflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini
merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk pasar secara lemah ini
1 Seluruh penjelasan mengenai efisiensi pasar dalam sub bab A-E diperoleh dari buku jogiyanto
(2007) yang berjudul “Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi 2007”
9
berkaitan dengan teori langkah acak (random walk teori) yang menyatakan
bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar
efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan
untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti, investor tidak dapat
menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan tidak
normal.
b. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (Semi Strong Form Efficiency)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika harga-harga sekuritas
secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang
dipblukasikan (all publicly available information) termasuk informasi yang
berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten.
c. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (Strong Form Efficiency)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekutitas secara
penuh mencerminkan (fully refect) semua informasi yang tersedia termasuk
informasi yang privat/tidak dipublikasikan (privat information). Jika pasar
efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau grup dari
investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return)
karena mempunyai informasi privat.
B.2 Efisiensi Pasar Secara Keputusan
Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan efisiensi pasar bentuk setengah
kuat menurut versi fama. Perbedaannya adalah, jika efisiensi pasar secara
informasi hanya mempertimbangkan satu faktor saja, yaitu ketersediaan
informasi, maka efisiensi pasar secara keputusan mempertimbangkan dua faktor.
Yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar. Karena melibatkan
lebih banyak faktor dalam menentukan pasar efisien bentuk setengah kuat yang
lebih tinggi dari pasar efisien bentuk setengah kuat secara informasi.
10
C. Implikasi Pasar Efisien
Implikasi langsung dari pasar efisien adalah tidak ada satupun kelpompok investor
yang dapat beat the market secara konsisten dengan menggunakan informasi yang
telah diketahui pasar, kecuali dengan mendapatkan keberuntungan (luck). Suatu
pasar efisien juga membawa implikasi negatif bagi banyak strategi investasi,
yaitu:
1. Dalam satu pasar efisien, penelitian dan penilaian ekuitas merupakan tugas
dengan biaya besar dan tidak menghasilkan keuntungan;
2. Dalam satu pasar efisien, strategi investasi yang paling baik adalah
divertivikasi acak dan indexing;
3. Dalam satu pasar efisien, strategi yang meminimalkan trading adalah
superior dibandingkan strategi yang memerlukan banyak trading.
Pasar efisien tidak mengimplikasikan hal-hal berikut.
1. Harga saham tidak dapat menyimpang dari nilai yang sesungguhnya. Pada
kenyataannya terdapat penyimpangan besar dari nilai yang sesungguhnya.
Hanya, penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi secara acak.
2. Tidak ada satupun investor beat the market pada jangka waktu apapun.
Kenyataannya, sekitar setengah investor seharusnya beat the market pada
periode waktu manapun.
3. Tidak ada satupun kelompok investor beat the market dalam jangka
panjang. Dengan jumlah investor dalam pasar uang, hukum probabilitas
menyatakan terdapat sejumlah besar investor mengalahkan pasar secara
secara konsisten dalam jangka panjang, bukan karena strategi investasi,
melainkan karena mereka beruntung.
D. Kondisi-kondisi Pasar Efisien dan Pasar yang Tidak Efisien
Terdapat beberapa kondisi yang ada dalam pasar efisien.
11
1. Investor adalah penerima harga (Price Takers), yang berarti bahwa sebagai
pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi harga dari suatu
sekuritas.
2. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang
bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah.
3. Informasi dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap pengumuman
informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya. Informasi dihasilkan
secara random mempunyai arti bahwa investor tidak dapat memprediksi kapan
emiten akan mengumumkan informasi yang baru.
4. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat,
sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya dan mencerminkan
informasi tersebut untuk mencapai keseimbanganyang baru. Kondisi ini dapat
terjadi jika pelaku pasar merupakan individu-individu yang canggih
(soppisticated), yang mampu memahami dan menginterpretasikan informasi
dengan cepat dan baik.
Sebaliknya, pasar dapat menjadi tidak efisien jika kondisi-kondisi berikut terjadi.
1. Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi harga
sekuritas.
2. Harga dari informasi adalah mahal dan terdapat akses yang tidak seragam
antara pelaku pasar yang satu dan yang lainnya terhadap suatu informasi yang
sama.
3. Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh sebgian pelaku
pasar.
4. Investor adalah individual-individual yang lugas (naive investor) dan tidak
canggih (unsophisticated investor). Untuk pasar yang tidak efisien, masih
banyak investor yang bereaksi terhadap informasi secara lugas (naive fashion),
karena mereka mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengartikan dan
menginterpretasikan informasi yang diterima . Karena mereka tidak canggih ,
12
maka seringkali mereka melakukan keputusan yang salah yang akibatnya
sekuritas yang bersangkutan dinilai secara tidak tepat seringkali untuk
informasi – informasi yang harus diintrepesikan (misalnya informasi tentang
perubahan prosedur akuntasi), pasar tampaknya tersesat (fooled) oleh
informasi tersebut.
E. Pengujian Efisiensi Pasar
Ide pengujian pasar yang efisien dituangkan dalam suatu hipotesis yang disebut
dengan hipotesis pasar efisien (efficient market hypotesis). Perlu dilakukan
pengujian secara empiris untuk masing-masing bentuk efisiensi pasar, untuk
mengetahui kebenaran hipotesis ini. Fama (1970) dalam jogiyanto (2007)
membagi pengujian efisiensi pasar menjadi tiga katagori yang dihubungkan
dengan bentuk efisiensi pasarnya sebagai berikut.
1. Pengujian-pengujian bentuk lemah (weak form test), yaitu seberapa kuat
informasi masa lalu dapat memprediksi return masa depan.
2. Pengujian-pengujian bentuk setengah kuat (semi strong form test), yaitu
seberapa cepat harga sekuritas merefleksikan informasi yang
dipublikasikan.
3. Pengujian-pengujian bentuk kuat (strong form test), yaitu untuk menjawab
pertanyaan apakah investor mempunyai informasi perivat yang tidak
terefleksi diharga sekuritas.
Diartikel selanjutnya, fama (1991) dalam Jogiyanto (2007) mengusulkan untuk
merubah ketiga macam katagori pengujian bentuk fisiensi pasar diatas sebagai
berikut ini.
1. Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk lemah diganti menjadi
pengujian-pengujian terhadap pendugaan return (test for return
predictability).
2. Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat diganti menjadi
studi-studi peristiwa (event studies).
13
3. Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk kuat diganti menjadi menjadi
pengujian-pengujian terhadap informasi privat (test for privat
information).
E.1 Pengujian-pengujian Terhadap Pendugaan Return (Test for Return
Predictability)
Sebelum tahun 1970, pengujian dari efisiensi pasar bentuk lemah difokuskan
kepada prediksi return atau harga masa lalu. Jika hipotesis pasar efisien benar,
maka perubahan harga masa lalu tidak berhubungan dengan harga sekuritas
sekarang, dan tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga atau return
sekuritas. Oleh karena itu, pengujian efisiensi pasar bentuk lemah melibatkan
pertanyaan apakah informasi yang terkandung dalam harga-harga sekuritas
masa lalu sudah secara penuh mencerminkan harga sekarang. Hipotesis untuk
menguji bentuk lemah ini berhubungan dengan hipotesis langkah acak
(random walk hypotesis). Jika harga-harga mengikuti pola langkah acak
(random walk), maka perubahan harga dari waktu kewaktu sifatnya adalah
random atau acak yang independen. Ini berarti , perubahan harga hari ini tidak
ada hubungannya dengan perubahan harga kemarin atau harga-harga
sebelumnya. Pengujian efisiensi bentuk lemah ini dapat dilkukan dengan cara
pengujian statistik atau dengan cara pengujian menggunakan aturan-aturan
teknis (technical trading rules).
E.2 Studi Peristiwa (Event Studies)
Studi peristiwa (event studies) yang informasinya dipublikasikan sebagai satu
pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan
informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga
digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian
kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat rekasi dari suatu
pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi (information
content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman
tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukan dengan adanya
perubahan harga dari sekuritas bersangkutan.
14
E.3 Pengujian Informasi Privat (Test Private Information)
Pengujian informasi perivat merupakan pengujian pasar efisien bentuk kuat.
Terdapat permasalahan dalam pengujian efisiensi pasar bentuk kuat,
Permasalahannya adalah informasi privat yang akan diuji merupakan
informasi yang tidak dapat diobservasi secara langsung. Oleh karena itu,
pengujian ini harus dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan
proksi. Proksi yang digunakan adalah return yang diperoleh dari corporate
insider dan reksadana dianggap mempunyai informasi privat didalam
perdagangan sekuritas.
F. Anomali Pasar (market anomalies)
Dalam membahas pengujian pasar efisien2, maka harus juga membahas
tentang adanya ketidak-teraturan (anomali) yang ada yang terkait dengan
hipotesis pasar efisien. Anomali di sini adalah salah satu bentuk dari fenomena
yang ada di pasar. Pada anomali ditemukan hal-hal yang seharusnya tidak ada
bilamana dianggap bahwa pasar efisien benar-benar ada. Artinya, suatu
peristiwa (event) dapat dimanfaatkan untuk memperoleh abnormal return.
Dengan kata lain seorang investor dimungkinkan untuk memperoleh abnormal
return dengan mengandalkan suatu peristiwa tertentu. Anomali yang ada,
tidak hanya ditemukan pada satu jenis bentuk pasar efisien saja, tetapi
ditemukan pada bentuk pasar efisien yang lain. Artinya, bukti empiris adanya
anomali di pasar modal muncul pada semua bentuk pasar efisien, walaupun
kebanyakan ditemukan pada bentuk efisien semi-kuat (semi strong). Pengujian
berbasis ada tidaknya anomali menggunakan model pendekatan uji ke
belakang (back tested method). Pada model pendekatan ini peneliti melakukan
pengujian untuk menjawab pertanyaan bagaimana harga historis (hystorical
price data) bergerak (berubah) sebagai konsekuensi dari adanya kejadian atau
pengamatan. Untuk kuatnya suatu pernyataan atau bukti akan adanya anomali
pasar, perlu adanya dukungan yang tidak sedikit. Artinya, beberapa penelitian
harus memiliki kesimpulan yang tidak jauh berbeda satu sama lain. Dalam
2 Penjelasan mengenai Anomali Pasar dalam sub bab F diperoleh dari Jurnal Akuntansi &
Keuangan Gumanti, Tatang Ary dan Elok Sri Utami. 2002 yang berjudul “Bentuk Pasar Efisien dan Pengujiannya”
15
teori keuangan, dikenal sedikitnya empat macam anomali pasar. Keempat
anomali tersebut adalah anomali perusahaan (firm anomalies), anomali
musiman (seasonal anomalies), anomali peristiwa atau kejadian (event
anomalies), dan anomali akuntansi (accounting anomalies).
1. Anomali Peristiwa (Event Anomalies)
a. Analysts’s recommendation anomaly, yaitu semakin banyak analis
merekomendasi untuk membeli suatu saham, semakin tinggi peluang
harga akan turun;
b. Insider Trading Anomaly, yaitu semakin banyak saham yang dibeli oleh
insider, semakin tinggi kemungkinan harga naik;
c. Listings Anomaly, yaitu harga sekuritas cenderung naik setelah perusahaan
mengumumkan akan melakukan pencatatan saham dibursa dan;
d. Value Line/Rating Change Anomaly, yaitu harga sekutitas akan terus naik
setelah value line menempatkan rating perusahaan pada urutan tertinggi.
2. Anomali Musiman (Seasonal Anomalies), terdiri dari:
a. Jannuary Effect, yaitu harga sekuritas cenderung naik di bulan Januari
khususnya di hari-hari pertama;
b. Week-end Effect, yaitu harga sekuritas cenderung naik hari jum’at;
c. Monday Effect, yaitu harga sekuritas cenderung turun hari Senin;
d. Time of Effect, yaitu harga sekuritas cenderung naik di 45 menit pertama
dan 15 menit terakhir perdagangan;
e. End of Month Effect, yaitu harga sekuritas cenderung naik di hari-hari
akhir setiap bulan;
f. Seasonal Effect, yaitu saham, yaitu saham perusahaan dengan penjualan
musiman tinggi cenderung naik selama musim ramai dan;
g. Holidays Effect, yairu ditemukan return positif pada hari terakhir sebelum
liburan.
3. Anomali Perusahaan (Firm Anomali), terdiri dari:
a. Size Anomaly, yaitu return pada perusahaan kecil cenderung lebih beasar
walaupun sudah disesuaikan dengan resiko;
b. Closed-end Mutual Fund, yaitu return pada close-end funds yang dijual
dengan potongan cenderung lebih tinggi;
16
c. Neglect, yaitu perusahaan yang tidak diikuti oleh banyak analis cenderung
menghasilkan return lebih tinggi dan;
d. Institutional Holdings, yaitu perusahaan yang dimiliki oleh sedikit institusi
cenderung memiliki return lebih tinggi.
4. Anomali Akuntansi (Accounting Anomalies), terdiri dari :
a. Price Earnings Ratio Anomaly, yaitu saham dengan P/E ratio rendah
cenderung memiliki return yang lebih tinggi;
b. Earnings Surprise, yaitu saham dengan capaian earning lebih tinggi dari
yang diperkirakan cenderung mengalami peningkatan harga;
c. Price to Sales Anomaly, yaitu jika rasionya rendah cenderung berkinerja
lebih baik
d. Price to Book Anomaly, yaitu jika rasionya rendah cenderung berkinerja
lebih baik;
e. Dividend Yield Anomaly, yaitu jika yield-nya tinggi cenderung berkinerja
lebih baik dan;
f. Earning Momentum Anomaly, yaitu saham perusahaan yang tingkat
pertumbuhan earnings-nya meningkat cenderung berkinerja lebih baik.
G. Studi-studi Mengenai Efek Januari (January Effect)
Penelitian mengenai January effect pertama kali dilakukan oleh Rozeff dan Kinney
(1976) yang mengemukakan bahwa rata-rata return di bulan januari lebih tinggi
dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya selama periode 1904-1974 yang dapat terlihat
dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Monthly Average Return in U.S Stock Market Over
Years Jan Feb Mar Apr May June July Aug Sep Oct Nov Dec Average