1 PENGGAMBARAN SOSOK KEPAHLAWANAN KIM IL SUNG MUDA SEBAGAI PENDIRI KOREA UTARA DALAM CERPEN BERJUDUL GAESEON KARYA HAN SUL YA Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia Ashanti Widyana, [email protected]Abstrak Penelitian ini membahas mengenai penggambaran sosok kepahlawanan Kim Il Sung muda sebagai pendiri Korea Utara melalui cerpen berjudul Gaeseon yang ditulis oleh Han Sul Ya dan dipublikasikan pada tahun 1948. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan penggambaran sosok Kim Il Sung muda sebagai ‘pahlawan’ baru untuk masyarakat Korea sejak ia kembali ke Pyeongyang setelah dua puluh tahun berlalu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan struktural untuk menganalisis unsur intrinsik cerpen Gaeseon terutama penokohan dan latar, serta teori mengenai pengkultusan individu untuk menjelaskan istilah-istilah penggambaran kepahlawanan Kim Il Sung muda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa cerpen Gaeseon merupakan cerpen propaganda untuk membangun citra Kim Il Sung di mata masyarakat Korea yang pada saat itu belum begitu mengenal sosoknya. Cerpen ini menggambarkan sosok Kim Il Sung sebagai pahlawan sekaligus pemimpin baru dengan begitu positif baik dari segi fisik, sifat, maupun pemikirannya tentang pembangunan negara. Kata kunci: kepahlawanan, Kim Il Sung, Korea Utara, pemimpin, pengkultusan individu, unsur intrinsik. ABSTRACT This research analyzes the depiction of young Kim Il Sung’s heroic image as the founder of North Korea in a short-novel entitled Gaeseon written by North Korean writer, Han Sul Ya, in 1948. The purpose of this research is to describe the depiction of young Kim Il Sung’s image as a ‘new hero’ for Korean citizens since his homecoming to Pyeongyang after twenty years had passed. The method used in this thesis is qualitative-method with structural approach to analyze the intrinsic structures of Gaeseon and the theory of cult of personality’s phenomenon to describe the terms used by Han Sul Ya to depict the heroic image of Kim Il Sung. The result of the research is Gaeseon is used as a media of propaganda to build the heroic image of Kim Il Sung in front of Korean citizens which didn’t really know him very well. This short-novel also describes Kim Il Sung as a ‘hero’ and a ‘new leader’ in a positive way from all aspects such as physical appeareance, characters, behavior, and his ideas about country development. Keywords: cult of personality, Gaeseon, heroism, intrinsic, Kim Il Sung, North Korea. Penggambaran sosok ..., Ashanti Widyana, FIB UI, 2016
17
Embed
PENGGAMBARAN SOSOK KEPAHLAWANAN KIM IL SUNG MUDA …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENGGAMBARAN SOSOK KEPAHLAWANAN KIM IL SUNG MUDA SEBAGAI PENDIRI KOREA UTARA DALAM CERPEN BERJUDUL GAESEON KARYA HAN
SUL YA
Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
Penelitian ini membahas mengenai penggambaran sosok kepahlawanan Kim Il Sung muda sebagai pendiri Korea Utara melalui cerpen berjudul Gaeseon yang ditulis oleh Han Sul Ya dan dipublikasikan pada tahun 1948. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan penggambaran sosok Kim Il Sung muda sebagai ‘pahlawan’ baru untuk masyarakat Korea sejak ia kembali ke Pyeongyang setelah dua puluh tahun berlalu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan struktural untuk menganalisis unsur intrinsik cerpen Gaeseon terutama penokohan dan latar, serta teori mengenai pengkultusan individu untuk menjelaskan istilah-istilah penggambaran kepahlawanan Kim Il Sung muda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa cerpen Gaeseon merupakan cerpen propaganda untuk membangun citra Kim Il Sung di mata masyarakat Korea yang pada saat itu belum begitu mengenal sosoknya. Cerpen ini menggambarkan sosok Kim Il Sung sebagai pahlawan sekaligus pemimpin baru dengan begitu positif baik dari segi fisik, sifat, maupun pemikirannya tentang pembangunan negara. Kata kunci: kepahlawanan, Kim Il Sung, Korea Utara, pemimpin, pengkultusan individu, unsur
intrinsik.
ABSTRACT
This research analyzes the depiction of young Kim Il Sung’s heroic image as the founder of North Korea in a short-novel entitled Gaeseon written by North Korean writer, Han Sul Ya, in 1948. The purpose of this research is to describe the depiction of young Kim Il Sung’s image as a ‘new hero’ for Korean citizens since his homecoming to Pyeongyang after twenty years had passed. The method used in this thesis is qualitative-method with structural approach to analyze the intrinsic structures of Gaeseon and the theory of cult of personality’s phenomenon to describe the terms used by Han Sul Ya to depict the heroic image of Kim Il Sung. The result of the research is Gaeseon is used as a media of propaganda to build the heroic image of Kim Il Sung in front of Korean citizens which didn’t really know him very well. This short-novel also describes Kim Il Sung as a ‘hero’ and a ‘new leader’ in a positive way from all aspects such as physical appeareance, characters, behavior, and his ideas about country development.
Keywords: cult of personality, Gaeseon, heroism, intrinsic, Kim Il Sung, North Korea.
Shahraki (2014: 52), pengkultusan individu adalah sebuah fenomena ketika seseorang
menunjukkan bahwa dirinya adalah figur seorang pahlawan masyarakat yang ideal. Ia
menggunakan media massa dan propaganda untuk memperkenalkan dirinya kepada
masyarakat melalui pemujaan sosoknya yang tidak memiliki cela. Hal ini membuatnya
menjadi seseorang yang terlindung dari kesalahan atau pun kritikan politik. Dari pengertian
ini terlihat bahwa konsep pengkultusan individu menjadikan seorang pemimpin sebagai pusat
dari segala yang ada di negara tersebut dan apapun yang terjadi, masyarakat harus tunduk
kepada pemimpin tersebut. Sosok pemimpin itu juga memiliki kekuatan yang begitu besar
hingga ia bisa mengendalikan segala aspek kehidupan politik dan media massa agar citranya
sebagai pemimpin ‘ideal’ untuk masyarakat tidak rusak.
Sejalan dengan teori ini, fenomena pengkultusan individu juga menghinggapi sosok
pemimpin seperti Kim Il Sung. Bahkan, industri pembuatan cinderamata resmi untuk Kim dan
keturunannya diawasi langsung oleh pemerintah. Sebuah perusahaan bernama Mansudae
Creation Company adalah perusahaan yang dipercaya untuk membuat karya seni berupa
patung, foto, lencana Kim, dan replika peristiwa sejarah seperti peperangan (Ko, 1994: 49).
Tidak hanya itu, Kim dan keturunannya juga menjadi tokoh utama dalam setiap karya sastra
khususnya setelah kemerdekaan. Hal ini terlihat dari berbagai karya sastra bertemakan Kim Il
Sung dan kepahlawanannya yang ditulis oleh Han Sul Ya, Jo Ki Chon, dan Im Hwa. Selain
itu, walau telah meninggal dunia pada tahun 1994, sosok Kim Il Sung sebagai pemimpin
Korea Utara tidaklah berubah. Ia tetap dianggap sebagai presiden Korea Utara dengan julukan
presiden abadi atau The Eternal President. Jasadnya beserta jasad Kim Jong Il juga tidak
dikubur melainkan diawetkan dan diletakkan di Kumsusan Palace of The Sun1 atau yang
dikenal juga dengan sebutan Kim Il Sung Maosoleum.
PENGGAMBARAN SOSOK KEPAHLAWANAN KIM IL SUNG MUDA DI DALAM
CERPEN GAESEON
Pada bagian ini, penulis menganalisis penggambaran sosok kepahlawanan Kim Il
Sung muda sebagai pendiri Korea Utara melalui analisis mendalam dari cerpen berjudul
Gaeseon. Cerpen yang ditulis oleh Han Sul Ya dan terbagi menjadi enam bagian ini pertama
kali dipublikasikan pada tahun 1948. Analisis mengenai sosok kepahlawanan Kim Il Sung
dikaji dari beberapa segi unsur intrinsik cerpen yaitu tokoh dan penokohan, serta latar.
1 Kumsusan Palace of The Sun adalah sebuah bangunan yang terletak di sebelah timur laut kota Pyeongyang dan digunakan sebagai rumah terakhir bagi jasad Kim Il Sung dan Kim Jong Il. Jasad keduanya diletakkan di dalam peti kaca transparan. Tempat ini dibangun pada tahun 1976 dan dibuka untuk wisatawan setiap hari Kamis dan Sabtu.
Ibu Changju yang pulang dengan berjalan kaki ke rumah Mangyeongdae teringat dengan wajah Jenderal Kim Il Sung sewaktu muda yang bulat seperti bulan daeboreum.
Wajahnya yang selalu tersenyum, lesung pipi yang indah dan pipi yang memperlihatkan kepekaannya setiap kali ia tersenyum, gigi gingsul yang memperlihatkan kepolosannya, mata yang tajam dan memperlihatkan kecerdasan yang tak terbatas …… semua ini tergambar kembali dengan jelas di kepala Ibu Changju seakan-akan seperti kemarin ia melihatnya.
Selain deskripsi fisik yang sempurna, tokoh Kim Il Sung juga digambarkan
sebagai tokoh yang memiliki rasa cinta tanah air dan berdedikasi tinggi dalam
membangun negara. Sebagai bukti rasa cinta tanah airnya, ia bersumpah bahwa ia tidak
akan kembali ke Pyeongyang apabila Korea belum merdeka. Ia juga sosok yang
mencintai keluarga dan ramah terhadap masyarakat. Selain itu, ia juga membawa dua
pemikiran penting mengenai masalah tanah dan pendidikan untuk membangun kembali
Korea pasca dijajah oleh Jepang. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut,
��� ���� ����� �� ��� ��� �� ����� ��� �����. ����� �� ��� �� ��� �� ��� ��� ���. ��� ���� ��� ��� ��� �� ��� ���. ��� ���� ����� “�� ��” �� ��, �� ������ � ��� ����� � �� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���. (Hlm. 145, para. 2) Terjemahan bebas: Jenderal Kim Il Sung berpikir bahwa kecerdasan yang dimiliki oleh masyarakat Joseon yang selama ini diinjak-injak oleh para penjajah harus segera diasah. Ia juga berpikir untuk memberikan ideologi yang tepat dan pendidikan kepada para petani. Jika sudah begitu, tentu saja kebijaksanaan yang mencengangkan dapat kembali hidup. Kondisi ketika pria dan wanita membaca “ka-kya keo-kyeo”, orang-orang tua yang belajar tentang huruf dengan suara yang kaku dan terdengar serta terlihat begitu hati-hati membuat Jenderal Kim Il Sung tanpa sadar tertawa.
2. Latar dalam Cerpen Gaeseon
Latar tempat dan waktu dalam cerpen Gaeseon ini unik karena memiliki kemiripan
dengan latar tempat dan waktu peristiwa The Triumphal Return pada tanggal 14 Oktober
1945. Dalam cerpen ini, kemunculan pertama tokoh Kim Il Sung di hadapan masyarakat
dilakukan di stadion Girimri. Tempat ini memang ada dan dalam kehidupan nyata memang
digunakan sebagai tempat Kim Il Sung menyampaikan pidatonya pertama kali pada
tanggal 14 Oktober 1945. Senada dengan latar tempat, latar waktu kemunculan Kim Il
Sung di hadapan masyarakat pada pukul satu siang yang diceritakan di dalam cerpen ini
juga memiliki kemiripan dengan kejadian aslinya. Hal ini membuktikan bahwa melalui
Wajahnya yang selalu tersenyum, lesung pipi yang indah dan pipi yang memperlihatkan kepekaannya setiap kali ia tersenyum, gigi gingsul yang memperlihatkan kepolosannya, mata
yang tajam dan memperlihatkan kecerdasan yang tak terbatas …… semua ini tergambar kembali dengan jelas di kepala Ibu Changju seakan-akan baru kemarin ia melihatnya.
Dari kutipan di atas terlihat bahwa sosok Kim Il Sung memiliki wajah yang
tergolong ‘ramah’ karena ia selalu tersenyum. Matanya yang tajam juga mengisyaratkan
bahwa ia adalah seorang pria yang cerdas walaupun pada kenyataannya ia tidak
menyelesaikan pendidikannya. Ia juga digambarkan memiliki dua macam keunikan di
bagian wajah dan mulut yang hanya dimiliki oleh segelintir orang saja di muka bumi ini.
Dua keunikan itu adalah lesung pipi dan gigi gingsul. Berdasarkan kutipan tersebut,
lesung pipi Kim Il Sung digambarkan sebagai hiasan yang memperindah bentuk
wajahnya sekaligus sebagai lambang kepekaan dirinya terhadap lingkungan sekitar. Hal
ini tentu memiliki korelasi dengan keramahan yang tercermin setiap kali ia tersenyum.
Lesung pipi dan bentuk wajah yang ‘ramah’ tersebut membuat sosok Kim Il Sung
terlihat sebagai sosok pahlawan sekaligus pemimpin masa depan yang sangat peduli
dengan nasib rakyatnya.
Keunikan yang kedua ada di bagian mulut, tepatnya pada bagian gigi. Pada
kutipan di atas, disebutkan bahwa Kim Il Sung memiliki gigi gingsul. Bagi sebagian
orang, gigi gingsul dianggap sebagai sebuah kekurangan. Akan tetapi, bagi Ibu Changju
yang menuntun pembaca untuk bisa membayangkan ‘kesempurnaan’ wajah Kim Il
Sung, gigi gingsul itu dianggap sebagai sebuah simbol yang mencerminkan kepolosan
seorang Kim Il Sung. Kepolosan tersebut tidak hilang meskipun Kim Il Sung sudah
dewasa. Dari penggambaran visual ini, penulis mengartikan bahwa kepolosan ini
mencerminkan sosok Kim Il Sung yang suci dan bersih layaknya anak kecil yang tidak
tahu apa-apa. Sosok Kim Il Sung yang polos ini hanya ingin terus berjuang untuk
kemerdekaan dan kelangsungan hidup negara yang ia cintai. Ia menempatkan rakyat di
atas segalanya.
Selain pada bagian wajah, citraan penglihatan (visual) juga digambarkan melalui
penampilan Kim Il Sung ketika ia pertama kali menyampaikan pidatonya di stadion
Girimri. Melalui dialog yang dituturkan oleh tokoh Ibu Changju, tidak ada perubahan
yang terlihat dari penampilan Kim Il Sung. Ia tetap seperti Kim Il Sung yang dahulu.
Kim Il Sung remaja yang pergi meninggalkan tanah airnya pada usia empat belas tahun.
“Penampilan yang gagah, wajah yang bulat dan murah senyum, dada yang bidang, semangat yang tidak pernah kenal takut dan kecewa …… jelas sama dengan Jenderal Kim Il Sung yang dahulu. Bukan hanya penampilannya saja, tetapi gerak tubuhnya juga sama seperti itu.”
Dari kutipan di atas terlihat bahwa sosok Kim Il Sung digambarkan memiliki
penampilan yang gagah dengan wajahnya yang bulat dan penuh senyum. Sinar
ketampanan itu juga terpancar dari dadanya yang bidang. Hal itu mencerminkan bahwa
ia adalah sosok yang tidak kenal lelah dan takut. Ia memiliki keberanian yang begitu
tinggi untuk berjuang mempertahankan tanah air dari kejamnya penjajahan Jepang. Jika
dibandingkan dengan penampilan fisik Kim Il Sung yang asli, deskripsi fisik yang
dikemukakan Han Sul Ya sebagai pengarang melalui tokoh Ibu Changju ini tidak
memiliki begitu banyak perbedaan.
b. Citraan Gerak
Citraan kedua yang digambarkan dalam cerpen ini adalah citraan gerak
(kinestetik). Melalui citraan ini, Han Sul Ya menggambarkan bahwa selain memiliki
penampilan yang rupawan, Kim Il Sung juga merupakan sosok yang aktif sedari kecil.
Sosok Kim Il Sung yang selalu bersemangat dan tidak kenal lelah ini juga begitu
dikagumi oleh sang bibi yang begitu menyayanginya. Gambaran mengenai citraan gerak
sosok Kim Il Sung terdapat di dalam kutipan berikut ini,
��� �� �� ���� ���� ���� �� ��� ��� �� ���. � ��� ���� �� �� ���� ��� �� ���� ���� �� ���. ���� � � ����� � ��� ���� ���� �� � ���. ��� �� �� ���� ���� �� ��� �� ����� ���� ����� ���� ���. ���� ��� �� ��� �� � ���. ��� �� �� ��� ���� ����� ���� ��� � ���. � ���� ����� �� ���� �� ���. (Hlm. 139, para. 1) Terjemahan bebas: Sesungguhnya, Jenderal Kim Il Sung sejak kecil memang seperti itu. Ia selalu aktif bergerak kapanpun. Ia tidak beristirahat bahkan untuk waktu yang singkat dan apa yang terjadi di dalam tubuhnya terlihat dari pergerakan badannya. Oleh karena itu, dari tubuhnya seperti selalu mencerminkan keaktifan dan semangat hidupnya. Tubuhnya tidak seperti pohon tua yang keras tetapi seperti selembar daun yang bergerak lembut dan bebas. Di dalamnya seperti ada musik dan tarian. Itu adalah ungkapan kreatif yang tercurah dari tubuh Jenderal Kim Il Sung. Gerakan tubuh ini juga memberikan kesan yang mendalam bagi Ibu Changju. Melalui kutipan di atas terlihat bahwa sosok Kim Il Sung yang aktif sedari kecil ini
memiliki semangat hidup yang begitu tinggi. Ia adalah tipikal pria dengan karakter yang
tidak bisa diam. Walau usianya sudah semakin bertambah, tapi hal ini tidak membuat
tubuhnya semakin kaku seperti pohon tua yang hanya bisa pasrah dan diam saja
���. (2003). ��� ���� � ������ ��� �� ���. ��: ����� (Seo, Jae Jin. (2003). Bukhanui Gaein Sungbae Mit Jeongchi sahuihwaui Hyogwa e daehan Pyeongga Yeongu. South Korea: Korea Institute for National Unification).
���, ���, ���. (2012). ���� �� �����. ��: ����� (Lee, Seon-ui, Kim Hyeon-yang, Chae Ho-seok. (2012). A History of Korean Literature. Korea: Hanguk Munhwasa).
Stanton, Robert. (2007). Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sudjiman, Panuti (Ed). 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya
Sunoo, H. H. (1969). Korea: a political history in modern times. Korean-American Cultural Foundation.
Weber, M. (1978). Economy and Society: An outline of interpretive sociology. USA: University of California Press.
Yun, Ki Bong. (1974). An Authentic Record: North Korea As I Knew It. Seoul: Bukhan Research Institute Dept. of Publishing.
Jurnal, Tesis, dan Skripsi
Anindita. (2012). Citra Laksmana dalam Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata dan Ramayana Karya P. Lal. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia
Apriliani, E. I., Prabasmoro, A. P., & Hudayat, A. Y. (2013). Penggambaran Sosok Bapak dalam Novel Il A Jamais Tué Personne, Mon Papa Karya Jean-Louis Fournier. Jurnal Humaniora, 25(3).
Bizumic, B., & Duckitt, J. (2008). “My group is not worthy of me”: Narcissism and ethnocentrism. Political Psychology, 29(3), 437-453.
Brown, A. D. (1997). Narcissism, identity, and legitimacy. Academy of Management Review, 22(3), 643-686.
David-West, A. (2009). The Literary Ideas of Kim Il Sung and Kim Jong Il: An Introduction to North Korean Meta-Authorial Perspectives. Cultural Logic, 1-34.
Lu, X., & Soboleva, E. (2014). Personality cults in modern politics: cases from Russia and China. CGP Working Series Paper 01. Freie Universitat Berlin.
Lutz, Tyler. (2015). Pengkultusan individu: North Korea under Kim Il Sung. Senior Capstone Theses. Paper 10.
Oh, Seung Cheol dan Kim Ki Seok. (1997). The Increase of Educational Opportunity in Korea under the Japanese Occupation: For Whom the Bell Told. Seoul National University.
Post, Jerrold. (1986). Narcissism and Charismatic Leader-Follower Relationship. Political Psychology, 7(4).
Rahmawati, Ita. (2011). Citra Tokoh-tokoh Utama Pria Generasi Ketiga Turki di Jerman dalam Hurriyet Love Express, Liebe Ist Machtiger Als Tito dan Wintersonne Karya Imran Ayata. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia
Shahraki, Shahrooz. (2014). The Basis of Shaping and Strengthening Pengkultusan individu in Political Leaders. RRMT. vOL. 40 (1)
Shin, Young Duk. (2015). Rascism and Nationalism in the Novels of South and North Korea during the Korean War. The Collection of Treatises based on Academic Conference for Understanding Korea.
Somantri, Gumilar. (2005). Memahami Metode Kualitatif. Makara, Sosial Humaniora, VOL. 9, NO. 2, 57—65.
Willner, A. R., & Willner, D. (1965). The Rise and Role of Charismatic Leaders. The Annals of the American Academy of Political and Social Science, 358(1), 77-88.
Website [Revolutionary View of the Leader]. Style Sheet. http://www.globalsecurity.org/military/world/dprk/suryong.htm (diakses pada tanggal 23 Februari 2016)
[Shin, Buk-nyeong. (2015). ���� �� vs ��� ��� (Kim Il Sung eun gajja vs gajjaga anida)]. Style Sheet.
http://weekly.chosun.com/client/news/viw.asp?nNewsNumb=002367100015&ctcd=C02 (diakses pada tanggal 18 april 2016).
[South China Morning Post. (2010). Kim Il Sung’s Secret History]. Style Sheet. http://www.scmp.com/article/727755/kim-il-sungs-secret-history (diakses pada tanggal 11 Mei 2016).
[Vladivostok News. (2003). Soviets groomed Kim Il Sung for leadership]. Style Sheet. https://vn.vladnews.ru/Arch/2003/ISS345/News/upd10.HTM (diakses pada tanggal 29 April 2016).