Top Banner
Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script) Oleh Kadek Wiramarta SMAN 3 Denpasar Email: [email protected] CP : 081916540925
24

Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

Jan 27, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran

Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa

Inggris

(Sebuah Studi Comparative tentang Role

Play dengan Script dan tanpa Script)

Oleh

Kadek Wiramarta

SMAN 3 Denpasar

Email: [email protected]

CP : 081916540925

Page 2: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class)

dalam Bahasa Inggris

(Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan

tanpa Script)

ABSTRACT

Studi berikut ini merupakan sebuah studi jangkapendek yang dilakukan untuk mengetahui efektifitasskemata dalam pembelajaran speaking. Hal ini munculdari sebuah pertanyaan, mampukah skemata membantu siswadalam pembelajaran speaking secara signifikan? Untukmembuktikan ini, sebuah studi dengan melibatkan 2 kelasdi SMAN 3 Denpasar yang diambil secara acak sebagaisampel dilakukan. Kedua kelas tersebut akanmendapatkan metode yang sama, Role Play. Namun dalamrole play ini, kedua kelas mendapatkan perlakuan yangberbeda. Kelas eksperimen mendapatkan perlakuan, dimana siswa mendapatkan skrip sebagai panduan mereka.Sedangkan kelas kontrol tidak mendapatkan skrip sebagaipanduan. Skrip ini dianggap sebagai skema yang akandimengerti oleh siswa sebelum proses role play ini.Setelah melakukan role play ini hasil didapatkan.Penelitian ini mampu membuktikan bahwa, skrip yangberfungsi sebagai pengaktif skemata telah mampumemberikan efek yang signifikan dalam prosespembelajaran. Dengan demikian diharapkan guru mulaimemberikan perhatian pada aspek skemata sebelumpembelajaran dimulai

Kata kunci : Role play, speaking, skemata

1. Latar Belakang

Page 3: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

Setiap negara pastilah

memiliki kurikulum sebagai

panduan dalam pendidikan.

Menurut Goodlad dan Su (1992),

kurikulum didefinisikan

sebagai sebuah media dan

perangkat yang terdiri dari

rencana-rencana pengajaran

yang akan diaplikasikan kepada

peserta didik dalam jangka

waktu dan tempat tertentu.

Media ini diharapkan akan

mampu membawa perubahan pada

peserta didik baik dalam

pengetahuan, kemampuan dan

sikap ke arah yang lebih baik.

Di Indonesia, dalam

setiap pembelajaran, kurikulum

yang digunakan telah

merumuskan tujuan-tujuan atau

kompetensi yang telah

dikembangkan sebagai hasil

dari pengimplementasikan

kurikulum itu sendiri. Dalam

pembelajaran Bahasa Inggris,

terdapat empat skill yang

diharapkan bisa dikembangkan.

Salah satunya adalah speaking.

Tetapi pada kenyataannya

banyak peserta didik tidak

mampu untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan

dalam kurikulum. Berdasarkan

hasil observasi sementara,

peserta didik merasa takut

untuk berbicara karena mereka

tidak siap untuk berbicara

baik dari segi vocabulary,

grammar,

Menurut Vacca (1998) ada

beberapa factor yang mampu

mempengaruhi kesiapan siswa

dalam menerima pembelajaran.

Salah satunya adalah skemata

atau pengetahuan awal anak.

Nunan (1999 : 257) juga

menyatakan bahwa pengetahuan

awal peserta didik akan

mempengaruhi ekspektasi siswa

akan materi yang akan

diajarkan. Jika skemata telah

diaktifkan , maka kemampuan

Page 4: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

siswa dalam mencerna sebuah

materi akan menjadi lebih

baik. Irwin (1986) lebih jelas

menjabarkan bahwa pengetahuan

awal siswa adalah modal dalam

mencapai kesuksesan dalam

komunikasi. Secara mendetail,

kegagalan peserta didik dalam

berkomunikasi disebabkan

oleh : (1) tidak adanya

penghetahuan awal tentang

materi yang dibicarakan; (2)

skemata yang digunakan masih

belum sempurna; (3) tidak ada

informasi baru yang cukup

dalam perkembangan schema; (4)

penggunaan schema yang tidak

tepat dan; (5) schema yang ada

dalam pikiran peserta didik

masih tidak berkaitan dengan

apa yang dimaksudkan dalam

materi.

Implementasi dari teori

ini adalah sebelum pengajaran

dimulai, pendidik harus yakin

bahwa siswa memiliki

pengetahuan awal yang tepat

dan benar sebelum berlanjut ke

aktifitas pengajaran. Jika

siswa memiliki pengetahuan

yang kurang tentang apa yang

akan mereka lakukan, tingkat

kemengertian siswa juga akan

makin berkurang. Pada

akhirnya, performa siswa di

dalam kelas menjadi kurang

maksimal.

Sayangnya, tidak semua

peserta didik memiliki skemata

yang sama. Selain itu, siswa

terkadang mengatifkan skemata

yang salah dalam proses

pedagogik, Perlu peran serta

yang proaktif dari pengajar

untuk mengaktifkan skemata

yang benar sehingga pengajaran

akan menjadi lebih fokus dan

mudah diserap. Oleh karena

itu, sebelum mengajar,

pendidik harus berusaha

mengaktifkan bagian-bagian

skemata yang cocok untuk

Page 5: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

pelajaran yang akan diajarkan

pada saat itu. Teori ini

dikuatkan oleh Rumelhart

(1985) yang menyatakan bahwa

sebuah skemata yang diaktifkan

secara aktif dan terus-menerus

akan sangat membantu siswa

dalam belajar.

Untuk membuktikan hal

itu, maka diimplementasikan

sebuah metode yang sama pada

dua kelas yang berbeda di

kelas X SMAN 3 Denpasar.

Metode yang digunakan adalah

role play.

Satu hal yang akan

membedakan kedua kelas

tersebut adalah, satu tim akan

mendapatkan skrip ketika

mereka akan melakukan role-

play sebagai panduan dalam

melakukan role play mereka .

Di lain pihak, kelas lainnya

tidak akan mendapatkan skrip

dan akan melakukan role-play

tanpa script. Nantinya rata-

rata nilai dari kedua group

akan dibandingkan dan akan

melalui uji SPSS untuk

menentukan signifikansi

perbedaan antara kedua cara

pengajaran ini.

Script dalam penelitian

dapat melambangkan sebagai

panduan yang bertujuan untuk

mengaktifkan skemata siswa

sebelum menjalani role play.

Dengan demikian, tujuan dari

penelitian ini, untuk mencari

tahu, apakah sebuah role play

dengan script memberikan efek

yang lebih signifikan

dibandingkan dengan role play

tanpa script, akan bisa

tercapai.

2. Tinjauan Pustaka

a. Skemata

Teori skemata pertama

kali dibicarakan oleh Frederic

Bartlett. Sebuah studi

dilakukan untuk membuktikan

Page 6: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

eksistensi skemata di dalam

pikiran manusia. Sebuah cerita

daerah Amerika diberikan

kepada siswa untuk dibaca.

Setelah selesai diabaca, siswa

diminta untuk menceritakan

kembali apa yang mereka baca.

Namun banyak dari cerita ini

tidak sesuai dengan apa yang

mereka baca. Ada beberapa

bagian yang diganti oleh siswa

dengan alasan cerita itu lebih

familiar baginya. Dari

penelitian di atas, Bartlett

menarik kesimpulan bahwa

terdapat skemata atau struktur

mental tidak sadar sebagai

pengetahuan awal siswa tentang

dunia. Skemata lama inilah

yang terkadang mampu

mempengaruhi cepat atau

tidaknya skemata baru

dimengerti.

Menurut Rumelhart

(1985:18) skemata dapat

didefinisikan sebagai sebuah

struktur tentang konsep sebuah

benda yang tersimpan di dalam

memori otak manusia. Skemata

dapat menyimpan berbagai

informasi. Dengan bagian ini,

manusia bisa menerima,

merespin atau mengerti apa

yang dibicarakan kepada

mereka. Contohnya, ketika

seseorang berkata tentang

kamar tidur, maka pikiran akan

langsung membentuk sebuah

gambaran ruang yang memiliki

tempat tidur, lemari dan

sebagainya tergantung dari

pengetahuan awal pendengar.

Scheneider dan Pressley

dalam Thompson dan Byron

(2004) menyatakan bahwa

skemata adalah pengetahuan

yang telah dipelajari,

diketahui dan dialami oleh

peserta didik dalam hidupnya.

Selain itu, skemata sangat

membantu siswa dalam

pembelajaran. Individu yang

Page 7: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

memiliki skemata yang lebih

luas atau skemata yang cocok

dengan materi yang diajarkan

pada saat itu akan membantu

siswa untuk mengingat dan

mengerti topik dengan lebih

baik.

Slavin (2006 : 182)

mendefinisikan skemata sebagai

informasi penting dan bermakna

yang terdiri dari elemen-

elemen yang berkaitan satu

sama lain, yang tersimpan di

dalam memori jangka panjang

kita. Lebih jauh, skemata

mampu menjadi sebuah media

pembantu dalam proses belajar.

Namun, kembali tingkat

komprehensi siswa tergantung

pada seberapa banyak skemata

yang cocok dengan materi yang

baru ini.

Terdapat beberapa

karakteristik dari skemata

menurut Rumelhart (1985) yang

seperti sebagai berikut :

a. Skemata memiliki variabel.

Variabel - variable dari

skemata ini dapat diasosiakan

pada benda yang dibicarakan.

Contohnya ketika seseorang

menyebut kata “memberi”, maka

ada beberapa benda yang bisa

diasosiasikan dengan kata ini

seperti penerima, hadiah dan

pemberi.

b. Skemata tentang satu topik

bisa melekat pada skemata

lainnya. Artinya satu schema

tentang sebuah topic bisa saja

mirip dengan schema tentang

topic lainnya. Variabel-

variabel dari skemata tersebut

mungkin mirip. Tapi, beberapa

variable hanya menjadi

karakteristik dari skema itu

saja. Contohnya, skema tentang

restoran Cina dan restoran

kaki lima. Mereka memiliki

beberapa variable sama seperti

makanan, minuman, meja,

pelayan, koki dan lainnya.

Page 8: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

Akan tetapi variable seperti

sumpit akan menjadi khusus

milik resotran Cina.

c. Skemata merupakan pengetahuan

bukan fakta. Skemata adalah

apa yang manusia tahu tentang

sesuatu baik itu secara umum

benar, atau kebenaran sesaat

saja.

d. Skemata bisa tentang semua

benda. Ini artinya setiap

benda memiliki skemata

tersendiri di otak manusia.

Hanya saja skemata ini

terkadang tidak semuanya

benar.

e. Skemata adalah sebuah proses

yang aktif berkembang. Ketika

manusia menemukan sesuatu yang

baru, maka manusia akan

memperbaharui skematanya.

Landry (2002) menyatakan

bahwa berdasarkan tipe dari

informasi yang tersimpan dalam

skemata , terdapat tiga

skemata yaitu :

a. Content Skemata (Skemata isi)

yang mencakup pengetahuan

tentang topic dan pengalaman

sebelumnya tentang topic

tersebut.

b. Formal skemata (skemata

bentuk) yang mencakup

pengetahuan tentang bentuk-

bentuk discourse seperti

struktur atau tipe dari text.

c. Linguistics skemata (skemata

kebahasaan) yang mencakup

pengetahuan tentang

perbendaharaan kata atau

ketatabahasaan.

Implikasi dari teori-teori

di atas dalam proses belajar

mengajar adalah pengajar harus

selalu mengaktifkan atau

menyediakan informasi untuk

mengembangkan skemata sebelum

pelajaran dimulai. Proses

pengaktifan ini juga harus

fokus ke semua tipe skemata,

tidak hanya satu skemata.

Pengajar juga harus menyadari

Page 9: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

bahwa semakin besar skemata

yang dimiliki tentang sebuah

topic, semakin cepat peserta

didik akan mengerti. Selain

itu pengajar juga harus

memastikan bahwa skemata yang

digunakan untuk materi adalah

benar sehingga kemungkinan

ketidakpahaman siswa terhadap

sebuah materi dapat

diperkecil.

b. Berbicara (Speaking)

Berbicara (speaking)

adalah sebuah proses timbal

balik. Itu artinya semua

pembicara sama-sama

berkontribusi dalam proses

berbicara dan bisa merespon

sebagai reaksi dari kontribusi

yang dilakukan lawan bicara.

Lebih jauh lagi, dalam

pembicaraan, setiap orang

memiliki hak yang sama untuk

menentukan topic pembicaraan

sehinggan membuat kelas

berbicara kurang bisa

diprediksi dibandingan kelas

menulis (Carter and Nunan,

2001).

Luoma (2004) menyatakan

bahwa terdapat beberapa

karakteristik dari berbicara

seperti : (1) tersusun ole

berbagai ide yang bekerja

sebagai satu kesatuan, (2)

mungkin direncanakan dan

mungkin tidak direncanakan,

(3) menggunakan istilah yang

lebih umum digunakan

dibandingkan bahasa tertulis,

(4) sering terjadi kesalahan

yang merefleksikan bahwa

berbicara adalah proses yang

cepat, (5) membutuhkan

timbale-balik dan (6) sangat

bervariasi (contohnya dalam

penggunaan bahasa formal dan

informal berdasarkan pembicara

atau situasi di mana bahasa

digunakan)

Richards dalam Nunan

(1999 : 226) menyatakan bahwa

Page 10: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

kompetensi berbicara

mengandung tiga macam

pengetahuan yaitu (1)

pengetahuan tengan kosa kata

dan tata bahasa, (2)

pengetahuan tentang aturan-

aturan dalam berbicara, dan

(3) pengetahuan tentang

bagaimana cara menggunakan

berbagai tipe tindak tutur

seperti meminta maaf,

menawarkan sesuatu dll.

Canale dan Swain dalam

Celce Murcia (2001)

mengadaptasi teori Hymes

tentang kompetense berbicara

dan mengajukan sebuah teori

tentang 3 dimensi dalam

berbicara : (1) kompetensi

gramatikal yang mencakup kosa

kata dan pengaturan tata

bahasa, (2) kompetensi

sosiolinguistik yang mencakup

pengetahuan seseorang dalam

mengaplikasikan bahasa dalam

berbagai situasi, (3)

kompetensi discourse yang

mencakup bagaimana kata-kata

tergantung dalam kalimat

dengan menggunakan repetisi,

sinonim, koherensi atau

rujukan dan (4) kompetense

strategi berbicara yang

mencakup bagaimana menggunakan

kata-kata atau mencari kata

pengganti dalam upaya

menyampaikan pesan kepada

lawan bicara.

Hymes dalam Luoma (2004 :

24) menyatakan beberapa fitur

yang mampu mempengaruhi apa

yang orang katakan dalam

sebuah komunikasi. Teorinya

disebut teori SPEAKING yang

merupakan akronim dari elemen-

elemen tersebut di atas. Teori

SPEAKING terdiri dari :

1. Situation : Situasi atau

setting tempat, waktu dan

situasi ketika berbicara

2. Participants : Peserta dari

pembicaraan

Page 11: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

3. Ends : Tujuan dari

pembicaraan

4. Act sequence : bentuk dan

isi dari tindak tutur dan

bagaimana cara

menyampaikannya

5. Key : Ekspresi, sikap dan

intonasi

6. Instrumentalities : Model

(tertulis, lisan) atau

bentuk bahasa (dialek atau

aksen kebahasaan)

7. Norms : norma interpretasi

dan norma interaksi seperti

tanggung jawab untuk

memulai sebuah topic,

bertanya, menjelaskan dan

mengelaborasi.

8. Genre : jenis pembicaraan

seperti candaan,

pengajaran, bercerita dll.

Teori – teori tersebut

mengndikasikan bahwa berbicara

bukanlah sebuah keterampilan

yang sederhana. Ada beberapa

elemen yang harus menjadi

bahan pertimbangan guru ketika

mengajar dalam kelas berbicara

sehingga tujuan dari

pengajaran bisa dicapai.

c. Role Play

Davis (1990) menyatakan

bahwa role play adalah sebuah

metode di mana siswa

dimintauntuk memainkan sebuah

karakter imajiner dalam

situasi yang imajiner pula.

Situasi ini dibuat oleh

pengajar dengan sengaja demi

tujuan pembelajaran. Namun

situasi atau karakter ini

harus dibuat mendekati dengan

kehidupan nyata.

Blatner (1995) menyatakan

teknik role play awalnya

berasal dari drama yang

digunakan untuk membantu siswa

dalam mengerti lebih jauh

tentang literature dan ilmu

social. Penggunaan role play

dalam pembelajaran membuat

Page 12: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

siswa lebih tertarik dengan

material karena mereka

terintegrasi dengan materi

pembelajaran. Selain itu,

teknik ini bisa mengembangakan

inisiatif siswa, keterampilan

berkomunikasi, kemampuan

menyelesaikan masalah dan

bekerjasama dalam sebuah tim.

Hal yang terpenting adalah

role play bisa membantu siswa

untuk mempersiapkan diri

mereka untuk menghadapi dunia

nyata karena role play

mengadaptasi kondisi dunia

nyata ke dalam ruang kelas.

Bartle (2007)

mendefinisikan roleplay

sebagai sebuah sesi latihan di

mana guru bertindak sebagai

fasilitator yang mengatur

scenario di mana pesertanya

akan ditugasi untuk memerankan

berbagai peran. Peran-peran

ini biasanya diadaptasi dari

situasi di dunia nyata. Lebih

jauh lagi, role play dipandang

sebagai sebuah metode efektif

untuk meningkatkan kesadaran

diri siswa dan meningkatkan

kemampuan siswa untuk

menganalisa sekaligus

membiasakan siswa dengan

peran, tujuan berbicara, dan

kondisi atau perspektif

pembicara dalam sbuah

percakapan. Walaupun peserta

didik tidak terintegrasi

secara langsung dalam dunia

nyata. Siswa terintegrasi

dengan implemetasi dari

situasi tersebut sehingga akan

menyediakan keuntungan yang

berharga bagi peserta didik

itu sendiri.

Lebih jauh, Woodhouse (2007

: 76) menyatakan bahwa role

play memberikan banyak

keuntungan sebagai berikut :

a. Role play dapat

meningkatkan kemampuan

berkomunikasi

Page 13: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

b. Role play dapat

mendemonstrasikan

bagaimana masyarakat

berinteraksi

c. Role play dapat digunakan

untuk mengeksplorasi

emosi.

d. Role play dapat

mengembangkan kemampuan

interpersonal

e. Role play dapat

meningkatkan empati

peserta didik

f. Dengan menggunakan role

play, peserta didik bisa

menyadari tingkat emosi

mereka.

g. Dapat membantu peserta

didik untuk

mengidentifikasi emosi

dari lawan main dalam

role play.

h. Dapat membantu individu

untuk belajar menghargai

perasaan diri sendiri

atau lawan bicara.

i. Dapat mengembangakan

perbendaharaan kata siswa

yang bisa digunakan

ketika akan

mengekspresikan sesuatu.

j. Dapat membantu melatih

siswa untuk menghadapi

situasi sulit dalam

pembicaraan

k. Dapat meningkatkan

kepercayaan diri siswa.

l. Bisa membantu siswa

untuk berlatih

berkomunikasi di berbagai

situasi seperti

wawancara, diskusi, dll.

Dari penjelasan di atas

dapat dijelaskan bahwa role

play adalah salah satu metode

pengajaran yang efektif karena

mampu membantu siswa untuk

berkomunikasi dengan situasi

yang diadptasi dari dunia

nyata.

d. Role play dengan Skrip

Page 14: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

Tierney dan Nestel (2007)

mendefinisikan Role play

dengan skrip sebagai sebuah

drama dimana percakapan telah

dibuat dan didesain sebelum

role play dimulai, dan para

pemain hanya cukup berakting

berdasarkan skrip. Skrip yang

digunakan menurut Davis (1990)

seharusnya memenuhi kebutuhan

siswa dan bahasa yang

digunakan harus masih bisa

dimengerti siswa. Melalui ini,

diharapkan siswa tidak akan

merasa tertekan ketika bermain

peran.

Keuntungan role play dengan

skrip menurut Harper-Wallen

dan Morris (2005) adalah

metode ini menawarkan sebuah

lingkungan belajar yang aman

dan bebas resiko terutama

ketika peserta didik masih

tidak familiar dengan materi

tersebut.

e. Role Play Tanpa Script

Di sisi lain, role play

tanpa script menurut Harper-

Wallen dan Morris (2005)

adalah sebuah metode dimana

siswa hanya \\diberikan

informasi secara singkat

tentang peran dan masalah yang

diangkat. Agar role-play

berjalan lancar, topik yang

dipilih haruslah familiar

dengan siswa. Selain itu,

partner yang diajak haruslah

dekat dengan siswa sehingga

siswa bisa merasa lebih nyaman

ketika bermain peran.

Untuk melakukan role play

ini, guru tidak diperbolehkan

untuk meminta siswa bermain

peran langsung di depan kelas.

Berikan waktu kepada siswa

untuk berpikir tentang

percakapan yang akan dilakukan

akan lebih baik untuk kesiapan

mental siswa.

3. Metode Penelitian

3.1 Populasi dan Sampel

Page 15: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

Populasi dari penelitian

ini adalah Siswa kelas X di

SMA Negeri 3 Denpasar.

Sedangkan sampel dari

penelitian ini adalah Siswa

kelas X3 dan X4 di SMAN 3

Denpasar setelah dipilih

melalui cluster random

sampling. Siswa kelas X3 akan

diajari dengan menggunakan

Role Play tanpa script.

Sedangkan siswa kelas X4 akan

diajari menggunakan Role Play

dengan script.

Pada awalnya test

normalitas dan homogeneitas

akan dilakukan pada sampel.

Berikut adalah hasil

normalitas dan homogeneitas

yang diuji melalui test SPSS

16.0

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kelasx4 kelasx3

N 38 38

Kolmogorov-Smirnov Z 1.119 .830

Asymp. Sig. (2-tailed) .164 .497

Tabel 1. Test normalitas

Jika dilihat dari table,

nilai sig menunjukkan angka

0.164 dan 0.497. Kedua nilai

signifikansi berada di atas

0.05. Maka dapat disimpulkan

bahwa kedua kelas berada dalam

kondisi normal.

Test of Homogeneity of Variance

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

VAR00002

Based onMean

.245 1 74 .622

Based onMedian

.356 1 74 .553

Based onMedian and withadjusteddf

.356 1 66.382 .553

Based ontrimmed mean

.252 1 74 .617

Tabel 2. Test homogeneitas

Dari table di atas, dapat

dilihat bahwa kedua grup

bersifat homogen. Ini dapat

disimpulkan dari sig yang

Page 16: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

kesemuanya di atas 0.05. Oleh

karena itu kedua kelompok

bersifat normal dan homogeny.

3.2 Variabel

Variabel dalam penelitian ini

dapat dilihat sebagai berikut

Diagram 1. Variabel bebasmempengaruhi variable terikat

3.3 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimen yang

dengan desain yang bernama

Posttest Only Control Group

Design (rancangan secara acak

dengan tes akhir dan kelompok

control). Kedua kelas akan

dilihat kesetaraanya dengan

menggunakan nilai speaking

siswa pada tes oral terakhir.

Jika dinilai sama, kedua kelas

akan menjadi bahan eksperimen

di mana salah satu kelompok

siswa menjadi kelompok kontrol

yang tidak diberi perlakuan

apapun dan yang lainnya

menjadi kelompok eksperimen

yang akan diberi perlakuan

3.4 Instruments

Terdapat beberapa instrument

yang digunakan di dalam

penelitian ini. Mereka

adalah :

1. RPP sebagai panduan dalam

mengajar

2. Tes kemampuan berbicara

sebagai alat untuk

mengukur kompetensi siswa

dalam berbicara

3. Rubrik penilaian

berbicara sebagai panduan

untuk memberi skor

kompetensi berbicara

siswa.

3.5 Teknik Analisis Data

Variabel Bebas Variabel

Terikat

X3 Kmptnsi

Page 17: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

Teknik analisis yang digunakan

dalam penelitian ini ada dua.

Teknik pernama adalah Teknik

Analisis Deskriptif dalam

bentuk nilai rata-rata yang

kedua. Teknik analisis kedua

adalah teknik analisis

inferensial di mana teknil

analisis ini digunakan untuk

menarik kesimpulan.

4. Temuan dan Pembahasan

4.1 Temuan

4.1.1 Analisis Deskriptif

Pada analisi deskriptif,

nilai rata-rata dari kedua

kelas dianalisis untuk melihat

rata-rata kedua kelas. Nilai

rata-rata kedua kelas dapat

dilihat di tabel di bawah ini.

Kelas Nilai rata-rata

Eksperimen 81.92Kontrol 77.84Tabel 3 : nilai rata-rata kelas.

Nilai rata-rata di atas

nilai menunjukkan bahwa kelas

eksperimental memiliki nilai

rata-rata di atas kelas

kontrol. Hal ini menunjukkan

bahwa kelas eksperimental

memiliki kompetensi yang lebih

tinggi bila dibandingkan

dengan kelas kontrol.

4.1.2 Analisis Inferensial

Sebelum masuk ke analisis

inferensial, data harus

memenuhi uji tes normalitas

dan homogeneitas. Uji tes

normalitas dan homogeneitas

bisa dilihat di tabel di bawah

ini.

KelasExperimental Kelas Kontrol

Sig. 0.066 0.200Tabel 4 : normalitas data

Dari tabel di atas, bisa

dilihat bahwa kelas kontrol

dan kelas eksperimental

memiliki nilai signifikansi di

atas 0.05. Bisa disimpulkan

bahwa kedua kelas tersebut

normal.

Page 18: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

Sig.

VAR00002 Based on Mean .120

Based on Median .124

Based on Median and with adjusted df

.124

Based on trimmed mean .117

Tabel 5. Hasil uji homogeneitas

Hasil uji homogeneitas

menunjukkan bahwa taraf

signifikansi dari data

berdasarkan dari keempat

komponen di atas ada pada

taraf di atas 0.05. Hal ini

menunjukkan bahwa data

tersebut homogen.

tobsdf t cv

level ofsignifica

nce

Penafsiran

2.667

76

1.9917 0.05 Signifika

nTabel 6. Hasil uji.test

Hasil uji test

inferensial digunakan untuk

menarik kesimpulan. Perbedaan

dinyatakan signifikan apabila

t obs > tcv . Dari tabel di atas,

dapat dilihat bahwa t obs > tcv .

2.667 lebisa besar bila

dibandingkan dengan 1.9917.

Hal ini membuktikan bahwa

skemata jelas meningkatkan

kompetensi siswa secara lebih

signifikan dibandingkan dengan

kelas tanpa skemata.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini merupakan

sebuah penelitian eksperimen

dimana terdapat dua kelas yang

telah diuji normalitas dan

homegenitasnya dengan

membandingkan hasil speaking

terakhir. Kemudian kedua grup

ini diberikan perlakuanyang

berbeda. Teknik yang

diterapkan pada kedua kelas

adalah sama. Satu hal yang

akan membedakan keduanya

adalah eksistensi skrip ketika

role play. Grup kontrol

melakukan role play tanpa

skrip sebagai panduan mereka.

Siswa hanya diberikan tema dan

ekspresi yang diinginkan.

Page 19: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

Sebelum melakukan role play,

selama 15 menit sebelumnya,

siswa akan memikirkan sendiri

apa yang hendak mereka

peragakan di depan kelas.

Sedangkan kelas lainnya, yang

menjadi kelas eksperimen

menerima skrip sebagai panduan

mereka. Skrip ini langsung

terdiri dari tokoh yang harus

diperagakan beserta kata-kata

yang akan dibicarakan dalam

percakapan. Siswa diminta

untuk berbicara sesuai dengan

skrip walaupun siswa

diperbolehkan untuk melakukan

improvisasi pada percakapan.

Secara descriptif, dapat

dibuktikan bahwa nilai rata-

rata dari kelas eksperimen

lebih besar bila dibandingkan

dengan kelas kontrol. Hal ini

menunjukkan bahwa kompetensi

berbicara siswa pada kelas

eksperimen yang diajari dengan

role play dengan skrip lebih

baik dibandingkan dengan

kompetensi berbicara siswa di

kelas kontrol

Terdapat beberapa

perbedaan signifikan yang

terjadi dalam kedua proses

role play ini. Perbedaan

pertama terdapat pada tingkat

kepercayaan diri siswa ketika

melakukan role play. Siswa

pada kelas yang menggunakan

role play dengan skrip

menunjukkan tingkat

kepercayaan diri yang lebih

tinggi. Tingkat kelancaran

dalam berbicara mereka lebih

baik bila dibandingkan dengan

tingkat kelancara berbicara di

kelas kontrol. Hal ini

dikarenakan siswa lebih siap

baik dari segi kata-kata atau

dari segi situasi dalam

pembicaraan untuk menghadapi

role play yang akan mereka

lakukan.

Page 20: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

Perbedaan kedua terjadi

dalam ketepatan tema

berbicara. Beberapa siswa di

kelas kontrol menunjukkan

bahwa mereka belum benar-benar

menguasai materi. Materi yang

diajarkan adalah ekspresi

kebahagian. Akan tetapi,

beberapa siswa masih salah

dalam memilih kata-kata untuk

menunjukkan kebahagiaan.

Contohnya penggunaan kata

untuk berterima kasih sebagai

wujud rasa senang. Beberapa

siswa juga membuat situasi

yang kurang mencerminkan

kebahagiaan. Contohnya adalah

situasi di mana seorang siswa

melakukan role play di mana

mereka saling melemparkan

tebak-tebakan yang lucu.

Situasi yang diperagakan

walaupun hampir mirip bukanlah

ekspresi kebahagiaan tapi

ekspresi geli terhadap tebak-

tebakan yang lucu. Perbedaan

besar ini disebabkan oleh

skemata mereka tentang situasi

atau keadaan di mana sebuah

percakapan harus diucapkan

pada kelas eksperimen telah

diaktifkan melalui skrip.

Sedangkangan kelas lainnya

tidak mendapatkan apa yang

didapatkan oleh kelas kontrol.

Perbedaan ketiga terdapat

pada frekuensi penggunaan kosa

kata dan grammar yang salah.

Di kelas kontrol, tingkat

penggunaan kosa kata atau

grammar yang salah lebih besar

dibandingkan di kelas

eksperimen. Ini jelas karena

di kelas eksperimen siswa

mendapatkan skrip sebagai

panduan. Peserta didik

setidaknya sudah mendapatkan

kata-kata yang harus mereka

ucapkan dalam role play.

Dengan demikian skemata mereka

tentang kosakata sudah

diaktifkan. Di lain pihak.

Page 21: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

Kelas kontrol yang melakukan

role play tanpa skrip hanya

melakukan role play dengan

tulisan yang mereka karang

sendiri. Hasilnya, banyak dari

kosa kata yang diucapkan masih

salah dan grammar yang

digunakan masih tidak begitu

bagus,

Namun, ada satu hal yang

bisa diidentifikasi tentang

kelemahan role play dengan

skrip ini. Siswa yang

melakukan role play tanpa

skrip cenderung lebih kreatif

pada situasi-situasi di mana

mereka harus menggunakan

ekspresi tertentu. Sedangkan

kelas eksperimen cenderung

membosankan. Walaupun peserta

didik telah didorong untuk

mengimprovisasi percakapan

mereka.

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian

ini adalah siswa yang

diajarkan dengan skemata

diaktifkan secara signifikan

menunjukkan nilai kompetensi

yang lebih baik bila

dibandingkan dengan kelas yang

diajarkan tanpa skemata. Hal

ini jelas membuktikan bahwa

pengaktifan skemata sebelum

pengajaran akan memberikan

dampak positif terhadap

keberlangsungan proses

pembelajaran.

5.2 Saran

Terdapat beberapa saran

yang ingin penulis sampaikan

melalui kesempatan ini yang

akan dijabarkan sebagai

berikut :

a. Secara umum role play

merupakan sebuah metode

yang bagus. Namun, akan

sangat bagus jika skemata

siswa diaktifkan terlebih

Page 22: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

dahulu sebelum role play

dilakukan. Hal ini akan

jelas membantu siswa dalam

proses pembelajaran siswa.

b. Siswa cenderung menjadi

kurang kreatif ketika

melakukan role play dengan

skrip. Siswa sebaiknya

diminta untuk menjadi lebih

kreatif. Caranya bisa

dengan meminta siswa untuk

melakukan role play dengan

skrip yang berbeda-beda

atau siswa bisa diminta

untuk mengembangkan role

play dengan kreaatifitas

mereka sendiri.

c. Studi ini masih bersifat

studi jangka pendek pada

siswa yang masih pemula.

Perlu diadakan studi lebih

lanjut tentang studi ini

dengan variabel variabel

yang lebih beragam.

Daftar Pustaka

Goodlad, J.I., & Su, Z. 1992.The organization of thecurriculum. New York:Macmillan.

Vacca, Richard T., Vacca, JoA.L. 1998. Content AreaReading, Literacy andLearning Across theCurriculum. United States.Addison-Wesley EducationalPublished Inc.

Nunan, David. 1999. SecondLanguage Teaching andLearning. Boston : HeinleCengage Learning.

Irwin, Judith Westphal. 1986.Teaching ReadingComprehension Process.United States of America :Pearson Education Inc.

Rumehalt, David E.,McClelland, James 1985.Parallel DistributedProcessing, Exploration inThe MicrostructureCognition Volume 2,Psychological andBiological Model.Available athttp://205.196.122.18/78c55rdywz5g/whrq7b7pme6qh6b/_B1Z4JeKD7vCN.7z.

Thompson, Ross A. and ByronL.Z. 2004. Academic

Page 23: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script

Aptitude and PriorKnowledge as Predictors ofStudents’ Achievement inIntroduction toPsychology. USA : AmericaPsychology Association.

Slavin, Robert E. 2006.Educational Psychology,Theory and Practice,Eighth Edition. UnitedState of America : PearsonEducation Inc.

Landry, Kevin L. 2002.“Skemata in SecondLanguage Reading”. TheReading Matrix Vol.2,No.3. Available at :http://www.readingmatrix.com/articles/landry/

Celce-Murcia, Marianne.2001.Teaching English as aSecond or ForeignLanguage, Third Edition.USA : Heinle and Heinle.

Luoma, Sari. (2004). AssessingSpeaking. United Kingdom :Cambridge University Press

Davis, Paul. (1990). The Useof Deama in EnglishLanguage Teaching. TESLCanada Journal. Availableat :http://journals.sfu.ca/tes

l/index.php/tesl/article/viewFile/581/412

Blatner, Adam. (1995). RolePlayin in Education.Available at :http://www.blatner.com/adam/pdntbk/rlplayedu.htm.

Bartle, Phil. (2007). RolePlaying and SimulationGames : A TrainingTechnique. Available athttp://cec.vcn.bc.ca/cmp/modules/tm-rply.htm.

Woodhouse Jan. (2007).Strategies for HealthcareEducation, How to Teach in21st Century. Abingdon :Biddles Ltd, King’s Lynn.Available at :http://books.google.co.id/books?id=Ht4HCKPAfKUC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

Nestel, Debra and Tierney,Tanya. (2007). Role-playfor medical studentslearning aboutcommunication: Guidelinesfor maximising benefits .London : Department ofBiosurgery & SurgicalTechnology.

Page 24: Penggunaan Skemata dalam Pembelajaran Berbicara (Speaking Class) dalam Bahasa Inggris (Sebuah Studi Comparative tentang Role Play dengan Script dan tanpa Script