Top Banner
1 Pelatihan Rotan di Kabupaten Musi Banyuasin, 9-14 Oktober 2014 PENGOLAHAN ROTAN untuk BAHAN BAKU MEBEL DAN KERAJINAN oleh: Sahwalita Balai Penelitian Kehutanan Palembang Jl. Kol. H. Burlian Km. 6,5 Punti Kayu e-mail: [email protected] I. PENDAHULUAN Mengetahui sifat dasar suatu bahan merupakan keharusan sebelum melakukan pengolahan. Hal ini diperlukan untuk mempermudah pengerjaan dan menjaga mutu produk. Selain itu sifat dasar juga berguna untuk melakukan diversifikasi produk dari bahan baku yang ada. Begitu halnya terhadap rotan yang akan dijadikan sebagai bahan baku mebel dan kerajinan. Sifat dasar yang perlu diketahui dari rotan hampir sama dengan sifat dasar kayu, sesuai dengan pemanfaatannya. Banyaknya jenis rotan yang tumbuh di wilayah Indonesia memerlukan pengetahuan tetang sifat dasar dari setiap jenis tersebut. Walaupun dalam kenyataannya ini merupakan pekerjaan yang sulit dilakukan. Keterbatasan pengetahuan tentang sifat dasar dan potensi yang dimiliki setiap jenis rotan menyebabkan masih terbatasnya jenis rotan yang dapat dimanfaatkan. Rotan yang tumbuh di Indonesia sebanyak 312 jenis yang dinyatakan sebagai rotan komersial baru sekitar 51 jenis (Rachman dan Jasni, 2006). Pemanfaatan rotan biasanya dilakukan berdasarkan kebiasaan masyarakat setempat bukan berdasarkan sifat dasar bahan bakunya. Keterbatasan informasi tentang sifat dasar rotan juga berdampak terhadap diversifikasi produk yang dihasilkan. Pada masyarakat tertentu pemanfaatan rotan bahkan hanya digunakan sebagai pengikat/tali untuk pembuatan pondok, pagar, keranjang dan lain-lain. Dengan demikian mengetahui sifat dasar rotan sebagai bahan baku mebel dan kerajinan menjadi suatu keharusan. Sebelum memanfaatkan rotan dilakukan pengujian tentang sifat dasar yang dimiliki. Tulisan ini mengambarkan tentang sifat dasar rotan dan proses pengolahan rotan sampai menjadi barang berupa mebel dan kerajinan. II. SIFAT DASAR ROTAN
12

PENGOLAHAN ROTAN untuk BAHAN BAKU MEBEL DAN KERAJINAN · 2020. 5. 30. · pengikat/tali untuk pembuatan pondok, pagar, keranjang dan lain-lain. Dengan demikian mengetahui sifat dasar

Dec 02, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGOLAHAN ROTAN untuk BAHAN BAKU MEBEL DAN KERAJINAN · 2020. 5. 30. · pengikat/tali untuk pembuatan pondok, pagar, keranjang dan lain-lain. Dengan demikian mengetahui sifat dasar

1 Pelatihan Rotan di Kabupaten Musi Banyuasin, 9-14 Oktober 2014

PENGOLAHAN ROTAN untuk BAHAN BAKU MEBEL DAN KERAJINAN

oleh: Sahwalita

Balai Penelitian Kehutanan Palembang Jl. Kol. H. Burlian Km. 6,5 Punti Kayu

e-mail: [email protected]

I. PENDAHULUAN

Mengetahui sifat dasar suatu bahan merupakan keharusan sebelum melakukan

pengolahan. Hal ini diperlukan untuk mempermudah pengerjaan dan menjaga mutu produk.

Selain itu sifat dasar juga berguna untuk melakukan diversifikasi produk dari bahan baku yang

ada. Begitu halnya terhadap rotan yang akan dijadikan sebagai bahan baku mebel dan kerajinan.

Sifat dasar yang perlu diketahui dari rotan hampir sama dengan sifat dasar kayu, sesuai dengan

pemanfaatannya.

Banyaknya jenis rotan yang tumbuh di wilayah Indonesia memerlukan pengetahuan

tetang sifat dasar dari setiap jenis tersebut. Walaupun dalam kenyataannya ini merupakan

pekerjaan yang sulit dilakukan. Keterbatasan pengetahuan tentang sifat dasar dan potensi yang

dimiliki setiap jenis rotan menyebabkan masih terbatasnya jenis rotan yang dapat dimanfaatkan.

Rotan yang tumbuh di Indonesia sebanyak 312 jenis yang dinyatakan sebagai rotan komersial

baru sekitar 51 jenis (Rachman dan Jasni, 2006). Pemanfaatan rotan biasanya dilakukan

berdasarkan kebiasaan masyarakat setempat bukan berdasarkan sifat dasar bahan bakunya.

Keterbatasan informasi tentang sifat dasar rotan juga berdampak terhadap diversifikasi produk

yang dihasilkan. Pada masyarakat tertentu pemanfaatan rotan bahkan hanya digunakan sebagai

pengikat/tali untuk pembuatan pondok, pagar, keranjang dan lain-lain.

Dengan demikian mengetahui sifat dasar rotan sebagai bahan baku mebel dan

kerajinan menjadi suatu keharusan. Sebelum memanfaatkan rotan dilakukan pengujian tentang

sifat dasar yang dimiliki. Tulisan ini mengambarkan tentang sifat dasar rotan dan proses

pengolahan rotan sampai menjadi barang berupa mebel dan kerajinan.

II. SIFAT DASAR ROTAN

Page 2: PENGOLAHAN ROTAN untuk BAHAN BAKU MEBEL DAN KERAJINAN · 2020. 5. 30. · pengikat/tali untuk pembuatan pondok, pagar, keranjang dan lain-lain. Dengan demikian mengetahui sifat dasar

2 Pelatihan Rotan di Kabupaten Musi Banyuasin, 9-14 Oktober 2014

Batang rotan merupakan tumbuhan berlignoselullosa yang dimanfaatkan untuk

keperluan sehari-hari seperti mebel, kerajinan, tikar dan tali. Pemanfaatan rotan harus didasari

oleh sifat dasarnya, karena pada hakekatnya rotan memiliki sifat, bentuk dan ukuran yang

berbeda. Bentuk batang rotan umumnya silidris yang terdiri dari ruas-ruas dengan ukuran 10-50

cm, sedangkan diameter berkisar 6-50 mm. Setiap ruas dibatasi oleh buku yang terlihat pada

bagian luar saja. Kulit batang rotan ada yang licin misalnya pada bubuay (Plectocomia elongate

Becc.) dan ada yang mengkerut misalnya pada manau (Calamus manan Mig.) (Rachman dan

Jasni, 2006). Sifat dasar rotan sebagai bahan baku mebel dan kerajinan meliputi struktur

anatomi, komposisi kimia serta sifat fisika dan mekanika.

A. Struktur Anatomi

Struktur anatomi batang rotan dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu: ciri umum dan ciri

anatomi. Ciri umum meliputi warna batang, diameter batang, panjang ruas dan tinggi buku,

sedangkan ciri anatomi meliputi dimensi ikatan pembuluh, berkas serat, serat, pembuluh

metaksilim, protoksilem dan floem. Ciri anatomi rotan digunakan sebagai kunci identifikasi jenis,

karena ciri umum banyak memiliki persamaan karena penilaiannya dilakukan dengan panca

indera yang sifatnya tidak konstan dan subyektif. Ciri anatomi juga digunakan untuk

menentukan sifat-sifat kekuatan, mutu dan cara pengolahannya (Rachman dan Jasni, 2006 dan

Jasni dkk, 2012).

Secara garis besar rotan terdiri dari 3 (tiga) jaringan utama, yaitu:

1. Kulit

Kulit terdiri dari 2 (dua) lapis sel yaitu epidermis dan endodermis. Sel epidermis dapat

berbentuk empat persegi panjang, bujur sangkar dan pipa kadang-kadang terdapat silika. Sel

endodermis berbentuk barisan serat atau pita serat yang bersifat lebih lunak. Sel ini diduga

sebagai tempat pembentukan persenyawaan silika yang selanjutnya diendapkan pada epidermis.

Page 3: PENGOLAHAN ROTAN untuk BAHAN BAKU MEBEL DAN KERAJINAN · 2020. 5. 30. · pengikat/tali untuk pembuatan pondok, pagar, keranjang dan lain-lain. Dengan demikian mengetahui sifat dasar

3 Pelatihan Rotan di Kabupaten Musi Banyuasin, 9-14 Oktober 2014

2. Parenkim dasar

Jaringan parenkim dasar merupakan pengisi batang rotan dengan ikatan-ikatan

pembuluh tertanam dan menyebar didalamnya. Parenkim dasar terdiri dari sel-sel parenkim

isodiometrik berdinding tipis dengan noktah sederhana.

3. Ikatan pembuluh

Jaringan ikatan pembuluh terletak menyebar diantara jaringan parenkim dasar. Pada

penampang lintang rotan ikatan pembuluh dapat dilihat berupa bintik-bintik. Jaringan ikatan

pembuluh terdiri dari beberapa macam sel, yaitu: metaksilim, protoksilim, phloem, parenkim

aksial. Jaringan pembuluh sebagai jaringan pelaksana yang mengatur kegiatan fisiologis tanaman

dan serat sebagai jaringan penyangga yang memberi kekuatan mekanik.

Phloem adalah jaringan yang berfungsi sebagai penyalur dan pembawa hasil fotosintesis

dari tajuk kebagian lain dari tanaman. Bentuknya seperti pipa yang sambung menyambung

dengan bidang perforasi berbentuk tapisan. Sedangkan metaksilim dan protoksilim merupakan

jaringan yang berfungsi sebagai saluran air dan zat hara dari akar ke daun. Parenkim aksial

menyebar disekeliling metaxilem, ptoroksilim dan phloem di dalam ikatan pembuluh.

Saluran getah tersebar diantara jaringan parenkhim dasar yang dapat ditemui pada

beberapa jenis rotan seperti pada Daemonorops, Ceratalobus dan beberapa jenis Calamus.

Saluran ini mengeluarkan zat ekstraktif. Stegmata adalah sel yang berisi partikel silika. Stegmata

semakin banyak terdapat kearah jaringan kulit. Selanjutnya partikel silika ini yang menentukan

kekerasan batang rotan.

Penyusun utama rotan adalah sel parenkhim, sel serat dan pori. Komposisi sel-sel ini

sangat berperan dalam menentukan sifat fisika dan mekanika rotan (Rachman, 1996).

B. Komposisi Kimia

Rotan tersusun oleh berbagai komponen yang sangat komplek. Komponen kimia ini

mempengaruhi keawetan, ketahanan terhadap serangan jamur dan serangga bubuk. Selain itu

komponen kimia mempengaruhi proses pengolahan, yaitu pembelahan, pembengkokan,

pemutihan dan finishing (Rachman, 1996). Secara garis besar komponen pokoknya dapat dibagi

3 (tiga), yaitu:

Page 4: PENGOLAHAN ROTAN untuk BAHAN BAKU MEBEL DAN KERAJINAN · 2020. 5. 30. · pengikat/tali untuk pembuatan pondok, pagar, keranjang dan lain-lain. Dengan demikian mengetahui sifat dasar

4 Pelatihan Rotan di Kabupaten Musi Banyuasin, 9-14 Oktober 2014

1. Selulosa

Selulosa berasal dari fotosintesis, berbentuk panjang. Jumlah selulosa dalam rotan

sekitar 38-58%. Selulosa memiliki sifat mudah teroksidasi.

2. Lignin

Lignin adalah bagian terbesar kedua setelah selulosa yaitu berkisar 18-27%. Lignin

berfungsi sebagai bahan pengikat antar sel di dalam bahan rotan. Lignin memberikan kekuatan

pada rotan. Lignin rotan relatif kecil dibandingkan kayu baik kayu keras maupun kayu lunak

(Chang dkk, 1998 dalam Rachman dan Jasni, 2006).

3. Zat ekstraktif

Zat ekstraktif adalah bahan organik dan an-organik. Zat ekstraktif pada mulanya

merupakan cairan yang terdapat dalam rongga sel pada waktu sel-sel masih hidup. Setelah sel-

sel tua atau mati cairan tadi menempel pada dinding sel berupa getah, lilin, zat warna, gelatin,

gula, mineral dan silika. Jumlah zat ekstraktif berkisar 13%.

C. Sifat Fisis dan Mekanis

Sifat fisis dan mekanis merupakan indikator penampakan, kekuatan dan mutu rotan.

Beberapa sifat fisis dan mekanis yang mempengaruhi dalam pengolahan rotan meliputi:

1. Kadar air

Dalam keadaan segar cairan berada di dalam rongga sel, dinding sel dan ruang antar sel.

Selanjutnya kadar air akan berkurang sampai hanya terdapat pada dinding sel dan uap air dalam

rongga sel dan ruang antar sel disebut Titik Jenuh Serat. Kemudian mencapai keseimbangan

antara kelembaban udara disekitarnya berkisar 14-20% berat rotan kering. Dalam praktik sehari-

hari dikenal dengan rotan segar (Ka 100%), rotan basah (dibawah 100%), TJS (30%) dan rotan

kering udara (14-20%).

2. Berat jenis

Berat jenis merupakan perbandingan antara berat dan volume bahan dengan

perbandingan berat dan volume air. Berat jenis rotan berkaitan dengan istilah rotan berat,

Page 5: PENGOLAHAN ROTAN untuk BAHAN BAKU MEBEL DAN KERAJINAN · 2020. 5. 30. · pengikat/tali untuk pembuatan pondok, pagar, keranjang dan lain-lain. Dengan demikian mengetahui sifat dasar

5 Pelatihan Rotan di Kabupaten Musi Banyuasin, 9-14 Oktober 2014

sedang atau ringan. Berat jenis mempengaruhi kesukaan terhadap pemakaian suatu jenis rotan,

Rotan manau dan tohiti sangat disukai karena BJ-nya berkisar 0,48-0,55 (sedang).

Berat jenis dipengaruhi oleh kerapatan ikatan pembuluh (KIP). Semakin tinggi sebaran

KIP semakin tinggi Bj rotan dan sebaliknya. Bj yang terlalu tinggi atau terlalu rendah tidak disukai

oleh pemakai berkaitan dengan kemudahanan pengerjaan, keawetan dan mutu produk.

3. Kekuatan Lentur Statik

Kekuatan lentur statik adalah ukuran kemampuan rotan menahan beban lentur yang

mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk dan kekerasan ditentukan oleh tebal diding sel.

Sifat lain yang mempengaruhi pengolahan rotan adalah kekakuan, keteguhan belah, kekuatan

tarik merupakan indicator.

III. PENGOLAHAN BAHAN BAKU ROTAN

Rotan dipanen setelah masak tebang untuk memperoleh rotan yang berkualitas.

Pemanenan yang dilakukan tidak tepat dapat menghasilkan warna tidak cerah dan keriput. Pada

rotan tanaman masak tebang diperkirakan antara 7-8 tahun untuk rotan berdiameter kecil dan

12-15 tahun untuk rotan diameter besar. Untuk pemanenan di hutan alam biasanya ditandai:

sebagian daun menguning dan mengering, kelopak daun berwarna coklat kehitaman dan rontok,

dan batang berwarna hijau tua. Pemanenan dilakukan pada musim kemarau untuk

memudahkan pengeringan dan tunggak sisa panen tidak membusuk.

Pemanenan dilakukan dengan memotong pangkal batang rotan dan selanjutnya ditarik

dari rumpun atau batang pengait. Penarikan ini dapat menyebabkan batang rotan putus atau

rusak terutama untuk rotan dengan diameter besar. Dari data yang diperoleh terdapat sekitar

10-15% batang rotan tertinggal waktu ditarik (Rachman dan Jasni, 2006).

A. Penanganan Rotan Setelah Panen

Setelah dipanen bagian ujung rotan dipotong untuk menghilangkan bagian yang muda.

Bagian muda ini dapat merusak rotan dengan terserang jamur dan menurunkan mutu bahan

menjadi keriput setelah mengering. Bagian batang yang tua selanjutnya dibersihkan dari duri,

kelopak dan kotoran. Pada jenis rotan yang mengandung silika dilakukan proses runti, yaitu

Page 6: PENGOLAHAN ROTAN untuk BAHAN BAKU MEBEL DAN KERAJINAN · 2020. 5. 30. · pengikat/tali untuk pembuatan pondok, pagar, keranjang dan lain-lain. Dengan demikian mengetahui sifat dasar

6 Pelatihan Rotan di Kabupaten Musi Banyuasin, 9-14 Oktober 2014

dengan melewatkan rotan pada sepotong bambu kemudian ditarik berulang-ulang atau

memukul-mukul rotan dengan kayu.

Rotan yang telah dibersihkan selanjutnya dipotong sesuai permintaan. Rotan

berdiameter besar biasanya dipotong sepanjang 3 meter dan rotan diameter kecil dipotong

sepanjang 6 meter. Selanjutnya rotan ikatan menjadi bundelan untuk dibawa kepengumpul.

Pegangkutan dilakukan sesuai dengan jarak dan alat transportasi yang tersedia, biasanya ditarik

oleh pemungut atau hewan ternak, diangkat dengan gerobak atau perahu. Pada proses

pengangkutan terjadi kerusakan baik fisik seperti tergores, retak, pecah dan biologis seperti

serangan jamur.

Pengumpul rotan selanjutnya mensortir untuk mendapatkan rotan yang berkualitas dan

selanjutnya dijemur 2-3 hari menghasilkan rotan asalan/rotan bulat basah/UWS (unwashed

and sulphurized). Rotan ini memiliki kadar air di atas 20%.

a b

c d

Gambar 1. Proses Penanganan rotan oleh masyarakat di Kabupaten Sarolangun, Jambi a. Rotan dari hutan, b.Pengasapan dengan uap belerang, c. Penjemuran, d.

Rotan siap dikirim

Page 7: PENGOLAHAN ROTAN untuk BAHAN BAKU MEBEL DAN KERAJINAN · 2020. 5. 30. · pengikat/tali untuk pembuatan pondok, pagar, keranjang dan lain-lain. Dengan demikian mengetahui sifat dasar

7 Pelatihan Rotan di Kabupaten Musi Banyuasin, 9-14 Oktober 2014

B. Pengolahan Rotan Menjadi Bahan Mentah

Bahan mentah diperoleh dari rotan asalan mengalami beberapa proses seperti

pencucian, penggorengan, penjemuran, pengasapan disebut rotan bulat berkulit/WS,

pembelahan, pemolesan dan pemotongan disebut bahan mentah. Sortimen yang dihasilkan

berupa berupa rotan bulat berkulit, rotan kikis buku, rotan polis kasar dan rotan belah kasar.

Pelaksanaan pengolahan rotan berdiameter besar berbeda dengan rotan berdiameter kecil

(Dransfield dan Manokaran, 1996 dan Rachman dan Jasni, 2006).

1. Rotan besar

Langkah-langkah pengolahan dari rotan asalan menjadi rotan bahan mentah. Pengolahan

ini dilakukan untuk memperoleh bahan mentah yang berkualitas. Pada pengolahan rotan ini

banyak mengadopsi dan pengembangan dari berbagai daerah di Indonesia. Setiap tahapan

proses kegiatan memiliki tujuan yang berbeda. Penggorengan bertujuan mempercepat

pengeluaran air, getah-getah dari dalam batang rotan. Penggosokan bertujuan menghilangkan

kotoran dan noda dari batang rotan. Sedangkan pengasapan bertujuan untuk meningkatkan

warna dan kilap batang rotan. Adapun proses pengolahan seperti pada gambar 2 dibawah ini:

Page 8: PENGOLAHAN ROTAN untuk BAHAN BAKU MEBEL DAN KERAJINAN · 2020. 5. 30. · pengikat/tali untuk pembuatan pondok, pagar, keranjang dan lain-lain. Dengan demikian mengetahui sifat dasar

8 Pelatihan Rotan di Kabupaten Musi Banyuasin, 9-14 Oktober 2014

Gambar 2. Diagram pengolahan rotan asalan menjadi rotan bahan mentah untuk ukuran diameter besar (Sumber: Rachman dan Jasni, 2006)

2. Rotan kecil

Pada rotan kecil tidak dilakukan penggorengan karena lebih mudah mengering sehingga

tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjemur. Pengolahan dilakukan dengan 2 (dua)

cara yang masing-masing menghasilkan rotan kering udara. Natural cane merupakan rotan

batang alami baik kulit aupun warnanya yang dapat dibuat barang jadi dengan harga yang tinggi.

Rotan

asalan

Sortasi I

asalan

Penggorenga

n

Pengasapa

n

Rotan bulat

WS

Limbah (5-20%)

Penggosokan

Penjemuran

(KU)

Sortasi II

Mutu A,B (25-

40%)

Pelurusan

Mutu C,D

(40%)

REJECTED

Pelurusan

Buang buku

Pengasapa

n

Polis Kasar

Natural

cane

Pemotonga

n

Bundling

Bundling

Pengasapa

nKasar

Pemotonga

n

Bundling

Kasar

Page 9: PENGOLAHAN ROTAN untuk BAHAN BAKU MEBEL DAN KERAJINAN · 2020. 5. 30. · pengikat/tali untuk pembuatan pondok, pagar, keranjang dan lain-lain. Dengan demikian mengetahui sifat dasar

9 Pelatihan Rotan di Kabupaten Musi Banyuasin, 9-14 Oktober 2014

Gambar 3. Diagram pengolahan rotan asalan menjadi rotan bahan mentah untuk ukuran diameter kecil (Sumber: Rachman dan Jasni, 2006)

C. Pengolahan Rotan Menjadi Barang Setengah Jadi dan Barang Jadi

Pengolahan barang setengah jadi menghasilkan produk seperti rotan bulat kupasan, kulit

rotan, hati rotan dan berupa komponen mebel terpisah. Sedangkan barang jadi adalah produk

siap pakai yang terdiri dari mebel, tikar, lampit, keranjang, krei, lampu dan lain-lain. Pada

Rotan asalan (runti/tanpa)

Penjemuran

LIMBAH

Pencucian

Sortasi I

Pengasapan

Pengasapan

Jemur ulang

Penjemuran

Pencucian

Pengasapan

Rotan kering udara

Sortasi II

Rotan bulat mutu P Rotan bulat mutu D, T, E

Buang buku

Natural cane

Tanpa/rendam

Pembelahan mesin/tangan

Bundling/storage

Rotan belahan kasar

Limbah Bundling/storage

Page 10: PENGOLAHAN ROTAN untuk BAHAN BAKU MEBEL DAN KERAJINAN · 2020. 5. 30. · pengikat/tali untuk pembuatan pondok, pagar, keranjang dan lain-lain. Dengan demikian mengetahui sifat dasar

10 Pelatihan Rotan di Kabupaten Musi Banyuasin, 9-14 Oktober 2014

beberapa industry pengolahan barang setengah jadi dan barang jadi biasa menjadi satu sehingga

sulit membedakan tahap pengolahannya.

1. Pengolahan barang setengah jadi

Proses pengolahan rotan besar dan rotan kecil berbeda sesuai dengan pemanfaatannya.

Pada rotan besar proses yang dilewati meliputi: polis kasar, polis halus dan pengampelasan

(mesin), kikis kulit/scraping (mesin kupas), pemutihan (pengasapan atau bahan kimia),

pembengkokan/pelengkungan (bakar/steaming/bahan kimia). Selanjutnya barang setengah jadi

dapat di bundling untuk dikirim atau diolah untuk memperoleh barang jadi.

Pada rotan kecil biasanya melalui proses pembelahan, kecuali sebagai natural cane pada

barang jadi. Proses yang dilewati meliputi: Perendaman, pembelahan, Trimming kulit,

pembentukan hati, pencucian, pemutihan, conditioning dan selanjutnya dapat di bundling.

2. Pengolahan barang jadi

Pengolahan barang jadi bervariasi tergantung dari produk yang akan dihasilkan. Proses

yang dilewati biasanya, membuat pola, selanjutnya merakit komponen structural, mengikat

rakitan, pemakuan, penyekrupan, pemboran dan penyulaman. Bahkan untuk meningkatkan nilai

estitika dapat juga dilakukan penempelan dengan bahan non rotan. Hasil dari proses ini

diperoleh barang jadi yang dapat langsung dijual.

IV. PENUTUP

Rotan merupakan produk hasil hutan yang memiliki banyak variasi mulai dari rotan

berdiameter besar sampai berdiameter kecil. Sifat dasar rotan menjadi dasar dalam pengolahan

dan jenis produk yang akan dihasilkan. Pengolahan rotan mulai dari setelah panen sampai

menjadi produk barang jadi sangat diperlukan untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan.

Produk rotan terdiri dari berbagai jenis kebutuhan sehari-hari seperti mebel dan kerajinan

dengan nilai estetika yang tinggi.

Page 11: PENGOLAHAN ROTAN untuk BAHAN BAKU MEBEL DAN KERAJINAN · 2020. 5. 30. · pengikat/tali untuk pembuatan pondok, pagar, keranjang dan lain-lain. Dengan demikian mengetahui sifat dasar

11 Pelatihan Rotan di Kabupaten Musi Banyuasin, 9-14 Oktober 2014

BAHAN BACAAN

Dransfied,J dan N. Manokaran. 1996. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 6: Rotan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta dan PROSEA Bogor.

Jasni, Krisdianto, Titi Kalima dan Abdurachman. 2012. Atlas Rotan Indonesia Jilid 3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.

Rachman Osly dan Jasni. 2006. Rotan Sumberdaya, Sifat dan Pengolahannnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutnanan. Bogor.

Rachman, O. 1996. Peranan Sifat Anatomi, Kimia dan Fisis terhadap Mutu Rekayasa Rotan. Disertasi Doktor. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 12: PENGOLAHAN ROTAN untuk BAHAN BAKU MEBEL DAN KERAJINAN · 2020. 5. 30. · pengikat/tali untuk pembuatan pondok, pagar, keranjang dan lain-lain. Dengan demikian mengetahui sifat dasar

12 Pelatihan Rotan di Kabupaten Musi Banyuasin, 9-14 Oktober 2014

Lampiran: contoh produk dari rotan