Penggunaan Mesin Perajang Serba Agroindustri Keripik Pis Karya Tulis Ini Disusun untuk Mengikuti Lo Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional DPW I Diusulkan Oleh: 1. Khurimanti Siregar (110 32 2. Marito Hasibuan (110 320
Penggunaan Mesin Perajang Serbaguna Pada
Agroindustri Keripik Pisang
Karya Tulis Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis
Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional DPW I POPMASEPI 2013
Diusulkan Oleh:
1. Khurimanti Siregar (110 320
2. Marito Hasibuan (110 320
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada
penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah dengan judul
“Penggunaan Mesin Perajang Serbaguna Pada Agroindustri
Keripik Pisang”. Penulisan karya ilmiah ini dibuat
dalam rangka mengikuti perlombaan karya tulis ilmiah
mahasiswa tingkat nasional DPW I POPMASEPI 2013.
Penulis telah banyak memperoleh kontribusi berupa
pemikiran, bimbingan dan saran dari banyak pihak, Sejak
awal rintisan pelaksanaan sampai penyusunan karya tulis
ilmiah, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Suryadi, S.P., M.P selaku dosen pembimbing
atas segala bimbingan dan arahan yang telah
diberikan kepada penulis.
2. Bapak Dr. Ismadi, S.P., M.Si dan Bapak Fadli, S.P.
M.Si yang senantiasa membantu dan membimbing tim
penulis dalam memberi dorongan dan masukan yang
sangat bermanfaat dalam penulisan karya ilmiah
ini.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN ............................... i
KATA PENGANTAR..................................... ii
DAFTAR ISI......................................... iii
DAFTAR TABEL....................................... v
ABSTRAK............................................ vi
I. PENDAHULUAN..................................... 1
1.1. Latar Belakang............................ 1
1.2. Rumusan Masalah........................... 2
1.3. Tujuan Penulisan.......................... 3
1.4. Manfaat penulisan......................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA............................... 4
2.1.Pendapatan................................. 4
2.2.Nilai Tambah............................... 5
2.3. Keuntungan................................ 6
2.4. Agroindustri.............................. 7
2.5. Pisang.................................... 8
2.6. Mesin Perajang Serbaguna.................. 9
2.7. Kajian Terdahulu.......................... 11
III. METODE PENULISAN.............................. 12
3.1.Teknik Pengumpulan Data.................... 12
3.2.Analisis Data.............................. 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................ 13
4.1. Gambaran Umum UD. Mudah Rezeki............. 13
4.2. Proses Pembuatan Keripik Pisang Pada UD.
Mudah Rezeki.................................... 13
4.3. Biaya Produksi Pada UD. Mudah Rezeki....... 15
4.4. Produksi dan Nilai Produksi................ 17
4.5. Keuntungan dan Nilai Tambah Agroindustri
Keripik Produksi................................ 17
4.6. Analisis Biaya Produksi Keripik Pisang
Dengan Menggunakan Mesin Perajang Serbaguna . 20
4.7. Produksi dan Nilai Produksi
Keripik Pisang..................................... 22
4.8. Keuntungan dan Nilai Tambah Yang
Diperoleh Dengan Menggunakan Mesin
Perajang Pisang............................
......................................22222
V. PENUTUP......................................... 25
5.1. Kesimpulan................................ 25
5.2. Saran..................................... 25
DAFTAR PUSTAKA..................................... vii
LAMPIRAN...........................................
...............................................viii
2. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Agroindustri. . 123. Rincian Penggunaan Biaya Produksi Pada
Agroindustri UD. Mudah Rezeki Per ProsesProduksi........................................ 15
4. Rincian Penggunaan Bahan Baku Pembuatan KeripikPisang Dalam Satu Kali Proses Produksi PadaAgroindustri Keripik Pisang..................... 16
5. Rincian Penggunaan Tenaga Kerja Per ProsesProduksi Pada Agroindustri Keripik Pisang....... 16
6. Produksi, Harga Jual dan Nilai Produksi KeripikPisang Per Proses Produksi...................... 17
7. Hasil Analisis Nilai Tambah dan KeuntunganKeripik Pisang Pada Agroindustri UD. MudahRezeki.......................................... 18
8. Analisis Biaya Produksi Keripik Pisang DenganMenggunakan Mesin Perajang Serbaguna............ 20
9. Rincian Penggunaan Bahan Baku Dengan MenggunakanMesin Perajang Serbaguna........................ 21
10.................................................Rincian Penggunaan Tenaga Kerja Dengan MenggunakanMesin Perajang Serbaguna........................ 22
11.................................................Produksi Harga Jual dan Nilai Produksi KeripikPisang Per Proses Produksi...................... 23
12.................................................Hasil Analisis Nilai Tambah dan Keuntungan KeripikPisang Per Proses Produksi Dengan MenggunakanMesin Perajang Serbaguna........................ 23
ABSTRAK
Keripik merupakan makanan yang dapat dimakan kapan
dan di mana saja dalam kondisi santai maupun resmi.
Keripik dapat dijadikan sebagai peluang usaha yang
menguntungkan. Di Kecamatan Bireuen banyak masyarakat
yang sudah menjalankan usaha pembuatan keripik. Namun
di dalam proses pengolahan keripik ini terdapat
beberapa permasalahan. Salah satunya adalah masalah
pemotongan/perajangan bahan baku yang masih dilakukan
secara manual, sehingga membutuhkan lebih banyak waktu
dan tenaga. Untuk mengatasi masalah tersebut, terdapat
satu jalan yang dapat dilakukan dengan menggunakan
mesin perajang serbaguna yang menggunakan prinsip
putaran dan menggunakan beberapa pisau untuk memotong
bahan baku, sehingga dapat meningkatkan produktivitas ,
efisiensi waktu dan tenaga kerja pada home industry
keripik. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan produksi dan pendapatan, kendala yang
dihadapi , serta besarnya nilai tambah dan keuntungan
dari usaha keripik pisang. Data yang diperlukan dalam
penelitian ini terdiri dari data primer dan data
skunder. Data primer diperoleh melalui wawancara
langsung dengan Bapak M, Yakob Mahmud sebagai pemilik
UD. Mudah Rezeki yang berlokasi di Kota Meuligoe
Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen. Data skunder
diperoleh dari studi kepustakaan yang berkaitan dengan
materi penulisan. Agroindustri UD. Mudah Rezeki
terletak Desa Kuta Meuligoe, Kecamatan Jeumpa,
Kabupaten Bireuen. Agroindustri ini merupakan salah
satu agroindustri yang berskala rumah tangga. Usaha ini
didirikan oleh Bapak Muhammad Yakob Mahmud, pada tahun
1996. Pengolahan bahan baku pisang masih dilakukan
secara manual dengan menggunakan pisau tajam sehingga
produktivitas tidak maksimal. Tetapi, jika pengolahan
dengan menggunakan mesin perajang serbaguna perolehan
produktivitas akan maksimal. Mesin perajang pisang
mampu meningkatkan hasil produksi dibandingkan dengan
menggunakan cara manual. Pengolahan dengan menggunakan
cara manual dalam waktu 1 jam hanya dihasilkan 5 kg
keripik, sedangkan dengan menggunakan mesin perajang
dapat dihasilkan 12 kg keripik dalam waktu 1 jam.
Keyword: pendapatan, keuntungan, nilai tamb
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keripik adalah sejenis makanan ringan berupa irisan
tipis dari buah-buahan, umbi-umbian dan sayuran yang
digoreng di dalam minyak nabati. Untuk menghasilkan
rasa yang gurih dan renyah biasanya diberi bumbu rempah
tertentu. Secara umum keripik dibuat melalui tahap
penggorengan, selain itu ada juga dengan melalui
penjemuran, atau pengeringan. Keripik dapat berasa
asin, pedas, manis, gurih, atau paduan dari
keseluruhannya
Keripik pisang adalah makanan yang dibuat dari buah
pisang yang diiris tipis kemudian digoreng dengan
menggunakan minyak goreng. Makanan ini tersebar hampir
merata di seluruh Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh.
Keripik pisang Bireuen dibuat dari pisang gepok,
pisang wak dan pisang jenis yang lainnya. Keberadaan
beberapa agroindustri di Kabupaten Bireuen ini masih
berskala rumah tangga (home industry) dan merupakan usaha
yang dilakukan masyarakat untuk meningkatkan
keuntungan.
Kecamatan Jeumpa mempunyai potensi yang cukup besar
dalam pengembangan agroindustri, terutama untuk
agroindustri keripik pisang dengan orientasi pasar
antar daerah. Hal ini dikarenakan Kecamatan Jeumpa
mampu menghasilkan produksi pisang sebagai bahan baku
industry, sebesar 7.092 ton setiap tahunnya, sehingga
memungkinkan pengembangan agroindustri usaha kecil
pembuatan keripik pisang.
Berdasarkan survei diketahui bahwa pembuatan
keripik pisang di lokasi Kota Meuligoe Kecamatan Jeumpa
Kabupaten Bireuen masih menggunakan cara tradisional
dalam pemanfaatan setiap tahapan proses sehingga hasil
yang dicapai belum maksimal. Keripik pisang yang
dihasilkan warnanya kurang menarik, mudah menurun
kerenyahannya dan sisa produksi hanya ditumpuk dalam
bentuk sampah. Penggunaan teknologi sederhana dengan
modal yang terbatas, dan kualitas sumberdaya manusia
yang rendah, diharapkan ada peningkatan tambahan
pendapatan dari pengelolahan pisang secara terpadu
Penggunaan teknologi akan mengoptimalkan setiap tahapan
proses proses dan pemanfaatan hasil samping sehingga
dapat menambah pendapatan keluarga tani.
Namun, di dalam proses pengolahan keripik ini
terdapat beberapa permasalahan, salah satunya adalah
masalah pemotongan/perajangan bahan baku keripik,
pemotongan bahan baku masih dilakukan secara manual,
sehingga membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga.
Padahal proses pemotongan bahan baku merupakan salah
satu langkah terpenting yang menentukan hasil akhir
dari keripik tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
cara untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
kerja, sehingga produktifitas kerja dapat meningkat
pula. Untuk itu, tim penyusun mencoba menjelaskan
pengaruh penggunaan mesin perajang dalam memecahkan
masalah yang dihadapi para pengusaha keripik pisang
untuk meningkatkan produktifitas home industri keripik.
Mesin perajang serbaguna yang menggunakan prinsip
putaran dan menggunakan beberapa pisau untuk memotong
bahan baku keripik. Pembuatan mesin ini bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga. Selama ini
pengolahan dengan cara manual hanya dapat menghasilkan
keripik sebanyak 10 kg setiap harinya, dengan dibuatnya
mesin perajang serbaguna berkapasitas produsi 10 kg
tiap 40 menit maka mesin tersebut dapat meningkatkan
produksi keripik.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,
maka perumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini
adalah:
1. Apakah dengan menggunakan mesin perajang pisang
dapat meningkatan produksi dan pendapatan usaha
keripik pisang ?
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam usaha keripik
pisang ?
3. Berapa besar nilai tambah dan keuntungan yang
diperoleh dari usaha keripik pisang ?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui peningkatan produksi dan
pendapatan usaha keripik pisang
2. Untuk menetahui kendala yang dihadapi usaha
keripik pisang
3. Untuk menetahui besarnya nilai tambah dan
keuntungan yang diperoleh usaha keripik pisang
1.4. Manfaat Penulisan
Karya tulis ilmiah ini diharapkan memberikan
manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
- Bahan informasi bagi pengusaha keripik pisang
sebagai pertimbangan dalam upaya pengembangan
usahanya.
- Informasi bagi peneliti untuk menelaah lebih
lanjut dalam memberikan masukan bagi agroindustri
dalam penjualan hasil produksi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendapatan
Pendapatan merupakan suatu tujuan utama dari
perusahaan karena dengan adanya pendapatan maka
operasional perusahaan kedepan akan berjalan dengan
baik atau dengan kata lain bahwa pendapatan merupakan
suatu alat untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Mubyarto (1994) menyatakan bahwa pendapatan adalah uang
yang diterima dan diberikan kepada subjek ekonomi
berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan sebagai
balas jasa dari penyerahan prestasi tersebut untuk
mempertahankan hidupnya.
Pengertian pendapatan menurut Winardi (1992) adalah
saluran penerimaan, baik berupa uang maupun barang,
baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri yang
dimulai dengan sejumlah uang atau jasa atas dasar harga
yang berlaku pada saat itu. Pendapatan dapat dibedakan
menjadi:
1. Sektor pekerjaan pokok, yaitu menjadi sumber
utama kehidupan keluarga.
2. Sektor pekerjaan sampingan, yaitu pekerjaan yang
hasilnya dipakai sebagai penunjang untuk
mencukupi kebutuhan hidup suatu keluarga.
3. Sektor subsistem yaitu, sumber pendapatan yang
sering diartikan sebagai pekerjaan yang
menghasilkan sesuatu untuk dikonsumsi sendiri.
Menurut Supriyono (1999) pendapatan perkapita rata-
rata masyarakat kita sampai saat ini masih tergolong
rendah sehingga hampir seluruh pendapatan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jumlah
pendapatan seseorang yang diperoleh sehari-hari sangat
tergantung dari jenis pekerjaan itu sendiri dan tingkat
pendidikan.
Pengertian pendapatan yang dimaksud di sini adalah
semua barang dan jasa serta uang yang diterima baik
secara individu maupun golongan masyarakat dalam jangka
waktu tertentu. Tinggi rendahnya pendapatan seseorang
sangat tergantung pada keterampilan, keahlian, luasnya
kesempatan kerja dan besarnya modal yang digunakan
(investasi).
2.2. Nilai Tambah
Nilai tambah (added value) merupakan pertambahan
nilai suatu produk atau komoditas karena mengalami
proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan
dalam suatu produksi. Menurut Hayami dan Sudiyono
(2002), ada dua cara untuk menghitung nilai tambah
yaitu: nilai tambah untu pengelolahan dan nilai tambah
untuk pemasaran. Nilai untuk pengelolahan dapat
dikategorikan ke dalam faktor teknis dan faktor pasar.
Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas
produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga
kerja yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga
kerja, harga bahan baku dan nilai input lainnya.
Menurut Daniel (2002), secara ekonomis peningkatan
nilai tambah suatu barang dapat dilakukan melalui :
1. Melalui perubahan bentuk (form utility) suatu produk
akan mempunyai nilai tambah ketika barang
tersebut mengalami perubahan bentuk.
2. Melalui perubahan tempat (place utility) suatu barang
akan memperoleh nilai tambah apabila barang
tersebut mengalami pemindahan tempat.
3. Melalui perubahan waktu (time utility) suatu barang
akan memperoleh nilai tambah ketika dipergunakan
pada waktu berbeda.
4. Melalui perubahan kepemilikan (potition utility)
barang akan memperoleh nilai tambah ketika
kepemilikan akan barang tersebut berpindah dari
satu pihak ke pihak lainnya.
Menurut Sudiyono (2000), dasar perhitungan dari
analisis nilai tambah adalah per kg hasil, standar
harga yang digunakan untuk bahan baku dan produksi di
tingkat pengolahan/pengusaha. Nilai tambah
menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan
manajemen, secara matematis faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai tambah dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Nilai tambah = f(K.B.T.U.H,H,L)
Dimana K = kapasitas produksi (kg)
B = bahan baku yang digunakan (sisir)
T = tenaga kerja yang digunakan (orang)
U = upah tenaga kerja (Rp)
H = harga output (Rp/kg)
H = harga bahan baku (Rp/sisir)
L = nilai output lain (Rp/kg)
Dari hasil perhitungan tersebut akan dihasilkan
keterangan sebagai berikut:
1. Perkiraan nilai tambah (Rp)
2. Rasio nilai tambah (%)
3. Imbalan tenaga kerja (Rp)
4. Imbalan bagi modal dan manajemen (Rp).
2.3. Keuntungan
Keuntungan adalah penerimaan total dikurangi biaya
total. Keuntungan ditentukan oleh dua hal, yaitu
penerimaan dan biaya. Jika perubahan penerimaan lebih
besar dari pada perubahan biaya dari setiap output,
maka keuntungan yang diterima akan meningkat. Jika
perubahan permintaan lebih kecil dari pada perubahan
biaya, maka keuntungan yang diterima akan menurun.
Keuntungan atau laba menunjukkan nilai tambah (hasil)
yang diperoleh dari modal yang dijalankan (Muhammad,
1995).
Menurut Soekartawi (2003), keuntungan (profit) dari
sisi pengusaha adalah selisih penerimaan dari hasil
penjualan dengan biaya produksi pada tahun yang
bersangkutan. Penerimaan pengusaha adalah adalah total
nilai penjualan yaitu harga penjualan di pintu gerbang
pengusaha dengan jumlah produksi. Biaya produksi adalah
keseluruhan biaya yang dikeluarkan pengusaha untuk
mengelola usahatani pada tahun tertentu.
Dalam kegiatan perusahaan atau agroindustri,
keuntungan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai
biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang
diperoleh. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran
untuk bahan mentah, pembayaran upah, pembayaran bunga,
dan sewa tanah. Apabila hasil penjualan yang diperoleh
dikurangi denga biaya-biaya tersebut nilainya adalah
positif maka diperoleh keuntungan.
2.4. Agroindustri
Agroindustri adalah industri yang berbahan baku
utama dari produk pertanian. Studi agroindustri pada
konteks menekankan pada food processing management dalam
suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku utamanya
adalah produk pertanian. Menurut FAO suatu industri
yang menggunakan bahan baku dari pertanian dengan
jumlah minimal 20% dari jumlah bahan baku yang
digunakan disebut agroindustri.
Pembangunan agroindustri merupakan bagian dari
usaha jangka panjang untuk mengubah struktur
perekonomian menjadi seimbang antara pertanian dengan
industri. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka
pengembangan berbagai jenis agroindustri merupakan
salah satu alternatif yang lebih sesuai. Pengembangan
agroindustri yang mempunyai keunggulan komperatif,
sehingga bisa meningkatkan nilai tambah, memperluas
lapangan kerja dan kesempatan berwirausaha serta
pemerataan pendapatan.
Agroindustri juga dapat dipandang sebagai kegunaan
yang memerlukan input kemudian merubahnya untuk
menciptakan tujuan tertentu. Input dalam kegunaan
agroindustri terdiri dari bahan mentah hasil pertanian
maupun bahan tambahan, tenaga kerja, modal dan faktor
pendukung lainnya, antara lain teknologi, informasi,
manajeman, ketersediaan infrastruktur dan fasilitas
penunjang serta penelitian dan penggunaan maupun
kebijakan, sedangkan kegiatan agroindustri meliputi
usaha untuk meningkatkan nilai tambah produk-produk
pertanian melalui pengolahan lanjut dari bahan-bahan
mentah hasil pertanian atau memberikan jasa kepada
pengrajin. Penunjang serta penelitian dan penggunaan
maupun kebijakan, sedangkan kegiatan agroindustri
meliputi usaha untuk meningkatkan nilai tambah produk-
produk pertanian melalui pengolahan lanjut dari bahan-
bahan mentah hasil pertanian atau memberikan jasa
kepada pengrajin.
Agroindustri yang melakukan kegiatan pengadaan dan
pengeluaran saprodi, alat mesin pertanian disebut
agroindustri hulu (up stream), sedangkan yang melakukan
kegiatan penanganan dan pengolahan produk primer
disebut agroindustri hilir (down stream). Kaitan antara
agroindustri dengan sektor pertaian pada umumnya
dibatasi pada kaitan langsung, karena makin tinggi
proses produksi berlangsung, maka akan jauh
kedudukannya dari pengertian agroindustri.
Menurut Hicks (1995), agroindustri adalah kegiatan
dengan ciri: (a) meningkatkan nilai tambah, (b)
menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau
digunakan atau dimakan, (c) meningkatkan daya simpan,
dan (d) menambah pendapatan dan keuntungan produsen.
2.5. Pisang
Tanaman pisang (Musa paradisiaca ) merupakan salah
satu hasil komoditi pertanian di Indonesia yang dipakai
sebagai bahan makanan. Seiring dengan perkembangan
teknologi, pisang juga bisa digunakan sebagai bahan
baku industri, bahan makanan pengganti, misalnya saja
keripik pisang. Pembuatan keripik pisang merupakan
salah satu cara pengolahan pisang untuk menghasilkan
suatu produk yang relatif awet dengan tujuan untuk
menambah jenis produk yang dihasilkan (Prasasto, 2008).
Pisang segar memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya adalah mudah mengalami penurunan kualitas
(rusak) apabila tidak segera dijual dan diolah setelah
pemanenan. Peningkatan nilai ekonomi pisang dapat
dilakukan dengan mengelolah pisang tersebut manjadi
berbagai macam produk olahan baik dalam bentuk basah
maupun kering. Beberapa macam produk olahan pisang
antara lain adalah keripik pisang, kremes pisang,
tepung pisang, kerupuk pisang, pangsit kulit pisang,
bonggol pisang, dan lain sebagainya (Djaafar et al.,
2003).
2.6. Mesin Perajang Serbaguna
Mesin perajang serbaguna adalah mesin yang
pengiris atau perajang pisang dengan ketebalan yang
sesuai untuk produk olahan keripik, untuk meningkatkan
hasil dan kualitas produk akhir. Mesin ini juga dapat
dimanfaatkan untuk mengiris atau merajang bahan baku
selain buah pisang, antara lain; singkong, ubi, talas,
sukun, kentang dan lain-lain.
Konsep mesin perajang serbaguna dikembangkan
dengan kriteria perancangan dan bobot yang berbeda-
beda. Kriteria yang digunakan adalah hasil irisan
pisang yang seragam, mudah dalam pengoperasian dan
perawatan, aman dan awet, mudah dimanufaktur, serta
harga yang murah.
Mesin perajang memiliki tiga buah pisau pada
piringan yang diputar dengan menggunakan motor dan
ditransmisikan melalui pulley dan beltke poros. Mata
pisau dapat diatur posisinya sesuai kebutuhan irisan
pisang yang diinginkan. Mesin perajang serbaguna
membutuhkan daya motor yang 0,038 kW, dengan
spesifikasi: supply tegangan 230 VAC, daya 0,25 HP dan
putaran 1400 rpm. Hasil analisis teknik mesin perajang
tercantum pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 1. Hasil Analisis Teknik
Fitur SpesifikasiMotor Penggerak
Motor
230VAC / 0,25 HP / 1400 rpm
Mekanisme pengiris
pisang
Pisau berputar dengan 3 buah mata
pisau yang dapat diatur posisinya
Sistem transmisi Belt-Pulley; V-belt tipe A no. 65
Diameter pulley motor = 70 mm
Diameter pulley poros piring
berputar = 260 mm
Mesin perajang serbaguna ini sangat mudah
diperoleh di pasaran dan ramah lingkungan. Beberapa
jenis material yang digunakan pada mesin ini antara
lain: kerangka utama dari baja profil, piringan
berputar dari besi cor, dan komponen yang bersentuhan
dengan pisang dari stainless steel. Mesin perajang
serbaguna ini menggunakan konsep acuan proses pembuatan
produk dengan standar yang berlaku, baik dalam bentuk
maupun kualitas.
Langkah-langkah penggunaan mesin, yaitu:
1. Menyediakan bahan berupa pisang mentah yang telah
dikupas kulitnya. Pisang yang digunakan sebagai
bahan baku keripik pisang adalah pisang yang masih
agak keras.
2. Menyiapkan tempat penampungan untuk hasil potongan
pisang.
3. Mengatur posisi pisau pada piring berputar, agar
tebal irisan pisang sesuai dengan yang diinginkan.
4. Menyalakan mesin dengan menghubungkan mesin pada
arus listrik dan menekan tombol on pada mesin,
kemudian memasukkan pisang pada tempat pemegang
pisang, satu persatu sampai pisang habis.
Mesin pengiris serbaguna ini dapat menjawab semua
permasalahan dan kebutuhan yang ada, baik dari operator
maupun pemilik home industry keripik pisang karena:
1. Proses pengirisan menjadi lebih mudah, higienis,
dan tidak membahayakan operator.
2. Kapasitas mesin lebih besar dari alat yang sudah
ada, yaitu sebesar ± 60 kg/jam, dengan 2 variasi
pemotongan, yaitu lurus (melintang) dan miring.
3. Ketebalan hasil irisan pisang lebih seragam dan
dapat diatur.
4. Motor yang digunakan: motor AC dengan daya = ¼
HP, putaran = 1400 rpm.
5. Dimensi umum = 50 cm x 40 cm x 75 cm.
2.7. Kajian Terdahulu
Dewi (2008), menyatakan bahwa nilai tambah yang
dihasilkan dari pengolahan kentang mentah menjadi
keripik kentang sebesar Rp. 7.08,69,- dengan ratio
nilai tambah sebesar 50,03%. Keuntungan yang diperoleh
pengusaha agroindustri keripik kentang Argonas/gizifood
rata-rata sebesar Rp. 2.405,560,-dalam satu kali proses
produksi yang diperoleh dai penerimaan rata-rata
persekali proses produksi sebesar Rp. 4.1944,933,-
(diperoleh dari hasil produksi keripik kentang rata-
rata persekali proses roduksi sebesar 39,8 bungkus
dengan harga Rp. 105.000,- ) dikurang biaya pengolahan
rata-rata persekali proses produksi. Hasil penelitian
pengolaan agroindustri keripik kentang Argonas/gizifood
mempunyai koefisien tenaga sebesar 0,02.
Hasil penelitian Safriani (2013), diketahui bahwa dalam
sekali produksi keripik pisang dengan modal sebesar Rp.
2.596.910,-, maka penerimaan total home industry Rp
439.090,-. Keuntungan total sebesar Rp. 439.090,-.
Produksi keripik pisang mampu memberikan nilai tambah
sebesar Rp. 1.264,- dengan rasio nilai tambah lebih
besar dari rate keuntungan.
III. METODE PENULISAN
3.1. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri
dari data primer dan data skunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara langsung dengan Bapak
M, Yakob Mahmud sebagai pemilik UD. Mudah Rezeki yang
berlokasi di Kota Meuligoe Kecamatan Jeumpa Kabupaten
Bireuen. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan
yang berkaitan dengan materi penulisan.
3.2. Analisis Data
Sudiyono, (2002) data yang terkumpulkan diolah dan
dianalisis secara kuantitatif dan disajikan dalam
bentuk tabel. Analisis nilai tambahan dan keuntungan
keripik pisang menggunakan tabel nilai tambah pada
Tabel 2.
Tabel 2. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Agroindustri
No Output, Input danHarga
Satuan Notasi
1. Output kg/pp (1)2. Input sisir
bb/pp(2)
3. Tenaga Kerja orang (3)4. Faktor Konversi (4)= (1)/(2)5. Koefisien Tenaga (5)=(3)/(2)
Kerja6. Harga Output Rp/kg (6)7. Upah Tenaga Kerja Rp/
orang(7)
Penerimaan danKeuntungan
8. Input Bahan Baku Rp/sisirbb
(8)
9. Input Lain Rp/kgbb
(9)
10. Nilai Output Rp (10) = (4)x(6)11. a. Nilai Tambah Rp (11a) = (10)-(9)-
(8)b. Rasio NilaiTambah
% (11b) =(11a)/(10)x100%
12. a. Pendapatan TenagaKerja Langsung
Rp (12a) = (5)x(7)
b. Pangsa TenagaKerja
% (12b) =(12a)/(11a)x100%
13. a. Keuntungan Rp (13a) = (11a) -(12a)
b. Rute Keuntungan % (13b) = (13a)/(10)x100%
Keterangan: kg bb = kilogram bahan baku, kg =
kilogram; pp = proses produksi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum UD. Mudah Rezeki
Agroindustri UD. Mudah Rezeki terletak Desa Kuta
Meuligoe, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen.
Agroindustri ini merupakan salah satu agroindustri yang
berskala rumah tangga. Usaha ini didirikan oleh Bapak
Muhammad Yakob Mahmud, pada tahun 1996. Bangunan ini
didirikan di atas tanah seluas 400 m² dengan luas rumah
produksi 6x10m². Inisiatif pendirian usaha ini adalah
untuk membuat produk makanan olahan yang bahan bakunya
berasal dari komoditi pisang, yaitu keripik pisang.
Pendirian usaha ini juga tidak lepas dari pemikiran
untuk memberdayakan masyarakat sekitar sebagai tenaga
kerja dan untuk menambah pendapatan keluarga.
Proses pengolahan pisang menjadi keripik pisang
masih dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau
tajam pada tahap pengirisan/perajangan. Kapasitas
produksi yang dihasilkan per proses sebanyak 132 kg.
Pisang sebagai bahan baku diperoleh dari petani
setempat, Kecamatan Jeumpa bahkan luar Kabupaten
Bireuen.
4.2 Proses Pembuatan Keripik Pisang Pada UD. Mudah
Rezeki
Proses pembuatan atau pengolahan pisang menjadi
produk (keripik pisang) melalui beberapa tahapan, yaitu
dapat dilihat pada skema di bawah ini :Sortasi
Pengupasan dan Pengirisan/Perajangan
Perendaman
Penggorengan
Pendinginan
Pengemasan
1. Sortasi
Pisang yang berasal dari petani biasanya bentuk
campuran pisang yang berukuran kecil dan besar.
Sortasi yaitu memisahkan pisang yang berukuran
kecil dengan pisang berukuran besar maupun pisang
yang tidak layak untuk bahan baku keripik.
2. Pengupasan dan Pengirisan/Perajangan
Buah pisang dikupas, kemudian ditempatkan ke dalam
wadah yang berisi air dan selanjutnya dilakukan
pengirisan (perajangan).
3. Perendaman
Hasil irisan direndam dalam larutan natrium
bisulfit (Na2SO3) 0,3 – 0,5% selama 10 menit lalu
ditiriskan.
4. Penggorengan
Setelah dilakukaan pengirisan maka proses
selanjutnya adalah penggorengan. Penggorengan
dilakukan oleh tenaga kerja yang terampil agar
hasil keripik pisang sesuai dengan permintaan
konsumen, yaitu warna yang menarik dan kualitas
yang bagus. Selama penggorengan, dilakukan
pengadukan secara pelan-pelan. Penggorengan
dilakukan sampai keripik cukup kering dan garing.
Tiap 1 kg irisan pisang membutuhkan 3 liter minyak
goreng.
5. Pendinginan
Keripik yang sudah matang didinginkan atau
diangin-anginkan hingga keripik benar-benar kering
sambil ditiriskan agar minyak goreng yang ada
menetes dengan tuntas.
6. Pengemasan
Setelah keripik dingin kemudian dikemas dengan
menggunakan plastik polipropilen dengan ketebalan
minimal 0,8 mm atau aluminium foil dengan ukuran
17 kg dan 20 kg.
4.3 Biaya Produksi Pada UD. Mudah Rezeki
Biaya produksi meliputi biaya tetap dan biaya
tidak tetap. Biaya tetap merupakan jenis biaya yang
dikeluarkan dalam satu kali proses produksi adalah
tetap jumlahnya dan tidak mengalami perubahan. Dalam
melakukan proses produksi keripik pisang yang termasuk
biaya tetap adalah penyusutan alat-alat yang digunakan,
yang dihitung berdasarkan umur ekonomis masing-masing
alat.
Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan
dalam proses produksi tergantung dari besar kecilnya
produksi yang dihasilkan. Biaya tidak tetap dalam
proses produksi keripik pisang meliputi biaya yang
digunakan untuk pembelian bahan baku utama (Pisang
Wak), upah tenaga kerja, pembelian bahan baku
penunjang. Biaya produksi yang dikeluarkan pada
Agroindustri UD. Mudah Rezeki tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Rincian Penggunaan Biaya Produksi PadaAgroindustri UD. Mudah Rezeki Per ProsesProduksi
No. Jenis Pengeluaran Jumlah Persentase (%)
1. Biaya bahan baku A. Bahan baku utama a. Pisang Wak
(sisir)
500
b. Nilai (Rp) 1.500.000 57,78B. Bahan baku
penunjang
904.000 34,81
2. a. Penyusutan alat 6. 399 0,25
b. Bangunan 6.510 0,25
3.
Biaya tenaga kerja 180.001 6,93
Total Biaya 2.596.910 100
Sumber : Data Primer (diolah)
Tabel 3 menunjukkan bahwa biaya yang paling besar
dikeluarkan untuk memproduksi oleh UD. Mudah Rezeki
adalah untuk pembelian bahan baku. Adapun rincian biaya
pada penggunaan bahan baku untuk pembuatan keripik
pisang pada UD. Mudah Rezeki tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Rincian Penggunaan Bahan Baku Untuk PembuatanKeripik Pisang Dalam Satu Kali Proses ProduksiPada Agroindustri UD. Mudah Rezeki
No Jenis Bahan Baku Jumlah Satuan Harga
(Rp/Satua
n)
Jumlah
Biaya
(Rp)
1. Bahan baku utama
(Pisang Wak)
500 sisir 3.000 1.500.000
2. Bahan baku
penunjang
a. Minyak goreng 52 kg 10.000 520.000 b. Solar, ensin 70 liter 4.500 315.000 c. Garam 1 kg 3.000 3.000 d. Plastik 10 buah 2.000 20.000 e. Bawang merah 2,5 kg 12.000 30.000 f. Sari manis 2 buah 2.000 4.000 g. Karung 4 buah 3.000 12.000 Jumlah 904.000 Total 2.404.000
Sumber : Data Primer (diolah)
Berdasarkan Tabel 4 rincian biaya biaya produksi
di atas juga terdapat biaya untuk penggunaan tenaga
kerja. Tenaga kerja yang digunakan sebagian berasal
dari anggota keluarga dan penduduk sekitar. Upah kepada
tenaga kerja diberikan setiap hari tergantung pada
pekerjaan masing-masing. Rincian penggunaan tenaga
kerja per proses produksi pada UD. Mudah Rezeki
tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5. Rincian Penggunaan Tenaga Kerja Per ProsesProduksi Pada Agroindustri UD. Mudah Rezeki
No Jenis
Kegiatan
Jumla
h
Satua
n
Upah
(Rp/Orang)
Jumlah
1. Pengupas
Pisang
3 orang 16.667 50.001
2. Perajang 2 orang 30.000 60.0003. Penggoreng 2 orang 35.000 70.000
Total 180.001
Sumber : Data Primer (diolah)
Tabel 5 menunjukkan bahwa total biaya tenaga kerja
pada Agroindustri UD. Mudah Rezeki sebesar Rp. 180.001
per hari. Pengeluaran upah tenaga kerja tergantung pada
pekerjaan yang dilakukan dan jenis pekerjan masing-
masing. Upah terbesar dikeluarkan untuk pembayaran
tenaga kerja penggorengan dan upah terkecil dikeluarkan
untuk pengupasan pisang.
4.4. Produksi dan Nilai Produksi
Nilai produksi merupakan besar kecilnya nilai
hasil produksi yang diperoleh dan sangat dipengaruhi
oleh besar kecilnya produksi dan harga produksi.
Besarnya nilai produksi untuk pembuatan keripik pisang
pada UD. Mudah Rezeki dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Produksi, Harga Jual dan Nilai ProduksiKeripik Pisang Per Proses Produksi
No
.
Uraian Satuan Jumlah
1. produksi keripik
pisang
kg 132
2. harga jual Rp/ kg 23.0003. nilai produksi Rp 3.036.000Sumber : Data Primer (diolah)
Tabel 6 menunjukkan bahwa produksi keripik pisang
yang dihasilkan UD. Mudah Rezeki per proses produksi
sebanyak 132 kg, dengan harga jual
Rp. 23.000/kg, maka diperoleh nilai hasil produksi
yaitu sebesar Rp. 3.036.000.
4.5. Keuntungan dan Nilai Tambah Agroindustri Keripik
Pisang
Tujuan analisis nilai tambah adalah untuk
mengetahui besarnya perolehan nilai tambah pada setiap
sisir pisang yang diolah menjadi keripik pisang. Dari
angka ini dapat dihitung pendapatan bagi tenaga kerja.
Apabila pangsa tenaga kerja lebih besar dari nilai
tambah maka nilai tambah tersebut bagian dari
pendapatan tenaga kerja. Sisa nilai tambah yang tidak
digunakan sebagai imbalan tenaga kerja merupakan bagian
dari keuntungan pengusaha keripik pisang. Nilai tambah
dan keuntungan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 7. Hasil Analisis Nilai Tambah dan KeuntunganKeripik Pisang Pada Agroindustri UD. MudahRezeki
No
.
Input, Output, dan Harga Jumlah
1. Produksi (Kg/pp) 1322. Bahan Baku (sisir/pp) 5003. Tenaga Kerja (orang/pp) 74. Faktor Konversi 1:2 0,2645. Koefisien Tenaga Kerja (3:2) 0,0146. Harga Produk (Rp/Kg) 23.0007. Upah Tenaga Kerja (Rp/orang) 25.7148. Input : Pisang (Rp/sisir pp) 3.0009. Input Penunjang (RpKg bb) 1.80810
.
Nilai Keripik Pisang (4x6) 6.072
11
.
a. Nilai Tambah (10-8-9)
b. Rasio Nilai Tambah %
(11a/10x100%)
1.264
20,81
12
.
a. Pendapatan Tenaga Kerja
Langsung (5x7)
b. Pangsa Tenaga Kerja %
(12a/11ax100%)
359,996
28,48
13
.
a. Keuntungan (11a-12a)
b. Rate Keuntungan %
(13x10x100%)
904,01
14,89
Sumber : Data Primer (diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan nilai tambah pada
Tabel 7 terlihat bahwa dengan bahan baku pisang
sebanyak 500 sisir dihasilkan keripik pisang sebanyak
132 kg. Usaha ini menggunakan tenaga kerja sebanyak
tujuh orang per proses produksi. Sehingga, curahan
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah satu sisir
pisang menjadi keripik pisang adalah 0,014 jam. Apabila
harga keripik pisang sebesar Rp. 23.000/kg dan faktor
konversi sebesar 0,264 maka nilai produksi sebesar Rp.
6.072. Nilai produksi dialokasikan untuk bahan baku
utama sebesar Rp. 3.000 dan input-input agroindustri
lainnya, termasuk penyusutan peralatan sebesar Rp.
1.808. Dengan demikian, nilai tambah yang didapatkan
dalam setiap sisir pisang adalah Rp. 1.264 atau 20,81%
dari nilai produksi. Pendapatan tenaga kerja dari
setiap sisir pisang yang diolah menjadi keripik pisang
ini sebesar Rp. 359,996. Maka, pangsa tenaga kerja
agroindustri keripik pisang sangat kecil yaitu 28,48%.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa rate keuntungan
sebesar 14,89% dari nilai produksi, artinya setiap
sisir pisang yang diproduksi akan memperoleh keuntungan
sebanyak 904,01.
Nilai tambah keripik pisang pada Agroindustri UD.
Mudah Rezeki selain dipengaruhi oleh kemampuan
pengusaha dalam memproduksi dan menjual produknya juga
dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku yang terus-
menerus. Ketersediaan bahan baku yang terus-menerus
dipengaruhi oleh ketersediaan modal dan tempat
penyimpanan pascapanen pisang yang memadai, sehingga
pengusaha akan selalu memproduksi keripik pisang
sepanjang tahun. Variasi nilai tambah yang diciptakan
dari setiap sisir pisang disebabkan oleh harga bahan
baku dan harga input lainnya. Variasi bahan baku dalam
menciptakan produk agroindustri dicerminkan oleh faktor
konversi pada masing-masing pengolah agroindustri.
Faktor konversi tersebut akan berpengaruh pada nilai
produksi agroindustri. Rasio nilai tambah yang
diciptakan pada masing-masing komoditi pertanian yang
digunakan sebagai bahan baku agroindustri menunjukkan
persentase yang berbeda-beda. Hal ini terlihat dari
hasil penelitian bahwa setiap sisir pisang rasio nilai
tambah sebesar 20,81%.
Pendapatan tenaga kerja dalam penelitian nilai
tambah ini dipengaruhi oleh koefisien tenaga kerja dan
upah tenaga kerja per jam. Koefisien tenaga kerja ini
menyatakan perbandingan antara input tenaga kerja
dengan bahan baku pisang yang digunakan. Jumlah tenaga
kerja yang diserap per sisir pisang sangat kecil.
Sehingga, pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja
juga sangat kecil. Meskipun demikian, perlu
diperhatikan bahwa yang digunakan dalam proses produksi
adalah tenaga kerja yang dibayar harian. Kondisi pangsa
tenaga kerja pada agroindustri keripik pisang relatif
sangat kecil. Agroindustri UD. Mudah Rezeki sangat
memperhatikan alokasi pendapatan dari faktor manajemen
yang berupa nilai tambah agroindustri.
4.6 Analisis Biaya Produksi Keripik Pisang Dengan
Menggunakan Mesin Perajang Serbaguna
Analisi biaya produksi dalam penerapan mesin
perajang serbaguna hampir dengan pengelolaan pisang
menjadi keripik pisang secara manual. Di mana, dalam
proses produksi keripik pisang menggunakan mesin
perajang serbaguna memiliki biaya tetap dan biaya tidak
tetap. Adapun yang termasuk biaya tetap adalah alat-
alat yang digunakan , yang dihitung berdasarkan umur
ekonomis masing-masing alat. Sedangkan yang termasuk
biaya tidak tetap dalam proses produksi keripik pisang
meliputi biaya untuk pembelian bahan baku penunjang,
bahan baku utama, biaya listrik serta upah tenaga
kerja. Tabel berikut menjelaskan tentang penggunaan
biaya produksi.
Tabel 8. Rincian Penggunaan Biaya Produksi KeripikPisang Dengan Menggunakan Mesin PerajangSerbaguna
No. Jenis Pengeluaran Jumlah Persentase (%)
1. Biaya bahan baku A. Bahan baku
utama a. Pisang Wak
(sisir)
1.000
b. Nilai (Rp) 3.000.000 40,79B. Bahan baku
penunjang
4.122.000 56,05
2. a. Penyusutan alat 25.060 0,34
b. Bangunan 6.510 0,25
3
.
Biaya tenaga kerja 190.000 2,58
Total Biaya 7.353.570 100,01
Sumber : Data Primer (diolah)
Tabel 8 menunjukkan bahwa biaya yang paling besar
dikeluarkan untuk memproduksi keripik pisang adalah
untuk pembelian bahan baku. Rincian penggunaan bahan
baku untuk pembuatan keripik pisang denga ditampilkan
pada Tabel 9.
Tabel 9. Rincian Penggunaan Bahan Baku Untuk PembuatanKeripik Pisang Per Proses Produksi DenganMenggunakan Mesin Perajang Serbaguna
No Jenis Bahan
Baku
Jumla
h
Satua
n
Harga
(Rp/Satua
n)
Jumlah
Biaya
(Rp)
1. Bahan baku
utama (Pisang
1000 sisir 3.000 3.000.00
0
Wak)2. Bahan baku
penunjang
a. Minyak
goreng
100 kg 10.000 1.000.00
0
b. Garam 2 kg 3.000 6.000 d. Plastik 20 buah 2.000 40.000 e. Bawang merah 5 kg 10.000 50.000 f. Sari manis 4 buah 2.000 8.000 g. Karung 6 buah 3.000 18.000 Jumlah 1.122.00
0 Total 4.122.00
0
Sumber : Data Primer (diolah)
Berdasarkan Tabel 9 rincian biaya produksi di atas
dapat diketahui bahwa biaya yang harus dikeluarkan
untuk penggunaan bahan baku pembuatan keripik pisang
dengan menggunakan mesin perajang serbaguna sebesar Rp.
4.122.000. Sedangkan untuk upah tenaga kerja
ditampilkan pada tabel berikut :
Tabel 10. Rincian Penggunaan Tenaga Kerja Untuk
Pembuatan Keripik Pisang Per Proses Produksi Dengan
Menggunakan Mesin Perajang Serbaguna
No Jenis
Kegiatan
Jumla
h
Satua
n
Upah
(Rp/Orang)
Jumlah
1. Pengupas
Pisang
3 orang 20.000 60.000
2. Penggerak
Mesin
1 orang 20.000 20.000
3. Penggoreng 2 orang 55.000 110.000 Total 190.000
Sumber : Data Primer (diolah)
Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai total biaya
penggunaan tenaga kerja sebesar Rp. 190.000. Upah
terbesar dikeluarkan untuk pembayaran tenaga kerja
penggorengan dan upah terkecil dikeluarkan untuk
pengupasan pisang.
4.7 Produksi dan Nilai Produksi Keripik Pisang
Kapasitas produksi dan nilai produksi keripik
pisang dengan menggunakan mesin perajang serbauna
dicantumkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 10. Produksi, Harga Jual dan Nilai ProduksiKeripik Pisang Per Proses Produksi DenganMenggunakan Mesin Perajang Serbaguna
No
.
Uraian Satuan Jumlah
1. Produksi Keripik
Pisang
kg 300
2. Harga Jual Rp/ kg 23.0003. Nilai Produksi Rp 6.900.000
Sumber : Data Primer (diolah)
Tabel 10 menunjukkan bahwa produksi keripik pisang
yang dihasilkan per proses produksi sebanyak 300 kg
dengan harga jual Rp 23.000, maka diperoleh nilai
produksi sebesar Rp. 6.900.000.
4.8 Keuntungan dan Nilai Tambah Yang Diperoleh Dengan
Menggunakan Mesin Perajang Pisang
Tujuan analisis nilai tambah menggunakan mesin
perajang serbaguna adalah untuk mengetahui besarnya
perolehan nilai tambah pada setiap sisir pisang yang
diolah serta untuk membuat perbandingan dengan
perolehan nilai tambah dengan pengolahan keripik pisang
secara manual. Nilai tambah dan keuntungan dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Analisis Nilai Tambah dan KeuntunganKeripik Pisang Per Proses Produksi DenganMenggunakan Mesin Perajang Serbaguna
No
.
Input, Output, dan Harga Jumlah
1. Produksi (kg/pp) 3002. Bahan Baku (sisir/pp) 1000
3. Tenaga Kerja (orang/pp) 64. Faktor Konversi 1:2 0,35. Koefisien Tenaga Kerja (3:2) 0,0066. Harga Produk (Rp/g) 23.0007. Upah Tenaga Kerja (Rp/orang) 31.6668. Input : Pisang (Rp/sisir pp) 3.0009. Input Penunjang (Rp/kg bb) 1.80810
.
Nilai Keripik Pisang (4x6) 6.900
11
.
a. Nilai Tambah (10-8-9)
b. Rasio Nilai Tambah %
(11a/10x100%)
2092
30,31
12
.
a. Pendapatan Tenaga Kerja
Langsung (5x7)
b. Pangsa Tenaga Kerja %
(12a/11ax100%)
189.996
9,08
13
.
a. Keuntungan (11a-12a)
b. Rate Keuntungan %
(13x10x100%)
1902,004
19020,04
Sumber : Data Primer (diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan nilai tambah pada
Tabel 12 terlihat bahwa dengan bahan baku pisang
sebanyak 1000 sisir dihasilkan keripik pisang sebanyak
300 kg. Usaha ini menggunakan tenaga kerja sebanyak
enam orang per proses produksi. Analisis lebih lanjut
menunjukkan bahwa rate keuntungan sebesar 19020,04%
dari nilai produksi, artinya setiap sisir pisang yang
diproduksi akan memperoleh keuntungan sebanyak
1902,004.
Nilai tambah keripik pisang yang didapatkan karena
adanya pengaruh dari mesin perajang serbaguna karena
dengan adanya mesin tersebut kapasitas produksi yang
dihasilkan meningkat. Di samping itu, nilai tambah juga
dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku. Ketersediaan
bahan baku yang terus-menerus erta kaitannya dengan
modal dan tempat penyimpanan pascapanen pisang yang
memadai, sehingga produksi keripik pisang bisa
dilakukan sepanjang tahun.
Berdasarkan perolehan nilai tambah dan keuntungan
produksi keripik pisang dengan menggunakan mesin
perajang serbaguna, maka pengusaha akan mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
produksi keripik pisang secara manual. Untuk itu,
diharapkan pengolahan keripik pisang dengan menggunakan
mesin perajang serbaguna bisa berkembang lebih pesat.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Keripik pisang adalah salah satu produk makanan
ringan yang dibuat dari irisan buah pisang dan digoreng
dengan atau tampa bahan tambahan makanan yang
diizinkan. Tujuan pengolahan pisang menjadi keripik
pisang adalah untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan/memperpanjang pemanfaatan buah pisang,
sehingga hasil panen petani pisang Desa kota Meuligoe
Kec. Jeumpa Kabupaten Bireuen tersebut diolah menjadi
keripik, dengan harapan petani Desa Kota Meuligoe
Kecamatan Jeumpa Kabupaten. Bireuen bisa meningkatkan
harga jual hasil panennya serta mendapat nilai lebih
dari hasil panen.
Mengiris merupakan salah satu kendala utama dalam
menghasilkan keripik pisang yang berkualitas.
Kebanyakan industri keripik pisang masih menggunakan
cara manual yaitu, dengan menggunakan pisau, hasil
irisan belum maksimal. Penggunaan mesin perajang
serbaguna akan membuat pekerja lebih mudah dalam
bekerja, produktivitas meningkat, kualitas hasil lebih
baik, sehingga akan meningkatkan nilai tambah bagi
pengusaha agroindustri keripik pisang.
5.2. Saran
Dalam upaya peningkatan jumlah produksi keripik
pisang, maka industri keripik pisang perlu melakukan
penerapan penggunaan mesin perajang pisang. Untuk
meningkatkan penjualan keripik pisang, perlu
diperhatikan kebersihan, kesehatan, kualitas dari
produk keripik pisang, baik dari segi tempat produksi
sampai pada tahap penggorengan dan pengemasan. Industri
keripik pisang perlu memberi label pada produknya dan
menciptakan berbagai rasa untuk meningkatkan penjualan.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi
Aksara. Jakarta.
Djaafar, T, F dan Siti R. 2003 Pisang dan Olahannya.
Kanisius. Yogyakarta.
Hendriksen. 1999. Manajemen Pemasaran. LP3N. Jakarta.
Hernanto. 1992. Akutansi Biaya. Edisi Pertama. BPFE,
Yogyakarta.
Hicks. 1995. An Overview of Issues and Strategies in
The Development of Food Processing Industries in
Asia and The Pasific, APO Symposium, 28 September-5
Oktober. Tokyo.
Lipsey, G. R, Peter, O.S dan Douglas, D. P. 1990.
Pengantar Mikro Ekonomi, Jilid I. Erlangga.
Jakarta.
Mansyhuri, 1994. Pengembangan Agroindustri melalui
Penelitian Pengembangan Produk yang Intensif dan
Berkesinambungan Dalam Jurnal Agroekonomi Vol
VII/No.1 Juni/2000. Yogyakarta.
Mubyarto. 1994. Teknik-teknik Manajemen Modren. Pena
Tinta. Jakarta.
Setiawan, I. 2008. Alternatif Pemberdayaan Bagi
Peningkatan Kesejahteraan Petani Lahan Kering
“Studi Kasus Literatur Petani Jagung di Jawa
Barat”, Jurusan Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Padjadjaran, Bandung.
Soekartawi. 2000. Pengantar Industri, Raja Grafindo
Persada. Jakarta..
Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya, PT
Raja Grafindo. Jakarta.
Supriyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Alf ABETA.
Bandung.
Tarigan, R. 2004. Ekonomi Regional. Bumi Angkasa.
Jakarta.