PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 02 KARANGSARI JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010 SKRIPSI Oleh: YUNITA ISMIARTI X7108794 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
215
Embed
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN … · PENGESAHAN Skripsi dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN
RUANG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V
SDN 02 KARANGSARI JATIYOSO KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010
SKRIPSI
Oleh:
YUNITA ISMIARTI
X7108794
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN
RUANG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V
SDN 02 KARANGSARI JATIYOSO KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010
OLEH
YUNITA ISMIARTI
NIM X7108794
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program S1 PGSD
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang dalam
Pembelajaran Matematika Kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar
Tahun Pelajaran 2009 / 2010”.
Oleh
Nama : YUNITA ISMIARTI
Nim : X7108794
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Skripsi dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang dalam
Pembelajaran Matematika Kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar
Tahun Pelajaran 2009 / 2010”.
Oleh :
Nama : YUNITA ISMIARTI
Nim : X7108794
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M. Pd. .........................
Sekretaris : Drs. Usada, M. Pd. .......................
Anggota I : Drs. Amir, M. Pd. ..........................
Anggota II : Drs. Marwiyanto, M. Pd. ........................
Disyahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M. Pd.
NIP 19600727 198702 1 001
ABSTRAK
Yunita Ismiarti, PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 02 KARANGSARI JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010. Variabel yang menjadi sasaran perubahan adalah pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika, sedangkan variabel tindakan adalah penggunaan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) dengan dua siklus. Setiap siklus memiliki empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian ini adalah 22 siswa kelas V SDN 02 Karangsari. Tehnik pengumpulan data digunakan teknik observasi, wawancara, dan tes akhir. Validitas data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi metode. Teknik analisis yang yang digunakan melalui tiga tahap yaitu: reduksi data, paparan data, dan penyimpulan data.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tindakan kelas pada siklus I belum menunjukkan hasil yang signifikan. Untuk analisis pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika diperoleh rata – rata 67,27 dan siswa memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 17 siswa atau 77,27% dari 22 siswa. Pada siklus II (perbaikan) telah menunjukkan hasil yang signifikan/ bagus. Untuk pemahaman konsep diperoleh rata – rata siswa adalah 79,32 dan siswa memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 20 siswa atau 90,91% dari 22 siswa.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.
ABSTRACS
Yunita Ismiarti, THE APPLICATION OF COOPERATIF JIGSAW LEARNING TYPE TO IMPROVE UNDERSTANDING OF GEOMETRY CONCEPT OF LEARNING MATHEMATICS IN THE 5TH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL 02 KARANGSARI JATIYOSO KARANGANYAR REGENCIES ACADEMIC YEAR 2009/2010 Thesis, Surakarta: Education Faculty. Sebelas Maret University, July 2010.
The aim of this study is : Improve understanding of geometry concept of learning Mathematics in the 5th grade of elementary school 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar regencies Academic Year 2009/2010. Variables that became the target of change is the understanding of bangun ruang concept in learning mathematics, while the action variable is the use of the Cooperative Jigsaw Learning type.
Form of research is the Classroom Action Research to the two cycles. Each cycle has four stages: planning, action, observation, and reflection. As the subject of this research is 22 students of the 5th grade elementary school 02 Karangsari. Data collection technique used observation techniques, interviews, and final test. Validation of data and trianggulation method. The analysis technique is used through three stages: data reduction, data exposure, and the inference of data.
Based on the result of this research is that class actions in the cycles has not shown significant result. The score which is result draft comprehension bangun ruang in learning Mathematics for achievement analysis is 67,27 and the student who get score ≥ 60 is 17 students or 77,27% 0f 22 students. The second cycle has shown significant result. The score which is result draft comprehension bangun ruang in learning Mathematics for achievement analysis is 79,3227 and the student who get score ≥ 60 is 20 students or 90,91% 0f 22 students.
The conclusion from the result are : The application of Cooperatif Jigsaw Learning type can Improve understanding of geometry concept of learning Mathematics in the 5th grade of elementary school 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar regencies Academic Year 2009/2010.
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.
(Terjemahan QS. Al Insyirah: 6).
Semua kejadian yang terjadi di dunia ini pastilah terkandung hikmah di
dalamnya, maka belajarlah darinya.
Tak ada satu pun di dunia ini yang merupakan hasil karya sendiri.
Anda mencapai tujuan Anda selalu berkat bantuan orang lain.
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
1. Ibunda (Titik Wahyuni, S. Pd.SD.), Ayahanda
(Taman, S. Pd. I.) dan adiku (Muslihah Sari
Aziz) yang selalu memberikan motivasi,
menyayangi dan memberikan doa kepadaku.
2. Teman – teman kost Wasis dan teman – teman
Neeta Narumi yang selalu menemani dan
memberikan semangat.
3. Almamater dan rekan – rekan S1 PGSD UNS.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.
Skripsi yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw untuk Meningkatkan pemahaman Konsep Bangun Ruang dalam
Pembelajaran Matematika Kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso
Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010”. Ini diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan
berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaanya yang setulus –
tulusnya kepada semua pihak, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Amir, M. Pd. selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing
dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.
5. Drs. Marwiyanto, M. Pd. selaku pembimbing II yang membimbing hingga
selesainya skripsi ini.
6. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan karena keterbantasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis
semoga skripsi ini memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca
umumnya.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... v
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................ vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ................................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 8
A. Kajian Teoritis ................................................................................. 8
1. Hakikat Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran Matematika .... 8
a. Pengertian Pemahaman ........................................................... 8
b. Pengertian Konsep .................................................................. 10
c. Pengertian pembelajaran ......................................................... 12
d. Pengertian Matematika ............................................................ 14
e. Pengertian Pembelajaran Matematika ...................................... 16
f. Bangun Ruang......................................................................... 18
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw .................. 25
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ............................. 25
b. Ciri – Ciri dan Unsur Model Pembelajaran Kooperatif ............ 27
c. Manfaat dan Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif .............. 29
d. Macam – Macam Model Pembelajaran Kooperatif .................. 30
e. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ......... 32
f. Langkah – Langkah Model Pembelajaran Jigsaw .................... 34
g. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw ............................................................................. 35
B. Penelitian yang relevan ............................................................. 36
C. Kerangka Pemikiran ................................................................. 36
D. Hipotesis Penelitian .................................................................. 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 39
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 39
B. Subjek Penelitian ...................................................................... 39
C. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................. 39
D. Sumber Data ............................................................................. 40
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 41
F. Validitas Data ........................................................................... 43
G. Analisis Data ............................................................................ 44
H. Indikator Kinerja ...................................................................... 45
I. Prosedur Penelitian ................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 50
A. Diskripsi Data Awal ...................................................................... 50
B. Diskripsi Data Tindakan ................................................................. 56
C. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 78
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................... 84
A. Kesimpulan ................................................................................... 84
B. Implikasi ....................................................................................... 85
C. Saran ............................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 88
reaksi, (4) organisasi, (5) pemahaman, dan (6) ulangan. Pemahaman merupakan
terjemahan dari comprehension.
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya:
(1) pengertian: pengetahuan yang banyak; (2) pendapat, pikiran; (3) aliran: pandangan; (4) mengerti benar (akan): tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat me-i menajadi memahami, berarti: (1) mengerti benar (akan): mengetahui benar; (2) memaklumi. Dan bila mendapat imbuhan pe-an menjadi pemahaman, artinya (1) proses; (2) pembuatan; dan (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik – baik supaya paham), (Winkel,1996:106).
Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara
memahami atau cara mempelajari baik – baik supaya paham dan mengetahui lebih
banyak hal.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:115) pemahaman (comprehension)
siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana
di antara fakta - fakta atau konsep. Oleh sebab itu siswa diminta memahami atau
mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan
dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal – hal
yang lain.
Ada beberapa ahli yang mempelajari ranah-ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor secara hierarkis. Di antara ahli yang mempelajari ranah-ranah
kejiwaan tersebut adalah Bloom, Krathwohl dan Simpson. Hasil penelitian
mereka dikenal dengan taksonomi instruksional Bloom dan kawan-kawan. Salah
satu jenis perilaku adalah perilaku pemahaman, yaitu yang mencakup menangkap
arti dan makna yang dipelajari (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 26-27).
Pemahaman merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif
berupa kemampuan memahamai/mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari
tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya, Davies dalam
(Dimyati dan Mudjiono, 2009: 202-203). Perlu diingat bahwa comprehension /
pemahaman, tidak sekedar tahu, tetapi juga menghendaki agar subyek belajar
dapat memanfaatkan bahan – bahan yang telah dipahami. Tapi dalam
kenyataannya banyak peserta didik melupakan unsur comprehension. Contohnya,
peserta didik belajar pada malam hari menjelang akan ujian pada pagi harinya.
Belajar yang demikian merupakan sekedar mengtahui sesuatu bahan yang
dituangkan dalam kertas ujian, setelah itu akan lupa dengan sendirinya. Berbeda
dengan peserta didik yang mempelajari suatu konsep/ pengertian yang secara
menyeluruh.
Nana Sudjana, (1995: 24) menyatakan bahwa pemahaman dapat
dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu:
a. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan , mulai dari menterjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan, dan menerapkan prinsip – prinsip:
b. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian – bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok, dan yang tidak pokok:
c. Tingkat ketiga merupakan tingkat pemahaman tertinggi.
Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan
tipe belajar pengetahuan.
Menurut Machener dalam (http/www.teknologipendidikan.net,1987)
untuk memahami suatu objek secara mendalam, seseorang harus mengetahui: (1)
Objek itu sendiri; (2) Relasinya dengan objek lain yang sejenis; (3) Relasinya
dengan objek lain yang tidak sejenis; (4) Relasi dual dengan objek lain yang
sejenis; (5) Relasi dengan objek dalam teori lainnya.
Menurut Sumarmo (http/www.teknologipendidikan.net,1987) ada 3
macam pemahaman, yaitu: (1) Pengubahan (translation); (2) Pemberian arti
Pemahaman siswa terhadap konsep Matematika menurut Munggaranti
NCTM dalam (http/www.psikologiperkembangan.net.2009) dapat dilihat dari
kemampuan siswa dalam :
(1) Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan; (2) Membuat contoh dan noncontoh penyangkal; (3) Mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram, dan simbol; (4) Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk yang lain; (5) Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep; (6) Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat-syarat yang menentukan suatu konsep; (7) Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
adalah proses mengetahui keadaan jiwa melalui ekspresi yang diberikan melalui
indra. Pemahaman yang baik harus disertai pengertian terhadap ekspresi yang
dihadapi. Memahami berarti mengerti benar tentang sesuatu yang dipelajari. Hal
ini dapat dibuktikan dengan tingkat kesalahan yang sedikit atau siswa dapat
mengerjakan semua tugas.
b. Pengertian Konsep
Konsep adalah ingatan mengenai pengamatan yang telah lalu ( Syamsu
Yusuf LN, 2008: 70). Anak yang sudah memahami konsep suatu objek akan lebih
mudah menerapkan dalam pemecahan permasalahan, misalnya saat anak diminta
menyebutkan buah-buahan, maka anak akan menyebutkan apel, jeruk, nanas dan
lain - lain tanpa harus dijelaskan terlebih dahulu.
Konsep adalah penggambaran dari tentang intisari atau kesimpulan
umum dari suatu hal atau suatu gejala sosial (M.Toha Anggoro dkk,2007:5.2).
Banyak pengertian tentang konsep yang berkembang di kalangan ahli kognitif dan
pendidikan, misalnya saja Hulse, Egeth, dan Deese dalam Sardiman,(2009: 17)
mendefinisikan konsep sebagai sekumpulan atau seperangkat sifat yang
dihubungkan oleh aturan-aturan tertentu. Konsep merupakan bayangan mental,
ide dan proses.
Kemampuan manusia untuk membentuk konsep atau pengertian,
memungkinkan manusia untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan benda-
benda atau kejadian-kejadian. Zacks el Tversky dan Santrock dalam Muhamad
Fathoni (2007:34) mengatakan bahwa konsep adalah kategori-kategori yang
mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum.
Konsep adalah “Elemen dari kognisi yang membantu menyederhanakan dan
meringkas informasi” (Heruman, 2008: 3). Konsep warna “merah” misalnya, kita
dapat mengklasifikasikan objek-objek yang berwarna merah atau tidak. Contoh
yang lain adalah “buah-buahan”, kita dapat mengklarifikasikan mana yang
merupakan buah dan mana yang tidak.
Konsep menunjukkan pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan
suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan
benda – benda atau ketika mereka saling mengasosiasikan suatu nama dengan
kelompok benda tertentu. Sebagai contoh peserta didik mengenal konsep segitiga
sebagai suatu bidang yang dikelilingi oleh tugas garis lurus. Pemahaman peserta
didik tentang konsep segitiga dapat dilihat pada saat anak mampu membedakan
berbagai bentuk geometri lain dari segitiga.
Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep
(menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep
Matematika baru yang abstrak), yang bertujuan agar siswa lebih memahami
konsep Matematika ( Heruman, 2008: 3). Begitu pentingnya pemahaman konsep
bagi proses berpikir kita, sehingga dapat ditarik kesimpulan tentang manfaat
pemahaman tentang suatu konsep, yaitu :
(1) Konsep membuat kita tidak perlu “mengulang-ulang pencarian arti” setiap kali kita menemukan informasi baru; (2) Konsep membantu proses mengingat dan membuatnya menjadi lebih efisien; (3) Konsep membantu kita menyederhanakan dan meringkas informasi, komunikasi dan waktu yang digunakan untuk memahami informasi tersebut; (4) Konsep konsep merupakan dasar untuk proses mental yang lebih tinggi; (5) Konsep sangat diperlukan untuk problem solving; (6) Konsep menentukan apa yang
diketahui atau diyakini seseorang (Wang Muba dalam http/www.psikologiperkembangan.net 2009)
Dari pemaparan pemahaman dan konsep di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan yang dimiliki
siswa ketika siswa tersebut mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan
benda – benda atau ketika mereka saling mengasosiasikan suatu nama dengan
kelompok benda tertentu hal tersebut merupakan dasar untuk proses mental yang
lebih tinggi, menentukan apa yang diketahui atau diyakini seseorang serta
membantu menyederhanakan dan meringkas informasi sehingga membantu proses
mengingat dan membuat lebih efisien.
c. Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari learning. Pembelajaran
adalah proses, perbuatan, cara pengajaran (Agus Suprijono, 2009:12). Dari
pengertian tersebut menghasilkan konstruksi belajar mengajar berpusat pada guru.
Perbuatan atau cara mengajar diterjemahkan sebagai kegiatan guru mengajari
peserta didik, guru menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik, dan peserta
didik sebagai pihak penerima. Guru dianggap paling dominan dan guru dipandang
sebagai orang saling mengetahui.
Menurut Oemar Hamalik (2008: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,
dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran tidak terbatas dalam ruang saja. Sistem pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau sekolah, karena
diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling
berkaitan, untuk memberikan pembelajaran kepada peserta didik.
Banyak aktivitas yang hampir setiap orang dapat melakukanya, sebagai
upaya menuju perkembangan kepribadian yang utuh. Dalam proses pembelajaran
terdapat pula proses belajar yang dilakukan peserta didik. Belajar merupakan juga
suatu aktivitas untuk menuju perubahan yang lebih baik dari pada sebelumnya.
Perumusan tentang belajar memang banyak didefinisikan oleh para pakar
penelitian melalui metode ilmiah.
Witerington dalam Ngalin Purwanto (1997: 84) menyimpulkan bahwa
belajar merupakan sebuah perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman
yang disebabkan oleh pertumbuhan atau perkembangan yang relatif mantap, harus
akhir dari suatu periode yang panjang.
Menurut beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai
berikut:
1) Gagne Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara almiah.
2) Travers Belajar adalah proses menghasilkan penyesuian tingkah laku.
3) Cronbac Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. (Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman).
4) Haroland Spears Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (belajar adalah mengamati, membaca, meniru, memcoba sesuatu, mendengarkan, dan mengikuti arah tertentu).
5) Geoch Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah perubahan perfomance sebagai hasil latihan).
6) Morgan Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman). Dalam Agus Suprijono (2009: 2-3)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan dengan beberapa ciri penting dari
belajar dalam proses pembelajaran yang harus dilakukan, yaitu:
1) Adanya suatu proses perubahan aktivitas manusia menuju pada kemajuan
dan perkembangan yang positif.
2) Perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.
3) Perubahan relatif menetap pada tingkah laku.
4) Perubahan timgkah laku berupa aspek kepribadian, baik fisik maupun
psikis, seperti perubahan kecakapan, sikap, kebiasaan, dan keterampilan.
Pembelajaran dalam persepti guru, biasanya dimaknai sebagai (a) berbagai pengetahuan bidang studi dengan peserta didik lain secara efektif dan efisien, (b) mencipta dan memelihara relasi antara pribadi guru dengan peserta didik, (c) menerapkan kecakapan teknis dalam mengelola sekaligus sejumlah peserta didik yang belajar (Nasibi Lapono,2008: 1.14).
Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan
dilakukan dengan melakukan metode imposisi, dengan menuangkan pengetahuan
kepada siswa, Oemar Hamalik (2008:58).
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik untuk belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (Isjoni,2009:14).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
kegiatan interaksi edukatif antara guru dengan peserta didik, isi dari kegiatannya
adalah bahan (materi) belajar yang bersumber dari kurikulim suatu program
pendidikan dan proses kegiatannya adalah guru mengajari peserta didik, guru
menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik, dan peserta didik sebagai pihak
penerima informasi.
d. Pengertian Matematika
Mata pelajaran Matematika merupakan bahan kajian dan pelajaran
tentang bentuk, susunan, besaran, dan konsep – konsep yang saling berhubungan
satu sama yang lainnya sehingga dapat meningkatkan ketajaman penalaran siswa
untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari – hari.
Andi Hakim Nasution dalam (Moch. Mansykur dan Abdul Halim
Fathani, 2009: 42) Matematika berasal dari kata Yunani mathein atau mathenein
yang artinya mempelajari. Mungkin juga kata tersebut berhubungan kata
Sansekerta metha dan widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi.
Ciri utama Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu
konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
sehingga kaitan antarkonsep atau pernyataan dalam Matematika bersifat
konsisten. Menurut Kline di dalam Mulyono Abdurrahman (1999 : 252)
menyebutkan Matematika merupakan bahasa simbol dan ciri utamanya adalah
penggunaan cara bernalar deduktif tetapi juga tidak melupakan cara bernalar
induktif. Sedangkan menurut Reseffendi dalam (Heruman, 2008:1), Matematika
adalah bahsa simbol, ilmu induktif yang tidak menerima pembuktian secara
induktif, ilmu tentang pola keteraturan , dan struktur yang terorganisir mulai dari
unsur yang diidentifikasikan sampai pola yang tidak didefinisikan
Soedjadi dalam Moch. Mansykur Ag dan Abdul Halim Fathani (2007 :
11) menyatakan bahwa definisi Matematika ada beraneka ragam dan definisi
tersebut tergantung dari sudut pandang pembuat definisi. Di bawah ini beberapa
definisi Matematika :
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan. 4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk. 5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Johnson dan Myklebus di dalam Mulyono Abdurrahman (1999 : 252)
mengemukakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan ke ruang yang lebih
khusus, sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
Demikian pula Leaner di dalam Mulyono Abdurrahman (1999 : 252)
mengemukakan bahwa Matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat
dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.
Sedangkan menurut Paling di dalam Mulyono Abdurrahman (1999 :252) mengemukakan bahwa, Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban tehadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran dan menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika
adalah disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas dibandingkan ilmu yang lainnya
dengan bahasa simbolis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan yang
memudahkan manusia berpikir dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-
hari.
e. Pengertian Pembelajaran Matematika
Menyelenggarakan proses pembelajaran Matematika yang lebih baik dan
bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Sudah
bukan bukan zamannya lagi Matematika menjadi momok yang menakutkan bagi
siswa di sekolah. Jika selama ini Matematika dianggap sebagai ilmu abstrak, yang
terdapat rumus – rumus dan soal – soal, maka sudak saatnya bagi siswa untuk
menjadi lebih akrab dan familier dengan Matematika. Untuk itu, seorang guru
harus dapat menghadirkan pembelajaran Matematika yang menarik.
Siswa tertarik untuk mempelajari Matematika jika siswa tersebut dapat
melihat bahwa Matematika yang dipelajari dapat dipakai dalam memenuhi
kehidupanya, artinya mempelajari Matematika merupakan salah satu cara untuk
menyelesaikan masalah atau menemukan jawaban yang dihadapi manusia. Untuk
memenuhi atas jawaban atas masalah yangt dihadapi, Mulyono Abdurahman
(1999: 252) mengemukakan penyelesaian masalah dengan menggunakan: (1)
Informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi; (2) Pengetahuan tentang
bulangan, bentuk, dan ukuran; (3) Kemampuan untuk menghitung; dan (4)
Kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubungan – hunbungan.
Freundenthal dan Marpaung dalam Mulyono Abdurahman (1999 : 4)
menyatakan bahwa “Mathemathics is a human activity”. Dalam Matematika
menemukan konsep Matematika dengan berbuat, kemudian merefleksikan
terhadap tingkah laku, lalu menemukan hasilnya berupa konsep – konsep, aturan –
aturan, dan prinsip – prinsip. Mereka benar – benar mengkonstruksi pelajaran.
Demikianlah seharusnya pembelajaran Matematika berlangsung. Siswa diberikan
kesempatan untuk mengamati, berbuat, mengklasifikasikan, menyelesaikan
masalah, dan berinteraksi dengan yang lainnya.
Menurut Marpung dalam Suprayekti dkk (2008 : 6) pemebelajaran Matematika harus bermakna, artinya siswa melihat bahwa Matematika penting untuk dirinya kelak kerena dapat membantunya dalam memecahkan masalah – masalah yang dihadapinya. Mengubah pembelajaran Matematika bagi siswa tidak mudah, perlu usaha keras. Tetapi, walupun sulit perubahan tersebut haruslah tetap dilakukan agar mutu pendidikan Indonesia menjadi lebih baik.
Langkah pembelajaran Matematika di SD: 1) penanaman konsep dasar
yaitu pembelajaran konsep Matematika, 2) pemahaman konsep yaitu dengan tujuan siswa memahami konsep Matematika, dan 3) pembinaan ketrampilan yaitu agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika (Heruman, 2008: 3).
Faktor – faktor yang memepengaruhi belajar Matematika menurut Ngalim Purwanto (1997: 102), faktor yang mempengaruh belajar dibedakan menajadi dua, yaitu: (1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual dan (2) Faktor yang berada di luar individu yang disebut faktor sosial.
Yang termasuk dalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/ keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajar, alat – alat yang diperlukan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
Menurut Slamento (2003: 54–72), faktor – faktor yang mempengaruhi belajar Matematika dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:
1) Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi: fakor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
2) Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor keluarga, dan faktor masyarakat.
Menurut As’ari dalam Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani,
(2009:81-82) syarat anak bisa bisa dikatakan mahir Matematika memiliki
beberapa potensi di bawah ini, yaitu:
1) Menguasai konsep Matematika; 2) Kelancaran prosedur : mengetahui dan memahami soal mana yang mengeluarkan penembahan, pembagian, pengalian, dan pengurangan; 3) Kompeten; 4) Penalaran yang l0gis : menyangkut kemampuan menjelaskan secara logika, sebab - akibatnya secara sitematis; 5) Positiv Dispotion : sikap bahwa Matematika bermanfaat dalam penalaran kehidupan.
Menurut Gatot Muhsetyo dkk (2007 : 1.26) pembelajaran Matematika
adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui
serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh
kompetensi tentang bahan Matematika yang dipelajari.
Dari penjelasan di atas bahwa pembelajaran Matematika merupakan
proses belajar Matematika dengan memperdayakan siswa untuk memberikan
kesempatan secara aktif dan kreatif mengembangkan dirinya menjadi manusia
yang mandiri, berpikir variatif, dan kritis sehingga mampu menyelesaikan
masalah dalam kehidupannya.
f. Hakikat Bangun Ruang
Menurut GBPP 2004 materi bangun ruang disampaikan di SD pada siswa
kelas V semester II meliputi : membandingkan dan mengurutkan bangun ruang
menurut volumenya, menentukan volume kubus dan balok dengan menggunakan
kubus satuan menentukan rumus volume tabung dan prisma tegak, mengenal dan
menggunakan volume limas dan kerucut. Menggambar berbagai bentuk jaring –
jaring kubus dan balok. Bangun ruang adalah bangun yang memiliki dimensi yaitu
panjang, lebar, dan tinggi (Clara Ikan Septi Budhayanti,2008:3.24).
1) Prisma
Gambar bangun ruang prisma tegak segi tiga dapat dilihat pada gambar
1. di bawah ini.
Rusuk prisma
Gambar 1. Prisma tegak segi tiga
Menurur Heruman (2008: 110), Prisma adalah bangun ruang yang
dibatasi oleh dua bidang sejajar, serta beberapa bidang yang saling berpotongan
menurut garis sejajar. Dua bidang tersebut dinamakan bidang alas dan bidang
atas, sedangkan bidang yang lainya dinamakan bidang tegak. Macam prisma yang
dipelajari pada materi bangun ruang kelas V SD ada dua yaitu prisma segitiga dan
prisma segiempat.
Jaring – jaring prisma tegak segi tiga dapat digambarkan pada gambar 2
di bawah ini:
Gambar 2. Jaring – jaring risma tegak segi tiga
2) Kubus
Kubus adalah prisma siku-siku khusus. Semua sisinya berupa persegi
atau bujur sangkar yang sama (RJ. Soenarjo, 2008: 233).
Titik sudut A, Titik sudut E, Titik sudut B, Titik sudut F, Titik sudut C, Titik
sudut G, Titik sudut D, Titik sudut H
Kubus jika dibuat jaring – jaring dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini:
Keterangan:
(i) Kubus
(ii) Kubus yang terbuka
(iii)Jaring – jaring kubus.
Gambar 4. Jaring – jaring kubus
3) Balok
Balok adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh tiga pasang (enam
buah) persegi panjang di mana setiap pasang persegi panjang saling sejajar
(berhadapan) dan berukuran sama (RJ. Soenarjo, 2008: 233).
Gambar bangun ruang prisma tegak segi tiga dapat dilihat pada gambar 5
di bawah ini.
Gambar 5. Balok OPQR.STUV
Keterangan:
Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah:
Sisi OPQR, STUV, ORSV, PQTU, OPST, RQUT,
Rusuk-rusuk pada balok OPQR. STUV adalah:
ada 12 rusuk pada bangun ruang balok
Rusuk OP, rusuk OR, rusuk PQ, rusuk QR,
Rusuk OS, rusuk ST, rusuk SV , rusuk TU,
Rusuk UV, rusuk QU , rusuk PT, rusuk RV.
Titik-titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah:
Titik sudut A, Titik sudut E, Titik sudut B, Titik sudut F, Titik sudut C,
Titik sudut G, Titik sudut D, Titik sudut H
Jika balok tersebut dibuka akan didapat jaring – jaring dapat dilihat pada gambar
6 di bawah ini:
Gambar 6. Jaring – jaring balok
4) Limas
Limas juga disebut piramida. Menurut Clara Ika Septi Budhayanti
(2008:3.29) limas adalah bangun ruang yang dibatasi sebuah segitiga atau segi
banyak sebagai alas dan beberapa buah bidang berbentuk segitiga yang bertemu
pada satu titik puncak.
Limas adalah suatu benda ruang yang berbentuk segitiga- segitiga yang
bertemu pada sebuah titik dan oleh suatu segibanyak (Musono dan
Sudjono,2008:169).
Sifat – sifat limas dapat dilihat pada gambar 7 di bawah ini.
Gambar 7. Limas
Keterangan:
(i) Limas segitiga
(ii) Limas segiempat
Jaring – jaring limas dapat dilihat pada gambar 8 di bawah ini:
Gambar 8. Jaring – jaring limas segi tiga dan limas segi empat
5) Tabung
Bangun ruang tabung beserta bagian – bagiannya dapat dilihat pada
gambar 9 di bawah ini:
Gambar 9. Tabung
Sifat-sifat tabung sebagai berikut:
1. Tabung mempunyai sisi sebanyak 3 buah, yaitu sisi atas, sisi alas, dan
selimut tabung.
2. Tidak mempunyai titik sudut.
3. Bidang atas dan bidang alas berbentuk lingkaran dengan ukuran sama.
4. Memiliki sisi lengkung yang disebut selimut tabung.
5. Jarak bidang atas dan bidang alas disebut tinggi tabung (Y.D.Sumanto,
Heny Kusumawati dan Nur Aksin, 2008:146).
6) Kerucut
Bangun ruang tabung beserta bagian – bagiannya dapat dilihat pada
gambar 10 di bawah ini:
Gambar 10. Kerucut
Kerucut mempunyai dua sisi, yaitu sebuah sisi lengkung dan sebuah sisi
datar (yang berbentuk daerah lingkaran). Kerucut mempunyai sebuah rusuk
lengkung (yang berupa lingkaran). Kerucut tidak mempunyai titik sudut. Alat
peraga digunakan untuk menguatkan penguasaan konsep jaring-jaring kerucut.
Kerucut adalah bentuk khusus dari limas dengan alas berbentuk lingkaran,karena
semua sifat yang dimiliki limas dimiliki oleh kerucut misalnya memiliki satu alas
dan satu titik sudut, tetapi tidak berlaku sebaliknya (Clara Ika Septi Budhayanti
dkk, 2008:3.30).
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Milles dalam (Agus Suprijono, 2009:45) model adalah bentuk
representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran
dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum,
mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru kelas. Model pembelajaran
berfungsi pula sebagai pedoman bagi guru dalam merancang aktivitas belajar
mengajar.
Macam model pembelajaran yaitu model pembelajaran langsung direct
instruction, model pembelajaran berbasis masalah (discovery learning), dan
model pembelajaran Kooperatif (cooperatif learning). Ada beberapa istilah untuk
menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajaran Kooperatif
(cooperative learning) dan pembelajaran Kolaborasi.
Nurhadi dalam Isjoni (2009 : 20) berpendapat bahwa pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran ini memungkinkan siswa belajar dan berkeja sama untuk mencapai pada pengalaman yang optimal, baik yang berupa pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pengalaman tersebut muncul karena siswa memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta masa depan yang berbeda-beda dalam satu kelompok atau kelompok lainnya.
Di dalam sebuah pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
Kooperatif, siswa belajar untuk bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran, hal ini akan membuat mereka bisa mengembangkan keterampilan
sosial sebagaimana yang terjadi di dunia nyata. Pembelajaran Kooperatif
menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh saling mencerdaskan sehingga
tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya belajar dari
guru, tetapi juga dari semua siswa (Sugiyanto, 2008: 37 – 38).
Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2008:37).
Model pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran dalam kelompok
kecil (4 orang), murid-murid bekerjasama, membantu baik individu maupun
kelompok untuk mencapai tugas yang dibebankan masing-masing maupun
kelompok oleh Anita (http//uns.ac.id/anita/wp.2009).
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk
pembelajaran yang diyakini keberhasilan peserta didik tercapai jika setiap anggota
kelompoknya berhasil. Sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada
anak didik untuk kerja sama dengan temannya dalam tugas-tugas terstruktur
disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning
Koes dalam Isjoni (2009: 20), belajar kooperatif adalah didasarkan pada
hubungan antara motivasi, hubungan interpersonal, strategi pencapaian khusus,
suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasil
yang diinginkan.
Menurut Siti Maesuri dalam Isjoni (2009 : 1) pada dasarnya model
pembelajaran kooperatif adalah suatu proses sederhana tetapi berbeda dengan
pembelajaran tradisional dan operasi kelas tradisional. Dalam suatu kelas
Kooperatif, guru mengorganisasikan kurikulum sekitar tugas atau proyek siswa
dalam kelompok kecil. Menurut Siti Maesuri dalam Isjoni (2009 : 3) model
pembelajaran Kooperatif adalah anggota-anggota kelompok memahami bahwa
mereka adalah bagian dari tim dan semua anggota tim bekerja untuk tujuan
bersama.
Anggota-anggota kelompok memahami bahwa kesuksesan atau
kegagalan kelompok akan ditanggung oleh semua anggota. Oleh karena itu, setiap
anggota sedapat mungkin memberi konstribusi untuk tujuan kelompok.Semua
sistem membicarakan dan mendiskusikan masalah satu sama lain guna mencapai
tujuan kelompok.
b. Ciri – Ciri dan Unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Pelaksanaan model pembelajaran Kooperatif membutuhkan partisipasi
dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran Kooperatif dapat
meningkatkan cara belajar siswa lebih baik, sikap tolong – menolong dalam
beberapa perilaku sosial. Latar belakang siswa yang berbeda – beda, maka guru
dalam menyajikan pembelajaran tentunya harus memahami kepribadian anak
tersebut.
Ciri dari model pembelajaran Kooperatif adalah; (1) tiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman – teman sekelompoknya, (d) guru membantu dalam mengembangkan keterampilan interpesonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok yang sedang menyampaikan informasi (Isjoni, 2009: 27).
Model pembelajaran Kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih,
dan asuh saling mencerdaskan, sehingga tercipta masyarakat belajar (learning
community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari semua siswa
(Sugiyanto, 2008: 37 – 38).
Ciri – ciri model pembelajaran Kooperatif menurut Anita Lie (2009 : 32)
adalah:
1) Saling ketergantungan positif Ketergantungan positif merupakan suasanan yang diciptakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Ketergantungan positif dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan untuk mencapai tujuan, (b) saling ketergantungan untuk menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, (e) saling ketergantungan hadiah.
2) Interaksi tatap muka 3) Akuntabilitas individu
Kemampuan tiap individu untuk menguasai bahan untuk disumbangkan pada kelompoknya.
4) Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi.
Bennet dalam Isjoni (2009: 60) menyatakan ada lima usur dasar yang dapat membedakan model pembelajar Kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu: (1) Positive interdependence; (2) Interaction face to face; (3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok; (4) Membutuhkan keleluasaan; dan (5) Meningkatkan keterampilan kerja sama dalam memecahkan masalah.
Unsur-unsur model pembelajaran Kooperatif sebagaimana yang telah
diuraikan di atas bahwa pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang
dilakukan dalam kelompok kecil, Muslim Ibrahim dalam Eline B Jahnson (2009 :
56) menguraikan unsur-unsur model pembelajaran Kooperatif sebagai berikut:
1) Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
3) Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4) Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua kelompok.
6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok Kooperatif.
Menurut Agus Suprijono (2009:65), Model Pembelajaran Kooperatif
terdiri dari 6 (enam) fase. Fase tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Enam (6) fase model pembelajaran kooperatif
FASE – FASE PERILAKU GURU
Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik.
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan peserta didik siap belajar.
Fase 2: Present information
Menyajikan informasi
Mempresentasikian informasi kepada
peserta didik secara verbal.
Fase 3: Organize students into
learning teams
Memberika penjelasan kepada peserta
didik tentang tata cara pembentukan tim
Mengorganisir peserta didik ke
dalam tim – tim belajar
belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efisien.
Fase 5: Test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik
mengenai berbagai materi pembelajaran
atau kelompok – kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6: Provide recorganition
Memberikan pengakuan atau
penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan presentasi individu maupun
kelompok.
c Manfaat dan Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Keberhasilan proses model pembelajaran ditentukan banyak faktor di
antaranya guru. Guru terkait erat dengan kemampuan dalam memilih model
pembelajaran yang dapat memberi keefektivitasan kepada siswa. Siswa
merupakan sasaran dari proses pembelajaran sehingga memiliki motivasi dalam
belajar, berpikir kritis, serta hasil belajar yang lebih baik.
Menurut Anita Lie (2009: 8) ada beberapa manfaat proses model
pembelajaran Kooperatif antara lain : siswa dapat meningkatkan kemampuan
untuk bekerja sama dengan siswa lain; siswa mempunyai banyak kesempatan
untuk menghargai perbedaan; partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat
meningkat; dapat mengurangi kecemasan siswa (kurang percaya diri),
meningkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif; serta dapat meningkatkan
prestasi siswa.
Robert E. Slavin (2009 : 16-17) mengatakan bahwa tujuan model
pembelajaran Kooperatif adalah menciptakan suatu situasi sedemikian hingga
keberhasilan anggota kelompok mengakibatkan keberhasilan kelompok itu
sendiri.
Penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif adalah
pembelajaran dengan seting kolompok – kelompok kecil dengan memperhatikan
keragaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan
memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebaya,
memberikan kepada peserta didik untuk belajar sesuai, baik dengan waktu yang
bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi teman yang lainnya.
d. Macam-macam Model Pembelajran Kooperatif
a) TAI (Teams Assisted Individualization)
TAI (Teams Asssisted Individualization) adalah metode
pembelajaran kelompok di mana terdapat seorang siswa yang lebih mampu
berperan sebagai assisten yang bertugas membantu secara individual siswa
lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok Robert E. Slavin(2009:
15). Dalam hal ini pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam
proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan
belajar yang kondusif bagi peserta didiknya.
b) STAD ( Student Team Achievment Division )
Student Team Achievment Division (STAD) merupakan strategi
belajar ini, siswa ditugaskan untuk bekerja dalam satu kumpulan yang
terdiri dari 4-5 orang setelah guru menyampaikan bahan pelajaran dan
mengharuskan semua anggota menguasai pelajaran itu. Setelah
melakukan kegiatan diskusi setiap anggota kelompok akan diberi ujian
atau kuis secara individu. Nilai yang diperoleh setiap anggota
dikumpulkan untuk memperoleh nilai kelompok. Sehingga untuk
mendapatkan penghargaan, setiap siswa dalam kelompok harus
membantu kelompoknya.
c) TGT ( Teams Games Tournament )
Pembelajaran Kooperatif model TGT membagi siswa dalam tim
belajar yang beranggotakan 4 orang yang merupakan campuran menurut
tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku Slavin (2009:13). Dalam metode
Teams Games Tournament (TGT), untuk menambah skor perolehan
tim/kelompok setelah pelaksanaan kuis, antarkelompok dipertandingkan
suatu permainan edukatif (Educative Games).
d) CIRC ( Cooperative Integrated Reading and Composition )
Pada awalnya, model CIRC diterapkan dalam pembelajaran Bahasa. Dalam
kelompok kecil, para siswa diberi suatu teks/bacaan (cerita atau novel),
kemudian siswa latihan membaca atau saling membaca, memahami ide
pokok, saling merevisi, dan menulis ikhtisar cerita atau memberikan
tanggapan terhadap isi cerita, atau untuk mempersiapkan tugas tertentu dari
guru, Robert E. Slavin (2009:13).
e) GI (Groups Investigation)
Menurut Shaharan dalam Robert E. Slavin (2009: 24) Pembelajaraan GI
dengan perencanaan pengaturan kelas yang umum, para siswa bekerjasama
dalam kelompok kecil, perencanaan, dan proyek Kooperatif. Tiap kelompok
memilih topik dari unit yang telah dipelajari kemudian topik tersebut
menjadi tugas pribadi dan dipresentasikan dihadapan kelas.
f) NHT (Number Heads Together)
Pembelajaran Kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer
Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan
siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
g) Tehnik Mencari Pasangan (Make a Mach)
Merupakan teknik yang dikembangkan Loma Curran (Isjoni,
2009:112). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasanan
yang menyenangkan.
h) JIGSAW
Pemikiran dasar dari metode ini adalah kesempatan siswa untuk
berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajar oleh sesama siswa untuk
berbagi dengan yang lain. mengajar serta diajar oleh sesama siswa
merupakan bagian penting dalam proses belajar dan sosialisasi yang
berkesinambungan.
e. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan – kawan dari
Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan – kawan.
Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran Kooperatif dalam pembelajaran ini
siswa ditempatkan ke dalam tim beranggotakan 4 sampai 5 orang untuk
mempelajari meteri pelajaran yang telah dipecah menjadi bagian-bagian untuk
tiap anggota, Isjoni (2009: 29).
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. sebagai metode pembelajaran Kooperatif. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Agama, dan Bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan Anita Lie, (2009: 69)
Pokok bahasan yang terdiri dari banyak sub dipastikan dapat
menggunakan metode pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, akan tetapi untuk
pokok bahasan yang sedikit subtopiknya kurang cocok menggunakan model
pembelajaran tipe Jigsaw, karena bisa terjebak pada fenomena “ free rider’
(penunggang bebas) atau diffusion of responsibility (menunggang
tanggungjawab), karena ada anggota kelompok yang terabaikan perannya.
Sidharta dalam (http//www.artikel.us,2008).
Menurut Anita Lie (2009: 69) model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran Kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen dan bekerja sama, saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain.
Menurut Hisyam Zaini dalam Robert E. Slavin (2009:56) Jigsaw learning
merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi-bagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.
Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe
pembelajaran Kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam
menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal ( Isjoni,
2009: 77)
Dalam model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3
karakteristik yaitu: a) kelompok kecil, b) belajar bersama, dan c) pengalaman
belajar. Esensi Cooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus
tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap
ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini
mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab
dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Eline B. Johnson (2009: 27) yang
menyatakan bahwa: “Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar
secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman
belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman
kelompok”.
Serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan
tujuan untuk memberikan pengalaman, pengetahuan, dan pemahaman bagi peserta
didik sehingga siswa dapat memiliki kemampuan, baik kemampuan akademis
(intelectual question) maupun kemampuan emosional (emotional question).
Tujuan pembelajaran Jigsaw lebih kepada penguasaan konsep dari pada
penguasaan kemampuan (Robert E.Slavin, 2009:237).
William Young, Roger Hadgraft dan Marianne Young (http://olc.spsd.sk.ca/DE/PD/instr/strats/Jigsaw/,2009) Jigsaw is a cooperative learning strategy that enables each student of a “home” group to specialize in one aspect of a learning unit. Students meet with members from other groups who are assigned the same aspect, and after mastering the material, return to the “home” group and teach the material to their group members. Artinya Jigsaw adalah strategi pembelajaran Kooperatif yang memungkinkan setiap siswa dari suatu kelompok untuk mengambil spesialisasi dalam satu aspek dari suatu unit belajar.siswa bertemu dengan anggota dari kelompok lain yang ditugaskan aspek yang sama, dan setelah menguasai materi, kembali ke kelompok "rumah" dan mengajarkan materi kepada anggota kelompok mereka.
f. Langkah Pembelajaran Jigsaw
Persiapan dalam model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
1) Pembentukan Kelompok Belajar
Pada model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua
anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
a) Kelompok Kooperatif Awal (Kelompok Asal).
Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota.
Setiap anggota diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen
terutama di kemampuan akademik.
b) Kelompok Ahli
Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada
kelompok asal.
2) Langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ini berbeda dengan kelompok
Kooperatif lainnya, karena setiap siswa bekerja sama pada dua kelompok
secara bergantian, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a) Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal,
beranggotakan 3-5 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya
A,B,C,D,E
b) Membagi wacana/ tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-
masing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana/ tugas yang
berbeda, nomor kepala yang sama mendapat tugas yang sama pada
masing-masing kelompok.
c) Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang
sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama
dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru.
d) Dalam kelompok ahli ini tugas siswa adalah belajar bersama untuk
menjadi ahli sesuai dengan wacana/ tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
e) Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan
dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang
telah dipahami kepada kelompok Kooperatif (kelompok asal).
f) Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-
masing siswa kembali ke kelompok Kooperatif asal.
g) Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk
menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli.
h) Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan,
masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya dan guru
memberikan klarifilkasi.
g. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran Kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding
metode lain di antaranya:
1) Meningkatkan kemampuan siswa.
2) Mendorong siswa aktif dan saling menbantu untuk meningkatkan prestasi
belajar.
3) Meningkatkan rasa percaya diri.
4) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian.
5) Memperbaiki hubungan antarkelompok.
Disamping keunggulan, model pembelajaran Kooperatif memiliki pula
kelemahan yaitu:
1) Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan.
2) Bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk.
3) Bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa maka usaha dalam
kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw adalah teknik pembelajaran Kooperatif di mana bukan
guru yang aktif tetapi siswa yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam
melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari Jigsaw ini adalah mengembangkan kerja
tim, keterampilan belajar Kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara
mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk
mempelajari semua materi sendirian.
B. Penelitian yang Relevan
Muhamad Fathoni (2007:38-50) melakukan penelitian yang berjudul
Pengaruh Penggunaan Metode Cooperatif Learning Model Jigsaw Terhadap
Kemampuan Kognitif Ditinjau Dari jenis Kelamin Siswa Sekolah Dasar Negeri Se
Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Dari hasil penelitian ini dapat terlihat
bahwa kemampuan kognitif dan kemampuan afektif meningkat setelah
menggunakan metode cooperatif learning tipe jigsaw.
Hal tersebut dapat terbukti dari hasil perbandingan nilai rata-rata
kemapuan afektif siswa pada pembelajaran Matematika dengan menggunakan
model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw memiliki nilai rata – rata 7,119 untuk
anak siswa laki – laki dan nilai rata – rata7,426 untuk siswa perempuan,
sedangkan nilai siswa yang sebelum menggunakan model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw atau dengan menggunakan pembelajaran yang
konvensional dengan nilai rata – rata sebesar 6,537 untuk siswa laki – laki dan
nilai rata – rata untuk siswa 7,303 untuk siswa perempuan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa siswa perempuan cenderung memperoleh nilai kemampuan kognitif yang
lebih baik dibandingkan siswa laki – laki setelah menggunakan model
pembelajaran cooperatif tipeJigsaw.
C. Kerangka Pemikiran
Pada umumnya siswa SD mengalami kesulitan dalam memahami konsep
suatu pelajaran, khususnya pelajaran Matematika. Siswa pada dasarnya hanya
menghafal rumus yang diberikan oleh guru, namun tidak memahami konsep lebih
dalam. Sehingga siswa akan mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah
jika permasalahan tersebut berbeda dengan contoh masalah yang disajikan oleh
guru. Hal ini disebabkan metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran
Matematika menggunakan model pembelajaran konvensional yang hanya
membuat siswa menghafal rumus tertentu tanpa dituntut untuk memahami
konsepnya.
Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw diharapkan mampu
mengatasi permasalahan tersebut. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk
memahami konsep dari materi yang dipelajari dalam satu kelompok. Dalam
penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw siswa secara individu diberikan
tanggung jawab untuk mengguasai suatu materi yang kemudian harus mampu
menyampikan materi yang telah dipelajari kepada rekannya. Sehingga secara
tidak langsung siswa harus memahami konsep agar dapat menyampikan konsep
tersebut kepada rekan dalam kelompoknya.
Pemahaman konsep pada siswa yang masih rendah bukan hanya
disebabkan dari faktor internal siswa melainkan dari faktor ekternal yaitu dari
guru, proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran guru harus menggunakan
model pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan setiap materi yang
diajarkan. Dalam hal ini penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
dapat membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa yang masih rendah
khususnya pemahaman konsep bangun ruang. Penelitian ini dilaksanakan melalui
dua siklus. Pada siklus I telah diterapkan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw,
hasil belajar siswa meningkat namun masih ada beberapa siswa yang belum
mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) yaitu 60. Kemudian dilanjutkan
pada siklus II dengan menerapkan kodel pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
dengan indikator yang berbeda. Hasil siklus II menunjukkan peningkatan, hanya 2
siswa dari 22 siswa tidak mencapai KKM. Target penelitian ini adalah 85 % dari
22 siswa mencapai KKM. Karena telah melebihi batas target yang diharapkan
maka penelitian dihentikan pada siklus II.
Untuk melihat sejauh mana pemahaman konsep yang didapat siswa maka
dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang telah mencapai KKM. Jika siswa
mendapatkan nilai ≥ 60 maka siswa tersebut dianggap telah memahami konsep
pelajaran yang telah dipelajari.
Kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 11. di bawah ini:
Gambar 11. Skema Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran di
atas, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai beriku: “Penggunaan model
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep
bangun ruang dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso
Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Tindakan
Pembelajaran konvensional dengan ceramah
Siswa:
Pemahaman Konsep
bangun ruang
pemahaman konsep
bangun ruang dalam
pembelajaran Matematika
Siklus I
Siswa saling berkerja sama
Dalam pembelajaran
guru menggunakan
model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw;
membuat siswa saling
asah, asih, dan asuh
Siklus II
Siswa saling berkerja sama
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Karangsari Jatiyoso
Karanganyar, dengan alasan :
a. SD Negeri 02 Karangsari di wilayah kecamatan Jatiyoso yang belum pernah
dijadikan tempat penelitian.
b. Hasil penelitian nanti diharapkan dapat memberikan masukan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam mata pelajaran Matematika.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran
2009/2010 dimulai bulan Desember 2009 sampai bulan Mei Tahun 2010. (Jadwal
kegiatan pada lampiran 23 halaman 191).
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalah siswa – siswi kelas V SDN 02 Karangsasi
Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar. Di kelas V secara umum
penguasaan kosep bangun ruang pada pembelajaran Matematika masih sangat
kurang.
Kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar terdiri dari 22 siswa,
14 siswa perempuan dan 8 siswa laki – laki. Dengan latar belakang siswa yang
berbeda – beda dari segi intelegensi, sikap, lingkungan sosial, dan ekonomi.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Karena data yang akan diperoleh/dikumpulkan berupa data yang
langsung tercatat dari kegiatan di lapangan maka bentuk pendekatan yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dan jenis
penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut IGAK Wardani
dan Kuswaya Wihardit, 2007:2.31), Penelitian tindakan kelas merupakan
terjemahan dari classroom action reseach yang dilakukan di kelas.
2. Strategi Penelitian
Pada strategi penelitian ini langkah-langkah yang diambil adalah strategi
tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti hanya satu kelas.
Adapun rancangan penelitiannya sebagai berikut:
a. Perencanaan
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
2) Membuat lembar observasi
3) Membuat alat evaluasi.
b. Tindakan
Melaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai rencana yang telah dibuat.
c. Pengamatan
Melaksanakan observasi tehadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disiapkan.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis sehingga
dapat diketahui seberapa jauh tindakan tersebut membawa perubahan atau
dapat diketahui dimana perubahan tersebut terjadi.
D. Sumber Data
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji
dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali
dari berbagai macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan
dalam penelitian ini antara lain:
1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri siswa kelas V dan Guru kelas V.
2. Arsip nilai ulangan harian dan tes akhir semester.
3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan dalam
penelitian diperlukan alat atau metode untuk mendapatkan data yang tepat dan
objektif. Penetapan metode pengumpulan data di samping berdasarkan tujuan
penelitian yang akan dicapai juga berdasarkan kebutuhan sumber data. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara
Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data maka diperlukan
teknik wawancara. Teknik penelitian ini adalah cara mengumpulkan data yang
mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau
tatap muka dengan sumber data, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam
situasi sengaja dibuat untuk keperluan tersebut.
Wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data yang menuntut
adanya pertemuan langsung atau komunikasi langung antara elevator dengan
sumber data, Dimyati dan Mudjiono (2009: 229). Wawancara ini untuk
menggali kemampuan dasar siswa pada pelajaran Matematika. Wawancara
yang digunakan bersifat terbuka. Wawancara ialah alat penilaian untuk
menilai hasil dan proses hasil belajar, melalui wawancara dapat kontak
langsung sehingga bisa mengungkap jawaban secara lebih bebas dan
mendalam (Nana Sudjana, 1995:68).
Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak struktur.
Wawancara tidak terstruktur, tidak dibutuhkan pedoman wawancara yang
detail tetapi semacam rencana untuk menanyakan pendapat atau komentar
responden tentang suatu topik sesuai tujuan pewawancara. (M. Toha Anggoro
dkk, 2007:5.17). Wawancara dilakukan pada siswa dan guru kelas V SDN 02
Karangsari. (Lembar wawancara terdapat pada lampiran 20 halaman 173 dan
lampiran 21 halaman 175).
2. Observasi
Observasi dilakukan jika data yang diperoleh melalui wawancara
kurang merefleksikan informasi yang diinginkan. Format observasi
hendaknya menuntut sedikit mungkin pencatat dari pengamat. Ada lima jenis
format informasi (1) Daftar riwayat kelakuan (anecdotal records), (2) catatan
berkala, (3) check list, (4) rating scale, dan (5) format observasi yang standar
(M. Toha Anggoro dkk, 2007:5.19 – 5.21).
Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini menggunakan
observasi berperan atau partisipatif agar hasilnya subjektif. Observasi
dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 02 Karangsari kecamatan Jatiyoso
kabupaten Karanganyar untuk mengetahui situasi dan perkembangan dalam
proses belajar mengajar mata pelajaran Matematika dengan metode
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Melalui kegiatan observasi dapat
diketahui kekurangan dan kelebihan proses belajar mengajar yang telah
berlangsung, sehingga dapat dijadikan bahan perbaikan dan penyempurnaan
mengajar selanjutnya, (Nana Sudjana, 1995: 65). Dalam observasi yang
diamati adalah aktifitas guru dan siswa kelas V SDN 02 Karangsari dalam
proses pembelajaran. (Lembar observasi terdapat pada lampiran
14,15,16,17,18 dan 19 pada halaman 161 sampai halaman 172).
3. Metode Tes
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan – pertanyaan yang
diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk
lisan, dalam bentuk tulisan atau dalam bentuk perbuatan (Nana Sudjana, 1995:
35).
Tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu,
berwujud pernyataan atau tugas yang diselesaikan oleh siswa, sehingga akan
diketahui kuantitas dan kualitas sesuatu setelah dibandingkan dengan standar
yang telah ditetapkan. Metode tes merupaskan instrumen untuk mendapatkan
data pemahaman konsep bangun ruang. Tes yang dalam penelitian ini memuat
beberapa pertanyaan yang berisi tentang materi bangun ruang yang berbentuk
10 tes objektif dan 5 tes subjektif. (Lampiran 8 pada halaman 147 dan lampiran
9 halaman 152).
F. Validitas Data
Untuk informasi yang dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau kurikulum. Validitas isi
merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan
analisis rasional atau lewat professional judgement, Taslan dalam
(http://digilib.unes.ac.id.2005).
Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauhmana
aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi (dengan catatan tidak
keluar dari batasan tujuan ukur) objek yang hendak diukur atau sejauhmana isi tes
mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Teknik yang digunakan dalam
memeriksa validitas data, peneliti lakukan dengan triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
perbandingan data itu (Patton dalam St.Y.Slamet dan Suwarto, 2007:54).
Macam-macam teknik trianggulasi yang digunakan peneliti :
1. Triangulasi data sumber yaitu mengumpulkan data sejenis dari sumber yang
berbeda. Artinya data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya
bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda yaitu dari kepala sekolah,
guru kelas, dan siswa. Data tentang informasi tentang aktifitas pembelajaran
yang dilakukan.
2. Triangulasi metode yaitu mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Di sini yang ditekankan
adalah penggunaan teknik atau metode penggumpulan data yang berbeda dan
bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama
untuk menguji kemampuan informasinya. Yaitu melalui observasi, wawancara,
dan tes hasil belajar.
Misalnya untuk mengetahui rendahnya pemahaman konsep siswa pada
pembelajaran Matematika dan faktor penyebabnya, peneliti melakukan hal – hal
sebagai berikut: (1) Mengajar siswa dengan model konvensional, kemudian
menganalisis hasil belajar siswa untuk mengidentifikasi pemahaman konsep yang
diterima siswa; (2) Melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui
pandangan guru tentang hambatan – hambatan siswa dalam mengikut proses
pembelajaran Matematika serta dibandingkan dengan kegiatan observasi yang
dilaksanakan pada saat proses pembelajaran.
G. Analisi Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif dengan model interaktif Miles & Huberman. Model analisis interaktif
mempunyai tiga buah komponen pokok, yaitu reduksi data, sajian data dan
penarikan kesimpulan/verifikasi (St. Y. Slamet dan Suwarto, 2007 : 10 ).
Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data meruakan suatu bentuk analisis yang meminjamkan,
menggolongkan, mengarahkan membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan –
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersususn yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian – penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara bagia penganalisian yang valid. Untuk menampilkan data – data
tersebut agar lebih menarik maka diperlukan penyajian yang menarik pula. Dalam
penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya
gambar, grafik, chart network, diagram, matrik, dan sebagainya.
3. Kesimpulan atau verifikasi
Data – data dari hasil penelitian setelah direduksi, disajikan langkah
terakhir adalah kesimpulan – kesimpulan : penarikan/ verifikasi. Verifikasi data
yaitu pemeriksaan tenetang benar tidaknya hasil laporan penelitian. Kesimpulan
adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat diuji
kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yaitu yang merupakan
validitasnya.
Untuk lebih jelasnya, proses analisis kualitatif dengan model interaktif
dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut.
Bagan Siklus Analisis Interaktif
Milles dan Hebberman (1984: 20-21).
Gambar 12. Bagan Siklus Model Analisis Interaktif
Langkah-langkah analisis :
1. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup,
maka dapat dikumpulkan.
2. Mengembangkan dalam bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan
matrik yang berguna untuk penelitian lanjut.
3. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kelas.
4. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam
persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau
kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.
5. Merumuskan kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian.
6. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran
dalam laporan akhir penelitian.
Reduksi Data Sajian Data
Penarikan Kesimpulan
Pengumpulan Data
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
atau patokan dalam menentuan keberhasilan/ keefektifan penelitian. Yang menjadi
indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya pemahaman konsep
bangun ruang dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas V SDN 02
Karangsari melalui penggunaaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Indikator kinerja dalam penelitian ini bersumber pada silabus KTSP Matematika
kelas V dan KKM (kriteria ketuntasan minimal) 60. Penelitian ini akan diakhiri
setelah 85% siswa telah mendapatkan nilai 60 ke atas. Sesuai perhitungan paling
sedikit 19 siswa dari 22 siswa kelas V harus mengalami peningkatan mendapatkan
nilai 60 ke atas. Jika batas KKM telah tercapai berarti siklus dapat dihentikan dan
penelitian dikatakan telah memenuhi target yang telah ditetapkan peneliti.
I. Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam
bentuk siklus yang tercakup empat kegiatan, yaitu rencana, tindakan, observasi,
dan refleksi.
Siklus I
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Merencanakan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw yang akan diterapkan
dalam pembelajaran
b. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)
c. Mengembangkan format evaluasi pembelajaran
d. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa.
2. Tahap pelaksanaan Tindakan
a. Guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw.
b. Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan pendekatan Kooperatif
tipe Jigsaw.
Siswa dibagi dalam kelompok yang disebut kelompok asal.
Masing-masing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana / tugas
yang berbeda.
Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana / tugas yang
sama dalam satu kelompok, disebut kelompok ahli.
Dalam kelompok ahli, siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai
dengan wacana / tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-
masing siswa kembali ke kelompok asal.
Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk
menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli. Yaitu menyampaikan
materi yang menjadi bagianya secara lisan kepada rekan satu
kelompoknya.
Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan,
masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya dan guru memberikan
klarifilkasi.
c. Guru memantau perkembangan pemahaman konsep bangun ruang.
3. Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
(aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam
pedoman yang telah disiapkan peneliti. Selain itu, untuk memperoleh data
yang akurat, peneliti juga melakukan wawancara dengan para siswa mengenai
poin-poin tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada siswa untuk
mendapatkan data yang lebih lengkap.
4. Tahap Refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan pelaksanaan tindakan.
Apabila hasil evaluasi pada siklus ini menunjukkan bahwa sasaran telah
tercapai maka penelitian dihentikan, namun bila sasaran pada siklus ini belum
tercapai maka perlu diadakan siklus berikutnya.
Siklus II
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pada siklus I baik yang
berkaiatan dengan guru dan siswa maka diadakan perencanaan ulang yang
meliputi:
a. Identifikasi masalah
Masalah pokok yang dihadapi dan dikaji dari hasil refleksi siklus I.
b. Rencana tindakan
Tindakan yang direncanakan adalah pembelajaran menggunakan bantuan
media/ alat peraga dalam pembelajaran. Serta pembiasan mengerjakan soal
– soal berkaitan dengan sifat – sifat bangun ruang dan jaring – jaring
bangun ruang.
2. Tindakan
a. Guru melakukan semua tindakan sebagaimana pada siklus I.
b. Guru menyuruh siswa menggunakan media/ alat peraga bangun ruang serta
melaksanakan pembiasan mengerjakan soal – soal pada siklus II untuk
mengetahui peningkatan pemahaman konsep tentang sifat – sifat dan jaring
– jaring bangun ruang.
c. Guru mengevalusasi hasil pekerjaan siswa.
3. Observasi
Observasi melakukan semua langkah observasi sebagaimana siklus I. Tahap
observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru
dan siswa).
4. Refleksi
Peneliti menganalisis semua tindakan pada siklus II sebagaimana
langkah yang telah dilakukan pada siklus I, selanjutnya peneliti melakukan
refleksi. Refleksi pada siklus II merupakan renungan terakhir. Kegiatan ini
untuk mengukur kompetensi dasar pokok bahasan Matematika.
Dengan demikian pembelajaran pembiasan mengerjakan soal – soal
tentang sifat – sifat dan jaring – jaring bangun ruang diharapkan
meningkatkan pemahaman konsep pada siswa kelas V SD Negeri 02
Karangsari Jatiyoso Karanganyar.
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat digambarkan sebagai berikut :
Rencana Rencana II Renana III
Refleksi Siklus Tindakan Refeksi SiklusII Tindakan
Observasi Observasi Rekomendasi
Gambar 13. Bagan Siklus Pelaksanakan Tindakan
Model Kemmis dan MC Targgart dalam Muhamad Fathoni, (2007:42).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Awal
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 02 Karangsari
Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar. SDN 02 Karangsari berada di
daerah pedesaan, tepatnya di bagian utara Kabupaten Karanganyar yang sudah
masuk daerah pegunungan. Jumlah kelas yang dimiliki tahun 2009/2010 adalah
sebanyak 6 kelas. Personalia sekolah dari I Kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru
agama, 1 guru olah raga, 1 penjaga sekolah, dan 3 guru wiyata bakti.
Dengan jumlah guru yang memadai seperti tersebut diatas proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan lancar. Dengan kelancaran proses belajar
mengajar tersebut, seharusnya siswa – siswa di SDN 02 Karangsari dapat tercapai
prestasi belajar dengan baik pada seluruh mata pelajaran.
Mata pelajaran Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang
sulit dan menakutkan. Keadaan ini juga terjadi pada siswa kelas V SDN 02
Karangsari khususnya pada materi bangun ruang. Banyak siswa yang mengalami
kesulitan walaupun sudah diupayakan penyampaian materi dengan beberapa
metode dan media yang menarik. Masih banyak sekali siswa yang masih
mendapatkan nilai di bawah 60. Hal ini yang menjadi latar belakang peneliti
untuk melakukan penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian tindakan kelas
yaitu melalui siklus berulang, bertahap, berkelanjutan yang direncanakan dan
melalui dua siklus. Pada siklus I siswa dibagi dalam beberapa kelompok
(kelompok asal), anggota kelompok asal memahami materi yang berbeda,
kemudian siswa yang mendapatkan materi yang sama bergabung menbentuk
kelompok ahli. Kelompok ahli mendiskusikan materi yang diperoleh, setelah itu
kembali ke kelompok asal dan menyampaikan materi kepada temannya. Pada
siklus II kegiatan pembelajaran tidak jauh beda pada siklus I. Siswa dibentuk ke
dalam beberapa kelompok. Pada siklus II dalam mengacak siswa untuk dibentuk
kelompok, guru memperhatikan hasil pada siklus I. Siswa yang terlalu aktif akan
dipindahkan ke kelompok yang anggotanya kurang aktif sehingga akan terjadi
transfer ilmu dari siswa yang lebih paham ke siswa yang kurang paham.
Berdasarkan hasil observasi guru sebelum dilaksanakan tindakan dapat
dilihat pada lampiran15 halaman 163. Sebelum Tindakan, pembelajaran
Matematika pada siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tentang
bangun ruang adalah sebagai berikut:
Pendahuluan
1. Siswa masuk kelas tepat waktu
2. Siswa sudah cukup baik menunjukkan kesiapan buku materi pelajaran dengan
mengikuti pelajaran
3. Siswa cukup baik menunjukkan perhatian pada apersepsi dan guru.
Kegiatan Inti
1. Siswa kurang dapat mengikuti pembelajaran Matematika.
2. Siswa kurang aktif memperhatikan penjelasan guru.
3. Siswa melakukan kerjasama yang baik dengan temannya
4. Siswa cukup baik menganalisis perintah yang diberikan oleh guru.
5. Siswa dapat mengatur pembagian tugas di tiap – tiap kelompok dengan baik.
6. Siswa cukup baik terlibat dalam pembelajaran Matematika.
7. Siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru.
8. Rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat.
Penutup
1. Siswa kurang dapat menguasai seluruh tujuan pembelajaran.
2. Siswa cukup baik menunjukkan kepuasan dalam pembelajaran Matematika.
Rata – rata observasi dati aktivitas siswa sebelum dilaksanakan tindakan
adalah 2 (cukup).
Sedangkan berdasarkan lembar observasi aktivitas guru pada lampiran15
halaman 163 sebelum tindakan adalah sebagai berikut:
Kegiatan awal pembelajaran
1. Guru telah baik dalam mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang
kondusif.
2. Guru cukup baik dalam memberikan motivasi kepada siswa.
3. Guru kurang dalam menyampaikan tujuan.
4. Guru sudah baik dalam melakukan apersepsi
Kegiatan inti pembelajaran
1. Guru cukup baik menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami
2. Guru sudah baik memberikan kesempatan untuk bertanya
3. Guru sudah baik mengarahkan siswa untuk menemukan konsep materi
4. Guru cukup baik membimbing siswa dalam kegiatan kelompok
Kegiatan akhir pembelajaran
1. Guru sudah baik memberikan tes akhir
2. Guru cukup baik membantu siswa mengkonsepkan materi
3. Guru kurang dalam memberikan balikan pada siswa
4. Guru kurang dalam menyimpulkan pembelajaran.
Rata – rata observasi dati aktivitas guru sebelum dilaksanakan tindakan
adalah 2,1 (cukup).
Rendahnya hasil belajar siswa yang ditunjukkan sebelum tindakan dari
tes tentang bangun ruang yaitu dari 22 siswa hanya 9 siswa yang mendapatkan
nilai di atas batas kriteria ketuntasan belajar (KKM). Sedangkan yang lainnya di
bawah KKM. Fakta hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa mendapatkan nilai rendah. Dengan demikian pemahaman konsep yang
dikuasai siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar perlu
ditingkatkan. Adapun nilai siswa disajikan dalam tabel 2.
Tabel 2. Data Sebelum Tindakan
No Nilai Siswa Frekuensi Persentase
1 30 1 4,55%
2 35 1 4,55%
3 40 3 13,64%
4 45 1 4,55%
5 50 5 22,73%
6 55 2 9,09%
7 60 5 22,73%
8 65 0 0%
9 70 2 9,09%
10 75 1 4,55%
11 80 1 4,55%
Jumlah 1180 22
Rata - rata 53,63
TUNTAS 9 40,91%
TIDAK TUNTAS 13 59,09%
Berdasarkan nilai pada tabel 2 dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan, siswa kelas V SD Negeri 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar memiliki
rata – rata kelas 53,63. Sejumlah 22 siswa hanya 9 siswa atau 40,91% yang
memperoleh nilai di atas nilai ketuntasan minimal. Sebanyak 13 siswa atau
59,09% memperoleh nilai di bawah KKM atau mendapatkan nilai 60 ke bawah.
Untuk lebih lengkapnya, lembar daftar nilai siswa yang diperoleh sebelum
dilaksanakan tindakan dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 158.
Frekuensi data nilai siswa sebelum dilaksankan tindakan dapat dilihat
pada tabel 3. Di bawah ini.
Tabel 3. Frekuensi Data Nilai Sebelum Tindakan
NO Nilai Interval Nilai Tengan Interval Frekuensi Persentase
1 21 – 30 25,5 1 4,55%
2 31 – 40 35,5 4 18,18%
3 41 – 50 45,5 6 27,27%
4 51 – 60 55,5 6 27,27%
5 61 – 70 65,5 3 13,64%
6 71 – 80 75,5 2 9,09%
Jumlah 22 100%
Tabel 3 Jika disajikan dalam bentuk grafik dapat digambarkan seperti pada
gambar 14 di bawah ini:
0
1
2
3
4
5
6
7
25,5 35,5 45,5 55,5 65,5 75,5
Frek
uens
i
Nilai
Gambar 14. Grafik Frekuensi Data Nilai Sebelum Diadakan Tindakan
Tabel 4. Hasil Sebelum Tindakan
Keterangan Sebelum Tindakan
Nilai terendah 30
Nilai tertinggi 80
Rata – rata nilai 53,63
Siswa belajar tuntas 40,91 %
Berdasarkan Tabel 4 hasil Sebelum Tindakan dapat digambarkan pada
gambar 15 di bawah ini:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Nilai terendah Nilai tertinggi Rata – rata nilai
Gambar 15. Grafik Hasil Nilai Sebelum Tindakan
Analisis hasil evaluasi dari Sebelum Tindakan siswa diperoleh nilai rata
– rata kemampuan siswa menjawab soal dengan benar adalah 53,63 di mana hasil
tersebut masih di bawah rata – rata nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti,
dan sekolah yaitu sebesar 60 ke atas. Sedangkan besar Persentase siswa tuntas
pada materi bangun ruang sebesar 40,91 % saja sebanyak 9 siswa, dari pihak
sekolah ketuntasan siswa diharapkan mencapai lebih dari 85% pada. Dari hasil
analisis Sebelum Tindakan tersebut, maka dilakukan tindakan lanjutan untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam kegiatan pembelajaran, khususnya
pada materi pokok bangun ruang.
Dari hasil Sebelum Tindakan pada tabel di atas dapat disimpulkan
sementara bahwa penguasaan materi bangun ruang pada siswa kelas V SDN 02
Karangsari Jatiyoso Karanganyar masih kurang. Adanya beberapa indikator yang
masih memiliki porsi jawaban yang kurang dari yang diharapkan memberikan
indikasi bahwa siswa masih belum paham pada beberapa indikator belajar pada
materi pokok bangun ruang.
Untuk mengupayakan penyelesaian dari permasalahan – permasalahan
maka peneliti berusaha untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep
Matematika siswa khususnya pada materi pokok bangun ruang. Yaitu dengan cara
menggunakan model pembelajaran Koopertif tipe Jigsaw.
B. Deskripsi Data Tindakan
Deskripsi pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini
terdiri dari Deskripsi tindakan siklus I dan Deskripsi tindakan siklus II.
1. Deskripsi Tindakan Siklus I
Deskripsi data tindakan siklus I terdiri dari paparan perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun tahapan yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai titik tolak terhadap observasi
pembelajaran yang dilaksanakan pada kondisi awal. Pada tahap perencanaan
peneliti membuat suatu perencanaan untuk mengkondisikan dan membuat
komitmen atas peraturan dan konsekuensi yang akan dilaksanakan dalam
pembelajaran Matematika tentang bangun ruang menggunakan model
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Langkah – langkah perencanaan
persiapan guru adalah sebagai berikut:
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Rabu 8 Maret
2010 diruang guru SDN 02 Karangsari. Peneliti berdiskusi dengan guru kelas
V mengenai segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini. Serta
menetapkan batas ketuntasan belajar siswa yang diperoleh pada siklus I
sebesar 85%. Kemudian disepakati bahwa tindakan pada siklus pertama akan
dilaksanakan dalam 3 x pertemuan,tiap 1 x pertemuan menggunakan alokasi
waktu 2 x 35 menit. Pelaksanaan tindakan siklus I belangsung pada tanggal 17
Maret 2010, 22 Maret 2010, dan 24 Maret 2010.
Dengan berpedoman pada silabus Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan SD Kelas V (lampiran 1 halaman 91) , peneliti melakukan langkah
– langkah perencanaan pembelajaran materi bangun ruang dengan model
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Standar Kompetensi :
- Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
Kompetensi Dasar :
- Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
- Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana.
Indikator :
1. Menganalisis sifat – sifat kubus, balok, prisma tegak, limas, tabung, dan
kerucut.
2. Menjelaskan sifat- sifat bangun ruang kubus, balok, prisma tegak, limas,
tabung, dan kerucut.
3. Menggambar bangun ruang kubus, balok, dan prisma tegak, limas,
3. Membuat jaring - jaring kubus, balok, risma tegak, dan limas.
4. Membuat bangun ruang dari kertas karton.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui kegiatan diskusi siswa dapat menggambar jaring - jaring kubus,
balok, prisma tegak, dan limas dengan benar.
2. Melalui kegiatan diskusi siswa dapat membandingkan jaring – jaring
kubus, balok, prisma tegak, dan limas dengan tepat.
3. Melalui kegiatan demonstrasi siswa dapat menggambar jaring - jaring
kubus, balok, prisma tegak, dan limas dengan benar.
4. Melalui kegiatan demonstrasi siswa dapat membuat bangun ruang kubus,
balok, prisma tegak, dan limas dengan kertas karton dengan benar.
II. DAMPAK PENGIRING
Setelah pembelajaran sesesai diharapkan siswa dapat menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari – hari yang berhubungan dengan
bangun ruang.
III. MATERI PEMBELAJARAN
Jaring-jaring bangun ruang terdiri dari beberapa bangun datar yang dirangkai.
Jaring-jaring dapat dibuat dari berbagai bangun ruang. Sebuah kotak
mempunyai rusuk. Rusuk-rusuk itu juga merupakan jaring-jaring. Jika sebuah
kotak kita lepas perekatnya, maka akan terbentuk jaring-jaring.
Jaring – jaring kubus:
Jaring – jaring balok:
Jaring – jaring prisma segi tiga:
IV. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
NO Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Wakt
u
1 Kegiatan awal:
a.Guru menyuruh salah satu siswa
untuk memimpin doa.
b.Guru mengadakan presensi.
c. Guru mempersiapkan alat peraga
yang dibutuhkan.
d. Guru bertanya kepada siswa
”Kardus tempar kapur itu
berbentuk apa?”
“Bagaimanakah jika kardus kapur itu
dibuat jaring – jaring?”
Kegiatan awal:
a.Salah satu siswa (ketua kelas)
memimpin doa.
b.Presensi
c.Siswa mempersiapkan diri
mengikuti pelajaran.
d.Siswa menjawab pertanyaaan
dari guru.
5
menit
2 Kegiatan inti:
a.Guru memberikan materi tentang
jaring – jaring kubus,balok, dan
prisma tegak beserta model bangun
ruang untuk memperjelas materi.
b.Guru menyuruh siswa membentuk
7 kelompok heterogen.
c.Guru membagi bagian pertama
bahan kepada siswa yang pertama,
bagian kedua pada siswa kedua,
dan seterusnya (siswa ahli).
d.Guru menyuruh siswa untuk
membaca bagian masing-masing.
e.Guru meminta siswa-siswa yang
Kegiatan inti:
a.Siswa menerima materi
tentang jaring – jaring
kubus,balok, dan prisma tegak
dari guru.
b.Siswa membentuk kelompok
heterogen.
c.Siswa ahli menerima bagian
bahan/materi yang akan
didiskusikan atas bimbingan
guru.
d.Siswa mempelajari bagian
materi yang didapatnya.
e.Siswa-siswa yang mendapat
5
menit
10 menit
10
mendapat bagian yang sama untuk
berkumpul mendiskusikan materi
bagiannya yang akan disampaikan
pada kelompok asal.
f.Guru menyuruh pakar atau ahli
kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan materi yang
didapatnnya dalam kelompok ahli
sambil diskusi.
g.Guru membimbing siswa dalam
mempresentasikan hasil diskusi
kepada kelompoknya
h. Guru menyuruh siswa membuat
jaring – jaring bangun ruang dari
karton bersama dengan kelompok
asalnya.
i. Guru memberikan evaluasi pada
siswa.
j. Guru memberikan kesimpulan
tentang materi yang telah
didiskusikan dan melakukan
refleksi.
bagian materi yang sama
berkumpul dan mendiskusikan
materinya.
f.Siswa ahli/pakar kembali ke
kelompok asal untuk
menjelaskan materi yang
didiskusikannya dalam
kelompok ahli.
g.Siswa mendemonstrasikan
hasil diskusi kepada
kelompoknya dengan
bimbingan guru.
h. Siswa bersama kelompok asal
membuat jaring – jaring
bangun ruang dari karton,
kemudian membentuknya
menjadi bangun ruang.
i. Siswa mengerjakan tes tentang
materi yang telah
didiskusikan.
j. Siswa menyimpulkan materi
bersama guru dan melakukan
refleksi.
menit
10 menit
10 menit
5 menit
3
Kegiatan akhir:
a.Guru memberikan penguatan
materi tentang jaring – jaring
kubus, balok, dan prisma tegak.
b.Guru meminta hasil kerja siswa
secara kelompok maupun individu.
c.Guru memberikan pekerjaan rumah
(PR).
d.Guru menutup pelajaran dengan
salam.
Kegiatan akhir:
a.Siswa memperhatikan
penjelasan guru.
b.Siswa mengumpulkan hasil
pekerjaannya.
c.Siswa mencatat PR yang
diberikan oleh guru.
d.Siswa memberi salam pada
guru.
10
menit
V. METODE, MEDIA, DAN SUMBER PEMBELAJARAN
1. Metode
a. Kooperatif tipe Jigsaw
b. Tanya jawab
c. Demonstrasi
d. Penugasan
2. Media
a. Model – model bangun ruang
b. Gambar jaring – jaring bangun ruang
3. Sumber Pembelajaran
a. Silabus kelas V
b. Buku Matematika, Kelas V SD, Pengarang M. Mikti Aji dan Henny
Lisyastuti, Penerbit Intan Pariwara Klaten 2005.
c. Buku Matematika 5, kelas V SD, Pengarang R. J. Soenarjo, penerbit
Depdiknas, Jakarta 2008.
VI. EVALUASI
1. Prosedur tes : Tes proses, dan akhir
2. Jenis Tes : Tertulis
3. Bentuk Tes : Subjektif
4. Alat tes : Soal, Kunci jawaban, dan Kriteria Penilaian (lampiran).
Karangsari, 1 April 2010
Guru Kelas V Peneliti
SURADI, S. Pd. SD YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101200501 1 024 X7108794
Mengetahui
Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD
NIP 19660311 198806 2 003
Lembar Kerja Siswa
Buatlah bangun ruang kubus, balok, dan prisma tegak segi tiga dari kertas karton berama teman 1 kelompok!
Lampiran 8
SOAL TES SIKLUS I
Berikan tanda silang untuk jawaban yang paling benar!
1. Bangun di bawah ini yang merupakan tabung adalah:
a. b. c. d.
2. Bangun di bawah ini berutut – turut adalah:
a. Kubus, prisma segi tiga, tabung
b. Tabung, prisma segi tiga , kubus
c. Tabung, kubus, prisma segi tiga
d. Limas, prisma segi tiga, kubus
3.
Dari gambar di ata manakah yang termasuk titik sudut? a. OPQRST c. OPQRSTUV
b. OVSTUV d. STUVQR 4. Dari gambar di atas manakah yang termasuk sisi? Kecuali.
a. OPST c. PQTU b. QRUV d. SVQP
5. Dari gambar di atas manakah yang termasuk rusuk? Kecuali. a. OR c. UV b. OQ d. PQ
6. Bagian benda yang dapat dibuat jaring – jaring adalah: a. Isinya c. Tingginya b. Volumenya d. Rusuknya
7. Jaring – jaring prisma segi tiga yang berbentuk persegi panjang adalah:
a. 1 b. 2 c. 3 d. 4
8. Berikut ini yang merupakan jaring – jaring balok adalah:
a. c.
b. d.
9. Gambar jaring – jaring bangun runag di bawah ini adalah:
a. c.
b. d.
10. Bangun di bawah ini adalah jaring – jaring dai bangun ruang.
a. Limas c. Kerucut
b. Tabung d. Prisma segi tiga
II. Isilah dengan jawaban yang benar.
1. Gambarlah sebuah kubus kemudian berikanlah keterangan berupa sisi, titik
sudut, dan rusuknya.
2. Gambarlah sebuah tabung kemudian berikanlah keterangan berupa sisi,
titik sudut, dan rusuknya.
3. Gambarlah sebuah kerucut dan ada berapa jumlah sisi dari bangun ruang
kerucut?
4. Gambarkanlah 2 macam jaring – jaring dari bangun ruang balok.
5. Gambarkanlah 2 macam jaring – jaring dari bangun ruang kubus.
Kunci Jawaban Soal Tes Siklus I
Pilihan Ganda
1. d
2. c
3. c
4. d
5. b
6. b
7. d
8. b
9. c
10. d
II. Esay
1.
Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah:
ABCD ,EFGH, ABFE, DCGH, ADHE, dan BCGF
Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah:
AB, BC, AE, EF, FG, BF, HG, EH, CG, DC, AD, DH
2.
3.
4.
5.
Kriteria Penilain Soal Siklus I
Nilai akhir tes siklus I
(Soal I x 1) + (Soal II x 2) = 20 x 50 = 100
Lampiran 9
SOAL TES SIKLUS II
1.Ada berapa jumlah titik sudut dari bangun ruang di samping?
b. 1 c. 3
c. 2 d. 0
2.
Ada berapa jumlah sisi dari bangun ruang disamping?
a. 3 c. 5
b. 4 d. 6
3. Bangun ruang yang semua alasnya berbentuk persegi adalah: (kecuali)
a. Limas ` b. Prisma segi empat c. Tabung d. Kubus
4. Bangun ruang yang terdapat sisi yang berbentu dua buah lingkaran adalah:
a. Lingkaran e. Bola
b. Kerucut d. Tabung
5.
Dari gambar di atas terdapat berapa bangun ruang?
a. 2 c. 4
b. 3 d. 5
6. Jaring – jaring prisma segi tiga yang berbentuk persegi panjang adalah:
b. 1 b. 2 c. 3 d. 4
7. Jaring – jaring kubus yang berbentuk persegi ada:
a. 2 b. 4 c. 5 d. 6
8. Jaring – jaring limas segi tiga yang berbentuk segi tiga ada:
a. 1 b. 2 c. 3 d. 4
9. Gambar di bawah ini yang sisinya berbentuk persegi panjang ada:
a. 4 buah c. 5 buah
b. 6 buah d. 7 buah
10. Bangun yang mempunyai dua rusuk lengkung adalah: a. Kubus c. Tabung b. Balok d. Limas
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat:
1.
a. Tentukan banyak sisi dan titik sudut!
b. Tentukan sisi yang sejajar dan berbentuk apakah sisi
yang sejajar itu?
2.
a. Sebutkan sisi tegak bangun di
atas!
b. Berbentuk apakah alas bangun di atas?
3.
a. Apa nama bangun di atas?
b. Sebutkan sisi yang sejajar
4. Buatlah 2 macam jaring – jaring limas segi empat!
5.
a. Sebutkan dua limas yang dapat dibentuk bangun di atas!
b. Sebutkan yang menjadi sisi dari alas limas tersebut!
Kunci Jawaban Soal Tes Siklus II
Pilihan Ganda
1. d
2. c
3. c
4. c
5. a
6. c
7. d
8. b
9. b
10. c
II. Esay
1. a. Sisi dari bangun ruang tabung ada 2
b.Tidak memiliki titik sudut
2. a. Sisi tegak : MNO, KLO, KNO, dan LMO
b.Alas berbentuk segi empat
3. a. Prisma segi tiga
b.Sisi yang sejajar BCEF ACDF dan ABC DEF
4.
5. a. Limas TABCD dan limas TEFGH
b.Alas limas ABCD dan EFGH
Kriteria Penilain Soal Siklus I
Nilai akhir tes siklus I
(Soal I x 1) + (Soal II x 2) = 20 x 50 = 100
Lampiran 10
PENGHITUNGAN NILAI AKHIR SIKLUS
1. Sebelum tindakan
a. Nilai rata-rata tes awal
Jumlah Nilai = 1180 = 53,63 Jumlah Siswa 22
b. Prosentase Siswa mencapai KKM (60 ke atas)
Jlh siswa mencapai KKM x 100% =
Jumlah siswa
9 x 100% = 40,91%
22
c. Siswa belum mencapai KKM
Jlh siswa belum mencapai KKM x 100% =
Jumlah siswa
13 x 100% = 59,09%
22
2. Siklus 1
a. Nilai rata-rata tes akhir siklus I
Jumlah nilai 1485 = = 67,27 Jumlah siswa 22
b. Prosentase Siswa mencapai KKM (60 ke atas)
Jlh siswa mencapai KKM x 100% =
Jumlah siswa
17 x 100% = 77,27%
22
c. Siswa belum mencapai KKM
Jlh siswa belum mencapai KKM x 100% =
Jumlah siswa
5 x 100% = 22,73%
22
3. Siklus 2
a. Nilai rata-rata tes akhir siklus II Jumlah nilai 1745
= = 79,32 Jumlah siswa 22
b. Prosentase Siswa mencapai KKM (60 ke atas)
Jlh siswa mencapai KKM x 100% =
Jumlah siswa
20 x 100% = 90,91%
22
c. Siswa belum mencapai KKM
Jlh siswa belum mencapai KKM x 100% =
Jumlah siswa
2 x 100% = 9,09%
22
Lampiran 11
REKAPITULASI NILAI MATEMATIKA
No
Responden
Nilai Matematika Kategori
Sebelum
Siklus/S1/ S2
Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II
1 40 50 55 TT / TT / TT
2 55 60 80 TT / T / T
3 80 90 100 T / T / T
4 50 65 65 TT / T / T
5 60 70 85 T / T / T 6 70 90 95 T / T / T
7 60 75 80 T / T / T
8 50 65 70 TT / T / T
9 30 55 60 TT / TT / T
10 40 55 70 TT / TT / T
11 50 60 75 TT / T / T 12 40 55 70 TT / TT / T
13 50 65 75 TT / T / T
14 70 85 100 T / T / T
15 60 70 90 T / T / T
16 75 80 100 T / T / T
17 45 55 75 TT / TT / T
18 50 70 80 TT / T / T
19 55 65 80 TT / T / T
20 60 75 90 T/ T / T
21 60 75 85 T / T / T
22 35 50 55 TT / TT / TT
Jumlah 1180 1485 1745
Rata – rata 53,63 67,27 79,32
Lampiran 12
DAFTAR NILAI SISWA PADA SIKLUS I
NO
RESPONDEN
Siklus I pada Pertemuan:
1 2 3
1 40 50 60
2 60 70 70
3 80 85 90
4 55 60 60
5 60 75 70
6 60 60 75
7 50 60 70
8 55 50 60
9 40 45 50
10 35 50 50
11 55 60 60
12 50 55 50
13 50 60 60
14 70 80 85
15 50 60 65
16 80 80 90
17 40 50 55
18 70 75 75
19 40 60 65
20 60 75 75
21 55 60 70
22 30 35 40
Jumlah 1185 1355 1395
Rata - rata 53,86 61,59 63,40
Lampiran 13
DAFTAR NILAI SISWA PADA SIKLUS II
NO
RESPONDEN
Siklus II pada Pertemuan
1 2 3
1 50 55 55
2 70 75 75
3 90 100 100
4 70 65 65
5 70 80 80
6 75 80 80
7 65 75 75
8 60 70 70
9 50 50 65
10 60 60 60
11 75 75 80
12 70 70 75
13 65 60 75
14 85 100 100
15 80 85 85
16 95 100 100
17 65 75 80
18 80 80 80
19 65 75 75
20 80 95 85
21 70 70 55
22 50 55 55
Jumlah 1486 1650 1715
Rata - rata 67,54 75 77,95
Lampiran 14
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
SEBELUM DILAKSANKAN TINDAKAN
Nama Guru : SURADI, S. Pd. SD
Observer : YUNITA ISMIARTI
Kelas / Semester : V / II
NO Aspek Pengamatan Hasil pengamatan 3 2 1
1 Pendahuluan a. Apakah siswa masuk kelas tepat waktu? b. Apakah siswa menunjukkan kesiapan buku
materi pelajaran dengan mengikuti pelajaran?
c. Apakah siswa menunjukkan perhatian pada apersepsi dan guru?
2 Kegiatan Inti a. Apakah siswa dapat mengikuti
pembelajaran Matematika dengan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw?
b. Aktif memperhatikan penjelasan guru? c. Apakah siswa melakukan kerjasama yang
baik dengan temannya? d. Apakah siswa dapat menganalisis perintah
yang diberikan oleh guru? e. Apakah siswa dapat mengatur pembagian
tugas di tiap – tiap kelompok? f. Apakah siswa terlibat secara aktif dalam
pembelajaran Matematika? g. Aktif menjawab pertanyaan guru? h. Rasa ingin tahu dan keberanian siswa
meningkat?
3 Penutup
a. Apakah siswa dapat menguasai seluruh tujuan pembelajaran?
b. Apakan siswa menunjukkan kepuasan dalam pembelajaran Matematika dengan
menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw?
Jumlah 9 14 3
Rata - rata 2
Keterangan:
Baik : Skor 3
Cukup : Skor 2
Kurang : Skor 1
Karangsari, 11 Maret 2010
Guru Kelas V Peneliti
SURADI, S. Pd. SD YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101200501 1 024 X7108794
Mengetahui
Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD
NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 15
LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU
SEBELUM TINDAKAN
Nama Guru : SURADI, S. Pd. SD
Bidang Studi : Matematika
Tanggal observasi : 11 Maret 2010
No Aspek yang diamati Hasil Pengamatan
3 2 1
1 Kegiatan awal pembelajaran
a. Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang
kondusif
b. Memberikan movitasi
c. Menyampaikan Tujuan
d. Melakukan apersepsi
2 Kegiatan inti pembelajaran
a. Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah
dipahami
b. Memberi kesempatan untuk bertanya
c. Mengarahkan siswa untuk menemukan konsep materi
d. Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok
3 Kegiatan akhir pembelajaran
a. Memberikan tes akhir
b. Membantu siswa mengkonsepkan materi
c. Memberikan balikan pada siswa
d. Menyimpulkan pelajaran
Jumlah 15 8 2
Rata - rata 2,1
Keterangan:
Baik : Skor 3
Cukup : Skor 2
Kurang : Skor 1
Karangsari, 11 Maret 2010
Guru Kelas V Peneliti
SURADI, S. Pd. SD YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101 200501 1 024 X7108794
Mengetahui
Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD
NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 16
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS I
Yang diamati : Aktivitas siswa selama proses pembelajaran
Nama Guru : SURADI, S.Pd.SD
Observer : YUNITA ISMIARTI
Kelas / Semester : V / II
NO Aspek Pengamatan Hasil pengamatan
3 2 1
1 Pendahuluan a. Apakah siswa masuk kelas tepat waktu? b. Apakah siswa menunjukkan kesiapan buku materi
pelajaran dengan mengikuti pelajaran? c. Apakah siswa menunjukkan perhatian pada
apersepsi dan guru?
2 Kegiatan Inti a. Apakah siswa dapat mengikuti pembelajaran
Matematika dengan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw?
b. Aktif memperhatikan penjelasan guru? c. Apakah siswa melakukan kerjasama yang baik
dengan temannya? d. Apakah siswa dapat menganalisis perintah yang
diberikan oleh guru? e. Apakah siswa dapat mengatur pembagian tugas di
tiap – tiap kelompok? f. Apakah siswa terlibat secara aktif dalam
pembelajaran Matematika? g. Aktif menjawab pertanyaan guru? h. Rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat?
3 Penutup a. Apakah siswa dapat menguasai seluruh tujuan
pembelajaran? b. Apakan siswa menunjukkan kepuasan dalam
pembelajaran Matematika dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw?
Jumlah 18 10 2
Rata - rata 2,3
Keterangan:
Baik : Skor 3
Cukup : Skor 2
Kurang : Skor 1
Karangsari, 24 Maret 2010
Guru Kelas V Peneliti
SURADI, S. Pd. SD YUNITA ISMIARTI
NIP 197001012005011024 X7108794
Mengetahui
Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD
NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 17
LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU SIKLUS I
Nama Guru : SURADI, S. Pd. SD
Bidang Studi : Matematika
Tanggal observasi : 24 Maret 2010
No Aspek yang diamati Hasil Pengamatan
3 2 1
1 Kegiatan awal pembelajaran
a. Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang
kondusif
b. Memberikan movitasi
c. Menyampaikan Tujuan
d. Melakukan apersepsi
2 Kegiatan inti pembelajaran
a. Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah
dipahami
b. Memberi kesempatan untuk bertanya
c. Mengarahkan siswa untuk menemukan konsep
materi
d. Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok
3 Kegiatan akhir pembelajaran
a. Memberikan tes akhir
b. Membantu siswa mengkonsepkan materi
c. Memberikan balikan pada siswa
d. Menyimpulkan pelajaran
Jumlah 24 8 1
Rata - rata 2,75
Keterangan:
Baik : Skor 3
Cukup : Skor 2
Kurang : Skor 1
Karangsari, 24 Maret 2010
Guru Kelas V Peneliti
SURADI, S. Pd. SD YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101 200501 1 024 X7108794
Mengetahui
Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD
NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 18
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS II
Yang diamati : Aktivitas siswa selama proses pembelajaran
Nama Guru : SURADI,S.Pd.SD.
Observer : YUNITA ISMIARTI
Kelas / Semester : V / II
NO Aspek Pengamatan Hasil pengamatan
3 2 1
1 Pendahuluan a. Apakah siswa masuk kelas tepat waktu? b. Apakah siswa menunjukkan kesiapan buku materi
pelajaran dengan mengikuti pelajaran? c. Apakah siswa menunjukkan perhatian pada
apersepsi dan guru?
2 Kegiatan Inti a. Apakah siswa dapat mengikuti pembelajaran
Matematika dengan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw?
b. Aktif memperhatikan penjelasan guru? c. Apakah siswa melakukan kerjasama yang baik
dengan temannya? d. Apakah siswa dapat menganalisis perintah yang
diberikan oleh guru? e. Apakah siswa dapat mengatur pembagian tugas di
tiap – tiap kelompok? f. Apakah siswa terlibat secara aktif dalam
pembelajaran Matematika? g. Aktif menjawab pertanyaan guru? h. Rasa ingin tahu dan keberanian siswa meningkat?
3 Penutup a. Apakah siswa dapat menguasai seluruh tujuan
pembelajaran? b. Apakan siswa menunjukkan kepuasan dalam
pembelajaran Matematika dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw?
Jumlah 33 4
Rata - rata 2,85
Keterangan:
Baik : Skor 3
Cukup : Skor 2
Kurang : Skor 1
Karangsari, 1 April 2010
Guru Kelas V Peneliti
SURADI, S. Pd. SD YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101200501 1 024 X7108794
Mengetahui
Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD
NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 19
LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU SIKLUS II
Nama Guru : SURADI, S.Pd. SD
Bidang Studi : Matematika
Tanggal observasi : 1 April 2010
No Aspek yang diamati Hasil Pengamatan
3 2 1
1 Kegiatan awal pembelajaran
a. Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang
kondusif
b. Memberikan movitasi
c. Menyampaikan Tujuan
d. Melakukan apersepsi
2 Kegiatan inti pembelajaran
a. Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah
dipahami
b. Memberi kesempatan untuk bertanya
c. Mengarahkan siswa untuk menemukan konsep
materi
d. Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok
3 Kegiatan akhir pembelajaran
a. Memberikan tes akhir
b. Membantu siswa mengkonsepkan materi
c. Memberikan balikan pada siswa
d. Menyimpulkan pelajaran
Jumlah 30 4
Rata - rata 2,83
Keterangan:
Baik : Skor 3
Sedang : Skor 2
Kurang : Skor 1
Karangsari, 1 April 2010
Guru Kelas V Peneliti
SURADI, S. Pd. SD YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101 200501 1 024 X7108794
Mengetahui
Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD
NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 20
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU
SEBELUM DITERAPKAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW
Nama Guru : SURADI, S. Pd. SD
Waktu Wawancara: 15 Maret 2010
Pewawancara : Yunita Ismiarti
No Pertanyaan Ringkasan Jawaban
1. Bagaimanakah pembelajaran
Matematika dalam pemahaman
konsep bangun ruang selama ini ?
Siswa kurang antusias dan
berpartisipasi mengikuti pelajaran
2. Apakah dengan pembelajaran
tersebut siswa sudah dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik?
Pemahaman konsep siswa baru
15%. Belum semua siswa
berpartisipasi dalam pembelajaran.
Siswa cenderung banyak bermain
dan berbicara sendiri dengan
temannya
3. Apakah dalam pelaksanaan
pembelajaran Matematika yang anda
terapkan selama ini sudah ada
interaksi multiarah antara siswa
dengan guru dan siswa dengan
siswa?.
Belum menggunakan model
pembelajaran inovatif.
4. Bagaimanakah nilai yang diperoleh
siswa dengan pembelajaran tersebut?
Masih di bawah KKM
Kesimpulan hasil wawancara:
Pemahaman konsep siswa kelas V pada mata pelajaran Matematika masih rendah
.
Karanganyar, 15 Maret 2010
Guru Kelas V Peneliti
SURADI, S. Pd. SD YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101 200501 1 024 X7108794
Mengetahui
Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD
NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 21
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU
SETELAH DITERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW
Nama Guru : SURADI, S. Pd. SD
Waktu Wawancara: 2 April 2010
Pewawancara : Yunita Ismiarti
No Pertanyaan Ringkasan Jawaban
1. Bagaimanakah pendapat anda, setelah
pembelajaran Matematika mengenai
pemahaman konsep siswa tentang materi
bangun ruang dengan diterapkan model
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw?
Siswa lebih antusias dan
partisipatif dalam pembelajaran
2. Menurut anda, apakah pembelajaran
Matematika dengan model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan
pemahaman konsep bangun ruang pada
siswa?
Ya, model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw dapat
meningkatkan pemahaman
konsep siswa sehingga hasil
belajar siswa juga meningkat.
3. Adakah kendala-kendala dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan model
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw?
Ada sedikit kendala yaitu siswa
belum terbiasa dengan
penyelidikan namun seiring
waktu, dapat menyesuaikan
4. Bagaimanakah kesan anda dengan
diterapkannya model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw dalam
pembelajaran Matematika materi bangun
ruang?
Model pembelajaran Kooperatif
tipe Jigsaw dapat
meningkatkan pemahaman
konsep siswa sehingga hasil
belajar siswa juga meningkat .
5. Bagaimanakah nilai yang diperoleh siswa
setelah diterapkan pembelajaran
Matematika melalui model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw?
Meningkat cukup tinggi
Kesimpulan wawancara: Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa sehingga hasil belajar Matematika siswa
juga meningkat siswa kelas V di SD Negeri 2 Karangasari, Jatiyoso,
Karanganyar.
Karanganyar, 2 April 2010
Guru Kelas V Peneliti
SURADI, S. Pd. SD YUNITA ISMIARTI
NIP 19700101 200501 1 024 X7108794
Mengetahui
Kepala Sekolah
WIJI LESTARI, S. Pd. SD
NIP 19660311 198806 2 003
Lampiran 22
DOKUMENTASI PENELITIAN
Konsultasi dengan Guru Kelas V Tentang Penelitian yang akan Dilaksankan.
Kelompok Ahli dalam pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Kelompok asal dalam pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Guru membimbing diskusi
Siswa mengerjakan Evaluasi
Lampiran 23
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SD Negeri 02 Karangsari
Jatiyoso Karanganyar menerangkan bahwa yang tersebut di bawah ini:
Nama : Yunita Ismiarti
NIM : X7108794
Program Studi : Program S1 PGSD
Jurusan : Ilmu Pengetahuan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret
Mahasiswa tersebut benar – benar telah mengadakan penelitian pada
siswa kelas V SD Negeri 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran
2009/2010 dalam rangka menyusun skripsi yang berjudul “Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Bangun Ruang dalam Pembelajaran Matematika Kelas V SDN 02 Karangsari
Jatiyoso Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Demikian harap menjadi periksa kepada yang bersangkutan.
Karanganyar, 5 April 2010
Kepala SDN 02 Karangsari
WIJI LESTARI, S. Pd. SD
NIP 19660311 198806 2 003
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa:
Nama : SURADI, S. Pd. SD
NIP : 19700101 200501 1 024
Tempat Mengajar : SDN 02 Karangsari
Guru Kelas : V (lima)
Menyatakan bersedia membantu dalam penelitian tindakan kelas guna
penyusunan skripsi yang dilakukan oleh:
Nama : Yunita Ismiarti
NIM : X7108794
Program Studi : Program S1 PGSD
Jurusan : Ilmu Pengetahuan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret
Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Karanganyar, 5 April 2010
Guru Kelas V
SURADI, S. Pd. SD
NIP 19700101 200501 1 024
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA KELAS V SDN 02 KARANGSARI JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010
Penulis: Yunita Ismiarti (X7108794) Dosen Pembimbing: 1. Drs. Amir, M. Pd. 2. Drs.Marwiyanto, M. Pd.
ABSTRAK
Yunita Ismiarti, PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 02 KARANGSARI JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Juni 2010.
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010. Variabel yang menjadi sasaran perubahan adalah pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika, sedangkan variabel tindakan yang adalah penggunaan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK )dengan model siklus. Setiap siklus memiliki empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian ini adalah 22 siswa kelas V SDN 02 Karangsari. Tehnik pengumpulan data digunakan teknik observasi, wawancara, dan tes akhir. Teknik analisis yang yang digunakan melalui tiga tahap yaitu: reduksi data, paparan data, dan penyimpulan data.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tindakan kelas pada siklus I belum menunjukkan hasil yang signifikan. Untuk analisis pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika diperoleh rata – rata 67,27 dan siswa memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 17 siswa atau 77,27% dari 22 siswa. Pada siklus II (perbaikan) telah menunjukkan hasil yang signifikan/ bagus. Untuk pemahaman konsep diperoleh rata – rata siswa adalah 79,32 dan siswa memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 20 siswa atau 90,91% dari 22 siswa.
Kesimpulan yang dapat diambil darp penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Sasaran utama pendidikan di Sekolah Dasar adalah memberikan bekal
secara maksimal tiga kemampuan dasar yaitu meliputi kemampuan baca, tulis,
dan hitung. Apabila tiga kemampuan dasar siswa di Sekolah Dasar lemah maka
akan berdampak negatif bagi pemahaman konsep pelajaran yang lain.
Keberhasilan dalam proses belajar mengajar biasanya diukur dengan
keberhasilan peserta didik dalam memahami dan menguasai materi yang
diberikan oleh guru. Semakin banyak siswa yang dapat mencapai tingkat
pemahaman konsep dan penguasaan materi maka akan semakin tinggi
keberhasilan dari proses belajar mengajar tersebut. Menurut Andi Hakim Nasution
dalam Moch. Mansykur Ag dan Abdul Halim Fathani (2005 : 36), tujuan proses
kegiatan belajar mengajar secara ideal adalah bahan ajar yang dipelajari dikuasai
sepenuhnya oleh murid atau mastery learning atau belajar tuntas artinya
penguasaan penuh.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Sekolah Dasar 02
Karangsari Jatiyoso Karanganyar terhadap ujian akhir semester, ternyata bidang
studi Matematika memiliki rata-rata yang lebih rendah dibandingkan rerata bidang
studi yang lain. Pada kenyataannya, jika diperhatikan hasil belajar Matematika
masih tergolong rendah, nilai 13 siswa dari 22 siswa kelas V SDN 02 Karangsari
Jatiyoso Karanganyar masih banyak yang mendapatkan nilai 50 ke bawah,
sementara nilai yang diharapkan adalah 60 ke atas.
Pada dasarnya kemampuan siswa untuk menangkap isi pelajaran tidak
hanya terbatas pada kemampuan mendengar saja, tetapi lebih banyak terkait
dengan kemampuan visual dan kemampuan motorik, yang semua saling terkait
dan tidak dapat dipisahkan. Untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut
perlu dilakukan upaya pengembangan pembelajaran. Pengembangan pembelajaran
yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah pembelajaran
yang inovatif dan kreatif. Pembelajaran tersebut mampu mengembangkan bakat
dan potensi siswa secara optimal serta memberi iklim yang kondusif dalam
perkembangan daya nalar dan kreativitas siswa.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil
belajar yang lebih baik adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat.
Menurut Gatot Muhsetyo (2008 : 1.26) strategi yang dapat digunakan dalam
pembelajaran Matematika yang konstruktif dan dianggap sesuai pada saat ini
salah satunya adalah cooperative learning atau pembelajaraan Kooperatif. Salah
satu model pembelajaran yang dimungkinkan mampu mengantisipasi
pembelajaran yang menyebabkan pemahaman konsep Matematika masih rendah
adalah dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Teknik-teknik pembelajaran Kooperatif lebih banyak meningkatkan
pemahaman konsep dari pada pengalaman pembelajaran konvensional. Nasution
dalam Isjoni (2009: 12) menyatakan murid sering lebih paham akan yang
disampaikan oleh temannya dari pada oleh guru. Hal ini sesuai dengan apa yang
diharapkan dalam pembelajaran Kooperatif.
Bertolak dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
identifikasi permasalahan sebagai berikut: (1) Kemampuan pemahaman konsep
siswa rendah pada materi sifat – sifat bangun ruang dan jaring – jaring bangun
ruang, (2) Model pembelajaran yang digunakan menggunakan pembelajaran
konvensional yang tidak sesuai dengan kondisi siswa, dan (3) Pembelajaran yang
berlangsung kurang melibatkan siswa, aktivitas belajar mengajar masih
didominasi guru.
Dari uraian di atas maka agar siswa mampu meningkatkan pemahaman
konsep pada pembelajaran Matematika, salah satunya adalah dengan model
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Hal inilah yang mendorong penulis
mengambil judul skripsi : ”Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Jigsaw untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang dalam
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran Matematika Kelas V
SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Tahum Pelajaran 2009/2010”
2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: Apakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat
meningkatan pemahaman konsep bangun ruang dalam pembelajaran Matematika
kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun
ruang dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso
Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 melalui penggunaan model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw.
4. Ringkasan Kajian Pustaka
a. Pengertian Pemahaman Konsep.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:115) pemahaman
(comperhension) siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami
hubungan yang sederhana diantara fakta - fakta atau konsep. Oleh sebab
itu siswa diminta dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan,
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan
isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal – hal yang lain.
Konsep adalah penggambaran dari tentang intisari atau kesimpulan
umum dari suatu hal atau suatu gejala sosial (M.Toha Anggoro
dkk,2007:5.2).
Dari pemaparan pemahaman dan konsep di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan yang
dimiliki siswa ketika siswa tersebut mampu mengklasifikasikan atau
mengelompokkan benda – benda atau ketika mereka saling
mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu hal tersebut
merupakan dasar untuk proses mental yang lebih tinggi, menentukan apa
yang diketahui atau diyakini seseorang serta membantu menyederhanakan
dan meringkas informasi sehingga membantu proses mengingat dan
membuat lebih efisien.
b. Pengertian Bangn Ruang
Bangun ruang adalah bangun yang memiliki dimensi yaitu panjang,
lebar, dan tinggi (Clara Ikan Septi Budhayanti,2008:3.24).
c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Nurhadi dalam Isjoni (2009 : 20) berpendapat bahwa pembelajaran
Kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran ini memungkinkan siswa belajar dan bekeja sama untuk
mencapai pada pengalaman yang optimal, baik yang berupa pengalaman
individu maupun pengalaman kelompok. Pengalaman tersebut muncul
karena siswa memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta masa
depan yang berbeda-beda dalam satu kelompok atau kelompok lainnya.
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. sebagai
metode pembelajaran Kooperatif. Teknik ini menggabungkan kegiatan
membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara, Anita Lie, (2009: 69)
Menurut Anita Lie (2009: 69) model pembelajaran Kooperatif tipe
Jigsaw merupakan model pembelajaran Kooperatif, dengan siswa belajar
dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen dan
bekerja sama, saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan
materi tersebut kepada anggota kelompok lain.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw adalah teknik pembelajaran Kooperatif di mana
bukan guru yang aktif tetapi siswa yang memiliki tanggung jawab lebih
besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari Jigsaw ini adalah
mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar Kooperatif, dan
menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh
apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
d. Pengertian Pembelajaran Matematika
Menurut Oemar Hamalik (2008: 57) pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran. Pembelajaran tidak terbatas dalam ruang saja.
Johnson dan Myklebus di dalam Mulyono Abdurrahman (1999 :
252) mengemukakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis yang
fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif
dan ke ruang yang lebih khusus, sedangkan fungsi teoretisnya adalah
untuk memudahkan berpikir.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas dibandingkan
ilmu yang lainnya dengan bahasa simbolis untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan yang memudahkan manusia berpikir dalam
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
B. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan objek penelitian
siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar Penelitian ini
dilakukan dari bulan Desember 2009 sampai bulan Mei 2010.
2. Desain, Variabel, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis Data.
Penelitian ini dilakukan di SDN 02 Karangsari, Jatiyoso Karanganyar
Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini meneliti penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan pemahaman konsep
dalam pembelajaran Matematika. Sejalan dengan masalah dan tujuan
penelitian sehingga penelitian ini mengunakan Penelitian Tindakan Kelas.
Sumber data yang digunakan merupakan sumber data primer karena
peneliti memperoleh data langsung dari subyek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas V SDN02 Karangsari, Jatiyoso
Karanganyar. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas
meliputi observasi, kajian dokumen, dan tes yang masing-masing diuraikan
berikut ini : (1) Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung.
Observasi langsung (direct observation) adalah observasi yang dilakukan
tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti. Observasi
dilakukan pada SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar untuk mengetahui
minat dan perhatian siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan Model pembelajran Kooperatif tipe Jigsaw. (2) Kajian
dilakukan pula pada arsip atau dokumen yang ada. Dokumen tersebut antara
lain Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil nilai ulangan siswa,
dan daftar nilai yang diberikan kepada siswa. (3) Pemberian tes dimaksudkan
untuk mengukur seberapa jauh kemampuan yang diperoleh siswa setelah
kegiatan pembelajaran tindakan. Tes yang diberikan kepada siswa kelas V
SDN 02 Karangsari, yakni tes tertulis. Selain itu peneliti juga melakukan
penilaian non tes yaitu dengan cara mengamati proses pembelajaran
penjumlahan dan pengurangan yang berlangsung dengan menggunakan
lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan
kesungguhan dalam mengikuti pelajaran.(4) Perekaman dengan kamera foto
sehingga memperjelas berbagai diskripsi berbagai situasi dan perilaku subyek
yang diteliti. (5) Analisis Dokumen dilakukan untuk mengetahui profil
kemampuan siswa kelas V 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar dalam
pemahaman konsep serta minat siswa terhadap pembelajaran Matematika.
Validitas data merupakan kebenaran dari proses penelitian. Validitas
data dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat
dalam menarik kesimpulan. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi ada
2 yaitu, trianggulasi data dan trianggulasi metode.
3. Hasil Penelitian dan Pebahasan Hasil Penelitian
Dalam mengolah data yang dilaksanakan pada lampiran dapat
dideskripsikan sebagai berikut :
a. Data Nilai Matematika Siswa Kelas V sebelum tindakan
Analisis dan hasil evaluasi dari Sebelum Tindakan sebelum dilakukan
tindakan diperoleh rata – rata nilai siswa 53,63, hasil nilai siswa masih
dibawah nilai KKM yang telah ditetapkan oleh Guru dan Kepala Sekolah
yaitu 60. Sedangkan besarnya Prosentase siswa yang mencapai ketuntasan
sebesar 40,91 % (9 siswa) dan yang lainya atau sebesar 59,09 % belum
mencapai kriteria ketuntasan yang diinginkan. Hasil tersebut belum dapat
memenuhi target yang ingin dicapai yaitu siswa kelas V dapat mencapai
ketuntasan sebesar 85%. Dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan,
bahwa untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang dalam
pembelajaran Matematika perlu dilakukan tindakan lebih lanjut.
b. Data Nilai Matematika Siswa Kelas V Siklus I.
Dari hasil analisa data perkembangan pemahaman konsep siswa yang
dilihat dari nilai tes siklus I tabel 2, dapat disimpulkan besarnya nilai terendah
yang diperoleh siswa pada saat Sebelum Tindakan sebesar 30 dan pada siklus
I menjadi 50. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikkan dari 80 naik menjadi
90 dan nilai rata – rata kelas yang pada Sebelum Tindakan sebesar 53,63 naik
pada siklus I menjadi 67,27 nilai tersebut sudah menjadi rata – rata minimum
batas ketuntasan siswa yaitu 60. Sedangkan Prosentase hasil tes siswa yang
belajar tuntas pada siklus I sebesar 77, 27%, naik 36,36% dari Sebelum
Tindakan.
c. Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas V Siklus II
Dari hasil analisa data peningkatan pemahaman konsep siswa dari hasil
Sebelum Tindakan. Siklus I, dan tes siklus II dapat disimpulkan bahwa :
5) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada Sebelum Tindakan adalah 30,
pada tes siklus I adalah 50 kemudian meningkat pada tes siklus II menjadi
55.
6) Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada Sebelum Tindakan sebesar 80
pada siklus I 90, kemudian menjadi 100 pada tes siklus II.
7) Nilai rata – rata kelas juga meningkat yaitu pada Sebelum Tindakan
sebesar 53,63; tes siklus I 67,27; dan pada siklus II 79,32.
8) Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan minimum di atas 60) pada
Sebelum Tindakan 40,91 % sebanyak 9 siswa; tes siklus I 77,27%
sebanyak 17 siswa; dan tes siklus II menjadi 90,91% sebanyak 20 siswa.
Secara rinci perkembangan prestasi belajar Matematika siswa kelas V
SDN 02 Karangsari dalam penelitian dapat dijelaskan dalam tabel 1:
NO Keterangan Sebelum tindakan Siklus I Siklus II
1 Nilai Terendah 30 50 55
2 Nilai Tertinggi 80 90 100
3 Rata – rata 53,63 67,27 79,32
4 Siswa Belajar Tuntas 40,91% 77,27% 90,91%
Tabel 1. Perbandingan Hasil Tes Sebelum Tindakan,
Tes Akhir Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata kelas dan jumlah siswa yang
mendapat nilai di atas KKM pada, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw yang dilaksanakan
pada siklus II untuk materi bangun ruang dinyatakan berhasil, karena secara
klasikal sudah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar Matematika siswa
kelas V sehingga penelitian dihentikan.
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I dan II dapat dinyatakan
bahwa pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran Kooperatif
tipe Jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran
Matematika siswa kelas V SDN 02 Karangari.
Dengan demikian dapat diajukan rekomendasi bahwa pembelajaran
dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw efektif untuk meningkatkan
pemahaman konsep dalam pembelajaran Matematika kelas V SDN 02 Karangsari
Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.
D. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan media abakus pada siswa kelas V
SDN 02 Karangsari Jatiyoso Karanganyar tahun pelajaran 2009/201, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Pembelajaran Matematika melalui pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw yang
dilaksanakan secara optimal, dapat meningkatkan pemahaman konsep
bangun ruang dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas V SDN 02
Karangsari Jatiyoso Karanganyar dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata – rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada nilai sebelum tindakan sebesar 53,63; siklus I 67,27;
dan siklus II 79,32. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 60) pada
nilai sebelum tindakan 40,91 % sebanyak 9 siswa; tes siklus I 77,27 %
sebanyak 17 siswa; dan tes siklus II 90,91% sebanyak 20 siswa. Maka
penelitian pada siklus II ini telah mencapai target capaian yaitu 85% siswa
mencapai nilai KKM.
b. Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan
proses pembelajaran yang berlangsung. Peningkatan ini dapat dilihat dari
observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk
melihat keaktifan siswa dan cara guru mengajar menggunakan model
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Dalam proses pembelajaran
Matematika melalui pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw yang dilaksanakan
secara optimal, masih ditemukan beberapa hambatan – hambatan dalam
proses pembelajaran. Hambatan – hambatan yang ditemukan selama
pelaksanaan pembelajaran Koperatif tipe Jigsaw adalah (1) siswa belum
dapat berkomunikasikan dengan baik (malu) menyampaikan materi secara
bergantian, (2) kurangnya tanggung jawab siswa untuk menyampaikan
materi kepada orang lain. Cara mengatasi kendala yang ditemukan selama
proses pembelajaran Matematika menggunaan model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatan pemahaman konsep bangun ruang
maka guru harus terampil dalam menerapkan model pembelajaran Koopratif
tipe Jigsaw diantaranya : (1) memahami latar belakang siswa tentang
pemahaman konsep yang mereka miliki, (2) merancang pengajaran dengan
membentuk kelompok atas dasar memperhatikan latar belakang prestasi
siswa, (3) melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa agar
dapat menyampaikan materi yang telah dipelajari kepada kelompok secara
bergantian, (4) melakukan pengacakan siswa untuk dibentuk kelompok yang
baru agar siswa lebih aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, (5)
melakukan penilaian terhadap pemahaman konsep siswa.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN 02 Karangsari Jatiyoso
Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, maka saran – saran yang dapat
disampaikan saran – saran sebagai berikut:
a. Bagi Sekolah
Sekolah disarankan menyediakan fasilitas pembelajaran yang
dipergunakan dalam meningkatkan mutu pendidikan.
b. Bagi Guru
1) Guru tidak hanya mengunakan model pembelajaran konvensional tetapi
dapat menggunakan pembelajaran yang inovatif disesuaikan dengan
kebutuhan siswa.
2) Guru disarankan menggunakan media yang variatif dalam pembelajaran
Matematika.
3) Untuk meningkatkan keaktifan dan keefektivan pembelajaran
diharapkan mengunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
4) Untuk meningkatkan rasa tanggungjawab, saling menghargai pendapat
orang lain, meningkatkan hasil belajar Matematika serta meningkatkan
komunikasi dengan orang lain, sesuai dengan tujuan penelitian,
disarankan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
c. Bagi Siswa
1) Peserta didik hendaknya dapat berperan aktif dalam menyampaikan
materi yang telah dipelajari pada teman kelompoknya secara
bergantian, serta menyampaikan ide atau pikiran pada saat proses
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar dan memperoleh hasil yang maksimal.
2) Peserta didik yang sudah lancar dalam menyampiakan materi secara
DAFTAR PUSTAKA Agus Suprijono. 2009. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Surabaya: Pustaka Pelajar. Anita. 2009. http//uns.ac.id/anita/wp. Diunduh 23 September 2009.
Anita Lie. 2009. Cooperatif Learning. Bandung: Rosda. Clara Ika Sari Budhayani dkk. 2008. Pemecahan Masalah Matematika. Jakarta:
Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Eline B Jahnson. 2009. Cooperatif Learning.Jakarta: MLC. (disadur oleh:
Chaedar Alwasilah). Gatot Muhsetyo dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas
Terbuka. Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
Rosda. IGAK Wardani dan Kuswaya Wihardit. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Universitas Terbuka. Isjoni. 2009. Cooperatif Learning Evektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:
Alfa Beta. M. Toha Anggoro. 2007. Metode Penelitian. Jakarta; Universitas Terbuka. Machener.1987. http/www.teknologipendidikan.net. Diunduh 22 Januari 2010. Milles,M.B. & Hunnerman,A.H. 1984. Qualitavive Data Analysis Surce Book of a
New Methde. Baverly Hills: Saga Pucication. Moch Mansykur Ag dan Abdul Halim Fathani. 2007. Matematical Intelegence.
Jogjakarta. Ar – Ruzz Media. Muhamad Fathoni. 2007. Efektifitas Pembelajaran Matematika Motode Jigsaw
Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Ditinjau Dari jenis Kelamin Siswa Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Surakarta: FKIP.
Mulyono Abdurahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Desember 2009. Musono dan Sudjono. 2008. Matematika 4. Jakarta: Depdiknas. Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda.
Nasibi Lapono. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Ngalim Purwanto. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosdakarya. Oemar Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika. R.J. Soenarno. 2008. Matematika 5. Jakarta: Depdiknas. Robert E Slavin. 2009. Cooperatif Learning. Jakarta: Nusa Media. Sardiman A.M. 2009. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT
Grafarindo Persada. Sidharta. 2008. http//www.artikel.us. Diunduh 15 Desember 2009. Slamento. 2003. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta. St Y Slamet dan Suwarto. 2007. Dasar – Dasar Metodelgi Penelitian Kualitatif.
Surakarta: UNS Press. Sugiyanto. 2008. Model – Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 13. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rieneka Cipta. Sumarmo. 1987. http/www.teknologipendidikan.net,1987. Diunduh 22 Januari
2010. Suprayekti dkk. 2008. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka Syamsu Yusuf LN. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: