DAFTAR ISI
KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I2PENDAHULUAN21.1Latar
Belakang21.2Tujuan31.3Rumusan Masalah3BAB II4PEMBAHASAN42.1Botani
Tanaman Teh (Camellia sinensis)42.2Proses Panen/Pemetikan Tanaman
Teh (Camellia sinensis)5BAB III10PEMBAHASAN JURNAL104.1 Pengkajian
Penggunaan Gunting Petik pada Komoditas Teh di Kecamatan Cikalong
Wetan-Kabupaten Bandung10DAFTAR PUSTAKA
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari berbagai jenis komoditi perkebunan yang berkembang di
Indonesia, teh merupakan salah satu komoditi yang pernah memberikan
kontribusi yang cukup signifikan. Namun berdasarkan data tahun 2003
hingga tahun 2007, luas lahan perkebunan teh cenderung menurun tiap
tahun. Tahun 2003 luas lahan perkebunan teh 143.604 ha dan pada
tahun 2007 menjadi 133.734 ha. Walaupun luas lahan berkurang,
jumlah produksi teh meningkat seperti pada tahun 2006 2007. Jumlah
produksi teh pada tahun 2006 sebesar 146.858 ton dan meningkat pada
tahun 2007 menjadi 150.623 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan,
2008). Lahan-lahan ini sebagian besar dikonversi menjadi kebun
kelapa sawit, sayuran dan tanaman lain yang dianggap lebih
menguntungkan (Kompas, 2004).Peningkatan kualitas areal dan
produktivitas perkebunan teh merupakan peluang dalam peningkatan
produksi teh nasional. Produksi yang tinggi harus diimbangi dengan
mutu yang baik. Teh bermutu tinggi sangat diminati konsumen dan
hanya dapat dibuat dari pucuk teh yang bermutu tinggi dengan
pengolahan yang benar serta penggunaan mesin-mesin yang memadai.
Kualitas pucuk teh sangat dipengaruhi oleh jenis dan cara
pemanenan. Jenis petikan terbagi menjadi petikan halus, petikan
medium, dan petikan kasar (Asosiasi Penelitian Perkebunan
Indonesia, 1997). Cara pemanenan dapat dilakukan dengan menggunakan
mesin petik maupun pemetikan dengan tangan (Dalimoenthe dan
Kartawijaya, 1997). Pemanenan atau yang lebih dikenal dengan
pemetikan merupakan pekerjaan paling penting dalam budidaya teh dan
membutuhkan biaya serta tenaga kerja paling banyak. Pemetikan
merupakan cara pengambilan produksi di kebun teh, berupa pucuk yang
memenuhi syarat-syarat pengolahan dan berfungsi pula sebagai usaha
membentuk kondisi tanaman yang mampu berproduksi tinggi secara
kontinyu (Direktorat Jenderal Perkebunan, 1995). Jumlah produksi
yang dihasilkan perkebunan teh ditentukan oleh beberapa aspek
pemetikan, yaitu jenis 2 pemetikan, jenis petikan, gilir petik,
pengaturan areal petik dan tenaga pemetik serta pelaksanaan
pemetikan (Setyamidjaja, 2000). Pengelolaan pemetikan mempunyai
peranan sangat penting dalam menentukan kualitas pucuk teh,
produktivitas tanaman teh dan kebutuhan tenaga kerja pemetik. Oleh
karena itu, pengelolaan pemetikan yang tepat dapat meningkatkan
mutu teh, produksi teh nasional dan menekan biaya produksi yang
dikeluarkan perkebunan. Secara umum pengolahan teh dibagi menjadi
tiga macam, yaitu pengolahan teh hitam, teh hijau, dan teh oolong.
Biasanya perusahaan besar mengelola teh hitam, sedangkan perusahaan
rakyat banyak yang mengusahakan teh hijau dan teh oolong (Iskandar,
1988). Teknik penanganan pasca panen dan pengolahan teh perlu
diperhatikan mulai dari mutu bahan baku, mesin yang dipakai, tenaga
pengolahan sampai mutu yang dikehendaki (Suryatmo, 2000).
1.2 TujuanUntuk mengetahui berbagai jenis dan teknik pemetikan,
serta bagaimana proses pemetikan yang baik dan benar sehingga
menghasilkan teh yang berkualitas tinggi.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pemanenan daun teh yang baik dan benar ?2.
Apa saja faktor yang mempengaruhi waktu pemanenan ?3. Apa proses
atau teknik pemanenan mempengaruhi mutu dan kualitas daun teh ?
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Botani Tanaman Teh (Camellia sinensis)Tanaman teh merupakan
salah satu komoditas perkebunana yang termasuk ke dalamtanaman
penyegar (Ashari, 2006 dalam Mutiara, 2010). Berikut sistematika
dari tanamanteh :Kingdom : PlantaeDivisio : SpermatophytaSub
Divisio : AngiospermaeClass : DicotyledoneaeOrdo :
GuttiferalesFamili : TheaceaeGenus : CamelliaSpesies : Camellia
sinensis L. (Syakir, dkk. 2010)
Gambar 1. Tanaman TehPada Umumnya teh (Camellia sinensis) tumbuh
di daerah tropis dengan ketinggian antara 200-2000 m dpl. Suhu
cuaca yang baik bagi tanaman teh antara 14-25C. Tanaman teh terdiri
dari atas atas 2 variaetas yang banyak dikenal masyarakat, yaitu
Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensisvar. Sinensis.
Tinggi tanaman teh varietas sinensis mencapai hingga 9 meter
sedangkan teh varietas Assamica mencapai 12-20 m (Balittri, 2012).
Tanaman teh merupakan tanaman perdu yangmempunyai perakaran
dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah, dan cukup sulituntuk
dapat menembus lapisan tanah (Ashari, 2006dalam Mutiara, 2010).
Bunga teh sebagian besarself steril dan memiliki biji berwarna
cokelat beruang tiga, berkulit tipis,berbentuk bundar di satu sisi
dan datar di sisi lain (Setyamidjaja, 2000dalam Mutiara, 2010).
2.2 Proses Panen/Pemetikan Tanaman Teh (Camellia
sinensis)Tanaman teh dipaenen dengan cara pemetikan pucuk daun teh.
Beikut kriteria tanaman teh yang dapat dipanen/dilakukan pemetikan
:a. Tanaman telah berumur 30-31 bulan setelah tanamb. Jumlah daun
pada pucuk daun antara 4-6 helaic. Bidang petik mencai 60-70cm
dengan ketinggian jumlahnya hingga 60%.Fungsi dari pemetikan pucuk
tanaman teh agar memenuhi syarat-syarat pengolahan dimana tanaman
mampu membentuk suatu kondisi yang berproduksi secara
berkesinambungan. Kecepatan pertumbuhan dari tunas baru tergantung
dari tebal lapisan daun pendukung pertumbuhan tunas 15-20 cm.
Kecepatan pembentukan tunas menentukan aspek-aspek pemetikan
seperti: jenis pemetikan, jenis petikan, daun petik, areal petik,
tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan. Pada Gambar 2 disajikan
penamaan daun teh agar aspek-aspek pemetikan mudah dimengerti
kuncup + 2-3 daun muda. Akibat pucuk dipetik maka pembuatan zat
pati berkurang untuk pertumbukan tanaman. Pemetikan pucuk akan
menghilangkan zat pati sekitar 7,5%, semakin kasar pemetikan
semakin tinggi kehilangan zat pati. Kehilangan zat pati akibat
pemetikan pucuk tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman asalkan
lapisan daun pemeliharaan cukup untuk melakukan proses
asimilasi.
Gambar 2. Penamaan Daun TehKeberhasilan pemetikan teh merupakan
kunci kesuksesan dalam bisnis tehsecara keseluruhan. Daun teh
merupakan produk yang dihasilkan oleh pertumbuhan vegetatif
sehingga peranan pemetikan sangat menentukanproduktivitas tanaman.
Pemetikan yang hanya mementingkan produksi denganbabad habis tanpa
meninggalkan pucuk untuk siklus petik berikutnya, akanmenyebabkan
tanaman cepat rusak dan mengalami stres. Akibatnya, kerugianyang
dialami bukan hanya untuk satu siklus petik berikutnya, tetapi akan
lebihlama lagi (Gandi, 2002 dalam Mutiara, 2010).Gandi (2002)dalam
Mutiara, (2010) menyatakan bahwa strategi dasar pemetikan teh
adalahmenghasilkan pucuk dengan mutu standar sebanyak-banyaknya
secaraberkesinambungan. Beberapa kunci sukses keberhasilan dalam
mengelola pemetikan teh adalah :1. Mempertahankan daun
pemeliharaan.Daun pemeliharaan (maintenanceleaves) merupakan
sekumpulan daun yang ada di bawah bidang petik. Dauntersebut
berfungsi sebagai penyangga atau dapur produsen pucuk.
Manajemenpetik harus mempertahankan jumlah daun pemeliharaan agar
berada padaperimbangan yang ideal sehingga bisa menghasilkan
pertumbuhan pucuk yangoptimal. Ketebalan daun pemeliharaan antara
15 - 20 cm. Daun pemeliharaanyang terlalu tipis akan menyebabkan
pucuk cenderung cepat membentuk pucukburung, sebaliknya jika
terlalu tebal dan banyak menyebabkan jumlah pucuk baruyang tumbuh
berkurang.2. Mengatur rumus pucuk pada bidang petik.Dalam
pemetikan, perlu dilakukan pengaturan rumus pucuk yang ditinggalkan
setelah kegiatan panen agartetap berada di atas bidang petik untuk
diambil pada siklus petik berikutnya.Ukuran dan rumus daun yang
ditinggalkan bergantung pada periode pertumbuhandan jenis petikan
yang dikehendaki, misalnya petik halus, medium atau kasar.3.
Mempertahankan dan meningkatkan lebar bidang
petik.Produktivitaspucuk di suatu bidang petik ditentukan oleh
pucuk per pokok dan jumlah pokokper luas lahan. Kebijakan pemetikan
bertujuan selain untuk memperoleh produksipucuk, juga untuk
memperluas bidang petik dengan cara tidak melakukanpemetikan dan
membiarkan pucuk samping, yaitu pucuk yang tumbuh lateral atauke
samping. Manfaat lain yaitu menekan pertumbuhan gulma
denganmemperkecil ruang sinar matahari sampai ke tanah.
Macam dan Rumus PemetikanMacam petikan didasarkan pada mutu
pucuk yangdihasilkan tanpa memperhatikan bagian yang ditinggalkan,
sedangkan rumus digambarkan dengan lambang huruf dan angka. Macam
dan rumus petikan ditentukan berdasarkan:(1) Petikan imperial,
dimana hanya kuncup peko (p) yang dipetik (p+0),(2) Petikan pucuk
pentil, peko+satu daun di bawahnya (p+1m),(3) Petikan halus,
peko+satu/dua lembar daunmuda/burung dengan satu lembar daun muda
(p+2m, b+1m),(4) Petikan medium, (p+2m, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m),(5)
Petikan kasar (p+3, p+4, b+1t, b+2t, b+3t)(6) Petikan kepel, daun
yang tinggal pada perdu hanya kepel (p+n/k, b+n/k).
Jenis PemetikanBeberapa aspek pemetikan tersebut antara lain
jenis pemetikan, jenispetikan, gilir petik, pengaturan areal petik
dan tenaga pemetik serta pelaksanaan pemetikan. Jenis pemetikan
terdiri atas pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan
gendesan.1. Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan
pada tahap awal setelah tanaman teh dipangkas. Tujuan pemetikan
jendangan yaitu membentukbidang petik yang lebar dan rata dengan
ketebalan lapisan daun pemeliharaanyang cukup, agar tanaman
mempunyai potensi produksi daun yang tinggi.Pemetikan jendangan
dilakukan pada 3 4 bulan setelah pangkas dengan rumus petik p+1.
Tinggibidang petik jendangan dari bidang pangkasan tergantungpada
tinggi pangkasan.(1) Pangkasan 40-45 cm, tinggi jendangan 20-25
cm,(2) Pangkasan 45-50 cm, tinggi jendangan 15-20 cm,(3) Pangkasan
50-55 cm, tinggi jendangan 15-20 cm,(4) Pangkasan 55-60 cm, tinggi
jendangan 10-15 cm,(5) Pangkasan 60-65 cm, tinggi jendangan 10-15
cm.Pemetikan jendangan dapat dilaksanakan apabila 60% areal telah
memenuhi syarat untuk dijendang. Biasanya pemetikan jendangan
dilakukan setelah 10 kali pemetikan, kemudian dilanjutkan dengan
pemetikan produksi.2. Pemetikan produksi merupakan pemetikan pucuk
teh setelah pemetikanjendangan selesai dan terus dilakukan hingga
tiba giliran pemangkasan produksiberikutnya. Pemetikan produksi
dilakukan selama 3 4 tahun dengan rumus petikmaksimum p+3.Sedangkan
pemetikan produksi dapat dilakukan terusmenerus dengan jenis
petikan tertentu sampai pangkasandilakukan. Berdasarkan daun yang
ditinggalkan, pemetikanproduksi dapat dikategorikan sbb:(1)
pemetikan ringan, apabila daun yang tertinggal pada perdu satu atau
dua daun di atas kepel (rumus k+1 atauk+2),(2) pemetikan sedang,
apabila daun yang tertinggal pada bagian tengah perdu tidak ada,
tetapi di bagian pinggir ada satu atau dua daun di atas kepel
(rumus k+o pada bagian tengah, k+1 pada bagian pinggir),(3) petikan
berat, apabila tidak ada daun yang tertinggal pada perdu di atas
kepel (k+0). Umumnya yang dilakukan hanya pemetikan sedang dengan
bidang petik rata.3. Pemetikan gendesan adalah pemetikan yang
dilakukan pada kebun yangakan dipangkas produksi. Semua pucuk yang
memenuhi syarat untuk diolah akandipetik tanpa memperhatikan daun
yang ditinggalkan. Berdasarkan jenispemetikan tersebut, dilihat
dari rumus petiknya, mutu pucuk hasil petikanjendangan lebih baik
daripada jenis pemetikan produksi dan pemetikan
gendesan.Produktivitas tanaman teh hasil pemetikan gendesan akan
lebih besardibandingkan dengan pemetikan jendangan dan petikan
produksi karena petikangendesan memetik semua pucuk tanpa
memperhatikan rumus pucuk.
Jenis PetikanMaksud dari jenis petikan yaitu macam pucuk yang
dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan. Berdasarkan jumlah helaian
daun, jenis petikan terdiri atas beberapa kategori,seperti tersaji
pada Gambar
Gambar 3. Jenis petikan; (1) petikan halus, (2) petikan medium,
(3) petikan kasar(1) Petikan halus, pucuk peko (p) dengan satu
daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m), rumus p+1
atau b+1m.(2) Petikan medium, pucuk peko dengan dua atau tiga daun
muda, serta pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (p+2,
p+3, b+1m, b+2m, b+3m).(3) Petikan kasar, pucuk peko dengan lebih
empat daun dan pucuk burung dengan beberapa daun tua (t) { (p+4
atau lebih, b+(1-4t)}.
Daur PetikPengertian tentang daur petik adalah jangka waktu
pemetikan yang pertama dan jadwal selanjutnya. Lamanya waktu daur
petik tergantung pertumbuhan pucuk teh. Beberapa faktor yang
menentukan pertumbuhan pucuk teh antara lain:a. Umur pangkas yang
makin lambat berakibat pada daur petik yang semakin panjang.b.
Makin tinggi letak kebun pertumbuhan semakin lambat sehingga daur
petik jadi panjang.c. Daur petik lebih panjang pada musim kemarau
dibanding musim hujan.d. Tanaman makin sehat maka daur petik lebih
cepat dibandingkan dengan yang kurang sehat.
BAB IIIPEMBAHASAN JURNAL
4.1 Pengkajian Penggunaan Gunting Petik pada Komoditas Teh di
Kecamatan Cikalong Wetan-Kabupaten Bandung
METODE PENELITIAN
A. Objek PenelitianPengkajian dimulai dari bulan Agustus
2005Desember 2005 di perkebunan teh rakyat Kecamatan Cikalong
Wetan, Kabupaten Bandung. Kelompok Tani yang terlibat dalam
kegiatan adalah kelompok tani Tunas Maju. Metodologi pendekatan
yang dilakukan yaitu metode deskriptif melalui kegiatan pengkajian
penggunaan gunting petik.
B. Tahap PersiapanSebelum dilakukan kegiatan pengkajian,
terlebih dahulu dilakukan kegiatan pelatihan dengan narasumber dari
peneliti PPTK Gambung. Bahan yang digunakan sebagai bahan
pengkajian adalah gunting petik buatan PPTK Gambung dengan
spesifikasi pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Tabel 1 . Spesifikasi gunting petik
Di dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan juga disampaikan tata
cara pemakaian gunting petik yang meliputi: pemeriksaan kecukupan
pucuk yang optimal untuk dapat dipetik, penggunaan gunting dengan
posisi sejajar bidang petik, pemakaian bantalan minimal 3 cm untuk
pemula danpemetikan maksimal 5 kali siap dipindah ke keranjang
serta perawatan gunting petik.
Gambar 1. Gunting petikSebelum tahapan penggunaan gunting petik,
tanaman teh diberi perlakuan pemupukan dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya kerusakan tanaman teh yang dapat diakibatkan oleh adanya
perlakuan penggunaan gunting petik, dengan kriteria disajikan pada
Tabel 2, sebagai berikut:
Tabel 2 . Dosis Pemakaian Pupuk untuk Kebun Pengkajian Gunting
Petik
C. Tahap PengkajianPengkajian dilakukan dengan cara penggunaan
kombinasi gunting petik dan manual (3 kali gunting dan 1 kali
manual) sebagaimana rekomendasi dari Djohan (2005), dibandingkan
dengan cara manual menggunakan tangan. Masing-masing perlakuan
dilakukan ulangan sebanyak 2 kali. Adapun luas plot, jumlah pohon,
interval dan frekuensi petik yang digunakan dalam pelaksanaan
kajian disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas Plot, Jumlah Pohon, Interval dan Frekuensi Petik
Per plot
D. Tahap Analisis HasilParameter yang diamati berdasarkan hasil
pengkajian meliputi waktu petik, produktivitas, prestasi petik,
biaya pemetikan, harga pucuk, interval petik, persentase daun dan
ranting. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kualitas mutu
pucuk, dari masing-masing hasil yang diperoleh kemudian dianalisa
dengan cara diambil sampel sebanyak 200 gram dan dihitung
berdasarkan banyaknya mutu pucuk yang telah dipetik baik dari bobot
maupun jumlah. Sedangkan untukmengetahui dampak akibat perlakuan
penggunaan guntingpetik, dilakukan analisa daur petik, penambahan
bidang petik dan ketebalan daun pemeliharaan. Adapun data yang
telah diperoleh kemudian dianalisa secara diskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASANSebagai langkah awal sebelum pengembangan
penggunaan gunting petik, terlebih dahulu dilakukan pelatihan
penggunaan gunting petik kepada para tenaga pemetik. Pelatihan
dilaksanakan di rumah dan kebun Ketua Kelompok Tani Tunas Maju yang
berjumlah 11 orang tenaga pemetik teh. Pelatihan diawali dengan
penyampaian materi berupa teori pemetikan dan aplikasi gunting
petik dari PPTK Gambung. Materi yang disampaikan meliputi
kaidah-kaidah pemetikan, nomenklatur pemetikan, pemetikan secara
mekanis, spesifikasi gunting petik, waktu pemetikan, teknik
pemetikan, hasil penelitian di lapangan, analisis petikan, analisis
pucuk, daur petik dan kesehatan tanaman.Penggunaan gunting petik,
pada dasarnya sama dengan pemetikan tangan, namun tujuan dan
caranya berbeda. Pada umumnya pemakaian gunting petik dilakukan
untuk mengatasi kelangkaan tenaga pemetik, meningkatkan
produktivitas atau kapasitas pemetik dengan mempertahankan kualitas
pucuk dan kesehatan tanaman. Adapun sarana pemetik yang harus
dipersiapkan diantarnya yaitu junak (keranjang), waring dan gunting
petik sesuai jumlah pemetik. Pada pelaksanaan pemakaian gunting
petik, faktor yang perlu diperhatikan yaitu tanaman harus dalam
kondisi sehat, karena pada prinsipnya pemetikan dengan gunting
merupakan petikan berat. Pemetikan memacu tunas, namun tunas-tunas
tersebut didukung oleh daun-daun yang ditinggalkan pada perdu,
sehingga faktor pucuk yang ditinggalkan perlu diperhatikan
(Kartawijaya dkk., 1997).Aplikasi pelatihan pencontohan pemakaian
gunting petik dilakukan di lapangan/on job training (OJT). Dalam
pemakaian gunting, gerakan dilakukan oleh satu tangan dengan satu
tangan lainnya diam, dan pemetikan rata dengan bidang petik,
sehingga diperoleh tapakan yang bagus dan hasil pucuk yang halus.
Pelaksanaan pelatihan gunting petik di lapangan, sebagaimana
terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pelaksanaan pelatihan gunting petik di
lapanganSelanjutnya dilakukan ujicoba oleh para pemetik dengan
menggunakan gunting petik. Berdasarkan hasil pemetikan dengan
menggunakan gunting, dengan kapasitas sekali penampung penuh
diperoleh pucuk halus sebesar 325 gram dan pucuk kasar sebesar 275
gram. Hasil pemetikan, kemudian dilakukan analisa pucuk dan tapak
bekas petikan. Berdasarkan hasil analisa, sebanyak 30 % dari
anggota menghasilkan petikan dengan bekas tapakan yang sudah bagus.
Hasil analisa merupakan kinerja pemetik berdasarkan hasil pelatihan
pada tahap pertama. Seiring dengan pelaksanaan di lapangan, pemetik
masih mendapatkan pendampingan lebih lanjut, terkait dengan
optimasi serta efisiensi penggunaan gunting petik. Dalam rangka
pelaksanaan kegiatan pengkajian di lapang, telah disusun juknis
mengenai pemetikan dengan menggunakan gunting petik. Pada saat
aplikasi pemetikan dengan menggunakan gunting, akan diimbangi
dengan pemupukansecara intensif dalam satu tahun.Berdasarkan hasil
pengkajian diperoleh hasil pengamatanpemetikan dengan cara manual
dan menggunakan gunting sebagaimana tertera pada Tabel 4 dibawah
ini.
Tabel 4. Hasil pemetikan dengan cara manual dan kombinasi
gunting petik
Penggunaan gunting petik pada saat pemetikan teh, membutuhkan
waktu petik yang lebih singkat yaitu selama 6,57 jam/plot dengan
prestasi petik sebesar 18,05 kg/jam.Sedangkan dengan cara manual,
dibutuhkan waktu selama 7,09 jam/plot dengan prestasi petik sebesar
16 kg/jam. Apabila dibandingkan antara penggunaan gunting petik dan
cara manual terkait dengan interval petik rata-rata gunting petik
sebesar 20,57 hari dan cara manual 12 hari, dan belum diperoleh
hasil yang optimal. Hal ini kemungkinan terjadi karena tenaga
pemetik belum sepenuhnya terampil menggunakan gunting petik.
Disamping itu berdasarkan hasil uji petik, petani merasa belum
membutuhkan gunting petik pada saat tenaga kerja melimpah. Sehingga
dalam aplikasinya, belum tercipta usaha yang maksimal untuk
mengoptimalkan pemakaian gunting petik. Untuk mengantisipasi
kelangkaan tenaga pemetik nantinya, perlu adanya pembinaan
keterampilan lebih lanjut mengenai pemakaian gunting
petik.Penggunakan gunting petik, diperoleh hasil dengan persentase
daun lebih besar yaitu 76,25 %, dibandingkan dengan cara manual
diperoleh persentase daun sebesar 75,77 %. Banyaknya ranting yang
dihasilkan ini, sangat mempengaruhi mutu teh kering yang nantinya
akan dihasilkan. Dengan semakinbanyaknya ranting yang dihasilkan,
nantinya juga akan semakin banyak tulang yang dihasilkan pada teh
kering.Cara pemetikan berpengaruh terhadap persentase mutu pucuk
yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap bobot pucuk
dalam 200 gram sampel yang diambil, diperoleh mutu sebagaimana
tertera pada Tabel 5. Pemetikan dengan cara manual dihasilkan mutu
pucuk peko sebesar 44,99 %, sedangkan dengan menggunakan gunting
diperoleh mutu pucuk peko lebih banyak yaitu sebesar 46,14 %.
Secara keseluruhan masih dihasilkan pucuk dengan mutu burung lebih
banyak. Hal ini menunjukkan bahwasannya pemetikan yang dilakukan
oleh petani masih banyak dihasilkan mutu pucuk kasar dibandingkan
mutu pucuk halusnya. Hal ini dimungkinkan juga petani masih terbawa
kebiasaan belum memperhatikan mutu pucuk yang dihasilkan, sehingga
masih diperlukan adanya pembinaan dan pendampingan lebih lanjut
dalam penerapan pemetikan yang baik, secara manual maupun dengan
menggunakan gunting petik.Cara pemetikan yang memperhatikan mutu
pucuk yang dihasilkan, masih sulit diterapkan di tingkat petani.
Hal ini sangat terkait dengan harga pucuk yang mereka jual, dimana
belum ada perbedaan harga yang signifikan antara pucuk halus dan
pucuk kasar. Para petani kembali berorientasi dengan mutu kuantitas
yang dihasilkan dan bukan pada mutu yang dihasilkan. Padahal kalau
dibandingkan, pucuk yang bagus dihasilkan dengan menggunakan
gunting petik, dapat dijual dengan harga rata-rata Rp 757,14 dan
hasil dari pemetikan dengan cara manual dijual dengan harga
rata-rata Rp 750,00. Kalau melihat nilainya, mungkin tidak jauh
beda. Akan tetapi, kalau kita melihat mutu teh yang nantinya akan
dihasilkanharus diperhatikan mutu pucuknya. Mutu pucuk yang
bagus,akan menghasilkan mutu teh yang bagus pula
Tabel 5. Pengaruh cara pemetikan terhadap bobot pucuk dalam 200
gram sampel
Cara pemetikan berpengaruh terhadap persentase mutu pucuk yang
dihasilkan, dapat juga dilihat dari hasil pengamatan terhadap
jumlah pucuk dalam 200 gram sampel yang diambil, sebagaimana
tertera pada Tabel 6. Pemetikan dengan cara manual dihasilkan mutu
pucuk peko sebesar 46,04 %, sedangkan dengan menggunakan gunting
diperoleh mutu pucuk peko lebih banyak yaitu sebesar 53.36 %.
Berdasarkan jumlah pucuk dari 200 sampel yang diambil dari hasil
pemetikan, diperoleh hasil dengan menggunakan gunting dihasilkan
mutu yang lebih baik dibandingkan dengan cara manual. Dengan
demikian, perlu adanya pengembangan lebih lanjut mengenai
penggunaan gunting petik ini.
Tabel 6. Pengaruh cara pemetikan terhadap jumlah pucuk dalam 200
gram sampel
Cara pemetikan juga mempengaruhi kapasitas produksi yang
dihasilkan, dimana dengan menggunakan gunting petik relatif lebih
besar dibandingkan dengan cara manual.Kapasitas produksi ini, juga
berbeda pada tiap bulannya.Pada umumnya, kapasitas produksi
meningkat setelah bulanOktober. Hal ini dimungkinkan, karena pada
bulan Oktobersudah mulai turun hujan sehingga makin banyak pucuk
yang dihasilkan (Gambar 3).
Cara pemetikan mempengaruhi pertambahan bidang dan ketebalan
daun pemeliharaan, sebagaimana tertera pada Tabel 7. Dalam waktu 5
bulan, dengan cara manual diperoleh pertambahan bidang petik
sebesar 14,67 cm dan 10,6 cm dengan menggunakan gunting petik.
Sedangkan ketebalan daun pemeliharaan 14,67 cm pada pemetikan
dengan cara manual dan 7,33 dengan menggunakan gunting petik. Hal
ini sangat terkait dengan kerusakan tanaman teh, dimana telah
diantisipasi dengan cara mengkombinasikan 3 kali pemakaiangunting
petik dan 1 kali manual.
Tabel 7. Pengaruh Cara Pemetikan dan Daur Pemetikan Terhadap
Pertambahan Bidang Petik serta Ketebalan Daun Pemeliharaan Selama 5
Bulan
KESIMPULANPenggunaan gunting petik pada saat pemetikan teh,
membutuhkan waktu petik yang lebih singkat yaitu selama 6,57
jam/plot dengan prestasi petik sebesar 18,05 kg/jam. Perbandingan
antara penggunaan gunting petik dan cara manual tehadap interval
petik rata-rata gunting petik sebesar 20,57 hari dan cara manual 12
hari dan belum diperoleh hasil yang optimal. Penggunakan gunting
petik, diperoleh hasil dengan persentase daun lebih besar yaitu
76,25 % dibandingkan dengan cara manual. Pemetikan dengan cara
manual dihasilkan mutu pucuk peko sebesar 44,99 %, sedangkan
menggunakan gunting diperoleh mutu pucuk peko lebih banyak yaitu
sebesar 46,14 %. Penggunaan gunting petik dapat meningkatkan
prestasi petik dan mutu pucuk yang dihasilkan. Untuk optimalisasi
kinerja gunting petik masih dibutuhkan peningkatan ketrampilan
dalam penggunaannya, sedangkan kuantitas hasil pucuk, disamping
dipengaruhi oleh cara pemanenan juga dipengaruhi oleh musim.
DAFTAR PUSTAKA
Balittri. 2012. Tanaman Teh. Badan Penelitian Industri dan
Penyegar. Sukabumi, Jawa Barat. Melalui
http://balittri.litbang.pertanian.go.id. (Diakses pada tanggal 29
April 2015 pukul 17.15 WIB).
Butar Butar, Candra. 2012. ANALISIS DAMPAK SISTEM MEKANISASI
PANEN TEH TERHADAP TINGKAT PENGGUNAAN TENAGA KERJA, PRODUKTIVITAS
TENAGA KERJA, PENDAPATAN DAN EFISIENSI UNIT KEBUN SIDAMANIK, PTPN
IV.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=58803&val=4143.
(Diakses pada tanggal 28 April 2014 pukul 16. 12 WIB).
Herawati, Heny dan Agus Nurawan. 2009. PENGKAJIAN PENGGUNAAN
GUNTING PETIK PADA KOMODITAS TEH DI KECAMATAN CIKALONG
WETAN-KABUPATEN BANDUNG.
http://www.jurnal-agritech.tp.ugm.ac.id/ojs/index.php/agritech/article/view/9.
(Diakses pada tanggal 29 April 2014 pukul 16. 52 WIB).
Mutiara, Dina. 2010. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia
sinensis (L.) O. Kunt.) di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi,
Wonosobo, Jawa Tengah.
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/59095. (Diakses pada
tanggal 28 April 2014 pukul 16. 05 WIB).
Syakir; Effendi, Soleh Dedi; Yusro dan Wiratno. 2010. Budidaya
Dan Pasca Panen Teh.Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Bogor, Jawa Barat. Melalui
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id. (Diakses pada tanggal 29
April 2015 pukul 17.23 WIB).
5