PENGGUNAAN MUSIK DAN PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI UNTUK MENGATASI AGRESI VERBAL PADA SISWA KELAS VIB SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi Oleh : Ika Trisno W. NIM K5106022 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
126
Embed
PENGGUNAAN MUSIK DAN PUISI MELALUI MUSIKALISASI …... · NIP. 19600727 198702 1 001 . 5 ABSTRAK Ika Trisno W. PENGGUNAAN MUSIK DAN PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI UNTUK MENGATASI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGGUNAAN MUSIK DAN PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI
UNTUK MENGATASI AGRESI VERBAL PADA SISWA KELAS VIB
SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
Skripsi
Oleh :
Ika Trisno W.
NIM K5106022
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
PENGGUNAAN MUSIK DAN PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI
UNTUK MENGATASI AGRESI VERBAL PADA SISWA KELAS VIB
SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh :
Ika Trisno W.
NIM K5106022
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
3
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, pada :
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S.
NIP. 19570707 198103 1 006
Pembimbing II
Dra. Emi Dasiemi, M.S.
NIP. 19441026 197208 2 001
4
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 31 Maret 2010
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
Ketua : Drs. Abdul Salim Choiri, M.Kes ..................
Penguji I : Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S ..................
Penguji II : Dra. Emi Dasiemi, M.S ..................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas sebelas maret
Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
5
ABSTRAK
Ika Trisno W. PENGGUNAAN MUSIK DAN PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI UNTUK MENGATASI AGRESI VERBAL PADA SISWA KELAS VIB SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2010.
Penelitian ini berkenaan dengan upaya mengatasi agresi verbal pada anak tunalaras menggunakan musikalisasi puisi yang diterapkan melalui pembelajaran Bahasa Indonesia . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan penggunaan musikalisasi puisi untuk mengatasi agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera surakarta. Musikalisasi puisi merupakan penggunaan perpaduan irama antara permainan musik dan pembacaan puisi yang diharapkan mampu memberi pengaruh positif pada siswa. Sedangkan agresi verbal adalah perilaku kemarahan (agressive) yang tampak dalam bentuk bahasa verbal, baik secara aktif maupun pasif yang biasanya dimiliki secara berlebihan oleh anak tunalaras atau anak gangguan emosi dan perilaku.
Penelitian ini berbentuk classroom action research / Penelitian Tindakan Kelas yaitu suatu penelitian yang berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti dengan guru, siswa, serta staf sekolah. Sumber data penelitian ini adalah tempat dan peristiwa kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes (experiment), observasi, dan dokumentasi. Untuk menguji validitas data penulis menggunakan face validity dan catalytic validity. Teknis analisis yang digunakan adalah dengan melakukan deskripsi secara kualitatif yaitu dengan analisis kritis, dan kuantitatif statistik deskriptif komparatif untuk menghitung peningkatan prestasi belajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan musik dan puisi melalui Musikalisasi Puisi dapat mengatasi agresi verbal siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya ketercapaian indikator-indikator yang ditemukan peneliti sebagai berikut: 1. 100% siswa menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah selama kegiatan
pembelajaran; 2. 75% siswa mampu membaca puisi di depan kelas sesuai dengan pemberian
tanda jeda pada puisi; 3. 75% siswa mampu membuat puisi sederhana; dan 4. 75% siswa menunjukkan peningkatan nilai dari pre-test ke post-test I pada
siklus I dan peningkatan dari post-test I ke post-test II pada siklus II.
6
ABSTRACT
Ika Trisno W. THE USE OF MUSIC AND POEM PASSING POEM MUSICALIZATION TO OVERCOME THE VERBAL AGRESSION AT 6thB Grather SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA OF TEACHING YEAR 2009 / 2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty . Sebelas Maret University, March 2010.
This research aims to overcome the verbal aggression of child with behaviour and emotional disturbance use the poem musicalization applied by Indonesian study.
The method employed in this research was Classroom Action Research
(CAR). The subject treated were the behaviour and emotional disturbance children’s verbal aggression in the 6thb Grather of SLB E Bhina Putera Surakarta as many as 4 students. This research data source is place and event of activity of Indonesian study. Technique of data collecting used observation, documentation, testing (experiment) applied in first cycle and second cycle. For validity of data, researcher used the face validity and catalytic validity. For analyzing, researcher used qualitative description with the critical analysis, and comparability quantitative descriptive statistic to count the increase of achievement learn.
Pursuant to research result can be pulled conclusion that use of music and
poem passing poem musicalization can overcome the verbal agression of 6thB grather SLB E Bhina Putera Surakarta of teaching Year 2009 / 2010. The mentioned proved with the existence of indicator which found by researcher:
1. 100% student looked the low aggression verbal indication for study activity;
2. 75% student able to read the poem according to gift of interval sign at poem in front of the class;
3. 75% student can make the simple poem; and 4. 75% student show the increase of value from pretest to posttest I at first
cycle and improvement from posttest I to posttest II second cycle.
7
MOTTO
Sesungguhnya Allah itu indah, dan mencintai keindahan. (Terjemahan Al-Hadits)
Ojo dumeh...! (Pepatah Jawa)
Keberanian bukan hadir tanpa kegagalan. Tetapi keberanian adalah kemampuan
untuk bangkit lagi saat terjatuh dalam kegagalan. (Prince and Me)
...Everything will flow... (Suede)
8
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan
Kepada:
1. Bunda dan Ayah tercinta;
2. Adikku tersayang;
3. Almamaterku;
4. Teman-temanku mahasiswa PLB
’06 yang baik.
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang
timbul dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd yang telah
memberikan izin dalam melakukan penelitian;
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd;
3. Ketua Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs.
Abdul Salim Choiri, M.Kes;
4. Sekretaris Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs.
Maryadi, M.Ag;
5. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S yang selalu saya banggakan selaku
Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan
skripsi;
6. Ibu Dra. Emi Dasiemi, M.S yang selalu saya banggakan pula selaku Pembimbing
II yang telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi;
7. Bapak Drs. Rochmad Zaeni, M.M selaku Kepala SLB E Bhina Putera Surakarta
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut;
8. Ibu Ratnaningsih, S.Pd selaku guru kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta
sekaligus guru kolaborator yang telah bersedia bekerjasama dalam penelitian ini;
9. Sdr. Edi Djunaidi selaku kolaborator yang membantu dalam arranger dan music
player dalam penelitian ini;
10
10. Seluruh bapak dan ibu guru SLB E Bhina Putera Surakarta yang selalu ramah dan
telah ikut bekerjasama dengan peneliti selama pelaksanaan penelitian;
11. Siswa kelas SLB E Bhina Putera Surakarta yang telah membantu pelaksanaan
penelitian;
12. Para Pahlawan Tanda Jasaku di TK Trisula Pati, SD Puri 02 Pati, SMPN 5 Pati,
dan di SMAN 1 Pati, serta di Program Studi PLB FKIP UNS;
13. Teman-teman PLB ’06;
14. Penghuni dan mantan penghuni ”Kost-song”;
15. Chikuchi, terima kasih untuk ketulusan dan kasih sayangnya;
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Maret 2010
Penulis
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN………………………………………………….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………… . iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………... iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................... v
HALAMAN ABSTRACT................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. .. viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR / SKEMA ....................................................................... xvi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Definisi Operasional ..................................................................... 6
D. Tujuan dan Indikator ..................................................................... 6
E. Manfaat .......................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 9
A. Kajian teori..................................................................................... 9
1. Teori Tentang Musik................................................................ 9
a. Pengertian Musik ............................................................... 9
b. Berbagai Penelitian Tentang Musik................................... 11
c. Canon in D karya Johann Pachelbel .................................. 14
2. Teori Tentang Puisi .................................................................. 17
a. Pengertian Puisi.................................................................. 17
12
b. Puisi Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail .................... 20
Tabel 1.1 Tabel Deskripsi Siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta......3
Tabel 3.1 Tabel Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian .................................45
Tabel 3.2 Tabel rincian soal pre-test dan post-test............................................47
Tabel 4.1 Tabel Rincian Kegiatan Pembelajaran Puisi Pra-Siklus ...................56
Tabel 4.2 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Pra-Siklus...58
Tabel 4.3 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Pra-Siklus..........................59
Tabel 4.4 Tabel Hasil Pre-Test .........................................................................59
Tabel 4.5 Tabel Rincian Kegiatan Pelaksanaan Siklus I ..................................67
Tabel 4.6 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Siklus I.......72
Tabel 4.7 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Siklus I ..............................73
Tabel 4.8 Tabel Hasil Post-Test 1.....................................................................73
Tabel 4.9 Tabel Hasil Pengisian Checklist Agresi Verbal Pada Siklus I..........74
Tabel 4.10 Tabel Rincian Kegiatan Pelaksanaan Siklus II ...............................84
Tabel 4.11 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Siklus II....89
Tabel 4.12 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Siklus II...........................90
Tabel 4.13 Tabel Hasil Post-Test II ..................................................................91
Tabel 4.14 Tabel Hasil Pengisian Checklist Agresi Verbal Pada Siklus II ......92
Tabel 4.15 Tabel Hasil Perkembangan Agresi Verbal Aktif dari Siklus I ke Siklus II ...........................................................................................96
Tabel 4.16 Tabel Hasil Perkembangan Agresi Verbal Pasif dari Siklus I ke Siklus II ...........................................................................................96
Tabel 4.17 Tabel Hasil Perkembangan dari Pre-Test, Post-Test I, dan
Post-Test II Pada Siklus I dan Siklus II ..........................................98
Tabel 4.18 Tabel Prosentase Peningkatan Nilai Pre-Test ke Post-Test I..........98
Tabel 4.19 Tabel Prosentase Ketuntasan Nilai Pre-Test ke Post-Test I............99
Tabel 4.20 Tabel Prosentase Peningkatan Nilai Post-Test I Ke Post-Test II ...99
Tabel 4.21 Tabel Prosentase Ketuntasan Nilai Post-Test I Ke Post-Test II ...100
16
DAFTAR GAMBAR / SKEMA
Halaman
Gambar 2.1 Tablature bass Canon in D ............................................................16
Gambar 2.2 Susunan melodi Canon in D secara utuh ......................................16
Gambar 2.3 Kerangka Pikir ..............................................................................41
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan menurut Kemmis dan Taggart .........44
Gambar 4.1 Gambar Penataan Ruang Kelas Pada Pelaksanaan Siklus I ..........63
Gambar 4.2 Gambar Pengaturan Tempat Duduk Pada Pelaksanaan Siklus II..81
17
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4. 1 Grafik Perkembangan Nilai Siswa Dari Pre-Test, Post-Test I,
dan Post-Test II .............................................................................101
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangannya, pendidikan menjadi masalah yang sangat
penting bagi setiap orang. Hal tersebut dikarenakan semakin banyak orang yang
menyadari bahwa pendidikan adalah suatu kebutuhan yang mendasar dan bersifat
konstruktif dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh jika
orangtua menuntut agar putra-putri mereka mendapatkan pelayanan pendidikan
sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang No.20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 dapat terwujud, yang
berbunyi :
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dalam membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003:5).
Tirtarahardja dan La Sulo (2005) menegaskan bahwa pendidikan
merupakan usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia
yang berkepribadian kuat dan utuh serta memiliki moral yang tinggi. Sesuai
dengan pengertian tersebut tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya
citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi.
Dengan kata lain, pengadaan pendidikan memiliki tujuan untuk menghasilkan
manusia yang baik di manapun, kapanpun, dan dengan siapapun (Santoso dalam
Tirtarahardja dan La Sulo: 2005)
Sedangkan Bruner dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008:1) memberikan
pernyataan bahwa pendidikan bukan hanya persoalan teknik dan pengolahan
informasi, bahkan bukan pula sekedar penerapan teori belajar di kelas dan
penggunaan hasil ujian prestasi yang berpusat pada mata pelajaran. Oleh Bruner,
1
19
pendidikan didefinisikan sebagai usaha yang kompleks untuk menyesuaikan
kebudayaan dengan kebutuhan anggotanya, dan menyesuaikan anggotanya
dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan. Usaha ini merupakan
wujud dari tujuan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebuah bangsa
(Baharuddin dan Wahyuni, 2008:5)
Demi terwujudnya tujuan pendidikan yang telah dicita-citakan, setiap
lembaga pendidikan memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan yang tepat
sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu, mengingat setiap individu
memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda, tidak terkecuali anak
berkebutuhan khusus. Sehubungan dengan itu pemerintah telah mencantumkan
dalam Undang- Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 32 ayat 1 bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa (Depdiknas, 2003:15).
Sekolah Luar Biasa bagian E diutamakan bagi anak berkebutuhan khusus
di bidang sosial dan emosional, selain di sekolah inklusi dan di sekolah umum
yang belum terdeteksi keberbutuhan khususnya. Secara sekilas tidak ada
gangguan fisik pada mereka, tetapi setelah di kelas, guru harus bekerja keras
untuk memberikan pelayanan khusus atas gangguan emosi yang mereka miliki.
Dengan tingkah polah yang mereka perbuat biasanya kegiatan belajar terganggu,
sehingga suasana yang kondusif hanya berlaku untuk beberapa menit saja.
Wardani, dkk. memberikan penjelasan tentang Sekolah Luar Biasa bagian E
sebagai berikut:
Sama halnya dengan sekolah luar biasa yang lain, SLB-E memiliki kurikulum dan struktur pelaksanaannya yang disesuaikan dengan keadaan anak tunalaras. Anak yang diterima pada lembaga khusus ini biasanya anak yang memiliki gangguan perilaku yang sedang dan berat; maksudnya perilaku anak telah mengarah pada tindakan kriminal, dan sangat mengganggu lingkungannya (2005: 7.31)
20
Perilaku agresif merupakan salah satu dari sekian banyak karakteristik
yang dapat ditemukan pada anak gangguan emosi dan perilaku atau anak tunalaras
(Wardani, dkk: 2005). Perilaku agresif atau agresi dalam diri anak tersebut bisa
berupa agresi fisik maupun agresi verbal.
SLB E Bhina Putera merupakan salah satu sekolah khusus di Surakarta
yang diperuntukkan bagi anak-anak tersebut. Sekolah tersebut pula yang ditunjuk
sebagai salah satu sekolah penempatan bagi mahasiswa program studi Pendidikan
Luar Biasa Universitas Sebelas Maret yang sedang menempuh Program
Pengalaman Lapangan (PPL). Berdasarkan kegiatan tersebut penulis menyoroti
kelas VIB yang di dalamnya terdapat empat siswa dengan karakteristik yang
berbeda. Akan tetapi keempat siswa tersebut menampakkan agresi verbal aktif
maupun pasif selama pembelajaran. Selain bentuk perilaku agresif, berikut
merupakan deskripsi singkat masing-masing siswa di kelas VIB:
Tabel 1.1 Tabel Deskripsi Siswa Kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta No. Nama Siswa Jenis Kelamin Deskripsi Karakteristik Siswa
1. A.W L Senang melihat orang lain kebingungan
karena ulahnya (buang sepatu guru,
buang sepatu teman, dsb), tetapi
akhirnya mau mengambilkan.
Tidak banyak bicara, lambat berpikir.
2. A. M P Tidak bisa diam, emosi tdak terkendali,
usil, susah diatur, pintar mencari alas an
(:ngeles)
Reaksi selalu berlebihan
3. Frm. L Emosi tidak terkendali, ingin menang
sendiri, namun bersedia menolong anak
lain yang jadi korban kemarahannya
4. S. M P Rasa kurang percaya diri yang tinggi
Bila tidak ditanya, anak enggan bertanya.
21
Dalam rangka mengatasi perilaku agresif, bukan konsep dan teori yang
dibutuhkan oleh siswa. Akan tetapi bagaimana metode atau langkah yang diambil
nanti dapat mempengaruhi emosi siswa agar agresi verbal tidak terjadi. Oleh
karena itu, peneliti menggunakan musik dengan pertimbangan telah banyak
masalah emosi dan perilaku yang bisa diatasi dengan musik melalui terapi. Musik
yang digunakan dalam penelitian dipadukan dengan pembacaan puisi dengan
alasan kedua komponen ini sama-sama memiliki unsur irama. Perpaduan irama
pada kedua komponen tersebut secara tidak langsung menarik siswa dalam
kegiatan pembelajaran yang bukan hanya menekan reaksi emosi berlebihan dalam
bentuk agresi verbal, tetapi juga membantu siswa dalam mencapai kompetensi
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Musik merupakan hal yang bukan asing lagi untuk didengar dan
diperbincangkan. Penikmat musik bisa berasal dari kalangan anak sampai dewasa,
kalangan bawah, menengah, sampai ke atas. Mereka tidak bisa lepas dari peran
musik dengan jenis yang berbeda sesuai dengan selera maupun rentang usia. Oleh
karena itu, secara langsung ataupun tidak langsung kehidupan manusia tak bisa
dipisahkan dengan irama. Denyut nadi dan degup jantung manusia pun memiliki
irama khusus. Belahan otak kanan, menunjukkan aktivitas kerja ketika
diperdengarkan musik. Seperti apa reaksi yang akan diperlihatkan otak,
tergantung dari jenis musik yang mempengaruhinya.
Irama yang merupakan salah satu komponen dalam musik ternyata juga
dimiliki oleh puisi. Secara etimologi irama berasal dari bahasa Yunani reo yang
berarti riak air, gerakan air, gerakan yang teratur, terus-menerus, dan tidak
terputus-putus. Hal ini sama dengan yang diungkapkan Rachmat Djoko Pradopo
(1993:6) dalam bukunya Pengkajian Puisi bahwa irama dalam puisi merupakan
bunyi-bunyi yang berulang, pergantian yang teratur, dan variasi-variasi bunyi
menimbulkan suatu gerak yang hidup, seperti gercik air yang mengalir turun tak
putus-putus.
22
Puisi, dengan segala keindahan diksi yang dimiliki menjadi bagian dalam
standar kompetensi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI SD. Oleh
karena itu, penulis mengaitkan penelitian ini dengan kegiatan pencapaian standar
dan kompetensi yang ada pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dan berdasarkan
informasi yang diperoleh selama PPL dan dari guru kelas seluruh siswa belum
mampu menguasai kompetensi dasar tersebut.
Perpaduan irama yang terkandung dalam musik dan puisi memberikan
pengaruh bagi pendengar dan pembacanya. Keduanya juga tercatat dalam
kurikulum pendidikan. Akan tetapi, pengaplikasiannya belum menampakkan hasil
yang menonjol.
Dalam kegiatan pembelajaran, musik membantu pelajar untuk bekerja
lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik merangsang, meremajakan, dan
memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak sadar. Musik bisa digunakan
untuk menata suasana hati, mengubah keadaan, mental siswa, dan mendukung
lingkungan belajar. (de Porter, 2005:73). Bobbi de Porter (2005) dalam Quantum
Teaching juga menyarankan tentang pilihan musik tertentu yang digunakan saat
mempelajari, membaca, belajar, dan presentasi. Salah satu musik yang dianjurkan
tersebut adalah Canon in D karya Pachelbel. Pada penelitian ini akan digunakan
musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi yang berjudul
“Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail.
Atas dasar latar belakang tersebut, muncul ketertarikan penulis untuk
melakukan penelitian dengan judul PENGGUNAAN MUSIK DAN PUISI
MELALUI MUSIKALISASI PUISI UNTUK MENGATASI AGRESI
VERBAL PADA SISWA KELAS VIB SLB E BHINA PUTERA
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010.
23
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
Apakah penggunaan musik dan puisi melalui musikalisasi puisi dapat
mengatasi agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera tahun
ajaran 2009/2010?
Adapun musik yang digunakan dalam penelitian ini adalah musik instrumental
“Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi yang dipilih adalah puisi karya
Taufiq Ismail yang berjudul “Dengan Puisi, Aku”.
C. Definisi Operasional
Musikalisasi puisi merupakan kolaborasi atau perpaduan antara
instrumental musik yang dimainkan saat pembacaan puisi. Musik dan puisi
memiliki kesamaan dalam komponennya, yaitu sama-sama memiliki irama.
Dengan memadukan kedua elemen tersebut siswa diharapkan dapat terangsang
untuk bisa memenuhi standar kompetensi dalam mengungkapkan pikiran,
perasaan dan informasi secara tertulis dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Sedangkan agresi verbal merupakan salah satu bentuk reaksi kemarahan
impulsif berupa tindakan kekerasan non-fisik yang bertujuan untuk merendahkan
citra atau kepercayaan diri seseorang dan menyakiti psikologis orang lain yang
dilakukan secara aktif maupun pasif.
D. Tujuan dan Indikator
1. Tujuan penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan musik
dan puisi melalui musikalisasi puisi dalam mengatasi agresi verbal pada siswa
24
kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta. Dalam penelitian ini musikalisasi puisi
digunakan dengan musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan
puisi yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail.
2. Indikator pencapaian
Pada siklus terakhir penelitian tentang penggunaan musik instrumental
“Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi yang berjudul “Dengan Puisi,
Aku” karya Taufiq Ismail melalui musikalisasi puisi untuk mengatasi agresi
verbal siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera tahun ajaran 2009/2010, sekurang-
kurangnya:
a. 100% siswa menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah selama kegiatan
pembelajaran;
b. 75% siswa mampu membaca puisi di depan kelas sesuai dengan pemberian
tanda jeda pada puisi;
c. 75% siswa mampu membuat puisi sederhana;
d. 75% siswa menunjukkan peningkatan nilai dari dari pre-test ke post-test I pada
siklus I dan peningkatan dari post-test I ke post-test II pada siklus II.
E. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini akan menambah
khasanah dalam perkembangan ilmu pengetahuan, di bidang pendidikan pada
umumnya dan dalam Pendidikan Luar Biasa pada khususnya. Sehingga
perkembangan tersebut dapat digunakan dalam meningkatkan pelayanan bagi
anak berkebutuhan khusus di sekolah. Selain itu, penelitian ini bisa dijadikan
sebagai dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan kajian yang lebih
kompleks.
25
2. Manfaat Praktis
Sedangkan manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini terdiri
dari manfaat bagi guru, siswa, dan sekolah yang diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Memberikan variasi dalam kegiatan pembelajaran khususnya mata
pelajaran Bahasa Indonesia
b. Memberikan stimulus untuk bisa berkreasi dengan menggunakan
musik dalam pembelajaran
c. Meningkatkan interaksi antara guru dan siswa
2. Bagi siswa
a. Secara langsung
1) Memberikan stimulus untuk berani bicara di depan kelas
2) Memberikan stimulus untuk menggunakan bahasa-bahasa yang
indah dalam puisi
3) Memberikan terapi musik (music therapy)
b. Secara tidak langsung
1) Menekan agresi verbal pada siswa
2) Mendorong siswa untuk dapat menulis puisi
3) Merefresh semangat dan konsentrasi siswa untuk belajar kembali.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya
pengadaan inovasi dan kreasi pembelajaran bagi para guru Bahasa Indonesia
yang lain.
26
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Teori tentang Musik
a. Pengertian Musik
Hampir semua orang di dunia menyukai musik dengan latar belakang
budaya dan selera yang berbeda-beda. Menurut J. Mosel (1957), musik adalah
seni yang mengekspresikan dan membangkitkan emosi tertentu melalui media
suara dan bunyi. (http://merawat-anak.blogspot.com/search/label/Dunia%20
Music). Aristoteles (http://id.wikipedia.org/wiki/Musik) menyatakan bahwa musik
mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi
rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Don Campbell juga memiliki
pendapat tentang musik, yaitu pola titinada yang berubah-ubah dalam musik dapat
membangkitkan rangsangan pada telinga kemudian merangsang perkembangan
bahasa anak. (2002:5)
Pujian terhadap musik juga dinyatakan oleh Wolfgang Amadeus Mozart
dalam Don Campbell (2002:10) bahwa musik berbicara dalam bahasa yang
dipahami anak secara naluriah, musik menarik pendengar ke dalam orbitnya,
mengajak mereka untuk mengikuti pola titinada, bergoyang mengikuti iramanya,
dan menggali dimensi-dimensi emosi serta harmoninya dalam seluruh keindahan
di dalamnya.
Marsapeli (2009) memiliki pendapat bahwa musik adalah sumber rasa
keindahan. Bila anak terlibat atau berpartisipasi dalam musik, selain dapat
mengembangkan kreativitas mereka, musik juga dapat membantu dalam
perkembangan individu anak, mengembangkan sensitivitas anak, membangun rasa
keindahan anak, membuat anak dapat mengungkapkan ekspresi, memberi
tantangan, melatih disiplin. Berdasarkan sifat anak yang cenderung menyenangi
kegiatan yang aktif, seorang guru yang akan mengajarkan pendidikan musik
9
27
haruslah bisa merencanakan pembelajaran yang dapat langsung melibatkan anak
dengan kegiatan musik yang aktif dan dapat memberikan sentuhan pribadi pada
anak baik secara emosi maupun secara fisik.
Jamalus (1988:1) dalam Marsapeli (2009) menarik kesimpulan bahwa
musik merupakan suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi
musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-
unsur musik, yaitu irama, bentuk/struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesenian.
Menurut Sloboda (2008), musik mempunyai fungsi untuk memberi indikasi
kondisi-kondisi yang diperlukan untuk flourishing perkembangan individual.
Potensi musikal jutaan orang akan dapat dibukakan pintunya dan diaktualkan jika
kita dapat menciptakan institusi sosial yang lebih menitikberatkan pada musical
enjoyment, personal and communal fulfilment yang menghilangkan penghalang
sosial dalam keterlibatan manusia dengan musik.
Secara umum unsur-unsur yang terkandung dalam musik sebagaimana yang
diungkapkan oleh Pandjaitan (2005) dalam http://www.wartaadvent.org/
Warta/WAO_Artikel _Musik_2005.doc adalah sebagai berikut:
1) Melodi, merupakan serangkaian nada yang naik turun. Dari melodi ini kita
mengenal lagu atau musik apa yang sedang dimainkan. Lagu atau musik yang
baik biasanya mulai dengan melodi pada nada tertentu, kemudian menaik pada
bagian klimaks dan kembali menurun pada nada permulaan, keseimbangan pada
permulaan, tengah dan akhir lagu. Melodi yang terus menurun untuk waktu yang
lama menimbulkan efek depresi pada pendengarnya, sedangkan melodi yang naik
terus untuk waktu yang lama menimbulkan stress dan pengulangannya dengan
konstan secara terus menerus menimbulkan efek hipnotis seperti pada suasana
trance.
2) Harmoni (chord), yaitu struktur dan perkumpulan beberapa nada yang
berbunyi bersamaan, yang akan menghadirkan suasana musik tertentu. Harmoni
menambah kedalaman, perspektif, suasana dan atmosfir serta warna pada melodi.
28
Susunan harmoni mayor cenderung menggambarkan keadaan positif dan sukacita
sedangkan minor cenderung lebih sedih dan pesimis.
3) Irama, adalah suatu pergerakan teratur dalam musik yang membuat musik
bergerak dan memiliki jiwa. Pengendalian diperlukan agar irama tidak merusak
musik. Terlalu banyak, membuat musik sakit; dan tidak ada irama, membuat
musik itu mati. Hanya diperlukan satu atau dua orang pemain timpani untuk
membentuk irama dalam sebuah orkes simponi berbanding puluhan pemain biola.
Bersama melodi dan harmoni, irama harus di dalam keseimbangan yang terpadu
seperti halnya keseimbangan tubuh, mental dan rohani. Perlu disadari bahwa
irama tidak saja dapat dibentuk melalui penggunaan instrumen drum seperti yang
kebanyakan kita ketahui, tetapi manipulasi penggunaan suara dan harmoni juga
dapat membentuk irama tertentu.
4) Intensitas, berkaitan dengan variasi kekuatan atau penekanan pada bagian
tertentu dalam sebuah lagu atau musik dan pelan-kerasnya (volume) sebuah lagu
atau musik yang diperdengarkan (dinamika termasuk penggunaan amplifier/loud
speaker).
5) Syair/kata-kata, merupakan rangkaian bentuk kalimat yang disusun
sebagai suatu tema yang memiliki pengertian dan tujuan tertentu.
6) Performer, penyanyi, atau instrumentalis, adalah orang yang terlibat
dalam membawakan sebuah lagu atau musik.
7) Instrumen (sound), ialah alat musik yang menghasilkan bunyi tertentu.
Penggunaan alat musik harus mendukung keseimbangan dan keselarasan unsur
melodi, irama (rhytm), harmoni, vokal, dan unsur-unsur lainnya.
b. Berbagai Penelitian tentang Musik1
Seorang peneliti, Donald Hodges, mengemukakan bahwa bagian otak yang
dikenal sebagai Planum Temporale dan Corpus Callosum memiliki ukuran lebih
besar pada otak musisi jika dibandingkan dengan mereka yang bukan musisi.
Kedua bagian ini bahkan lebih besar lagi jika para musisi tersebut telah belajar 1 Pandjaitan, Ronald. 2005. Artikel Musik. http://www.wartaadvent.org/Warta/WAO_Artikel_Musik_2005.doc.
29
musik sejak usia yang masih sangat muda yakni di bawah usia tujuh tahun.
Gilman dan Newman (1996) mengemukakan bahwa Planum Temporale adalah
bagian otak yang banyak berperan dalam proses verbal dan pendengaran,
sedangkan Corpus Callosum berfungsi sebagai pengirim pesan berita dari otak
kiri ke sebelah kanan dan sebaliknya. Seperti kita ketahui otak manusia memiliki
dua bagian besar, yaitu otak kiri dan otak kanan. Walaupun banyak peneliti
mengatakan bahwa kemampuan musikal seseorang berpusat pada belahan otak
kanan, namun pada proses perkembangannya proporsi kemampuan yang tadinya
terhimpun hanya pada otak kanan akan menyebar melalui Corpus Callosum ke
belahan otak kiri. Akibatnya, kemampuan tersebut berpengaruh pada
perkembangan linguistik seseorang. Dr. Lawrence Parsons dari Universitas Texas
San Antonio menemukan data bahwa harmoni, melodi dan ritme memiliki
perbedaan pola aktivitas pada otak. Melodi menghasilkan gelombang otak yang
sama pada otak kiri maupun kanan, sedangkan harmoni dan ritme lebih terfokus
pada belahan otak kiri saja. Namun secara keseluruhan, musik melibatkan hampir
seluruh bagian otak. Dr. Gottfried Schlaug dari Boston mengemukakan bahwa
otak seorang laki-laki musisi memiliki Cerebellum (otak kecil) 5% lebih besar
dibandingkan yang bukan musisi. Kesemua ini memberikan pengertian bahwa
latihan musik memberikan dampak tertentu pada proses perkembangan otak.
Mary Griffith, seorang ahli fisiologi, mengemukakan bahwa hipotalamus
mengontrol berbagai fungsi saraf otonom, seperti bernapas, denyut jantung,
Berikut merupakan susunan atau tatanan melodi Canon in D secara keseluruhan
yang juga dikutip dari http://en.wikipedia.org/wiki/Pachelbel%27s_Canon:
Gambar 2.2 Susunan melodi Canon in D secara utuh
Seorang direktur film Amerika Robert Redford menggunakan potongan
lagu sebagai tema utama dalam film Ordinary People yang menang dalam
Academy Award pada tahun 1980. Selain itu, potongan lagu Canon in D juga
digunakan sebagai musik tema dalam film Korea My Sassy Girl.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
musik adalah hasil cipta, rasa, dan karsa dalam bentuk lagu atau komposisi musik
dengan pola titinada yang berbeda melalui media suara atau bunyi yang memiliki
sifat merangsang dan reaktif bagi para pendengarnya dan diistilahkan sebagai
salah satu ekspresi seni.
2. Teori tentang Puisi
a. Pengertian puisi
34
Secara etimologis, puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang berarti
“membuat” atau poeisis yang berarti “pembuatan”. Dalam bahasa Inggris disebut
dengan poem atau poetry. Puisi berarti pembuatan, karena dengan menulis puisi
berarti telah menciptakan sebuah dunia. (Sutedjo dan Kasnadi, 2008:1).
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi
yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai
berikut.
1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang
terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang
setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris,
antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan
sebagainya.
2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat
musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang
merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga
yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu
dengan mempergunakan orkestra bunyi.
3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan
yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun
Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan
perasaan yang bercampur-baur.
4) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran
manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama.
Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik
(misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya),
dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian
bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
35
5) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang
paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat
mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan,
kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena
kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik
yang paling indah untuk direkam.
Dari definisi-definisi tersebut terlihat adanya perbedaan pemikiran, tetapi
tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad dalam (Pradopo, 1993:7)
menyimpulkan bahwa pengertian puisi tersebut terdapat garis-garis besar tentang
puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide,
nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan
perasaan yang bercampur-baur. Beberapa pendapat tersebut juga mengaitkan
definisi puisi dengan musik.
Waluyo (1995) mendata berbagai pengertian tentang puisi sehingga mampu
menguraikan puisi yang merupakan hasil pengkonsentrasian atau pemadatan
segala unsur kekuatan bahasa. Dalam penyusunan puisi unsur-unsur bahasa
tersebut dirapikan, diperbagus, dan diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan
irama dan bunyi. Bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif, ditandai dengan
kata konkret lewat pengimajian, pelambangan, dan pengiasan, atau dengan kata
lain penggunaan kata konkret dan bahasa figuratif. Bentuk fisik dan bentuk batin
puisi merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, tidak dapat dipisahkan dan
merupakan kesatuan yang padu. Bentuk fisik dan batin tersebut dapat ditelaah
unsur-unsurnya hanya dalam kaitannya dengan keseluruhan. Keseluruhan puisi
adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan mood dan
pengalaman jiwa serta bersifat imajinatif.
Seperti halnya dengan karya-karya sastra yang lain, dalam puisi juga ada
beberapa aliran yang biasanya diikuti oleh penyair. Aliran-aliran (Waluyo, 1995)
tersebut meliputi:
36
1) Romantik, dalam aliran ini perasaan lebih ditonjolkan, cenderung berlebih-
lebihan, sehingga menggambarkan kenyataan hidup dengan penuh keindahan
tanpa cela. Perimbangan rasio sering dinomorduakan. Karena aliran romantik
sering dikaitkan dengan sifat sentimental atau cengeng, karya-karya puisi
romantik seringkali berusaha membuai perasaan pembacanya.
2) Realisme, berbeda dengan aliran romantik, aliran realisme
menggambarkan segala sesuatu secara realistis dan apa adanya. Dalam realisme,
seorang penyair sebagai pelukis kejadian menggambarkan secara teliti. Segala
sesuatu yang digambarkan tersebut masih dinyatakan secara wajar, tidak
berlebihan, dan tidak dikurang-kurangi tetapi masih memperhatikan batas-batas
kepantasan, tabu, dan hal-hal yang tidak sopan.
3) Realisme sosial, merupakan penggambaran kenyataan yang dialami oleh
golongan masyarakat yang menderita. Hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan
pertentangan kelas, yakni bangkitnya kaum buruh dan tani untuk melawan kaum
borjuis atau kapitalis. Yang dipentingkan dalam realisme sosial adalah kenyataan
hidup masyarakat golongan revolusioner. Taufiq Ismail melukiskan penderitaan
rakyat pada umumnya selain sebagai akibat penyelewengan para pemimpin di
jaman Orde Lama juga yang disebabkan PKI, sebagai contoh karyanya yang
berjudul Kemis Pagi.
4) Ekspresionisme, pengungkapan kenyataan dalam aliran ini tidak dilakukan
secara objektif melainkan secara subjektif, sesuai dengan gelora kalbunya atau
kehendak batinnya. Terkadang penyair realis juga bisa bersifat ekspresionistis,
yaitu pada saat ekspresi jiwa tidak berlebihan, tetapi tetap adanya. Ekspresi jiwa
Taufiq Ismail dapat ditemukan dalam karyanya Yang Kami Minta Hanyalah yang
dinyatakan saat berhadapan dengan kekuasaan Orde Lama berkaitan dengan
politik mercusuar.
5) Impresionisme, merupakan perkembangan dari aliran realisme. Kenyataan
dalam impresionisme menimbulkan kesan-kesan dalam diri penyair. Apa yang
dikemukakan dalam puisi adalah kesan penyair setelah menghayati kenyataan
37
hidup itu. Penyair mengolah kenyataan dalam jiwanya, kemudian mengungkapkan
kesan dari kenyataan tersebut. Adapun objek kenyataan tersebut dapat berupa
manusia, peristiwa, benda, dan sebagainya. Salah satu karya Taufiq Ismail yang
impresionistis dapat dinikmati dalam puisi Dengan Puisi, Aku seperti yang akan
digunakan dalam penelitian tentang musikalisasi pada siswa kelas VIB SLB E
Bhina Putera ini.
6) Imajis, aliran ini berpandangan bahwa kenyataan harus dilukiskan dalam
imaji visual yang jernih dan jelas. Kata-kata dipilih secara cermat dan efisien.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari dengan ritme (irama) yang tidak
mengikat. Sehingga puisi imajis hampir mirip dengan prosa. Selain
mengungkapkan gagasan penyair, kata-kata tersebut mendukung imaji penyair
yang hendak diungkapkan.
b. Puisi Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail
Dalam Antologi Puisi Indonesia Modern Anak-anak, Suyatno (2003)
mencantumkan puisi karya Taufiq Ismail yang berjudul Dengan Puisi, Aku
sebagai berikut:
Bait ke-I :Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Di batas cakrawala
Bait ke-II :Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Bait ke-III :Dengan puisi aku mengutuk
Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
38
Perkenankanlah kiranya.
Berdasarkan tipografinya, puisi “Dengan Puisi, Aku” terdiri dari tiga bait.
Setiap bait terdiri dari empat baris dan memiliki rima aabb. Baris pertama sampai
ke-3 konstan terdiri dari empat kalimat. Baris pertama dan ke-3 diawali dengan
frase dengan puisi aku…
Puisi tersebut diciptakan Taufiq Ismail, sastrawan dan penyair angkatan
’66, sebagai wujud impresi (kesan)nya terhadap puisi (Kavellania, 2006). Bahkan
di masa periode 1966-1970 tersebut karya-karya Taufiq Ismail mendominasi
dunia sastra, terutama puisi melalui karya-karyanya yang bersifat protes, selain
karya-karya WS. Rendra (Alm.) seperti yang dituliskan Waluyo (1995: 37).
Rendra (Alm.) sendiri yang sudah terkenal dengan kumpulan sajaknya
yang berjudul Blues untuk Bonnie selain menjadi pusat perhatian masyarakat
dalam dunia teater dengan pementasan-pementasan dramanya yang sukses
(Waluyo, 1995:63-64) pernah mengungkapkan bahwa puisi karya Taufiq Ismail
yang berjudul Dengan Puisi, Aku tersebut merupakan puisi yang bisa
merangkumkan kehidupannya. (Wordpress:2009)
Dilihat dari gayanya, Dengan Puisi, Aku memiliki beberapa ciri gaya puisi
tahun ‘50an yang ditulis dengan gaya bercerita, atau yang lebih dikenal dengan
balada. Selain gaya bercerita tersebut, puisi ini juga memiliki gaya repetisi
(pengulangan kata) yang cukup kental. (Waluyo, 1995: 46)
Meskipun Dengan Puisi, Aku bukan merupakan puisi demonstrasi, puisi
tersebut dimuat dalam Tirani dan Benteng, kumpulan sajak karya Taufiq Ismail
yang berisi sajak-sajak demonstrasi.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa puisi
merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa dalam bentuk susunan kata yang bersumber
pada suasana hati dan pengalaman jiwa dengan gaya menulis berbeda antara satu
orang dengan orang yang lain sesuai dengan karakteristik kepribadian maupun
usia si penulis.
3. Musikalisasi Puisi
39
Dalam Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTS kelas IX dijelaskan bahwa
musikalisasi puisi digolongkan menjadi dua kegiatan, yaitu pembacaan puisi
dengan iringan musik dan pemberian titinada atau tangga nada pada baris-baris
puisi sehingga puisi tersebut dapat dinyanyikan. Kedua jenis kegiatan tersebut
cukup populer di Indonesia. Namun, untuk memberi titi nada pada baris-baris
puisi belum banyak dilakukan orang. Beberapa nama penyanyi seperti Ebiet G.
Ade, Franky Sahilatua, dan Bimbo merupakan penyanyi yang terkenal. Syair
lagunya puitis, dan kental dengan makna. Lagu yang mereka nyanyikan betul-
betul layak disebut puisi. Satu contoh lagu yang merupakan gubahan dari sebuah
puisi adalah Tuhan yang dipopulerkan oleh Sam Bimbo, padahal lagu tersebut
merupakan puisi karaya Taufiq Ismail.
Melalui http://groups.yahoo.com/group/pasarbuku/message/9727 seorang
anggota group yahoo mengatakan bisa merasakan indahnya puisi melalui
musikalisasi puisi. Musik yang mengalun saat puisi dibacakan atau didendangkan
bisa dijadikan media untuk belajar membaca puisi. Karena dalam hal tersebut
musik merupakan puisi itu sendiri. Musik bisa mempengaruhi cara seseorang
dalam membaca puisi.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian
musikalisasi puisi adalah pemberian titinada pada syair puisi yang kemudian
dibawakan secara bersamaan melalui iringan musik yang dimainkan saat
pembacaan puisi. Puisi tersebut bisa dibacakan ataupun dilagukan sesuai dengan
musik yang dimainkan.
4. Teori Tentang Anak Gangguan Emosi dan Perilaku
a. Pengertian Anak Gangguan Emosi dan Perilaku
40
Menurut William James, seorang pakar psikologis yang terkenal di Harvard
pada akhir tahun 1800-an dalam buku Pengantar Psikologi (Atkinson, et all:1983)
emosi diyakini sebagai umpan balik dari perubahan badani yang terjadi sebagai
respon terhadap situasi yang membingungkan atau menakutkan. Emosi bukan
peristiwa sesaat, melainkan pengalaman yang terjadi beberapa saat. Oleh karena
itu, pengalaman emosional dapat ditimbulkan oleh masukan eksternal pada sistem
sensoris. Dari situlah seseorang melihat atau mendengar stimulus yang
membangkitkan emosi.
Anak gangguan emosi dan perilaku atau yang lebih sering dikenal sebagai
anak tunalaras merupakan anak yang melakukan suatu tindakan atau perbuatan
yang bertentangan dengan ketentuan hukum dan dirasakan serta ditafsirkan
masyarakat sebagai perbuatan tercela (Hatrasy, 1996:21). Kartono (1989:181)
memberikan istilah pada mereka sebagai juvenile delinquency. Juvenile diartikan
muda, delinquent berarti jahat, nakal; dan delinquere merupakan istilah untuk
pelanggar hukum. Jadi, juvenile delinquency dapat diartikan sebagai anak-anak
muda (biasanya di bawah 18 tahun) yang melakukan kenakalan dan menjadi
kejahatan jika dilakukan orang dewasa. Dalam diri anak tersebut ada disharmoni
dan disfungsi dari macam-macam dorongan sehingga pribadinya tidak bisa
diintegrasikan, dan menjurus pada sifat psikotis. Selain itu selalu ada
disequilibrium, yaitu ketidaksimbangan pada diri pribadi anak. Sehingga anak
selalu berlebihan dalam bertingkah laku, dan impulsnya jadi liar tidak bisa
dikemudikan. Perbuatan-perbuatan nakal yang dilakukan anak-anak tersebut akan
disebut sebagai kejahatan jika pelakunya adalah orang dewasa.
Depdikbud (1977:13) dalam Somantri (1996:115) menggariskan bahwa
batasan anak tunalaras merupakan anak yang berumur antara 6 tahun sampai 17
tahun dengan karakteristik bahwa anak tersebut mengalami gangguan atau
hambatan emosi dan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri
dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berdasarkan
batasan tersebut tidak ada salahnya jika anak tunalaras juga diistilahkan sebagai
41
anak gangguan emosi dan perilaku. Gangguan yang dialami anak ini akan
mengganggu situasi belajarnya.
Public Law 94-242, yaitu Undang-Undang tentang Pendidikan Luar Biasa
di Amerika Serikat menyebutkan pengertian tunalaras dengan istilah gangguan
emosi sebagai berikut:
Gangguan emosi adalah suatu kondisi yang menunjukkan salah satu atau lebih gejala-gejala berikut dalam satu kurun waktu tertentu dengan tingkat yang tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar:
1) ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan faktor kecerdasan, pengindraan, atau kesehatan,
2) ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan dengan teman dan guru,
3) bertingkah laku yang tidak pantas dalam keadaan normal,
4) perasaan tetekan atau tidak bahagia terus menerus,
5) cenderung menunjukkan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalah-masalah sekolah. (Wardani, dkk: 2005)
Selain definisi tersebut, Wardani, dkk (2005: 7.21) juga mengumpulkan beberapa
pendapat lain berkaitan dengan ketunalarasan seperti Kauffman (1977) yang
mengemukakan bahwa penyandang tunalaras merupakan anak yang secara kronis
dan mencolok berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara yang secara sosial
tidak dapat diterima atau secara pribadi tidak menyenangkan tetapi masih dapat
diajar untuk bersikap yang secara sosial dapat diterima dan secara pribadi
menyenangkan. Sechmid dan Mercer (1981) dalam Wardani, dkk (2005) juga
memberikan definisinya mengenai tunalaras yang menyebutkan bahwa tunalaras
adalah anak yang secara kondisi dan terus menerus menunjukkan penyimpangan
tingkah laku tingkat berat yang mempengaruhi proses belajar, meskipun telah
menerima layanan belajar serta bimbingan seperti anak lain. Dalam konteks ini,
ketidakmampuan menjalin hubungan baik dengan orang lain dan gangguan
belajarnya tidak disebabkan oleh kelainan fisik, syaraf, atau intelegensi.
Nevid, dkk (2005: 164-165) menyebutkan anak tunalaras atau gangguan
emosi dan perilaku sebagai gangguan tingkah laku (Conduct Disorder) dan
42
gangguan sikap menentang (Oppositional Defiant Disorder). Anak dengan
gangguan tingkah laku secara sengaja bertindak agresif dan kasar, tidak punya
perasaan yang tampak dalam bentuk tidak menyayangi, kasar, dan mudah marah,
dan tampaknya tidak punya rasa bersalah terhadap kelakuan buruk mereka.
Sedangkan anak dengan gangguan sikap menentang dimaknai sebagai anak yang
cenderung bersifat negatif atau menentang. Mereka melawan tokoh otoritas, yang
ditunjukkan dengan kecenderungan mereka untuk berargumentasi dengan
orangtua dan guru serta menolak mengikuti permintaan atau perintah dari orang
dewasa. Mereka secara sengaja mengganggu orang lain, mudah marah, sensitif
atau mudah tersinggung, menyalahkan orang lain sebagai penyebab kesalahan
mereka, atau bahkan benci, dengki, dan dendam kepada orang lain.
b. Faktor Penyebab Gangguan Emosi dan Perilaku
Kartono (1989:178) menjelaskan bahwa hambatan-hambatan pada
perkembangan emosi anak didominasi oleh faktor psikologis seperti, ditinggalkan
ibu, ayah, atau kedua orangtuanya, atau bahkan anak terpaksa harus dirawat dalam
suatu institusi (rumah sakit, panti asuhan, yayasan, dan sebagainya). Hal tersebut
membuat anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang serta kering dari
perasaan-perasaan. Akibat dari masalah itu adalah ketidakmampuan anak dalam
mengadakan hubungan antar kemanusiaan yang normal secara permanen dengan
manusia lain pada usia dewasa. Pada akhirnya mereka juga mengalami moral
defectiveness.
Faktor penyebab anak gangguan emosi dan perilaku juga berkaitan dengan
kondisi fisik, masalah perkembangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
dan lingkungan masyarakat. Faktor yang terjadi bukan hanya dari salah satu faktor
saja, melainkan saling mempengaruhi dan saling berhubungan satu sama lain.
1) Kondisi fisik
43
Berbagai penelitian menyatakan kelenjar endoktrine merupakan salah satu
penyebab timbulnya kejahatan seperti kesimpulan yang diungkapkan Gunzburg
dalam B. Simanjuntak (1974) dalam Somantri (1996: 118). Nevid, dkk (2005:
207) memberi kemungkinan tentang kaitan antara hormon testosterone dengan
agresi pada laki-laki, kelebihan maupun kekurangan hormon bisa jadi memiliki
peran dalam memunculkan perilaku agresif pada laki-laki.
2) Masalah perkembangan
Berkaitan dengan masalah perkembangan, Singgih D. Gunarsa (1995)
menjelaskan bahwa setiap memasuki masa perkembangan baru, individu
dihadapkan pada berbagai tantangan atau krisis emosi. Somantri (1996:119)
kemudian menegaskan jiwa anak yang masih labil dalam masa perkembangan
banyak mengandung resiko berbahaya jika kurang mendapatkan bimbingan dan
pengarahan dari orang dewasa. Sehingga anak akan terjerumus pada tingkah laku
yang menyimpang dari norma-norma yang sudah ada.
3) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang paling pertama dan utama yang
memberikan pengaruh bagi pembentukan kepribadian anak. Beberapa di antara
banyaknya faktor yang muncul di lingkungan keluarga antara lain, kasih sayang
dan perhatian, keharmonisan keluarga, dan kondisi ekonomi. Lingkungan
keluarga yang tidak mampu memberikan dasar perasaan aman dan dasar untuk
perkembangan sosial, dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku pada
dengan-perilaku-agresif-pada-siswa-smp-negeri-2-ungaran .html) yang berjudul
Hubungan Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak Dengan Perilaku Agresif Pada
Siswa Smp Negeri 2 Ungaran, agresi merupakan pengembangan dari kata agresif
(aggressive) dan agresivity (agresifitas). Agresif (aggressive) merupakan bentuk
kata sifat yang memiliki makna sifat suka menyerang dan menyakiti orang lain,
sedangkan agresivity (agresifitas) bentukan kata benda yang didefinisikan
sebagai suatu manifestasi dari keinginan berkuasa atau proyeksi dari individu
yang berupa serangan kepada orang lain yang dapat dianggap sebagai saingan atau
lawan. Hal tersebut sebagaimana hasil penelitian yang dimuat dalam
http://www.pikirdong.org/pendidikan/pend13agresi.php agresivitas juga dapat
diartikan sebagai kecenderungan perilaku yang diniati untuk menyakiti orang lain,
baik secara fisik maupun psikologis (Buss & Perry, 1992; Baron & Byrne, 2004
dalam Nashori dan Diana, 2009). Agresi (Aggression) merupakan bentuk perilaku
dari agresif dan agresifitas. Dalam mitrariset (2009) agresi didefinisikan oleh para
psikolog sebagai setiap bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau
merugikan seseorang yang bertentangan dengan kemauan orang itu. Medinnus
dan Johnson (1974) dalam Mitrariset (2009), menjelaskan bahwa tingkah laku
agresi bisa berupa tingkah laku fisik maupun secara verbal.
Berkaitan dengan agresi, Nevid, dkk (2005: 205-210) membagi dalam tiga
perspektif, yaitu perspektif biologis, perspektif sosial-kognitif, dan perspektif
sosiokultural. Perspektif biologis didasarkan pada teori Freud yang meyakini
bahwa agresi merupakan produk insting. Pandangan ini berkembang menjadi
pandangan sosiobiologis yang beranggapan bahwa tiap manusia mempunyai
kecenderungan-kecenderungan atau disposisi-disposisi perilaku, termasuk agresi,
48
yang meningkatkan kemungkinan pertahanan hidup nenek moyang dan secara
genetis diturunkan pada generasi berikutnya. Teori sosial-kognitif yang diajukan
oleh Albert Bandura (1973, 1986) berasumsi bahwa agresi merupakan perilaku
yang dipelajari, dimunculkan melalui cara yang sama seperti perilaku-perilaku
lain. Anak-anak dapat belajar meniru perilaku agresif yang diamati di rumah, di
halaman sekolah, di televisi, atau di media lain. Bila mereka kemudian dikuatkan
untuk bertindak agresif, kecenderungan untuk melakukan agresi menjadi lebih
kuat sejalan dengan waktu. Sedangkan untuk perspektif sosiokultural menyatakan
bahwa tindak kekerasan berakar pada penyebab-penyebab sosial, yang banyak di
antaranya berjalan beriringan seperti kemiskinan, kurangnya kesempatan,
keretakan keluarga, dan pemaparan terhadap model-model peran yang
menyimpang. Teori ini juga mempertimbangkan bagaimana nilai-nilai budaya dan
metode pengasuhan anak dapat mengembangkan kekerasan. Dalam budaya-
budaya lain seperti di Thailand dan Jamaika, agresi pada anak secara aktif tidak
dikuatkan, dan kesantunan serta kepatuhan ditumbuhkan.
Hurlock dalam Perkembangan Anak memberikan gambaran agresi sebagai
berikut:
Reaksi kemarahan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua golongan besar: impulsif dan ditekan. Reaksi impulsif biasanya disebut agresi. Reaksi ini ditujukan kepada manusia, binatang, atau objek. Reaksi ini dapat berupa fisik atau kata-kata, dan dapat ringan atau kuat. Ledakan kemarahan yang kuat atau “temper tantrums” adalah khas pada anak-anak kecil. (2006: 223)
Reaksi impulsif, menurut Hurlock (2006: 223) muncul lebih awal dan lebih tidak
dapat diterima secara sosial. Bahasa merupakan salah satu yang digunakan anak
sebagai wujud reaksi kemarahan. Bahasa ini dimanifestasikan dalam aktivitas
bicara pada anak. Sehingga Hurlock (2006: 202) menjelaskan lagi tentang jenis-
jenis bicara yang tidak dapat diterima secara sosial, antara lain:
1) anak yang berbicara paling banyak mengenai dirinya sendiri;
2) kritik pedas dan pemberian julukan;
3) sikap yang sinis dan suka berkelahi; dan
4) komentar yang merendahkan.
49
Meskipun tidak secara keseluruhan, tiga dari empat point tersebut bisa dilakukan
sebagai reaksi impulsif (agresi) dari seorang anak.
Pengelompokan jenis agresi menurut berbagai ahli tetu saja cukup beragam,
salah satunya adalah pendapat Buss. Indikator atau ciri-ciri agresivitas menurut
Buss (Nashori, 2008 dalam Nashori dan Diana, 2009 dalam
http://www.pikirdong.org/pendidikan/pend13agresi.php) meliputi perilaku agresif
secara fisik dan verbal, secara aktif dan pasif, dan secara langsung dan tidak
langsung. Perbedaan antara verbal dan fisik adalah antara menyakiti secara fisik
dan menyerang dengan kata-kata. Agresi aktif atau pasif membedakan antara
tindakan yang terlihat dengan kegagalan dalam bertindak. Dan agresi langsung
berarti melakukan kontak langsung dengan korban yang diserang, sedangkan
perilaku agresi tidak langsung dilakukan tanpa adanya kontak langsung dengan
korban (Whandi, 2009 dalam http://whandi.net/2009/03/dunia-remaja/perilaku-
agresif-pada-anak-yang-memiliki-hobi-bermain-video-game.html). Bentuk sikap
kekerasan oleh Purniati (1999, dalam Suryaningsih dan Aggraini, 2009)
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tindakan kekerasan fisik adalah tindakan
yang bertujuan untuk melukai dan menyiksa, menganiaya orang seperti
mendorong, memukul, menampar, meninju dan membakar. Kedua, tindakan
kekerasan non fisik adalah tindakan yang bertujuan untuk merendahkan citra atau
kepercayaan diri seseorang misalnya berkata kasar, membodohkan atau memaksa
seseorang melakukan perbuatan yang tidak disukai atau dikehendaki. Ketiga,
tindakan kekerasan psikologis adalah tindakan yang bertujuan mengganggu atau
menekan emosi korban secara kejiwaan.
Rachmawati (2006) dalam http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/tmp
/2390.html menjelaskan Penyebab perilaku agresif digolongkan dalam beberapa
faktor, sebagai berikut:
1) Faktor Biologis
a) Sistem Otak
50
Para peneliti yang menyelidiki kaitan antara cedera kepala dan perilaku
kekerasan mengidentifikasikan betapa kombinasi pencederaan fisikal yang pernah
dialami. Cedera kepala mungkin ikut melandasi perilaku agresif. Sistem otak yang
tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau memperlambat sirkuit
neural yang mengendalikan agresi. Prescott (Davidoff, 1991) menyatakan bahwa
orang yang berorientasi pada kenikmatan akan sedikit melakukan agresi
sedangkan orang yang pernah mengalami kesenangan, kegembiraan cenderung
untuk melakukan kekejaman atau penghancuran.
b) Gen
Merupakan faktor yang tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem
neural otak yang mengatur perilaku agresi.
c) Kimia Darah
Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditemukan pada faktor
keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresif (Rita, 2005 : 107 dalam
Bila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku
agresif mereka secara alami mengalami perbuatan termasuk juga dalam
pembentukan agresi verbal. Sebagaimana yang telah disampaikan Hurlock (2006:
198) menyatakan bahwa anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat sosial
ekonomi rendah seringkali mendengar pola bicara yang tidak benar di rumah akan
cenderung melakukan kesalahan yang lebih banyak dalam perilaku berbahasa
daripada anak yang berasal dari keluarga yang sosial ekonominya baik. Hal ini
dapat dilihat dan dialami dalam kehidupan sehari-hari apalagi di kota-kota besar,
dalam antrian lampu merah, perempatan jalan. Model agresi baik verbal maupun
51
non verbal seringkali diadopsi anak-anak sebagai model pertahanan diri dan
pertahanan hidup.
b) Anonimitas
Terlalu banyak rangsangan indra kognitif membuat dunia menjadi sangat
impersonal artinya antara satu orang dengan orang yang lain tidak saling
mengenal. Setiap individu menjadi anonim tidak mempunyai identitas. Bila
seorang mempunyai anonim ia cenderung berperilaku menyendiri.
c) Suhu Udara Panas
Pengaruh polusi udara, kebisingan dan kesesakan karena kondisi manusia
yang terlalu berjejal. Kondisi-kondisi itu bisa melandasi perilaku agresif.
3) Faktor Psikologis
a) Perilaku Naluriah
Menurut Sigmund Freud, dalam diri manusia ada naluri kematian yang ia
sebut pula thanatos, yaitu energi yang tertuju untuk perusakan. Agresi terutama
berakar dalam naluri kematian yang diarahkan bukan ke dalam diri sendiri
melainkan diarahkan pada orang lain.
b) Perilaku yang dipelajari.
Menurut Albert Bandura perilaku agresif berakar dalam respons-respons
yang dipelajari manusia lewat pengalaman-pengalaman di masa lampau
(Anantasari, 2006 : 64)
4) Faktor Sosial
a) Reaksi Emosi terhadap Frustasi
Nashori dan Diana (2009) dalam http://www.pikirdong.org/pendidikan/
pend13agresi.php menuliskan bahwa frustrasi merupakan gangguan atau
kegagalan dalam mencapai tujuan. Bila seorang individu hendak pergi ke suatu
tempat, melakukan sesuatu, atau menginginkan sesuatu, dan kemudian merasa
dihalangi, bisa jadi individu tersebut mengalami frustrasi. Salah satu prinsip
52
dalam psikologi adalah frustrasi cenderung membangkitkan perasaan agresif.
Tidak diragukan lagi pengaruh frustasi dalam munculnya agresi verbal. John
Dollad berpendapat frustasi bisa mengakari agresif. Kendati demikian tidak setiap
anak yang mengalami frustasi akan melakukan agresi.
b) Provokasi Langsung
Pencederaan fiskal dan ejekan verbal dari orang-orang lain bisa memicu
perilaku agresif. Perilaku ini biasanya dilakukan karena anak kurang mendapatkan
perhatian dari orang-orang di sekelilingnya dan anak akan terus akan mencari
perhatian. Orangtua anak yang agresif biasanya mempunyai gejolak emosi yang
buruk dan situasi emosional perkawinan sebagai reaksi dari penolakan. Akibatnya
anak melakukan agresi sebagai reaksi dari penolakan oleh orang tua.
c) Peniruan (Modelling)
Semua perilaku tidak terkecuali agresif lingkungan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Peniruan tidak dilakukan pada semua orang tetapi
terhadap figur tertentu seperti ayah, ibu, kakak, atau teman bermainnya yang
memiliki perilaku agresif. Orang tua sering bertengkar menyebabkan anak juga
akan sering bertengkar. Terdapat kaitan antara agresi dan paparan tontonan
kekerasan lewat televisi. Semakin banyak anak menonton kekerasan lewat
televisi, maka tingkata agresi anak terhadap orang lain bisa meningkat pula.
Ternyata pengaruh tontonan kekerasan lewat televisi bersifat komulatif artinya
makin panjang paparan tontonan kekerasan semakin meningkat pula perilaku
agresinya.
5) Faktor Situasional
Termasuk dalam faktor ini antara lain adalah rasa sakit atau terluka yang
dialami anak. Perasaan anak yang terluka bisa berupa rasa kesal, marah, kecewa,
sedih dan ia tidak tahu bagaimana cara semestinya untuk mengungkapkan
perasaan-perasaan itu, maka ia melampiaskan dengan perilaku agresif. Hal ini
mudah dipahami dalam teori atribusi (Mitrariset, 2009). Teori tersebut
berpandangan bahwa bila korban menghubungkan frustrasi dengan keadaan yang
53
tidak dapat dihindarkan, tidak akan timbul amarah yang lebih besar. Tetapi, bila
tidak ada pembenaran faktor eksternal semacam itu dan bila dibuat pertalian
internal, amarah yang timbul akan lebih besar.
Nashori dan Diana (2009) membedakan agresi verbal menjadi dua
kelompok, yaitu:
1) Agresi verbal aktif, yang dilakukan anak dalam bentuk memaki-maki
orang, mengumpat, mengucapkan kata-kata kasar (:misuh, dalam bahasa
Jawa), dan sebagainya.
2) Agresi verbal pasif, yang berupa penolakan berbicara dengan orang lain,
penolakan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, atau penolakan
untuk memberikan perhatian pada suatu pembicaraan dimana seharusnya
anak terlibat di dalamnya.
Berdasarkan uraian dan wacana tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian anak gangguan emosi dan perilaku adalah anak dengan usia di atas usia
balita dan di bawah usia dewasa (batas usia ini sesuai dengan ketetapan tiap
negara, untuk di Indonesia antara enam sampai 17 tahun) yang memiliki
ketidakstabilan emosi dan penyimpangan berperilaku, salah satunya agresi verbal,
dimana penyimpangan perilaku tersebut jika dilakukan oleh orang dewasa
merupakan tindak kejahatan sehingga mereka perlu pelayanan pendidikan secara
khusus agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Does Rap or Rock Music Provoke Violent Behaviour?
Peneliti : Eliana Tropeano; Western Connecticut State University; 2006
Rangkuman :
This study examined whether or not watching a violent music video would provoke individuals to answer questions with violent responses. Eleven participants watched a violent music video, 11 participants watched a non-violent music video, and 11 participants were in the control group and did not watch any
54
videos. It was found that watching the violent music video containing violent lyrics, aggressive behavior, and degrading behaviors toward women did make an individual feel and react more violently with regards to responses to questions about fictitious scenarios. The conclusion was that watching violent music videos does negatively affect behavior.
Penelitian tersebut memberi gambaran bahwa video musik kekerasan yang
ditonton sebelas individu memberi pengaruh buruk pada perilaku individu. Ada 33
partisipan yang dibagi menjadi tiga kelompok, 11 partisipan pertama diperlihatkan
video musik kekerasan, 11 partisipan berikutnya diperlihatkan video musik tanpa
kekerasan, dan 11 partisipan terakhir tidak diperlihatkan video musik apapun.
Setelah itu semua partisipan tersebut diminta menjawab 12 soal pada kuesioner
dalam waktu 15 menit. Pada akhir penelitian diperoleh partisipan yang melihat
video musik kekerasan dan partisipan yang tidak melihat video musik apapun
menunjukkan agresi yang tinggi, sedangkan partisipan yang melihat video musik
tanpa kekerasan tidak menunjukkan adanya agresi.
2. Music Therapy and Aggression in 50 Children with Mild Mental
Handicap: A Clinical Trial
Peneliti : Masoud Nematian, Reza Khanmohammad, dan Nzanin
Hajigholamrezaei; Tehran University of Medical Sciences, Tehran,
Iran; 2006
Rangkuman :
Background Aggression behavior is one of the most common reasons for psychiatric
referral of persons with mental retardation. The works by Montello and Coons showed that music therapy investigations produce a lowering of scores in the aggression-hostility scale. In the present study we have investigated the effect of active music therapy on the aggression behavior of children with mental handicap. Method
This single blind randomized clinical trial study was performed in a school for mentally handicapped boys in Tehran, Iran. Fifty pupils (all boys, age range: 9-11 years) were randomly selected from 100 pupils with sever aggressive behavior. Raven’s Intelligence Quotient Test and Rosenzweig’s Picture Frustration Study (PFS) were performed for all the cases. They had mild mental retardation (IQ: 50-70) with symptom of aggression confirmed with PFS. They were randomly assigned in a case and control group of 25 each. The case group pupils performed twice a week one-hour session of active music therapy for a
55
period of three months (24 sessions totally). The treatment procedure consisted of improvisation of Persian rhythm based music therapy including music appreciation, improvisation, coral songs, rhythmic movements and relaxation. They were all evaluated for aggressiveness at the end of the three months period using the same method (PFS). Men scores of the PFS were calculated by Student’s T-test. Results
The results of the tests were significantly (p<0.05) different before and after the active music therapy intervention. Conclusions
Our results are in agree with similar studies and strongly suggest music therapy as an effective way in controlling the behavioral problems in children with mental handicap. However, more investigation is warranted to better understand the role of music therapy in psychiatric problems of children with mental handicap. Key words: Music therapy, mental retardation, Aggression
Dalam penelitian ini, para peneliti 50 siswa retardasi mental laki-laki
secara acak dari 100 siswa di sekolah khusus dengan usia antara 9-11 tahun.
Rosenzweig’s Picture Frustration Study yang telah dilakukan sebelumnya
menunjukkan 100 siswa tersebut memiliki tingkat agresif yang tinggi. Sedangkan
dengan Raven’s Intelligence Quotient Test menunjukkan bahwa tingkat IQ mereka
50-70 (retardasi mental tingkat rendah). Secara acak pula 50 siswa yang telah
dipilih dibagi menjadi dua kelompok, 25 siswa pertama yang akan diberikan
terapi musik dan 25 siswa lainnya tanpa diberikan musik. Kelompok siswa
pertama akan diberikan terapi musik aktif dua kali seminggu dan satu jam setiap
pertemuan yang berjalan selama tiga bulan. Prosedur pelaksanaanya
menggunakan improvisasi irama musik Persia yang kegiatannya terdiri dari
apresiasi musik, improvisasi, mengarang lagu, bergerak sesuai irama, dan
relaksasi. Evaluasi dilaksanakan setelah tiga bulan dengan menggunakan
Rosenzweig’s Picture Frustration Study yang dihitung menggunakan t-tes.
Hasilnya adalah signifikan (p<0.05). Sesuai dengan penelitian-penelitian
sebelumnya, penelitian ini disimpulkan penggunaan terapi musik sebagai salah
satu cara yang efektif untuk mengendalikan masalah perilaku pada siswa retardasi
mental.
56
3. Emotional and Neurohumoral Responses to Dancing Tango Argentino:
The Effects of Music and Partner
Peneliti : Cynthia Quiroga Murcia, M.sc; Stephan Bongard, P.Hd and
Gunter Kreutz, P.Hd; Goethe University Frankfurt am Main and
Carl von Ossietzky University Oldenburg, Germany; 2009
Rangkuman :
The present study examines the emotional and hormonal responses to tango dancing and the specific influences of the presence of music and partner on these responses. Twenty-two tango dancers were assessed within four conditions, in which the presence of music and a dance partner while dancing were varied in a 2x2 design. Before each condition and 5 minutes thereafter, participants provided salivary samples for analysis of cortisol and testosterone concentrations and completed the Positive and Negative Affect Schedule. The data suggest that motion with a partner to music has more positive effects on emotionalstate than motion without music or without a partner. Moreover, decreases of cortisol concentrations were found with the presence of music, whereas increases of testosterone levels were associated with the presence of a partner. The authors’ work gives evidence of short-term positive psychobiological reactions after tango dancing and contributes to understanding the differential influence of music and partner.
Tujuan utama dari paper ini adalah untuk menentukan apakah ada pengaruh dari musik terhadap performance dari seseorang saat melaksanakan pekerjaan fisik. Tiga jenis musik digunakan dalam studi ini: musik ringan, hard rock, dan musik favorit masing-masing subjek. Pekerjaan fisik yang sama tanpa musik juga dilaksanakan sebagai kontrol. Sebagai pekerjaan fisik, setiap subjek berjalan di atas treadmill dengan kecepatan konstan (4.8 km/jam) dan kemiringan konstan (4º) selama 6 menit. Setiap subjek diberikan istirahat yang cukup setiap kali selesai melaksanakan satu eksperimen. Sepuluh mahasiswa, tiga wanita dan tujuh pria berpartisipasi secara sukarela dalam studi ini. Program statistik digunakan untuk menganalisa hasil studi. Dari hasil perhitungan, tampak bahwa musik ringan dan favorit secara signifikan mempengaruhi performance fisik. Detak jantung per menit lebih rendah saat subyek mendengarkan musik ringan atau musik favorit mereka sambil melaksanakan pekerjaan fisik, dibandingkan tanpa mendengarkan musik. Pada saat mendengarkan musik hard rock, detak jantung
57
menurun tetapi tidak signifikan. Di lain pihak, konsumsi oksigen tidak menurun secara signifikan bila tanpa musik dibandingkan dengan mendengarkan musik. Karena itu, akan lebih menguntungkan bila pada saat melakukan suatu pekerjaan fisik, pekerja mendengarkan musik ringan atau musik favorit mereka.
Kata kunci: musik, performance fisik, detak jantung, konsumsi Oksigen
5. Musikalisasi Puisi Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Apresiasi
Puisi Pada Siswa Kelas V-B SD Negeri Mojosongo 3 Surakarta
Peneliti : Ainul Qoyim, Surakarta, 2009
Rangkuman :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan teknik musikalisasi puisi dalam pembelajaran apresiasi puisi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas V-B SD Negeri Mojosongo 3 Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Objek penelitian ini adalah siswa kelas V-B SD Negeri Mojosongo 3 Surakarta yang berjumlah 30 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan tes. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1) persiapan, (2) pengenalan masalah, (3) penyusunan rencana tindakan, (4) implementasi tindakan, (5) pengamatan, dan (6) penyusunan laporan. Proses penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kualitas pembelajaran (baik proses maupun hasil) apresiasi puisi pada siswa kelas V-B SD Negeri Mojosongo 3 Surakarta dengan menerapkan teknik musikalisasi puisi. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) siswa terlihat tertarik dan lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran apresiasi puisi, (2) siswa terlihat aktif dalam memberikan jawaban maupun membaca puisi di depan kelas, (3) siswa tidak malu lagi saat ditunjuk oleh guru maupun secara sukarela untuk membaca puisi di depan kelas, (4) siswa mau membaca puisi di depan kelas secara sukarela, dan (5) kemampuan siswa dalam memahami isi puisi meningkat dari siklus I, II, dan III.
C. Kerangka Pikir
Kemarahan merupakan salah satu emosi wajar yang dimiliki manusia. Akan
tetapi kemarahan menjadi hal yang tidak wajar apabila diekspresikan sebagai hal
yang merugikan orang lain, lebih-lebih apabila kemarahan tersebut tidak bisa
diterima dalam tata krama dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku
58
Agresi Verbal pada siswa Kelas VIB SLB E Bhina Putera rendah
Musikalisasi Puisi
SKKD tercapai
kemarahan yang juga disebut sebagai agresi bisa berupa perbuatan maupun kata-
kata atau yang lebih dikenal sebagai agresi verbal.
Sebagian besar siswa SLB E Bhina Putera tidak terkecuali kelas VIB
mengalami perilaku yang disebut sebagai agresi verbal tersebut. Jika dibiasakan
hal ini akan menghambat siswa untuk terjun di lingkungan yang baru, baik itu di
lingkungan jenjang pendidikan selanjutnya maupun di lingkungan kerja.
Oleh karena itu peneliti berusaha memberikan musikalisasi puisi sebagai
salah satu alternatif untuk mengatasi perilaku tersebut. Dengan musikalisasi
diharapkan agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera pada
khususnya akan berkurang. Kegiatan ini akan diterapkan melalui mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Selain agresi verbal dapat berkurang, siswa juga dapat
memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan
puisi. Secara sederhana, kerangka pikir peneliti digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Pikir
Gambar kerangka pikir tersebut menyiratkan bahwa agresi verbal yang
dimiliki anak dengan gangguan emosi dan perilaku ditekan intensitasnya dengan
kegiatan musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi ini dimasukkan dalam kegiatan
pembelajaran bahasa Indonesia. Dari kegiatan musikalisasi tersebut, agresi verbal
pada anak gangguan emosi dan perilaku dapat berkurang. Berkurangnya perilaku
agresi verbal diutamakan selama pembelajaran berlangsung.
Agresi Verbal pada siswa Kelas VIB SLB E Bhina Putera tinggi
59
Kondisi awal siswa sebelum adanya perlakuan adalah adanya agresi verbal
yang tinggi. Perilaku tersebut sering dimunculkan selama pembelajaran di kelas
dan saling berpengaruh satu sama lainnya. Berdasarkan kondisi tersebut peneliti
memberikan perlakuan musikalisasi puisi pada siswa yang dimasukkan dalam
kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Musikalisasi puisi yang digunakan
adalah kolaborasi antara pembacaan puisi Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail
dengan iringan musik instrumen Canon in D karya Johann Pachelbel yang telah
diarrangement ulang menggunakan gitar akustik. Setelah adanya kegiatan ini
diharapkan indikasi agresi verbal pada siswa menjadi rendah.
Dengan berkurangnya perilaku agresi verbal secara tidak langsung dapat
membantu anak untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar pada
mata pelajaran bahasa indonesia, karena di dalamnya tertuang standar kemampuan
untuk siswa dalam mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara tertulis
serta kemampuan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dengan
berpidato, melaporkan isi buku, dan baca puisi.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritis yang telah disebutkan, hipotesis tindakan yang
akan digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut:
Penggunaan musik dan puisi melalui musikalisasi puisi dapat mengatasi
agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta tahun ajaran
2009/2010.
60
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang akan dipilih untuk mengetahui keberhasilan
punggunaan musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi
yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail melalui musikalisasi puisi
untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VIB SLB E
Bhina Putera tahun ajaran 2009/2010 adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Aqib menggambarkan hakikat penelitian tindakan kelas dengan menjabarkan
definisi kata penelitian, tindakan, dan kelas sebagai berikut:
Penelitian merupakan kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Sedangkan kelas yaitu sekelompok peserta didik yang sedang belajar. (2007:12)
Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian tindakan
merupakan kegiatan reflektif dalam berpikir dan bertindak dari guru (Dewey
dalam Thornton dalam Wiriaatmadja, 2006:12) untuk membantu atau mengatasi
masalah peserta didik dalam belajar.
Definisi tersebut didukung oleh Kemmis dan Carr dalam Kasbolah
(2001:63) yang menyebutkan penelitian tindakan sebagai suatu bentuk penelitian
yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan
bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini serta situasi
dimana pekerjaan ini dilakukan yang prosesnya terdiri dari empat aspek, yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Dalam Kasbolah (2001:10) Kurt Lewin, seorang ahli psikologi sosial,
sebagai orang yang mempopulerkan penelitian tindakan berpendapat bahwa cara
terbaik untuk memajukan orang adalah dengan melibatkan mereka dalam
43
61
penelitian yang ada dalam kehidupan mereka. Lewin juga menekankan
pentingnya kolaborasi dan partisipasi yang bersifat demokratis. Selanjutnya,
Lewin memberikan definisi tentang penelitian tindakan sebagai suatu lingkaran
atau rangkaian langkah-langkah yang satu dengan yang lain saling berhubungan.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan model atau desain spiral
oleh Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja: 2006) yang melakukan penelitian
tindakan melalui dua siklus yang bisa digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan menurut Kemmis dan Taggart
Fokus permasalahan pada rencana penelitian ini adalah adanya agresi
verbal yang dimiliki oleh siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta yang
berakibat pada rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia yang dimiliki siswa
tersebut. Oleh karena itu penelitian difokuskan pada upaya untuk meningkatkan
kualitas kemampuan berbahasa Indonesia pada siswa. Dalam rangka
merencanakan penelitian ini, peneliti akan memilih tiga variabel yang terdiri dari
dua variabel terikat (x) dan satu variabel bebas (y). Variabel bebas terdiri dari
penggunaan musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi
yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail yang dirangkai dalam
bentuk musikalisasi puisi. Variabel bebas yang akan diteliti adalah agresi verbal
pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta.
Acting
Plannin Observin
Reflecting
Revised Plannin
Reflecting
Observing Acting
62
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini tempat yang akan dipilih adalah SLB E
Bhina Putera yang beralamatkan di Jl. Bibis baru no. 3, Cengklik, Surakarta.
Alasan memilih tempat yang berbentuk bangunan sekolah menghadap ke utara
dan berhadapan dengan gereja dan SD Negeri Bibis Luhur ini selain karena masih
di wilayah Surakarta juga karena Penulis melakukan Program Pengalaman
Lapangan di tempat tersebut.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah bulan Januari 2009 di mana
sebelumnya pada bulan November sampai dengan Desember 2009 adalah tahap
persiapan melakukan penelitian yang dilakukan untuk pengajuan judul dan
penyusunan proposal. Berikut tabel keseluruhan waktu dan kegiatan penelitian:
Tabel 3.1 Tabel Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian
Bulan No. Kegiatan
Nov. Des. Jan. Feb. Mar.
1. Judul dan Proposal x - - x
2 Perijinan - - x x x - - -
3. Penyusunan instrumen - x x x - x - -
4. Pengumpulan data - - - x x x x -
5. Analisis data x x x x
6. Penyusunan laporan x x - -
C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIB yang berjumlah 4 (empat)
orang siswa dan terdiri dari 2 (dua) laki-laki dan 2 (dua) perempuan. Siswa di
kelas ini memiliki karakteristik yang berbeda sehingga seringkali kegiatan
pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dasar yang
63
tertuang di dalam kurikulum pembelajaran. Di kelas yang berukuran kira-kira 3x3
meter siswa melakukan kegiatan belajar tiap harinya.
Keempat siswa yang ada dalam kelas VIB SLB E Bhina Putera tersebut
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Siswa I (A.W), memiliki karakteristik senang melihat orang lain kebingungan
karena ulahnya (buang sepatu guru, buang sepatu teman, dsb), tetapi akhirnya
mau mengambilkan, tidak banyak bicara, dan lambat berpikir.
b. Siswa II (A.M), memiliki karakteristik agresif, tidak bisa diam, emosi tdak
terkendali, usil, susah diatur, pintar mencari alasan (:ngeles), reaksi selalu
berlebihan.
c. Siswa III (Frm.), memiliki karakteristik agresif, emosi tidak terkendali, ingin
menang sendiri, namun bersedia menolong anak lain yang jadi korban
kemarahannya.
d. Siswa IV (S.M), memiliki karakteristik rasa kurang percaya diri yang tinggi,
bila tidak ditanya anak enggan bertanya.
D. Pengumpulan Data
1. Eksperimen (Tes)
Sebagaimana yang telah dituliskan dalam tujuan bahwa penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E
Bhina Putera dapat diatasi melalui penggunaan musik dan puisi dalam
musikalisasi puisi dengan musik instrumental “Canon in D” karya Johann
Pachelbel dan puisi yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail,
maka metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah eksperimen.
Eksperimen berasal dari kata bahasa Inggris experiment yang artinya percobaan
(Echols dan Shadily, 1996:225). Secara tidak langsung eksperimen ini berkaitan
dengan pelaksanaan tes. Echols dan Shadily (1996) sendiri juga memberikan
makna pengujian dan percobaan dalam kata testing.
64
Sebagai instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data, tes
dapat dibedakan menjadi dua (Arikunto, 1996), yaitu:
a. Tes Buatan, merupakan tes yang dibuat dengan prosedur tertentu, tetapi belum
mengalami uji coba berkali-kali.
b. Tes terstandar, adalah tes yang sudah mengalami uji coba berkali-kali, direvisi
berkali-kali, dan sudah tersedia di lembaga testing.
Dalam penelitian tentang penggunaan musikalisasi puisi ini akan digunakan tes
buatan yang disesuaikan indikator dalam standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VI SD serta sesuai dengan
definisi operasional dan teori pada masing-masing variabel. Tes dilaksanakan
sebelum dan sesudah pemberian perilaku.
Tes dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa setelah
diadakan pembelajaran dengan menggunakan musikalisasi puisi. Langkah-
langkah yang ditempuh peneliti dalam pengambilan data menggunakan tes adalah
dengan menyiapkan instrumen tes, menilainya, dan mengolah data yang
diperoleh. Tes dilakukan dua kali yaitu, pre-test yang dilakukan sebelum
pemberian tindakan dan post-test yang dilaksanakan setelah pemberian tindakan.
Pre-test dilaksanakan pada akhir bulan Januari tentang kemampuan siswa
dalam menggunakan kata bersinonim yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda, soal
pemahaman puisi yang terdiri dari lima soal yang sesuai dengan isi puisi dan
disampaikan secara lisan, serta soal yang berkaitan dengan kemampuan
mengartikan kata-kata sulit yang terdiri dari lima soal dan disampaikan secara
lisan pula. Berikut merupakan rincian dari keseluruhan soal pre-test yang
diberikan kepada siswa:
Tabel 3.2 Tabel rincian soal pre-test dan post-test
Aspek Kemampuan Bentuk Tes Jumlah Soal
Jumlah Skor
Menggunakan kata bersinonim Tertulis 10 10
Pemahaman puisi Lisan 5 10
Mengartikan kata-kata sulit Lisan 5 10
65
Nilai =
Dengan soal dan sistem penilaian yang sama, post-test dilaksanakan dua kali,
yaitu pada siklus pertama dan siklus kedua.
2. Observasi
Menurut Hamdani dan Hermana (2008:67) observasi atau pengamatan
dapat diklasifikasi atas pegamatan melalui cara berperan serta dan tidak berperan
serta. Pada pengamatan tanpa peran serta, pengamatan hanya melakukan suatu
fungsi yaitu sekedar pengamatan. Sedangkan untuk pengamatan yang berperan
serta, peneliti melakukan dua peranan sekaligus yaitu sebagai pengamat dan
sekaligus menjadi anggota resmi dan kelompok yang diamati.
Wiriaatmadja (2006) membagi observasi menjadi tiga jenis yaitu, observasi
terfokus, observasi terstruktur, dan observasi sistematik. Observasi terfokus
digunakan apabila seorang peneliti ingin memfokuskan penelitian pada suatu
permasalahan. Misalnya penelitian ingin memfokuskan permasalahan kepada
usaha-usaha guru dalam membangkitkan semangat belajar siswa dengan
memberikan respon kepada pertanyaan guru, sehingga penelitian difokuskan pada
peningkatan kualitas bertanya siswa. Observasi terstruktur dilakukan setelah
menentukan krtiteria yang akan diamati. Sedangkan observasi sistematik
merupakan observasi yang menggunakan berbagai macam skala yang dapat
dimanfaatkan dalam situasi-situasi tertentu.
Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan adalah jenis observasi
pengamat penuh dan observasi terfokus. Observasi dilaksanakan selama
pembelajaran seperti biasa tanpa musikalisasi puisi dan pada saat pemberian
musikalisasi puisi. Observasi dilakukan terhadap siswa dalam rangka mengamat
tingkat agresi verbal pada siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru dengan dua cara yaitu,
dengan peneliti mengambil tempat duduk paling belakang selama guru
memberikan penjelasan tanpa musikalisasi puisi dan guru mengamati secara
66
langsung selama proses musikalisasi puisi berlangsung. Skala yang dipakai
unntuk lembar observasi ini adalah skala penilaian. Skala penilaian merupakan
alat untuk mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seesorang melalui
pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinum atau suatu kategori yang
bermakna nilai. Skala penilaian lebih tepat digunakan untuk mengukur proses
mengajar guru, proses belajar siswa, atau hasil belajar dalam bentuk perilaku
seperti keterampilan, hubungan sosial siswa, dan cara memecahkan masalah.
(Nana Sudjana: 2008)
Penilaian observasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung
hasil penilaian observasi yang terdiri dari aspek agresi verbal aktif dan agresi
verbal pasif. Agresi verbal aktif terdiri dari 11 item soal dan agresi verbal pasif
terdiri dari 5 item soal dengan keterangan skorsing sebagai berikut:
1 : TP (Tidak Pernah)
2 : P (Pernah, intensitas kejadian 1-2 kali)
3 : J (Jarang, ntensitas kejadian lebih dari 2 kali dengan jangka waktu yang
tidak selalu)
4 : S (Sering)
Sedangkan untuk rincian hasil penilaiannya adalah sebagai berikut:
a. Penilaian Agresi Verbal Aktif
11-21 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak rendah
22-32 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak sedang
33-44 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak tinggi
b. Penilaian Agesi Verbal Pasif
5-9 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak rendah
10-14 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak sedang
15-20 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak tinggi
3. Dokumentasi
Arikunto (1996: 234) dalam Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis
menjelaskan bahwa dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang bermakna
67
barang-barang tertulis. Barang-barang tertulis tersebut dapat berupa buku-buku,
majalah, peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.
Hamdani dan Hermana (2008) mengungkapkan dokumentasi dapat berupa
dokumen-dokumen baik berupa dokumen primer maupun skunder yang
menunjang proses pembelajaran di kelas. Elliot dalam Wiriaatmadja (2006:121)
yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian, antara lain:
a. Silabi dan rencana pelajaran, yang dalam penelitian ini dilaksanakan melalui
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum dilakukannya
penelitian;
b. Laporan diskusi-diskusi tentang kurikulum, diskusi dilaksanakan antara guru
dan peneliti untuk membahas kegiatan penelitian yang telah berlangsung dan
strategi atau langkah selanjutnya;
c. Berbagai macam ujian dan tes, tes dilaksanakan tiga kali, yaitu tes sebelum
perlakuan (pre-test), tes saat siklus I (post-test 1), dan tes saat siklus II (post-
test 2);
d. Laporan rapat, tidak ada kegiatan rapat dalam penelitian ini;
e. Laporan tugas siswa, tidak ada pemberian tugas dalam penelitian ini;
f. Bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran, buku teks
yang relevan dalam pelajaran digunakan untuk menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran kemudian dikaitkan dengan pelaksanaan musikalisasi puisi; dan
g. Contoh essay yang ditulis siswa, dalam penelitian ini siswa menulis puisi yang
tiap siklus menghasilkan tulisan yang berbeda.
Selain dokumen yang telah disebutkan, kegiatan dokumentasi juga dilakukan
melalui kegiatan memotret beberapa kegiatan selama penelitian.
Dalam penelitian ini dokumentasi dilaksanakan untuk mendapatkan nilai
kompetensi pada siswa dan mengetahui perkembangan siswa tiap siklus.
E. Analisis Data
Berdasarkan pendapat Hamdani dan Hermana (2008:78) data yang
diperoleh dalam penelitian ini dianalisis melalui deskriptif kualitatif. Analisis data
68
dilakukan pada tiap data yang dikumpulkan, baik data kuantitatif maupun data
kualitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan cara kuantitatif sederhana yaitu
dengan menggunakan prosentase (%), dan data kualitatif dianalisis dengan
membuat penilaian kualitatif (kategori).
Secara khusus teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data
kritis, yang merupakan kegiatan membandingkan hasil tindakan dari tiap siklus
dengan indikator ketercapaian yang telah ditetapkan sebelumnya.
F. Validasi Data
Bentuk validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Face
Validity (validitas muka), yaitu pengecekan, penilaian, dan pengambilan
keputusan validitas suatu instrumen berdasarkan kegiatan setiap anggota
kelompok peneliti tindakan, dimana dalam penelitian ini guru merupakan salah
satu di antaranya. Selain itu, digunakan pula Catalytic Validity (Validitas
pengetahuan) yang dihasilkan oleh peneliti tindakan bergantung pada kemampuan
peneliti sendiri dalam mendorong adanya perubahan (improvement). (Lather
Connole, 1994 dalam Suharsimi Arikunto, dkk, 2009)
Dalam penelitian ini, face validity dilakukan melalui diskusi antara guru
dan peneliti setelah penelitian mulai dari awal pembahasan masalah, perencanaan
tindakan, penggunaan instrumen sampai dengan pengambilan keputusan hasil
penelitian. Sedangkan catalytic validity dapat dilihat melalui refleksi dan
perencanaan tindakan untuk siklus berikutnya dalam rangka mengatasi masalah
atau indikator yang belum tercapai pada siklus sebelumnya.
G. Indikator Kinerja
Untuk mengetahui bahwa penggunaan musik instrumental “Canon in D”
karya Johann Pachelbel dan puisi yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya
Taufiq Ismail melalui musikalisasi puisi dapat mengurangi agresi verbal siswa
69
kelas VIB SLB E Bhina Putera tahun ajaran 2009/2010 maka indikator-indikator
yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. 100% siswa menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah selama kegiatan
pembelajaran;
b. 75% siswa mampu membaca puisi di depan kelas sesuai dengan pemberian
tanda jeda pada puisi;
c. 75% siswa mampu membuat puisi sederhana, hal ini sebagaimana yang telah
diungkapkan Armstrong (2004:32) bahwa musik bisa digunakan sebagai
pemicu untuk menulis. Anak bisa menuliskan apa yang dipikirkan melalui
mesik yang didengarkan tersebut;
d. 75% siswa menunjukkan peningkatan nilai dari pre-test ke post-test I pada
siklus I dan peningkatan dari post-test I ke post-test II pada siklus II.
H. Prosedur Penelitian
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
Dalam penelitian ini masalah yang diselesaikan adalah agresi verbal pada
siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta. Sehingga perlu ada indikator-
indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan penelitian.
Jenis tindakan yang digunakan adalah kegiatan musikalisasi puisi. Seperti
halnya penelitian yang telah dilakukan Santoso (2002 dalam http://puslit2.
petra.ac.id/ejournal/index.php/ind/article/viewArticle/16005) tentang penggunaan
musik yang mampu meningkatkan performance seseorang yang sedang
melakukan aktivitas fisik, musik yang akan digunakan dalam penelitian ini
diharapkan mampu memberikan stimulus kepada siswa dalam hal berbahasa
Indonesia. Praktek penggunaan musik dalam pembelajaran juga telah dilakukan
SMA Negeri 1 Citeureup saat mengadakan kegiatan simulasi ujian praktek yang
70
menurut beberapa siswa meskipun suasana terkesan santai mereka menjadi lebih
cepat paham. (El’Arsya, 2009 dalam http://www.jurnalbogor.com/?p= 22730).
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Rangkaian kegiatan yang digunakan dalam rangka mengurangi agresi
verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera meliputi dua kegiatan pokok
yaitu pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah dibuat dan observasi terhadap pelaksaanaan tindakan tersebut.
Sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Sukarno (2009: 89) bahwa
tindakan pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus hingga diperoleh hasil yang
maksimal dan setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Akan tetapi
dalam penelitian ini tiap siklus dilaksanakan dalam empat kali pertemuan dengan
pertimbangan kegiatan ini ditujukan untuk anak berkebutuhan khusus.
Pada siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada 5 Februari 2010,
pertemuan kedua pada 6 Februari 2010, pertemuan ketiga pada 8 Februari 2010,
dan pertemuan keempat pada 9 februari 2010. Sedangkan untuk siklus II
pertemuan dilaksanakan pada 15 Februari 2010, pertemuan kedua pada 16
Februari 2010, pertemuan ketiga pada 19 Februari 2010, dan pertemuan keempat
pada 20 Februari 2010.
3. Pengamatan (Observing)
Jenis pengamatan atau observasi yang digunakan adalah observasi terfokus
mengingat fokus dari penelitian ini adalah masalah agresi verbal pada siswa kelas
VIB SLB E Bhina Putera. Dalam Kasbolah (2001:53) pelaksanaan observasi
terfokus harus ada persiapan tentang alat-alat yang akan digunakan.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, observasi dilaksanakan untuk
mengamati agresi verbal yang dimunculkan tiap siswa. Kegiatan pengamatan
disertai dengan pengisisan lembar checklist mengenai agresi verbal oleh guru.
71
4. Refleksi (Reflection)
Kasbolah (2001:55) menjelaskan bahwa refleksi merupakan kegiatan
analisis sintesis, interpretasi, dan eksplanasi terhadap semua informasi yang
diperoleh dari penelitian tindakan kelas, tercakup di dalamnya adalah kegiatan
evaluasi. Refleksi dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah pencermatan
yang akan dilakukan peneliti selama dan sesudah tindakan tersebut dilakukan.
“Refleksi dalam penelitian tindakan kelas adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan/atau tidak terjadi, apa yang terjadi dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan oleh tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian. Dengan kata lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam rangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya”. (Sukarno, 2009:98)
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di SLB E Bhina Putera Surakarta, khususnya di kelas
VIB dengan subjek penelitian empat siswa, yang terdiri dari dua siswa putra dan
dua siswa putri. Selama penelitian siswa duduk dengan dua variasi penataan
tempat duduk, yaitu duduk secara berhadapan dan duduk dengan membentuk
setengah lingkaran. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain:
rekaman musikalisasi puisi yang berjudul Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail
yang dikemas dalam bentuk softfile, laptop, speaker, dan rol kabel.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Kegiatan diawali dengan pengajuan proposal dan surat ijin penelitian pada
hari Rabu, 13 Januari 2010 di kantor Kepala SLB E Bhina Putera Surakarta yang
telah menyatakan setuju untuk diadakan penelitian. Persetujuan tersebut
ditindaklanjuti penulis dengan menemui guru kelas VIB, Ibu Ratnaningsih untuk
identifikasi masalah dan menyamakan persepsi tentang materi yang akan
digunakan. Berdasarkan pertemuan pada hari itu telah disepakati untuk melakukan
kegiatan pra-siklus karena sebelumnya materi puisi tidak diberikan kepada siswa
mengingat semua siswa kelas VIB memiliki kemampuan di bawah rata-rata.
1. Pra-Siklus
Kegiatan pra-siklus ini meliputi kegiatan pembelajaran puisi tanpa
musikalisasi puisi yang dilaksanakan untuk mendapatkan penilaian awal sebagai
pembanding nilai yang akan dihasilkan setelah pelaksanaan tindakan. Kegiatan
55
73
pra-siklus ini dilaksanakan pada hari Jumat, 29 Januari 2010 dan Sabtu, 30 Januari
2010 setelah istirahat.
Kegiatan pembelajaran mengenai puisi yang dilaksanakan selama pra-
siklus ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tabel Rincian Kegiatan Pembelajaran Puisi Pra-Siklus
Tanggal Bentuk Kegiatan Keterangan
29 Jan 2010 1. Apersepsi
2. Guru mengenalkan puisi kepada
para siswa.
3. Guru dan peneliti membagikan
lembaran puisi yang berjudul
Dengan Puisi, Aku karya Taufiq
Ismail.
4. Guru menjelaskan tentang bait dan
baris pada puisi.
5. Siswa membacakan puisi satu
persatu maju ke depan kelas.
6. Guru menjelaskan isi puisi per bait
Bait I : menceritakan bahwa sampai
usianya tua penulis akan
mengungkapkan rasa gembiranya
2.1 Semua siswa mengaku
belum pernah mengetahui
apa dan bagaimana bentuk
puisi.
3.1 Siswa tampak
bersemangat mendapatkan
materi puisi karena
sebelumnya materi ini
belum pernah diberikan
4.1 Tiga dari empat siswa
masih belum bisa
membedakan antara bait
dengan puisi.
5.1. Tiga dari empat siswa
mengalami kesulitan
membaca kata-kata yang
baru saja dibaca dalam
puisi.
6.1 Semua siswa tidak
antusias mendengarkan
dan mengeluh
kebingungan.
74
dengan puisi, dan mengungkapkan
perasaan cintanya di bawah kaki
langit.
Bait II : menyiratkan bahwa penulis
mengingat kematian dengan kata-
kata melalui puisi dan
mengungkapkan rasa sedihnya
melalui puisi ketika ia menyadari
bahwa ia telah kehilangan waktu.
Bait III : mengisyaratkan bahwa
penulis menggunakan puisi untuk
menyumpahi hal-hal yang tidak
disukainya dengan zaman ini.
Penulis juga berharap dengan puisi
doanya akan didengar.
30 Jan 2010 1. Apersepsi
2. Guru mengulang kembali materi
yang disampaikan pada hari
sebelumnya
3. Pelaksanaan Pre-test oleh peneliti
dibantu guru.
2.1 Tiga dari siswa
mengaku sudah lupa
dan ternyata keempat
siswa tidak dapat
mengikuti penjelasan
guru.
3.1 Bentuk pre-test tertulis
untuk kemampuan
menggunakan kata
bersinonim
dilaksanakan secara
serentak dengan
suasana tenang.
3.2 Bentuk pre-test lisan
75
4. Guru, peneliti, dan siswa bersama-
sama kembali membaca puisi.
5. Siswa diminta menulis puisi
sederhana, minimal siswa disuruh
menuliskan apa yang ingin ditulis
tentang hal yang sedang dipikirkan
dan dirasakan.
untuk kemampuan
memahami isi puisi
dan mengartikan kata-
kata sulit dilakukan
secara bergantian.
4.1 Tiga dari empat siswa
membaca masih tidak
beraturan dan sering
salah ucap.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa indikator yang telah ditentukan
peneliti belum mampu dicapai oleh empat siswa. Suasana selama pra-siklus juga
kurang kondusif karena pada hari kedua ada dua orang anak yang bertengkar dan
berpengaruh pada semua siswa. Apapun cara yang telah dilakukan peneliti tidak
dapat mengembalikan secara total keadaan emosi anak semula.
Untuk memudahkan penjelasan tentang hasil dari pra-siklus tentang
kemampuan membaca puisi, kemampuan menulis puisi, dan hasil tes yang
berkaitan dengan kemampuan menggunakan kata bersinonim, kemampuan
memahami puisi, dan kemampuan mengartikan kata-kata sulit berikut merupakan
hasilnya yang dirangkum dalam bentuk tabel.
Tabel 4.2 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Pra-Siklus
No. Nama Siswa Kemampuan Membaca Puisi
1. A.W Tempo pelan dan tidak banyak pembacaan kata
yang tidak tepat, suara pelan
2. A.M Membaca tersendat-sendat, banyak pembacaan kata
76
yang tidak tepat.
3. Frm. Tempo membaca cepat, banyak pembacaan kata
yang tidak tepat, suara lantang
4. S.M Hampir tidak mau membaca karena kurang percaya
diri, tempo membaca cepat, dan banyak pembacaan
kata yang tidak tepat.
Tabel 4.3 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Pra-Siklus
No. Nama Siswa Puisi Sederhana (kata/frase/kalimat/paragraf)
yang Ditulis Siswa
1. A.W Arum mati.
2. A.M -
3. Frm. Ibu terima kasih ya bu.
4. S.M -
Tabel 4.4 Tabel Hasil Pre-Test
Skor No. Nama Siswa
Soal I Soal II Soal III Nilai Pre-
Test
1. A.W 3 0 0 1
2. A.M 5 4 2 3.33
3. Frm. 5 2 0 2.33
4. S.M 4 0 0 1.33
Keterangan:
Soal I : Soal kemampuan menggunakan kata bersinonim
Soal II : Soal kemampuan memahami puisi
Soal III : Soal kemampuan mengartikan kata-kata sulit
77
2. Siklus I
a. Perencanaan
Berdasarkan data yang dihasilkan selama pra-siklus dan identifikasi
masalah yang telah dilaksanakan pada hari-hari sebelumnya guru kelas, Ibu
Ratnaningsih menyepakati kegiatan musikalisasi puisi sebagai salah satu alternatif
untuk mengatasi agresi verbal pada hampir semua siswa SLB E Bhina Putera pada
umumnya dan sebagian siswa SLB E Bhina Putera kelas VIB pada khususnya,
sekaligus sebagai sarana untuk mengajarkan materi puisi yang ada pada
kompetensi dasar siswa kelas VI mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Rincian kegiatan dalam tahap perencanaan di siklus ini adalah sebagai
berikut:
1) Peneliti dan guru mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
dengan materi puisi yang berjudul Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail
yang telah disusun sebelumnya.
2) Peneliti dan guru mendiskusikan desain pembelajaran dengan menggunakan
musik dan puisi melalui musikalisasi puisi dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
a) Langkah-langkah pada pertemuan pertama:
(1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
(2) Peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan dengan puisi.
(3) Peneliti menanyakan tentang kegiatan membaca puisi yang telah
dilakukan sebelumnya tentang judul, pengarang, bait, dan baris pada
puisi.
78
(4) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi, semua siswa
menyimak.
(5) Peneliti menanyakan perbedaan antara puisi yang dibacakan tanpa
musik dengan puisi yang dibacakan diiringi musik.
(6) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi sekali lagi.
(7) Peneliti meminta siswa untuk membacakan puisi kembali.
(8) Peneliti dan siswa membacakan puisi secara bersama-sama.
b) Langkah-langkah pada pertemuan kedua:
(1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan
menyiapkan siswa.
(2) Peneliti memberikan tanda jeda pada puisi.
(3) Peneliti dan siswa membaca bersama-sama sesuai jeda.
(4) Peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk membacakan puisi
lagi.
(5) Peneliti memberikan reward berupa tepuk tangan setelah siswa selesai
membaca puisi.
(6) Peneliti membuat perjanjian dengan siswa, kalau ada yang
mengucapkan kata kasar (:misuh), memaki, mengumpat, dan mengejek
temannya harus maju membacakan puisi sampai benar pengucapannya.
Ainul Qoyim. 2009. Musikalisasi Puisi Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Puisi Pada Siswa Kelas V-B SD Negeri Mojosongo 3 Surakarta. Vol. 1
Anynomous. 2006. Johann Pachelbel. http://www.buzzle.com/editorials/9-1-2006-107303.asp
Armstrong, Thomas. 2004. Kamu Itu Lebih Cerdas Daripada yang Kamu Duga. Batam: Interaksara
Campbell, Don. 2002. Efek Mozart Bagi Anak-Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustakan Utama
Cynthia Quiroga Murcia, Stephan Bongard and Gunter Kreutz. 2009. Emotional and Neurohumoral Responses to Dancing Tango Argentino: The Effects of Music and Partner. Vol. 1, 14. Music and Medicine
Dallin, Leon. Listeners Guide to Musical Understanding. WCB: Brown and Benchmark Publisher
De Porter, Bobby, et all. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa
Dedik S. Santoso. 2002. Pengaruh Musik Terhadap Performance Fisik. http://puslit2.petra.ac.id/ ejournal/index.php/ind/article/viewArticle/16005
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
Dian Marsapeli oleh Desyandri. 2009. Penerapan PAIKEM dalam Pembelajarn Musik Ensembel Pianica di Kelas V Sekolah Dasar. http//:Penerapan PAIKEM dalam Pembelajaran Musik Ensambel Pianica di Kelas V Sekolah Dasar « Desyandri’s Weblog.html
Drajat Aditya, dkk. 2009. Kuliah Simulasi Dini dan Tumbuh Kembang ABK: Masalah-Masalah yang Dihadapi Anak Pra-Sekolah. Surakarta: PLB FKIP UNS
Dyah Kusuma. 2008. Cerdas Musik Usia Dini. http://merawat-anak.blogspot.com/search/label/ Dunia%20 Music
124
Echols, John M. dan Hassan Shadily.1996. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia
Edi Warsidi dan Farika. 2008. Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 6 untuk Kelas VI SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas
Fadlya El’Arsya. 2009. Musik Iringi Simulasi Ujian Praktek. http://www.jurnalbogor.com/?p= 22730
Fuad Nashori dan Rachmy Diana. 2009. Agresivitas dalam Pendidikan: Masalah dan Solusinya. http://www.pikirdong.org/pendidikan/pend13agresi.php
Gojan 36. 2007. Canon in D Mayor. http://www.hinamagazine.com/index .php/2007/01/29/ canon-in-d-mayor/
H. Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Herman J. Waluyo. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga
Hurlock, Elizabeth B. 2006. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
I.G.A.K. Wardhani, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka Depdiknas
Kasihani Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang
Karsidi dan Nafron Hasjim. 2006. Gemar Berbahasa Indonesia 6 untuk Kelas VI SD dan MI. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Kartini Kartono.1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar Maju
Maryati. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTS Kelas IX. http://pendidikan-tuban.org/bse/BSE%20SMP-MTs/43.%20Bahasa%20dan %20Satra%20Indonesia-3%20IX%20MARYATI%20SUTOPO/05-Bab %204.pdf.
Masoud Nematian, Reza Khanmohammad, dan Nzanin Hajigholamrezaei. 2006. Music Therapy and Aggression in 50 Children with Mild Mental Handicap: A Clinical Trial.
Whandi. 2009. Perilaku Agresif pada Anak yang Memiliki Hobi Bermain Video Game. http://whandi.net/2009/03/dunia-remaja/perilaku-agresif-pada-anak-yang-memiliki-hobi-bermain-video-game.html