PENGOLAHAN LIMBAH MINYAK BUMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dalam bidang industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini memberikan berbagai dampak positif yaitu terbukanya lapangan kerja, membaiknya sarana transportasi dan komunikasi serta meningkatnya taraf sosial ekonomi masyarakat. Suatu kenyataan yang perlu disadari bahwa perkembangan kegiatan industri secara umum juga merupakan sektor yang sangat potensial sebagai sumber pencemaran yang akan merugikan bagi kesehatan dan lingkungan (Assegaf, 1993). Salah satu industri yang pertumbuhannya cukup pesat adalah industri perminyakan, yang diawali dengan berdirinya kilang minyak di Indonesia yaitu Unit Pengolahan (UP) I Pangkalan Brandan dengan kapasitas 5.000 barrel/hari, UP II Dumai dan Sungai Pakning dengan kapasitas 170.000 barrel/hari, UP III Plaju dan Sungai Gerong dengan kapasitas 135.000 barrel/hari, UP IV Cilacap dengan kapasitas 348.000 barrel/hari, UP V Balikpapan dengan kapasitas 270.000 barrel/hari, UP VI Balongan dengan kapasitas 125.000 barrel/hari, dan UP VII Kasim Irian Jaya dengan kapasitas 10.000 barrel/hari (Susilo, 2006). Pengolahan minyak mentah (crude oil) sangat membutuhkan energi yang merupakan bahan baku sumber daya alam sangat berpotensi terjadinya kerusakan/pencemaran lingkungan, disamping melalui proses fisik dan kimia dalam pengolahan bahan baku cenderung menghasilkan polusi seperti : partikel, gas karbon monoksida (CO), gas karbon dioksida (CO 2 ), gas belerang oksida (SO 2 ), dan uap air. Sesuai dengan jenis produksinya, maka kilang minyak tidak dapat lepas dari masalah limbah dan polusi yang timbul terutama pada lingkungan yaitu pencemaran air, tanah, dan udara.(Peter et al., 1989; Setiani, 2005). Salah satu dampak negatif dari kilang minyak adalah timbulnya pencemaran lingkungan oleh limbah yang berbentuk gas, padatan atau cairan yang timbul pada proses dan hasil pengolahan minyak tersebut. Limbah ini akan mencemari daerah kilang minyak dan lingkungannya, sehingga pekerja
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGOLAHAN LIMBAH MINYAK BUMI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan dalam bidang industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Peningkatan ini memberikan berbagai dampak positif yaitu terbukanya lapangan kerja,
membaiknya sarana transportasi dan komunikasi serta meningkatnya taraf sosial
ekonomi masyarakat. Suatu kenyataan yang perlu disadari bahwa perkembangan
kegiatan industri secara umum juga merupakan sektor yang sangat potensial sebagai
sumber pencemaran yang akan merugikan bagi kesehatan dan lingkungan (Assegaf,
1993).
Salah satu industri yang pertumbuhannya cukup pesat adalah industri
perminyakan, yang diawali dengan berdirinya kilang minyak di Indonesia yaitu Unit
Pengolahan (UP) I Pangkalan Brandan dengan kapasitas 5.000 barrel/hari, UP II Dumai
dan Sungai Pakning dengan kapasitas 170.000 barrel/hari, UP III Plaju dan Sungai Gerong
dengan kapasitas 135.000 barrel/hari, UP IV Cilacap dengan kapasitas 348.000
barrel/hari, UP V Balikpapan dengan kapasitas 270.000 barrel/hari, UP VI Balongan
dengan kapasitas 125.000 barrel/hari, dan UP VII Kasim Irian Jaya dengan kapasitas
10.000 barrel/hari (Susilo, 2006).
Pengolahan minyak mentah (crude oil) sangat membutuhkan energi yang
merupakan bahan baku sumber daya alam sangat berpotensi terjadinya
kerusakan/pencemaran lingkungan, disamping melalui proses fisik dan kimia dalam
pengolahan bahan baku cenderung menghasilkan polusi seperti : partikel, gas karbon
monoksida (CO), gas karbon dioksida (CO2), gas belerang oksida (SO2), dan uap air.
Sesuai dengan jenis produksinya, maka kilang minyak tidak dapat lepas dari masalah
limbah dan polusi yang timbul terutama pada lingkungan yaitu pencemaran air, tanah,
dan udara.(Peter et al., 1989; Setiani, 2005).
Salah satu dampak negatif dari kilang minyak adalah timbulnya pencemaran
lingkungan oleh limbah yang berbentuk gas, padatan atau cairan yang timbul pada
proses dan hasil pengolahan minyak tersebut. Limbah ini akan mencemari daerah kilang
minyak dan lingkungannya, sehingga pekerja maupun masyarakat disekitar kilang
minyak dapat terpapar oleh limbah. Limbah gas, padat maupun cair dapat berpengaruh
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia bila tidak ditangani dengan baik dan benar
(Susilo, 2006).
Menurut Marsaoli (2004), pada umumnya pencemaran laut yang terjadi baik secara
fisika, kimiawi maupun biologis, banyak menghasilkan racun bagi biota laut dan manusia.
Salah satu dari bahan pencemar itu adalah hidrokarbon minyak bumi. Minyak bumi
adalah campuran hidrokarbon yang terbentuk berjuta-juta tahun yang lalu di masa
lampau sebagai hasil dekomposisi bahan-bahan organik dari tumbuhan-tumbuhan dan
Dengan cara pemakaian reaktor pemisah minyak diharapkan limbah yang sudah
tidak dipakai lagi dapat diolah dengan baik.
Reaktor pemisah minyak pada prinsipnya berbentuk persegi panjang dengan
ukuran relatif kecil. Didalamnya memiliki 4 sekat yang terbuat dari kaca dan diletakkan
dengan sudut kemiringan 60º fungsinya agar terciptanya suatu proses dimana minyak
akan menempel pada sekat yang terbuat dari bahan kaca tersebut, pada proses ini
limbah akan melewati sekat – sekat tersebut, semakin banyak sekat yang dilalui limbah
maka semakin banyak minyak yang akan menempel sehingga kadar minyak dapat turun.
Minyak termasuk salah satu anggota golongan lipid yaitu merupakan lipid
netral (Ketaren, 1986). Emulsi air dalam minyak terbentuk jika droplet-droplet air
ditutupi oleh lapisan minyak dimana sebagian besar emulsi minyak tersebut akan
mengalami degradasi melalui foto oksidasi spontan dan oksidasi oleh mikroorganisme.
Jika pencemaran minyak terjadi dipantai maka proses penghilangan minyak mungkin
lebih cepat karena minyak akan melekat pada benda-benda padat seperti batu dan pasir
di pantai yang mengalami kontak dengan air yang tercemar tersebut.(Srikandi, 1992).
Suatu perairan yang terdapat minyak di dalamnya maka minyak akan selalu berada di
atas permukaan air hal ini dikarenakan minyak tidak larut dalam air dan berat jenis
minyak lebih kecil dari pada berat jenis air. Apabila minyak tidak diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke badan air penerima, maka akan membentuk selaput. Minyak akan
membentuk ester dan alkohol atau gliserol dengan asam gemuk. Gliseril dari asam
gemuk dalam fase padat maka dikenal dengan nama lemak, sedangkan apabila dalam
fase cair disebut minyak (Sugiharto, 1987).
Ada dua macam emulsi yang terbentuk antara minyak dan air, yaitu emulsi minyak
dalam air danemulsi air dalam minyak. Emulsi minyak dalam air terjadi jika droplet-
droplet minyak terdispersi di dalam air dan distabilkan dengan interaksi kimia dimana air
menutupi permukaan droplet-droplet tersebut. Hal ini terjadi terutama di dalam air yang
berombak, dan droplet minyak tersebut tidak terdispersi pada permukaan air, melainkan
menyebar di dalam air. Beberapa droplet minyak, terutama yang berikatan dengan
partikel mineral, menjadi lebih berat dan akan mengendap ke bawah.
Emulsi air dalam minyak terbentuk jika droplet-droplet air ditutupi oleh lapisan
minyak, dan emulsi ini distabilkan oleh interaksi di antara droplet-droplet air yang
tertutup. Emulsi semacam ini terlihat sebagai lapisan yang mengapung pada permukaan
air dan lekat, dan terkadang karena kandungan air di dalam droplet-droplet minyak
tersebut cukup tinggi maka total volumenya menjadi lebih besar dibandingkan dengan
minyak aslinya.
Sebagian besar emulsi minyak tersebut kemudian akan mengalami degradasi
melalui foto oksidasi spontan dan oksidasi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme
merupakan organisme yang paling berperan dalam dekomposisi minyak di laut. Setelah
kira-kira tiga bulan, hanya tinggal 15% dari volume minyak yang mencemari air masih
tetap terdapat di dalam air.
Lapisan minyak yang berada di permukaan air akan mengganggu kehidupan
organisme di dalam air hal ini dikarenakan :
1. Lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari
udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen terlarut di dalam air akan
menjadi berkurang. Berkurangnya kandungan oksigen dalam air akan
mengganggu kehidupan organisme yang berada di perairan.
2. Dengan adanya lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi
masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga proses fotosintesis oleh
tanaman air tidak dapat berlangsung.
3. Air yang telah tercemar oleh minyak tidak dapat dikonsumsi oleh manusia
dikarenakan pada air yang mengandung minyak tersebut dapat
mengandung zat-zat yang beracun seperti senyawa benzen dan toluen.
Minyak berasal dari kandungan lemak, dimana lemak sendiri adalah fungsi atau
sifat Prostaglandinyang dapat terbentuk dengan proses pelingkaran dan peroksigenan
dari asam lemak tak jenuh dengan banyak ikatan C = C yang menyebabkan mudah
terbakar dan menimbulkan nilai kalor tertentu.
Minyak terdiri dari 3 macam, yaitu :
1. Minyak mineral, dalam minyak ini terkandung senyawa-senyawa
Hidrokarbon.
2. Minyak essensial (minyak asiri).
3. Minyak fixed, yaitu tidak mudah menguap (Trigilliserida).
Tujuan pengolahan menggunakan reaktor pemisah minyak untuk menurunkan atau
mengurangi konsentrasi Minyak pada limbah yang berasal dari bengkel motor dan mobil
di Yogyakarta. Proses yang dilakukan adalah mengalirkan limbah ke dalam reaktor
pemisah minyak, limbah akan melewati sekat-sekat yang berada dalam reaktor. Pada
saat melewati sekat-sekat tersebut disinilah terjadi proses pemisahan minyak, minyak
akan menempel pada sekat yang terbuat dari bahan kaca. Pada kolom pertama
konsentrasi minyak masih tinggi karena hanya melewati satu sekat saja. Pada kolom
kedua limbah akan melewati sekat lagi, dikolom kedua ini konsentrasi minyak telah
berkurang tidak pekat seperti pada kolom pertama. Konsentrasi minyak akan terus
berkurang setelah limbah melewati kolom ketiga dan keempat. Setelah melewati proses
pemisahan, untuk menurunkan kadar minyak maka digunakan dua varian, yaitu zeolit
dan karbon aktif. Limbah akan dialirkan ke reaktor zeolit dan reaktor karbon aktif. pada
zeolit dan karbon aktif limbah yang masih mengandung minyak akan mengalami
adsorbsi sehingga kandungan minyak akan semakin turun.
Limbah akan diolah menggunakan reaktor pemisah minyak, sebelum limbah
dialirkan ke reaktor pemisah minyak, dilakukan penambahan air sebanyak 20 % dari
total volume limbah bengkel. Penambahan air ini dimaksudkan agar minyak yang terlarut
dalam air dapat terurai dan terpisah, serta untuk mempermudah minyak membentuk
suatu lapisan minyak atau mempercepat bergabungnya antar molekul minyak yang
memiliki berat jenis yang sama yaitu 0,85. Sehingga konsentrasi minyak yang larut
dalam air dapat berkurang dan minyak yang terapung akan menjadi lebih banyak, serta
untuk mengurangi sifat limbah bengkel yang pekat agar dapat dialirkan ke reaktor
pemisah minyak.
Pengolahan limbah bengkel menggunakan reaktor pemisah minyak ini adalah
pengolahan secara fisika, serta berdasar pada prinsip gravitasi dan berat jenis molekul.
Dimana limbah ditampung pada reservoar lalu dialirkan menuju reaktor pemisah minyak.
Dalam reaktor pemisah minyak terdapat empat ruang sekat yang disusun dengan
kemiringan 60°, yang berfungsi menambah luas penampang lintang dari aliran atau
mengurangi lintasan butiran partikel minyak ke permukaan, dan pembentukan lapisan
minyak dapat terjadi lebih cepat serta untuk menciptakan suatu aliran yang laminer.
Limbah yang masuk ke dalam reaktor akan melewati sekat-sekat yang terbuat dari kaca.
Disinilah terjadi proses fisika pemisahan antara minyak dan air. Karena minyak akan
melekat pada benda-benda padat dan karena minyak memiliki viskositas yang cukup
kental serta sekat yang terbuat dari bahan kaca memiliki permukaan yang kasat maka
minyak yang melewati sekat kaca ini akan menempel pada kaca sehingga konsentrasi
minyak akan berkurang dan akan terus berkurang setelah melewati sekat yang lainnya.
Berdasarkan prinsip gravitasi dimana minyak memiliki berat jenis yang lebih kecil yaitu
0,85 dari pada berat jenis air yaitu 1, maka minyak akan terapung diatas air. Pada saat
penelitian, setelah limbah masuk pada reaktor terjadi pembentukan droplet-droplet
minyak, dikarenakan sekat dengan kemiringan 60° sehingga terciptanya aliran yang
laminer pada reaktor, pada saat aliran laminer inilah minyak akan terpisah dari air,
minyak terapung dan dikeluarkan melalui pipa pembuangan minyak yang berada pada
reaktor pemisah minyak.
Limbah yang terdapat dalam reaktor akan terjadi emulsi, yaitu emulsi air dalam
minyak. Emulsi air dalam minyak terbentuk droplet-droplet air ditutupi oleh lapisan
minyak, dan emulsi ini distabilkan oleh interaksi di antara droplet-droplet air yang
tertutup. Emulsi ini terlihat sebagai lapisan yang mengapung pada permukaan air dan
lekat sehingga minyak akan menempel pada kaca. Seperti pada penelitian sebelumnya
dalam melakukan pemisahan minyak , bahan yang digunakan sebagai penangkap
minyak yaitu bahan yang terbuat dari viber plastik yang disusun berlapis-lapis. Pada
penelitian ini melakukan proses pemisahan kadar minyak yang terdapat pada limbah
bengkel, dimana limbah pada bengkel berasal dari proses pencucian karburator motor,
pembersihan mesin, dan sisa-sisa oli pada proses penggantian oli mesin. Untuk proses
pemisahan minyak menggunakan reaktor pemisah minyak, dengan menggunakan
reaktor yang bermedia zeolit dan karbon aktif. Faktor waktu detensi atau waktu tinggal
juga mempengaruhi pada proses pemisahan minyak, menurut (Ondrey, 2006)waktu
tinggal yang diperlukan hanya sekitar 30 menit, maka droplets minyak akan terpisah dari
air. Pada penelitian ini kondisi aliran laminer, sebagai akibat adanya sekat-sekat yang
mengurangi lajunya aliran yang masuk ke dalam reaktor pemisah minyak.
Prinsip Pemisahan Minyak Pada Oil trap
Sebuah studi telah dilakukan untuk mengolah air yang terkontaminasi oleh minyak
dengan menggunakan kolam perangkap minyak (Oil Trap).Pengolahan yang diterapkan
untuk pemisahan minyak yang tercampur dalam air buangan adalah pengolahan secara
fisika, yakni melalui prinsip gravitasi berdasarkan perbedaan massa jenis antara air dan
minyak. Partikel yang tersuspensi dalam larutan akan tenggelam atau naik/terapung. Hal
ini tergantung dari perbedaan berat jenis tersebut. Sedimen kasar akan mengendap di
dasar kolam perangkap dan minyak akan mengapung, sedangkan air yang telah
berpisah dengan minyak tersebut dibuang ke outlet.
Pada pemisahan minyak dan air, kecepatan naiknya butir minyak akan mencapai
konstan bila gaya dorong ke atas akibat adanya perbedaan berat jenis sama dengan
tahanan gerak fluida saat bergerak. Hal ini tergantung dari berat jenis, viskositas fluida
dan ukuran butiran minyak.
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa teknologi oil trap merupakan pengolahan
pemisahan minyak-air secara fisika, menggunakan prinsip gravitasi. Sama hal nya
dengan reakor pemisah minyak pemisahan dilakukan secara fisika dalam proses
pemisahan minyak, dan menggunakan prinsip gravitasi, serta berdasarkan pada berat
jenis molekul antara air dan minyak. Tetapi oil trap hanya berupa kolam atau
kompartemen yang di dalamnya hanya ruang kosong, sedangkan pada reaktor pemisah
minyak di dalamnya terdapat sekat-sekat sebagai alat penangkap minyak. Proses
terjadinya pemisahan minyak pada oil trap yaitu setelah ruang yang terdapat di dalam
kolam terisi penuh, dimana alirannya horizontal yang rendah dan laminer akan
memberikan waktu tinggal bagi butir-butir minyak untuk terpisah bergabung membentuk
lapisan minyak (oil layer) yang akan mengapung. Maka antara minyak dan air dapat
dipisahkan, minyak memiliki berat jenis yang lebih kecil dari pada air sehingga posisi
minyak akan berada di atas air dan minyak akan di buang melalui outlet.
Pada reaktor pemisah minyak, minyak akan menempel pada sekat-sekat yang
terdapat dalam reaktor pemisah minyak. Sekat ini berfungsi mengurangi lintasan butiran
partikel minyak ke permukaan sehingga butiran minyak yang telah terkumpul dibawah
sekat dapat mengumpul lebih lanjut ke atas permukaan air, dan minyak yang terkumpul
pada permukaan akan dibuang melalui pipa penangkap minyak.
Pada penelitian menggunakan oil trap, pengukuran konsentrasi minyak dalam air
diperoleh data dan efisiensi selama penelitian yaitu pada inlet sebesar 230 ppm, dengan
oulet sebesar 28 ppm. Menurut KEP – 51 / MENLH / 10 / 1995 Golongan 2 tentang Baku
Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri sebesar 50 ppm. Dan rata-rata prosentase 99,57
%(Wahyuni, 2006). Sedangkan prosentase pada reaktor pemisah minyak rata-rata
sebesar 45,10 %. Dimana limbah yang diolah menggunakan oil trap, minyak yang larut
dalam air kurang dari 10 ppm, kebanyakan terpisah dan mengapung dipermukaan air.
Pada oil trap juga memiliki waktu detensi yang lama yaitu 2 jam. Limbah yang diolah
pada oil trap tidak hanya limbah nikel saja, tetapi limbah dari hasil pencucian bengkel-
bengkel pabrik, ceceran oli pada bengkel, serta limbah dari hasil pencucian kendaraan.
Sehingga prosentase efisiensinya mencapai 99,57 %. Pada reaktor pemisah minyak
memiliki kadar inlet 49 mg/l. Dimana pada limbah bengkel sebagian besar minyak larut
dalam air dan hanya sebagian kecil saja yang terapung di atas permukaan air, dan sulit
untuk dipisahkan sehingga efisiensi penurunan reaktor pemisah minyak hanya 45,10 %,
dibandingkan dengan oil trap yang sebagian besar minyaknya terpisah dan terapung di
permukaan air dan mudah untuk dipisahkan. Sehingga digunakan media karbon aktif dan
zeolit untuk memisahkan atau menyerap minyak yang terlarut dalam air, sehingga
prosentase dari efisiensi reaktor pemisah minyak hanya 45,10 %. Untuk prosentase
efisiensi pada reaktor zeolit sebesar 57,09 %, prosentase ifisiensi pada reaktor karbon
aktif sebesar 61,17 %.
Dari data dan hasil perbandingan diatas, kedua teknologi tersebut memiliki
kemampuan yang efektif dalam pemisahan antara minyak dan air. Pada reaktor pemisah
minyak memiliki media tambahan yaitu karbon aktif dan zeolit sebagai adsorbennya.
BAB III KESIMPULAN
Pengolahan minyak mentah (crude oil) sangat membutuhkan energi yang
merupakan bahan baku sumber daya alam sangat berpotensi terjadinya
kerusakan/pencemaran lingkungan, disamping melalui proses fisik dan kimia dalam
pengolahan bahan baku cenderung menghasilkan polusi seperti : partikel, gas karbon
monoksida (CO), gas karbon dioksida (CO2), gas belerang oksida (SO2), dan uap air.
Sesuai dengan jenis produksinya, maka kilang minyak tidak dapat lepas dari masalah
limbah dan polusi yang timbul terutama pada lingkungan yaitu pencemaran air, tanah,
dan udara.
sumber limbah cair minyak bumi berasal dari kegiatan-kegiatan antara lain:
1. Air pendingin di kilang minyak, dimana bila terjadi kebocoran pada pipa
pendingin, bocoran minyak akan terbawa air.
2. Air sisa umpan boiler untuk pembangkit uap air.
3. Air sisa dari lumpur pembocoran.
4. Air bekas mencuci peralatan-peralatan dan tumpahan-tumpahan/ ceceran
minyak di tempat kerja.
5. Air hujan.
Sumber limbah padaT Pada umumnya limbah padat yang dihasilkan
adalahsludge (lumpur) yang terdiri dari Arsen, Barium, Boron, Chromium, Cadmium,
Mercury, Timbal dan Seng. Sludge yang didapatkan dari pembersihan tangki akan diolah
ke dalam suatu bak untuk pengolahan lebih lanjut.
Sumber limbah gas minyak bumi Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan
untuk mengurangi dampak kualitas udara ambient yang berupa gas diantaranya :
1. Melewatkan gas H2S kedalam larutan NaOH atau Ca(OH)2 sehingga gas
yang keluar merupakan sisa yang tidak tertangkap oleh larutan NaOH atau
Ca(OH)2.
2. Melakukan pendinginan dan penangkapan gas yang keluar telah sesuai
dengan udara luar.
3. Penanaman tanaman pelindung di sekeliling lokasi Stasiun Pengumpul/
Stasiun Kompresor.
4. Melakukan perawatan cerobong.
Pada saat ini telah banyak teknologi yang digunakan dalam pengolahan limbah
minyak mulai dari pengolahan secara mekanis dan kimia, namun masih meninggalkan
permasalahan pada kadar maksimum minyak. Sehingga teknologi ramah lingkungan
untuk meminimasi kadar minyak adalah dengan Solid Bioremediation yaitu secara
pengomposan.
secara umum beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak yang menjadi
limbah diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi,
penggunaan sorbent, penggunaan bahan kimia dispersan, dan washing oil(anonim,
DAFTAR PUSTAKA
BAPEDAL, 2001. Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.Badan Pengendali Dampak Lingkungan. Jakarta.
G.S. Sidhu, Nature and effect of a kerosene like toint in mullet (Mugil cephalus),
FAO Rome, FIR:MP/70/E-39, 1970, p.99. Imamkhasani, S. 1998. Lembar Data Keselamatan Bahan, Volume I, Puslitbang
Kimia Terapan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung. J. Bagg, J.D. Smith, W.A. Maher, Aust.J.Mar. Fresh-water Res. 32 (1981) 65. Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Pengelolaan limbah minyak bumi secara
biologi. Badan Pengendali Dampak Lingkungan, Jakarta. Kementrian KLH, Keputusan Menteri Nomor 51 tahun 2004 tentang baku mutu air
laut, Kementrian KLH, Jakarta, 2004. K. Sumadhiharga, Lingkungan & Pembangunan 15 (1995) 376. Lasari, D.P., 2010. Bakteri, Pengolah Limbah Minyak Bumi yang Ramah
Lingkungan, Fakultas Sains & TeknikUniversitas Soedirman.
M. Mulyono, Makalah Kursus Pencemaran Laut P3O-LIPI, Jakarta, 1988. Ondrey, G. 2006. Improved oil-water separation.Journal of Chemical Engineering.
University of New South Wales. Australia. Vol. 113, Iss. 1; pg. 16, 1 pgs. PERTAMINA (2001). Pedoman Pengelolaan Limbah Sludge Minyak Pada Kegiatan
Operasi Pertamina. Jakarta: Pertamina. Susilo, 2006. Studi Penanganan Limbah Solvent Sisa Analisis Acidity Untuk
Pengendalian Pencemaran Lingkungan Di Pertamina UP IV Cilacap, Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Udiharto, M., dan Sudaryono. 1999. Bioremediasi Terhadap Tanah Tercemar Minyak
Bumi Parafinik dan Aspak. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah dan Pemulihan Kerusakan Lingkungan-BPPT, Jakarta. 121-132.
Yani, M., Agung, D.S., Fitria, R.E., Nastiti, S.I., 2007. Pengembangan Bioremendasi
Dengan Teknik Slurry Bioreaktor Untuk Pengolahan Sludge ISedimen Tercemar Minyak Bumi, Seminar Nasional Perhimpunan Perikanan dan IImu Kelautan Indonesia Bogor.