1 BAB I PENDAHULUAN Membran amnion adalah lapisan terdalam dari plasenta yang mengandung membrana basalis yang tebal dan matriks stroma yang avaskuler. 1 (gambar 1) Beberapa tahun belakangan ini penggunaan membran amnion untuk transplantasi semakin meningkat. Penggunaan membran amnion sebagai materi operasi pada transplantasi kulit, pertama kali diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1910. Sejak saat itu penggunaan membran amnion terus berkembang. Pada tahun 1940 De Roth pertama kali melaporkan penggunaan membran amnion untuk permukaan okuler. Tahun 1995 Kim dan Tseng melaporkan penggunaan membran amnion yang sudah diawetkan pada rekonstruksi permukaan kornea pada kelinci. 2-4 Membran amnion mempunyai kemampuan untuk mengurangi inflamasi dan terjadinya jaringan sikatrik, serta meningkatkan epitelisasi dan penyembuhan luka, membran amnion juga mempunyai efek antimikroba. 2,4 Membran amnion terutama yang sudah diawetkan saat ini banyak digunakan dalam penatalaksanaan penyakit mata luar, seperti defek epitel kornea persisten, keratititis, ulkus kornea, band keratopathy, bullous keratopathy, dan trauma kimia. 2,5 Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa epitel membran basalis amnion dapat memfasilitasi pemindahan sel epitel, meningkatkan adhesi sel basal epitel dan diferensiasi sel. Amnion plasenta manusia tersusun atas satu lapis sel epital, membran basalis dan stroma yang avaskuler. Komponen di dalam membran basalis kornea juga terdapat di dalam membran basalis amnion termasuk kolagen tipe IV dan tipe VII. Epitel amnion menghasilkan faktor pertumbuhan fibroblas dasar, faktor pertumbuhan hepatosit dan faktor pertumbuhan perubah β. Amnion dapat menghambat infiltrasi dari sel-sel inflamasi dan mengurangi apoptosis epitel. 3 Tinjauan pustaka ini membahas mengenai karakteristik dari membran amnion yang digunakan untuk terapi penyakit-penyakit pada permukaan okuler.
19
Embed
PENGGUNAAN MEMBRAN AMNION DI BIDANG OFTALMOLOGI .pdf
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
Membran amnion adalah lapisan terdalam dari plasenta yang mengandung membrana
basalis yang tebal dan matriks stroma yang avaskuler.1
(gambar 1)
Beberapa tahun belakangan ini penggunaan membran amnion untuk transplantasi
semakin meningkat. Penggunaan membran amnion sebagai materi operasi pada transplantasi
kulit, pertama kali diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1910. Sejak saat itu penggunaan
membran amnion terus berkembang. Pada tahun 1940 De Roth pertama kali melaporkan
penggunaan membran amnion untuk permukaan okuler. Tahun 1995 Kim dan Tseng
melaporkan penggunaan membran amnion yang sudah diawetkan pada rekonstruksi
permukaan kornea pada kelinci.2-4
Membran amnion mempunyai kemampuan untuk mengurangi inflamasi dan
terjadinya jaringan sikatrik, serta meningkatkan epitelisasi dan penyembuhan luka, membran
amnion juga mempunyai efek antimikroba.2,4
Membran amnion terutama yang sudah diawetkan saat ini banyak digunakan dalam
penatalaksanaan penyakit mata luar, seperti defek epitel kornea persisten, keratititis, ulkus
kornea, band keratopathy, bullous keratopathy, dan trauma kimia.2,5
Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa epitel membran basalis amnion
dapat memfasilitasi pemindahan sel epitel, meningkatkan adhesi sel basal epitel dan
diferensiasi sel. Amnion plasenta manusia tersusun atas satu lapis sel epital, membran basalis
dan stroma yang avaskuler. Komponen di dalam membran basalis kornea juga terdapat di
dalam membran basalis amnion termasuk kolagen tipe IV dan tipe VII. Epitel amnion
menghasilkan faktor pertumbuhan fibroblas dasar, faktor pertumbuhan hepatosit dan faktor
pertumbuhan perubah β. Amnion dapat menghambat infiltrasi dari sel-sel inflamasi dan
mengurangi apoptosis epitel.3
Tinjauan pustaka ini membahas mengenai karakteristik dari membran amnion yang
digunakan untuk terapi penyakit-penyakit pada permukaan okuler.
2
Gambar 1. Plasenta manusia
3
BAB II
HISTOLOGI MEMBRAN AMNION
Membran amnion manusia berasal dari membran fetus yang terdiri atas beberapa
lapisan. Secara histologi membran amnion memiliki tebal antara 0.02-0.5 mm dan terdiri atas
tiga lapisan dasar, yaitu (gambar 2):
- Lapisan epitel
- Membran basalis
- Lapisan stroma yang avaskuler
Lapisan epitel tersusun atas sel epitel kubiod tunggal yang memiliki mikrovilli pada
permukaan apikalnya. Sel epitel ini diperkirakan berasal dari lapisan ektoderm dan melekat
kuat pada membran basalis.
Gambar 2. Gambar histologi membran amnion
4
Membran basalis merupakan salah satu jaringan membran yang paling tebal pada tubuh
manusia. Membran basalis amnion mempunyai struktur yang terintegerasi, transparan dan
elastis sehingga membran basalis ini dapat diterima sebagai jaringan pengganti pada
rekonstruksi permukaan bola mata. Membran basalis amnion, kornea dan konjungtiva
mengandung kolagen tipe IV, V, dan VII. Selain itu membran basalis amnion mengandung
fibronektin dan laminin.
Lapisan stroma kaya akan asam hialuronat dari fetus yang dapat menekan sinyal
Transforming Growth Factoor β (TGF β), proliferasi dan diferensiasi miofibroblastik dari
kornea normal dan limbus serta konjungtiva. Hal ini menjelaskan mengapa transplantasi
membran amnion dapat mengurangi terjadinya sikatrik pada rekonstruksi konjungtiva.
Matriks stroma juga menghambat ekspresi dari beberapa sitokin, termasuk interleukin 1α, IL-
2, IL-8, interferon γ, dan tumor necrosis factor-β. Anti inflamasi pada membran amnion
kemungkinan besar disebabkan karena membran amnion dapat menarik dan menahan sel-sel
inflamasi yang menginfiltrasi permukaan okuler serta mempunyai beberapa protease
inhibitor. 1,2,4,6,7
5
BAB III
PENGGUNAAN MEMBRAN AMNION DI BIDANG OFTALMOLOGI
A. CARA KERJA MEMBRAN AMNION
1. Meningkatkan Epitelisasi
Membran basalis membantu terjadinya migrasi sel epitel, mendorong adhesi
sel-sel epitel basal, meningkatkan diferensiasi epitel dan menghambat apoptosis
epitel. Membran amnion menghasilkan berbagai macam faktor pertumbuhan,
seperti faktor pertumbuhan fibroblas dasar, faktor pertumbuhan hepatosit, dan
transforming growth factor β, yang dapat menstimulasi epitelialisasi. Membran
amnion dapat menghasilkan endothelin-1, brain natriuretic peptide, dan hormon
pelepas kortikotropin yang dapat meningkatkan proliferasi epitel dan metabolisme
kalsium. Melalui mekanisme-mekanisme tersebut di atas membran amnion dapat
mempercepat penyembuhan epitel. Membran basal menjadi tempat yang baik dan
sesuai untuk pertumbuhan sel epitel. Laminin, yang terdapat di dalam membran
basal, membantu adhesi dan ekspansi dari epitel kornea. 2,4
2. Menghambat Fibrosis
Jaringan sikatrik yang terjadi pada penyembuhan luka disebabkan karena
adanya fibroblas. Fibroblas diaktifkan oleh transforming growth factor β (TGF-
β). Membran amnion menghambat ekspresi dari reseptor TGF-β pada fibroblas
sehingga terjadinya fibrosis lebih sedikit. Membran amnion menekan sinyal TGF-
β fibroblas pada kornea, limbus, konjungtiva dan pterygia. Menurut penelitian
Chui and Tsang membran amnion dapat menghambat terrjadinya diferensiasi
keratosit pada stroma mata kelinci dan menjaga kejernihan kornea.2 Membran
amnion juga berfungsi sebagai barrier anatomi, menjaga permukaan yang
berpotensi melekat tetap terpisah. Stroma membran amnion yang avaskuler
menghambat terjadinya pembentukan pembuluh darah baru.4
3. Menghambat Inflamasi dan Angiogenesis
6
Mekanisme kerja membran amnion sebagai anti-inflamasi belum dapat
dijelaskan secara pasti. Membran amnion dipercaya berfungsi sebagai barrier,
menurunkan aliran sel-sel inflamasi menuju ke daerah infeksi, dan secara terus
menerus mengurangi mediator-mediator inflamasi. Protease inhibitor dapat