Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (1974) mendefinisikan komunitas atau masyarakat sebagai suatu pengelompokan sosial yang ditentukan oleh batas-batas geografi serta kesamaan nilai-nilai dan tujuan. Pada umumnya, anggota-anggotanya saling mengenal dan berinteraksi baik dengan lingkungan internal maupun eksternal. Komunitas berfungsi dalam struktur sosial tertentu serta menerapkan dan membentuk norma-norma tertentu pula. Pembangunan kesehatan masyarakat merupakan bagian integral dari suatu pembangunan kesehatan nasional, selain itu juga merupakan bagian integral dari pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam perencanan, peorganisasian, dan pengelolaan upaya kesehatan termasuk upaya perawatan diri, pada akhirnya akan menjadi tumpuan kemandirian masyarakat dalam hal kesehtan. Berbagai kegiatan masyarakat dalam upaya kesehtan telah dilaksanakan di desa (kelurahan) dengan budaya kerjasama, gotong- royong, musyawarah, serta peluang-peluang kemandirian mereka seperti kemandirian dalam pembiayaan kesehatan. Peran serta masyarakat merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan merupakaan kebutuhan dan hak setiap insan agar dapat menjalani hidup yang produktif dan bahagia. Agar setiap orang dimanapun dan kapanpun dapat memperoleh hidup sehat, kesehatan harus menjadi kemampuan yang melekat pada setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan kamampuan hidup sehatnya. Kemandirian masyarakat untuk dapat mengatasi masalah kesehtaan dan menjalankan upaya pemecahanya sendiri adalah kunci kelangsungan pembangunan. Hendrik Blum (1974) selain membagi komunitas berdasarkan geopolitik juga berdasarkan interaksi yang berlangsung seperti tampak pada jenis-jenis komunitas yang dijabarkan sebagai berikut. 1. Komunitas temu muka (face to face). 2. Komunitas menurut kewilayahan atau administrasi pemerintahan. 3. Komunitas menurut kesamaan kebutuhan. 4. Komunitas berdasarkan masalah ekologi. 5. Komunitas berdasarakan minat tertentu. 6. Komunitas berdasarkan sumber daya atau pemecahan masalah. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa tujuan dan sasaran pengorganisasian komunitas? 2. Bagaimana pengembangan dan pengorganisasian komunitas? 3. Bagaimana pengembangan dan pengorganisasian masyarakat? 4. Apa saja model kemitraan keperawatan komunitas? 1.3 Tujuan 1. Menjelaskan tujuan dan sasaran pengorganisasian komunitas 2. Menjelaskan pengembangan dan pengorganisasian komunitas
27

PEngorganisasian komunitas

Apr 25, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PEngorganisasian komunitas

BAB IPENDAHULUAN

1.1  Latar BelakangWorld Health Organization (1974) mendefinisikan komunitas

atau masyarakat sebagai suatu pengelompokan sosial yangditentukan oleh batas-batas geografi serta kesamaan nilai-nilaidan tujuan. Pada umumnya, anggota-anggotanya saling mengenal danberinteraksi baik dengan lingkungan internal maupun eksternal.Komunitas berfungsi dalam struktur sosial tertentu sertamenerapkan dan membentuk norma-norma tertentu pula.

Pembangunan kesehatan masyarakat merupakan bagian integraldari suatu pembangunan kesehatan nasional, selain itu jugamerupakan bagian integral dari pembangunan sosial dan ekonomimasyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam perencanan,peorganisasian, dan pengelolaan upaya kesehatan termasuk upayaperawatan diri, pada akhirnya akan menjadi tumpuan kemandirianmasyarakat dalam hal kesehtan.

Berbagai kegiatan masyarakat dalam upaya kesehtan telahdilaksanakan di desa (kelurahan) dengan budaya kerjasama, gotong-royong, musyawarah, serta peluang-peluang kemandirian merekaseperti kemandirian dalam pembiayaan kesehatan. Peran sertamasyarakat merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam pembangunankesehatan. Kesehatan merupakaan kebutuhan dan hak setiap insanagar dapat menjalani hidup yang produktif dan bahagia. Agarsetiap orang dimanapun dan kapanpun dapat memperoleh hidup sehat,kesehatan harus menjadi kemampuan yang melekat pada setiap insan.Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik secara individumaupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan kamampuanhidup sehatnya. Kemandirian masyarakat untuk dapat mengatasimasalah kesehtaan dan menjalankan upaya pemecahanya sendiriadalah kunci kelangsungan pembangunan.

Hendrik Blum (1974) selain membagi komunitas berdasarkangeopolitik juga berdasarkan interaksi yang berlangsung sepertitampak pada jenis-jenis komunitas yang dijabarkan sebagaiberikut.

1.    Komunitas temu muka (face to face).2.    Komunitas menurut kewilayahan atau administrasi pemerintahan.3.    Komunitas menurut kesamaan kebutuhan.4.    Komunitas berdasarkan masalah ekologi.5.    Komunitas berdasarakan minat tertentu.6.    Komunitas berdasarkan sumber daya atau pemecahan masalah.

1.2  Rumusan Masalah1.      Apa tujuan dan sasaran pengorganisasian komunitas?2.      Bagaimana pengembangan dan pengorganisasian komunitas?3.      Bagaimana pengembangan dan pengorganisasian masyarakat?4.      Apa saja model kemitraan keperawatan komunitas?

1.3  Tujuan1.      Menjelaskan tujuan dan sasaran pengorganisasian komunitas2.      Menjelaskan pengembangan dan pengorganisasian komunitas

Page 2: PEngorganisasian komunitas

3.      Menjelaskan pengembangan dan pengorganisasian masyarakat4.      Menjelaskan model kemitraan keperawatan komunitas

1.4  Manfaat1.      Mahasiswa mampu mengetahui tujuan dan sasaran pengorganisasian

komunitas2.      Mahasiswa mampu mengetahui pengembangan dan pengorganisasian

komunitas3.      Mahasiswa mampu mengetahui pengembangan dan pengorganisasian

masyarakat4.      Mahasiswa mampu mengetahui model kemitraan keperawatan

komunitas

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1 Tujuan dan sasaran pengorganisasian komunitasPengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-

orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawabsedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapatdigerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan.(Siagian,1983 dalam Juniati).

Sedangkan Szilagji (dalam Juniati) mengemukakan bahwa fungsipengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan dengankoordinasi kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur,tugas, otoritas, tenaga kerja dan komunikasi.

Tujuan utama dari pengorganisasian komunitas dan adanya modelkemitraan dalam masyarakat adalah meningkatnya jumlah dan mutukegiatan masyarakat di bidang kesehatan yang secara operasionaldapat dijabarkan sebagai berikut :

1.    Meningkatkan kemampuan pemimim (tokoh masyarakat) dalammerintis dan menggerakkan upaya kesehatan di masyarakat.

2.    Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat dalammenyelenggarakan upaya kesehatan.

3.    Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalahkesehatan secara mandiri.

4.    Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenali, menghimpun,dan mengelola dana atau sarana masyarakat untuk upaya kesehatan.

Tujuan pengorganisasian masyarakat adalah mewujudkan suatuperubahan sosial yang transformatif dengan berangkat dari apayang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan. Untuk itu perlu

Page 3: PEngorganisasian komunitas

dilakukan identifikasi sumber daya dan infrastruktur yang adaserta menyusun sasaran agar penyelesaian masalah atau pencapaiantujuan bisa dicapai.

Menurut Hartini (2003) tahapan pengorganisasian masyarakatadalah sebagai berikut :

a.    Melebur bersama masyarakat dengan membangun kontak person,menjalin pertemanan, terlibat sebagai pendengar, terlibat aktifdalam diskusi dan ikut bekerja sama.

b.    Melakukan penyelidikan sosial dengan melakukan analisa sosialbaik makro maupun mikro (untuk mengidentifikasi faktor-faktorsistemik dalam masyarakat yang secara konsisten mengakibatkanmarjinalisasi kelompok-kelompok tertentu dari akses terhadapsumber daya dan manfaat) dan melakukan pendokumentasian.

c.    Merancang kegiatan awal dengan merumuskan isu bersama,musyawarah, mengidentifikasi masalah, dan potensi secara bersama.

d.   Melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan kesepakatanmusyawarah.

e.    Membentuk organisasi rakyat.

Sasaran peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunankesehatan adalah sebagai berikut.

1.    Individu yang berpengaruh atau tokoh masyarakat, baik formalmaupun nonformal.

2.    Keluarga.3.    Kelompok masyarakat dengan kebutuhan khusus kesehatan seperti

anak sekolah, ibu hamil, lansia, dan lain-lain.4.    Organisasi masyarakat yang secara langsung maupun tidak

langsung dapat menyelenggarakan upaya kesehatan sepertiorganisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya.

5.    Masyarakat umum di desa (kelurahan), kota, dan pemukimankhusus.

2.2 Pengembangan dan pengorganisasian komunitas2.2.1  Pengembangan komunitas

Pengembangan komunitas adalah suatu usaha yang menyadarkandan menanamkan pengertian kepada masyarakat agar dapatmenggunakan semua potensi yang dimilki untuk mencapaikesejahteraan yang lebih baik.

Neis dan McEwan (2001) mendeskripsikan pengembangan kesehatanmasyarakat (community health development) sebagai pendekatandalam pengorganisasian masyarakat yang mengombinasikan konsep,tujuan, serta proses kesehatan masyarakat dan pembangunanmsayarakat. Dalam pengembangan kesehatan masyarakat, perawatkomunitas mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat yang berkaitandengan kesehatan kemudian mengembangkan, mendekatkan, danmengevalusai tujuan-tujuan pembangunan kesehatan melaluikemitraan dengan profesi lain yang terkait (Nies dan McEwan,2001: CHNAC, 2003;Diem dan Moyer, 2004; Falk-Rafael dkk., 1999).

Page 4: PEngorganisasian komunitas

Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas darikelompok masyarakat sebagai klien termasuk subsistem-subsistemyang terdapat didalamnya, yaitu individu, keluarga, dan kelompokkhusus. Menurut Nies dan McEwan (2001), perawat komunitas dalammelakukan upaya peningkatan, perlindungan, dan pemulihan statuskesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif modelpengorganisasian masyarakat, yaitu perencanaan sosial, aksisosial, atau pengembangan masyarakat.

Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yangrelevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatanpengorganisasian masyarakat model pengembangan masyarakat(community development). Asumsi dasar mekanisme kolaborasi antaraperawat komunitas dengan masyarakat tersebut adalah hubungankemitraan yang dibangun memiliki dua manfaat sekaligus, yaitumeningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilanprogram kesehatan masyarakat (Kreuter, Lezin, dan Young, 2000).Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalampembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaanterhadap kolaborasi profesi kesehtan dengan masyarakat (Schlatf,1991 dan Sienkiwicz, 2004). Dukungan dan penerimaan tersebutdapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya masyarakat yangdapat dimanfaatkan, meningkatnya kredibitas program kesehatan,serta keberlanjutan koalisi perawat komunitas dengan masyarakat(Bracht, 1990).  Ciri-ciri pengembangan komunitas adalah :

a.    Langkah berantai, satu langkah mendahului langkah yang lain.b.    Intensitas setiap langkah bisa berbeda, tergantung padasituasi dan kondisi yang ada di daerah atau masyarakat tersebut.

c.    Tiap langkah mempunyai dasar rasional.d.   Mempunyai tujuan – tujuan proses belajar.e.    Secara kumulatif akan menghasilkan perubahan yang diharapkan.f.     Hakekatnya merupakan rangkaian yang mencerminkan lingkaranpemecahan masalah dan proses perubahan.

Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pengembangankomunitas antara lain sebagai berikut :

1.    Ciptakan kondisi agar masyarakat dapat mengenal danmemanfaatkan potensi yang ada.

2.    Tingkatkan mutu potensi yang ada.3.    Pertahankan dan tingkatkan kegiatan-kegiatan yang sudah ada.4.    Tingkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkanpotensi yang ada.

2.2.2 Pengorganisasian KomunitasPengorganisasian komunitas adalah suatu proses yang terjadi

di masyarakat dalam mengidentifikasi kebutuhan, prioritas darikebutuhan tersebut, serta berusaha memenuhi kebutuhan tersebutdengan cara gotong-royong.

Pengorganisasian masyarakat adalah suatu proses di manamasyarakat dapat mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhannya danmenentukan prioritas dari kebutuhan-kebutuhan tersebut, danmengembangkan keyakinan untuk berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan skala prioritas berdasarkan sumber yang

Page 5: PEngorganisasian komunitas

ada di masyarakat sendiri maupun yang berasal dari luar, denganusaha secara gotong-royong (S. Notoatmodjo, 1997).

Cara dan langkah dalam meningkatkan peran serta masyarakatantara lain sebagai berikut :

a.    Peningkatan peran serta masyarakat pada umumnya merupakanproses yang berorientasi pada manusia dan hubungannya denganmanusia lainnya.

b.    Penting di tekankan bahwa para pembina peran serta masyarakatharus bersifat sebagai fasilitator, pemberi bantuan teknis, bukansebagai instruktor terhadap masyarakat, agar mampu mengembangkankemandirian masyarakat dan bukan menimbulkan ketergantunganmasyarakat.

Secara garis besar, langkah pengembangan peran sertamasyarakat umum adalah sebagai berikut :

a.    Penggalangan dukungan penentu kebijakan, pemimpin wilayah,lintas sektor, dan berbagai organisasi kesehatan, yangdilaksanakan melalui dialog, seminar, dan lokakarya denganmemanfaatkan media massa dan sistem organisasi kesehatan.

b.    Persiapan petugas penyelenggara melalui pelatihan, orientasi,atau sarasehan di bidang kesehatan.

c.    Persiapan masyarakat melalui serangkaian kegiatan untukmeningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkanmasalah kesehatan, dengan menggali dan menggerakkan swadaya yangdimiliki.

2.3 Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat2.3.1  Pengembangan masyarakat

Di negara yang sedang berkembang terdapat siklus keadaan yangmerupakan suatu lingkaran tak berujung yang menghambatperkembangan komunitas secara keseluruhan. Sebagai contoh,keadaan sosial ekonomi rendah yang mengakibatkan ketidakmampuandan ketidaktahuan. Hal tersebut selanjutnya mengakibatkanpenurunan produktivitas, produktivitas yang rendah selanjutnyamengakibatkan keadaan sosial ekonomi semakin rendah danseterusnya. Langkah-langkah yang bisa ditempuh dalammengembangkan dan meningkatkan dinamika komunitas adalah :

a.       Ciptakan kondisi agar kompetensi setempat dapat dikembangkandan di manfaatkan

b.      Pertinggi mutu potensi yang adac.       Pertahankan kontuinitas program di masyarakatd.      Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan

Unsur-unsur program pengembangan masyarakata.       Program terencana yang berfokus pada kebutuhan-kebutuhan

menyeluruh (total needs) dari masyarakat yang bersangkutan.b.      Mendorong kemandirian atau swadaya masyarakat.c.       Adanya bantuan teknis dari pemerintah, badan-badan swasta,

atau organisai-organisai sukarela, yang meliputi tenaga,peralatan, bahan, ataupun dana.

Page 6: PEngorganisasian komunitas

d.      Mempersatukan berbagai disiplin ilmu seperti pertanian,peternakan, kesehatan masyarakat, pendidikan kesejahteraankeluarga, kewanitaan, kepemudaan, dan lainnya untuk membantumsayarakat.

Bentuk-bentuk program pengembangan masyarakat.Menurut Mezirow (1997), terdapat tiga jenis program dalam usahapengembangan masyarakat, yaitu sebagai berikut:

a.    Program integratif, memerlukan pengembangan melalui koordinasidinas-dinas teknis.

b.    Program adaptif, fungsi pengembangan masyarakat cukupditugaskan pada salah satu kementrian.

c.    Program proyek, dalam bentuk usaha-usaha terbatas pada wilayahtertentu dan program di sesuaikan khusus kepada daera daerah yangbersngkutan.

Strategi operasional pengembangan masyarakat a.       Biarkan masyarakat sendiri yang menentukan masalah, baik yang

di hadapi secara perorangan atau kelompok. Perawat hanya sebagaifasilitator atau memberikan arahan selama jalannya proseslokakarya.

b.      Biarkan masyarakat sendiri yang membuat analisis untukselanjutnya menyusun rencana usaha perbaikan atau solusi yangakan dilakukan.

c.       Biarkan agar masyarakat sendiri yang mengorganisai diri untukmelaksanakan usaha perbaikan tersebut.

d.      Gali sumber-sumber yang ada dalam masyarakat seoptimalmungkin, minta bantuan dari luar jika benar-benar memerlukannya.

2.3.2  Pengorganisasian masyarakatTiga aspek yang ada dalam pengorganisasian masyarakat adalah

sebagai berikut :a.    ProsesPengorganisasian masyarakat merupakan proses yang terjadi secarasadar tetapi mungkin pula merupakan proses yang idak disadarioleh masyarakat.

b.    MasyarakatBisa diartikan sebagai suatu kelompok besar yang mempunyai batas-batas geografis, bisa pula diartikan sebagai suatu kelompok darimereka yang mempunyai kebutuhan bersama dan berada dalam kelompokyang besar tadi.

c.    Berfungsinya masyarakat  (functional community)      Menarik orang-orang yang inisiatif dan dapat bekerja.      Membuat rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakanoleh seluruh masyarakat.

      Melakukan usaha-usaha atau kampanye untuk mencapai rencanatersebut.

Page 7: PEngorganisasian komunitas

Dalam suatu masyarakat, bagaimanapun sederhananya, selalu adasuatu mekanisme untuk bereaksi terhada stimulus. Mekanisme inidisebut mekanisme pemecahan masalah atau proses pemecahanmasalah. Mengembangkan dan membina partisipasi masyarakatbukanlah hal pekerjaan mudah serta memerlukan strategi pendekatantertentu. Kenyataan dimasyarakat menunjukkan bahwa partisipasimasyarakat trejadi karena alasan diantaranya sebagai berikut :

1.    Tingkat partisipasi masyarakat karena paksaan.2.    Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan.3.    Tingkat partisipasi masyarakat karena identifkasi atau inginmeniru.

4.    Tingkat partisipasi masyarakat karena kesdaran.5.    Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak asasidan tanggung jawab.

Peran perawat komunitas yang paling utama adalahmengondisikan partisipasi masyarakat karena kesadaran masyarakatitu sendiri sehingga diharapkan tercapai tingkat kemandirian yanglebih bertahan lama.

Perencanaan dan pengorganisasian masyarakatDilihat dari segi perencanaannya, terdapat dua bentukpengorganisasian masyarakat, yaitu sebagi berikut.

1.    Bentuk langsung (direct), langkah-langkahnya adalah:a.    Identifikasi masalah atau kebutuhan;b.    Perumusan maslah;c.    Penggunaan nilai-nilai sosial yang sama dalam mengekspresikanhal-hal tersebut.

2.    Bentuk tidak langsung (indirect)Disini harus ada orang-orang yang benar-benar yakin akan adanyakebutuhan atau masalah yang jika diambil tindakan untukmengatasinya maka akan timbul manfaat bagi masyarakat. Hal inidapat berupa badan perencanaan yang mempunyai dua fungsi, yaitu:

a.    Untuk menampung apa yang direncakan secara tidak formal olehpara petugas.

b.    Mempunyai efek samping terhadap mereka yang belum termotivasidalam kegiatan ini.

Pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat      Spesific content objective approachSeseorang atau badan/lembaga yang telah merasakan adanyakepentingan bagi masyarakat dapat mengajukan suatu program untukmemenuhi kebutuhan yang dirasakan. Hal ini bisa dilakukan olehyayasan, lembaga swadaya masyarakat, atau atas nama perorangan.

      General content objective approachTujuan pendekatan ini adalah untuk mengoordinasi berbagai usahadalam wadah tertentu. Kegiatan ini dapat dilakukan baik olehpemerintah maupun organisasi nonpemerintah (nongovermentorganization).

      Process organization approachPenggunaannya berasal dari prakarsa masyarakat, timbul kerjasamadari anggota masyarakat untuk akhirnya masyarakat sendiri

Page 8: PEngorganisasian komunitas

mengembangkan kemampuannnya sesuai dengan kapasitas mereka dalammelakukan usaha mengatasi masalah. Salah satu contohnya adalahkelompok kerja kesehatan (pokjakes) yang dibentuk dengan prinsipdari, oleh, dan untuk masyarakat.

G. R. Murray (2001) membagi peranan tugas dalam beberapajenis, antara alain sebagai pembimbing (guide), enabler, dan ahli(expert), sebagai pembimbing, petugas berperan membantumasyarakat mencari jalan untuk mencapai tujuan yang sudahditentukan oleh masyarakat sendiri dengan cara yang efektif.Tetepi pilihan cara dan penentuan tujuan dilakukan sendiri olehmasyarakat bukan oleh petugas. Sebagai enabler, petugas berperanmemunculkan dan mengarahkan keresahan yang ada dalam masyarakatuntuk diperbaiki. Sebagai ahli, menjadi tugasnya untuk memberikanketerangan dalam bidang-bidang yang dikuasainya.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh perawat ksehatan komunitas dalampengorganisasian masyarakat

1.    Memahami konsep komunitas dan mampu menerapkan prinsipnegosiasi, kemitraan, dan pemberdayaan di masyarakat.

2.    Memahami konsep proses keperwatan kesehatan komunitas.3.    Mampu mendekati masyarakat, mendapatkan kepercayaan mereka,mengajaknya untuk kerja sama, serta membangun rasa saling percayaantara perawatan dan masyarakat.

4.    Mengetahui dengan baik sumber-sumber daya maupun sumber-sumberalam yang ada di masyarakat dan juga mengetahui dinas-dinas dantenaga ahli yang dapat dihubungi jika memerlukan bantuan.

5.    Mampu berkomunikasi dengan masyarakat, dengan menggunakanmetode dan teknik khusus sedemikian rupa sehingga informasi dapatdipindahkan, dimengerti, dan diamalkan oleh masyarakat.

6.    Mempunyai kemampuan profesional tertentu untuk berhubungandengan masyarakat melalui kelompok-kelompok tertentu.

7.    Mengetahui kemampuan tentang masyarakat dan keadaanlingkungannya.

8.    Mengetahui pengetahuan dasar mengenai keterampilan (skills)tertentu yang dapat segera diajarkan kepada masyarakat untukmeningkatkan taraf hidup masyarakat secara menyeluruh.

9.    Mengetahui keterbatasan pengetahuannya sediri.

Tokoh masyarakat dan katalis dalam pengorganisasian komunitas      Tokoh masyarakat dalam pengorganisasian masyarakatDalam masyarakat, biasanya terdapat orang tertentu yang menjaditempat bertanya dan meminta nasehat anggota masyarakat lainnya

Page 9: PEngorganisasian komunitas

mengenai urusan-urusan tertentu. Mereka ini sering kali memilikikemampuan mempengaruhi orang lain untuk bertindak dengan cara-cara tertentu. Pengaruh perubahan yang dimiliki tokoh masyarakatbisa secara formal (bupati, camat, lurah, BPD, dan lainnya)maupun nonformal (kyai, ulama, kader, dan lainnya). Pengaruhformal terjadi jika pengaruh tersebut tumbuh karena ditunjangoleh kekuatan atau birokrasi formal. Sedangkan, pengaruhnonformal diperoleh bukan karena jabatan resminya tetpai karenakemampuan dan hubungan antar pribadi mereka dengan anggotamasyarakat. Orang-orang yang memiliki kemampuan untukmempengaruhi orang lain seperti itu disebut tokoh masyarakat.

Para tokoh masyarakati ini memainkan peranan penting dalamproses penyebaran inovasi. Tetapi perlu kita ingat ada tokohmasyarakat yang aktif dan pasif terhadap inovasi. Mereka dapatemepercepat difusi dan bisa juga melakukan sebaliknya. Olehkarena itu, perawat komunitas harus menaruh perhatian khusus padatokoh masyarakat pada sistem sosial yang menjadi binaannya.Mengenali dan melibatkan tokoh masyarakat setempat adalah pentingdalam pembangunan kesehatan yang berorientasi pada pemberdayaanmasyarakat dalam bidang kesehatan. Beberapa teknik untukmengetahui atau mengenal serta menentukan siapa yang menjadipemuka atau tokoh masyarakat adalah sebagai berikut :

a.    Teknik sosiometriTeknik ini dilkaukan dengan cara menanyakan anggota masyarakatkepada siapa mereka meminta nasehat atau mencari informasimengenai masalah-masalah kemasyarakatan yang mereka hadapi.Pemimpin adalah mereka yang banyak disebut para responden. Tekniksosiometri ini adalah alat ukur yang paling valid untukmenentukan individu yang diannggap pemimpin oleh masyarakatnya.Kelemahan teknik ini adalah sulit dilakukan jika sistem sosialyang digunakan memiliki populasi besar.

b.    Teknik informsi ratingTeknik ini merupakan teknik fokus dengan menanyakan langsungkepada narasumber di masyarakat ynag dianggap mengenal denganbaik situasi sistem sosial. Para narasumber ini ditanya, siapakanmenurut pendapatnya yang diannggap pemimpin dan siapa yang olehpendapat umum dipandang pemimpin masyarakat. Dalam menggunakanteknik ini kita harus dapat mengidentifikasi para narasumber yangbetul-betul mengenal masyarakat yang dimaksud.

      Katalis dalam pengorganisasian masyarakatDalam hal ini, katalis dapat diartikan sebagai seseorang atausesuatu yang mendorong adanya perubahan. Katalis dapatmengarahakan adanya dialog yang efektif dalam komunitas,memfasilitasi tindakan kolektif, dan memecahkan masalah umum yangterjadi. Enam jenis katalis di antaranya sebagai berikut :

a.    Stimulus internal

Page 10: PEngorganisasian komunitas

Stimulus dari dalam komunitas dapat terjadi jika masyarakat sadarakan masalah kesehatan yang ada di wilayahnya. Contohnya,meningkatnya jumlah unggas yang terkena flu burung di wilayahnyasecara otomatis akan menyadarkan komunitas akan pentingnya dialoguntuk memecahkan maslah tersebut.

b.    Agen perubahanSeorang perawat komunitas dituntut berperan sebagai agenperubahan (change agent) di dalam komunitas. Perawat komunitasharus menyadarkan masyarakat akan masalah-maslah kesehatan yangmemerlukan perubahan sosial.

c.    InovasiPerawat komunitas juga dituntut untuk selalu berfikir kreatif danmenciptakan pembaharauan-pembaharuan dalam memecahkan masalah-masalah kesehatan yang ada dikomunitas.

d.   Kebijakan Kebijakan yang dibuat pemerintah seharusnya dapat menstimulasikomunitas untuk bertindak, seperti gerakan massal pemberantasandemam berdarah dengan kewajiban melakukan 3M di rumah masing-masing.

e.    Ketersediaan teknologiPerkembangan teknologi terkini khususnya teknologi kesehatanseyogyanya selalu diikuti oleh perawat komunitas. Hal ini akanmemudahkan pekerjaan perawat komunitas ketika bersinggungandengan masyarakat. Sebagai contoh, adanya metode kontrrasepsinonhormonal akan menstimulasi komunitas untuk mempertimbangkanulang penggunaan kontrasepsi hormonal yang lebih beresiko.

f.     Media massaMedia massa berfungsi untuk mengubah opini publik yang dirancanguntuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar dapatmengadopsi hal-hal baru yang dismapaikan oleh perawat komunitas.

2.4    Model kemitraan keperawatan komunitasPengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah

dijalankan selama ini masih memperlihatkan adanayaketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehataanmasyarakat dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperolehmasyarakat, dan partisipasi masyarakat yang diharapkan. Meskipundi dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan,telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakatsalah satunya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalammengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu, pemerintahmaupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadappembangunan kesehatan masyarakat (termasuk perawat komunitas)perlu mencoba mencari terobosan yang kreatif agar program-programtersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan.

Salah satu intervensi keperawatan komunitas di Indonesia yangbanyak digali aadalah kemamapuan perawat komunitas dalammembangun jejaring kemitraan di masyarakat. Padahal, membinahubungan dan bekerja sama dengan elemen lain dalam masyarakatmerupakan salah satu pendekatan yang memiliki pengaruh signifikanpada keberhasilan program pembangunan kesehtan masyarakat (Kahandan Goodstadt, 2001).

Page 11: PEngorganisasian komunitas

Pada bagian lain, Ervin (2002) menegaskan bahwa perawatkemunitas memiliki tugas yang sangat penting untuk membangun danmembina kemintraan dengan anggota masyarakat. Bahkan Ervinmengatakan bahwa kemitraan merupakan tujuan utama dalam konsepmasyarakat sebagai sebuah sumber daya yang perlu di optimalkan(community as resource), dimana perawat komunitas harus memilikiketerampilan memahami dan bekerja bersamaan anggota masyarakatdalam menciptakan perubahan dimasyarakat.

Terdapat lima model kemitraan yang dapat diaplikasikan. Modelkemitran tersebut antara lain kepemimpinan (manageralism) (Rees,2005), pluralisme baru (new-pluralism), radikalisme berorientasipada negara (state-oriented radicalism), kewiraushaan(entrepreneurism), dan membangun gerakan (movement-building)(Batsler dan Randall, 1992). Berkaitan dengan praktik keperawatankomunitas diatas, maka model kemitraan yang sesuai untukmengorganisasi elemen masyarakat dalam upaya pengembangan derajatkesehtaan masyarakat dalam jangka panjang adalah modelkewirausahaan (entrepreneurialism).

Model kewirausahaan memiliki dua prinsip utama, yaitu prinsipotonomi (autonomy)- yang kemudian diterjemahkan sebagai upayaadvokasi masyarakat- dan prinsip penentuan nasib sendiri (self-determination)-yang selanjutnya diterjemahkan sebagai prinsipkewirausahaan. Model kewirausahaan memiliki pengaruh yangstrategis pada pembangunan model praktik keperwatan komunitas danmodel kemitraan dalm pengorganisasian pengembangan kesehatanmasyarakat di Indonesia.

Praktik keperawatan mandiri atau kelompok hubungannya dengananggota masyarakat dapat dipandang sebagai institusi yangmemiliki dua misi sekaligus, yaitu sebagai institusi ekonomi daninstitusi yang dapat memberikan pembelaan pada kepentinganmasyarakat terutama berkaitan dengan asas keadilan sosial danasas pemerataan bidang kesehatan. Oleh karenanya, praktikkeperwatan sebagai institusi sangat terpengaruh dengan dinamikaperkembangan masyarakat (William, 2004: Korsching dan Allen,2004) dan perkembangan kemasyarakatan tentunya juga akanmempengaruhi bentuk dan konteks kemitraan yang berpeluangdikembangkan (Robinson, 2005) sesuai dengan slogan NationalCouncil for Voluntary Organization (NCVO) yang berbunyi, “ NewTimes, New Challeges” (Batsler dan Randall, 1992).

Pada bagian ini, saat ini mulai terlihat kecenderungan adanyaperubahan pola permintaan pelayanan kesehatan pada golonganmasyarakat tertentu dari pelayanan kesehatan tradisional di rumahsakit beralih ke pelayanan keperawatan di rumah disebabkan karenaterjadinya peningkatan pembiayaan kesehatan yang cukup besardibanding sebelumnya (Depkes RI, 2004a, 2004b; Sharkey, 2000;MacAdam, 2000). Sedangkan secara filosofis, saat ini telahterjadi perubahan “paradigma sakit” yang menitikberatkan pada

Page 12: PEngorganisasian komunitas

upaya kuratif kearah “paradigma sehat” yang melihat penyakit dangejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan(Cohen, 1996). Sehingga situasi tersebut dapat dijadikan peluanguntuk mengembangkan praktik keperwatan komunitas besertapendekatan kemitraan yang sesuai di Indonesia.

Model pengembangan masyarakatMenurut Hitchock, Seubert, dan Thomas (1999) fokus kegiatanpromosi kesehatan adalah konsep pemberdayaan (empowerment) dankemitraan (patnership). Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secarasederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongansehingga membentuk interkasi transformatif kepada masyarakat,antara lain adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan, ide baru,dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru. Sedangkan,kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerjasama antara duapihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan salingmenguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005).

Partisipasi klien (masyarakat) dikonseptualisasikan sebagaipeningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memilikikontribusi pada peningkatan kesehtan dan kesejahteraan (Mapangadan Mapanga, 2004 ), pemberdayaan, kemitraan, dan partisipasimemiliki inter-relasi yang kuat dan mendasar. Perawat spesialiskomunitas ketika menjadi suatu kemitraan dengan masyarakat makaia juga harus memberikan dorongan kepada masyarakat, bukan“bekerja untuk” masyarakat. Oleh karena itu, perawat spesialiskomunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepadamasyarakat agar muncul partisipasi masyarakat (Yoo dkk, 2004).

Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan, dan partisipasimasyarakat (Nies dan McEwan, 2001), namun perawat spesialiskomunitas perlu membangun dan membina jejaring kemitraan denganpihak-pihak yang terkait (Robinson, 2005) misalnya dengan profesikesehatan lainnya, penyelenggara pemeliharaan kesehatan,pukesmas, donatur atau sponsor, sektor terkait, organisasimasyarakat, dan tokoh masyarakat.

Model kemitraan keperwatan komunitas dalam mengembangkankesehatan masyarakat merupakan suatu paradigma yangmemperlihatkan hubungan antara beberapa konsep penting, tujuan,dan proses dalam tindakan pengorganisasian masyarakat yangdifokuskan pada upaya peningkatan kesehatan (Hickman, 1995 dalamNies McEwan, 2001). Konsep utama dalam model tersebut adalahkemitraan, kesehatan masyarakat, nilai dan kepercayaan yangdianut, pengetahuan, partisipasi, kapasitas dan kepemimpinan yangdidasarkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip kewirausahaan, danadvokasi masyarakat.

Page 13: PEngorganisasian komunitas

Tujuan dari penggunaan model pengembangan masyarakat adalah(1) agar individu dan kelompok-kelompok di masyarakat dapatberperan serta aktif dalam setiap tahapan proses keperawatan dan,(2) terjadi perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan)serta timbulnya  kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalamupnaya peningkatan, perlindungan, dan pemulihan statuskesehatannya di masa mendatang (Niis dan McEwan, 2001; Green danKreuter, 1991).

Menurut Mapanga (2004) tujuan dari proses keperawatankomunitas adalah  meningkatkan kemampuan dan kemandirianfungsional klien (komunitas) melalui pengembangn kognisi dankemampuan merata dirinya sendiri. Pengembangan kognisi dankemampuan masyarakat difokuskan pada daya guna aktivitaskehidupan, pencapaian tujuan, perawatan mandiri dan adaptasimasyarakat terhadap permasalahan kesehatan sehingga akanberdampak pada peningkatan partisipasi aktif masyarakat.

Perawat komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi, dankoalisi sebagai suatu mekanisme peningkatan peran aktifmasyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, danevaluasi implementasi upaya kesehatan masyarakat. Anderson danMcFarlane (2000) dalam hal ini mengembangakan model keperwatankomunitas yang memandang masyarakat sebagai mitra (Community aspatner). Fokus dalam model tersebut menggambarkan dua prinsippendekatan utama keperawatan komunitas, yaitu (1) lingkaranpengkajian masyarakat pada puncak model yang menekankan anggotamasyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kesehatan, dan (2)proses keperawatan

BAB IIIPENUTUP

3.1  Simpulana)       Tujuan dan sasaran pengorganisasian komunitas

                        Tujuan pengorganisasian masyarakat adalahmewujudkan suatu perubahan sosial yang transformatif denganberangkat dari apa yang dimiliki oleh masyarakat yangbersangkutan. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi sumber dayadan infrastruktur yang ada serta menyusun sasaran agarpenyelesaian masalah atau pencapaian tujuan bisa dicapai.                        Sasaran peningkatan peran sertamasyarakat dalam pembangunan kesehatan adalah sebagai berikut.

               1.            Individu yang berpengaruh atau tokoh masyarakat, baikformal maupun nonformal.

               2.            Keluarga.               3.            Kelompok masyarakat dengan kebutuhan khusus kesehatan

seperti anak sekolah, ibu hamil, lansia, dan lain-lain.               4.            Organisasi masyarakat yang secara langsung maupun

tidak langsung dapat menyelenggarakan upaya kesehatan sepertiorganisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya.

               5.            Masyarakat umum di desa (kelurahan), kota, danpemukiman khusus.

b)         Pengembangan dan pengorganisasian komunitas

Page 14: PEngorganisasian komunitas

                        Pengembangan komunitas adalah suatu usahayang menyadarkan dan menanamkan pengertian kepada masyarakat agardapat menggunakan semua potensi yang dimilki untuk mencapaikesejahteraan yang lebih baik. Dalam pengembangan kesehatanmasyarakat, perawat komunitas mengidentifikasikan kebutuhanmasyarakat yang berkaitan dengan kesehatan kemudianmengembangkan, mendekatkan, dan mengevalusai tujuan-tujuanpembangunan kesehatan melalui kemitraan dengan profesi lain yangterkait (Nies dan McEwan, 2001: CHNAC, 2003;Diem dan Moyer, 2004;Falk-Rafael dkk., 1999).                        Langkah-langkah yang dapat digunakandalam pengembangan komunitas antara lain sebagai berikut :

                       1.     Ciptakan kondisi agar masyarakat dapat mengenal danmemanfaatkan potensi yang ada.

                       2.     Tingkatkan mutu potensi yang ada.                       3.     Pertahankan dan tingkatkan kegiatan-kegiatan yang

sudah ada.                       4.     Tingkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

memanfaatkan potensi yang ada.

c)      Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat                        Langkah-langkah yang bisa ditempuh dalammengembangkan dan meningkatkan dinamika komunitas adalah :

a.       Ciptakan kondisi agar kompetensi setempat dapat dikembangkandan di manfaatkan

b.      Pertinggi mutu potensi yang adac.       Pertahankan kontuinitas program di masyarakatd.      Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan

Tiga aspek yang ada dalam pengorganisasian masyarakat adalahsebagai berikut :

a.      Prosesb.    Masyarakatc.    Berfungsinya masyarakat  (functional community)

d)       Model kemitraan keperawatan komunitas                        Terdapat lima model kemitraan yang dapatdiaplikasikan. Model kemitran tersebut antara lain kepemimpinan(manageralism) (Rees, 2005), pluralisme baru (new-pluralism),radikalisme berorientasi pada negara (state-oriented radicalism),kewiraushaan (entrepreneurism), dan membangun gerakan (movement-building) (Batsler dan Randall, 1992). Berkaitan dengan praktikkeperawatan komunitas diatas, maka model kemitraan yang sesuaiuntuk mengorganisasi elemen masyarakat dalam upaya pengembangan

Page 15: PEngorganisasian komunitas

derajat kesehtaan masyarakat dalam jangka panjang adalah modelkewirausahaan (entrepreneurialism).

3.2 Sarana.       Bagi perawat

            penting bagi  perawat komunitas dalam menerapkanmodel kemitraan kepererawatan komunitas dalam pengambilantindakan prioritas sesuai dengan masalah yang ada di masyarakat.Pemahaman mengenai tujuan, sasaran, penorganisasian danpengembangan masyarakat sangat membanntu dalam proses asuhankeperawatan, mengingat peran dan fungsi perawat komunitas dalamsuatu masyarakat sangat kompleks.

b.      Bagi mahasiswa keperawatan            Sebagai mahasiswa keperawatan yang nantinya akanterjun di masyarakat khusunya sebagai perawat komunitas, perluadanya pemahaman mendalam mengenai pengorganisasian dan modelkemitraan dalam komunitas, konsep dasar tersebut sebagai landasandan acuan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas  

DAFTAR PUSTAKA

Ferry Efendy dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Anderson, Elizabeth T dan Judith McFarlance. 2007. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik. Ed. 3. Jakarta: EGC

Model Kemitraan Keperawatan Komunitas Dalam Pengembangan Kesehatan Masyarakat

IKLAN1 1. Latar Belakang

Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih memperlihatkan adanya

Page 16: PEngorganisasian komunitas

ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan partisipasi masyarakat yang diharapkan. Meskipun di dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat –termasuk perawat spesialis komunitas— perlu mencoba mencari terobosan yang kreatif agar program-program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan.

Salah satu intervensi keperawatan komunitas di Indonesia yang belum banyak digali adalah kemampuan perawat spesialis komunitas dalam membangun jejaring kemitraan di masyarakat. Padahal, membina hubungan dan bekerja sama dengan elemen lain dalam masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang memiliki pengaruh signifikan pada keberhasilan program pengembangan kesehatan masyarakat (Kahan & Goodstadt, 2001).Pada bagian lain Ervin (2002) menegaskan bahwa perawat spesialis komunitas memiliki tugas yang sangat penting untukmembangun dan membina kemitraan dengan anggota masyarakat. Bahkan Ervin mengatakan bahwa kemitraan merupakan tujuan utama dalam konsep masyarakat sebagai sebuah sumber daya yang perlu dioptimalkan (community-as-resource), dimana perawat spesialis komunitas harus memiliki ketrampilan memahami dan bekerja bersama anggota masyarakat dalam menciptakan perubahan di masyarakat.

Terdapat lima model kemitraan yang menurut anggapan penulis cenderung dapat dipahami sebagai sebuah ideologi kemitraan, sebab model tersebut merupakan azas dan nafas kita dalam membangun kemitraan dengan anggota masyarakat lainnya. Modelkemitraan tersebut antara lain: kepemimpinan (manageralism) (Rees, 2005), pluralisme baru (new-pluralism), radikalisme berorientasi pada negara (state-oriented radicalism), kewirausahaan(entrepreneurialism) dan membangun gerakan (movement-building) (Batsler dan Randall, 1992). Berkaitan dengan praktik keperawatan komunitas di atas, maka model kemitraan yang sesuai untuk mengorganisasi elemen masyarakat dalam upaya pengembangan derajat kesehatan masyarakat dalam jangka panjang adalah model kewirausahaan (entrepreneurialism). Model kewirausahaan memiliki dua prinsip utama, yaitu prinsip otonomi (autonomy) –kemudian diterjemahkan sebagai upaya advokasi masyarakat—dan prinsip penentuan nasib sendiri (self-determination) yang selanjutnya diterjemahkan sebagai prinsip kewirausahaan.

Menurut penulis model kewirausahaan memiliki pengaruh yang

Page 17: PEngorganisasian komunitas

strategis pada pengembangan model praktik keperawatan komunitas dan model kemitraan dalam pengorganisasian pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia. Praktik keperawatan mandiri atau kelompok hubungannya dengan anggotamasyarakat dapat dipandang sebagai sebuah institusi yang memiliki dua misi sekaligus, yaitu sebagai institusi ekonomidan institusi yang dapat memberikan pembelaan pada kepentingan masyarakat terutama berkaitan dengan azas keadilan sosial dan azas pemerataan bidang kesehatan. Oleh karenanya praktik keperawatan sebagai institusi sangat terpengaruh dengan dinamika perkembangan masyarakat (William, 2004; Korsching & Allen, 2004), dan perkembangan kemasyarakatan tentunya juga akan mempengaruhi bentuk dan konteks kemitraan yang berpeluang dikembangkan (Robinson, 2005) sesuai dengan slogan National Council for Voluntary Organizations (NCVO) yang berbunyi : “New Times, New Challenges” (Batsler dan Randall, 1992).

Pada bagian lain, saat ini mulai terlihat kecenderungan adanya perubahan pola permintaan pelayanan kesehatan pada golongan masyarakat tertentu dari pelayanan kesehatan tradisional di rumah sakit beralih ke pelayanan keperawatan di rumah disebabkan karena terjadinya peningkatan pembiayaankesehatan yang cukup besar dibanding sebelumnya (Depkes RI, 2004a, 2004b; Sharkey, 2000; MacAdam, 2000). Sedangkan secara filosofis, saat ini telah terjadi perubahan “paradigma sakit” yang menitikberatkan pada upaya kuratif kearah “paradigma sehat” yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996). Sehingga situasi tersebut dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan praktik keperawatan komunitas beserta pendekatan kemitraan yang sesuai di Indonesia.

Tulisan ini mencoba untuk: (1) mengidentifikasi model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatanmasyarakat; (2) menganalisis kemanfaatan model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat; dan (3) mengidentifikasi implikasi model pada pengembangan kebijakan keperawatan komunitas dan promosi kesehatan.

2. Pengembangan Kesehatan Masyarakat

Nies dan Mc. Ewan (2001) mendeskripsikan pengembangan kesehatan masyarakat (community health development) sebagai pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat yang mengkombinasikan konsep, tujuan, dan proses kesehatan masyarakat dan pembangunan masyarakat. Dalam pengembangan kesehatan masyarakat, perawat spesialis komunitas

Page 18: PEngorganisasian komunitas

mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan kemudian mengembangkan, mendekatkan, dan mengevaluasi tujuan-tujuan pembangunan kesehatan melalui kemitraan dengan profesi terkait lainnya (Nies & Mc.Ewan, 2001; CHNAC, 2003; Diem & Moyer, 2004; Falk-Rafael, et al.,1999).

Bidang tugas perawat spesialis komunitas tidak bisa terlepasdari kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga,dan kelompok khusus. Menurut Nies dan McEwan (2001), perawatspesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapatmenggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat (community development).

Tujuan dari penggunaan model pengembangan masyarakat adalah (1) agar individu dan kelompok-kelompok di masyarakat dapat berperan-serta aktif dalam setiap tahapan proses keperawatan, dan (2) perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatannya di masa mendatang (Nies & McEwan, 2001; Green &Kreuter, 1991). Menurut Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan dari proses keperawatan komunitas adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian fungsional klien / komunitas melalui pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya sendiri. Pengembangan kognisi dan kemampuan masyarakat difokuskan pada dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian tujuan, perawatan mandiri, dan adaptasi masyarakat terhadap permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak pada peningkatan partisipasi aktif masyarakat (Lihat Gambar 1).

Gambar 1. Partisipasi klien sebagai Luaran Kesehatan pada Praktik Keperawatan Komunitas

Sumber : Kudakwashe G. Mapanga dan Margo B. Mapanga (2004) halaman 275

Page 19: PEngorganisasian komunitas

Perawat spesialis komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,pengawasan, dan evaluasi implementasi upaya kesehatan masyarakat. Anderson dan McFarlane (2000) dalam hal ini mengembangkan model keperawatan komunitas yang memandang masyarakat sebagai mitra (community as partner model). Fokus dalammodel tersebut menggambarkan dua prinsip pendekatan utama keperawatan komunitas, yaitu (1) lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model yang menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kesehatan, dan (2) proses keperawatan.

Asumsi dasar mekanisme kolaborasi perawat spesialis komunitas dengan masyarakat tersebut adalah hubungan kemitraan yang dibangun memiliki dua manfaat sekaligus yaitumeningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan program kesehatan masyarakat (Kreuter, Lezin, & Young, 2000). Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap kolaborasi profesi kesehatan dengan masyarakat (Schlaff, 1991; Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya masyarakat yang dapat dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas program kesehatan, serta keberlanjutan koalisi perawat spesialis komunitas-masyarakat (Bracht, 1990).

3. Model Kemitraan Keperawatan Komunitas dalam Pengembangan Kesehatan Masyarakat

Menurut Hitchcock, Scubert, dan Thomas (1999) fokus kegiatanpromosi kesehatan adalah konsep pemberdayaan (empowerment) dan kemitraan (partnership). Konsep pemberdayaan dapat dimaknaisecara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru. Sedangkan kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkanatau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Mapanga & Mapanga, 2004)

Pemberdayaan, kemitraan dan partisipasi memiliki inter-relasi yang kuat dan mendasar. Perawat spesialis komunitas ketika menjalin suatu kemitraan dengan masyarakat maka ia juga harus memberikan dorongan kepada masyarakat. Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip “bekerja bersama” dengan

Page 20: PEngorganisasian komunitas

masyarakat bukan “bekerja untuk” masyarakat, oleh karena ituperawat spesialis komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktifmasyarakat (Yoo et. al, 2004). Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies & McEwan, 2001), namun perawat spesialis komunitas perlu membangun dan membina jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait (Robinson, 2005), misalnya: profesi kesehatan lainnya, penyelenggara pemeliharaan kesehatan, Puskesmas, donatur / sponsor, sektor terkait, organisasi masyarakat, dan tokoh masyarakat.

Berdasarkan hubungan elemen-elemen di atas, maka penulis mencoba untuk merumuskan sebuah model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat yang dijiwai oleh ideologi entrepreneurialisme (Gambar 2).

Gambar 2. Model Kemitraan Keperawatan Komunitas dalam Pengembangan Kesehatan Masyarakat

Model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat merupakan suatu paradigma yang memperlihatkan hubungan antara beberapa konsep penting, tujuan dan proses dalam tindakan pengorganisasian masyarakatyang difokuskan pada upaya peningkatan kesehatan (Hickman, 1995 dalam Nies & McEwan, 2001). Konsep utama dalam model tersebut adalah kemitraan, kesehatan masyarakat, nilai dan kepercayaan yang dianut, pengetahuan, partisipasi, kapasitasdan kepemimpinan yang didasarkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip kewirausahaan dan advokasi masyarakat.

4. Ideologi Entrepreneurialisme dalam Kemitraan Keperawatan Komunitas

Profesi perawat memiliki implikasi pada pengembangan praktikkeperawatan yang profesional, etis dan legal (PPNI, 2004) sehingga profesi perawat berhak menyelenggarakan praktik secara mandiri atau berkelompok. Berdasarkan tugas dan fungsi perawat spesialis komunitas tersebut, penulis berpandangan bahwa perawat spesialis komunitas dalam membinakemitraan di masyarakat perlu memiliki ideologi kewirausahaan (entrepreunership) sebab segala tindakan dan kebijakan yang diambil selalu berkaitan dinamika perubahan kehidupan masyarakat, baik kehidupan sosial, ekonomi, dan politik (William, 2004; Korsching & Allen, 2004).

Menurut Batsleer dan Randall (1992) ideologi

Page 21: PEngorganisasian komunitas

entrepreneurialisme memiliki dua karakter, yaitu: prinsip otonomi (autonomy) dan penentuan nasib sendiri (self determination). Dalam prinsip otonomi, perawat spesialis komunitas berupaya membela dan memperjuangkan hak-hak dan keadilan masyarakat dalam sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, perawat spesialis komunitas memainkan perannya sebagai advokator (pembela) dan mitra (partner) bagi kliennya (masyarakat) (Stanhope & Lancaster, 1997). Sedangkan dalam prinsip penentuan nasib sendiri, perawat sebagai profesi berhak untuk melaksanakan praktik legal yang dapat diselenggarakan secara mandiri maupun berkelompok sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1239 tahun 2001. Praktik keperawatan komunitas sebagai institusi perlu dijalankan secara profesional agar dapat bertahan menghadapiperkembangan kehidupan sosial, ekonomi dan politik yang dinamis.

4.1. Advokasi

Walaupun istilah advokasi mempunyai banyak definisi, dua definisi di bawah ini mengandung konsep-konsep utama advokasi hak asasi manusia (hak masyarakat) yang esensial. Pengertian pertama advokasi sebagai segala aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran publik di antara parapengambil-keputusan dan khalayak umum atas sebuah masalah atau kelompok masalah, dalam rangka menghasilkan berbagai perubahan kebijakan dan perbaikan situasi (Black, 2002, hal.11). Pengertian kedua, advokasi keadilan sosial, yaitu upaya pencapaian hasil-hasil yang berpengaruh – meliputi kebijakan-publik dan keputusan-keputusan alokasi sumber dayadalam sistem dan institusi politik, ekonomi, dan sosial – yang mempengaruhi kehidupan banyak orang secara langsung (Cohen et al., 2001, hal. 8).

4.2. Kewirausahaan

Definisi kewirausahaan adalah individu (kelompok) yang dapatmengidentifikasi kesempatan berdasarkan kemampuan,

Page 22: PEngorganisasian komunitas

keinginan, dan kepercayaan yang dimilikinya serta membuat pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan upaya menyelaraskan sumber daya dalam pencapain keuntungan personal (Otuteye & Sharma, 2004). Perawat spesialis komunitas dapat dianggap sebagai institusi penyedia layanan keperawatan. Sehingga untuk menggambarkan faktor-faktor institusi yang dapat mempengaruhi etos kewirausahaan perawatspesialis komunitas, Penulis menggunakan kerangka kerja Douglass C. North dalam Mary Jesselyn Co (2004). Kerangka kerja tersebut menganalisis bagaimana institusi dan perubahan institusi berdampak pada penampilan ekonominya.

Gambar 3. Beberapa faktor yang mempengaruhi etos kewirausahaan

Sumber : Mary Jesselyn Co (2004) halaman 188.

Kemitraan antara perawat spesialis komunitas dan pihak-pihakterkait dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikanpengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan masyarakat. Pihak-pihak terkait yang dapat dibina hubungannya dengan perawat spesialis komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat,adalah :

1. Profesi kesehatan lainnya, misalnya dokter, ahli gizi, sanitarian, bidan/bidan di desa, atau fisioterapist.

2. Puskesmas

3. Organisasi Penyelenggara Pemeliharaan Kesehatan (PPK) atau Health Maintenance Organization (HMO). Organisasi PPK memberikan jaminan pelayanan keperawatan dan pelayanan profesi kesehatan lainnya dengan prinsip managed care. Managed care yaitu suatu integrasi antara pembiayaan dan penyediaan pelayanan kesehatan yang tepat guna untuk menjamin anggota masyarakat (Thabrany, 2000a). Pembiayaan managed care menggunakan sistem kapitasi (Thabrany, 2000b).

4. Donatur / sponsor, merupakan badan atau lembaga yang dapat memberikan bantuan finansial baik secara sukarela atau mengikat untuk program pengembangan kesehatan masyarakat.

5. Lintas sektor terkait, merupakan institusi formal (birokrasi) yang terkait dengan upaya pengembangan kesehatanmasyarakat dari tingkat teknis lapangan sampai ke tingkat kabupaten/kota. Misalnya: Pemerintah Daerah, Bappeda, Dinas Pertanian / Peternakan, BKKBN, PDAM, Dinas Pekerjaan Umum, dan lain-lain.

6. Organisasi masyarakat formal dan informal, misalnya: Organisasi Muhammadiyah/Aisyah, Nahdlatul Ulama/Fatayat NU,

Page 23: PEngorganisasian komunitas

Lembaga Swadaya Masyarakat, TP-PKK, kelompok pengajian, kelompok arisan, dasa wisma, dan lain-lain.

7. Tokoh masyarakat atau tokoh agama yang memiliki pengaruh kuat di tengah masyarakat (key persons).

Kesehatan masyarakat digambarkan sebagai bangun segitiga beserta unsur partisipasi, kapasitas, dan kepemimpinan (Nies & Mc. Ewan, 2001). Partisipasi berkaitan dengan peran serta aktif seluruh komponen masyarakat, yaitu individu, keluarga, kelompok risiko tinggi, dan sektor terkait lainnya, dalam upaya perencanaan dan peningkatan derajat kesehatan secara komprehensif. Kapasitas memiliki makna tingkat pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan anggota masyarakat secara keseluruhan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Sedangkan kepemimpinan mengindikasikan kemampuan mempengaruhi anggota masyarakat dalam meningkatkan fungsionalnya pada pengembangan kesehatan masyarakat. Masyarakat memerlukan pemimpin yang dapat mengorganisasikan, bertanggungjawab, dan memobilisasi anggota masyarakat lain untuk lebih berperan aktif dalam pengembangan kesehatannya.Garis panah penghubung masing-masing unsur dalam bangun segitiga menggambarkan tingkat pengetahuan, kepercayaan dan nilai-nilai panutan masyarakat yang berpengaruh terhadap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Fokus utama model adalah masyarakatatau komunitas secara keseluruhan. Tiga tanda panah yang mengarahpada “Kesehatan Masyarakat” memberikan makna adanya interaksi berbagai unsur dalam model untuk mencapai tujuan bersama yaitu masyarakat yang sehat. Menurut Nies dan Mc. Ewan (2001), terminologi “kesehatan masyarakat” dalam pembangunan kesehatan masyarakat memiliki dua pengertian. Pertama, digunakan untuk menggambarkan pencapaian kualitas kesehatan yang diinginkan atau dampak dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat (outcome indicators). Dan kedua, sebagai perangkat utama untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan masyarakat (input indicators dan process indicators).

5. Analisis Kemanfaatan Model Kemitraan Keperawatan Komunitas

Berdasarkan penjelasan model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatan komunitas, maka perlu dianalisis dari beberapa aspek, yaitu :

5.1. Keperawatan Spesialis Komunitas1. Dapat dikembangkannya model praktik keperawatan komunitas

yang terintegrasi antara praktik keperawatan dengan basis riset ilmiah.

2. Mengenalkan model praktik keperawatan komunitas.

3. Meningkatkan proses berpikir kritis dan pengorganisasian pengembangan kesehatan masyarakat

Page 24: PEngorganisasian komunitas

4. Meningkatkan jejaring dan kemitraan dengan masyarakat dan sektor terkait

5. Meningkatkan legalitas praktik keperawatan spesialis komunitas

6. Mendorong praktik keperawatan komunitas yang profesional

5.2. Sistem Pendidikan Keperawatan Komunitas1. Memperbaiki sistem pendidikan keperawatan spesialis

komunitas yang profesional dan aplikatif2. Meningkatkan kepercayaan diri perawat pada umumnya dan

perawat spesialis komunitas pada khususnya

3. Menunjukkan peran baru perawat spesialis komunitas

4. Sejak awal mahasiswa keperawatan komunitas dikenalkan dengankegiatan intervensi keperawatan pada pengembangan kesehatan masyarakat, yaitu: kolaborasi, kemitraan dan mengembangkan jaringan kerja.

5. Meningkatkan kesiapan mahasiswa pendidikan keperawatan spesialis komunitas dalam praktik keperawatan komunitas

6. Merumuskan bentuk pembelajaran keperawatan komunitas yang inovatif

5.3. Regulasi1. Mendorong para pengambil kebijakan dan elemen-elemen yang

terkait lainnya untuk memberikan perhatian dan dukungan padamodel praktik keperawatan komunitas.

2. Mendorong pemerintah mengeluarkan regulasi yang dapat memberikan jaminan pada penyelenggaraan praktik keperawatan komunitas yang profesional

3. Mendorong terbentuknya sistem monitoring dan evaluasi yang efisien dan efektif

5.4. Sistem Pelayanan Kesehatan1. Memperkenalkan dan meningkatkan sistem praktik keperawatan

komunitas sebagai Sub Sistem Kesehatan Nasional2. Meningkatkan jaringan kerja pelayanan kesehatan yang

berbasis rumah sakit dan masyarakat

3. Meningkatkan jaringan kerja pelayanan keperawatan komunitas dengan elemen-elemen dalam masyarakat

4. Mengarahkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada paradigma sehat atau mengutamakan upaya preventif dan promotif

5. Mempercepat pencapaian Indonesia Sehat 2010 melalui Kabupaten/Kota Sehat, Kecamatan Sehat, dan Desa Sehat.

6. Menurunkan angka pelayanan di rumah sakit

Page 25: PEngorganisasian komunitas

7. Membentuk model praktik keperawatan komunitas bagi daerah-daerah lain di Indonesia

8. Meningkatkan sistem informasi kesehatan masyarakat berbasis pelayanan keperawatan

9. Meningkatkan jaringan kerja dengan spesialisasi keperawatan lainnya

5.5. Masyarakat1. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas

pelayanan kesehatan2. Meningkatkan pelayanan pasca kesakitan (pasca hospitalisasi)

pada masyarakat.

3. Meningkatkan peran serta aktif individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam pengembangan kesehatan masyarakat.

4. Meningkatkan kapasitas, partisipasi, dan kepemimpinan anggota masyarakat dalam pengembangan kesehatan masyarakat.

5. Meningkatkan kolaborasi, kemitraan, dan jaringan kerja antarelemen masyarakat dalam pengembangan kesehatan masyarakat.

6. Meningkatkan pengetahuan, kepercayaan dan nilai-nilai masyarakat dalam hidup berperilaku sehat.

7. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat terutama upaya kesehatan mandiri yang bersifat preventif danpromotif.

8. Menurunkan insidensi penyakit menular berbasis masyarakat dan lingkungan.

6. Implikasi Model pada Pengembangan Kebijakan Keperawatan Komunitas dan Promosi Kesehatan

6.1. Implikasi model pada pengembangan kebijakan keperawatan komunitas

Berdasarkan kompleksitas bidang tugas keperawatan komunitas terutama dalam membangun kolaborasi, kemitraan dan jaringan kerjadengan elemen masyarakat lainnya, maka perlu :

1. Didorong penyusunan Undang-undang tentang Profesi Perawat2. Disusun Kode Etik dan Standar Kompetensi Perawat Spesialis

Komunitas Indonesia

3. Disusun Standar Pelayanan Praktik Keperawatan Komunitas

4. Disusun Sistem Keperawatan Komunitas termasuk sistem pendidikan berkelanjutan

5. Dibentuk kolegia perawat spesialis komunitas untuk meningkatkan standar mutu pelayanan

Page 26: PEngorganisasian komunitas

6. Dibentuk suasana praktik keperawatan komunitas yang berbasispada penelitian ilmiah

7. Menyusun integrasi antara sistem pendidikan perawat spesialis komunitas dengan praktik perawat spesialis komunitas.

6.2. Implikasi model pada promosi kesehatan1. Meningkatkan peran dan fungsi perawat spesialis komunitas

sebagai koordinator, kolaborator, penghubung, advokat, penemu kasus, pemimpin, pemberi pelayanan keperawatan, role model, pengelola kasus, referal resource, peneliti, community care agent dan change agent.

2. Memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan/ kesehatan Individu, keluarga, kelompok, masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan serta pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang keperawatan/ kesehatan

3. Meningkatnya kolaborasi, kemitraan dan jaringan kerja perawat spesialis komunitas dengan masyarakat maupun elemen masyarakat terkait lainnya.

4. Meningkatnya upaya preventif dan promotif dibanding upaya kuratif dan rehabilitatif.

5. Meningkatnya tiga upaya preventif (tindakan pencegahan)

7. Penutup

Fokus praktik keperawatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat. Pengorganisasikan komponen masyarakat yang dilakukan oleh perawat spesialis komunitas dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan pendekatan pengembangan masyarakat (community development). Intervensi keperawatan komunitas yang palingpenting adalah membangun kolaborasi dan kemitraan bersama anggotamasyarakat dan komponen masyarakat lainnya, karena dengan terbentuknya kemitraan yang saling menguntungkan dapat mempercepat terciptanya masyarakat yang sehat.

“Model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat” merupakan paradigma perawat spesialis komunitas yang relevan dengan situasi dan kondisi profesi perawatdi Indonesia. Model ini memiliki ideologi kewirausahaan yang memiliki dua prinsip penting, yaitu kewirausahaan dan advokasi pada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuaidengan azas keadilan sosial dan azas pemerataan.

Dalam tulisan ini telah disajikan analisis mengenai kemanfaatan model kemitraan keperawatan komunitas terhadap: keperawatan spesialis komunitas, sistem pendidikan keperawatan komunitas, regulasi, sistem pelayanan kesehatan, dan masyarakat serta

Page 27: PEngorganisasian komunitas

implikasi model terhadap pengembangan kebijakan keperawatan komunitas dan promosi kesehatan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA:1. Anderson, E.T. & J. McFarlane, 2000. Community as Partner

Theory and Practice in Nursing 3rd Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

2. Black, M. 2002. A Handbook on Advocacy – Child Domestic Workers: Finding a Voice. Anti-Slavery International. Sussex, UK: The Printed Word.

3. Bracht, N. (Ed.). 1990. Health promotion at the community level. Newbury Park, CA: Sage.

4. Co, M.J. 2004. The Formal Institutional Framework of Entrepreneurship in the Philippines: Lessons for Developing Countries. The Journal of Entrepreneurship, 13 (2): 185-203.

5. Cohen, E. 1996 Nurse Case Management in the 21st Century. St. Louis: Mosby-Year Book. Inc.

6. Cohen, D., de la Vega, R., & Watson, G. 2001. Advocacy for Social Justice: A Global Action and Reflection Guide. Bloomfield, CT: Kumarian Press.

7. Community Health Nurses Association of Canada. 2003. Canadian community health nursing standards of practice. Ottawa: Author.

8. Depkes RI. 2004a. Kajian Sistem Pembiayaan, Pendataan dan Kontribusi APBD untuk Kesinambungan Pelayanan Keluarga Miskin (Exit Strategy). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

9. Depkes RI. 2004b. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

10. Depkes RI. 2005. Kemitraan. Pusat Promosi Kesehatan http://www. promokes.go.id, diunduh pada tanggal 25 September 2005

Selanjutnya klik disini: makalah asuhan kebidanan: Model Kemitraan Keperawatan Komunitas Dalam Pengembangan Kesehatan Masyarakat dapatkan kti skripsi kesehatan KLIK DISINI