PENGGUNAAN AGGLOMERATIVE HIERARCHICAL CLUSTERING UNTUK PENGELOMPOKAN SISWA BERDASARKAN KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SPIRITUAL SERTA KARAKTER SISWA (Studi pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 2 Bangkalan Tahun Akademik 2016/2017) SKRIPSI oleh: FI’LIYAH WARDANI 135090500111005 PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
73
Embed
PENGGUNAAN AGGLOMERATIVE HIERARCHICAL ...repository.ub.ac.id/4191/1/FI’LIYAH WARDANI.pdf(Studi pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 2 Bangkalan Tahun Akademik 2016/2017) Dengan ini menyatakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGGUNAAN AGGLOMERATIVE HIERARCHICAL
CLUSTERING UNTUK PENGELOMPOKAN SISWA
BERDASARKAN KECERDASAN INTELEKTUAL,
EMOSIONAL DAN SPIRITUAL SERTA KARAKTER SISWA
(Studi pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 2 Bangkalan
Tahun Akademik 2016/2017)
SKRIPSI
oleh:
FI’LIYAH WARDANI
135090500111005
PROGRAM STUDI STATISTIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
i
PENGGUNAAN AGGLOMERATIVE HIERARCHICAL
CLUSTERING UNTUK PENGELOMPOKAN SISWA
BERDASARKAN KECERDASAN INTELEKTUAL,
EMOSIONAL DAN SPIRITUAL SERTA KARAKTER SISWA
(Studi pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 2 Bangkalan
Tahun Akademik 2016/2017)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains dalam bidang Statistika
oleh :
FI’LIYAH WARDANI
135090500111005
PROGRAM STUDI STATISTIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ii
LEMBAH PENGESAHAN SKRIPSI
PENGGUNAAN AGGLOMERATIVE HIERARCHICAL
CLUSTERING UNTUK PENGELOMPOKAN SISWA
BERDASARKAN KECERDASAN INTELEKTUAL,
EMOSIONAL DAN SPIRITUAL SERTA KARAKTER SISWA
(Studi pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 2 Bangkalan
Tahun Akademik 2016/2017)
oleh :
FI’LIYAH WARDANI
135090500111005
Setelah dipertahankan di depan Majelis Penguji
pada tanggal 11 Juli 2017
dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains dalam bidang Statistika
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Solimun, MS
NIP. 196112151987031002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Matematika
Fakultas MIPA
Universitas Brawijaya
Ratno Bagus Edy Wibowo, S.Si., M.Si., Ph.D.
NIP. 197509082000031003
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Fi’liyah Wardani
NIM : 135090500111005
Jurusan : Matematika/Statistika
Judul Skripsi :
PENGGUNAAN AGGLOMERATIVE HIERARCHICAL
CLUSTERING UNTUK PENGELOMPOKAN SISWA
BERDASARKAN KECERDASAN INTELEKTUAL,
EMOSIONAL DAN SPIRITUAL SERTA KARAKTER SISWA
(Studi pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 2 Bangkalan
Tahun Akademik 2016/2017)
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Isi dari Skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya
sendiri dan tidak menjiplak karya orang lain, selain nama-
nama yang bermaktub di isi dan tertulis di daftar pustaka
dalam Skripsi ini.
2. Apabila dikemudian hari ternyata Skripsi yang saya tulis
terbukti hasil jiplakan, maka saya akan bersedia
menanggung segala risiko yang akan saya terima.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.
Malang, 11 Juli 2017
Yang menyatakan,
Fi’liyah Wardani
NIM. 135090500111005
iv
PENGGUNAAN AGGLOMERATIVE HIERARCHICAL
CLUSTERING UNTUK PENGELOMPOKAN SISWA
BERDASARKAN KECERDASAN INTELEKTUAL,
EMOSIONAL DAN SPIRITUAL SERTA KARAKTER SISWA
(Studi pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 2 Bangkalan
Tahun Akademik 2016/2017)
ABSTRAK
Analisis cluster merupakan analisis multivariat untuk
mengelompokkan objek pengamatan berdasarkan kemiripan antar
objek. Metode agglomerative hierarchical clustering merupakan
teknik pengelompokan dengan banyak cluster belum diketahui
dimana pengelompokan objek dilakukan dengan penggabungan.
Penerapan agglomerative hierarchical clustering dengan pendekatan
jarak squared Euclidean pada penelitian ini digunakan untuk
mengetahui pengelompokan siswa kelas XII SMAN 2 Bangkalan
berdasarkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual serta
karakter siswa. Dengan mempertimbangkan nilai rasio simpangan
baku dalam cluster dan simpangan baku antar cluster diperoleh 3
cluster. Cluster 1 terdiri dari 48,7% siswa kelas reguler yang
diklasifikasikan sebagai siswa yang memiliki tingkat kecerdasan dan
karakter yang rendah. Cluster 2 terdiri dari 51,3% siswa kelas reguler
dan 77,3% siswa kelas unggulan yang diklasifikasikan sebagai siswa
yang memiliki tingkat kecerdasan dan karakter yang sedang. Cluster
3 terdiri dari 22,7% siswa kelas unggulan yang diklasifikasikan
sebagai siswa yang memiliki tingkat kecerdasan dan karakter yang
tinggi. Hasil pengelompokan ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan pihak sekolah dalam menentukan syarat siswa baru
masuk kelas unggulan.
Kata Kunci : agglomerative hierarchical clustering, squared
Euclidean, kelas unggulan, kecerdasan, karakter
v
THE USE OF AGGLOMERATIVE HIERARCHICAL
CLUSTERING FOR GROUPING STUDENTS BASED ON
INTELLECTUAL, EMOTIONAL AND SPIRITUAL
INTELLIGENCE AND THE CHARACTER OF STUDENTS
(Study on The Students of Grade XII Senior High School 2
Bangkalan School Year 2016/2017)
ABSTRACT
Cluster analysis is a multivariate analysis to classify object of
observation based on similarity between objects. Agglomerative
hierarchical clustering method is a grouping technique with unknown
number of clusters where grouping of objects by merging. The
application of agglomerative hierarchical clustering with Euclidean
squared distance approach in this research is used to grouping students
of the class XII Senior High School 2 Bangkalan based on intellectual,
emotional, and spiritual intelligence and the character of students.
Considering the ratio of the standard deviation in the cluster and the
standard deviation between the clusters obtained by 3 clusters. Cluster
1 consists of 48.7% of regular class students who are classified as
students who have low intelligence and character. Cluster 2 consists
of 51.3% of regular class students and 77.3% of superior class students
are classified as students who have medium intelligence and character.
Cluster 3 consists of 22.7% of superior class students who are
classified as students who have high intelligence and character.
Therefore, the results of this grouping can be utilized as a
consideration of the school in determining the requirements of new
Tabel 3.2 Hasil validitas dan reliabilitas pilot test I ...................... 33 Tabel 3.3 Hasil validitas dan reliabilitas pilot test II ..................... 35 Tabel 3.4 Ukuran sampel masing-masing strata ............................ 37
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif dari 3 Variabel ................................ 44 Tabel 4.2 P-value Korelasi Pearson Antar Variabel ..................... 45
Tabel 4.3 Hasil Analisis Komponen Utama .................................. 46 Tabel 4.4 Perubahan persentase metode Single Linkage ........... 47 Tabel 4.5 Perubahan persentase metode Complete Linkage .......... 48 Tabel 4.6 Perubahan persentase metode Average Linkage ............ 49
Tabel 4.7 Perubahan persentase metode Centroid......................... 49 Tabel 4.8 Perubahan persentase metode Ward .............................. 50 Tabel 4.9 Rasio simpangan baku dalam dan antar kelompok
untuk setiap metode pautan ........................................... 51
Tabel 4.10 Perubahan persentase metode Centroid lanjutan ........... 52
Tabel 4.11 Rata-rata 4 variabel untuk setiap cluster ....................... 53
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 2.2 dapat diketahui
bahwa pada item E1.1 skor 1 berubah menjadi skala 0,000, skor 2
berubah menjadi skala 1,529, skor 3 berubah menjadi skala 2,353, skor
4 berubah menjadi skala 3,103 dan skor 5 berubah menjadi skala
4,136. Perhitungan Summated Rating Scale dilakukan pada masing-
masing pernyataan. Untuk mendapatkan data variabel laten, hasil
perskalaan ini dijumlahkan untuk masing-masing variabel.
2.9 Pemeriksaan Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2010), instrumen penelitian adalah alat
bantu yang dapat digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti
lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Suryabrata (2008) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat
yang digunakan untuk merekam keadaan dan aktivitas atribut-atribut
psikologis. Data yang telah diperoleh harus diperiksa untuk
mengetahui keabsahan dan kehandalan instrumen penelitian.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah validitas dan reliabilitas.
2.9.1 Validitas
Instumen penelitian yang berupa kuesioner merupakan alat
bantu bagi peneliti untuk mengukur variabel tertentu. Penyusunan
kuesioner harus diperhatikan karena kuesioner merupakan alat untuk
mendapatkan data. Oleh karena itu, sangat penting mengukur
kesahihan suatu instrumen penelitian melalui pemeriksaan validitas
instrumen. Menurut Solimun (2010), validitas instrumen digunakan
untuk menunjukkan suatu instumen mampu mengukur apa yang harus
diukur.
Pemeriksaan validitas instrumen menggunakan corrected item-
total correlation dengan persamaan sebagai berikut (Azwar, 2012):
21
𝑟𝑞(𝑡−𝑞) =𝑟𝑞𝑡𝑠𝑡−𝑠𝑞
√𝑠𝑞2+𝑠𝑡
2−2𝑟𝑞𝑡𝑠𝑞𝑠𝑡
(2.31)
keterangan:
𝑟𝑞(𝑡−𝑞) : koefisien korelasi dari item ke-q dengan total skor
(kecuali item ke-q)
𝑟𝑞𝑡 : koefisien korelasi item ke-q dengan total skor
𝑠𝑞 : standar deviasi item ke-q
𝑠𝑡 : standar deviasi total skor
Masrun dalam Solimun (2010) berpendapat bahwa apabila
koefisien korelasi positif ≥ 0,3 maka item yang bersangkutan dianggap
valid. Apabila item dalam instrumen penelitian tersebut sudah valid
maka dilanjutkan dengan pemeriksaan reliabilitas instrumen.
2.9.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat
kehandalan suatu instrumen, yang berarti reliabilitas ini menyangkut
ketepatan alat ukur. Jika suatu pengukuran dilakukan beberapa kali
terhadap suatu objek amatan dan memberikan hasil yang selalu sama
atau hampir sama, maka pengukuran tersebut dapat dihandalkan
(Morrison, 1990).
Cronbach’s Alpha dapat digunakan untuk pemeriksaan
reliabilitas instrumen penelitian. Teknik ini biasanya digunakan untuk
mengukur instrumen penelitian jika jawaban yang diberikan
responden berupa skala atau memberikan penilian sikap. Usman dan
Akbar (2012) menjelaskan bahwa pemeriksaan reliabilitas dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝛼 = (𝑚
𝑚−1) (1 −
∑𝑠𝑞2
𝑠𝑡2 ) (2.32)
keterangan:
𝛼 : koefisien Cronbach’s Alpha
𝑚 : banyak item pernyataan
𝑠𝑞2 : ragam item ke-q
𝑠𝑡2 : ragam total skor
Malhotra dalam Solimun (2010) menyatakan bahwa jika α ≥ 0,6
maka menunjukkan instrumen tersebut reliabel. Apabila instrumen
penelitian sudah valid dan reliabel maka dapat dikatakan bahwa
instrumen tersebut sudah layak digunakan untuk penelitian.
22
2.10 Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual (IQ) merupakan istilah yang digunakan
untuk mengukur tingkat kecerdasan individu. IQ pertama kali
diperkenalkan oleh ahli psikologi dari Perancis, Alfred Binet pada
awal abad ke-20. IQ adalah sebuah kecerdasan formal yang
mempelajari cara memanipulasi dan menggunakan aturan-aturan
formal, seperti aturan-aturan tata bahasa atau aturan aritmatika (Zohar
dan Marshall, 2005). Orang dengan IQ tinggi kemungkinan
mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, memiliki
pendapatan lebih tinggi, lebih maksimal dalam melaksanakan
pekerjaan mereka, lebih sedikit melakukan tindak kriminal dan
memunyai kesehatan yang lebih baik.
Terdapat tujuh dimensi dalam IQ (Robbins, 2006), yaitu:
1. Kemampuan numerik, yaitu kemampuan untuk menghitung
dengan cepat dan akurat.
2. Pemahaman verbal, yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca
dan didengar dan hubungan antara kata.
3. Kecepatan perseptual, yaitu kemampuan mengidentifikasi
kesamaan dan perbedaan visual dengan cepat dan akurat.
4. Penalaran induktif, yaitu kemampuan mengidentifikasi rangkaian
logis masalah dan kemudian memecahkan masalah tersebut.
5. Penalaran deduktif, yaitu kemampuan menggunakan logika dan
menilai implikasi argumentasi.
6. Visualisasi ruangan, yaitu kemampuan menggambarkan
bagaimana penampakan objek tertentu jika posisinya dalam
ruangan diubah.
7. Memori, yaitu kemampuan mempertahankan dan mengingat
kembali pengalaman masa silam.
Kecerdasan intelektual dapat dinyatakn dalam bentuk
Intellligence Quetient (IQ), yang dihitung berdasarkan perbandingan
antara tingkat kemampuan mental (mental age) dengan tingkat usia
(chronological age) dikalikan 100 (Chaplin, 1995), seperti berikut:
𝐼𝑄 =𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑔𝑒
𝑐ℎ𝑟𝑜𝑛𝑜𝑙𝑜𝑔𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑎𝑔𝑒× 100 (2.33)
Dalam membuat pertimbangan untuk menafsirkan arti IQ
seseorang dapat menggunakan klasifikasi berikut:
23
Tabel 2.3 Klasifikasi Intellligence Quetient (IQ)
Intellligence Quetient (IQ) Klasifikasi
˃ 170
140 – 169
120 – 139
110 – 119
90 – 109
80 – 89
70 – 79
30 – 69
˂ 29
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Genius
Sangat superior
Superior
Rata-rata atas
Rata-rata
Rata-rata bawah
Borderline
Difektif secara mental
Tidak terklasifikasi
2.11 Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional (EQ) pertama kali diperkenalkan oleh
Daniel Goleman pada tahun 1990-an. Tulisan Goleman didasarkan
pada riset di universitas-universitas terkemuka Amerika oleh para
neurosaintis yang mencatat bahwa emosi manusia merupakan faktor
penting dalam kecerdasan manusia (Zohar dan Marshall, 2005).
Secara garis besar, Goleman (1999) yang mengadaptasi model
Salovey-Mayer membagi EQ ke dalam lima unsur yang meliputi
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, kesadaran sosial, dan
keterampilan sosial.
1. Kesadaran diri (self awareness) merupakan kemampuan mengenali
perasaan dan keadaan diri sendiri, kesukaan serta sumberdaya yang
disertai pemikiran dalam mengambil keputusan.
2. Pengaturan diri (self regulation) merupakan kemampuan dalam
mengelola perasaan dan keadaan diri sendiri, impuls serta
sumberdaya.
3. Motivasi diri (self motivation) merupakan kecenderungan emosi
untuk meningkatkan atau memenuhi suatu keinginan.
4. Kesadaran sosial (social awareness) merupakan kesadaran akan
perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain.
5. Keterampilan sosial (social skill) merupakan kemampuan dalam
menangani emosi orang lain.
Dari lima unsur tersebut, akan diketahui tingkat kecerdasan
emosional seseorang menggunakan Method of Summated Rating dari
Likert. Hasilnya akan disimpulkan dalam tiga kategori tingkatan yaitu:
1. Tingkat kecerdasan emosional tinggi, apabila jumlah skor jawaban
yang didapat 76%-100%
24
2. Tingkat kecerdasan emosional sedang, apabila jumlah skor
jawaban yang didapat 51%-75%
3. Tingkat kecerdasan emosional rendah, apabila jumlah skor
jawaban yang didapat 25%-50%
2.12 Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual (SQ) ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian
Marshall pada pertengahan tahun 2000. Istilah spriritual berasal dari
bahasa latin spiritus, yang berarti sesuatu yang memberikan kehidupan
atau vitalitas pada sebuah sistem. Menurut Zohar dan Marshall (2005),
kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai. Kecerdasan spiritual juga
dapat diartikan sebagai kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan
hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang
lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan yang berkaitan dengan hal-hal transenden, serta hal
yang mengatasi waktu. Kecerdasan ini melampaui pengalaman
manusia dan merupakan bagian terdalam dan terpenting dari manusia.
Danah Zohar dan Ian Marshall dalam Sukidi (2004)
memberikan delapan elemen untuk menguji secara awal sejauh mana
kualitas kecerdasan spiritual kita. Barometer kepribadian yang dipakai
meliputi:
1. Kapasitas diri untuk bersikap fleksibel, seperti aktif dan adaptif
secara spontan.
2. Level kesadaran diri (self awareness) yang tinggi.
3. Kapasitas diri untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
(suffering).
4. Kualitas hidup yang terinspirasi dengan visi dan nilai-nilai.
5. Kengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
(unnecessary harm).
6. Memiliki cara pandang yang holistik, dengan memiliki
kecenderungan untuk melihat keterkaitan di antara segala seuatu
yang berbeda.
7. Memiliki kecenderungan untuk bertanya: “Mengapa?” atau
“Bagaimana jika?” dan cenderung untuk mencari jawaban-
jawaban yang fundamental.
8. Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai “field-
independent” (berpikir bebas), yaitu memiliki kemudahan untuk
bekerja melawan konvensi.
25
2.13 Karakter
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas dalam Suyadi (2013),
karakter diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Arti karakter
secara kebahasaan yang lain adalah huruf, angka, ruang atau simbol
khusus yang dimunculkan pada layar dengan papan ketik. Artinya,
orang yang berkarakter adalah orang yang berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak tertentu dan watak
tersebut yang membedakan dirinya dengan orang lain.
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) telah
merumuskan 18 nilai karakter yang akan ditanamkan dalam diri
peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa. Berikut 18
nilai karakter versi Kemendiknas dalam buku Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas
melalu Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum
(Kementerian Pendidikan Nasional, 2011).
a. Religius, yaitu sikap dan perilaku yang taat dan patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dan
berdampingan.
b. Jujur, yaitu sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan, dan perbuatan, sehingga menjadi pribadi
yang dapat dipercaya.
c. Toleransi, yaitu sikap dan perilaku yang menghargai perbedaan
agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat,
dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya.
d. Disiplin, yaitu tindakan yang mencerminkan perilaku tertib dan
patuh pada segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
e. Kerja keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan tugas dan pekerjaan.
f. Kreatif, yaitu sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi
dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu
menemukan cara-cara baru bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik
dari sebelumnya.
g. Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas maupun persoalan.
h. Demokratis, yaitu cara bersikap, cara berpikir, dan bertindak yang
menilai sama hak dan kewajiban antara dirinya dengan orang lain.
26
i. Rasa ingin tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j. Semangat kebangsaan, yaitu sikap dan tindakan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan
diri sendiri dan kelompok.
k. Cinta tanah air, yaitu cara berpikir, bersikap, dan berperilaku yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadal bahasa, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
l. Menghargai prestasi, yaitu sikap terbuka terhadap prestasi orang
lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi
semangat berprestasi yang lebih tinggi.
m. Komunikatif, yaitu tindakan yang memperhatikan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain melalui
komunikasi yang santun.
n. Cinta damai, yaitu sikap dan perilaku yang menyebabkan orang
lain merasa damai, aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran
dirinya.
o. Gemar membaca, yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
p. Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya
menjaga dan melestarikan lingkungan.
q. Peduli sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberikan bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
r. Tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan
dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara maupun
agama.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sumber Data
Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA
Negeri 2 Bangkalan. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner
yang disebarkan kepada siswa. Data primer berupa EQ, SQ, dan
karakter siswa. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi hasil tes IQ
dari Guru Pembimbing Konseling kelas XII. Data sekunder berupa IQ
siswa.
3.2 Variabel Penelitian dan Operasional Penelitian
Beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ),
kecerdasan spiritual (SQ), dan karakter siswa. Berikut penjelasan
mengenai variabel-variabel tersebut.
a. Kecerdasan Intelektual (X1)
Kecerdasan intelektual dalam penelitian ini merupakan
tingkat kecerdasan intelektual siswa kelas XII SMA Negeri 2
Bangkalan. Data diperoleh dari dokumentasi hasil tes IQ yang
pernah dilaksanakan pihak sekolah yang bekerjasama dengan
Yayasan Bina Psikologi Surabaya.
b. Kecerdasan Emosional (X2)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali
perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri
sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan
dalam hubungan dengan orang lain. Instrumen penelitian ini dibuat
berdasarkan indikator-indikator kecerdasan emosional yang
dirumuskan oleh Goleman (1999) dari adaptasi model Salovey-
Mayer.
c. Kecerdasan Spiritual (X3)
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sudah ada dalam
setiap manusia sejak lahir yang membuat manusia menjalani hidup
penuh makna. Instrumen penelitian ini dibuat berdasarkan
indikator-indikator kecerdasan spiritual yang diadaptasi dari Zohar
dan Marshall (2005).
d. Karakter Siswa (X4)
Karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama,
28
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Instrumen penelitian ini dibuat berdasarkan indikator-indikator
yang disusun oleh Kemendiknas (2011).
3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan kuesioner mengenai variabel EQ, SQ, dan karakter siswa.
Instrumen penelitian ini berguna untuk menyusun daftar pernyataan
dalam kuesioner. Instrumen penelitian ini merupakan hasil modifikasi
dari beberapa kuesioner peneliti sebelumnya.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Indikator Item Value
EQ
Kesadaran diri
Penilaian diri secara
akurat Frekuensi
Percaya diri Intensitas
Pengaturan
diri
Menepati janji Frekuensi
Pengendalian diri Frekuensi
Cara bergaul Kemudahan
Motivasi diri
Inisiatif Kesenangan
Optimisme Kemauan
Dorongan menjadi lebih
baik Frekuensi
Kesadaran
sosial
Membantu orang lain Kemauan
Mengembangkan orang
lain Kemauan
Menghargai
keberhasilan orang lain Kemauan
Mengatasi keragaman Frekuensi
Kesadaran politis Frekuensi
Keterampilan
sosial
Komunikasi Kemampuan Katalisator perubahan Kemampuan Manajemen konflik Kemampuan Kerjasama Kemampuan Pemimpin Kemampuan Membangun hubungan Kemampuan Pengaruh Frekuensi
29
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Indikator Item Value
SQ
Bersikap
fleksibel
Adaptibilitas Kemudahan
Menghargai orang
lain Kemauan
Spontanitas Kemauan
Self awareness Frekuensi
Suffering
Kesabaran Kemampuan
Menerima
kenyataan hidup Kemudahan
Tidak pernah
mengeluh Frekuensi
Belajar dari
pengalaman Kemampuan
Bangkit dari depresi Kecepatan
Memiliki visi
dan misi
Tujuan hidup Pemahaman
Menjalankan
perintah-Nya Frekuensi
Prioritas ke masa
depan Pemahaman
Unnecessary
harm
Hidup yang
bermanfaat Frekuensi
Memperhatikan
risiko Frekuensi
Menghindari
perbuatan sia-sia Kemampuan
Holistik
Dampak dari sikap
hari ini Pemahaman
Nama baik sekolah Pemahaman
Semua peristiwa
berhubungan Keyakinan
Kecenderungan
bertanya
Senang bertanya Frekuensi
Senang mencari
tahu Frekuensi
Tidak malu
bertanya Frekuensi
30
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Indikator Item Value
SQ Field
independent
Bersikap sosialisme Frekuensi
Mampu menghadapi
kegagalan Kemampuan
Menyukai pekerjaan
menantang Kesenangan
Berusaha mencapai
target maksimal Kemampuan
Karakter
Religius
Mengucapkan
syukur Frekuensi
Berdoa Frekuensi
Jujur
Tidak pernah
menyontek Frekuensi
Tidak suka mencari-
cari alasan Frekuensi
Toleransi
Menghargai
pendapat orang lain Frekuensi
Lapang dada saat
pendapat tidak
diterima
Frekuensi
Disiplin
Masuk sekolah tepat
waktu Frekuensi
Kerapian pakaian Frekuensi
Kerja keras
Fokus pada
pelajaran Frekuensi
Tidak mudah putus
asa Kemudahan
Kreatif
Punya gagasan baru Kemampuan
Menanyakan segala
hal Frekuensi
Mandiri
Tidak bergantung
pada orang lain Frekuensi
Membuat catatan
sendiri Frekuensi
Demokratis
Menegakkan
keadilan Frekuensi
Menerima hasil
mufakat Kemauan
31
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Indikator Item Value
Karakter
Rasa ingin
tahu
Bertanya ke guru Kemauan
Menghadapi
kesulitan Kemauan
Semangat
kebangsaan
Lomba hari
kemerdekaan Frekuensi
Hari besar
bersejarah Frekuensi
Cinta tanah
air
Peraturan sekolah Kepatuhan
Berbahasa
Indonesia Kebanggaan
Menghargai
prestasi
Memberi selamat Kemauan
Merasa senang Frekuensi
Komunikatif
Bersalaman dengan
guru Frekuensi
Menyapa teman Frekuensi
Cinta damai
Tidak pernah
membuat gaduh Frekuensi
Menyelesaikan
masalah secara
damai
Frekuensi
Gemar
membaca
Membaca dengan
sungguh-sungguh Kesungguhan
Membaca sangat
bermanfaat Intensitas
Peduli
lingkungan
Membuang sampah
pada tempatnya Frekuensi
Tidak pernah
mencoret bangku Frekuensi
Peduli sosial
Menjenguk teman
sakit Frekuensi
Menyumbang pada
korban bencana Frekuensi
Tanggung
jawab
Tugas yang tidak
disukai Frekuensi
Piket Frekuensi
32
Dalam penelitian ini, responden diminta untuk memberikan
penilaian terhadap dirinya sendiri berkaitan dengan EQ, SQ, dan
karakter siswa. Responden memiliki lima alternatif jawaban pada
setiap item dengan skala antara 1 sampai 5, yaitu:
1. Sangat tidak setuju, artinya pernyataan yang diajukan sangat tidak
sesuai dengan apa yang responden rasakan. Jawaban ini bernilai 1.
2. Tidak setuju, artinya pernyataan yang diajukan tidak sesuai dengan
apa yang responden rasakan. Jawaban ini bernilai 2.
3. Netral, artinya responden tidak dapat berpendapat atas pernyataan
yang diajukan Jawaban ini bernilai 3.
4. Setuju, artinya pernyataan yang diajukan sesuai dengan apa yang
responden rasakan. Jawaban ini bernilai 4.
5. Sangat setuju, artinya pernyataan yang diajukan sangat sesuai
dengan apa yang responden rasakan. Jawaban ini bernilai 5.
Apabila pada kuesioner terdapat pernyataan yang negatif atau
reverse (R), maka nilai untuk alternatif jawaban tersebut dibalik.
Jawaban sangat tidak setuju bernilai 5 sampai dengan jawaban sangat
setuju bernilai 1. Sebelum menggunakan instrumen penelitian untuk
pengumpulan data lebih lanjut, perlu dilakukan uji coba instrumen
penelitian (pilot test).
3.4 Pilot Test
Untuk mengetahui bahwa instrumen penelitian yang dibuat
telah valid dan reliabel maka dilakukan pilot test. Item dikatakan valid
apabila nilai Corrected Item Total Correlation lebih dari 0,3 dan
dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha lebih dari atau sama
dengan 0,6.
Dua hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pilot test
(Mustafa, 2013), yaitu:
1. Untuk menjamin hasil yang memadai, karakteristik responden
yang digunakan untuk pilot test harus benar-benar mencerminkan
karakteristik subjek sesungguhnya.
2. Banyak responden untuk pilot test sekurang-kurangnya 30
responden.
3.4.1 Pilot Test I
Untuk pilot test I responden yang digunakan adalah siswa kelas
XII IPS 3 sebanyak 30 siswa. Instrumen penelitian untuk pilot test I
dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil pemeriksaan validitas dan
reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 9.
33
Tabel 3.2 Hasil validitas dan reliabilitas pilot test I
Variabel Item Item tidak
valid
Cronbach’s
Alpha
EQ
E1.1, E1.2 E1.1
0,640
E2.1, E2.2, E2.3 E2.2
E3.1, E3.2, E3.3 E3.1, E3.3
E4.1, E4.2, E4.3, E4.4,
E4.5
E4.1, E4.3,
E4.4
E5.1, E5.2, E5.3, E5.4,
E5.5, E5.6, E5.7
E5.1, E5.2,
E5.3, E5.7
SQ
S1.1, S1.2, S1.3 S1.3
0,765
S2.1 -
S3.1, S3.2, S3.3, S3.4,
S3.5 S3.4, S3.5
S4.1, S4.2, S4.3 S4.1, S4.2,
S4.3
S5.1, S5.2, S5.3 S5.2, S5.3
S6.1, S6.2, S6.3 S6.2
S7.1, S7.2, S7.3 -
S8.1, S8.2, S8.3, S8.4 S8.1
Karakter
K1.1, K1.2 K1.1
0,778
K2.1, K2.2 K2.2
K3.1, K3.2 K3.1, K3.2
K4.1, K4.2 K4.2
K5.1, K5.2 K5.2
K6.1, K6.2 K6.1, K6.2
K7.1, K7.2 K7.1
K8.1, K8.2 K8.1
K9.1, K9.2 K9.2
K10.1, K10.2 K10.2
K11.1, K11.2 K11.1, K11.2
K12.1, K12.2 K12.2
K13.1, K13.2 K13.2
K14.1, K14.2 K14.2
K15.1, K15.2 K15.2
K16.1, K16.2 K16.2
K17.1, K17.2 K17.1
K18.1, K18.2 K18.1
34
Berdasarkan hasil pilot test I pada Tabel 3.2 ketiga variabel
sudah reliabel tetapi masih terdapat beberapa pernyataan yang tidak
valid. Hal ini diduga karena responden tidak memahami pernyataan
yang disampaikan oleh peneliti. Oleh karena itu, dilakukan perbaikan
dalam penyusunan kalimat pernyataan pada kuesioner.
Contoh pada variabel EQ, item E1.1 dengan pernyataan “Saya
memahami dengan baik kekurangan saya”, dianggap kurang
memberikan stimulus bagi responden sehingga pernyataan diganti
menjadi “Saya sering meragukan kemampuan saya”. Item E4.1
dengan pernyataan “Saya selalu berfikir dua kali apabila akan
membantu orang lain” diganti dengan menghilangkan reverse (R) dan
mengubah menjadi kalimat positif yaitu “Saya suka membantu orang
lain”.
Contoh pada variabel SQ, item S1.3 dengan pernyataan “Saya
menerima masukan orang lain dengan senang hati”, dianggap kurang
jelas sehingga pernyataan diganti menjadi “Saya menghargai pendapat
teman ketika berdiskusi”. Item S5.2 dengan pernyataan “Saya selalu
berfikir sebelum bertindak” diganti menjadi kalimat negatif atau
reverse (R) agar tidak membosankan bagi responden, sehingga
pernyataan menjadi “Saya selalu menomorsatukan kehendak, tanpa
memerhatikan risiko”.
Contoh pada variabel karakter, item K4.2 dengan pernyataan
“Saya malas menjaga kerapian pakaian saya” diganti menjadi kalimat
positif dengan menghilangkan reverse (R), sehingga pernyataan
menjadi “Saya adalah orang yang selalu menjaga kerapian pakaian
saya”. Item K11.1 dengan pernyataan “Saya mengikuti upacara
bendera setiap hari Senin”, tidak sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya. Hal ini dikarenakan SMA Negeri 2 Bangkalan sedang
dalam masa pembangunan, sehingga upacara tidak pernah diadakan.
Pernyataan pada item K11.1 diganti menjadi “Saya sangat patuh pada
peraturan sekolah yang berlaku”. Setelah pernyataan yang tidak valid
diganti, maka dilakukan pilot test II untuk mengetahui variabel EQ,
SQ, dan karakter siswa sudah valid atau tidak.
3.4.2 Pilot Test II
Untuk pilot test II responden yang digunakan adalah siswa kelas
XII IPA 1 sebanyak 30 orang. Instrumen penelitian untuk pilot test II
dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil pemeriksaan validitas dan
reliabilitas pilot test II dapat dilihat pada Lampiran 10.
35
Tabel 3.3 Hasil validitas dan reliabilitas pilot test II