Top Banner
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat menimbulkan dampak ekologis yang sangat serius terhadap alam dan manusia. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwabudidaya padi dengan penggunaan insektisida secara intensif akan menurunkan fungsi parasitoid telur Anagrus nilaparvatae sebagai agen pengendali hayati dalam mengendalikan wereng batang padi cokelat (Nilaparvata lugens) (Meilin, 2012). Penggunaan insektisida yang tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan pada tanaman bawang merah telah meningkatkan tingkat resistensi hama larva Spodoptera sp sebagai hama utama, dan ledakan Liriomyza sp(hama sekunder), dan disisi lain telah memusnahkan berbagai hewan dan serangga predator seperti laba-laba (Aranaeus inustus, Argiope sp, Lycosa pseudoannulata dan Oxyopes javanicus) (Sulistiyono et al., 2008). Penggunaan pestisida yang berlebihan membawa dampak yang serius terhadap lingkungan, termasuk manusia. Keterlambatan perkembangan anak di usia dini, misalnya 1
32

penggunaan pestisida sintetik

Mar 04, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: penggunaan pestisida sintetik

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan

untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat menimbulkan

dampak ekologis yang sangat serius terhadap alam dan

manusia. Beberapa hasil penelitian menunjukkan

bahwabudidaya padi dengan penggunaan insektisida secara

intensif akan menurunkan fungsi parasitoid telur Anagrus

nilaparvatae sebagai agen pengendali hayati dalam

mengendalikan wereng batang padi cokelat (Nilaparvata lugens)

(Meilin, 2012). Penggunaan insektisida yang tidak sesuai

dengan aturan yang telah ditetapkan pada tanaman bawang

merah telah meningkatkan tingkat resistensi hama larva

Spodoptera sp sebagai hama utama, dan ledakan Liriomyza

sp(hama sekunder), dan disisi lain telah memusnahkan

berbagai hewan dan serangga predator seperti laba-laba

(Aranaeus inustus, Argiope sp, Lycosa pseudoannulata dan Oxyopes

javanicus) (Sulistiyono et al., 2008).

Penggunaan pestisida yang berlebihan membawa dampak

yang serius terhadap lingkungan, termasuk manusia.

Keterlambatan perkembangan anak di usia dini, misalnya

1

Page 2: penggunaan pestisida sintetik

dipengaruhi oleh lingkungan yang terkena pestisida pada

waktu ibu mengandung, dapat menyebabkan terjadinya

gangguan janin (Widiyastuti dan Puji, 2009). Hasil

penelitian Setiyobudi et al. (2013) menjelaskan bahwa

paparan Chlorpyrifos, salah satu bahan aktif pestisida,

menyebabkan janin yang dikandung ibu mempunyai resiko 2,5

kali mengalami gangguan tumbuh kembang dan salah satu

penyebab terjadinya BBLR (berat badan bayi lahir rendah).

Pestisida juga berpengaruh negatif terhadap kualitas

tanah, dimana hilangnya kemampuan lahan untuk memproduksi

nutrisi, penurunan kualitas air, adanya residu pada hasil

panen dan bahan olahannya, serta keracunan pada manusia

bahkan dapat menyebabkan kematian pada organisme hidup

(Yuantari et al., 2013).

Kabupaten Kupang merupakan salah satu daerah

pertanian, namunpenggunaan pestisida belum sepenuhnya

mengikuti petunjuk yang tertera pada label kemasan. Hasil

penelitian Nahas (2013) menjelaskan bahwa 46,66% petani

responden di Desa Mata Air dan 50,00% petani responden di

Kelurahan Tarus Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang

telah menggunakan pestisida sesuai dengan anjuran yang

tertera pada label kemasan/wadah pestisida walaupun belum

maksimal. Selanjutnya 53,33% petani responden di Desa

Mata Air dan 50,00% Kelurahan Tarus Kecamatan Kupang

2

Page 3: penggunaan pestisida sintetik

Tengan Kabupaten Kupang telah melakukan penyimpangan

dalam penentuan dosis aplikasi pestisida yang digunakan

tidak sesuai dengan petunjuk pada label kemasan pestisida

dan 13,33% petani responden di Desa Mata Air dan 16,66%

Kelurahan Tarus Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang

menyimpan wadah/kemasan sisa aplikasi pestisida di

sekitar tanah dan berdampak negatif bagi

pengguna/petani.

Kecamatan Kupang Timur merupakan sentral produksi padi

di Kabupaten Kupang. Data Badan Pusat Statistik (2013)

menunjukan bahwa produksi padi sawah di Kecamatan Kupang

Timur pada tahun2012mengalami peningkatan pada hasil

produksisebesar 17.856,24 ton dengan luas tanam 4.749 ha

dibandingkan dengan hasil produksi pada tahun 2011

sebesar 16.859,84 ton dengan luas tanam 4.870 ha. Usaha

peningkatan produksi yang dilakukan dengan menerapkan

berbagai teknologi serta penggunaan pestisida sebagai

pilihan utama untuk mengendalikan OPT, karena pestisida

mudah diperoleh, reaksinya cepat dan OPT cepat mati.

Ketergantungan tersebut yang menyebabkan petani

menggunakan pestisida secara tidak bijaksana. Untuk

mendapatkan informasi yang benar dan tepat berapa besar

penggunaan pestisida sintetik yang tidak sesuai pada

pertanaman padi di Kupang Timur, maka perlu dilakukan

3

Page 4: penggunaan pestisida sintetik

penelitian dengan judul “Penyimpangan Penggunaan

Pestisida Sintetik Pada Tanaman Padi Di Kecamatan Kupang

Timur Kabupaten Kupang”.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola

aplikasi dan besarnya penyimpangan penggunaan pestisida

sintetik pada pertanaman padi di Kecamatan Kupang Timur

Kabupaten Kupang.

Kegunaan penelitian ini yaitu bagi Instansi

Pemerintah (Depertemen Kesehatan dan Pertanian) sebagai

dasar untuk menyusun kebijakan dalam upaya pengamanan

resiko pestisida, terutama melalui pendekatan kepada

masyarakat. Bagi masyarakat, pengguna pestisida untuk

memberikan informasi tentang bagaimana cara mengelola

bahan berbahaya dan beracun secara baik dan benar.

4

Page 5: penggunaan pestisida sintetik

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pestisida

Pestisida berarti pembunuh hama (pest: hama dan cide:

membunuh) dan secara umum pengertian pestisida ini

sangatlah luas yang mencakup produk-produk yang digunakan

dibidang pengelolaan tanaman (pertanian, perkebunan,

kehutanan), peternakan, kesehatan hewan, perikanan,

penyimpanan hasil pertanian, pengawetan hasil hutan,

kesehatan masyarakat (termaksud, pengendalian vektor

penyakit manusia), bangunan (pengendalian rayap),

pestisida rumah tangga, fumigasi serta pestisida industri

(Nikada, 2012). Secara khusus, pestisida yang digunakan

di bidang pengelolaan tanaman disebut produk perlindungan

tanaman (crop protection products) atau pestisida pertanian.

Jadi pestisida pertanian dapat diartikan sebagai bahan

kimia yang digunakan untuk mengurangi dan menghambat

perkembangan dan pertumbuhan dari hama, patogen tanaman

dan gulma. Tetapi tidak semua produk perlindungan tanaman

bekerja dengan cara membunuh organisme sasarannya.

Contohnya, atraktan (penarik), repelen (pengusir), dan

zat pengatur tumbuh (ZPT). Oleh karena itu sebagai produk

perlindungan tanaman, pestisida pertanian meliputi semua

5

Page 6: penggunaan pestisida sintetik

zat kimia, campuran zat kimia, atau bahan-bahan lain

(ekstrak tumbuhan, mikroorganisme, dan hasil fermentasi)

yang digunakan untuk mengendalikan atau membunuh

organisme pengganggu tanaman (OPT). Contohnya,

insektisida, akarisida, fungisida dll, dan mengatur

pertumbuhan tanaman (merangsang atau menghambat

pertumbuhan dan mengeringkan tanaman). Contohnya, zat

pengatur tumbuh defoliant (senyawa kimia untuk merontokan

daun), dan dessicant (senyawa kimia untuk mengeringkan

daun) (Djojosumarto, 2008).

B. Manfaat Penggunaan Pestisida

Penggunaan pestisida memang memberikan keuntungan

dan mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan cara

pengendalian yang lain diantaranya, mudah dan praktis

cara penggunaannya, dapat diaplikasikan hampir di setiap

waktu (pagi dan sore) dan di areal yang luas, penurunan

populasi organisme pengganggu dapat dirasakan dalam waktu

singkat setelah aplikasi, mudah diperoleh dan memberikan

keuntungan ekonomi terutama jangka pendek. Namun,

6

Page 7: penggunaan pestisida sintetik

pestisida juga memberikan bahaya bagi mahkluk hidup dan

lingkungan (Rudi, 2009).

C. Anjuran Penggunaan Pestisida

Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah

satu faktor penting yang menentukan keberhasilan

pengendalian hama. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan

jenis, dosis, waktu aplikasi,konsentrasi, alatdan cara

aplikasi. Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau

kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama atau

penyakit tiap satuan luas tertentu, atau tiap tanaman

yang dilakukan satu kali aplikasi atau lebih, sedangkan

dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida

yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan

volume larutan. Ada tiga macam konsentrasi yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan pestisida antara lain (1)

konsentrasi bahan aktif ialah konsentrasi bahan aktif

suatu pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan

air, (2) konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida

dalam ml atau g setiap liter air, dan (3) konsentrasi

larutan atau konsentrasi pestisida ialah persentase

7

Page 8: penggunaan pestisida sintetik

kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi (Sudarmo,

1992).

Jenis pestisida adalah penggolongan pestisida

berdasarkan kelompok sasaran OPT. Dalam mengaplikasikan

pestisida, pemilihan jenis pestisida sangat penting,

karena tidak semua jenis pestisida dapat digunakan untuk

mengendalikan semua jasad pengganggu (Djojosumarto,

2008). Waktu aplikasi adalah pilihan rentang waktu yang

tepat untuk mengaplikasikan pestisida. Keadaan cuaca yang

memungkinkan. Tidak melakukan aplikasi pestisida pada

saat banyak embun masih menempel di tanaman (terlalu

pagi, kesiangan). Embun yang menempel di daun akan

mengencerkan konsentrasi pestisida yang diaplikasikan

sehingga menjadi tidak efektif dan menimbulkan kekebalan

hama sasaran terhadap pestisida yang diaplikasikan,

penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi hari antara jam

06.00-10.00 WIT atau sore hari antara  jam 15.00-17.00

WIT. Stadium rentan dari serangga hama yang menyerang

tanaman yaitu pada stadia larva instar I, II, dan III

yang bermetamorfosis sempurna dan stadia nimfa untuk

serangga hama yang bermetamorfosis tidak sempurna

(Ditjenbun, 2014).

Cara aplikasi dilakukan berdasarkan bentuk formulasi

yang digunakan, posisi menyemprot yang dilakukan oleh

8

Page 9: penggunaan pestisida sintetik

pekerja adalah tidak boleh berlawanan dengan arah angin

agar memudahkan kontak antara pestisida dan serangga

hama. Selain itu cara tersebut membantu penyemprot

terhindar dari gangguan kesehatan akibat menghirup

pestisida (Sudarmo, 1992). Jenis alat aplikasi pestisida

yang bisa digunakan, yaitu penyemprot gendong (Otomatis dan

Semi Otomatis), pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist

Blower and Duster), mesin penyemprot bertekanan tinggi (High

Pressure Power Sprayer). Penggunaan alat penyemprot ini

disesuaikan dengan kebutuhan terutama yang berkaitan

dengan luas areal pertanaman, sehingga pemakaian

pestisida menjadi efektif dan efisien (Wudianto, 2007).

D. Perjalanan Pestisida ke Lingkungan

Proses penyebaran pestisida ke lingkungan (udara dan

air) yaitu melalui penyemprotan pestisida yang terbawa

angin (driff). Sebab utama terjadinya pencemaran lingkungan

oleh pestisida adalah pengendapan (deposit) dan residu

pestisida. Deposit ialah bahan kimia pestisida yang

terdapat pada suatu permukaan pada saat segera setelah

penyemprotan atau aplikasi pestisida, sedangkan residu

ialah bahan kimia pestisida yang terdapat di atas atau di

dalam suatu benda dengan implikasi penuaan (aging),

9

Page 10: penggunaan pestisida sintetik

perubahan(alteration) atau kedua-duanya. Residu permukaan

atau residu efektif adalah banyaknya materi yang

tertinggal, misalnya pada tanaman setelah aplikasi

(Pohan, 2004).

Pestisida masuk ke dalam lingkungan melalui beberapa

proses baik pada tataran permukaan tanah maupun bawah

permukaan tanah. Masuk ke dalam tanah berjalan melalui

pola biotransformasi dan bioakumulasi oleh tanaman,

proses reabsorbsi oleh akar serta masuk langsung

pestisida melalui infiltrasi aliran tanah. Dinamika

pestisida di alam akan mengalami dua tahapan reaksi,

yakni proses menghilangnya residu berlangsung cepat

(proses desipasi), atau sebaliknya proses menghilangnya

residu berlangsung lambat (proses persistensi).

Terjadinya dua proses ini disebabkan karena deposit dapat

diserap dan dipindahkan ke tempat lain sehingga terhindar

dari pengrusakan di tempat semula. Terhindarnya jenis

pestisida yang ditranslokasikan dari proses pengrusakan

dimungkinkan oleh faktor-faktor lingkungan yang kurang

merusak sehingga terjadi proses penyimpanan (residu

persisten). Kemungkinan lain adalah pestisida akan

bereaksi dan mengalami degradasi (tercuci oleh air dan

terurai oleh sinar matahari) sehingga hilangnya residu

berlangsung cepat (Pratiwi, 2013).

10

Page 11: penggunaan pestisida sintetik

E. Dampak Negatif Pestisida Pertanian

Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan

organisme pengganggu tanaman adalah campuran bahan kimia

atau bahan-bahan lain yang bersifat bioaktif atau racun,

karena sifatnya sebagai racun itulah pestisida

diproduksi, dijual dan digunakan untuk meracuni OPT.

Setiap racun berpotensi mengandung bahaya seperti

pencemaran dan keracunan pestisida serta dapat

menimbulkan resistensi hama, ledakan hama, dan timbulnya

hama sekunder. Bahaya ini umumnya terjadi akibat

kelalaian manusia dalam penggunaannya yang berlebihan,

kesalahan pencampuran dan penanganan yang tidak sesuai

prosedur (Girsang, 2009). Berikut ini diuraikan beberapa

dampak negatif yang mungkin timbul akibat penggunaan

pestisida dalam bidang pertanian yaitu:

1. Pengaruh Negatif Pestisida Terhadap Kesehatan

Manusia

Banyak masyarakat kita yang kurang menyadari bahwa

mereka keracunan pestisida karena gejalanya mirip dengan

masalah kesehatan lainnya misalnya pusing dan sebagian

anggota badan terasa gatal dan berluka, adapun sebagian

dari gejala ini tidak segara diketahui. Proses pestisida

11

Page 12: penggunaan pestisida sintetik

meracuni manusia secara langsung yaitu rnelalui: kulit,

rnulut, dan saluran pernafasan yang dapat mengakibatkan

keracunan, baik itu secara langsung (akut) maupun jangka

panjang (kronis). Keracunan akut dapat menimbulkan

pusing-pusing ketika sedang mengaplikasi maupun

sesudahnya, muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit

terasa gatal-gatal dan menjadi  luka, kejang-kejang,

pingsan dan bahkan dapat mengakibatkan kebutaan.

Keracunan kronis sulit untuk diketahui karena gejalanya

tidak segera terasa tetapi dalam jangka panjang (berbulan

atau bertahun) dapat menimbulkan gangguan kesehatan, dan

biasanya keracunan ini juga terjadi pada konsumen.

Contoh, keracunan kronis akibat pestisida dapat bersifat

carsiogenic agent (pembentukan jaringan kanker pada tubuh),

teratogenic agent (kelahiran anak cacad dari ibu yang

keracunan) dan mutagenic agent (kerusakan genetik untuk

generasi yang akan datang) (Martono, 2010).

2. Pengaruh Negatif Pestisida Terhadap Kualitas

Lingkungan

Ada beberapa pengaruh negatif pemakaian pestisida

secara tidak sesuai yaitu pencemaran air dan tanah yang

pada akhirnya akan berpengaruh terhadap manusia dan

makhluk lainnya dalam bentuk makanan dan minuman yang

12

Page 13: penggunaan pestisida sintetik

tercemar. Berkurangnya kemampuan lahan untuk memproduksi

nutrisi, kematian serangga berguna dan musuh alami,

ledakan populasi hama sekunder dan timbulnya

kekebalan/resistensi hama maupun patogen terhadap

pestisida (Hidayat, 1981).

3. Pengaruh Negatif Pestisida Terhadap Keadaan

Sosial Ekonomi

Penggunaan pestisida yang tidak terkendali dapat

menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi, timbulnya

hambatan perdagangan, timbulnya biaya sosial akibat

terjadi keracunan dan publikasi negatif di media masa.

F. Peranan Pestisida Menurut Pengendalian Hama Terpadu

Pengendalian hama terpadu pada awalnya muncul akibat

penggunaan pestisida kimia yang tidak bijaksana pada

pertanian. Pestisida sintetis semakin dikembangkan dan

penggunaannya semakin luas yang mengakibatkan timbulnya

resistensi, residu yang berbahaya bagi kesehatan manusia,

munculnya hama baru, dan pencemaran terhadap lingkungan.

Memperhatikan berbagai efek negatif yang terjadi dari

13

Page 14: penggunaan pestisida sintetik

penggunaan bahan kimia tersebut, maka mulai diadakan

penelitian-penelitian yang mengarah kepada aspek keamanan

lingkungan, kesehatan manusia dan ekonomi, maka muncul

istilah Integrated Pest Control, dan selanjutnya menjadi

Integrated Pest Management (IPM), yang dikenal dengan

Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Dalam metode ini

dimanfaatkan serangga misalnya musuh alami (predator dan

parasitoid) dan mikroorganisme yang bersifat peracun

misalnya bakteri Bacillus thuringiensis dan jamur Beauveria

bassiana (Zadoks dan Richard, 1979).

Dalam konsep PHT, pengendalian hama berorientasi

kepada stabilitas ekosistem dan efisiensi ekonomi serta

sosial. Dengan demikian, pengendalian hama dan penyakit

harus memperhatikan keadaan populasi hama atau patogen

dalam keadaan dinamik fluktuasi disekitar kedudukan

kesimbangan umum dan semua biaya pengendalian harus

mendatangkan keuntungan ekonomi yang maksimal (Arifin dan

Agus, 1993).

Pengendalian hamadan penyakit dilaksanakan jika

populasi hama atau intensitas kerusakan akibat penyakit

telah memperlihatkan akan terjadi kerugian dalam usaha

pertanian. Penggunaan pestisida merupakan komponen

pengendalian yang dilakukan jika; (a) populasi hama telah

meningkat melebihi populasi musuh alami, sehingga tidak

14

Page 15: penggunaan pestisida sintetik

mampu dalam waktu singkat menekan populasi hama, (b)

komponen-komponen pengendalian lainnya tidak dapat

berfungsi secara baik, dan (c) keadaan populasi hama

telah berada di atas Ambang Ekonomi (AE), yaitu batas

populasi hama telah menimbulkan kerusakan yang lebih

besar dari pada biaya pengendalian. Karena itu secara

berkelanjutan tindakan pemantauan atau monitoring

populasi hama dan penyakit perlu dilaksanakan (Soejitno

dan Edi, 1993).

G. Pencegahan Pencemaran Oleh Pestisida

1. Pengelolaan Pestisida

Tindakan pengelolaan terhadap pestisida bertujuan

agar manusia terbebas dari keracunan dan pencemaran oleh

pestisida. Beberapa tindakan pengelolaan yang perlu

diambil untuk mencegah keracunan dan pencemaran oleh

pestisida ialah penyimpanan, pembuangan serta pemusnahan

limbah pestisida (Rudy, 2009).

Pestisida disimpan dalam kemasan aslinya, jangan

dipindahkan ke wadah lain terutama wadah yang biasa

digunakan untuk menyimpan makanan atau minuman. Dalam

jumlah kecil, pestisida dapat disimpan dalam lemari

tersendiri, terkunci dan jauh dari jangkauan anak-anak

15

Page 16: penggunaan pestisida sintetik

dan binatang piaraan, tidak berdekatan dengan penyimpanan

makanan atau api. Dalam jumlah besar, pestisida dapat

disimpan dalam gudang dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Lokasi gudang harus terpisah dari aktivitas umum dan

tidak terkena banjir dan lantai gedung harus miring. b)

Dinding dan lantai gudang kuat dan mudah dibersihkan. c)

Pintu dapat ditutup rapat dan diberi peringatan dengan

tulisan atau gambar. d) Mempunyai ventilasi, penerangan

yang cukup, dan suhu memenuhi ketentuan yang berlaku. e)

Selalu dikunci apabila tidak ada kegiatan. f) Tidak boleh

disimpan bersama-sama bahan lain. g) Pemasangan instalasi

listrik dan penggunaan peralatan listrik harus memenuhi

persyaratan yang berlaku (Adriyani, 2006).

Limbah pestisida biasanya berupa sisa pestisida yang

berada dalam kemasan. Ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan tentang pembuangan dan pemusnahan limbah

pestisida yaitu: Wadah bekas penggunaan pestisida sebelum

dibuang, harus dirusak terlebih dahulu, Misalnya: wadah

berupa gelas dipecahkan dan dikubur, kertas atau karton

dibakar, wadah plastik, drum dan kaleng yang terbuat dari

logam setelah dirusak (dilubangi dengan cara menusuk)

dihancurkan serta selanjutnya di kubur. Jangan melakukan

16

Page 17: penggunaan pestisida sintetik

pemusnahan pada kaleng-kaleng bekas aerosol. Pembakaran

dan pembuangan wadah pestisida dilakukan di tempat yang

jauh dari keramaian dan sumber air (Adriyani, 2006).

2. Penggunaan Pestisida secara Aman

Penggunaan alat pelindung selama mengaplikasi

pestisida bertujuan untuk melindungi diri dari sumber

bahaya misalnya kontak langsung antara aplikator dengan

bahan-bahan racun pestisida. Langkah-langkah persiapan

penggunaan pestisida secara aman yaitu:

a) Sebelum melaksanakan aplikasi pestisida

Menyiapkan bahan-bahan, seperti pestisida yang akan

digunakan (harus terdaftar), fisiknya memenuhi syarat

(layak pakai), sesuai jenis dan keperluannya, dan

peralatan yang sesuai. Menyiapkan perlengkapan keamanan

seperti pemakaian pelindung pernafasan/masker, kaca mata,

baju pelindung, topi, sarung tangan dan sepatu kebun.

Alat-alat pelindung harus terbuat dari karet atau bahan

tahan minyak. Memeriksa alat aplikasi dan bagian-

bagiannya, untuk mengetahui apakah ada kebocoran atau

keadaan lain yang dapat mengganggu pelaksanaan aplikasi.

Mencampur pestisida sebaiknya menyiapkan ember dan

mengisi air secukupnya terlebih dahulu, kemudian tuangkan

17

Page 18: penggunaan pestisida sintetik

pestisida sesuai dengan takaran-takaran yang dikehendaki

dan aduk hingga merata. Kemudian larutan tersebut

dimasukkan kedalam tangki dan tambahkan air secukupnya.

Mengantisipasi keracunan pestisida dengan mencatat nama

bahan aktif agar mempermudah dalam proses pengobatan

(Adriyani, 2006).

b) Saat melaksanakan aplikasi pestisida

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan

aplikasi yaitu operator/petani yang melakukan aplikasi

pestisida hendaknya telah berusia dewasa, sehat, tidak

ada bagian yang luka, dan dalam keadaan tidak lapar,

perhatikan arah angin saat mengaplikasi pestisida, tidak

boleh melakukan penyemprotan yang berlawanan dengan arah

angin karena drift pestisida dapat membalik dan mengenai

diri sendiri. Tidak boleh menyeka keringat di wajah

dengan tangan, sarung tangan, atau lengan baju yang

terkontaminasi petisida untuk menghindari pestisida masuk

ke mata atau mulut. Apabila nozzle tersumbat, jangan meniup

nozzle yang terkontaminasi langsung dengan mulut. Selama

aplikasi Pestisida, tidak diperbolehkan makan, minum,

atau merokok (Adriyani, 2006).

c) Sesudah melaksanakan aplikasi pestisida

18

Page 19: penggunaan pestisida sintetik

Sesudah melaksanakan aplikasi pestisida, beberapa

hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah mencuci

alat-alat aplikasi dan menyimpan peralatan semprot yang

telah dicuci terpisah dari dapur, tempat makanan, kamar

mandi, dan kamar tidur serta jauhkan dari jangkauan orang

yang tidak berkepentingan (terutama anak-anak),

membersihkan diri/segera mandi dengan menggunakan sabun,

mengganti pakaian yang bersih dan menyimpan pakaian kerja

dalam kantung tersendiri, mencuci pakaian kerja secara

terpisah, menyimpan pestisida dengan  menutup rapat

kemasannya dan meletakkan ditempat yang sejuk dan kering,

jauh dari bahan makanan, api dan sumber air. Wadah bekas

pestisida harus dirusak, dibakar atau dibenamkan supaya

tidak bisa digunakan lagi (Adriyani, 2006).

H. Pertolongan Terhadap Keracunan Pestisida

Ada beberapa cara yang perlu dilakukan pada

seseorang yang keracunan pastisida yaitu :

1. Pestisida tertelan

19

Page 20: penggunaan pestisida sintetik

Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mencari

informasi tentang jenis bahan aktif pestisida yang

tertelan. Untuk itu korban harus segera melakukan

pemuntahan. Untuk merangsang pemuntahan, kita bisa

melakukan dengan cara mengkili-kili pangkal tenggorokan

korban atau memberi minum larutan garam dapur satu senduk

makan penuh pergolas air air hangat. Pemuntahannya boleh

dilakukan jika korban berada dalam keadaan sadar. Setelah

pemuntahan berhasil dilakukan, berikan karbon aktif

(norit) dapat dibeli di apotik tanpa resep dokter.

Berikan 3 sendok makan norit yang dilarutkan dalam

segelas air. Ulangi pemberian norit sesering mungkin dan

bawa penderita sesegera mungkin ke dokter atau puskesmas.

Jika penderita tidak sadar, jangan lakukan pemuntahan.

Longgarkan pakaian dan segera bawa ke dokter. Jika

pernapasan terhenti lakukan pernapasan buatan tetapi

jangan melalui mulut, untuk menghindari masuknya racun ke

tubuh penolong (Riza dan Gayatri, 1994).

2. Kontaminasi pada kulit

Buka pakaian yang terkontaminasi dan segera mandikan

korban dengan air dan sabun. Semakin cepat korban

dimandikan, kontaminasi akan semakin berkurang. Keringkan

tubuh dengan handuk yang kering dan bersih. Bakar pakaian

20

Page 21: penggunaan pestisida sintetik

yang terkontaminasi karena sulit untuk membersihkan

racun dengan tuntas dan usahakan mendapat pertolongan

dari dokter (Riza dan Gayatri, 1994).

3. Pestisida mengenai mata

Buka mata dan cuci dengan air mengalir selama 15

menit. Jangan gunakan boor water atau obat tetes mata

lainnya. Jika mata masih terasa sakit, segera dibawa ke

rumah sakit (Riza dan Gayatri, 1994).

4. Pestisida terhirup lewat pernapasan.

Jauhi korban dari tempat kerja, lalu tidurkan korban

di tempat berudara bersih dan segar. Kendorkan pakaian

korban agar korban bisa bernapas dengan leluasa dan jika

korban gawat segera bawa ke dokter (Riza dan Gayatri,

1994).

21

Page 22: penggunaan pestisida sintetik

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode survai. Metode survai merupakan metode

pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan lisan dan

tertulis (memerlukan adanya komunikasi langsung antara

peneliti dengan subjek/responden penelitian untuk

memperoleh data yang diperlukan). Pengumpulan data

dilakukan melalui wawancara menggunakan kuisioner.

B. Rancangan Penelitian

1. Rancangan Pengambilan Sampel

Kecamatan Kupang Timur merupakan daerah yang dipilih

sebagai lokasi penelitian. Pengambilan sampel dilakukan

secara sengaja dengan menentukan tiga lokasi yaitu

Kelurahan Merdeka, Desa Oesao, dan Desa Pukdale.

Selanjutnya dilakukan pengambilan petani sampel dengan

menggunakan teknik pengambilan sampel bola salju (Snow-ball

sampling method) dengan jumlah populasi sampel sebanyak 30

orang petani. Dalam pelaksanan pengambilan sampel mula-

mula dicari/ditentukan satu orang petani untuk

22

Page 23: penggunaan pestisida sintetik

diwawancarai mengenai pola aplikasi pestisida, lalu

dicari informasi dari sampel pertama untuk menunjukkan

petani lain yang bisa dijadikan sampel berikutnya dan

seterusnya sehingga didapatkan tiap desa 10 petani

sampel. Untuk mengetahui penyimpangan yang dilakukan oleh

petani, maka perlu dilakukan wawancara pembanding

mengenai pola aplikasi pestisida kepada para penyuluh

pertanian atau tokoh masyarakat.

2. Rancangan Peubah Penelitian

Peubah penalitian yang amati adalah sebagai berikut:

No Variabel Indikator

1 Jenis dan dosis

pestisida

a. Jenis pestisida berdasarkan

jenis OPT

b. Formulasi pestida

c. Selektivitas pestisida

d. Dosis pestisida,

konsentrasi dan volume

semprot

e. Bahan aktif

23

Page 24: penggunaan pestisida sintetik

f. Nama dagang

2 Waktu dan

frekuensi

aplikasi

pestisida

a. Kapan pestisida diaplikasi

b. Frekuensi penggunaan

pestisida

c. Kapan terakhir kali

pestisida diaplikasi

d. Waktu penyemprotan

pestisida (pagi, siang,

soreh hari), waktu aplikasi

disesuaikan dengan waktu

rentan OPT sasaran.

e. Campuran beberapa pestisida

dan bahan lainnya.

3 Alat aplikasi

pestisida

a. Jenis alat aplikasi

pestisida

b. Daya tampung atau kapasitas

alat aplikasi

4 Penanganan

pestisida sebelum

aplikasi.

a. Dicampur atau ditaburkan

b. Cara mencampur

c. Pelindung yang digunakan

(sarung tangan, pelindung

24

Page 25: penggunaan pestisida sintetik

mata, sepatu bot, masker,

penutup kepala, pakaian

pelindung)

Saat aplikasia. Keadaan kondisi tubuh

b. Melakukan makan dan merokok

c. Apa saja pelindung yang

digunakan.

Setelah aplikasia. Penyimpanan pestisida

b. Pengelolaan alat-alat

aplikasi

c. Pengelolaan limbah

pestisida

5 Pengetahuan

Petani

a. Pendapat mengenai pestisida

menurut petani

b. Dampak negatif dan positif

dari penggunaan pestisida

C. Pelaksanaan Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilakukan pada

pertanaman padi di Kelurahan Merdeka, Desa Oesao, dan

25

Page 26: penggunaan pestisida sintetik

Desa Pukdale Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang pada

bulan September sampai November 2014.

2. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah

Alat tulis menulis berfungsi untuk mencatat hasil

wawancara, kamera berfungsi untuk dokumentasi kegiatan,

alat perekam berfungsi sebagai alat antisipasi dalam

berwawancara, kuisioner berfungsi sebagai panduan untuk

mencari informasi lebih jelas, dan gelas ukur yang

berfungsi untuk mengetahui volume semprot tiap tutup

botol pestisida.

3. Prosedur pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan prosedur sebagai

berikut:

a) Melakukan wawancara mengenai pola aplikasi pestisida

pada tanaman padi dengan menggunakan daftar

pertanyaan.

b) Melakukan pengamatan tentang bagaimana pola aplikasi

pestisida

26

Page 27: penggunaan pestisida sintetik

c) Mendokumentasi kegiatan pola aplikasi pestisida yang

sedang dilakukan.

D. Metode Analisis Data

Data hasil wawancara yang diperoleh ditabulasi dan

disajikan dalam bentuk ringkasan tabel dan foto, kemudian

dideskripsikan. Analisis deskriptif adalah berisi

penyimpangan aplikasi yang dilakukan petani padi sawah.

Menurut Widinugraheni et al(2000), besarnya penyimpangan

dikategorikan berdasarkan nilai persentase penyimpangan

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika persentase penyimpangan lebih besar dari 50%

dikategorikan berat

2. Jika persentase penyimpangan 25-50% dikategorikan

sedang

3. Jika persentase penyimpangan lebih kecil dari 25%

dikategorikan ringan

27

Page 28: penggunaan pestisida sintetik

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, R,. 2006. Usaha Pengendalian PencemaranLingkungan Akibat Penggunaan Pestisida Pertanian.Jurnal Kesehata Lingkungan, 3(7) : 95-106

Arifin M., dan Agus Iqbal. 1993. Arah, strategi, danprogram penelitian biodiversitas daninteraksi komponenekosistem pertanian tanaman pangan sebagai unsur dasarpengelolaan hama secara alamiah. Seminar Hama Tanaman, 4-7 Maret 1993 di Sukarami.Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan. Balai penelitian TanamanPangan Sukarami

BPS Kabupaten Kupang. Kupang Timur Dalam Angka 2013. NusaTenggara Timur

Ditjenbun .2014.http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpambon/berita-251 mengatasi resistensi-hama-terhadap-pestisida-.html .Diakses: 2 juli 2014

Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Agromedia,Jakarta.

Enny S Purwukir dan Joko. 2002. Hubungan antaraPenggunaan Pestisida dan Dampak Kesehatan. Studi Kasus diDataran Tinggi Sumatra. Jurnal Manusia dan Lingkungan,9(3):126-136

Girsang, W. 2009. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida.http://usitani.wordpress.com/2009/02/26/dampak-negatif-penggunaan-pestisida/. Diakses: 1 Mei 2014

28

Page 29: penggunaan pestisida sintetik

Hidayat Natawigena dan G. Satari.1981. KecenderunganPenggunaan Pupuk dan Pestisida dalam IntensifikasiPertanian dan Dampak Potensialnya TerhadapLingkungan. Seminar terbatas  19 Maret 1981 LembagaEkologi Unpad Bandung.

Martono.2010.Risiko Kesehatan Akibat Pemakaian PestisidaKimia Di Tingkat Rumah Tangga di Kabupaten Badungdan Ubud Propinsi Bali.Puslitbang Ekologi dan StatusKesehatanBadan Penelitian dan PengembanganKesehatan.

Nahas, A.E. 2013.Perilaku Petani Sayuran dalam PenggunaanPestisida Kimiawi (Studi Kasus di Desa Mata Air danKelurahan Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, KabupatenKupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. (Tesis).Program Studi Ilmu Lingkungan, Pasca SarjanaUniversitas Nusa Cendana Kupang.

Nikada.2012. Racun pada Pestisida. http://fkthl-tbpp-bireuen.blogspot.com/2012/04/kita-kok-selalu-makan-racun.html.Departemen Pertanian Kabupaten Bireuen.Diakses:5 Maret 2014.

Pohan N. 2004. Pestisida danPencemarannya.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1367/1/tkimia-nurhasmawaty7.pdf. Diakses: 12 Mei 2014

Prameswari dan Adistya. 2007. Pencemaran Petisida, Dampakdan Upaya Pencegahannya.http://dizzproperty.blogspot.com/2007/05/pencemaran-pestisida-dampak-dan-upaya.html. Diakses: 2 Mei2014.

29

Page 30: penggunaan pestisida sintetik

Pratiwi, W,. 2013. Manajemen PencemaranTanah .http://wiwipratiwiwiwi.blogspot.com/2013/02/manajemen-pencemaran-tanah.html. Diakses: 2 Mei 2014.

Parjons.2011. Kaitan antara Formulasi Teknik Aplikasi danAlat Aplikasi Pestisida.http://pardjons.staff.uns.ac.id/2011/10/30/kaitan-antara-formulasi-tekhnik-aplikasi-dan-alat-aplikasi-pestisida/. Diakses: 5 Maret 2014.

Rudy. 2009. Pestisida. http://www.rudyct.com/TOX/Pestisida.htm. Diakses: 2 Mei2014.

Riza dan Gayatri, 1994.Residu Pestisida dan Alternatifnya.Pesticide Action Network (PAN). Jakarta

Sudarmo. 1992. Teknik Aplikasi Pestisida. Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.

Soejitno, J. ean Edi S. 1993. Arah dan strategipenelitian ambang ekonomi hama tanaman pangan.Seminar Hama Tanaman, 4-7 Maret 1993 di Sukarami. PusatPenelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.Balaipenelitian Tanaman Pangan Sukarami.

Setyobudi, B., Onny Setiani, Nur Endah W. 2013. HubunganPeparan Pestisida Pada Masa Kehamilan DenganKejadian Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) diKecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.Jurnal KesehatanLingkungan Indonesia, 2(1):10-20.

Sulistiyono, L., Rudi C. Tarumingkeng, Bunasor Sanim,Dadang. 2008. Pengetahuan Sikap dan Tindakan PetaniBawang Merah Dalam Penggunaan Pestisida (Studi Kasus

30

Page 31: penggunaan pestisida sintetik

di Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur).JurnalAgroland,15(1): 12-17.

Widinugraheni S., E. B. Widayanto, Titik Sri Harini, IWayan Mudita. 2000. Tinjauan Penerapan Pestisidaoleh Petani Sayuran Di Desa Tarus dan Oesao. LaporanPenelitian Faperta Undana. Kupang

Wudianto, R. 2008. Petunjuk Penggunaaan Pestisida, EdisiRevisi. Penerbit Penebar, Surabaya.

Widiyastuti dan Puji, 2009. Faktor-Faktor Risiko IbuHamilYang Berhubungan Dengan Kejadian BBLR (Studi KasusDi Wilayah Kerja Puskesmas Ampel I Boyolali Tahun2008). (Tesis) Universitas Negeri Semarang.

Yuantari, C, Budi Widarko, Henna Rya Sunoko. 2013.Tingkat Pengetahuan Petani Dalam MenggunakanPestisida. Studi Kasus di Desa Curut KecamatanPenawangan Kabupaten Grobogan. Universitas DianNuswantoro. Semarang.

Yayasan Duta Awan. 2001. Pestisida Berbahaya BagiKesehatan. http://www.rri online.com/modules.php?name=Artikel&sid=32666. Diakses: 2 Mei 2014.

Zadoks J, C. And Richard, D. S. 1979. Epidemiology andplant disease management. Oxford Unversity Press, NewY Seminar Hama Tanaman, 4-7 Maret 1993 di

Sukarami.Pusat Penelitian dan Pengembangan TanamanPangan.Balai penelitian Tanaman Pangan Sukarami.ork,Oxford

31

Page 32: penggunaan pestisida sintetik

LAMPIRAN KUISIONER

32