Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP Oleh: Muhammad Fuat*) Abstrak Sampling stratifikasi merupakan teknik sampling yang memisahkan populasi ke dalam dua atau lebih tingkatan dan kemudian mengambil sampel dari masing-masing tingkatan. Auditor APIP dapat menggunakan prinsip-prinsip stratifikasi tersebut dalam auditnya. Caranya auditor APIP menyisihkan unit dalam populasi yang paling besar atau paling mahal atau paling signifikan/material untuk diperiksa lengkap dan kemudian memilih sampel dari sisanya. Untuk menentukan apakah digunakan sampling stratifikasi, dalam setiap populasi auditor harus mengenali variasi yang besar dalam ukuran jumlah atau karakteristik unit yang membentuk populasi. Jika auditor APIP melihat adanya variasi yang besar, makar harus mempertimbangkan sampling stratifikasi. Sampling stratifikasi lebih sederhana dan mudah digunakan, serta dapat membantu auditor APIP dalam dua hal penting yaitu mengendalikan distorsi dan memungkinkan ukuran sampel yang lebih kecil, serta terhindar dari risiko deteksi. Bila populasi telah distratifikasi, unit sampel bisa dipilih melalui sampling nomor acak atau sampling interval, tergantung keadaan. I. PENDAHULUAN Sampling adalah proses menerapkan prosedur-prosedur audit pada sampel yang merupakan bagian dari keseluruhan populasi guna mengambil kesimpulan mengenai total populasi. Teori sampling mengasumsikan bahwa kualitas yang dimiliki sampel representatatif bisa diperhitungkan kedalam populasi. Sampling pada hakekatnya adalah proses mempelajari 1
21
Embed
Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP
Oleh: Muhammad Fuat*)
Abstrak
Sampling stratifikasi merupakan teknik sampling yang memisahkan populasi ke dalam dua atau lebih tingkatan dan kemudian mengambil sampel dari masing-masing tingkatan. Auditor APIP dapat menggunakan prinsip-prinsip stratifikasi tersebut dalam auditnya. Caranya auditor APIP menyisihkan unit dalam populasi yang paling besar atau paling mahal atau paling signifikan/material untuk diperiksa lengkap dan kemudian memilih sampel dari sisanya. Untuk menentukan apakah digunakan sampling stratifikasi, dalam setiap populasi auditor harus mengenali variasi yang besar dalam ukuran jumlah atau karakteristik unit yang membentuk populasi. Jika auditor APIP melihat adanya variasi yang besar, makar harus mempertimbangkan sampling stratifikasi.Sampling stratifikasi lebih sederhana dan mudah digunakan, serta dapat membantu auditor APIP dalam dua hal penting yaitu mengendalikan distorsi dan memungkinkan ukuran sampel yang lebih kecil, serta terhindar dari risiko deteksi. Bila populasi telah distratifikasi, unit sampel bisa dipilih melalui sampling nomor acak atau sampling interval, tergantung keadaan.
I. PENDAHULUAN
Sampling adalah proses menerapkan prosedur-prosedur audit pada
sampel yang merupakan bagian dari keseluruhan populasi guna mengambil
kesimpulan mengenai total populasi. Teori sampling mengasumsikan bahwa
kualitas yang dimiliki sampel representatatif bisa diperhitungkan kedalam
populasi. Sampling pada hakekatnya adalah proses mempelajari keseluruhan
dengan menelaah hanya sedikit (kurang dari 100%). Pada saat yang sama
dengan sampling auditor harus menerima resiko bahwa sampel yang dipilih
tidak benar-benar mencerminkan populasi yaitu bahwa karakteristik yang
diproyeksikan/diestimasikan dari sampel tidak sama dengan yang akan
ditemukan jika keseluruhan populasi atau sampel dalam jumlah lebih besar
dilakukan audit.
Sampling bukanlah akhir tujuan itu sendiri, justru hanya merupakan
sarana untuk mencapai tujuan. Sampel dan hasil sampel hanyalah data mentah
1
yaitu data yang harus diberikan bobot dan dipelajai. Data tersebut harus
dianalisis materialitasnya, alasan, penyebab dan dampak actual atau potensial.
Jadi sampel yang diambil merupakan langkah pertama untuk memberikan opini
audit.
Dengan meningkatnya penggunaan teknologi informasi, auditor APIP (Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah) harus menetukan apakah sampling
merupakan cara yang paling efisien dan efektif untuk mendapatkan bukti dan
kesimpulan. Dengan pendekatan bank data dan pencarian informasi, mungkin
lebih efisien melakukan pengujian berbantuan komputer pada keseluruhan
populasi.
Permasalahan yang dihadapi auditor APIP dalam penggunaan teknik sampling
adalah:
1. pendekatan sampling apa yang akan digunakan
2. berapa banyak unit sampel yang akan dipilih
3. bagaimana auditor memilih unit sampel tersebut
4. bagaimana mengevaluasi hasil-hasilnya terkait dengan tujuan
Dalam pemilihan sampel auditor dapat memilih dua jalur yaitu pertama
mengarah ke sampel terarah (directed sample) dan yang kedua merupakan
sampel acak (random sample). Sampel terarah atau sampel bertujuan
digunakan bila auditor mencurigai adanya kesalahan serius atau manipulasi dan
ingin mendapatkan bukti untuk mendukung kecurigaan mereka atau
menemukan sebanyak mungkin hal yang mencurigakan. Proses ini tidak ada
kaitannya dengan sampling statistik, jadi murni merupakan pekerjaan
mendeteksi. Makin baik naluri detektif auditor, makin berguna sampel yang
diambilnya. Tetapi auditor tidak bisa mengambil kesimpulan tentang populasi
dari sampel terarah. Kesimpulan seperti ini jelas tidak bisa memberikan jaminan
karena sampel tidak mencerminkan populasi.
Sampel acak berusaha mencerminkan populasi tempat diambilnya
sampel sedekat mungkin, sehingga apabila seorang auditor mengambil sampel
secara acak berarti auditor mencoba mengambil gambar berupa miniatur dari
catatan atau data dalam jumlah besar yang membentuk populasi tempat sampel
2
dipilih. Makin besar sampel yang dipilih, makin dekat sampel tersebut
mencerminkan populasi (mewakili atau representatif)
Sampling statistik memungkinkan auditor APIP mengukur resiko
pengambilan sampel yaitu risiko bahwa suatu sampel tidak mencerminkan
populasi. Untuk mengukur risiko tersebut secara statistik maka pemilihan sampel
haruslah acak. Pemilihan acak berarti bahwa setiap unit dalam populasi memiliki
peluang yang sama untuk dipilih.
Sampling nonstatistik tidak memungkinkan auditor untuk mengukur risiko
pengambilan sampel secara objektif, karena setiap unit populasi tidak memiliki
peluang yang sama untuk terpilih. Namun, sampling nonstatistik bisa bernilai
untuk rancangan sampling terarah (bertujuan) atau bentuk lain dari sampling
menggunakan pertimbangan.
Tentu saja dimungkinkan bagi auditor untuk memilih sampel secara acak tanpa
berupaya mengambil inferensi statistik tentang keseluruhan populasi. Tetapi
dengan menggunakan pemilihan acak auditor bisa menghindari bias dan juga
lebih yakin karena sampel yang dipilih cenderung mencerminkan nilai populasi.
Ada beberapa aturan pengambilan sampel yang representatif. Berikut ini tiga
prinsip dasar pemilihan yang berlaku dalam setiap prosedur sampling:
1. Kenali populasi secara jelas , karena kesimpulan audit bisa didasarkan
semata-mata dari sampel yang diambil dari populasi tersebut.
2. Definisikan unit sampling sesuai tujuan audit.
3. Biarkan setiap unit sampel dalam populasi memiliki peluang yang sama (atau
peluang tertentu) untuk terpilih.
Jika tiga prinsip di atas dilanggar, maka pengujian tersebut dipertanyakan
dasar-dasar teknisnya, dan kesimpulan dibuat tanpa dukungan yang objektif.
Jika populasi atau unit sampelnya tidak didefinisikan dengan baik sesuai tujuan
audit maka akan menghasilkan sampling dan audit yang salah.
Jika populasi dan unit sampel didefinisikan dengan baik, maka keseluruhan arah
dan pendekatan audit akan meningkat. Teknik yang baik adalah memetakan
3
populasi sebelum mengambil sampel untuk mengidentifikasi subpopulasi atau
strata.
Gambar 1: Gambaran Umum Sampling
II. PEMBAHASAN
1. Sampling Stratifikasi (Stratified Sampling)
Dalam setiap populasi auditor APIP harus mengenali variasi yang besar
dalam ukuran jumlah atau karakteristik unit yang membentuk populasi. Jika
auditor APIP melihat adanya variasi yang besar, auditor harus
*) Resiko Melekat(RM) & Resiko Pengendalian (RK) yang merupakan bagian dari risiko audit, .
2. Menetapkan Jumlah /Unit Sampel
Untuk menetapkan unit sampel, populasi harus dikelompokkan lebih
dahulu menurut strata yang direncanakan. Strata yang ditentukan oleh
auditor adalah sebagai berikut:
Strata Unit Nilai Buku
- Diatas Rp 4.000.000,00 34 bukti Rp 166.065.000,00
- Antara Rp 1.000.000,00 sd Rp4.000.000,00
705 bukti Rp 1.216.706.000,00
- Dibawah Rp 1.000.000,00 365 bukti Rp 257.230.000,00
- Jumlah 1.104 bukti Rp 1.640.001.000,00
Kebijakan yang telah diambil oleh auditor APIP yaitu:
Anggota populasi yang nilainya di atas Rp4.000.000,00 dikeluarkan lebih
dahulu dari populasi karena akan diteliti seluruhnya (diperiksa 100%) yaitu
sebanyak 34 transaksi, sehingga rinciannya sebagai berikut:
11
- Total pengeluaran kas 1.104 bukti Rp. 1.640.001.000,00
- Pengeluaran > Rp
4.000.000,00
34 bukti Rp. 166.065.000,00
- Pengeluaran < Rp
4.000.000,00
1070 bukti Rp. 1.473.936.000,00
Jadi besarnya sampel yang nilainya dibawah Rp.4.000.000,00 adalah:
n = (1.473.936.000 x 1,2)/16.000.000 = 110 unit
Distribusi sampel pada masing-masing strata:
- Dibawah Rp 1.000.000,00 = (257.230.000/1.473.936.000) x 110 = 19 bukti
- Antara Rp1.000.000 sd Rp 4.000.000
= (1.216.706.000/1.473.936.000) x 110 = 91 bukti
110 bukti
- Diatas Rp 4.000.000,00 (diperiksa 100%) = 34 bukti
Jumlah 144 bukti
3. Memilih Sampel
Dalam melakukan audit sampel dipilih secara acak.
4. Menguji Sampel
Besarnya sampel yang harus diuji oleh auditor sebanyak 144 bukti pengeluaran
dengan nilai sebesar Rp. 319.020.000,00. Berikut ini adalah rincian pengujian
sampel:
12
Keterangan Dibawah 1.000.000 s/d 4.000.000
Diatas Jumlah
Toleransi Salah Saji (TS)
16.000.000Populasi:- Jumlah Bukti (N) 365 705 34 1.104- Nilai Buku (NB) 257.300.00
01.216.706.00
0166.065.000 1.640.001.000
Sampel:- Bukti (n) 19 91 34 144- Nilai Sampel (NS) 15.088.000 163.770.000 166.065.000 319.020.000Hasil Audit 15.088.000 162.600.000 165.065.000 316.850.000Salah Saji Sampel (SS) 0 1.170.000 1.000.000 2.170.000Proyeksi Salah Saji (PS)
(NB / NS) x SS
0 8.688.063 1.000.000 9.688.063
5. Mengestimasi keadaan populasi:
Dari hasil pengujian sampel diperoleh temuan penyimpangan sebesar Rp. 2.170.000,00 dan setelah diestimasikan kedalam populasi diperoleh proyeksi salah saji populasi sebesar Rp. 9.688.063
6. Simpulan Hasil Audit
Auditor telah menetapkan besarnya Toleransi Salah Saji (TS) sebesar Rp16.000.000,00 sedangkan proyeksi salah saji populasi sebesar Rp9.688.063
Dapat disimpulkan bahwa nilai populasi tidak terdapat salah saji yang material,
sehingga populasi layak dipercaya.
13
III. SIMPULAN dan SARAN
Dari hasil pengujian sampling diperoleh hasil bahwa populasi layak untuk
diterima yang berarti bahwa populasi tidak mengandung salah saji yang
material, hal ini terbukti dari hasil pengujian sampel yang telah diestimasikan ke
populasi (proyeksi salah saji = PS) sebagai berikut:
- Toleransi Salah Saji (TS) sebesar Rp16.000.000,00
- Proyeksi salah saji populasi sebesar Rp9.688.063,00
Dilihat dari hasil proyeksi salah saji (PS) dapat dikatakan bahwa data-data yang
ada dalam populasi dapat diyakini kewajarannya karena populasi mengandung
salah saji yang tidak material, tetapi hal ini harus juga dianalisis terlebih dulu
apakah penentuan TS sebesar Rp.16.000.000,00 memang sudah memadai
dalam arti ditinjau dari segi materialitasnya. Dalam hal ini TS hanya sebesar
0,98% {(16.000.000 : 1.640.001.000,00) x 100%} dari populasi sehingga dapat
dikatakan bahwa toleransi salah saji sangat kecil sekali dan dapat dikatakan
bahwa toleransi tersebut tidak material.
Tetapi dibalik analisis tersebut mungkin auditor mempunyai keyakinan
sendiri bahwa makin kecil toleransi salah saji berarti makin teliti hasil pengujian
sampel atas populasi yang diuji dari angka-angka pertanggungjawaban
pengeluaran uang . Kesimpulan mengenai populasi dapat berubah apabila TS
berubah atau jumlah sampel dirubah. Jadi dari hasil pengujian yang
menggunakan sampling startifikasi diatas dapat dikatakan bahwa tingkat resiko
deteksi dari data populasi sangat kecil, karena semua pengeluaran yang
nilainya besar yaitu diatas Rp.4.000.000,00 diuji 100% demikian juga auditor
dalam menentukan toleransi salah saji sangat kecil (0,98%) dari nilai populasi
sehingga hasil pengujiannya sangat telita dan terhindar dari resiko salah saji
yang yang material dan resiko deteksi.
Dari penyajian tersebut diatas ternyata penggunaan sampling stratifikasi
sangat mudah dan sederhana cara menggunakannya, serta bisa menghasilkan
simpulan bagi auditor APIP dengan cermat serta dapat mengurangi adanya
risiko deteksi, karena untuk nilai yang besar atau penting dijadikan strata
14
tersendiri dan diperiksa semuanya, sehingga tidak terdapat kesalahan
material/besar yang tidak terdeteksi
Untuk itu disarankan kepada para auditor APIP dapat menggunakan
sampling stratifikasi dalam kegiatan auditnya, agar laporan hasil audit yang
dihasilkan bisa dihandalkan dan terbebas dari risiko deteksi dalam jumlah yang
besar/material.
*)Widyaiswara Utama pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP