PENGGUNAAN “NOVEL GRAPHIC” PUNAKAWAN UNTUK PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG WARISAN BUDAYA PADA ANAK USIA DINI DI TK KHALIFAH 25 SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Oleh Nurul hidayah 1601412042 PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019
69
Embed
PENGGUNAAN “NOVEL GRAPHIC” PUNAKAWAN UNTUK …lib.unnes.ac.id/35051/1/1601412042_Optimized.pdf · 1.340 suku yang masing-masing mempunyai keanekaragaman budaya yang sangat mengagumkan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PENGGUNAAN “NOVEL GRAPHIC” PUNAKAWAN UNTUK PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG WARISAN BUDAYA
PADA ANAK USIA DINI DI TK KHALIFAH 25 SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh
Nurul hidayah
1601412042
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al-Insyirah: 5-6).
2. Tanpa manusia, tidak ada kebudayaan, dan tanpa kebudayaan tidak akan ada
manusia. (Clitford Geetz)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. BapakArifin, Ibu Poniyem, adik Haris, terima
kasih atas doa, bimbingan dan kasih sayang
yang telah diberikan kepada saya.
2. Seluruh keluarga besar dan orang tercinta yang
turut mendoakan.
3. Teman dekat, sahabat yang selalu memberikan
dukungan.
4. Teman-teman PG-PAUD FIP UNNES 2012
yang senantiasa memberikan doa, bantuan,
motivasi, dan dukungan.
5. Universitas Negeri Semarang.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Penggunaan “Novel Graphic” Punakawan Untuk
Peningkatan Pengetahuan Tentang Warisan Budaya Pada Anak Usia Dini di TK
Khalifah 25 Semarang”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini. Banyak pihak yang telah membantu dalam penelitian dan
penyusunan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan penulis untuk belajar
di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Achmad Rifai RC, M.Pd Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan dukungan
kepada penulis dalam penelitian ini.
3. Edi Waluyo, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk
skripsi ini.
vii
4. Neneng Tasu’ah, M.Pd., dan Edi Waluyo, M.Pd., selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi
selama penyusunan skripsi ini.
5. Semua dosen Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah
banyak membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.
6. Kepala Sekolah dan segenap guru TK Khalifah 25 Semarang yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka
penyusunan skripsi.
7. Kedua orang tuaku, seluruh keluarga dan orang tersayang yang selalu
memberikan dukungan, kasih sayang, dan doa serta motivasi.
8. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan memberikan semangat.
9. Teman-teman mahasiswa PG PAUD Fakultas Ilmu pendidikan
Universitas Negeri Semarang angkatan 2012 yang saling memberikan
semangat dan motivasi.
10. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
Semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri.
Semarang, Desember 2018
Penulis
Nurul Hidayah
viii
ABSTRAK
Hidayah, Nurul. 2018. Penggunaan “Novel Graphic” Punakawan Untuk
Peningkatan Pengetahuan Tentang Warisan Budaya Pada Anak Usia Dini di TK Khalifah 25 Semarang.Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Neneng Tasu’ah, M.Pd., dan Edi Waluyo, M.Pd.,
Kata kunci: Novel Graphic, Punakawan, Warisan Budaya
Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman budayanya. Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia saat ini mulai mengalami kegoncangan, kegoncangan tersebut diakibatkan oleh masuknya kebudayan asing yang kemudian mendominasi kebudayaan lokal. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan pengetahuan tentang warisan budaya pada anak usia dini ditinjau dari penggunaan novel graphic punakawan dan apakah terdapat peningkatan pengetahuan tentang warisan budaya pada anak usia dini ditinjau dari penggunaan novel graphic punakawan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan pengetahuan tentang warisan budaya pada anak usia dini ditinjau dari penggunaan novel graphic punakawan serta untuk mengetahui peningkatan pengetahuan tentang warisan budaya pada anak usia dini ditinjau dari penggunaan novel graphic punakawan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan pengetahuan tentang warisan budaya pada anak usia dini ditinjau dari penggunaan novel graphic punakawan dan terdapat pengetahuan tentang warisan budaya pada anak usia dini ditinjau dari penggunaan novel graphic punakawan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain Pre-Experimental Designs. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa di TK Khalifah Semarang yang berusia 5-6 tahun, sedangkan sampelnya sebanyak 32 anak yang berusia 5-6 tahun yang menjadi kelas eksperimen yang mana diberikan treatment oleh peneliti dengan menggunakan media buku novel graphic “Jelajah
Budaya Bersama Punakawan”. Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan Independent Sample t-Test diperoleh t hitung > t table (11,825 > 2,039) dan nilai sig (2-tailed) 0,00 < 0,05, maka hipotesis diterima. Perhitungan persentase pengetahuan warisan budaya pada anak usia dini berdasarkan penerapan media novel graphic mengalami kenaikan sebesar 28% antara pretest dan posttest. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat perbedaan dan peningkatan pengetahuan tentang warisan budaya pada anak usia dini ditinjau dari penggunaan novel graphic punakawan.
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................ Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ....................... Error! Bookmark not defined.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ..................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................... 6
2.2 TUJUAN PENELITIAN ...................................................................... 7
nasehat, maupun menghibur para kesatria yang menjadi asuhan sekaligus
majikannya. Suara punakawan adalah suara rakyat jelata sebagai amanat
penderitaan rakyat, sekaligus sebagai “suara” Tuhan menyampaikan
kebenaran, pandangan dan prinsip hidup yang polos, lugu namun
terkadang menampilkan falsafah yang tampak sepele namun memiliki
esensi yang sangat luhur. Itulah sepak “terjang punakawan” bala
tengenyang suara hatinuraninya selalu didengar dan dipatuhi oleh para
kesatria asuhan sekaligus majikannya.
2.3.3 Tokoh Punakawan
1. Semar
Kyai Lurah Semar Badranaya (Semar) adalah nama tokoh
punakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh
ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria
dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja
nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita
tersebut yang berbahasa Sanskerta, karena tokoh ini merupakan asli
ciptaan pujangga Jawa.
Semar dikatakan sebagai penjelmaan dari dewa. Semar merupakan
pengasuh para pandawa, dan memiliki nama lain Hyang Ismaya.
Semar dalam filosofi jawa adalah sebagai Badranaya dari kata
bebadra=membangun sarana dari dasar, naya=nayaka=Utusan
40
mangrasul artinya mengemban sifat membangun dan melaksanakan
Perintah Allah demi kesejahteraan manusia. Semar yang mempunyai
petuah-petuah yang bijak dan dapat mengayomi semua orang
disekitarnya sehingga tak jarang semar disebut sebagai perlambangan
pemimpin yang sempurna. Domisili semar adalah sebagai lurah
karangdempel, karangdempel mempunyai makna yaitu Karang =
gersang dan Dempel = keteguhan jiwa.
Ciri-ciri sosok Semar adalah Semar berambut kuncung seperti
anak-anak, tapi juga berwajah sangat tua. Semar tertawanya selalu
diakhiri nada tangisan. Semar Berwajah mata menangis namun
mulutnya tertawa. Semar Berprofil berdiri sekaligus jongkok Semar
Tak pernah menyuruh namum memberi konsekuensi atas nasehatnya
2. Gareng
Nama lengkap Gareng adalah Nala Gareng berasal dari kata nala
khairan (memperoleh kebaikan). Gareng adalah anak Semar yang
berarti pujaan atau didapatkan dengan memuja. Nalagareng adalah
seorang yang tak pandai bicara, apa yang dikatakannya kadang-
kadang serba salah. Tetapi ia sangat lucu dan menggelikan. Nala
gareng merupakan tokoh punakawan yang memiliki ketidak lengkapan
bagian tubuh. Nala gareng mengalami cacat kaki, cacat tangan, dan
mata. Karakter yang disimbolkan adalah cacat kaki menggambarkan
manusia harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Tangan yang
cacat menggambarkan manusia bisa berusaha tetapi Tuhan yang
41
menentukan hasil akhirnya. Mata yang cacat menunjukkan manusia
harus memahami realitas kehidupan
Dalam suatu carangan Gareng pernah menjadi raja di
Paranggumiwayang dengan gelar Pandu Pragola. Saat itu dia berhasil
mengalahkan Prabu Welgeduwelbeh raja dari Borneo yang tidak lain
adalah penjelmaan dari saudaranya sendiri yaitu Petruk.
Dulunya, Gareng berujud satria tampan bernama Bambang
Sukodadi dari pedepokan Bluktiba. Gareng sangat sakti namun
sombong, sehingga selalu menantang duel setiap satria yang
ditemuinya. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan tapanya, ia
berjumpa dengan satria lain bernama Bambang Panyukilan. Karena
suatu kesalahpahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian
itu, tidak ada yang menang dan kalah, bahkan wajah mereka berdua
rusak. Kemudian datanglah Batara Ismaya (Semar) yang kemudian
melerai mereka. Karena Batara Ismaya ini adalah pamong para satria
Pandawa yang berjalan di atas kebenaran, maka dalam bentuk
Jangganan Samara Anta, dia (Ismaya) memberi nasihat kepada kedua
satria yang baru saja berkelahi itu.
Karena kagum oleh nasihat Batara Ismaya, kedua satria itu minta
mengabdi dan minta diaku anak oleh Lurah Karang Kadempel, titisan
dewa (Batara Ismaya) itu. Akhirnya Jangganan Samara Anta bersedia
menerima mereka, asal kedua satria itu mau menemani dia menjadi
pamong para kesatria berbudi luhur (Pandawa), dan akhirnya mereka
42
berdua setuju. Gareng kemudian diangkat menjadi anak tertua (sulung)
dari Semar.
3. Petruk
Petruk adalah tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa, di pihak
keturunan/trah Witaradya. Petruk tidak disebutkan dalam kitab
Mahabarata. Jadi jelas bahwa kehadirannya dalam dunia pewayangan
merupakan gubahan asli Jawa. Di ranah Pasundan, Petruk lebih
dikenal dengan nama Dawala atau Udel
Dari kegagalan menciptakan Gareng, lahirlah Petruk. dengan
tangan dan kaki yang panjang, tubuh tinggi langsing, hidung mancung,
wujud dari CIPTA, yang kemudian diberi RASA, sehingga terlihat
lebih indah dengan begitu banyak kelebihan
Petruk memiliki nama alias yakni Dawala. Dawa artinya panjang,
la artinya ala atau jelek. Sudah panjang, tampilan fisiknya jelek.
Hidung, telinga, mulut, kaki, dan tangannya panjang. Namun jangan
gegabah menilai, karena Petruk adalah jalma tan kena kinira, biar jelek
secara fisik tetapi ia sosok yang tidak bisa diduga-kira. Gambaran ini
merupakan pralambang akan tabiat Petruk yang panjang pikirannya,
artinya Petruk tidak grusah-grusuh (gegabah) dalam bertindak, ia akan
menghitung secara cermat untung rugi, atau resiko akan suatu rencana
dan perbuatan yang akan dilakukan. Petruk Kanthong Bolong,
43
menggambarkan bahwa Petruk memiliki kesabaran yang sangat luas,
hatinya bak samudra, hatinya longgar, plong dan perasaannya bolong
tidak ada yang disembunyikan, tidak suka menggerutu dan ngedumel.
Dawala, juga menggambarkan adanya pertalian batin antara para
leluhurnya di kahyangan (alam kelanggengan) dengan anak turunnya,
yakni Petruk yang masih hidup di mercapada. Petruk selalu
mendapatkan bimbingan dan tuntunan dari para leluhurnya, sehingga
Petruk memiliki kewaskitaan mumpuni dan mampu menjadi abdi
dalem (pembantu) sekaligus penasehat para kesatria.
Petruk wajahnya selalu tersenyum, bahkan pada saat sedang
berduka pun selalu menampakkan wajah yang ramah dan murah
senyum dengan penuh ketulusan. Petruk mampu menyembunyikan
kesedihannya sendiri di hadapan para kesatria bendharanya. Sehingga
kehadiran petruk benar-benar membangkitkan semangat dan
kebahagiaan tersendiri di tengah kesedihan.
4. Bagong
Bagong adalah anak ketiga Semar. Secara filosofi Bagong adalah
bayangan Semar. Sewaktu Semar mendapatkan tugas mulia dari
Hyang Manon, untuk mengasuh para kesatria yang baik, Semar
memohon didampingi seorang teman. Permohonan Semar dikabulkan
Hyang Maha Tunggal, dan ternyata seorang teman tersebut diambil
dari bayangan Semar sendiri. Setelah bayangan Semar menjadi
manusia berkulit hitam seperti rupa bayangan Semar, maka diberi
44
nama Bagong. Sebagaimana Semar, bayangan Semar tersebut sebagai
manusia berwatak lugu dan teramat sederhana, namun memiliki
ketabahan hati yang luar biasa. Ia tahan menanggung malu, dirundung
sedih, dan tidak mudah kaget serta heran jika menghadapi situasi yang
genting maupun menyenangkan.
Penampilan dan lagak Bagong seperti orang dungu. Meskipun
demikian Bagong adalah sosok yang tangguh, selalu beruntung dan
disayang tuan-tuannya. Maka Bagong termasuk punakawan yang
dihormati, dipercaya dan mendapat tempat di hati para kesatria.
Istilahnya bagong diposisikan sebagai bala tengen, atau pasukan
kanan, yakni berada dalam jalur kebenaran dan selalu disayang
majikan dan Tuhan. Ciri-ciri Bagong adalah karena dia sosok yang
harmonis dia digambarkan dengan perut bulat,mata Lebar dan bibir
memble semakin menambah kehumoran bagong.
2.4 Anak usia dini
2.4.1 Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun. Menurut
Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010: 7), anak usia dini adalah
anak yang berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini
(Augusta, 2012) adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio-
emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai
45
dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Dari berbagai
definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang
berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan, baik fisik maupun mental.
Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah “golden age” atau
masa emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa
peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat.
Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki
perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi dan seimbang serta
stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tersebut. Apabila anak diberikan stimulasi secara intensif
dari lingkungannya, maka anak akan mampu menjalani tugas
perkembangannya dengan baik.
Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung
senang bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri dan
sering mengubah aturan main untuk kepentingan diri sendiri. Dengan
demikian, dibutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi
semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun
perkembangan psikis. Potensi anak yang sangat penting untuk
dikembangkan. Potensi-potensi tersebut meliputi kognitif, bahasa, sosio-
emosional, kemampuan fisik dan lain sebagainya.
46
2.4.2 Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik,
sosial, moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah,dkk (2010: 1.4-1.9)
karakteristik anak usia dini antara lain; a) memiliki rasa ingin tahu yang
besar, b) merupakan pribadi yang unik, c) suka berfantasi dan
berimajinasi, d) masa paling potensial untuk belajar, e) menunjukkan sikap
egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, g) sebagai
bagian dari makhluk sosial, penjelasannya adalah sebagai berikut.
Usia dini merupakan masa emas, masa ketika anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada usia ini anak paling
peka dan potensial untuk mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu anak sangat
besar. Hal ini dapat kita lihat dari anak sering bertanya tentang apa yang
mereka lihat. Apabila pertanyaan anak belum terjawab, maka mereka akan
terus bertanya sampai anak mengetahui maksudnya. Di samping itu, setiap
anak memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berasal dari faktor genetik
atau bisa juga dari faktor lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam hal
kecerdasan anak, sedangkan faktor lingkungan bisa dalam hal gaya belajar
anak.
Anak usia dini suka berfantasi dan berimajinasi. Hal ini penting bagi
pengembangan kreativitas dan bahasanya. Anak usia dini suka
membayangkan dan mengembangkan suatu hal melebihi kondisi yang
nyata. Salah satu khayalan anak misalnya kardus, dapat dijadikan anak
sebagai mobil-mobilan. Menurut Berg, rentang perhatian anak usia 5 tahun
47
untuk dapat duduk tenang memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10 menit,
kecuali hal-hal yang biasa membuatnya senang. Anak sering merasa bosan
dengan satu kegiatan saja. Bahkan anak mudah sekali mengalihkan
perhatiannya pada kegiatan lain yang dianggapnya lebih menarik. Anak
yang egosentris biasanya lebih banyak berpikir dan berbicara tentang diri
sendiri dan tindakannya yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya,
misalnya anak masih suka berebut mainan dan menangis ketika
keinginannya tidak dipenuhi. Anak sering bermain dengan teman-teman di
lingkungan sekitarnya. Melalui bermain ini anak belajar bersosialisasi.
Apabila anak belum dapat beradaptasi dengan teman lingkungannya, maka
anak anak akan dijauhi oleh teman-temannya. Dengan begitu anak akan
belajar menyesuaikan diri dan anak akan mengerti bahwa dia
membutuhkan orang lain di sekitarnya.
2.4.3 Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut Bredekamp dan Coople (Siti Aisyah dkk, 2010: 1.17-1.23),
beberapa prinsip perkembangan anak usia dini yaitu sebagai berikut:
Aspek-aspek perkembangan anak seperti aspek fisik, sosial, emosional,
dan kognitif satu sama lain saling terkait secara erat. Perkembangan anak
tersebut terjadi dalam suatu urutan yang berlangsung dengan rentang
bervariasi antar anak dan juga antar bidang perkembangan dari masing-
masing fungsi. Perkembangan berlangsung ke arah kompleksitas,
organisasi, dan internalisasi yang lebih meningkat. Pengalaman pertama
anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan
48
anak. Perkembangan dan belajar dapat terjadi karena dipengaruhi oleh
konteks sosial dan kultural yang merupakan hasil dari interaksi
kematangan biologis dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
tempat anak tinggal. Perkembangan mengalami percepatan bila anak
memiliki kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan
yang baru diperoleh dan ketika mereka mengalami tantangan. Sarana
penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak serta
merefleksikan perkembangan anak yaitu dengan bermain. Melalui bermain
anak memiliki kesempatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya
sehingga anak disebut dengan pembelajar aktif. Anak akan berkembang
dan belajar dengan baik apabila berada dalam suatu konteks komunitas
yang aman (fisik dan psikologi), menghargai, memenuhi kebutuhan-
kebutuhan fisiknya, dan aman secara psikologis. Anak menunjukkan cara
belajar yang berbeda untuk mengetahui dan belajar tentang suatu hal yang
kemudian mempresentasikan apa yang mereka tahu dengan cara mereka
sendiri.
Dari berbagai uraian, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip anak
usia dini adalah anak merupakan pembelajar aktif. Perkembangan dan
belajar anak merupakan interaksi anak dengan lingkungan antara lain
melalui bermain. Bermain itu sendiri merupakan sarana bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak. Melalui bermain anak memiliki
kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan yang baru diperoleh
sehingga perkembangan anak akan mengalami percepatan.
49
2.5 KERANGKA BERFIKIR
(Tabel 1: Bagan Kerangka Berpikir)
Berdasarkan tabel 1 gambar bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Anak usia dini adalah anak yang selalu mengikuti perkembangan zaman,
dan dengan adanya modernisasi warisan kebudayaan indonesia semakin terpuruk
dan jauh dari kehidupan anak usia dini. Budaya indonesia semakin tergeser
dengan budaya asing yang muncul pada zaman yang modern, pengenalan warisan
budaya pada anak usia dini dirasa semakin susah, karena anak usia dini
menganggap warisan budaya adalah hal yang kuno sehingga pengetahuan anak
terhadap warisan budaya sangatlah kurang. Media pendukung tentang warisan
Permasalahan Kurangnya pengetahuan anak
usia dini terhadap warisan budaya
Permasalahan Kurangnya media tentang
warisan budaya untuk anak usian dini
Pembuatan desain buku
Penggunaan Novel Graphic
Hipotesis 1 Terdapat perbedaan pengetahuan tentang
warisan budaya
Hipotesisi 2 Terdapat peningkatan tentang pengetahuan
warisan budaya
50
budaya untuk anak juga sangat kurang. Dengan permasalahan yang ada maka
penulis akan membuat media pembelajaran untuk pengenalan warisan budaya
pada anak terutama punakawan melalui sebuah buku novel graphic. Diharapkan
dengan adanya media ini dapat menanamkan nilai-nilai warisan budaya pada
anak.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah penelitian yang dilakukan sebelum-
sebelumnya oleh peneliti lain. Tujuannya adalah sebagai bahan masukan bagi
pemula dan untuk membandingkan antara peneliti yang satu dengan yang lain.
Dalam penelitian terdahulu akan diuraikan pokok bahasan sebagai berikut:
Penelitian yang pernah dilakukan oleh intan atikasari 2014. Mahasiswa
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, dari program studi S1
Desain Komunikasi Visual, dengan judul Novel Grafis Pewayangan Astabasu,
penelitian ini dilakukan pada dua target audiens yaitu anak usia 6-8 tahun (target
audiens primer) dan orang tua usia 25-35 tahun (target audiens skunder).
Kesimpulan setelah melakukan wawancara mendalam dengan target audiens dapat
disimpulkan bahwa dengan pembuatan novel grafis pewayangan jawa ini mampu
memberikan respon yang baik dari anak pada orang tua, tidak hanya hubungan
baik yang timbul namun juga pesan moral yang disampaikan dari cerita wayang
Astabasu, anak pun mampu menyukai kebudayaan Jawa sejak dini.
51
2.7 HIPOTESIS
Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih
perlu pembuktian (Sutrisno Hadi, 2000: 210). Sedangkan menurut suharsimi
arikunto (1997: 64) hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan teori di atas, maka dapat dibuat rumusan hipotesis, yaitu :
1. Terdapat perbedaan pengetahuan tentang warisan budaya pada anak usia
dini ditinjau dari penggunaan novel graphic punakawan.
2. Terdapat peningkatan pengetahuan tentang warisan budaya pada anak usia
dini ditinjau dari penggunaan novel graphic punakawan.
87
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penggunaan novel graphic punakawan untuk
mengetahui perbedaan dan peningkatan pengetahuan warisan budaya pada anak
usia dini maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan pengetahuan tentang warisan budaya pada anak usia
dini ditinjau dari penggunaan Novel Graphic Jelajah Budaya Bersama
Punakawan. Hal ini dapat dilihat dari uji beda pada paired sample t-Test
yaitu terdapat perbedaan antara nilai pretest dan nilai posttest pada
kelompok eksperimen.
2. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
pengetahuan warisan budaya pada anak usia dini setelah diberikan buku
Novel Graphic Jelajah Budaya Bersama Punakawan. Dilihat dari nilai rata-
rata pretest dan nilai rata-rata postest terdapat peningkatan sebesar 28 %.
Peniingkatan tersebut menunjukkan bahwa nilat posttest lebih tinggi dari
pada nilai pretest.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan
saran sebagai berikut :
88
1. Bagi Yayasan
a. Memperbaharui kurikulum dengan memasukkan tema kebudayaan
terutama kebudayaan lokal Jawa Tengah.
b. Menambah sarana dan prasarana untuk mengenalkan warisan budaya
atau kebudayaan pada anak usia dini,
c. Lebih banyak mengadakan kegiatan kebudayaan supaya anak-anak
dapat lebih memahami kebudayaan-kebudayaan lokal.
2. Bagi Pendidik
a. Untuk memanfaatkan media yang ada sebagai pengenalan pengetahuan
tentang kebudayaan pada anak usia dini.
b. Dapat mengimplementasikan pembelajaran dan kegiatan yang ada di
sekolah pada kebudayaan.
3. Bagi Orang Tua
a. Kenalkan anak pada kebudayaan Jawa Tengah terutama pada macam-
macam warisan budayanya, bisa dilakukan dengan mengajak anak
berwisata ke tempat warisan budaya.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang pendidikan sejarah
untuk anak usia dini diharapkan dapat memperdalam dan memperluas
kajian maupun referensi mengenai faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi pegetahuan warisan budaya. Peneliti selanjutnya juga dapat
menggunakan pendekatan kuatitatif sekaligus kualitatif untuk memperoleh
data yang lebih spesifik agar hasil penelitian lebih baik.
89
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sachari. (2007). Budaya Visual Indonesia. Jakarta: Erlangga Arikunto, & Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Ardian Kresna. (2012). Punakawan. Yogyakarta: Narasi Azhar, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press. Darsono, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV. IKIP
Semarang Press. Diana, AR. 2013. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Anak dengan
Memanfaatkan Media Pembelajaran Berbasis Flash di TK B Al-Madina Semarang Tahun 2012/2013.Skripsi. Teknologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Diana. 2013. Model-Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Jogjakarta:
Deepublish. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Profinsi Jawa Tengah (2015). Rapat
Koordinasi Pusat dan Daerah Bidang Kebudayaan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Profinsi Jawa Tengah
Dwi Umi Rachmawati. (2013). Penanaman Pendidikan Karakter Melalui
Dongeng (Folktale) Dengan Media Wayang Pada Anak Usia Dini di TK Pelita Kecamatan Subah Kabupaten Batang. Semarang: UNNES
Ferdinandus, Pieter.E.J. 2003. Alat Musik Jawa Kuno. Yogyakarta: Yayasan
Mahardhika. Handayani, Ni Wayan Kiki, dkk. (2016). Penerapan Metode Bercrita
Berbantuan Media Wayang Kertas Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Kelompok A. e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha. 4(2). 1-11.
Hasnida. (2014). Media Pembelajaran Kreatif Mendukung Pengajaran Pada
Anak Usia Dini. Jakarta Timur: PT.Luxima Metro Media. Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan anak jilid 1.Jakarta : erlangga
90
Indarni, Novita D. 2012. Efektivitas Cerita Bergambar Terhadap Pemahaman Peran Gender Pada Anak Di Taman Kanak-Kanak. Semarang: Unnes.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Depdikbud
Musthafa, Fahim. (2005). Agar Anak Anda Gemar Membaca. Bandung:
Hikmah. Nurgiyantoro, Burhan. (2011). Wayang dan Pengembangan Karakter Bangsa.
Jurnal Pendidikan Karakter FBS Universitas Negeri Yogyakarta. 18-34. Permendiknas No. 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia
Dini. Kementrian Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Rahyono, F.X. (2015). Kearifan Budaya dalam Kata edisi revisi. Jakarta:
Wedatama Widya Sastra. Sadiman, A. (2011). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekom Depdikbud dan CV Rajawali.
Soewito, DS. 2009. Mengenal Berbagai Alat Musik (Tradisional & Non Tradisional). Jogjakarta: Titik Terang.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA Sukinah. 2011. Seni Gamelan Jawa Sebagai Alternatif Pendidikan Karakter
Bagi Anak Autis. Seminar Nasional Revitalisasi NilaiNilai Budaya jawa dalam Membentu Generalisasi yang Berkarakter. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Suprapti. 2006. Mengoptimalkan Kecerdasan Anak Usia TK Melalui Musik.
TA PGTK. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif:
Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Vincent Subrata. (2012) Punakawan And His Journey. Yogyakarta: Narasi Warih J, Margono N. 51 Karakter Tokoh Wayang Populer. Klaten: PT
HAFAMIRA
91
Wiyani, Novan Ardy (2013) bina karakter anak usia dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Yunanto ,Galih Tri.Perancangan Novel Grafis Adaptasi Dari Novel
Pramoedya Ananta Toer. Studi Kasus Novel : Sekali Peristiwa Di Banten Selatan’.2007